Anda di halaman 1dari 30

BAB I

PENDAHULUAN

Abortus adalah pengakhiran kehamilan sebelum janin mencapai berat 500


gram atau kurang dari 20 minggu. Abortus yang berlangsung tanpa tindakan
mekanis atau medis disebut sebagai abortus spontan. Abortus buatan adalah
pengakhiran kehamilan sebelum 20 minggu akibat dilakukan suatu tindakan
mekanis tertentu. Abortus terapeutik ialah abortus buatan yang dilakukan atas
indikasi medik. Berdasarkan aspek klinisnya, abortus spontan dibagi menjadi
beberapa kelompok, yaitu abortus imminens (threatened abortion), abortus
insipiens (inevitable abortion), abortus inkomplit, abortus komplit, missed abortion,
dan abortus habitualis (recurrent abortion), abortus servikalis, abortus infeksiosus,
1,2
dan abortus septik.

Prevalensi abortus meningkat dengan bertambahnya usia, dimana pada


wanita berusia 20 tahun adalah 12%, dan pada wanita yang berusia di atas 45 tahun
4
ialah 50%. Delapan puluh persen abortus terjadi pada 12 minggu pertama
2
kehamilan. Abortus inkomplit merupakan salah satu bentuk dari abortus spontan

maupun sebagai komplikasi dari abortus provokatus kriminalis atau medisinalis,


dimana terjadi pengeluaran sebagian hasil konsepsi pada kehamilan sebelum 20
minggu. Insiden abortus inkomplit sendiri belum diketahui secara pasti namun yang
penting diketahui adalah sekitar 60 % dari wanita hamil yang mengalami abortus
2,3,4
inkomplit memerlukan perawatan rumah sakit akibat perdarahan yang terjadi.

Abortus inkomplit memiliki komplikasi yang dapat mengancam keselamatan


ibu karena adanya perdarahan masif yang bisa menimbulkan kematian akibat
adanya syok hipovolemik apabila keadaan ini tidak mendapatkan penanganan yang
cepat dan tepat. Seorang ibu hamil yang mengalami abortus inkomplit dapat
mengalami guncangan psikis. Komplikasi yang terjadi tidak hanya pada ibu namun
juga pada keluarganya, terutama pada keluarga yang sangat menginginkan anak.
Oleh karenanya, mengenal lebih dekat tentang abortus inkomplit menjadi penting
BAB II
STATUS PASIEN

I. IDENTIFIKASI
Nama : Ny. WB
Umur : 30 tahun
Alamat : Jl Soekarno Hatta RT 04, RW 09 Siring Agung, Ilir Barat 01,
Palembang
Suku : Melayu
Bangsa : Indonesia
Agama : Islam
Pendidikan : SMA
Pekerjaan : IRT
MRS : 17 Desember 2017 pukul 10.23 WIB
No. RM : 1038179

II. ANAMNESIS (Tanggal 17 Desember 2018)


Keluhan Utama
Hamil muda dengan perdarahan dari kemaluan
Riwayat Perjalanan Penyakit
± 1 hari SMRS, pasien mengeluh keluar darah dari kemaluan, banyaknya 2 kali
ganti pembalut, Riwayat keluar gumpalan seperti hati ayam (+). Riwayat keluar
jaringan seperti mata ikan (-). Riwayat trauma (-). Riwayat minum jamu/obat-obatan
(-). Riwayat diurut-urut (-).

Riwayat Penyakit Dahulu


Riwayat darah tinggi (-), riwayat darah tinggi pada kehamilan sebelumnya (-), riwayat
kencing manis (-).
Riwayat Dalam Keluarga
Riwayat darah tinggi dalam keluarga (-).
Status Persalinan : G3P2A0
1. 2011, anak perempuan, 3200 gr, lahir di bidan,
spontan, sehat
2. 2016, anak perempuan, 2800 gr, lahir di bidan,
spontan, sehat
3. Hamil ini

