PENDAHULUAN
I. IDENTIFIKASI
Nama : Ny. WB
Umur : 30 tahun
Alamat : Jl Soekarno Hatta RT 04, RW 09 Siring Agung, Ilir Barat 01,
Palembang
Suku : Melayu
Bangsa : Indonesia
Agama : Islam
Pendidikan : SMA
Pekerjaan : IRT
MRS : 17 Desember 2017 pukul 10.23 WIB
No. RM : 1038179
PEMERIKSAAN KHUSUS
Mata : Konjungtiva anemis (-), sklera ikterik (-), pupil isokor 3mm/3mm,
refleks cahaya (+/+).
Hidung : Kavum nasi dextra et sinistra lapang, sekret (-), perdarahan(-)
Telinga : Liang telinga lapang, sekret (-)
Mulut : Perdarahan gusi (-), sianosis (-), mukosa mulut dan bibir kering (-),
cheilitis (-).
Lidah : Atropi papil (-).
Faring/Tonsil : Hiperemis (-), tonsil T1-T1, detritus (-)
LEHER
Inspeksi : Tidak ada kelainan
Palpasi : Stem fremitus kanan=kiri
PARU
Perkusi : Sonor pada kedua lapangan paru
Auskultasi : Vesikuler normal di kedua lapangan paru, ronkhi (-),
wheezing (-).
JANTUNG
Inspeksi : Iktus cordis tidak terlihat
Palpasi : Iktus cordis tidak teraba
Perkusi : Dalam batas normal
Auskultasi : BJ I-II normal, murmur (-), gallop (-).
ABDOMEN
Inspeksi : lemas, simetris
(Lihat pemeriksaan obstetrik )
EKSTREMITAS
Akral hangat (+), edema pretibial (-).
PEMERIKSAAN OBSTETRIK
Pemeriksaan Luar:
Tinggi fundus uteri simfisis, ballotement externa (-), massa(-), TCB (-), nyeri tekan (-).
Pemeriksaan Dalam
Inspeculo
Portio livid, OUE terbuka, flour (-), fluxus (+) darah tak aktif, E/L/P (-), tampak jaringan
di muara OUE.
VT
Mukosa licin, portio lunak, OUE terbuka, medial, Eff 50%, diameter 3 cm, teraba
jaringan di muara OUE
IV. PEMERIKSAAN TAMBAHAN
Pemeriksaan Laboratorium (17 Desember 2017)
Pemeriksaan Hasil Nilai Normal
Hematologi
Hb 13,1 mg/dl 11,4-15,0 mg/dl
RBC 4,30 juta/m3 4,0-5,7 juta/m3
WBC 10,2 x 103/m3 4,73-10,89 x 103/m3
Ht 38% 35-45 %
Trombosit 256.000/m3 189-436 x 103/m3
Diff. Count
Basofil 0 0-1%
Eosinofil 0 1-6%
Netrofil 81 50-70%
Limfosit 15 20-40%
Monosit 4 2-8%
V. DIAGNOSIS KERJA
Abortus Inkomplit
VI. PROGNOSIS
Prognosis Ibu : dubia ad bonam
Prognosis Janin : malam
IX. FOLLOW UP
Follow Up (Tanggal 17 Desember 2017)
S/ Perdarahan pervaginam (-)
O/ Keadaan Umum : Sedang
Kesadaran : CM
Tekanan darah : 110/70 mmHg
Nadi : 82 kali/menit
Pernafasan : 16 kali/menit
Suhu : 36, 5oC
Status Obstetrikus
Muka : Cholasma gravidarum (-)
Mammae : Membesar, hiperpigementasi areola dan papilla mammae (+)
Abdomen :
Inspeksi : Agak membuncit
Palpasi : Nyeri tekan (-), nyeri lepas (-), Defans muskular (-)
Perkusi : Timpani
Auskultasi : Bising usus (+) normal
Genitalia :
CD : tidak menonjol
A/ P2A1 post kuretase a.i AB incomplete
3.1 Definisi
Abortus didefinisikan sebagai ancaman/pengeluaran hasil konsepsi atau terminasi
kehamilan sebelum janin dapat hidup di luar kandungan. Sebagai batasan ialah kehamilan
kurang dari 20 minggu1,2 (beberapa sumber lain memberi batasan 22 minggu3,4 atau
24minggu5) atau berat janin kurang dari 500 gram.
