Anda di halaman 1dari 8

LAPORAN PENDAHULUAN

PERAWATAN LUKA PERINIUM

Disusun Oleh :

RASMIATIN

NIM : 15201.02.21047

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN PROFESI BIDAN

STIKES HAFSHAWATY PESANTREN ZAINUL HASAN

TAHUN AKADEMIK 2022-2023


LEMBAR PENGESAHAN

LAPORAN PENDAHULUAN

PERWATAN LUKA PERINIUM

Disusun Oleh :

RASMIATIN

NIM : 15201.02.21047

Disetujui dan disahkan oleh :

Pembimbing Akademik Pembimbing Lahan

Bd. Agustina W, SST., M.Kes

BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Kehamilan dan persalinan adalah suatu proses fisiologis. Pada proses ini diharapkan
ibu akan melahirkan secara normal dan berada dalam keadaan sehat. Namun apabila
proses kehamilan tidak dijaga dan proses persalinan tidak dikelola dengan baik, maka ibu
dapat mengalami berbagai komplikasi selama kehamilan, persalinan, masa nifas atau
postpartum, bahkan dapat menyebabkan kematian (Manuaba, 2019).
Kementerian Kesehatan Republik Indonesia (2014) mengungkapkan faktor-faktor
penyebab langsung kematian ibu hamil dan persalinan yaitu karena perdarahan (30,3%),
hipertensi (27,1%), infeksi (7,3%), dan lain – lain (40,8 %). Sedangkan faktor tidak
langsung penyebab kematian ibu karena faktor terlambatan penanganan, faktor akses,
sosial budaya, pendidikan, dan ekonomi. Pada tahun 2015 insiden AKI di Indonesia
mengalami penurunan yaitu 305/100.000 kelahiran hidup dibandingkan tahun 2012
dengan insiden angka 359/100.000 kelahiran hidup (Departemen Kesehatan Republik
Indonesia, 2016).
Profil di Jawa Timur tahun 2008 sebesar 487 dengan penyebab kematian adalah
perdarahan 161 kasus (33,06%) hipertensi dalam kehamilan 121 kasus (24,85%), 38
kasus infeksi luka saat persalinan atau 3 episiotomi (25-55%), dan 167 lain–lain
(34,29%). Salah satu penyebab langsung kematian maternal terbesar selain perdarahan,
eklampsia, dan komplikasi masa nifas adalah infeksi, yaitu sebanyak 10,91% terjadi pada
tahun 2015. Infeksi masa nifas adalah semua peradangan yang disebabkan oleh masuknya
kumabn-kuman ke dalam alat-alat genital pada waktu persalinan dan nifas (Retna
Ambarwati & Wulandari, 2010). Diantara infeksi masa nifas yang sering terjadi adalah
infeksi yang terjadi akibat perlukaan jalan lahir. Ibu beresiko 3 terjadinya infeksi post
partum dikarenakan luka bekas pelepasan plasenta, laserasi pada saluran genitalia,
termasuk episiotomi dan laserasi.
Infeksi pada masa postpartum kemungkinan berasal dari luka jahitan perineum yang
mengalami infeksi. Luka jahitan ini disebabkan oleh episiotomi atau luka sayatan yang
mengalami infeksi dan akibat robekan jalan lahir atau robekan perineum. Luka jahitan
yang disebabkan episiotomi maupun robekan perineum membutuhkan waktu untuk
sembuh 6 hingga 7 hari. Menurut Handayani (2014) dalam penelitianya menyebutkan
bahwa pengetahuan; gizi; dan personal hygiene berpengaruh terhadap penyembuhan luka
perineum. Sedangkan menurut Smeltzer (2012), fase penyembuhan luka tergantung pada
beberapa faktor, antara lain pengetahuan, personal hygiene, mobilisasi dini, gizi, status
ekonomi, dan cara perawatan perinum yang benar.
Perawatan perineum yang tidak benar dapat menyebabkan terjadinya infeksi masa
postpartum (Manuaba, 2019). Hal ini didukung dengan daerah luka perineum yang
terkena lochea adalah daerah yang lembab, sehingga akan sangat menunjang
perkembangbiakan bakteri. Infeksi akibat perawatan yang buruk dapat menyebabkan
komplikasi seperti; infeksi kandung kemih maupun infeksi jalan lahir (Suwiyoga, 2014).
Upaya yang dapat dilakukan untuk mencegah terjadinya risiko infeksi adalah dengan
melakukan perawatan luka perineum. Perawatan luka perineum yang dilakukan dengan
baik dapat mempercepat penyembuhan luka perineum. Hal ini sesuai dengan penelitian
yang dilakukan oleh Ma’rifah (2015), sebanyak 2 orang (18.2%) responden melakukan
perawatan perineum yang tepat dengan penyembuhan luka cepat dan sebanyak 4 orang
( 36.6%) melakukan perawatan perineum yang tidak tepat dengan penyembuhan luka
lama. Perawatan luka perineum ini dimulai sesegera mungkin setelah 2 jam dari
persalinan normal. Notoatmodjo (2012) menyebutkan pengetahuan merupakan domain
yang sangat penting untuk terbentuknya suatu tindakan. Pengetahuan yang adekuat
tentang perawatan luka perineum pada ibu postpartum dapat menimbulkan tindakan
perawatan luka perineum yang baik dan benar. Hal ini juga pernah diteliti oleh Fathony
(2017) yang menyebutkan bahwa ada hubungan antara pengetahuan ibu postpartum
tentang perawatan luka perineum dengan kebersihan luka perineum.
Berdasarkan uraian diatas, penulis tertarik melakukan asuhan kebidanan yang lebih
mendalam tentang “Pendidikan Kesehatan Perawatan Luka Perineum pada Ibu
Postpartum”

