Anda di halaman 1dari 38

LAPORAN ASUHAN KEBIDANAN KOMPREHENSIF

DALAM KONTEKS KELUARGA “PADA KELUARGA TN. S DENGAN


SALAH SATU ANGGOTA IBU YANG TIDAK MENJADI AKSEPTOR KB DI
LINGKUNGAN KRAJAN GANG FANILI KELURAHAN BINTORO
KECAMATAN PATRANG KABUPATEN JEMBER

Disusun dalam Rangka Memenuhi Tugas Praktek Kebidanan Stase VII


Asuhan Kebidanan Komunitas dan Pemberdayaan Perempuan dalam Konteks Kebidanan

Disusun Oleh:

Fadilah Nurul H
P17312215130

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA


POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES MALANG
JURUSAN KEBIDANAN
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN PROFESI BIDAN
TAHUN 2022
LEMBAR PENGESAHAN
LAPORAN ASUHAN KEBIDANAN KOMPREHENSIF
DALAM KONTEKS KELUARGA “PADA KELUARGA TN. A DENGAN
SALAH SATU ANGGOTA IBU YANG TIDAK MENJADI AKSEPTOR KB DI
LINGKUNGAN KRAJAN GANG FANILI KELURAHAN BINTORO
KECAMATAN PATRANG KABUPATEN JEMBER

Oleh:

Fadilah Nurul H
NIM: P17312215130

Laporan ini telah diperiksa dan disahkan pada tanggal:

Pembimbing Praktik Perseptor Akademik

Nur Amaliah, Amd.Keb Gumiarti S.ST M. PH


NIP. 198204092017052001 NIP. 196207051984032001
KATA PENGANTAR

Puji Syukur Kehadirat Tuhan Yang Maha Esa Atas Berkat Rahmat-Nya Kami Dapat
Menyelesaikan Laporan Asuhan Kebidanan Komunitas “Pada Keluarga Tn. A Dengan
Salah Satu Anggota Ibu Yang Tidak Menjadi Akseptor Kb Di Lingkungan Krajan Gang
Fanili Kelurahan Bintoro, Kecamatan Patrang, Kota Jember.” Laporan Asuhan
Kebidanan ini diajukan untuk memenuhi salah satu tugas Praktek Kebidanan Stase VIII
Asuhan Kebidanan komunitas dan Pemberdayaan Perempuan dalam Konteks
Kebidanan.
Dalam hal ini, kami banyak mendapatkan bantuan dari berbagai pihak, karena itu
pada kesempatan kali ini kami mengucapkan banyak terima kasih kepada:
1. Budi Susatia, S.Kp.,M.Kes, selaku Direktur Politeknik Kesehatan Kementerian
Kesehatan Malang.
2. Herawati Mansur, SST.,M.Pd.,M.Psi, selaku Ketua Jurusan Kebidanan
Politeknik Kesehatan Kemenkes Malang.
3. Ika Yudianti, SST.,M.Keb, selaku Ketua Program Studi Pendidikan Profesi
Bidan Politeknik Kesehatan Kemenkes Malang.
4. Sugijati, S.ST, M.Keb selaku pembimbing akademik.
5. Gumiarti S.ST M. PH selaku pembimbing klinik.
Kami menyadari bahwa penyusunan laporan asuhan kebidanan komprehensif
dalam konteks keluarga ini masih terdapat banyak kekurangan, oleh karena itu penulis
mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari pembaca. Semoga laporan asuhan
kebidanan komunitas ini berguna bagi semua pihak yang memanfaatkan.

Jember,

April 2022
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Masalah kesehatan adalah merupakan masalah yang sangat kompleks, oleh
karena itu perlu diupayakan secara menyeluruh dan bersama-sama dengan
masyarakat untuk mengatasinya. Dalam pelaksanaanya, pelayanan kesehatan
diupayakan dekat dengan masyarakat, sehingga strategi pelayanan kesehatan yang
utama merupakan pendekatan yang juga menjadi acuan pelayanan kesehatan yang
akan diberikan. Artinya, upaya pelayanan atau asuhan yang diberikan tersebut
merupakan upaya essensial atau sangat dibutuhkan oleh masyarakat/ komunitas, dan
secara universal upaya tersebut mudah dijangkau (Safrudin, 2009).
Kebidanan Komunitas merupakan salah satu bentuk pelayanan profesional
yang bertujuan pada komunitas dengan penekanan kelompok resiko tinggi, dalam
upaya mencapai derajat kesehatan yang optimal melalui pencegahan penyakit,
peningkatan kesehatan menjamin keterjangkauan pelayanan kesehatan yang
dibutuhkan dengan melibatkan komunitas sebagai mitra perencanaan, pelaksanaan
dan evaluasi pelayanan kesehatan. (Rujanti, 2010)
Program keluarga berencana merupakan salah satu program pembangunan
nasional yang sangat penting dalam rangka mewujudkan keluarga Indonesia yang
sejahtera. Sesuai dengan Undang–Undang Nomor 10 Tahun 1992 tentang
Perkembangan Kependudukan dan Pembangunan Keluarga Sejahtera, disebutkan
bahwa Program Keluarga Berencana (KB) adalah upaya peningkatan kepedulian
dan peran serta masyarakat melalui pendewasaan usia perkawinan, pengaturan
kelahiran, pembinaan ketahanan keluarga serta peningkatan kesejahteraan keluarga
untuk mewujudkan keluarga kecil, bahagia dan sejahtera (UU 10/1992). Terkait
dengan pelayanankesehatan reproduksi, masih sering kita menemukan kasus
kematian ibu karena pertolongan persalinan yang kurang memadai, tingginya
angka kematian bayi pada masyarakat berpenghasilan rendah, pentingnya
peranan dukun bayi dalam perawatan kehamilan dan persalinan, kematian
perempuan karena aborsi tidak aman, efek kontrasepsi pada wanita yang tidak
dapat diatasi oleh pelayanan KB, paksaan untuk menggunakan kontrasepsi,
infeksi saluran reproduksi yang terlambat diketahui (Irianto, 2015).
Banyak wanita harus menentukan pilihan kontrasepsi yang sulit. Tidak
hanya karena terbatasnya jumlah metode yang tersedia, tetapi juga karena
metode-metode tersebut mungkin tidak dapat diterima sehubungan dengan
kebijakan nasional KB, kesehatan individual, dan seksualitas wanita atau
biaya untuk memperoleh kontrasepsi. Dalam memilih suatu metode, wanita harus
menimbang berbagai faktor, termasuk status kesehatan mereka, efek samping
potensial suatu metode, konsekuensi terhadap kehamilan yang tidak
diinginkan, besarnya keluarga yang diinginkan, kerjasama pasangan, dan norma
budaya mengenai kemampuan mempunyai anak (Irianto,2015).
Salah satu kunci kesuksesan program keluarga berencana nasional adalah
adanya keterlibatan semua pihak, baik dari institusi pemerintah, swasta, masyarakat
dan dalam lingkup yang lebih kecil adalah keterlibatan seluruh anggota keluarga itu
sendiri. Pelayanan keluarga berencana ditujukan kepada pasangan usia subur, yang
berarti harus melibatkan kedua belah pihak yakni istri maupun suami. Namun
kenyataannya saat ini hanya perempuan saja yang dituntut untuk menggunakan alat
kontrasepsi. Hal ini dapat dilihat dari data akseptor KB di Indonesia yang
menunjukkan bahwa lebih banyak wanita daripada pria (Siswosudarmo, dkk, 2007).
Banyak faktor yang berhubungan dengan dukungan suami terhadap
kepesertaan istri dalam program keluarga berencana, faktor tersebut adalah: faktor
predisposisi (predisposing factors) terdiri dari pengetahuan, sikap, keyakinan, nilai
anak dan keinginan memilikinya, umur, tingkat pendidikan, jumlah anak, pekerjaan,
pendapatan, serta sosial budaya terhadap KB, kemudian yang kedua adalah faktor
pemungkin (enabling factors) terdiri dari program pembangunan, ketersediaan KB,
akses pelayanan KB, dan yang ketiga adalah faktor pendorong (reinforcing factors)
terdiri dari peran tokoh masyarakat, serta peran petugas kesehatan (BKKBN, 2008).
Berdasarkan uraian diatas penulis tertarik untuk melakukan asuhan
kebidanan keluarga pada keluarga Tn.A khususnya pada Ny.H yang tidak mau
menggunakan kontrasepsi di Lingkungan Krajan Gang Fanili Kelurahan Bintoro
Kecamatan Patrang Kabupaten Jember.
1.2 Ruang Lingkup Asuhan Kebidanan
Asuhan kebidanan keluarga diberikan pada keluarga Tn. A dengan salah satu ibu
tidak menggunakan kontrasepsi yaitu Ny.H di RT 02 RW 15 Lingkungan Krajan
Gang Fanili Kelurahan Bintoro Kecamatan Patrang Kabupaten Jember, asuhan
diberikan pada periode praktik klinik komunitas pada tanggal 21 Maret 2022 sampai
dengan 16 April 2022
.
1.3 Tujuan
1.3.1 Tujuan Umum
Memberikan asuhan kebidanan kepada keluarga dengan menggunakan
manajemen asuhan kebidanan
1.3.2 Tujuan Khusus
a. Dapat melakukan pengkajian pada kasus dalam keluarga
b. Dapat merumuskan diagnosa dan masalah aktual pada keluarga
c. Dapat menyusun rencana asuhan secara menyeluruh pada keluarga
d. Melaksanakan tindakan secara menyeluruh sesuai dengan diagnosa dan
masalah pada keluarga
e. Dapat mengevaluasi diagnosa yang telah ditentukan sebelumnya

