Anda di halaman 1dari 13

LAPORAN KASUS

INTRA UTERINE FETAL DEATH

Disusun oleh :

dr. Niki Ayu Rezeqi

Dokter Pendamping :

dr. Een Khaeni

PUSKESMAS JAMBLANG

CIREBON

2022

1
I. Identitas Pasien

Nama : Ny. G

Jenis kelamin : Wanita

Umur : 24 tahun

Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga

Agama : Islam

Alamat : Orimalang

Tanggal pemeriksaan : 14 juli 2022

RM : 06-1130

II. Anamnesis

Dilakukan secara Autoanamnesis

Keluhan Utama : Tidak merasakan gerakan janin

Riwayat Penyakit Sekarang :

Pasien dengan G1P0A0 hamil 37-38 minggu datang ke poli KIA puskesmas
jamblang dengan keluhan gerakan janin sudah mulai tidak terasa sejak tadi pagi. Pasien tidak
mengeluhkan keluhan apapun, awalnya pasien merasa janin dalam kandungannya baik-baik
saja dan tidak menyadari bahwa janinnya sudah tidak bergerak lagi bahkan 3 hari sebelumnya
pasien sudah merencenakan ingin memeriksakan kandungannya ke puskesmas untuk di USG.
Kemudian setelah di puskesmas pasien di periksa ANC secara menyeluruh dan didapatkan djj
menghilang dan pasienpun baru menyadari bahwa gerakan janinnya sudah berkurang sejak tadi
pagi sebelum sampai di puskesmas. Pasien tidak mengeluhkan nyeri perut, riwayat perdarahan
pervaginam di sangkal, riwayat trauma selama hamil di sangkal. Pasien rajin melakukan
pemeriksaan ANC ke bidan desa dan ke dokter spesialis kandungan 1x saat usia kehamilan 33-
34 minggu (13-06-2022)

Riwayat Penyakit Dahulu :

Diabetes melitus (-)

Hipertensi (-)

Penyakit ginjal (-)

Asma (-)

Penyakit jantung (-)

2
Riwayat Penyakit Keluarga :

Diabetes melitus (-)

Hipertensi (-)

Penyakit ginjal (-)

Asma (-)

Penyakit jantung (-)

Riwayat Obstetri

Pasien baru mengalami kehamilan pertama sebelumnya tidak pernah melahirkan


maupun keguguran. Pasien sudah menikah selama 1 tahun dan pernikahan yang
pertama.

Riwayat ANC

Pasien melakukan pemeriksaan rutin di bidan desa dan pernah sekali kontrol kehamilan
ke dokter spesialis kandungan pasa usia kehamilan 32-33 minggu.

Riwayat KB

Pasien belum pernah menggunakan KB apapun.

Kondisi lingkungaan sosial dan fisik :

Pasien tinggal satu rumah bersama dengan suami dan orang tuanya dengan lingkungan
yang tidak padat penduduk dengan sumber air dari sumur.

Perilaku Kesehatan

Merokok : Suami pasien

Alkohol : Disangkal

Penggunaan obat-obatan dan jamu : Disangkal

III. Pemeriksaan Fisik


a. Status Obstetri :

- HPHT : 28-10-2021

- TP : 05-08-2022

- UK : 37-38 minggu

- Riwayat obstetri : -

b. Keadaan Umum : Baik

3
c. Kesadaran : Composmentis
d. Tanda Vital :

- Tekanan darah : 120/80 mmHg

- Nadi : 80 x/menit

- Pernapasan : 20 x/menit

- suhu : 36,30C

- BB : 90 kg (BB sebelum hamil 78 kg)

- TB : 160 cm

- Lila : 31 cm

e. Kepala dan wajah :