1.2 Rumusan Masalah


Berdasarkan latar belakang diatas, didapatkan rumusan masalah sebagai berikut
“Bagaimana pendidikan kesehatan perawatan luka perineum pada ibu postpartum?”

1.3 Tujuan
1.3.1 Tujuan Umum
Mendiskripsikan pendidikan kesehatan perawatan luka perineum pada ibu postpartum
1.3.2 Tujuan khusus
1. Teridentifikasinya tingkat pengetahuan ibu postpartum tentang perawatan luka
perineum
2. Teridentifikasinya hasil pendidikan kesehatan perawatan luka perineum pada ibu
postpartum

BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pengertian Perawatan Luka Perinium


Perawatan adalah proses pemenuhan kebutuhan dasar manusia (biologis, psikologis,
sosial dan spiritual) dalam rentang sakit sampai dengan sehat (Hidayat, 2014). Perinium
adalah bagian permukaan pintu bawah panggul yang terletak di antara vulva dan anus.
Perinium terdiri atas otot fascia urogenitalis serta diafragma pelvis (Wiknjosastro, 2017).
Perawatan perineum adalah upaya memberikan pemenuhan kebutuhan rasa nyaman
dengan caa menyehatkan daerah antara kedua paha yang dibatasi antara lubang dubur
dan bagian alat kelamin luar pada wanita yang habis melahirkan agar terhindar dari
infeksi (Kumalasari, 2015).
2.2 Tujuan perawatan luka perineum
Adapun tujuan dari perawatan luka perineum menurut Kumalasari (2015) yaitu sebagai
berikut :
a. Menjaga kebersihan daerah kemaluan
b. Mengurangi nyeri dan meningkatkan rasa nyaman pada ibu
c. Mencegah infeksi dari masuknya mikroorganisme ke dalam kulit dan membrane
mukosa
d. Mencegah bertambahnya kerusakan jaringan
e. Mempercepat penyembuhan dan mencegah perdarahan
f. Membersihkan luka dari benda asing atau debris
g. Drainase untuk memudahkan pengeluaran eksudat
2.3 Perawatan luka perinium menurut APN
a. Menjaga agar perineum selalu bersih dan kering
b. Menghindari pemberian obat tradisional
c. Menghindari pemakaian air panas untuk berendam
d. mencuci luka dan perineum dengan air dan sabun 3-4 kali sehari
e. Kontrol ulang maksimal seminggu setelah persalinan untuk pemeriksaan
penyembuhan luka
2.4 Dampak perawatan luka perinium
Perawatan perineum yang dilakukan dengan baik dapat menghindarkan hal berikut :
a. Infeksi
b. Komplikasi
c. Kematian ibu postpartum
2.5 Pengertian infeksi masa nifas
Infeksi nifas adalah semua peradangan yang disebabkan oleh masuknya kuman-
kuman ke dalam alat-alat genital pada waktu persalinan dan nifas (Retna Ambarwati &
Wulandari, 2010).
2.6 Etiologi infeksi nifas
a. Berdasarkan masuknya kuman ke dalam alat kandungan
1) Ektogen (kuman datang dari luar)
2) Autogen (kuman masuk dari tempat lain dalam tubuh)
3) Endogen (dari jalan lahir sendiri)
b. Berdasarkan kuman yang sering menyebabkan infeksi
1) Streptococcus Haemolyticus Aerobik
Masuknya secara eksogen dan menyebabkan infeksi berat yang ditularkan dari
penderita lain, alat-alat yang tidak suci hama, dan tangan penolong
2) Staphylococcus Aureus
Masuk secara eksogen, infeksinya sedang, banyak ditemukan sebagai penyebab
infeksi di rumah sakit
3) Eschericia Coli