1.4 Metode Pengumpulan Data


1.4.1 Wawancara
Yaitu metode pengumpulan data wawancara langsung responden yang diteliti,
metode ini diberikan hasil secara langsung dalam metode ini dapat digunakan
instrumen berupa kuisioner pengkajian.
1.4.2 Observasi
Yaitu cara pengumpulan data dengan cara melakukan pengamatan secara
langsung kepada responden penelitian untuk mencari perubahan atau hal-hal
yang telah di teliti.
1.4.3 Studi Kepustakaan
Yaitu pengumpulan data dengan jalan mengambil literatur dengan buku-buku,
makalah dan dari internet.
1.5 Sistematika Penulisan
BAB 1 PENDAHULUAN
1.1 Latar belakang
1.2 Ruang Lingkup Asuhan Kebidanan
1.3 Tujuan
1.4 Metode Pengumpulan Data
1.5 Sistematika Penulisan
BAB 2 TINJAUAN TEORI
2.1 Konsep Dasar Kebidanan Komunitas
2.2 Konsep Dasar Keluarga
2.2.1 Definisi Keluarga
2.2.2 Struktur Keluarga
2.2.3 Bentuk Keluarga
2.2.4 Peran Keluarga
2.3 Konsep Keluarga Berencana
2.3.1 Pengertian Keluarga Berencana
2.3.2 Tujuan Keluarga Berencana
2.3.3 Manfaat Keluarga Berencana
2.3.4 Faktor Penggunaan Alat Kontrasepsi
2.3.5 Sasaran Keluarga Berencana
2.4 Konsep Unmet Need
2.4.1. Pengertian Unmet Need
2.4.2. Klasifikasi Unmet Need
2.4.3. Faktor Penyebab Unmet Need
2.5 Telaah Jurnal
2.6 Mananjemen Asuhan Kebidanan
BAB 3 TINJAUAN KASUS
BAB 4 PEMBAHASAN
BAB 5 PENUTUP
5.1 Kesimpulan
5.2 Saran
DAFTAR PUSTAKA
BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Konsep Dasar Kebidanan Komunitas


Kebidanan komunitas adalah pelayanan kebidanan yang menekankan pada
aspek-aspek psikososial budaya yang ada di komunitas (masyarakat sekitar). Maka
seorang bidan dituntut mampu memberikan pelayanan yang bersifat individual
maupun kelompok. Untuk itu bidan perlu dibekali dengan strategi-strategi untuk
mengatasi tantangan/kendala seperti berikut ini:
1. Sosial budaya seperti ketidakadilan gender, pendidikan, tradisi yang
merugikan Ekonomi, seperti kemiskinan.
2. Politik dan hukum, seperti ketidakadilan sosial.
3. Fasilitas, seperti tidak ada peralatan yang cukup, pelayanan rujukan
4. Lingkungan, seperti air bersih, daerah konflik, daerah kantong (daerah yang
terisolir), kumuh, padat, dll.
Ukuran keberhasilan bidan dalam menghadapi tantangan/kendala di atas adalah
bangkitnya/lahirnya gerakan masyarakat untuk mengatasi masalah dan memenuhi
kebutuhan kesehatan serta kualitas hidup perempuan di lokasi tersebut. (Wahyuni,
2018)

2.2 Konsep Dasar Keluarga


2.2.1 Definisi Keluarga
Keluarga merupakan unit terkecil dari masyarakat yang terdiri atas
kelapa keluarga dan beberapa orang yang terkumpul dan tinggal di suatu
tempat di bawah satu atap dalam keadaan saling ketergantungan. Selain itu
menurut Salvicion G. Bailon dan Arcelis Maglaya, keluarga adalah dua atau
lebih individu yang tergabung karena hubungan darah, hubungan perkawinan
atau pengangkatan dan mereka hidup dalam suatu rumah tangga, berinteraksi
satu sama lain, dan di dalam perannya masing-masing menciptakan serta
mempertahankan kebudayaan. (Wahyuni, 2018)
2.2.2 Struktur Keluarga
Struktur keluarga didasarkan pada organisasi keluarga, yaitu perilaku
anggota keluarga dan pola hubungan dalam keluarga. Hubungan yang ada
dapat bersifat kompleks, misalnya seorang wanita bisa sebagai istri, sebagai
ibu, sebagai menantu, dan lain-lain, yang semua itu mempunyai kebutuhan,
peran dan harapan yang berbeda. Pola hubungan itu akan membentuk kekuatan
dan struktur peran dalam keluarga. Struktur keluarga dapat diperluas dan
dipersempit tergantung dari kemampuan dari keluarga tersebut untuk
merespon stressor yang ada dalam keluarga. Struktur keluarga terdiri dari
sebagai berikut :
1. Patrilineal adalah keluarga sedarah yang terdiri dari sanak saudara
sedarah dalam beberapa generasi, di mana hubungan itu disusun
melalui jalur garis ayah.
2. Matrilineal adalah keluarga sedarah yang terdiri dari sanak saudara
sedarah dalam beberapa generasi, di mana hubungan itu disusun
melalui jalur garis ibu.
3. Matrilokal adalah sepasang suami istri yang tinggal bersama keluarga
sedarah istri.
4. Patrilokal adalah sepasang suami istri yang tinggal bersama keluarga
sedarah suami.
5. Keluarga kawinan adalah hubungan suami istri sebagai dasar bagi
pembinaan keluarga, dan beberapa sanak saudara yang menjadi
bagian keluarga karena adanya hubungan dengan suami dan istri.
(Wahyuni, 2018)
2.2.3 Bentuk Keluarga
Keluarga terdiri dari berbagai macam tipe/bentuk. Tipe/bentuk keluarga
antara lain adalah :
1. Keluarga Inti (Nuclear Family) adalah keluarga yang terdiri dari
ayah, ibu dan anakanak.
2. Keluarga Besar (Extended Family) adalah keluarga inti ditambah
sanak saudara, misalnya nenek, kakek, keponakan, saudara sepupu,
paman, bibi dan sebagainya.
3. Keluarga Berantai (Serial Family) adalah keluarga yang terdiri dari
perempuan dan lakilaki yang menikah lebih dari satu kali dan
merupakan satu keluarga inti.
4. Keluarga Duda/Janda (Single Family) adalah keluarga yang terjadi
karena perceraian atau kematian.
5. Keluarga berkomposisi (Composite) adalah keluarga yang
perkawinannya berpoligami dan hidup secara bersama.
6. Keluarga Kabitas (Cahabitation) adalah dua orang yang menjadi satu
tanpa pernikahan tetapi membentuk suatu keluarga.(Wahyuni, 2018)
2.2.4 Peran Keluarga
Peranan keluarga menggambarkan seperangkat perilaku interpersonal,
sifat, kegiatan yang berhubungan dengan individu dalam posisi dan situasi
tertentu. Peranan individu dalam keluarga didasari oleh harapan dan pola
perilaku dari keluarga, kelompok dan masyarakat. Berbagai peranan yang
umumnya terdapat di dalam kebanyakan keluarga, terutama di Indonesia
adalah sebagai berikut :
1. Peranan ayah Peranan ayah adalah sebagai suami dari ibu dan ayah
untuk anak-anak. Di samping itu, ayah juga berperan sebagai pencari
nafkah, pendidik, pelindung dan pemberi rasa aman, kepala keluarga,
anggota dari kelompok sosialnya serta sebagai anggota masyarakat
dalam lingkungannya.
2. Peranan ibu Peranan ibu adalah sebagai istri dan ibu dari anak-
anaknya. Ibu mempunyai peranan untuk mengurus rumah tangga,
sebagai pengasuh dan pendidik anak-anaknya, pelindung dan sebagai
salah satu kelompok dari peranan sosialnya, serta sebagai anggota
masyarakat dalam lingkungannya.
3. Peranan anak Anak dalam keluarga melaksanakan peranan psiko-
sosial sesuai dengan tingkat perkembangannya, baik fisik, mental,
sosial, maupun spiritual. Pembagian peranan ini tidak memang
mutlak.
Dalam komunitas, bisa saja ayah yang mengurus rumah tangga dan ibu
pencari nafkah. Namun kondisi seperti ini masih dipandang oleh kebanyakan
orang sebagai hal yang tidak seharusnya. Kondisi ini menunjukkan masih
adanya gender stereotype, ibu hanya dipandang sebagai orang kedua setelah
ayah sehingga ketika keduanya sama-sama bekerja, sekalipun penghasilan ibu
lebih besar, masih tetap dianggap sebagai pencari nafkah tambahan (Wahyuni,
2018).

