DI PUSKESMAS JAMBLANG
TAHUN 2022
Disusun oleh:
Pendamping:
PUSKESMAS JAMBLANG
KABUPATEN CIREBON
2022
2
HALAMAN PENGESAHAN
1
PENINGKATAN KESADARAN MASYARAKAT BERSAMA KOMPAS
DI PUSKESMAS JAMBLANG
TAHUN 2022
Cirebon,
Dokter intership
KATA PENGANTAR
Segala puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena
atas rahmatNya, kami dapat menyelesaikan penyusunan makalah evaluasi program
mengenai stunting di Puskesmas Jamblang.
Laporan ini dibuat guna memenuhi salah satu syarat tugas program internship di
Puskesmas Jamblang periode 23 Mei – 22 November 2022. Tentunya kami berharap
pembuatan laporan ini tidak hanya berfungsi sebagai apa yang telah disebutkan diatas.
Namun, besar harapan kami agar laporan ini juga dapat dimanfaatkan oleh pihak
Puskesmas Jambalng, dalam rangka menyempurnakan kinerjanya sehingga dapat
menjadi Puskesmas unggulan di wilayah Kabupaten Cirebon. Dalam usaha
penyelesaian tugas laporan ini, kami banyak memperoleh bimbingan dan dorongan dari
berbagai pihak, baik secara langsung maupun tidak. Untuk itu, dalam kesempatan ini
kami ingin menyampaikan terima kasih yangsebesar-besarnya kepada :
Penulis
4
1 BAB I
1 PENDAHULUAN
masalah gizi lainnya seperti gizi kurang, kurus, dan gemuk. Prevalensi balita
pendek mengalami peningkatan dari tahun 2016 yaitu 27,5% menjadi 29,6% pada
tahun 2017.(3)
Kondisi kesehatan dan gizi ibu sebelum dan saat kehamilan serta setelah
persalinan mempengaruhi pertumbuhan janin dan risiko terjadinya stunting.
Faktor lainnya pada ibu yang mempengaruhi adalah postur tubuh ibu (pendek),
jarak kehamilan yang terlalu dekat, ibu yang masih remaja, serta asupan nutrisi
yang kurang pada saat kehamilan. Menurut Peraturan Menteri Kesehatan Nomor
97 Tahun 2014 tentang Pelayanan Kesehatan Masa sebelum Hamil, Masa Hamil,
Persalinan, dan Masa sesudah Melahirkan, Penyelenggaraan Pelayanan
Kontrasepsi, serta Pelayanan Kesehatan Seksual, faktor-faktor yang memperberat
keadaan ibu hamil adalah terlalu muda, terlalu tua, terlalu sering melahirkan, dan
terlalu dekat jarak kelahiran. Usia kehamilan ibu yang terlalu muda (di bawah 20
tahun) berisiko melahirkan bayi dengan berat lahir rendah (BBLR). Bayi BBLR
mempengaruhi sekitar 20% dari terjadinya stunting.(4)
Kondisi sosial ekonomi dan sanitasi tempat tinggal juga berkaitan dengan
terjadinya stunting. Kondisi ekonomi erat kaitannya dengan kemampuan dalam
memenuhi asupan yang bergizi dan pelayanan kesehatan untuk ibu hamil dan
balita. Sedangkan sanitasi dan keamanan pangan dapat meningkatkan risiko
terjadinya penyakit infeksi. (5)
Stunting merupakan masalah gizi yang masih cukup tinggi di wilayah kerja
Puskesmas Jamblang, berdasarkan data bulan februari 2022, dari 8 desa yang
masuk wilayah puskesmas jamblang terdapat 6 desa yang angka stuntingnya
6
masih tinggi yaitu desa bojong wetan terdapat 30 balita, desa bakung lor 24 balita,
desa bakung kidul 12 balita, desa orimalang 12 balita, desa wangunharja 10 balita,
desa sitiwinangun 8 balita yang terhitung berdasarkan TB/U. Dan desa yang
paling banyak balita stuntingnya yaitu desa bojong wetan.