III. PEMERIKSAAN FISIK (Tanggal 17 Desember 2017)


PEMERIKSAAN FISIK UMUM
Keadaan Umum : Tampak sakit sedang
Kesadaran : Compos mentis
BB : 58 kg
TB : 156 cm
Tekanan Darah : 130/80 mmHg
Nadi : 82x/ menit, isi/kualitas cukup, reguler
Respirasi : 18x/menit, reguler
Suhu : 36,2oC

PEMERIKSAAN KHUSUS
Mata : Konjungtiva anemis (-), sklera ikterik (-), pupil isokor 3mm/3mm,
refleks cahaya (+/+).
Hidung : Kavum nasi dextra et sinistra lapang, sekret (-), perdarahan(-)
Telinga : Liang telinga lapang, sekret (-)
Mulut : Perdarahan gusi (-), sianosis (-), mukosa mulut dan bibir kering (-),
cheilitis (-).
Lidah : Atropi papil (-).
Faring/Tonsil : Hiperemis (-), tonsil T1-T1, detritus (-)

LEHER
Inspeksi : Tidak ada kelainan
Palpasi : Stem fremitus kanan=kiri
PARU
Perkusi : Sonor pada kedua lapangan paru
Auskultasi : Vesikuler normal di kedua lapangan paru, ronkhi (-),
wheezing (-).
JANTUNG
Inspeksi : Iktus cordis tidak terlihat
Palpasi : Iktus cordis tidak teraba
Perkusi : Dalam batas normal
Auskultasi : BJ I-II normal, murmur (-), gallop (-).

ABDOMEN
Inspeksi : lemas, simetris
(Lihat pemeriksaan obstetrik )

EKSTREMITAS
Akral hangat (+), edema pretibial (-).

PEMERIKSAAN OBSTETRIK
Pemeriksaan Luar:
Tinggi fundus uteri simfisis, ballotement externa (-), massa(-), TCB (-), nyeri tekan (-).

Pemeriksaan Dalam
Inspeculo
Portio livid, OUE terbuka, flour (-), fluxus (+) darah tak aktif, E/L/P (-), tampak jaringan
di muara OUE.

VT
Mukosa licin, portio lunak, OUE terbuka, medial, Eff 50%, diameter 3 cm, teraba
jaringan di muara OUE
IV. PEMERIKSAAN TAMBAHAN
Pemeriksaan Laboratorium (17 Desember 2017)
Pemeriksaan Hasil Nilai Normal
Hematologi
Hb 13,1 mg/dl 11,4-15,0 mg/dl
RBC 4,30 juta/m3 4,0-5,7 juta/m3
WBC 10,2 x 103/m3 4,73-10,89 x 103/m3
Ht 38% 35-45 %
Trombosit 256.000/m3 189-436 x 103/m3
Diff. Count
Basofil 0 0-1%
Eosinofil 0 1-6%
Netrofil 81 50-70%
Limfosit 15 20-40%
Monosit 4 2-8%

V. DIAGNOSIS KERJA
Abortus Inkomplit

VI. PROGNOSIS
Prognosis Ibu : dubia ad bonam
Prognosis Janin : malam

VII. TATALAKSANA (Planning/P)


a. TERAPI
- IVFD RL gtt xx/menit
- Cek Lab DR,UR, cross match
- Rencana kuretase
b. MONITORING
Pasien terlentang dalam keadaan litotomi dan tersedasi
Dilakukan aseptik antiseptik pada vulva dan sekitarnya
Dilakukan pengosongan kandung kemih dengan Foley Catheter
Dilakukan pemasangam sims atas dan bawah
Portio ditampakkan secara avoe
Dilakukan pemasangan tenakulum pada arah jam 11
Dilakukan sondase didapatkan uterus RF ± 12 cm
Dilakukan kuretase searah jarum jam, didapatkan darah ± 30 cc, jaringan ± 10 cc
Setelah diyakini bersih tidak ada jaringan tertinggal, tenakulum dan sims dilepas
Pukul 14.00
Tindakan selesai