2.3 Konsep Dasar Keluarga Berencana


2.3.1 Pengertian Keluarga Berencana
KB adalah upaya mengatur kelahiran anak, jarak dan usia ideal
melahirkan, mengatur kehamilan, melalui promosi, perlindungan, dan bantuan
sesuai dengan hak reproduksi untuk mewujudkan keluarga yang berkualitas.
KB mencakup layanan, kebijakan, informasi, sikap, praktik, dan komoditas,
termasuk kontrasepsi, yang memberi wanita, pria, pasangan, dan remaja
kemampuan untuk menghindari kehamilan yang tidak diinginkan dan memilih
apakah dan / atau kapan memiliki anak. Program KB adalah suatu langkah-
langkah atau suatu usaha kegiatan yang disusun oleh organisasi-organisasi KB
dan merupakan program pemerintah untuk mencapai rakyat yang sejahtera
berdasarkan peraturan dan perundang-undangan kesehatan. Jadi, KB (Family
Planning, Planned Parenthood) adalah suatu usaha untuk menjarangkan atau
merencanakan jumlah dan jarak kehamilan dengan memakai alat kontrasepsi,
untuk mewujudkan keluarga kecil, bahagia dan sejahtera.
2.3.2 Tujuan Keluarga Berencana
Menurut Peraturan Pemerintah Republik Indonesia nomer 87 tahun 2014
tentang Perkembangan Kependudukan dan Pengembangan Keluarga, Keluarga
Berencana, dan Sistem Informasi Keluarga, kebijakan KB bertujuan untuk :
1. Mengatur kehamilan yang diinginkan,
2. Menjaga kesehatan dan menurunkan angka kematian ibu, bayi, dan anak,
3. Meningkatkan akses dan kualitas informasi, pendidikan, konseling, dan
pelayanan KB dan kesehatan reproduksi,
4. Meningkatkan partisipasi dan kesertaan pria dalam praktek Keluarga
Berencana, dan
5. Mempromosikan penyusuan bayi sebagai upaya untuk menjarangkan jarak
kehamilan.
2.3.3 Manfaat Keluarga Berencana
Menurut WHO (2018) manfaat KB adalah sebagai berikut.
1. Mencegah Kesehatan Terkait Kehamilan
Kemampuan wanita untuk memilih untuk hamil dan kapan ingin hamil
memiliki dampak langsung pada kesehatan dan kesejahteraannya. KB
memungkinkan jarak kehamilan dan penundaan kehamilan pada wanita
muda yang memiliki risiko masalah kesehatan dan kematian akibat
melahirkan anak usia dini. KB mencegah kehamilan yang tidak
diinginkan, termasuk wanita yang lebih tua dalam menghadapi
peningkatan risiko terkait kehamilan. KB memungkinkan wanita yang
ingin membatasi jumlah keluarga mereka. Bukti menunjukkan bahwa
wanita yang memiliki lebih dari 4 anak berisiko mengalami kematian ibu.
Dengan mengurangi tingkat kehamilan yang tidak diinginkan, KB juga
mengurangi kebutuhan akan aborsi yang tidak aman.
2. Mengurangi AKB
KB dapat mencegah kehamilan dan kelahiran yang berjarak dekat dan
tidak tepat waktu. Hal ini berkontribusi pada beberapa angka kematian
bayi tertinggi di dunia. Bayi dengan ibu yang meninggal akibat melahirkan
juga memiliki risiko kematian yang lebih besar dan kesehatan yang buruk.
3. Membantu Mencegah Human Immunodeficiency Virus (HIV)/ Acquired
Immunodeficiency Syndrome (AIDS)
KB mengurangi risiko kehamilan yang tidak diinginkan di antara wanita
yang hidup dengan HIV, mengakibatkan lebih sedikit bayi yang terinfeksi
dan anak yatim. Selain itu, kondom pria dan wanita memberikan
perlindungan ganda terhadap kehamilan yang tidak diinginkan dan
terhadap IMS termasuk HIV.
4. Memberdayakan Masyarakat dan Meningkatkan Pendidikan
KB memungkinkan masyarakat untuk membuat pilihan berdasarkan
informasi tentang kesehatan seksual dan reproduksi. KB memberikan
peluang bagi perempuan untuk mengejar pendidikan tambahan dan
berpartisipasi dalam kehidupan publik, termasuk mendapatkan pekerjaan
yang dibayar. Selain itu, memiliki keluarga yang lebih kecil
memungkinkan orang tua untuk berinvestasi lebih banyak pada setiap
anak. Anak-anak dengan lebih sedikit saudara kandung cenderung tetap
bersekolah lebih lama daripada mereka yang memiliki banyak saudara
kandung.
5. Mengurangi Kehamilan Remaja
Remaja hamil lebih cenderung memiliki bayi prematur atau bayi berat
lahir rendah (BBLR). Bayi yang dilahirkan oleh remaja memiliki angka
kematian neonatal yang lebih tinggi. Banyak gadis remaja yang hamil
harus meninggalkan sekolah. Hal ini memiliki dampak jangka panjang
bagi mereka sebagai individu, keluarga dan komunitas.
6. Perlambatan Pertumbuhan
Penduduk KB adalah kunci untuk memperlambat pertumbuhan penduduk
yang tidak berkelanjutan dengan dampak negatif yang dihasilkan pada
ekonomi, lingkungan, dan upaya pembangunan nasional dan regional.
2.3.4 Faktor Pnggunaan Alat Kontrasepsi
Menurut penelitian yang dilakukan oleh Mochache, dkk. (2018)
faktor-faktor penentu penggunaan kontrasepsi adalah pendidikan, memiliki
anak, melakukan pemeriksaan kehamilan pada persalinan terakhir, serta niat
untuk menghentikan atau menunda kelahiran berikutnya. Sedangkan menurut
Huda, Laksmono, dan Bagoes (2016) faktor yang berhubungan dengan
perilaku penggunaan kontrasepsi adalah pengetahuan, sikap, dukungan suami,
dan peran tenaga kesehatan.
2.3.5 Sasaran Program Keluarga Berencana
Menurut Handayani, sasaran program KB dibagi menjadi dua yaitu
sasaran secara langsung dan sasaran tidak langsung. Sasaran secara langsung
adalah PUS yang bertujuan untuk menurunkan tingkat kelahiran dengan cara
penggunaan kontrasepsi secara berkelanjutan. PUS adalah pasangan suami istri
yang istrinya berumur antara 15 sampai dengan 49 tahun. Sedangkan sasaran
secara tidak langsung adalah pelaksana dan pengelola KB dengan tujuan
menurunkan tingkat kelahiran hidup melalui pendekatan kebijakan
kependudukan terpadu dalam rangka mencapai keluarga yang berkualitas dan
sejahtera.
Sedangkan sasaran strategis BKKBN tahun 2015 - 2019 yang tertera
pada Renstra BKKBN 2015-2019 adalah sebagai berikut:
1. Menurunnya Laju Pertumbuhan Penduduk (LPP),
2. Menurunnya angka kelahiran total (TFR) per WUS (15 - 49 tahun),
3. Meningkatnya pemakaian kontrasepsi (CPR),
4. Menurunnya unmet need, 5) Menurunnya angka kelahiran pada remaja
usia 15 -19 tahun (ASFR 15 – 19 tahun),
5. Menurunnya kehamilan yang tidak diinginkan dari WUS (15 - 49 tahun).

