ABORTUS INCOMPLITE
Oleh :
dr. Alfiany Sahr
Pembimbing :
Pendamping :
I. IdentitasPasien
Nama : Ny. N
Pekerjaan : IRT
II. Anamnesis
Keluhan Utama
Pasien rujukan puskesmas Tanjung Uban datang dengan G3P2A1 gravida 12-13 mgg
keluar darah dari jalan lahir sejak +- 2 hari yang lalu keluar gumpalan darah SMRS.
mengakui dapat mengganti >6x celana dalam. Darah keluar tanpa penyebab dan
Keluhan mulas-mulas disangkal, keluhan keluar gumpalan daging 2 hari yang lalu.
Keluhan disertai adanya pusing, nyeri kepala dan nyeri perut bagian bawah. Pasien
mengetahui kehamilan saat terlambat haid satu bulan, kemudian memeriksakan urin
dengan testpack hasilnya positif. BAB dan BAK tidak ada keluhan.
Riwayat keluhan yang sama dengan pasien pada keluarga tidak ada.
Suntik TT 1 kali
Riwayat obstetrik
Anak I : laki-laki lahir SC dengan bbl 1.9kg
Riwayat Menstruasi
Siklus : 28 hari
Durasi : 7 hari
Dismenore : disangkal
III. PemeriksaanFisik
KeadaanUmum : Sedang
Kesadaran : Composmentis
GCS :E4V5M6
Pernapasan : 22 x/i
Suhu : 36,5 oC
Mulut : Mukosa bibir sianosis (-), pucat (-), kering (-), lidah kotor (-)
Inspeksi : bentuk dada simetris, gerakan dinding dada simetris kiri dan kanan, tidak
ada bagian yang tertinggal, tidak ada penggunaan otot nafas tambahan.
Palpasi : Ictus cordis teraba 1 jari lateral di linea midclavicularis sinistra SIK V
Perkusi : batas jantung kanan linea parasternalis dextra SIK IV dan batas
Pemeriksaan abdomen
Palpasi : Supel, nyeri tekan epigastrium (+), hepar tidak teraba, lien tidak teraba,
Extremitas
Eksremitas atas : pitting edema (-/-) akral hangat, capillaryrefilling time < 2 detik,
sianosis (-).
Eksremitas bawah : pitting edema (-/-), akral hangat, capillaryrefilling time < 2 detik,
sianosis
Status Obstetrik
Pemeriksaan luar
Pemeriksaan dalam
Pemeriksaan inspekulo : tampak darah kehitaman keluar dari ostium uteri eksternum
OUE terbuka
IV. Pemeriksaan penunjang
V. Diagnosa Kerja
VI. Tatalaksana
Bed rest
O2 3 l/i
IVFD RL 30tpm
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
ABORTUS
A. Definisi
Abortus adalah pengakhiran kehamilan dengan cara apapun sebelum janin cukup
berkembang untuk dapat hidup diluar kandungan. Di Amerika Serikat definisi ini terbatas pada
pengakhiran kehamilan sebelum kehamilan 20 minggu yang didasarkan pada tanggal hari
pertama haid normal terakhir.Defnisi lain yang digunakan secara umum adalah kelahiran janin-
neonatus yang beratnya kurang 500 gr.
Menurut Eastman abortus adalah keadaan terputusnya suatu kehamilan dimana fetus
belum sanggup hidup sendiri di luar uterus dengan berat antara 400-1000 gram, atau usia
kehamilan kurang dari 28 minggu. Sedangkan menurut Jeffcoat, abortus adalah pengeluaran dari
hasil konsepsi sebelum usia kehamilan 28 minggu, yaitu fetus belum viable by law. Berbeda lagi
menurut Holmer, abortus terjadi sebelum kehamilan minggu ke-16.Kesimpulan dari perbedaan
pendapat di atas adalah pengeluaran hasil konsepsi sebelum janin dapat hidup di luar kandungan.
Apabila abortus terjadi tanpa tindakan mekanis atau medis untuk mengosongkan uterus,
maka abortus tersebut dinamai abortus spontan. Kata lain yang luas digunakan adalah keguguran
(miscarriage).
C. Patologi
Pada awal abortus terjadi perdarahan desidua basalis, diikuti nekrosis jaringan sekitar
yang menyebabkan hasil konsepsi terlepas dan dianggap benda asing oleh uterus. Kemudian
uterus berkontraksi uterus yang menyebabkan ekspulsi untuk mengeluarkan hasil konsepsi
tersebut. Apabila kantung dibuka, biasanya dijumpai janin kecil yang mengalami maserasi dan
dikelilingi oleh cairan, atau mungkin tidak tampak janin di dalam kantung dan disebut blighted
ovum.