IX. FOLLOW UP
Follow Up (Tanggal 17 Desember 2017)
S/ Perdarahan pervaginam (-)
O/ Keadaan Umum : Sedang
Kesadaran : CM
Tekanan darah : 110/70 mmHg
Nadi : 82 kali/menit
Pernafasan : 16 kali/menit
Suhu : 36, 5oC
Status Obstetrikus
Muka : Cholasma gravidarum (-)
Mammae : Membesar, hiperpigementasi areola dan papilla mammae (+)
Abdomen :
Inspeksi : Agak membuncit
Palpasi : Nyeri tekan (-), nyeri lepas (-), Defans muskular (-)
Perkusi : Timpani
Auskultasi : Bising usus (+) normal
Genitalia :
CD : tidak menonjol
A/ P2A1 post kuretase a.i AB incomplete

P/ Kontrol keadaan umum, vital sign, perdarahan pervaginam


IVFD RL gtt xx/menit
Ceftriaxon 1 gr/12 jam
Lefadroxil 500 mg/12 jam
Asam mefenamat 500 mg/12 jam
BAB III
TINJAUAN PUSTAKA

3.1 Definisi
Abortus didefinisikan sebagai ancaman/pengeluaran hasil konsepsi atau terminasi
kehamilan sebelum janin dapat hidup di luar kandungan. Sebagai batasan ialah kehamilan
kurang dari 20 minggu1,2 (beberapa sumber lain memberi batasan 22 minggu3,4 atau
24minggu5) atau berat janin kurang dari 500 gram.

3.2 Etiologi
Pada masa awal kehamilan, ekspulsi spontan dari ovum yang sudah dibuahi umumnya
terjadi akibat terhentinya proses biologis pada embrio atau janin. Penyebab terhentinya proses
biologis tersebut merupakan penyebab abortus pada kehamilan muda. Hal yang sebaliknya
terjadi pada kehamilan lanjut, di mana pengeluaran bayi lebih banyak diakibatkan oleh faktor
lingkungan atau eksternal sehingga saat dikeluarkan bayi-bayi tersebut masih dalam keadaan
hidup.
Penyebab abortus dapat dikategorikan menjadi tiga, yaitu penyebab fetal, penyebab
maternal dan penyebab paternal. Faktor patologis dari pihak semua (paternal) ini walaupun
berhubungan tetapi pengaruhnya sangat kecil terhadap kejadian abortus spontan.
1. Faktor fetal
Delapan puluh persen kasus abortus spontan terjadi sebelum usia kehamilan 12 minggu,
setengah di antaranya disebabkan oleh kelainan kromosom. Sembilan puluh lima persen
kelainan kromosom pada abortus spontan disebabkan oleh kegagalan gametogenesis maternal
dan sisanya adalah kegagalan gametogenesis paternal. Abnormalitas dapaat dimulai dari
pembelahan meiosis dari gamet, pesan ganda pada saat fertilisasi atau saat pembelahan dini
mitosis. Keadaan abortus dengan kelainan kromosom ini disebut abortus aneuploid, misalnya
trisomi autosom atau monosomi. Abortus spontan biasanya menunjukkan kelainan
perkembangan zigot, embryo, fetus tahap awal, atau pada plasenta. Dari 1000 abortus spontan
yang diteliti, ditemukan setengahnya menunjukkan tidak adanya embrio atau disebut blighted
2. Faktor Maternal
Selain cacat kromosom dari pihak ibu, abortus juga dapat terjadi akibat adanya gangguan
kesehatan atau penyakit sistemik pada ibu.