2.4 Konsep Unmet Need


2.4.1. Pengertian Unmet Need
Menurut WHO wanita unmet need adalah mereka yang subur dan aktif
secara seksual tetapi tidak menggunakan metode kontrasepsi, dan
melaporkan tidak menginginkan anak lagi atau ingin menunda anak
berikutnya. Konsep unmet need adalah kesenjangan antara niat reproduksi
wanita dengan perilaku kontrasepsi mereka. Unmet need sangat tinggi pada
kelompok remaja, migran, penghuni kawasan kumuh perkotaan, pengungsi,
dan wanita pada periode nifas. Unmet need merupakan jumlah atau
persentase wanita yang saat ini menikah atau berkumpul dengan pasangan
yang subur dan yang ingin berhenti atau menunda melahirkan anak, tetapi
saat ini tidak menggunakan metode kontrasepsi. Unmet need menjadi salah
satu indikator utama untuk memantau program keluarga berencana yang
seharusnya dijaga serendah mungkin dan jika mungkin dihilangkan.
2.4.2. Klasifikasi Unmet Need
Unmet need terdiri dari 2 kelompok :
1. Wanita yang bertujuan untuk menjarangkan kehamilan (unmet need
for spacing), mereka yang ingin untuk menunda kehamilan berikutnya
dalam jangka waktu tertentu dan saat ini tidak menggunakan sebuah
metode kontrasepsi.
2. Wanita yang bertujuan untuk membatasi kehamilan (unmet need for
limitting), mereka yang tidak menginginkan anak tambahan dan saat
ini tidak menggunakan sebuah metode kontrasepsi.
2.4.3. Faktor Penyebab Unmet Need
1. Usia
Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Nzokirishaka dan Imose,
wanita berusia 15-24 dan 25-34 memiliki hubungan yang signifikan
dengan kejadian unmet need (aOR = 3.048 [2.114- 4.393] dan 2.436
[1.850-3.207]) dibandingkan wanita usia 35 keatas. Hal ini diperkuat
dengan penelitian yang dilakukan oleh Wulifan dkk. yang menyatakan
bahwa ada 11 penelitian yang meneliti hubungan antara usia dengan
kejadian unmet need dan 6 diantaranya menyatakan bahwa usia secara
signifikan sebagai faktor unmet need dengan penjelasan bahwa seorang
wanita yang lebih tua maka jumlah unmet need berkurang.Akan tetapi,
menurut penelitian yang dilakukan oleh Bhusal dan Sigma, usia tidak
memiliki hubungan dengan kejadian unmet need.
2. Jumlah Anak Hidup
Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Wulifan, dkk. jumlah anak
hidup merupakan faktor yang memengaruhi unmet need. Hal ini didapat
dari 12 penelitian kuantitatif yang diteliti. Apabila jumlah anak hidup
semakin meningkat, maka jumlah kejadian unmet need juga akan
meningkat. Kebudayaan patriarki yang kuat, nilai anak laki-laki yang
lebih tinggi dibanding wanita, dan terutama keyakinan banyak anak
banyak rezeki menjadi dasar wanita untuk lebih banyak melahirkan.
Menurut Nzokirishaka dan Imose wanita dengan 4-5 anak dan atau lebih
dari sama dengan 6 memiliki peluang lebih tinggi untuk mengalami
unmet need (aOR = 1.850 [1.322-2590] dan 2.390 [1.616-3.534]).Akan
tetapi, hal ini tidak didukung dengan penelitian yang dilakukan oleh
Edietah, dkk. yang menyatakan bahwa jumlah anak hidup lebih dari lima
anak tidak berhubungan secara signifikan dalam kejadian unmet need (p
= 0.426).
3. Jumlah Anak Mati
Menurut penelitian yang dilakukan oleh Nzokirishaka dan Imose wanita
yang pernah mengalami kematian anaknya memiliki peluang lebih tinggi
dibandingkan wanita yang belum pernah kehilangan anaknya (aOR =
1.285 [1.038-1.591]).Hal ini didukung dengan penelitian yang dilakukan
oleh Mekonnen dan Alemayehu yang menyatakan bahwa wanita yang
tidak pernah mengalami kematian anaknya 1,3 kali (95% CI : 1.1, 1.5)
lebih berpeluang menggunakan kontrasepsi dibanding perempuan yang
pernah mengalami kematian anak.
4. Tingkat Pendidikan
Menurut penelitian yang dilakukan oleh Wulifan, dkk. ada 12 penelitian
kuantitatif yang memeriksa tingkat pendidikan sebagai faktor yang
mungkin menyebabkan unmet need. Dari 12 penelitian, ditemukan tujuh
penelitian yang menyatakan bahwa tingkat pendidikan berhubungan
secara signifikan dengan kejadian unmet need, enam penelitian
menyatakan bahwa seorang wanita dengan tingkat pendidikan yang
tinggi berhubungan dengan penurunan jumlah unmet need, dan satu
penelitian menyatakan bahwa tingkat pendidikan yang tinggi
berhubungan dengan peningkatan jumlah unmet need for limitting.
Sedangkan menurut penelitian yang dilakukan oleh Nzokirishaka dan
Imose wanita yang tidak memiliki pendidikan lebih berisiko mengalami
unmet need daripada wanita yang memiliki pendidikan lanjut dan
pendidikan tinggi. Menurut Peraturan Pemerintah Republik Indonesia
Nomor 17 tahun 2010 tentang Pengelolaan dan Penyelenggaraan
Pendidikan, pendidikan formal adalah jalur pendidikan yang terstruktur
dan berjenjang yang terdiri atas pendidikan dasar, pendidikan menengah,
dan pendidikan tinggi.
5. Tingkat Pendapatan
Menurut penelitian yang dilakukan oleh Nzokirishaka dan Imose
keluarga dengan tingkat pendapatan menengah dan tinggi memiliki
wanita dengan peluang lebih kecil mengalami unmet need dibanding
keluarga dengan pendapatan yang rendah (aOR = 0.670[0.530-0.846] dan
0.664 [0.541-0.817]. Wanita miskin 23 memiliki risiko 1.453 kali lebih
besar mengalami unmet need. Hal ini didukung oleh penelitian yang
dilakukan oleh Ewerling, dkk. yang mengatakan bahwa cakupan wanita
ber-KB rendah pada negara-negara yang miskin. Akan tetapi, menurut
penelitian yang dilakukan oleh Wulifan, dkk. tidak ada hubungan yang
signifikan antara unmet need dengan tingkat pendapatan, meskipun
terdapat hubungan positif yang teridentifikasi pada tingkat pendapatan
yang rendah (OR = 1.72; 95% CI [1.04-2.85]).
6. Diskusi tentang KB dan Jumlah Anak dengan Pasangan
Menurut penelitian yang dilakukan oleh Ajong, dkk. seorang wanita yang
melakukan diskusi dengan suaminya mengenai KB 0,39 kali lebih kecil
mengalami unmet need dibandingkan wanita yang tidak pernah
berdiskusi dengan suaminya (p = 0.001). Hal ini didukung penelitian
yang dilakukan oleh Edietah, dkk. serta Mekonnen dan Alemayehu yang
menyatakan bahwa diskusi mengenai KB dengan pasangan berhubungan
dalam menurunkan kejadian unmet need. Akan tetapi, menurut penelitian
yang dilakukan oleh Woldemicael dan Beaujot yang dilakukan di Eritrea,
menemukan bahwa diskusi mengenai KB dengan pasangan
meningkatkan kejadian unmet need 1.41 kali lebih besar dibanding
dengan yang tidak pernah berdiskusi (p = 0.001).Menurut penelitian yang
dilakukan oleh Nzokirishaka dan Imose kejadian unmet need lebih
rendah ketika kedua pasangan menginginkan jumlah anak yang sama
(aOR = 0.385 [0.303- 0.488]), dan akan lebih tinggi ketika suami
menginginkan lebih banyak anak dari istri (aOR = 1.824 [1.411-2.358])
dan ketika wanita mengabaikan keinginan suami terkait jumlah anak
(aOR = 2.700 (2.176-3.350]).Selain itu, menurut penelitian yang
dilakukan oleh Wulifan, dkk. wanita yang memiliki keinginan lebih
banyak anak dibandingkan pasangan mereka (OR = 1.907; 95% CI
[1.361-2.672]) memiliki hubungan yang signifikan dengan kejadian
unmet need.
7. Persetujuan Pasangan
Menurut penelitian yang dilakukan oleh Ajong, dkk. seorang wanita yang
pasangannya menyetujui penggunaan kontrasepsi 0,52 kali lebih kecil
mengalami unmet need daripada wanita yang suaminya tidak setuju (p =
0.023). KB dan penggunaan kontrasepsi merupakan suatu yang
berpasangan. Kebebasan yang dimiliki seorang wanita adalah ketika
membahas tentang KB bersama pasangan, kemudian disetujui dan
didukung pasangannya. Hal ini merupakan poin yang sangat penting
untuk diperhatikan ketika melakukan intervensi yang bertujuan
mengurangi unmet need. Hal ini didukung penelitian yang dilakukan oleh
Edietah, dkk. yang menyatakan bahwa persetujuan pasangan
berhubungan dalam menurunkan kejadian unmet need (OR = 0.66 [0.45-
0.97], p = 0.035).
8. Akses Informasi
Menurut penelitian yang dilakukan oleh Nzokirishaka dan Imose peluang
terjadinya unmet need akan meningkat pada wanita yang tidak
mengunjungi pelayanan kesehatan dalam rentang waktu 12 bulan (aOR =
1.586 [1.166-2.156]) dan mendapatkan akses informasi melalui TV (aOR
= 0.562 [0.375-0.843]). Wanita yang mengunjungi pelayanan kesehatan
memiliki kesempatan mendapat konseling, informasi, dan pelayanan KB.
9. Sosial budaya
Dalam penelitian yang dilakukan oleh Wulifan, dkk. menjelaskan bahwa
sejumlah faktor yang relevan kemungkinan membentuk probabilitas
unmet need. Fakta bahwa heterogenitas unmet need yang diamati lintas
wilayah di Burkina Faso sebagian besar dapat dijelaskan oleh faktor-
faktor individu, rumah tangga, dan sistem kesehatan. Penelitian ini
menunjukkan fakta bahwa heterogenitas dalam unmet need tidak
didorong oleh perbedaan struktural antar wilayah, melainkan dengan
pengelompokan karakteristik individu, rumah tangga, dan sistem
kesehatan di wilayah tersebut. Hal ini dapat dijadikan spekulasi bahwa
wanita dengan banyak anak sebenarnya ingin mencegah kehamilan lebih
lanjut, tetapi tidak berdaya untuk melakukannya karena pengaturan
sosial-budaya di mana mereka tinggal.
10.Sikap terhadap efek samping
Menurut penelitian yang dilakukan oleh Wulifan, dkk. Ajong, dkk. dan
Genet, dkk. salah satu alasan wanita memilih unmet need adalah karena
ketakutan terhadap efek samping.
2.5 Telaah Jurnal
Unmet need merupakan salah satu konsep penting yang dimanfaatkan untuk
pengembangan kebijakan KB. Unmet need adalah presentase wanita yang saat ini
tidak menggunakan metode kontrasepsi dan tidak ingin anak lagi atau menunda
kehamilan, tetapi tidak menggunakan kontrasepsi jenis apapun (Bradley, Croft,
Fishel, & Westoff, 2012). Ada beberapa alasan wanita tidak menggunakan metode
KB diantaranya kesuburan yang mencangkup premenopause dan histerektomi,
keinginan memiliki anak banyak, efek samping dari alat kontrasepsi yang
digunakan, serta bagi pria alasan tidak berKB karena terkait dengan alat/cara KB.
Alasan lainnya meliputi responden yang menentang memakai kontrasepsi (individu
menolak, suami/pasangan menolak), kurang pengetahuan (alat/cara KB), jarak yang
jauh dari pelayanan KB, biaya kontrasepsi terlalu mahal dan merasa tidak nyaman
(SDKI, 2012). Hasil temuan ini menyimpulkan terdapat dua fenomena yang perlu
diperhatikan bahwa tingkat unmet need untuk penjarangan terdapat di kalangan
wanita usia muda yang masih menginginkan tambahan anak lagi dan tingkat unmet
need yang tinggi untuk mengakhiri terdapat pada kelompok wanita usia tua dan
memiliki jumlah anak yang seperti diharapkan (Taher, 2013).
Pada penelitian yang dilakukan oleh Siti Nur Halimah (2020) ditemukan bahwa
terdapat hubungan antara tingkat pendidikan, staus pekerjaan, riwayat penggunaan
KB, efek samping KB dan dukungan suami berhubungan dengan unmet need KB.
Hasil analisis diperoleh nilai Odds Ratio (OR) =3,391 menunjukkan bahwa
responden yang memiliki tingkat pendidikan rendah berisiko 3,391 terkena unmet
need KB dibandingkan dengan responden yang berpendidikan tinggi. Dari hasil
analisis diperoleh nilai OR=3,391 artinya ibu yang tidak memiliki pekerjaan
memiliki resiko 3,391 kali mengalami unmet need KB dibandingkan dengan ibu
yang bekerja. Dari hasil analisis diperoleh nilai OR = 2,833 artinya responden yang
tidak mendapatkan dukungan dari suami memiliki resiko 2,833 kali mengalami
unmet need KB dibandingkan ibu yang tidak mendapatkan dukungan suami. (Siti
Nurhalimah , 2020)
2.6 Manajemen Asuhan Kebidanan
2.5.1 PENDOKUMENTASIAN ASUHAN KEBIDANAN PADA KELUARGA
POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES MALANG
JURUSAN KEBIDANAN
PROGRAM STUDI KEBIDANAN KEDIRI
ASUHAN KEBIDANAN PADA KELUARGA