- Kepala : Normocephal

- Mata : konjungtiva anemis -/-, sklera ikterik -/-, mata cekung -/-

- Telinga : hiperemis-/-, sekret -/-, serumen-/-

- Hidung : septum nasi di tengah,hiperemis -/-, secret-/-

- Mulut : palatum dan mukosa normal, faring hiperemis -/-

f. Thoraks :
- Cor dan Pulmo
- Inspeksi : Simetris kanan dan kiri
- Palpasi : Tidak ada nyeri tekan
- Perkusi : sonor
- Auskultasi : Bunyi nafas vesikuler, ronki -/- basal, wheezing -/-,
BJ I > II reguler, murmur (-) , gallop (-)
g. Abdomen :
- Inspeksi : Cembung gravidarum (+), striae gravidarum (+)
- Palpasi : TFU : 32 cm
Leopold I : Bokong
Leopold II : Puka ibu
Leopold III : Kepala
Leopold IV : Divergen
- Perkusi :-
- Auskultasi: Bising usus normal
h. Ekstremitas : Edema atas -/-
Edema bawah +/+

4
IV. Pemeriksaan Penunjang

Pemeriksaan Laboratorium

Tanggal 9 maret 2022

a. Hemoglobin : 12,0 gr/dl


b. Golongan darah : O+
c. GDS : 116 mg/dl
d. HbsAg : Negatif
e. VCT : NR
f. Protein Urine : Negatif
g. Reduksi urine : Negatif

Tanggal 27 juni 2022

a. Darah Rutin : Hb : 11,8 gr/dl


b. Protein urine : Negatif
c. Reduksi urine : Negatif

Pemeriksaan Radiologi
Tanggal 14 juli 2022

Foto USG : janin tunggal intra uterine, preskep, ketuban cukup, DJJ (-)

V. Diagnosis kerja

G1P0A0 Hamil 37-38 minggu dengan Edema + susp. IUFD

VI. PENATALAKSANAAN

Rujuk dokter spesialis kandungan

VII. PROGNOSIS

AD VITAM : DUBIA AD BONAM

AD FUNGSIONAM : DUBIA AD BONAM

AD SANATIONAM : DUBIA

5
TINJAUAN PUSTAKA

A. Pengertian Intra Uterine Fetal Death (IUFD)

IUFD adalah keadaan tidak adanya tanda-tanda kehidupan janin dalam kandungan

baik pada kehamilan yang besar dari 20 minggu atau kurang dari 20 minggu. Kematian janin

dalam kehamilan adalah kematian janin dalam kehamilan sebelum proses persalinan

berlangsung pada usia kehamilan 28 minggu ke atas atau berat janin 1000 gram ke atas.1

B. Etiologi1

1. Faktor plasenta

a. Insufisiensi plasenta

b. Infark plasenta

c. Solusio plasenta

d. Plasenta previa

2. Faktor ibu

a. Diabetes mellitus

b. Preeklampsi dan eklampsi

c. Nefritis kronis

d. Polihidramnion dan oligohidramnion

e. Shipilis

f. Penyakit jantung

g. Hipertensi

h. Penyakit paru atau TBC

i. Inkompatability rhesus

j. Obesitas

6
C. Faktor Resiko1

1. Status sosial ekonomi rendah

2. Tingkat pendidikan ibu yang rendah

3. Usia ibu >30 tahun atau <20 tahun

4. Paritas pertama dan paritas kelima atau lebih

5. Kehamilan tanpa pengawasan antenatal

6. Kehamilan tanpa riwayat pengawasan kesehatan ibu yang inadekuat

7. Riwayat kehamilan dengan komplikasi medik atau obstetric

D. Klasifikasi2

Kematian janin dapat dibagi menjadi 4 golongan, yaitu:

1. Golongan I : kematian sebelum massa kehamilan mencapai 20 minggu

2. Golongan II : kematian sesudah ibu hamil 20-28 minggu

3. Golongan III : kematian sesudah masa kehamilan >28 minggu (late

fetaldeath)

4. Golongan IV : kematian yang tidak dapat digolongkan pada ketiga golongan

di atas

E. Patofisiologi2

1. Rigor mostis (tegang mati) Berlangsung 2,5 jam setelah mati, kemudian lemas

kembali.