a. Infeksi
Berbagai macam infeksi dapat menyebabkan abortus pada manusia, tetapi hal ini tidak
b. Gangguan nutrisi yang berat
Defisiensi salah satu komponen nutrisi atau defisiensi sedang dari semua komponen
nutrisi bukan merupakan penyebab penting pada abortus.
c. Pecandu berat alkohol atau rokok
Merokok dihubungkan dengan peningkatan risiko abortus. Risiko abortus
meningkat 1,2-1,4 kali lebih besar untuk setiap 10 batang rokok yang dikonsumsi setiap
hari. Abortus spontan berkaitan juga dengan konsumsi alkohol selama 8 minggu
pertama kehamilan. Tingkat aborsi spontan dua kali lebih tinggi pada wanita yang
minum alkohol 2x/minggu dan tiga kali lebih tinggi pada wanita yang mengkonsumsi
alkohol setiap hari. Dalam suatu penelitian didapatkan bahwa risiko abortus meningkat
1,3 kali untuk setiap gelas alkohol yang dikonsumsi setiap hari. Sementara itu, kafein
dosis rendah tidak mempunyai hubungan dengan abortus. Akan tetapi pada wanita yang
mengkonsumsi 5 cangkir (500mg kafein) kopi setiap hari menunjukkan tingkat abortus
yang sedikit lebih tinggi. Pada yang mengkonsumsi lebih dari 5 cangkir setiap hari,
risiko berhubungan dengan jumlah kopi yang dikonsumsi setiap hari.
Radiasi juga dapat menyebabkan abortus pada dosis yang cukup. Akan tetapi,
jumlah dosis yang dapat menyebabkan abortus pada manusia tidak diketahui secara
pasti. Ketika alat kontrasepsi dalam rahim gagal mencegah kehamilan, risiko abortus,
khususnya abortus septik meningkat. Sementara itu, kontrasepsi oral atau zat
spermisidal tidak berkaitan dengan peningkatan risiko abortus.
d. Penyakit kronis atau menahun
Tingkat aborsi spontan dan malformasi kongenital major meningkat pada wanita
dengan diabetes bergantung insulin. Risiko berkaitan dengan derajat kontrol metabolik
pada trimester pertama. Selain itu pada seliac prue juga dapat menyebabkan infertilitas
pada suami atau istri dan abortus rekuren.
e. Gangguan hormonal
Terdapat hubungan antara defisiensi progesteron dan terjadinya abortus. Hormon
progesteron sangat berperan pada pembentukan desidua. Gangguan pembentukan
desiuda akan menganggu proses nutrisi embrio yang menyebabkan terhentinya proses
biologiss sehingga terjadi abortus. Selain trofoblas, kelenjar tiroid berperan dalam
f. Gangguan imunologis
Antibodi terhadap sperma pada segolongan wanita dapat mengakibatkan terjadinya
gangguan kehamilan. Apabila kehamilan dapat terjadi maka risiko abortus sangat
tinggi. Ketidaksesuaian golongan darah dapat menjadi penyebab abortus spontan.
g. Trauma fisis
Trauma mayor abdomen dapat menyebabkan abortus.
h. Anomali uterus dan serviks
Pada mioma yang besar dan multipel biasanya tidak menyebabkan abortus. Jika dihubungkan
dengan abortus, yang menentukan bukanlah ukurannya tetapi lokasinya. Mioma submukosa
lebih sering menyebabkan abortus daripada mioma intramural maupun mioma subserosa.
Kelainan serviks yang berperan pada terjadinya abortus adalah inkompetensi serviks.

3.3 Patogenesis
Sebelum terjadi ekspulsi embrio yang mati terlebih dahulu terjadi perdarahan ke desidua
basalis dan nekrosis pada jaringan di lapisan atas perdarahan. Perlahan-lahan embrio akan
dilepaskan dari tempat implantasinya sehingga material ini dianggap sebagai benda asing
dalam uterus. Uterus akan berkontraksi untuk mengeluarkan embrio yang mati tersebut dari
dalam kavum uteri.

3.4 Klasifikasi Abortus Spontan


Tipe abortus antara lain:
1. Abortus spontan (keguguran atau spontaneus abortion/misscarriage)
Abortus yang terjadi secara alamiah tanpa adanya upaya-upaya dari luar (buatan) untuk
mengakhiri kehamilan tersebut. Derajat abortus spontan meliputi:
a. Abortus iminens (threatened abortion)5
cerviks, dan tanpa ekspulsi hasil konsepsi. Abortus imminens sifatnya adalah mengancam,
tetapi masih ada kemungkinan untuk mempertahankan hasil konsepsi. Abortus imminens
ditegakan pada wanita yang hamil dengan gejala perdarahan pervaginam yang timbul
dalam waktu kehamilan trimester pertama.
Perdarahan pada abortus imminens lebih ringan , namun dapat menetap dalam
beberapa hari sampai dengan beberapa minggu. Hal ini akan mengakibatkan gangguan
terhadap hasil konsepsi berupa persalinan preterm, berat badan lahir rendah serta kematian
prenatal