Pengkajian : Masalah Pada Keluarga Resiko Tinggi

Hari : diisi hari saat dilakukan pengkajian

Tanggal : diisi tanggal saat dilakukan pengkajian

I. PENGKAJIAN
A. DATA UMUM
1. Data wilayah dan Kepala Keluarga
Kecamatan : Diisi kecamatan Nama Kepala : Diisi nama kepala keluarga
tempat pengkajian Keluarga
Kelurahan/ : Diisi kelurahan/desa Jenis Kelamin : Diisi jenis kelamin
Desa tempat pengkajian responden
RT : Diisi RT tempat Umur : Diisi usia responden
pengkajian
RW/ Dusun : Diisi RW atau dusun Pendidikan : Diisi pendidikan
tempat pengkajian responden
Alamat : Diisi alamat lengkap Agama : Diisi agama yang diyakini
responden
pengkajian Pekerjaan : Diisi pekerjaan sehari-hari
responden
Penghasilan : Diisi penghasilan per
bulan responden
Keadaan : Diisi keadaan kesehatan
Kesehatan saat ini (sehat/kurang
sehat)
2. Data Anggota Keluarga : Diisi anggota keluarga inti ( ayah, ibu, anak )
No Nama Hub. L/P Umur Pendidikan Pekerjaan Agama Suku/
dg KK bangsa

3. Tipe keluarga: Keluarga besar (Extended Family) / Keluarga Inti ( Intended Family)
4. Sifat Keluarga:
a. Pengambil keputusan : Dijabarkan pengamblan keputusan diambil oleh kepala keluarga, musyawarah,
atau mungkin istri saat kepala keluarga tidak berada di rumah
b. Kebiasaan hidup sehari-hari:
- Kebiasaan istirahat/tidur keluarga : Dijabarkan pola istirahat siang dan malam yang biasa dilakukan
oleh keluarga
- Kebiasaan makan keluarga dan contoh menu sehari-hari (cara makan, alat yang dipakai dsb): Pola
makan dan minum yang dilakukan anggota keluarga, cara makan, alat yang dipakai, jenis
makanan yang dikonsumsi
- Kebiasaan dalam personal higiene : Kebiasaan hidup bersih, misalnya kebiasaan mandi
berapa kali sehari, ganti pakaian dalam berapa kali sehari, perilaku mencuci tangan
kapan dilakukan
- Sarana hiburan keluarga : Sarana hiburan keluarga misalnya televisi, CD, tape
- Pengunaan waktu luang keluarga : jenis kegatan yang dilaukan dalam penggunaan
waktu luang keluarga seperti menonton TV, mengobrol, dll
5. Faktor Lingkungan
a. Rumah (permanen/semi permanen, ukuran,ventilasi,jendela, lantai, atap, air minum/air
bersih jml penghuni) : Dijabarkan jenis rumah permanen/semi permanen, dinding
terbuat dari kayu/ tembok, ventilasi cukup atau tidak, lantai porselen atau mester, atap
dari genteng atau asbes, air minum beli atau memasak sendiri, kebersihan rumah.
b. Pembuangan sampah : Cara membuang sampah dengan dibakar/ditimbun/dibuang ke
TPA
c. Jamban dan kamar mandi : Diisi jenis jamban dan jumlah kamar mandi di rumah
d. Pekarangan dan selokan : diisi ada/tidak, jika punya ditulis kondisi pekarangan dan
selokan
e. Kandang ternak : diisi ada/tidak, jika punya ditulis kondisi kandang ternak
f. Denah rumah dan lingkungan : digambarkan dengan singkat denah rumah
g. Sarana komunikasi dan transportasi : diisi sarana komunikasi keluarga misalnya
handphone, telepon rumah dan sarana transportasi keluarga seperti sepeda, motor,
mobil
h. Fasilitas pelayanan kesehatan : fasilitas kesehatan yang dituju apabila punya masalah
kesehatan
B. DATA KESEHATAN
1. Keluarga memiliki jaminan kesehatan: diisi ada atau tidak, jika ada, tulis jenis jaminan
kesehatan yang dimiliki
2. Riwayat Kesehatan Keluarga: riwayat keluarga yang pernah dirawat di fasilitas kesehatan
NO Anggota Keluarga Usia Jenis Penyakit Lama Sakit Tempat
Pengobatan

3. Riwayat Kematian dalam Keluarga : riwayat kematian dalam keluarga


NO Anggota Keluarga Usia Sebab Kematian Keterangan

4. Riwayat Keluarga Berencana (KB)


a. Jumlah pasangan usia subur dalam keluarga : jumlah pasangan usia subur (15-49 th)
atau yang masih mengalami menstruasi
b. Jumlah wanita usia subur dalam keluarga : jumlah wanita usia subur (15-49 th) atau
yang masih mengalami menstruasi
c. PUS/WUS menggunakan alat kontrasepsi: Adakah PUS/WUS yang seddang
menggunakan alat kontrasepsi □ Ya □ Tidak
d. Mulai menjadi peserta KB : Diisi tanggal pemasangan alat kontrasepsi
e. Pelayanan KB didapatkan dari : Diisi petugas atau fasilitas kesehatan yang memberikan
alat kontrasepsi
f. Akseptor yang dibina : diisi ya/tidak jika responden sedang dibina oleh petugas
kesehatan untuk menjadi akseptor KB □ Ya □ Tidak
g. Jenis alat kontrasepsi yang digunakan: Diisi jenis alat kontrasepsi yang digunakan
seperti KB pil, suntik, IUD, kondom, Implan, MOW, MOP
h. Lama pemakaian alat kontrasepsi: Diisi lama pemakaian alat kontrasepsi
i. Komplikasi alat kontrasepsi: Komplikasi yang terjadi akibat pemasangan Alat
Kontrasepsi
j. Pernah ganti cara: pernah ganti jenis alatb kontrasepsi
Jenis: jenis alat kontrasepsi pengganti yang digunakan
k. Jika tidak menggunakan alat kontrasepsi, alasan alasan tidak menggunakan alat
kontrasepsi
5. Pengetahuan Orang Tua tentang Tumbuh Kembang Anak
Pengetahuan orang tua tentang pemeriksaan tumbuh kembang anak dan pemantauan
tumbuh kembang anak di posyandu
6. Harapan Keluarga terhadap Petugas Kesehatan
Harapan keluarga terhadap peran petugas kesehatan
7. Data Ibu Hamil
a. Saat ini ada ibu hamil dalam keluarga: Dicentang apakah ada anggota keluarga yang
sedang hamil □ Ya □ Tidak
b. Usia ibu saat ini : usia ibu saat hamil berapa tahun
c. Kehamilan ini adalah yang ke : kehamilan ini hamil ke berapa
d. HPHT : dipaparkan tanggal haid pertama haid terakhir
e. Siklus menstruasi : diisi jumlah hari siklus menstruasi, teratur atau tidak
f. Lama menstruasi : lama menstruasi yang dialami
g. Jumlah darah haid : ditulis berapa kali ganti pembalut per hari
h. Keluhan saat menstruasi : ditulis keluahan yang dirasakan saat menstruasi, missal
nyeri perut saat hari pertama menstruasi
i. BB/TB : ditulis BB dan TB ibu hamil
j. Tekanan Darah : ditulis TD ibu hamil
k. Usia kehamilan ibu saat ini: dicentang usia kehamilan ibu saat ini
□ TM 1 (0-3 bulan) □ TM2 (4-6 bulan) □ TM3(7-9 bulan)