2. Stadium maserasi I Timbul lepuh-lepuh pada kulit, mula-mula terisi cairan

jernih tapi kemudian menjadi merah. Stadium ini berlangsung 48 jam setelah

mati.

3. Stadium maserasi II Lepuh-lepuh pecah dan mewarnai air ketuban menjadi

merah coklat, stadium ini berlangsung 48 jam setelah anak mati.

7
4. Stadium maserasi III Terjadi kira-kira 3 minggu setelah anak mati. Badan

janin sangat lemas, hubungan antara tulang-tulang sangat longgar dan terdapat

oedem dibawah kulit.

Kematian janin dapat terjadi akibat gangguan pertumbuhan janin, gawat janin atau

kelainan bawaan atau akibat infeksi yang tidak terdiagnosis sebelumnya sehingga tidak

diobati.3

1. Ibu tidak merasakan gerakan janin

Nilai DJJ.

Bila ibu mendapatkan sedatif, tunggu hilangnya pengaruh obat, kemudian nilai ulang.

Bila DJJ abnormal,lihat penatalaksanaan DJJ abnormal.

Bila DJJ tidak terdengar, pastikan adanya kematian janin dengan stetoskop ( Doppler)

Bila DJJ baik,berarti bayi tidur

Rangsang janin dengan rangsangan suara (bel) atau dengan menggoyangkan perut ibu

sehingga ibu merasakan gerakan janin. Bila DJJ meningkat frekuensinya sesuai

dengan gerakan janin, maka janin dapat dikatakan normal

Bila DJJ cenderung turun saat janin bergerak, maka dapat disimpulkan adanya gawat

janin.

2. Gerakan janin tidak dirasakan lagi

Gejala dan tanda selalu ada dan tanda kadang – kadang ada. Diagnosis

kemungkinan gerakan janin berkurang atau hilang, nyeri perut hilang timbul atau

menetap. Perdarahan pervaginam sesudah hamil 22 minggu.

3. Uterus tegang / kaku.

 Gawat janin atau DJJ tidak terdengar

 Gerakan janin dan DJJ tidak ada

 Perdarahan 

8
 Nyeri perut hebat Syok 

 Perut kembung / cairan bebas intra abdominal 

 Kontur uterus abnormal

 Abdomen nyeri

 Bagian – bagian janin teraba 

 Denyut nadi ibu cepat (Rupture uteri)

 Gerakan janin berkurang atau hilang

 DJJ abnormal(<100/menit atau >160/ menit) Cairan ketuban bercampur mekonium

 Gawat janin

 Gerakan janin / DJJ hilang Tanda – tanda kehamilan berhenti

 Tinggi fundus uteri berkurang

 Pembesaran uterus berkurang (Kematian janin)

F. Manifestasi Klinik4

1. Anamnesis

a. Ibu tidak merasakan gerakan janin dalam beberapa hari atau gerakan janin

sangat berkurang.

b. Ibu merasakan perutnya bertambah besar, bahkan bertambah kecil atau

kehamilan tidak seperti biasanya.

c. Ibu belakangan ini merasa perutnya sering menjadi keras dan merasakan sakit

seperti mau melahirkan.

d. Penurunan berat badan.

e. Perubahan pada payudara atau nafsu makan

2. Pemeriksaan Fisik

a. Inspeksi

i. Penurunan atau terhentinya peningkatan bobot berat badan ibu.

9
ii. Terhentinya perubahan payudara

b. Palpasi

i. Tinggi fundus uteri lebih rendah dari usia kehamilan

ii. Tidak teraba gerakan- gerakan janin.

iii. Dengan palpasi yang teliti dapat dirasakan adanya krepitasi pada

tulang kepala janin.

c. Auskultasi

Baik memakai stetoskop monoral maupun dopler tidak terdengar denyut

jantung janin.

