PENDAHULUAN
1
1.3 Tujuan
1.3.1 Untuk mengetahui dan memahami anatomi dan fisiologi sistem lakrimal
1.3.2 Untuk mengetahui dan memahami definisi keratokonjungtivitis sicca
1.3.3Untuk mengetahui dan memahami penegakan diagnosis dan penatalaksanaan
keratokonjungtivitis sicca
1.4 Manfaat
1.4.1 Menambah wawasan mengenai ilmu kedokteran pada umumnya, dan ilmu
penyakit mata pada khususnya.
1.4.2 Sebagai proses pembelajaran bagi dokter muda yang sedang mengikuti
kepaniteraan klinik bagian ilmu penyakit mata.
2
BAB II
ANATOMI DAN FISIOLOGI
2.1 Anatomi
Kompleks lakrimalis terdiri atas glandula lakrimalis, glandulae lakrimalis
aksesori, kanalikuli, sakus lakrimalis, dan duktus nasolakrimalis.1
Glandula lakrimalis terdiri atas struktur dibawah ini:
1. Bagian orbita
Berbentuk seperti kenari yang teretak didalam foss lakrimalis di
segmen temporal atas anterior dari orbita, dipisahkan dari bagian
palpebra oleh kornu lateralis dari muskulus levator palpebra. Untuk
mencapai bagian ini dari kelenjar secara bedah, harus diiris kulit,
muskulus orbikuaris okuli, dan septum orbitale.4
2. Bagian Palpebrae
Bagian palpebrae terletak tepat di atas segmen temporal dari
forniks konjungtiva superior. Duktus sekretorius lakrimalis, yang
bermuara kira-kira sepuluh lubang kecil, menghubungkan bagian
orbital dan palpebra glandula lakrimalis dengan forniks konjungtiva
1,5
superior. Glandula lakrimalis aksesoris (glandula Krause dan
Wolfring) terletk di dalam substansia propia di konjungtiva palpebra.
Air mata mengalir dari lakuna lakrimalis melalui punktum
superior inferior dan kanalikuli ke sakus lakrimalis, yang terletak di
dalam fossa lakrimalis. Duktus nasolakrimalis berlanjut kebawah dari
sakus dan bermuara ke dalam meatus inferior dari rongga nasal. 6
3. Persarafan
Pasokan saraf ke glandula lakrimalis melalui:
a) Nervus lakrimalis (sensoris), sebuah cabang dari divisi trigeminus.
b) Nervus petrosus superfisialis magna (sekretoris), yang datang dari
nukleus salivarius superior.
3
c) Nervus simpatis yang menyertai arteria lakrimalis dan nervus
lakrimalis.1,6
2.2 Fisiologi
1. Apparaus Lakrimalis
Sistem apparatus lakrimalis mencakup struktur-sruktur yang terlibat dalam
produksi dan drainase air mata. Komponen sekresi terdiri atas kelenjar yang
menghasilkan berbagai unsur pembentuk cairan air mata. Duktus nasolakrimalis
merupakan unsur eksresi sistem ini, yang mengalirkan sekret kedalam hidung.
Cairan air mata disebarkan di atas permukaan mata oleh kedipan mata. 6
4
orbita yang lebih besar dan lobus palpebra yang lebih kecil, masing-masing
dengan sistem saluran pembuangannya tersendiri ke dalam fornix temporal
superior. Lobus palpebra kadang-kadang dapat dilihat dengan membalikkan
palpebra superior. Sekresi dari kelenjar lakrimal utama dipicu okeh emosi atau
iritasi fisik dan menyebabkan air mata mengalir berlimpah melewati tepian
palpebra (epiphora). Persarafan kelenjar utama datang dari nucleus lakrimalis
pons melalui nervus intermedius dan menempuh jalur rumit dari cabang maxillaris
nervus trigeminus. 6
3. Air Mata
Air mata membentuk lapisan tipis setebal 7-10 µm yang menutup epitel
kornea dan konjungtiva. Fungsi lapisan ultra tipis ini adalah :
5
pada sensitivitas pada kontras). “Tear break up” menyebabkan aberasi optik
yang akan menurunkan kualitas fokus gambaran yang didapatkan retina. Oleh
karena itu, ketidakteraturan pada tear film preocular merupakan penyebab
munculnya gejala visual fatigue dan fotofobia.
6
humor. Tear film terdiri dari ± 25 g/mL glukosa, kira-kira 4% dari konsentrasi
glukosa pada darah, yaitu konsentrasi yang dibutuhkan oleh jaringan non-
muskular. Antioksidan yang terdapat pada tear film juga mengurangi radikal
bebas akibat pengaruh lingkungan. Tear film juga mengandung growth factor
yang penting untuk regenerasi dan penyembuhan epitel kornea.
7
BAB III
TINJAUAN PUSTAKA
3.1 Definisi
3.2 Etiologi
8
c. Penyakit obstruksi lakrimalis ( trakoma, pemfigoid okuler, eritema
multiformis dan SSJ, luka bakar kimiawi+ termal, imbalan endokrin,
fibrosis post radiasi)
d. Obat-obatan – antihistamin, beta bloker, fenotiazin, atropin,
kontrasepsi oral, ansiolitik, agen antiparkinson, diuretik,
antikolinergik, antiaritmia, topikal pada tetes mata, anestesi topikal,
isotretinoin
e. Hiposekresi refleks ( keratitis neurotropik, pembedahan kornea,
keratitis herpes simplek, agen topikal, obat sistemik (beta bloker,
atropin), pemakaian kontak lens kronis, diabetes, penuaan, toksisitas
trikloretilen, kerusakan saraf kranial, neuromatosis multipel.