l. Ibu hamil TM III dengan berat badan kurang dari 45 kg: diisi ya / tidak sesuai kondisi
ibu saat ini □ Ya □ Tidak
m. Apakah ibu memeriksakan kehamilannya: dicentang pernahn periksa kehamilan atau
tidak, berapa kali, dimana □ Ya □ Tidak, Alasan : □Tidak ada biaya
□ Tidak sempat □Tidak tahu
n. Pemeriksaan kehamilan pertama kali dilakukan pada usia kehamilan : ditulis usia
kehamilan saat periksa kehamilan
o. Ibu hamil mengkonsumsi Fe: ditulis apakah ibu mengonsumsi Fe, pada usia
kehamilan berapa □ TM 1 (0-3 bulan) □ TM2 (4-6 bulan) □ TM3(7-9 bulan)
p. Ibu hamil mengkonsumsi iodium ; dicentang apakah ibu mengonsumsi iodium atau
tidak □ Ya □ Tidak
q. Apakah ibu mendapatkan imunisasi TT: dicentang apakah ibu pernah suntik TT,
berapa kali □ Ya □ Tidak
r. Adakah keluhan yang dirasakan ibu hamil saat ini : dipilih adakah keluhan yang
dirasakan ibu hamil saat ini, jika tidak ada yang dikeluhkan, tulis tidak ada keluhan
□ lemah, letih, lesu □ Pusing □ Mual dan muntah kadang □ Bengkak

8. Data Ibu Nifas dan Menyusui


a. Apakah ada buteki dalam keluarga: dicentang apakah ada ibu yang sedang meneteki
bayinya atau tidak □ Ya □ Tidak
b. Apakah ibu meneteki anaknya: dicentang apakah ada ibu meneteki bayinya atau tidak □
Ya □ Tidak
c. Lama menyusui: dicentang berapa lama menyusui anaknya
□ < 1 bulan □ 1-6 bulan □ 6-12 bulan □ > 12 bulan

d. Apakah ASI diberikan secara eksklusif : dicentang apakah ibu memberikan ASI
eksklusif atau tidak □ Ya □ Tidak
e. Bila tidak menyusui alasan : alasan ibu tidak menyusui bayinya
f. Kunjungan ibu nifas: dicentang sudah kunjungan nifas berapa kali, kapan
□ 6 jam □ 1-3 hari □ 6 hari □ 6 minggu

g. Ibu nifas mengkonsumsi vitamin A: dicentang apakah ibu sedang mengkonsumsi


vitamin A atau tidak, berapa kali, sejak kapan, diberi oleh siapa □ Ya □ Tidak
9. Data Bayi
a. Jumlah kelahiran hidup dalam keluarga : diisi jumlah kelahiran anggota keluarga yang
masih hidup
b. Jumlah bayi dalam keluarga :diisi jumlah bayi dalam keluarga
c. Adakah kelahiran BBLR: dicentang apakah ada BBLR dalam keluarga atau tidak, jika
ada, ditulis BB berapa saat lahir □ Ya □ Tidak
d. Tempat persalinan: Diisi faskes tempat persalinan
□ RS □ Puskesmas □ Polindes □ BPM/RB □ Rumah
e. Persalinan ditolong oleh : Diisi penolong persalinan
f. Saat melahirkan apakah dilakukan IMD? Diisi ya/tidak, jika dilakukan ditulis IMD
berapa lama □ Ya □ Tidak
g. Pemberian vitamin K pada BBL: dicentang aokah diberikan vitamin K pada bayi saat
lahir □ Ya □ Tidak
h. DDTK pada bayi dilakukan pada usia: Diisi usia bayi saat dilakukan deteksi dini
tumbuh kembang □ 3 bulan □ 6 bulan □ 9 bulan □ 12 bulan
i. Adakah bayi yang menderita diare : Dipilih apakah bayimenderita diare
□ Ya □ Tidak
j. Bayi penderita diare : Jika ada bayi yang menderita diare, ditulis apakah bayi sudah
sembuh atau meninggal □ sembuh □ mati
10. Data Anak Balita
a. Jumlah anggota keluarga yang berusia balita: diisi jumlah anggota keluarga balita
b. DDTK pada balita apras dilakukan 2 kali/tahun: diisi ya/ tidak, apakah ada gangguan
pada tumbuh kembang balita □ Ya □ Tidak
c. Apakah setiap bulan balita dibawa ke posyandu dan ditimbang : diisi ya / tidak
□ Ya □ Tidak
d. Aktifitas saat waktu luang : aktifitas yang dilakukan anak saat mengisi waktu luang
e. Bila Tidak, alasannya: alasan tidak dating ke posyandu setiap bulan
□ Jauh □ Tidak ada waktu □ Lain-lain:..............................................

f. Imunisasi yang sudah diberikan: ditulis jenis imunisasi yang pernah didapat anak,
seperti hepatitis B, BCG Polio, Campak, DPT
g. Bila imunisasi tidak diberikan, alasan : alasan tidak diberikan imunisasi
h. Apakah anak memiliki buku KIA: diisi apakah anak memiliki buku KIA
□ Ya □ Tidak
i. Apakah anak memiliki KMS: diisi apakah anak memiliki KMS □ Ya □ Tidak
j. Pemantauan berat badan anak berdasarkan KMS saat ini: diisi hasil KMS pada buku
KIA
□ Di daerah garis hijau □ Di atas garis hijau sampai kuning
□ Di bawah garis titik □ Di bawah garis merah
j. Penanganan balita gizi kurang: Diisi jika ada anggota keluarga balita yang mengalami
kekurangan gizi

Sasaran Jenis PMT Entrasol MP ASI Kenaikan BB

I II III

11. Data Anak Usia Sekolah dan Remaja


a. Pendidikan : Diisi pendidikan yang sedah ditempuh anak dan kelas berapa
SD : Kelas :
SMP : Kelas :
SMA : Kelas :
PT : Semester :
b. Kegiatan anak di luar sekolah: diisi kegiatan anak di luar sekolah yang dilakukan secara
rutin
□ keagamaan, sebutkan TPA □ karang taruna
□ olah raga, sebutkan lari, badminton □ Lain-lain, sebutkan
c. Bagaimana penggunaan waktu luang anak: Diisi jenis kegiatan yang dilakukan anak
saat waktu luang
□ musik/TV □ olah raga □ rekreasi □ keagamaan, □ lain-lain,sebutkan
d. Kebiasaan anak: Kebiasaan negative anak yang dilakukan secara rutin
□ merokok □ alkohol □ narkoba □ lain-lain, sebutkan
12. Data Anggota Keluarga Usia Lanjut
a. Adakah anggota keluarga yang berusia lebih dari 60 tahun (lansia): dicentang apakah
ada anggota keluarga yang berusia lanjut (>65 tahun) □Ya □ Tidak
b. Apakah lansia memiliki keluhan kesehatan : diisi apakah lansia memiliki gangguan
kesehatan, jika ada sebutkan keluhan dan mulai kapan □Ya □ Tidak
c. Penggunaan waktu senggang lansia: diisi jenis kegiatan yang dilakuakn lansia saat
senggang □ Berkebun/pekerjaan rumah □ jalan-jalan □ Senam □ lain-lain,
sebutkan……………
d. Adakah posyandu lansia di tempat tinggal saudara: dipilih apakah ada posyandu lansia
yang diadakan di wilayah setempat □ Ya □ Tidak
e. Apakah lansia mengikuti kegiatan posyandu lansia: diisi apakah lansia mengikuti
posyandu lansia, bisa ditambahkan berapa kali, adakah keluhan yang harus diperiksakan
saat posyandu □ Ya, 1 kali/bulan, □ Tidak
f. Jika tidak, alasan : Alasan tidak mengikuti posyandu lansia
□ Tidak mau □ Tidak tahu

II. ANALISA DATA :


Dituliskan data subjektif, objektif dan diagnosa masalah sesuai prioritas
III. RENCANA MASALAH KESEHATAN SESUAI DENGAN PRIORITAS :
Rencana Masalah Kesehatan sesuai dengan prioritas dan rencana intervensi yang akan
dilakukan
IV. PENATALAKSANAAN MASALAH KESEHATAN SESUAI DENGAN PRIORITAS
:
Penatalaksanaan dari rencana tindakan yang akan dilakukan sesuai prioritas masalah
kesehatan
BAB 3
TINJAUAN KASUS

POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES MALANG


JURUSAN KEBIDANAN
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN PROFESI BIDAN