3.2 Etiologi
Pada masa awal kehamilan, ekspulsi spontan dari ovum yang sudah dibuahi umumnya
terjadi akibat terhentinya proses biologis pada embrio atau janin. Penyebab terhentinya proses
biologis tersebut merupakan penyebab abortus pada kehamilan muda. Hal yang sebaliknya
terjadi pada kehamilan lanjut, di mana pengeluaran bayi lebih banyak diakibatkan oleh faktor
lingkungan atau eksternal sehingga saat dikeluarkan bayi-bayi tersebut masih dalam keadaan
hidup.
Penyebab abortus dapat dikategorikan menjadi tiga, yaitu penyebab fetal, penyebab
maternal dan penyebab paternal. Faktor patologis dari pihak semua (paternal) ini walaupun
berhubungan tetapi pengaruhnya sangat kecil terhadap kejadian abortus spontan.
1. Faktor fetal
Delapan puluh persen kasus abortus spontan terjadi sebelum usia kehamilan 12 minggu,
setengah di antaranya disebabkan oleh kelainan kromosom. Sembilan puluh lima persen
kelainan kromosom pada abortus spontan disebabkan oleh kegagalan gametogenesis maternal
dan sisanya adalah kegagalan gametogenesis paternal. Abnormalitas dapaat dimulai dari
pembelahan meiosis dari gamet, pesan ganda pada saat fertilisasi atau saat pembelahan dini
mitosis. Keadaan abortus dengan kelainan kromosom ini disebut abortus aneuploid, misalnya
trisomi autosom atau monosomi. Abortus spontan biasanya menunjukkan kelainan
perkembangan zigot, embryo, fetus tahap awal, atau pada plasenta. Dari 1000 abortus spontan
yang diteliti, ditemukan setengahnya menunjukkan tidak adanya embrio atau disebut blighted
2. Faktor Maternal
Selain cacat kromosom dari pihak ibu, abortus juga dapat terjadi akibat adanya gangguan
kesehatan atau penyakit sistemik pada ibu.
a. Infeksi
Berbagai macam infeksi dapat menyebabkan abortus pada manusia, tetapi hal ini tidak
b. Gangguan nutrisi yang berat
Defisiensi salah satu komponen nutrisi atau defisiensi sedang dari semua komponen
nutrisi bukan merupakan penyebab penting pada abortus.
c. Pecandu berat alkohol atau rokok
Merokok dihubungkan dengan peningkatan risiko abortus. Risiko abortus
meningkat 1,2-1,4 kali lebih besar untuk setiap 10 batang rokok yang dikonsumsi setiap
hari. Abortus spontan berkaitan juga dengan konsumsi alkohol selama 8 minggu
pertama kehamilan. Tingkat aborsi spontan dua kali lebih tinggi pada wanita yang
minum alkohol 2x/minggu dan tiga kali lebih tinggi pada wanita yang mengkonsumsi
alkohol setiap hari. Dalam suatu penelitian didapatkan bahwa risiko abortus meningkat
1,3 kali untuk setiap gelas alkohol yang dikonsumsi setiap hari. Sementara itu, kafein
dosis rendah tidak mempunyai hubungan dengan abortus. Akan tetapi pada wanita yang
mengkonsumsi 5 cangkir (500mg kafein) kopi setiap hari menunjukkan tingkat abortus
yang sedikit lebih tinggi. Pada yang mengkonsumsi lebih dari 5 cangkir setiap hari,
risiko berhubungan dengan jumlah kopi yang dikonsumsi setiap hari.
Radiasi juga dapat menyebabkan abortus pada dosis yang cukup. Akan tetapi,
jumlah dosis yang dapat menyebabkan abortus pada manusia tidak diketahui secara
pasti. Ketika alat kontrasepsi dalam rahim gagal mencegah kehamilan, risiko abortus,
khususnya abortus septik meningkat. Sementara itu, kontrasepsi oral atau zat
spermisidal tidak berkaitan dengan peningkatan risiko abortus.
d. Penyakit kronis atau menahun
Tingkat aborsi spontan dan malformasi kongenital major meningkat pada wanita
dengan diabetes bergantung insulin. Risiko berkaitan dengan derajat kontrol metabolik
pada trimester pertama. Selain itu pada seliac prue juga dapat menyebabkan infertilitas
pada suami atau istri dan abortus rekuren.