b. Abortus insipiens (inevitable abortion)5

Merupakan suatu abortus yang sedang berlangsung, ditandai dengan perdarahan


pervaginam <20 minggu dengan adanya pembukaan serviks, namun tanpa pengeluaran
hasil konsepsi. Pada keadaan ini didapatkan juga nyeri perut bagian bawah atau nyeri kolik
uterus yang hebat.
Pemeriksaan vagina pada kelainan ini memperlihatkan dilatasi ostium serviks dengan
bagian kantong konsepsi menonjol. Hasil pemeriksaan USG mungkin didapatkan jantung
janin masih berdenyut, kantong gestasi kosong (5-6,5 minggu), uterus kosong (3-5
minggu) atau perdarahan subkhorionik banyak di bagian bawah. Kehamilan biasanya tidak
dapat dipertahankan lagi dan pengeluaran hasil konsepsi dapat dilaksanakan dengan kuret
vakum atau dengan cunam ovum disusul dengan kerokan.

c. Abortus inkomplit (incomplete abortion)5


Adalah pengeluaran hasil konsepsi sebelum usia kehamilan kurang dari 20 minggu atau
berat badan kurang dari 500 gram dan masih terdapat hasil konsepsi yang tertinggal di
dalam uterus.

d. Abortus komplit (complete abortion)

Adalah pengeluaran hasil konsepsi. Pada penderita ditemukan perdarahan sedikit,


ostium uteri telah menutup, dan uterus sudah banyak mengecil. Selain ini, tidak ada
lagi gejala kehamilan dan uji kehamilan menjadi negatif. Pada pemeriksaan USG
didapatkan uterus yang kosong.7

Retensi embrio mati (missed abortion)


Istilah ini digunakan pada kegagalan uterus untuk mengeluarkan embrio lebih dari 8
minggu dihitung sejak kematian embrio tersebut. Karena sulit mengetahui saat pasti
tentang matinya embrio, maka umumnya diambil patokan dari ketidaksesuaian ukuran
uterus dengan usia kehamilan (dengan adanya selisih 8 minggu). Pada beberapa kasus,
missed abortion dapat diekspulsi secara spontan. Bila usia kehamilan telah memasuki
trimester kedua dan terjadi retensi janin mati, maka sering terjadi gangguan pembekuan
darah, seperti perdarah dari gusi, hidung atau tempat terjadinya trauma. Gangguan
pembekuan darah tersebut disebabkan oleh koagulopati konsumtif akibat retensi embrio
mati dalam jangka waktu cukup lama.1-3,5

Abortus habitualis (recurrent abortus)


Abortus habitualis adalah abortus yang terjadi 3 kali atau lebih berturut-turut.
akibat cacat kromosom, lakukan upaya-upaya investigasi genetika dan upayakan perbaikan
dengan metode yang tersedia. Bila disebabkan defisiensi hormonal, maka cari penyebab
defisiensi dan pilih hormon substitusi yang sesuai. Bila hal ini disebabkan inkompetensi
servikal, maka lakukan prosedur ligasi serviks dengan cara Shirodkar atau Mc Donald
sebelum kehamilan berusia 12-14 minggu.1-3