ASUHAN KEBIDANAN PADA KELUARGA

Pengkajian : Masalah Ibu Tidak Menggunakan Kontrasepsi


Hari : Rabu
Tanggal : 23 Maret 2022

I. PENGKAJIAN
A. DATA UMUM
1. Data wilayah dan Kepala Keluarga
Kecamatan : Patrang Nama KK : Salim
Kelurahan/Desa : Bintoro Jenis Kelamin : Laki-laki
RT : 2 Umur : 43 tahun
RW/ Dusun : 15 Pendidikan : Belum tamat SD
Alamat : Jl. Srikoyo Agama : Islam
Lingkungan Krajan Pekerjaan : Wiraswasta
Penghasilan : > Rp2.500.000
Keadaan Kesehatan : Sehat

2. Data Anggota Keluarga


No Nama Hub. dg KK L/P Umur Pendidikan Pekerjaan Agama Suku/
bangsa
1. Tn. A Kepala L 43 th Belum tamat Wiraswasta Islam Madura
Keluarga SD
2. Ny. H Istri P 40 th Belum tamat Ibu Rumah Islam Madura
SD Tangga
3. An. R Anak L 17 th SMA Pelajar Islam Madura

3. Tipe keluarga: Keluarga Inti (Intended Family). Anggota keluarga inti terdiri dari ayah, ibu dan anak.
Jumlah anak hidup 1
4. Sifat Keluarga:
a. Pengambil keputusan : Pengambil keputusan pada keluarga Tn. A yaitu Tn. A sebagai kepala
keluarga, dengan musyawarah antara Ny. H dan Tn. A untuk memecahkan masalah dan mencari
solusi.
b. Kebiasaan hidup sehari-hari:
- Kebiasaan istirahat/tidur keluarga :
Pada keluarga Tn. A, Tn. A bekerja pukul 06.00 – 15.00 WIB, Ny. D mengurus rumah dan
anaknya dan memulai kegiatan istirahat yaitu tidur malam pukul 21.00.
- Kebiasaan makan keluarga dan contoh menu sehari-hari (cara makan, alat yang dipakai dsb)
Makan 3 x sehari (contoh menu nasi, sayur sop, tempe, ikan, daging) menggunakan piring
porselen dan sendok, kadang-kadang pakai tangan.
- Kebiasaan dalam personal higiene :
Keluarga Tn. A mandi minimal 2x/hari dan mengganti pakaian dalam setelah mandi,
sikat gigi minimal 2x sehari saat mandi. Ny. H rajin membersihkan rumah.
- Sarana hiburan keluarga : Sarana hiburan keluarga adalah televisi
- Pengunaan waktu luang keluarga : Penggunaan waktu luang keluarga adalah menonton
TV, mengobrol dengan anggota keluarga.
- Kegiatan keluarga sehari harinya :
Ibu : memasak, membersihkan rumah, dan mengurus anak
Bapak : bekerja
Anak : sekolah
5. Faktor Lingkungan
a. Rumah (permanen/semi permanen, ukuran,ventilasi,jendela, lantai, atap, air minum/air
bersih jml penghuni)
Rumah permanen, milik sendiri, tembok terbuat dari bata, lantai semen, sanitasi baik,
ventilasi cukup, keadaaan rumah bersih, rumah cukup luas, air minum selalu tersedia
menggunakan rebusan air sendiri oleh Ny. H.
b. Pembuangan sampah
Pembuangan sampah dibuang di tempat sampah
c. Jamban dan kamar mandi
Jamban dan kamar mandi WC jongkok, terdapat 1 kamar mandi
d. Pekarangan dan selokan : tidak punya pekarangan, selokan di belakang tertutup tanah
e. Kandang ternak : ada dengan ternak sapi, letak kandang diluar rumah
f. Denah rumah dan lingkungan

Tempat Jemuran

K. Mandi Kamar
R. TV

Dapur Kamar
R. Tamu Kamar

Teras dan Halaman rumah

g. Sarana komunikasi dan transportasi : sarana komunikasi keluarga handphone dan sarana
transportasi keluarga sepeda motor (2)
h. Fasilitas pelayanan kesehatan : ke bidan, Puskesmas Banjar Sengon, Dokter umum
B. DATA KESEHATAN
1. Keluarga memiliki jaminan kesehatan: tidak punya BPJS
2. Riwayat Kesehatan Keluarga:
N Anggota Keluarga Usia Masalah Lama Alasan
O

1 Ny. H 40 Tahun Tidak berKB 8 Tahun Tidak menstruasi

3. Riwayat Kematian dalam Keluarga


NO Anggota Keluarga Usia Sebab Kematian Keterangan

Tidak Ada
4. Riwayat Keluarga Berencana (KB)
a. Jumlah pasangan usia subur dalam keluarga : 1
b. Jumlah wanita usia subur dalam keluarga : 1
c. PUS/WUS menggunakan alat kontrasepsi: □ Ya □ Tidak
d. Alasan tidak menggunakan alat kontrasepsia : Ibu sudah tidak menstruasi
5. Data Ibu Hamil
a. Saat ini ada ibu hamil dalam keluarga: □ Ya □ Tidak
6. Data Ibu Nifas dan Menyusui
a. Apakah ada buteki dalam keluarga: □ Ya □ Tidak
7. Data Bayi
a. Jumlah kelahiran hidup dalam keluarga (tidak ada )
8. Data Anak Balita
a. Jumlah anggota keluarga yang berusia balita: tidak ada
9. Data Anak Usia Sekolah dan Remaja : 1 anak laki-laki
10. Data Anggota Keluarga Usia Lanjut (Tidak ada)
C. ANALISA DATA
1. IDENTIFIKASI DATA

DS :
Ibu mengatakan sudah tidak menggunakan KB selama 8 tahun karena sudah tidak
mengalami menstruasi. Awalnya ibu berhenti KB karena ingin hamil akan tetapi
mengingat sekarang usia ibu sudah mencapai 40 tahun ibu tidak ingin hamil lagi akan
tetapi ibu tidak mau berKB, ibu merasa tidak akan bisa hamil lagi meskipun tidak berKB
karena dirinya tidak pernah menstruasi.
DO : Tekanan darah : 120/80 mmHg
2. MASALAH KESEHATAN/KEBIDANAN
- Ny.H usia 40 tahun tidak mau berKB (Unmet Need )
3. DIAGNOSA
Dx : Ny.H usia 40 tahun dengan Wanita Usia Subur (WUS) tidak berKB

D. RENCANA MASALAH KESEHATAN SESUAI DENGAN PRIORITAS :


DIAGNOSA INTERVENSI / RENCANA RASIONAL
TINDAKAN
Ny.H usia 40 tahun Tujuan :
dengan Wanita Usia Ny.H mau berKB
Subur (WUS) tidak Tujuan Khusus : WUS berKB
berKB
Jangka Pendek :
- Ny.H mau berKB
Jangka Panjang :
- Ny.H berKB sampai dengan
masa menopose
Intervensi :
1. Menjelaskan pada ibu tentang 1. Ibu harus memahami terlebih
Keluarga Berencana dahulu apa itu Keluarga
Berencana
2. Menjelaskan risiko terjadinya 2. Ibu harus mengetahui risiko
kehamilan jika ibu tidak jika ibu tidak berKB maka
berKB akan terjadi kehamilan

3. Menjelaskan tentang macam- 3. Agar ibu dapat menerapkan


macam KB , tidak harus KB alamiah sampai dengan
dengan tindakan akan tetapi ibu benar-benar mau datang
ada KB alamiah pada tenaga kesehatan untuk
berKB

4. Menjelaskan tentang manfaat 4. Ibu wajib memahami apa


dari berKB manfaat KB agar ibu tertarik
untuk berKB kembali

5. Memotivasi ibu agar mau 5. Ibu dibantu kader dan tenaga


berKB ke fasilitas kesehatan kesehatan untuk berKB agar
tidak ada unmet need di
wilayah tersebut
E. PENATALAKSANAAN MASALAH KESEHATAN SESUAI DENGAN PRIORITAS :
TANGGAL DIAGNOSIS IMPLEMENTASI / PELAKSANAAN TTD
KUNJUNGAN TINDAKAN
23 Maret 2022 Ny.H usia 40 1. Menjelaskan pada ibu tentang Keluarga
tahun dengan Berencana
Wanita Usia 2. Menjelaskan risiko bila tidak menggunakan
Subur (WUS) alat kontrasepsi
tidak berKB 3. Menjelaskan tentang macam-macam KB
termasuk KB alamiah
4. Menjelaskan tentang manfaat dari berKB
5. Memotivasi ibu agar menggunakan alat
kontrasepsi
5 April 2022 Ny.H usia 40 1. Memberikan pujian pada ibu karena ibu
tahun dengan mengerti risiko jika tidak berKB dan ada
Wanita Usia rencana untuk berKB
Subur (WUS) 2. Memberikan motivasi pada ibu agar
tidak berKB menggunakan alat kontrasepsi
9 April 2022 Ny.H usia 40 1. Memberikan pujian pada ibu karena ibu
tahun dengan berencana menggunakan KB
Wanita Usia 2. Memberikan motivasi pada ibu agar segera
Subur (WUS) berKB
tidak berKB 3. Memberitahu ibu untuk berKB pada tenaga
kesehatan agar dijelaskan efeksamping dari
masing-masing alat kontrasepsi
13 April 2022 Ny.H usia 40 1. Memberikan pujian pada ibu karena ibu
tahun dengan sudah mau berKB
Akseptor KB 2. Memberitahu ibu cara menkonsumsi pil
Baru Pil 3. Memberitahu ibu efek samping dari KB pil
Kombinasi kombinasi
4. Menjelaskan kapan ibu harus membeli pil
kembali
BAB IV
PEMBAHASAN