1.2 Permasalahan
1. Belum tercapainya target cakupan pada program gizi di Puskesmas Jamblang
2. Belum terbentuknya focus grup discussion (Ibu dengan anak stunting dan
pembentukan kader gizi stunting)
3. Kurangnya pengetahuan ibu balita mengenai stunting yaitu tentang pola asuh,
sanitasi yang baik dan pemberian makanan tambahan untuk balita.
1.3 Tujuan
1.4 Manfaat
1 BAB II
Balita stunting termasuk masalah gizi kronik yang disebabkan oleh banyak
faktor seperti kondisi sosial ekonomi, gizi ibu saat hamil, kesakitan pada bayi,
9
dan kurangnya asupan gizi pada bayi. Balita stunting di masa yang akan datang
akan mengalami kesulitan dalam mencapai perkembangan fisik dan kognitif
yang optimal, anak menjadi lebih rentan terhadap penyakit dan di masa depan
dapat berisiko pada menurunnya tingkat produktivitas. Pada akhirnya secara luas
stunting akan dapat menghambat pertumbuhan ekonomi, meningkatkan
kemiskinan, dan memperlebar ketimpangan.(7)
Stunting yang telah tejadi bila tidak diimbangi dengan catch-up growth
(tumbuh kejar) mengakibatkan menurunnya pertumbuhan. Masalah stunting
merupakan masalah kesehatan masyarakat yang berhubungan dengan
meningkatnya risiko kesakitan, kematian, dan hambatan pada pertumbuhan baik
motorik maupun mental. Stunting dibentuk oleh growth faltering dan catcth up
growth yang tidak memadai yang mencerminkan ketidakmampuan untuk
mencapai pertumbuhan optimal. Hal tersebut mengungkapkan bahwa kelompok
balita yang lahir dengan berat badan normal dapat mengalami stunting bila
pemenuhan kebutuhan selanjutnya tidak terpenuhi dengan baik. (7)
2.1.2 Epidemiologi
Kejadian balita pendek atau biasa disebut dengan stunting merupakan
salah satu masalah gizi yang dialami oleh balita di dunia saat ini. Pada tahun
2017 22,2% atau sekitar 150,8 juta balita di dunia mengalami stunting. Namun
angka ini sudah mengalami penurunan jika dibandingkan dengan angka stunting
pada tahun 2000 yaitu 32,6%.(8)
Pada tahun 2017, lebih dari setengah balita stunting di dunia berasal dari
Asia (55%) sedangkan lebih dari sepertiganya (39%) tinggal di Afrika. Dari 83,6
juta balita stunting di Asia, proporsi terbanyak berasal dari Asia Selatan (58,7%)
dan proporsi paling sedikit di Asia Tengah (0,9%).(8)
10
G
amba
r 3.
Propo
rsi
Jumla
h
Balita
Pende
k di
Asia
Tahun 2017 (9)
Gambar 4. Rata-rata Prevalensi Balita Pendek di Regional Asia Tenggara Tahun 2005-2017 (10)
kurang secara kualitas dan kuantitas (termasuk pemberian ASI dan MPASI yang
tidak memadai), dan infeksi. Beberapa factor lainnya adalah sebagai berikut:
(12,13)
4. Remaja
a. Meningkatkan penyuluhan untuk perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS),
pola gizi seimbang, tidak merokok, dan mengonsumsi narkoba; dan
b. Pendidikan kesehatan reproduksi.
5. Dewasa Muda
a. Penyuluhan dan pelayanan keluarga berencana (KB);
b. Deteksi dini penyakit (menular dan tidak menular); dan
c. Meningkatkan penyuluhan untuk PHBS, pola gizi seimbang, tidak
merokok/mengonsumsi narkoba.