2. Abortus buatan/diinduksi (induced abortion)1,2,3


Abortus yang terjadi akibat upaya-upaya tertentu untuk mengakhiri proses kehamilan.
Abortus buatan dibagi menjadi 2, yaitu:
a. Abortus buatan terapeutik (abortus provokatus medisinalis)
Aborsi yang dilakukan pada wanita hamil atas indikasi terapeutik atau medis.
Umumnya indikasi tersebut berkaitan dengan ancaman keselamatan jiwa atau adanya
gangguan kesehatan yang berat pada ibu (dekompensatio kordis, tuberkulosis paru
berat, status asmatikus, diabetes mellitus tidak terkontrol, penyakit hati menahun, dan
sebagainya). Pada beberapa negara, indikasi untuk melakukan abortus provokatus
berkaitan dengan adanya kecatatan pada janin (misalnya talassemia, kelainan
kromosom, sindrom Down, penyakit retardasi mental) atau dari cara terjadinya suatu
kehamilan (akibat perkosaan, hubungan sedarah/incest).
Pada beberapa badan peradilan di luar negeri atau negara modern dikenal pula
istilah terminasi kehamilan atas permintaan pasien (voluntary termination), yaitu
abortus yang dilakukan atas permintaan pasien, baik akibat adanya risiko terhadap
kesehatan ibu atau tekanan mental berat yang dialami ibu tersebut (misalnya
kehamilan yang baru saja diketahui setelah terjadinya perceraian, sulit menentukan
ayah dari janin yang dikandungnya, hamil bukan dengan pasangan yang sebenarnya
atau pasangan tersebut tidak terikat dalam ikatan pernikahan yang sah). .
b. Abortus kriminalis (abortus provokatus kriminalis)
Aborsi yang dilakukan secara sengaja (melalui kesepakatan antara pasien dan
pelaku aborsi) dan bukan atas indikasi untuk menyelamatkan jiwa ibu, adanya
kecacatan pada janin atau gangguan mental yang berat.
cukup serta menggunakan peralatan yang tidak memenuhi persyaratan minimal bagi
suatu tindakan medis.
Peralatan yang digunakan umumnya menggunakan banyak cemaran bahan
berbahaya, baik mikroorganisme maupun bahan kaustik atau iritatif. Bila pasien
selamat dari kematian, maka dapat terjadi cacat yang menetap atau gangguan organ
serius. Bahan-bahan tradisional yang digunakan di antaranya batang kayu, akar
pohon, tangkai pohon yang memiliki getah iritatif, batang plastik yang dimasukkan ke
dalam kavum uteri. Beberapa upaya lainnya yaitu dengan melakukan pemijatan
langsung ke korpus uteri hingga terjadi memar pada dinding perut, kandung kemih,
adneksa atau usus.
Hal ini merupakan tragedi fatal yang tersembunyi. Dalam periode 1 tahun,
hampir 70.000 ibu meninggal akibat abortus yang tidak aman atau berisiko. Risiko ini
amat dipengaruhi oleh ada tidaknya fasilitas kesehatan yang mampu memberikan
pelayanan kesehatan maternal secara memadai. Beberapa kondisi (kemiskinan,
keterbelakangan, dan sikap kurang peduli) menambah angka kejadian abortus yang
tidak aman. WHO memperkirakan angka kematian yang berkaitan dengan abortus
yang tidak aman cukup tinggi, paling tidak 20 juta per tahun. Hampir 90% abortus
dengan risiko dilakukan di negara berkembang. Kematian akibat abortus dengan
risiko di negara berkembang 15 kali lebih banyak daripada negara industri. Jika
dibandingkan dengan negara yang sangat maju, angka tersebut meningkat menjadi 50
kali lebih banyak.

4. Abortus septik
Abortus dengan komplikasi infeksi. Sepsis dapat terjadi akibat infeksi
mikroorganisme dari saluran genital bawah setelah abortus spontan atau aborsi yang
tidak aman. Sepsis biasanya terjadi bila hasil konsepsi masih tertinggal dan evakuasi
ditunda. Sepsis merupakan komplikasi tersering dari abortus tidak aman yang
berhubungan dengan instrumentasi.
3.5 DIAGNOSIS
Beberapa diagnosis banding obstetrik yang sering dipikirkan pada kasus perdarahan
pada kehamilan muda ialah abortus, kehamilan ektopik terganggu (KET), dan kehamilan
mola (mola hidatidosa).1,4,5

Sumber: Mathai M, Sanghvi H, Guidotti RJ. Vaginal Bleeding in Early Pregnancy. In; Managing Complications
in Pregnancy and Childbirth: A Guide for Midwives and Doctors. Geneva: WHO, 2007.
Manifestasi Klinis pada Beberapa Derajat Abortus3