Setelah dilakukan pengkajian asuhan kebidanan dalam konteks keluarga pada


keluarga Tn. A didapatkan bahwa permasalahan yang ada dalam keluarga ini adalah
salah satu ibu (WUS) tidak berKB dan tidan ingin hamil (unmet need ). Istri dari Tn. A
bernama Ny.H berusia 40 tahun sudah berhenti berKB selama 8 tahun. Awalnya Ny.H
berhenti berKB karena ingin hamil akan tetapi mengingat usianya sekarang sudah
mencapai 40 tahun, Ny.H tidak ingin hamil lagi. Alasan Ny.H tidak berKB karena Ny.H
merasa dirinya tidak mungkin hamil lagi sebab dirinya tidak pernah menstruasi. Ny.H
mengatakan dirinya menstruasi sekitar 3 bulan lalu namun tidak lancar.
Pada penelitian yang dilakukan oleh Siti Nur Halimah (2020) ditemukan bahwa
terdapat hubungan antara tingkat pendidikan, staus pekerjaan, riwayat penggunaan KB,
efek samping KB dan dukungan suami berhubungan dengan unmet need KB. Hasil
analisis diperoleh nilai Odds Ratio (OR) =3,391 menunjukkan bahwa responden yang
memiliki tingkat pendidikan rendah berisiko 3,391 terkena unmet need KB
dibandingkan dengan responden yang berpendidikan tinggi. Dari hasil analisis diperoleh
nilai OR=3,391 artinya ibu yang tidak memiliki pekerjaan memiliki resiko 3,391 kali
mengalami unmet need KB dibandingkan dengan ibu yang bekerja. Dari hasil analisis
diperoleh nilai OR = 2,833 artinya responden yang tidak mendapatkan dukungan dari
suami memiliki resiko 2,833 kali mengalami unmet need KB dibandingkan ibu yang
tidak mendapatkan dukungan suami. (Siti Nurhalimah , 2020)
Pada kasus Ny.H dilakukan kunjungan sebanyak 4 kali. Kunjungan pertama
yaitu pengkajian data dimana pada kunjungan pertama ditemukan masalah pada
keluarga TnA yaitu ada salah satu ibu (WUS) yang tidak berKB. Setelah itu dilakukan
kunjungan yang kedua untuk implementasi yang pertama yaitu berupa pemberian KIE
mengenai masalah ibu. Kemudian pada kunjungan ketiga yaitu memberikan KIE
kembali serta mengevaluasi pemberian KIE dikunjungan sebelumnya. Pada kunjungan
terakhir adalah evaluasi dari semua proses binaan pada keluarga Tn.A dan didapatkan
hasil bahwa Ny.H kembali menggunakan kontrasepsi pil kombinasi.
Peran petugas KB berguna untuk memberikan informasi terkait KB pada
kelompok masyarakat khususnya wanita usia subur. Dengan mengetahui informasi KB,
WUS diharapkan mengetahui manfaat penggunaan kontrasepsi dan bergabung menjadi
aseptor KB. Apabila WUS sudah menggunakan kontrasepsi maka diharapkan
penggunaan kontrasepsi dapat berlangsung secara berkesinambungan yang berguna
untuk menunda atau membatasi kehamilan. Tingginya penggunaan KB di masyarakat
atau suatu daerah dapat mengurangi kejadian unmet need KB. (Siti Nurhalimah , 2020)
Dukungan suami sangat dibutuhkan untuk menjaga kestabilan responden dalam
penggunaan kontrasepsi. Dukungan suami juga memperngaruhi pasangan tersebut
melakukan perilaku ber-KB. Dalam penelitian yang dilakikan Handayani (2010) yang
mengatakan bahwa budaya patrilineal yang dijadikan pria sebagai kepala keluarga yang
menjadikan pria sebagai kepala keluarga yang bertanggung jawab terhadap fasilitas.
Pandangan serta dukungan suami tentang KB akan sangat berpengaruh terhadap
keputusan di dalam keluarga untuk menggunakan alat atau cara KB tertentu. Beberapa
alasan suami tidak mendukung istrinya menggunakan alat/cara kontrasepsi yaitu suami
memang tidak mengerti tentang KB sehingga suami merasa acuh tak acuh dan tidak
peduli dengan penggunaan kontrasepsi yang sangat didistribusi oleh istrinya.
Dalam upaya pemberdayaan perempuan dalam lingkup keluarga di bidang KIA
juga dilakukan upaya pendidikan kesehatan mengenai pemberdayaan perempuan dalam
bidang KIA dimana ibu menjadi salah satu sasaran pada kegiatan komunitas yang
diselenggarakan tersebut, setelah kegiatan implementasi yang dihadiri oleh ibu, ibu
diharapkan memiliki kesadaran kemauan dan kemampuan untuk menerapkan dan
meningkatkan kesehatan dalam lingkup keluarga secara mandiri.
1.
2.
BAB V
PENUTUP

5.1. Kesimpulan
Permasalahan permasalahan yang ada dalam keluarga ini adalah salah
satu ibu (WUS) tidak berKB dan tidan ingin hamil (unmet need ). Pada kasus
Ny.H dilakukan kunjungan sebanyak 4 kali. Kunjungan pertama yaitu pengkajian
data dimana pada kunjungan pertama ditemukan masalah pada keluarga TnS yaitu
ada salah satu ibu (WUS) yang tidak berKB. Setelah itu dilakukan kunjungan
yang kedua untuk implementasi yang pertama yaitu berupa pemberian KIE
mengenai masalah ibu. Kemudian pada kunjungan ketiga yaitu memberikan KIE
kembali serta mengevaluasi pemberian KIE dikunjungan sebelumnya. Pada
kunjungan terakhir adalah evaluasi dari semua proses binaan pada keluarga Tn.S
dan didapatkan hasil bahwa Ny.H kembali menggunakan kontrasepsi pil
kombinasi. Ibu telah menghadiri kegiatan implmentasi komunitas dalam upaya
peningkatan pengetahuan mengenai pemberdayaan perempuan dalam bidang KIA,
diharapkan berat badan anak dapat bertambah hingga berada pada garis hijau dan
normal sesuai usianya dan ibu memiliki kesadaran kemauan dan kemampuan
untuk menerapkan dan meningkatkan kesehatan dalam lingkup keluarga secara
mandiri.
5.2. Saran
5.1.1 Bagi Mahasiswa
Diharapkan mahasiswa mampu menerapkan ilmu di perkuliahan dan
meningkatkan keterampilan dalam pelaksanaan asuhan kebidanan dalam
konteks keluarga.
5.1.2 Bagi Lahan Praktik
Hendaknya mempertahankan kualitas pelayanan pada masyarakat
khususnya dalam memberikan asuhan keluarga sehat sehingga diharapkan
tidak ada lagi permasalahan kesehatan dalam keluarga.
5.1.3 Bagi Institusi
Hendaknya selalu memberikan arahan dan bimbingan pada peserta didik
dalam melaksanakan praktik di lapangan terutama dalam hal penggunaan
kontrasepsi.
DAFTAR PUSTAKA

Wahyuni, E. D. (2018). Bahan Ajar Kebidanan: Asuhan Kebidanan Komunitas (1st


ed.). PPSDM Keshatan Kementerian Kesehatan RI.

Assefa Hailemariam, F. H. (2016). Factor Affecting Unmet Need For Family Planning
In Southern Nations, Nationalities and Peoples Region, Ethiopia, Vol 21 No, 77–
89.

Bradley, S. E. K., Croft, T. N., Fishel, J. D., & Westoff, C. F. (2012). Revising Unmet
Need For Family Planning. Calverton, Maryland, USA: ICF Internasional.

Bureau, P. R. (2016). 2016 World Population Data Sheet with A Special Focus On
Human Needs and Sustainable Resources. WashingtonDC. Bureau, P. R. (2017).
2017 World Population Data Sheet With A Special Focus On Youth.

DALDUKKB. (2018). Program KB dan Kesehatan Reproduksi PUS Bukan Peserta KB.
Semarang.

Fadhila, N. H., Widoyo, R., & Elytha, F. (2016). Unmed need keluarga berencana pada
pasangan usia subur di kecamatan padang barat tahun 2015, 10, No. 2, 151–156.

Handayani, S. (2010). Pelayanan Keluarga Berencana. Yogyakarta: Pustaka Rihama.


Huda, A. (2016). faktor-faktor yang mempengaruhi kejadian unmet need KB di
Puskesmas Bandarharjo Kecamatana Semarang Utara.

Infodatin KB. (2014). Infodatin Analisis Keluarga Berencana. Jakarta : Kementrian


Kesehatan RI. Juliaan, F. (2009).

Kandel, N. (2012). No Title. Unmet Need For Contraception and Its Associated Factors
Among Married Women of Reproductive Age In Simichaer VDC of Gulmi
District. Health Prospect, 11:1.

Kemenkes. (2017). Dukungan sektor kesehatan dalam mengatasi disparitas program


keluarga berencana dan kesehatan reproduksi.

Anda mungkin juga menyukai