e. Gangguan hormonal
Terdapat hubungan antara defisiensi progesteron dan terjadinya abortus. Hormon
progesteron sangat berperan pada pembentukan desidua. Gangguan pembentukan
desiuda akan menganggu proses nutrisi embrio yang menyebabkan terhentinya proses
biologiss sehingga terjadi abortus. Selain trofoblas, kelenjar tiroid berperan dalam
f. Gangguan imunologis
Antibodi terhadap sperma pada segolongan wanita dapat mengakibatkan terjadinya
gangguan kehamilan. Apabila kehamilan dapat terjadi maka risiko abortus sangat
tinggi. Ketidaksesuaian golongan darah dapat menjadi penyebab abortus spontan.
g. Trauma fisis
Trauma mayor abdomen dapat menyebabkan abortus.
h. Anomali uterus dan serviks
Pada mioma yang besar dan multipel biasanya tidak menyebabkan abortus. Jika dihubungkan
dengan abortus, yang menentukan bukanlah ukurannya tetapi lokasinya. Mioma submukosa
lebih sering menyebabkan abortus daripada mioma intramural maupun mioma subserosa.
Kelainan serviks yang berperan pada terjadinya abortus adalah inkompetensi serviks.
3.3 Patogenesis
Sebelum terjadi ekspulsi embrio yang mati terlebih dahulu terjadi perdarahan ke desidua
basalis dan nekrosis pada jaringan di lapisan atas perdarahan. Perlahan-lahan embrio akan
dilepaskan dari tempat implantasinya sehingga material ini dianggap sebagai benda asing
dalam uterus. Uterus akan berkontraksi untuk mengeluarkan embrio yang mati tersebut dari
dalam kavum uteri.
4. Abortus septik
Abortus dengan komplikasi infeksi. Sepsis dapat terjadi akibat infeksi
mikroorganisme dari saluran genital bawah setelah abortus spontan atau aborsi yang
tidak aman. Sepsis biasanya terjadi bila hasil konsepsi masih tertinggal dan evakuasi
ditunda. Sepsis merupakan komplikasi tersering dari abortus tidak aman yang
berhubungan dengan instrumentasi.
3.5 DIAGNOSIS
Beberapa diagnosis banding obstetrik yang sering dipikirkan pada kasus perdarahan
pada kehamilan muda ialah abortus, kehamilan ektopik terganggu (KET), dan kehamilan
mola (mola hidatidosa).1,4,5
Sumber: Mathai M, Sanghvi H, Guidotti RJ. Vaginal Bleeding in Early Pregnancy. In; Managing Complications
in Pregnancy and Childbirth: A Guide for Midwives and Doctors. Geneva: WHO, 2007.
Manifestasi Klinis pada Beberapa Derajat Abortus3
3. Abortus inkomplit
Bila perdarahan ringan dan kehamilan < 16 minggu, dapat dilakukan pengeluaran hasil
konsepsi yang terjepit pada serviks dengan jari atau ring (sponge) forcep.
Bila perdarahan sedang-berat dan usia kehamilan < 16 minggu, dilakukan evakuasi hasil
konsepsi dari uterus dengan:
a. Aspirasi vakum manual merupakan metode yang lebih dianjurkan.
Indikasi aspirasi vakum manual pada kasus abortus: abortus insipien atau inkomplit
<16 minggu4 (sumber lain menyebutkan batasan usia kehamilan < 12-14 minggu3)
Menurut beberapa hasil penelitian, aspirasi vakum menunjukkan risiko komplikasi
(perdarahan hebat, infeksi, trauma serviks, perforasi) yang lebih rendah dibandingkan
kuret tajam. Di samping itu, prosedur ini tidak memerlukan anestesi umum dan memiliki
efektivitas yang cukup baik (persentase evakuasi komplit rata-rata >98%).3 Metode
b. Bila evakuasi tidak memungkinkan untuk segera dilakukan, berikan ergometrin 0,2 mg IM
(dapat diulang setelah 15 menit bila diperlukan) atau misoprostol 400 µg oral (dapat
diulang setelah 4 jam bila diperlukan).
a. Infus oksitosin 40 IU dalam 1 L cairan intravena (saline normal atau Ringer’s Lactate)
dengan kecepatan 40 tetes per menit sampai ekspulsi hasil konsepsi terjadi.
b. Bila perlu, dapat diberikan misoprostol 200 µg per vaginam tiap 4 jam hingga terjadi
ekspulsi, dosis total tidak lebih dari 800 µg.
c. Mengevakuasi sisa hasil konsepsi yang tersisa dari uterus.