Diagnosis Perdarahan Serviks Besar Uterus Gejala Lain


Abortus Sedikit hingga Tertutup Sesuai dengan Tes kehamilan (+), kram,
iminens sedang usia kehamilan uterus lunak
Abortus Sedang hingga Terbuka Sesuai atau lebih Kram, uterus lunak
insipiens banyak kecil
Abortus Sedikit hingga Terbuka Lebih kecil dari Kram, keluar jaringan,
inkomplit banyak (lunak) usia kehamilan uterus lunak
Abortus Sedikit atau Lunak (terbuka Lebih kecil dari Sedikit/tidak ada kram,
komplit tidak ada atau tertutup) usia kehamilan keluar massa kehamilan,
uterus kenyal

3.6 TATA LAKSANA


Langkah pertama dari serangkaian penatalaksanaan abortus adalah penilaian kondisi
klinis pasien. Penilaian ini masih berkaitan dengan upaya diagnosis dan memulai pertolongan
awal kegawatdaruratan. Dengan langkah ini, dapat dikenali berbagai komplikasi yang dapat
mengancam keselamatan pasien seperti syok, infeksi/sepsis, perdarahan hebat (masif) atau
taruma intraabdomen. Melalui pengenalan ini, dapat diambil langkah untuk mengatasi
komplikasi. Walaupun tanpa komplikasi, pada kasus abortus inkomplit dapat berubah
menjadi ancaman apabila terapi definitif (evakuasi sisa konsepsi) tidak segera dilaksanakan.
Oleh karena itu, penting seklai untuk membuat penilaian awal secara akurat (yang kemudian
segera diikuti dengan tindakan pengobatan) atau (apabila ada indikasi) melakukan stabilisasi
pasien.3,4
Tata laksana definitif abortus bergantung pada derajat abortus dan meliputi prosedur
medikal dan surgikal.2,5
1. Abortus iminens
Pada umumnya tidak memerlukan terapi medikamentosa.4 Beberapa sumber masih ada
yang mengharuskan tirah baring selama 24-48 jam, sumber lain menyebutkan tidak perlu
sampai tirah baring1,3 (ibu hanya dianjurkan untuk menghindari aktivitas fisik yang berat4,5).
atau USG). Perdarahan persisten dengan ukuran uterus lebih besar dari perkiraan usia
kehamilan mengindikasikan kehamilan kembar atau mola hidatidosa. Tidak dianjurkan untuk
memberikan terapi hormon (seperti estrogen atau progestin) atau agen tokolitik (salbutamol
atau indometasin) karena tidak dapat mencegah terjadinya keguguran.4
2. Abortus insipiens
Bila usia kehamilan < 16 minggu, rencanakan untuk melakukan evakuasi isi uterus. Bila
evakuasi tidak memungkinkan untuk segera dilakukan:
a. Berikan ergometrin 0,2 mg IM (dapat diulang setelah 15 menit bila perlu) atau
misoprostol 400 µg oral (dapat diulang sekali setelah 4 jam bila perlu).
b. Rencanakan evakuasi hasil konsepsi dari uterus sesegera mungkin.
Bila usia kehamilan > 16 minggu:
a. Tunggu ekspulsi spontan dari hasil konsepsi, kemudian evakuasi isi uterus untuk
membersihkan sisa-sisa konsepsi yang masih tertinggal.
b. Jika memungkinkan, infus oksitosin 40 IU dalam 1 L cairan intravena (salin normal
atau Ringer’s Lactate) dengan kecepatan 40 tetes per menit guna membantu terjadinya
ekspulsi spontan hasil konsepsi.
Setelah itu, melakukan pemantauan ketat terhadap kondisi ibu pasca tindakan.4

3. Abortus inkomplit
Bila perdarahan ringan dan kehamilan < 16 minggu, dapat dilakukan pengeluaran hasil
konsepsi yang terjepit pada serviks dengan jari atau ring (sponge) forcep.
Bila perdarahan sedang-berat dan usia kehamilan < 16 minggu, dilakukan evakuasi hasil
konsepsi dari uterus dengan:
a. Aspirasi vakum manual merupakan metode yang lebih dianjurkan.
Indikasi aspirasi vakum manual pada kasus abortus: abortus insipien atau inkomplit
<16 minggu4 (sumber lain menyebutkan batasan usia kehamilan < 12-14 minggu3)
Menurut beberapa hasil penelitian, aspirasi vakum menunjukkan risiko komplikasi
(perdarahan hebat, infeksi, trauma serviks, perforasi) yang lebih rendah dibandingkan
kuret tajam. Di samping itu, prosedur ini tidak memerlukan anestesi umum dan memiliki
efektivitas yang cukup baik (persentase evakuasi komplit rata-rata >98%).3 Metode
b. Bila evakuasi tidak memungkinkan untuk segera dilakukan, berikan ergometrin 0,2 mg IM
(dapat diulang setelah 15 menit bila diperlukan) atau misoprostol 400 µg oral (dapat
diulang setelah 4 jam bila diperlukan).