3. Pemeriksaan Penunjang

a. Pemeriksaan Laboratorium

i. Reaksi biologis negative setelah 10 hari janin mati.

ii. hipofibrinogenemia setelah 4-5 minggu janin mati.

b. Pemeriksaan Radiologi

i. USG

ii. Gerak janin tidak ada

iii. Denyut jantung janin tidak ada

iv. Tampak bekuan darah pada ruang jantung janin

10
G. Diagnosis Banding4

Gejala dan tanda yang selalu ada gejala dan tanda yang kadang-kadang ada Kemungkinan Diagnosis
Syok, uterus tegang/kaku, gawat janin atau Solutio Plasenta
Gerakan janin berkurang atau DJJ tidak terdengar
hilang, nyeri perut hilang timbul
atau menetap, perdarahan
pervagina sesudah hamil 22
minggu
gerakan janin dan DJJ tidak ada, Syok, perut kembung/cairan bebas intra Ruptur Uteri
perdarahan dan nyeri hebat. abdominal, kontur uterus abnormal,
abdomen nyeri, bagian-bagian janin
teraba, denyut nadi ibu cepat.

Cairan ketuban bercampur mekoneum Gawat Janin

Gerakan janin berkurang atau


hilang, DJJ abnormal
(<100x/menit atau >180x/menit).

H. Penatalaksanaan4

1. Periksa Tanda Vital

2. Ambil darah untuk pemeriksaan darah perifer, fungsi pembekuan darah, golongan

darah ABO dan Rhesus.

3. Jelaskan seluruh prosedur pemeriksaan dan hasilnya serta rencana tindakan yang akan

dilakukan kepada pasien dan keluarganya. Bila belum ada kepastian sebab kematian,

hindari memberikan informasi yang tidak tepat.

4. Dukungan mental emosional perlu diberikan kepada pasien. Sebaiknya pasien selalu

didampingi oleh orang terdekanya. Yakinkan bahwa besar kemungkinan dapat lahir

pervaginam.

5. Rencana persalinan pervaginam dengan cara induksi maupun ekspektatif, perlu

dibicarakan dengan pasien dan keluarganya, sebelum keputusan diambil.

6. Bila pilihan adalah pada ekspektatif : Tunggu persalinan spontan hingga 2 minggu,

yakinkan bahwa 90% persalinan spontan akan terjadi komplikasi.

11
7. Bila pilihan adalah manajemen aktif : induksi persalinan menggunakan oksitosin atau

misoprostol. Kombinasi misoporstol 100ug intravaginal, yang diulang 1 kali 6 jam

sesudah pemberian pertama, dengan pemberian tetes oksitosin 5 IU dalam dekstrose

5% mulai 20 tetes permenit sampai maksimal 60 tetes per menit. Seksio sesarea

merupakan pilihan misalnya pada letak lintang.

8. Berikan kesempatan kepada ibu dan keluarganya untuk melihat dan melakukan

berbagai kegiatan ritual bagi janin yang meninggal tersebut.

9. Pemeriksaan patologi plasenta akan mengungkapkan adanya patologi plasenta dan

infeksi.

12
DAFTAR PUSTAKA

1. Cunningham, F. Gary [et.al..]. 20014. Obstetri Williams. Edisi 23 Jakarta : EGC

2. Silver, Robert. 2007. Fetal Death. Obstetrics & Gynecology. Vol 109. American College

of Obstetrician and Gynecologic.

3. Prawirohardjo, Sarwono. 2009. Ilmu Kebidanan. Jakarta : PT. Bina Pustaka Sarwono

Prawirohardjo.

4. Saifuddin A.B. 2010. Buku Panduan Praktis Pelayanan Kesehatan Maternal dan Neonatal.

Jakarta : Bina Pustaka Sarwono Prawiroharjo.

13

Anda mungkin juga menyukai