Sering berasal dari kandung kemih dan rectum, menyebabkan infeksi terbatas
4) Clostridium Welchii
Kuman aerobic yang sangat berbahaya, sering ditemukan pada abortus kriminalis
dan partus yang ditolong dukun dari luar rumah sakit.
2.7 Patofisiologi infeksi masa nifas
Setelah persalinan, terjadi beberapa perubahan penting diantaranya makin
meningkatnya pembentukan urin untuk mengurangi hemodilusi darah, terjadi penyerapan
beberapa bahan tertentu melalui pembuluh darah vena sehingga terjadi peningkatan suhu
badan sekitar 0,5 derajat celcius yang bukan merupakan keadaan yang patologis atau
menyimpang pada hari pertama. Perlukaan karena persalinan merupakan tempat
masuknya kuman ke dalam tubuh, sehingga menimbulkan infeksi pada kala nifas. Infeksi
kala nifas adalah infeksi peradangan pada semua alat genetalia pada masa nifas oleh
sebab apapun dengan ketentuan meningkatnya suhu badan melebihi 38 derajat celcius
tanpa menghitung hari pertama dan berturut-turut selama dua hari (Sukarni K & Wahyu,
2013).
Mekanisme terjadinya infeksi kala nifas adalah sebagai berikut :
a. Manipulasi penolong: terlalu sering melakukan pemeriksaan dalam, alat yang
dipakai kurang suci hama.
b. Infeksi yang didapat di rumah sakit (nosokomial)
c. Hubungan sexs menjelang persalinan
d. Sudah terdapat infeksi intrapartum : persalinan lama terlantar, ketuban pecah
lebih dari enam jam, terdapat pusat infeksi dalam tubuh (local infeksi)
2.8 Tanda dan gejala infeksi masa nifas
Infeksi akut ditandai dengan demam, sakit di daerah infeksi, berwarna kemerahan,
fungsi organ tersebut terganggu. Gambaran klinis infeksi nifas dapat berbentuk :
a. Infeksi lokal
Pembengkakan luka episiotomi, terjadi penanahan, perubahan warna kulit,
pengeluaran lochea bercampur nanah, mobilitasi terbatas karena nyeri, temperature
badan dapat meningkat
b. Infeksi umum
Tampak sakit dan lemah, temperature meningkat, tekanan darah menurun dan nadi
meningkat, pernafasan dapat meningkat dan terasa sesak, kesadaran gelisah sampai
menurun dan koma, terjadi gangguan involusi uterus, lochea berbau dan bernanah
serta kotor.
2.9 Pencegahan infeksi masa nifas
a. Lakukan mobilisasi dini sehingga darah lochea keluar dengan lancar
b. Perlukaan dirawat dengan baik
c. Rawat gabung dengan isolasi untuk mengurangi infeksi nosocomial
DAFTAR PUSTAKA
Aprilianti.(2016). Asuhan Kebidanan Pada Ibu Nifas dan Neonatus.Jakarta: Salemba
Medika, 198.
Kementerian Kesehatan RI. (2014). Profil Kesehatan Indonesia Tahun 2013. Edited by V.
Sitohang et al. Jakarta: Kementerian Kesehatan Republik Indonesia.
Kementerian Kesehatan RI. (2017). Profil Kesehatan Indonesia Tahun 2016. Jakarta. doi:
10.1111/evo.12990.
Maryunani, A. (2015). Asuhan Ibu Nifas dan Asuhan Ibu Menyususi. Bogor: IN MEDIA
Notoatmodjo. (2013). Ilmu Perilaku Kesehatan. Jakarta: PT Rineka Cipta. .
Rohani, Saswita, R. and Marisah. (2011). Asuhan Kebidanan pada Masa Persalinan. Jakarta:
Salemba Medika.
Saleha, S. (2009). Asuhan Kebidanan Pada Masa Nifas. Jakarta: Salemba Medika.

Anda mungkin juga menyukai