Setelah itu, melakukan pemantauan ketat terhadap kondisi ibu pasca tindakan.4
5. Abortus komplit
Evakuasi hasil konsepsi dari uterus umumnya tidak diperlukan. Lakukan pemantauan
pada perdarahan yang berat.4
Prosedur Surgikal Terapi Definitif Abortus Inkomplit
1. Kuretase Digital5
Telah dirawat seorang pasien wanita umur 30 tahun di Bangsal Kebidanan Rumah Sakit
Mohammad Hoesin Palembang tanggal 17 Oktober 2017 dengan diagnosis Abortus Inkomplit.
Diagnosis ditegakkan berdasarkan anamnesis, pemeriksaan fisik, dan pemeriksaan penunjang.
Dari anamnesis diketahui 3 jam sebelum masuk rumah sakit pasien mengeluh keluar
darah dari kemaluan, banyaknya 2 kali ganti pembalut, Riwayat keluar gumpalan seperti hati
ayam (+). Riwayat keluar jaringan seperti mata ikan (-). Riwayat trauma (-). Riwayat minum
jamu/obat-obatan (-). Riwayat diurut-urut (-). Riwayat mual dan muntah (-).
Dari pemeriksaan fisik ditemukan tanda-tanda kehamilan tidak pasti seperti payudara
membesar, hiperpigmentasi areola dan papilla mammae. Pada regio abdomen tampak perut
membuncit sesuai usia kehamilan, tidak ditemukan tanda-tanda rangsang peritoneal seperti
nyeri tekan, nyeri lepas dan defans muskuler. Denyut jantung janin (-). Pada pemeriksaan
genitalia dengan inspekulo didapatkan portio livid, OUE terbuka, flour (-), fluxus (+) darah tak
aktif, E/L/P (-), tampak janin di muara OUE. Pada pemeriksaan VT didapatkan mukosa licin,
portio lunak, OUE terbuka, medial, Eff 50%, diameter 3 cm, teraba jaringan di muara OUE
Berdasarkan literature, perdarahan pada usia kehamilan muda dapat diakibatkan oleh
abortus, kehamilan ektopik terganggu, ataupun mola hidatidosa. Pada kehamilan ektopik
terganggu keluhan yang akan dijumpai berupa perdarahan yang disertai dengan nyeri hebat
abdomen atau panggul. Pada pemeriksaan fisik dapat ditemukan adanya nyeri goyang portio,
cavum douglas menonjol dan nyeri pada perabaan oleh karena terisi oleh darah. Perdarahan
pada mola hidatidosa biasanya disertai dengan pengeluaran jaringan seperti gelembung-
gelembung atau mata ikan. Hiperemesis gravidarum juga sering menyertai penyakit tersebut
disebabkan tingginya kadar β HCG dalam darah. Pada pemeriksaan fisik ditemukan perut
membuncit lebih besar dari usia kehamilan seharusnya.
Anamnesis dan pemeriksaan fisik pada pasien tidak sesuai dengan KET ataupun mola
sehingga diagnosis kerja penulis adalah abortus inkomplit karena dari hasil inspekulo dan VT,
didapatkan terlihat dan teraba jaringan di muara OUE yang menandakan pengeluaran hasil
konsepsi sebelum usia kehamilan kurang dari 20 minggu atau berat badan kurang dari 500
BAB V
PENUTUP
Abortus adalah pengeluaran hasil konsepsi sebelum janin dapat hidup di luar
kandungan yang ditandai dengan adanya perdarahan. Pada kasus perdarahan di usia
kehamilan muda (<20 minggu), selain dicurigai abortus, perlu dipikirkan
kemungkinan diagnosis lainnya seperti kehamilan ektopik terganggu, dan mola
hidatidosa. Anamnesis dan pemeriksaan fisik yang baik akan membantu
menyingkirkan diagnosis banding. Pada pasien ini berdasarkan anamnesis,
pemeriksaan fisik, dan pemeriksaan penunjang didapatkan Abortus inkomplit.
Abortus inkomplit merupakan pengeluaran hasil konsepsi sebelum usia kehamilan
kurang dari 20 minggu atau berat badan kurang dari 500 gram. Penatalaksanaan yang
dilakukan yaitu pengeluaran sisa hasil konsepsi dengan metode kuretase, serta
observasi tanda-tanda vital ibu.
DAFTAR PUSTAKA