Sindroma Sjogren
a. Primer ( tidak berkaitan dengan penyakit jaringan ikat/ connetive
tissue disease (CTD)
b. Sekunder (berkaitan dengan CTD) – artritis reumatoid, SLE,
skleredema, sirosis biliaris primer, nefritis interstitial, polimiositis+
dermatomiositis, poliarteritis nodosa, tiroiditis hasimoto, penumonitis
limfositik interstitial, ITP, hipergammaglobulinemia, granulomatosis
wegener.
2. Berdasarkan kehilangan evaporasi, dibagi menjadi:
Penyebab intrinsik
a. Penyakit kelenjar meibomian (penurunan jumlah, replacement,
disfungsi)
b. Penurunan pengelihatan – akibat bekerja terlalu lama dengan
komputer, gangguan ekstrapiramidal seperti penyakit parkinson
c. Kelainan kelengkungan kelopak mata akibat eksposure (proptosis,
ekssoptalmus), paralisis kelopak mata, ektropion, koloboma kelopak.
Penyebab ekstrinsik
a. Defisiensi vitamin A
9
b. Obat-obatan topikal
c. Pemakaian kronis kontak lensa
d. Penyakit permukaan okuler1,2,6
1. Iritasi okuler dengan gejala klinis seperti rasa kering , rasa terbakar,
gatal, nyeri , rasa adanya benda asing pada mata, fotofobia, pandangan
berkabut. Biasanya gejala tersebut dicetuskan pada lingkungan berasap
atau kering, aktivitas panas indoor, membaca lama, pemakaian
komputer jangka panjang.
2. Pada KCS, gejala-gejala akan semakin memburuk setiap harinya
dengan penggunaan mata yang lebih memanjang dan paparan
lingkungan. Pasien dengan disfungsi kelenjar meibomian kadang
mengeluh mata merah pada kelopak mata dan konjuntiva tetapi pasien-
pasien tersebut memperlihatkan perburukan gejala terutama pada pagi
hari.
3. Terkadang, pasien mengeluh sekret air mata yang berlebihan, hal ini
disebabkan karena reflek menangis mata yang meningkat karena
permukaan kornea yang mengering
4. Pemakaian obat-obatan sistemik, karena dapat menurunkan produksi
air mata seperti antihistamin, beta bloker dan kontrasepsi oral.
10
conjungtivae inferior. Pada konjungtiva bulbi tidak tampak kilauan yang normal
dan mungkin menebal, edema dan hiperemik.7
A. Tes Schirmer
Tes Schirmer adalah tes saringan bagi penilaian produksi air mata.
Dijumpai hasil false positive dan false negative. Hasil rendah kadang-kadang
dijumpai pada orang normal, dan tes normal dijumpai pada mata kering terutama
yang sekunder terhadap defisiensi musin.1,5
11
Gambar 3. Tes schirmer
Tear film break-up time dapat diukur dengan meletakkan secarik keras
berflourescein pada konjungtiva bulbi dan meminta pasien berkedip. Film air
mata kemudian diperiksa dengan bantuan saringan cobalt pada slitlamp,
sementara pasien diminta agar tidak berkedip. Waktu sampai munculnya titik-titik
kering yang pertama dalam lapisan flourescein kornea adalah tear film break-up
time. Biasanya waktu ini lebih dari 15 detik, namun akan berkurang nyata oleh
anestetika lokal, manipulasi mata, atau dengan menahan palpebra agar tetap
terbuka. Waktu ini lebih pendek pada mata dengan defisiensi air pada air mata dan
selalu lebih pendek dari normalnya pada mata dengan defisiensi musin.1,5
12
Gambar 4.Ocular Protection Index
C. Sitologi Impresi
D. Pemulasan Flourescein
Bengal rose lebih sensitif dari flourescein. Pewarna ini akan memulas
semua sel epitel non-vital yang mengering dari kornea konjungtiva.1,5
13
Gambar 5.Pemulasan bengal rose
G. Lactoferrin
Lactoferrin dalam cairan air mata akan rendah pada pasien dengan
hiposekresi kelenjar lakrimal. Kotak penguji dapat dibeli dipasaran.1,5
3.4 Terapi
Pasien harus mengerti bahwa mata kering adalah keadaan menahun dan
pemulihan total sukar terjadi, kecuali pada kasus ringan, saat perubahan epitel
pada kornea dan konjungtiva masih reversibel.1 Fungsi utama pengobatan ini
adalah penggantian cairan mata karena pemulihan musin sulit untuk dilakukan.
Selain itu salep juga dapat digunakan sebagai pelumas jangka panjang, terutama
saat tidur. 2 Jika mukus itu kental, seperti pada sindrom Sjorgen, agen mukolitik
(mis, acetylcystein 10%) dapat menolong.
14
Untuk menjaga agar air mata tidak terdrainase dengan cepat dapat
digunakan punctal plug, dengan demikian mata akan lebih terasa lembab, tidak
kering, tidak gatal, tidak seperti terbakar. 1,2,6
3.5 Prognosis
3.6 Komplikasi
Pada kasus lanjut, dapat timbul ulkus kornea, penipisan kornea, dan
perforasi, kadang-kadang terjadi infeksi bakteri sekunder.1,2,3
15
BAB IV
KESIMPULAN
Pengobatan yang dapat dilakukan yaitu dengan mengganti cairan mata dan
memberikan salep mata sebagai pelumas. Secara umum, prognosis untuk
ketajaman visual pada pasien dengan sindrom mata kering baik. Pada kasus lanjut,
dapat timbul ulkus kornea, penipisan kornea, perforasi dan kadang-kadang terjadi
infeksi bakteri sekunder.
16
DAFTAR PUSTAKA
17