Pada kehamilan kurang dari 8 minggu, villi khorialis belum menembus desidua secara
dalam, jadi hasil konsepsi dapat dikeluarkan seluruhnya. Pada kehamilan 8-12 minggu,
penembusan sudah lebih dalam hingga plasenta tidak dilepaskan secara sempurna dan
menimbulkan banyak perdarahan. Pada kehamilan lebih dari 14 minggu, janin dikeluarkan lebih
dahulu daripada plasenta. Hasil konsepsi keluar dalam berbagai bentuk seperti kantong kosong
amnion atau benda kecil yang tak jelas bentuknya, janin lahir mati, mola kruenta, fetus
kompresus, maserasi atau fetus papiraseus.
Mola karneosa adalah suatu ovum yang dikelilingi oleh kapsul bekuan darah. Kapsul me-
miliki ketebalan bervariasi, dengan vili korionik yang telah berdegenerasi tersebar di antaranya.
Rongga kecil di dalam yang terisi cairan tampak menggepeng dan terdistorsi akibat dinding
bekuan darah lama yang tebal.
Pada abortus tahap lebih lanjut, terdapat beberapa kemungkinan hasil. Janin yang
tertahan dapat mengalami maserasi. Tulang-tulang tengkorak kolaps dan abdomen kembung oleh
cairan yang mengandung darah. Kulit melunak dan terkelupas in utero atau dengan sentuhan
ringan, meninggalkan dermis. Organ-organ dalam mengalami degenerasi dan nekrosis. Cairan
amnion mungkin terserap saat janin tertekan dan mengering untuk membentuk fetus kompresus.
Kadang-kadang, janin akhimya menjadi sedemikian kering dan tertekan sehingga mirip dengan
perkamen, yang disebut juga sebagai fetus papiraseus.
Ovulasi dapat kembali terjadi sedini 2 minggu pasca-abortus. Uihteenmaki dan
Luukkainen (1978) mendeteksi lonjakan luteinizing hormone (LH) 16 sampai 22 hari setelah
abortus pada 15 dari 18 wanita yang diteliti. Selain itu, kadar progesteron plasma-yang merosot
setelah abortusmeningkat segera setelah lonjakan LH.
Perubahan-perubahan hormon ini berlangsung seiring dengan perubahan histologis pada
biopsi endometrium seperti yang diuraikan oleh Boyd dan Holmstrom (1972). Karena itu,
kontrasepsi yang efektif perlu dimulai segera setelah abortus.
D. Klasifikasi
1. Abortus provokatus
Adalah abortus yang disengaja, baik dengan menggunakan obat-obatan atau alat. Abortus ini
terbagi lagi menjadi :
a. Abortus medisinalis(abortus therapheutica)
Adalah abortus karena tindakan kita sendiri, dengan alasan bila kehamilan dilanjutkan
dapat membahayakan jiwa ibu (berdasarkan indikasi medis).
b. Abortus kriminalis.
Adalah abortus yang terjadi oleh karena tindakan-tindakan yang tidak legal atau tidak
berdasarkan indikasi medis.
2. Klasifikasi berdasarkan klinis:
a.Abortus komplet
Artinya seluruh hasil konsepsi dikeluarkan (desidua dan fetus), sehingga rongga rahim
kosong.
b.Abortus inkomplet
Hanya sebagian hasil konsepsi yang dikeluarkan, sisanya yang ketinggalan adalah plasenta
atau desidua basalis.
c.Abortus insipien
Suatu abortus yang tidak dapat dipertahankan lagi, pada pemeriksaan fisik ditandai dengan
pecahnya selaput janin dan pembukaan servik dan kontraksi uterus.
d.Abortus imminens
Abortus ini baru mengancam dan masih ada harapan untuk mempertahankannya.
e.Missed abortion
Keadaan janin sudah mati tetapi masih tetap dalam rahim dan tidak dikeluarkan selama 2
bulan atau lebih.
f. Abortus habitualis
Adalah suatu keadaan dimana telah terjadi abortus 3 kali atau lebih secara berurutan.
g.Abortus infeksi
Abortus yang disertai infeksi pada genitalia, diagnosis ditegakkan dengan adanya tanda
infeksi pada genitalia seperti panas, takikardia, perdarahan pervaginam yang bau, uterus
yang besar dan lembek, nyeri tekan dan leukositosis.
F. Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan pènunjang yang diperlukan adalah:
- USG untuk menentukan apakah janin masih hidup
- Test Kehamilan
- Fibrinogen pada missed abortion
Ketika pada pemeriksaan USG transvaginal, ditemukan uterus kosong dan jumlah
kuantitatif serum hCG lebih besar dari 1.800 mIU per mL (1.800 IU per L), maka kehamilan
ektopik harus difikirkan. Rahim ditemukan kosong pada pemeriksaan USG mungkin aborsi
spontan selesai, tetapi diagnosis tidak pasti sampai kehamilan ektopik disingkirkan.Jika
pemeriksaan USG menemukan sebuah kehamilan intrauterin, kemungkinan KET tersingkirkan,
meskipun kehamilan heterotopic telah dilaporkan (yaitu, secara simultan kontrasepsi dan
kehamilan ektopik).
Risiko abortus spontan menurun 50 hingga 3 persen bila detak jantung janin diidentifikasi
pada USG. Ketika pemeriksaan klinis didapatkan leher rahim melebar, aborsi spontan tidak bisa
dihindari..Namun, evaluasi serviks tidak dapat digunakan untuk membedakan antara yang
abortus complete dan incomplete. Transvaginal USG harus dilakukan dan sangat dapat
digunakan untuk menemukan jaringan konsepsi, dengan sensitivitas 90 hingga 100 persen dan
80-92, persen specificity.7 8 Sebuah aborsi spontan biasanya didiagnosis dengan ultrasonografi
rutin atau ketika USG scan diperoleh karena gejala dan tanda-tanda fisik kehamilan.
Pemeriksaan laboratorium harus mencakup hidroksida kalium dan “wet prep"
pemeriksaan mikroskopis dari cairan vagina, hitung darah lengkap, hitung darah dan Rh, dan tes
hCG serum kuantitatif.pemeriksaan gonore dan klamidia juga harus dipertimbangkan.
Ultrasonografi sangat penting dalam mengidentifikasi status kehamilan dan memverifikasi
bahwa kehamilan di intrauteri.
G. Penatalaksanaan
a. Abortus imminens
Karena ada harapan bahwa kehamilan dapat diopertahankan, maka dianjurkan:
Tirah baring
Diberi sedativa seperti luminal, codein, morphin
Progesteron 10 mg sehari untuk terapi substitusi dan untuk mengurangi kerentanan otot-
otot rahim.
b. Abortus incipiens
Untuk mempercepat pengosongan rahim, diberikan infus oksitosin 20 unit dalam 500 ml
NS atau RL mulai dengan 8 tetes/ menit yang dapat dinaikkan hingga 40 tetes/menit.
Untuk mengurangi nyeri dapat diberikan sedativa.
Ergometrin 0,2 mg IM dapat diberikan dan diulangi 15 menit kemudian cukup besar.
Misoprostol 400 mg po jika diperlukan diulangi 4 jam kemudian.
c. Abortus incompletes
Harus segera dibersihkan dengan kuretase karena selama masih ada sisa plasenta akan
terus terjadi perdarahan. Perdarahan berhenti, Ergometrin 0,2 mg IM atau Misoprostol
400 mg po
Bila tidak ada tanda infeksi beri antibiotik profilaksis (Ampisilin 500 mg po atau
doksisiklin 100 mg).
Bila terjadi infeksi beri Ampisillin 1 gr dan Metronidazol 500 mg setoap 8 jam.
Bila os anemia sedang beri SF 600 mg/hari (2 minggu) jika berat, transfusi.
d. Abortus komplit
Kondisi baik: tablet ergometrin 3x1 tablet/ hari untuk 3 hari
Anemia sedang SF 600 mg/hari (2 minggu) dengan anjuran makan makanan bergizi
seperti susu, telur, tahu, tempe.
H. Komplikasi
- Perdarahan, dapat diatasi dengan pengosongan uterus dan sisa-sisa hasil konsepsi dan jika
perlu pemberian transfusi darah
- Perforasi, dapat terjadi pada kerokan uterus jika uterus berada dalam posisi hiperretrofleksi.
Jika ada tanda bahaya, segera lakukan laparatomi tergantung luas dan bentuk perforasi,
penjahitan luka perforasi atau perlu histerektomi.
- Infeksi, seperti juga pada abortus infeksiosa.
- Syok, biasanya terjadi syok hemoragi karena terjadi perdarahan dan infeksi.
- Kegagalan ginjal, biasanya disebabkan oleh berbagai macam efek dari infeksi dan
penggunaan bahan toksik untuk abortus.
Daftar Pustaka
1. Cunningham FG, Gant NF, Mac Donald PC. Abortus. Willliams Obstetrics 18 thedition
.
Alih bahasa: dr Joko S .Jakarta. EGC.1995, 571-595
2. Saifudin, Bari. Editor, Perdarahan pada kehamilan muda. Dalam. Acuan nasional
pelayanan kesehatan maternal dan neonatal. Jakarta. Yayasan BPSP. 2001. 146-151.