Bila kehamilan > 16 minggu:

a. Infus oksitosin 40 IU dalam 1 L cairan intravena (saline normal atau Ringer’s Lactate)
dengan kecepatan 40 tetes per menit sampai ekspulsi hasil konsepsi terjadi.
b. Bila perlu, dapat diberikan misoprostol 200 µg per vaginam tiap 4 jam hingga terjadi
ekspulsi, dosis total tidak lebih dari 800 µg.
c. Mengevakuasi sisa hasil konsepsi yang tersisa dari uterus.
Setelah itu, melakukan pemantauan ketat terhadap kondisi ibu pasca tindakan.4

5. Abortus komplit
Evakuasi hasil konsepsi dari uterus umumnya tidak diperlukan. Lakukan pemantauan
pada perdarahan yang berat.4
Prosedur Surgikal Terapi Definitif Abortus Inkomplit
1. Kuretase Digital5

2. Kuretase Tajam (Dilatasi dan Kuretase)2,6


3.
Aspirasi Vakum Manual (Manual Vacum Aspiration atau AVM)2,6
BAB IV
ANALISIS MASALAH

Telah dirawat seorang pasien wanita umur 30 tahun di Bangsal Kebidanan Rumah Sakit
Mohammad Hoesin Palembang tanggal 17 Oktober 2017 dengan diagnosis Abortus Inkomplit.
Diagnosis ditegakkan berdasarkan anamnesis, pemeriksaan fisik, dan pemeriksaan penunjang.
Dari anamnesis diketahui 3 jam sebelum masuk rumah sakit pasien mengeluh keluar
darah dari kemaluan, banyaknya 2 kali ganti pembalut, Riwayat keluar gumpalan seperti hati
ayam (+). Riwayat keluar jaringan seperti mata ikan (-). Riwayat trauma (-). Riwayat minum
jamu/obat-obatan (-). Riwayat diurut-urut (-). Riwayat mual dan muntah (-).
Dari pemeriksaan fisik ditemukan tanda-tanda kehamilan tidak pasti seperti payudara
membesar, hiperpigmentasi areola dan papilla mammae. Pada regio abdomen tampak perut
membuncit sesuai usia kehamilan, tidak ditemukan tanda-tanda rangsang peritoneal seperti
nyeri tekan, nyeri lepas dan defans muskuler. Denyut jantung janin (-). Pada pemeriksaan
genitalia dengan inspekulo didapatkan portio livid, OUE terbuka, flour (-), fluxus (+) darah tak
aktif, E/L/P (-), tampak janin di muara OUE. Pada pemeriksaan VT didapatkan mukosa licin,
portio lunak, OUE terbuka, medial, Eff 50%, diameter 3 cm, teraba jaringan di muara OUE
Berdasarkan literature, perdarahan pada usia kehamilan muda dapat diakibatkan oleh
abortus, kehamilan ektopik terganggu, ataupun mola hidatidosa. Pada kehamilan ektopik
terganggu keluhan yang akan dijumpai berupa perdarahan yang disertai dengan nyeri hebat
abdomen atau panggul. Pada pemeriksaan fisik dapat ditemukan adanya nyeri goyang portio,
cavum douglas menonjol dan nyeri pada perabaan oleh karena terisi oleh darah. Perdarahan
pada mola hidatidosa biasanya disertai dengan pengeluaran jaringan seperti gelembung-
gelembung atau mata ikan. Hiperemesis gravidarum juga sering menyertai penyakit tersebut
disebabkan tingginya kadar β HCG dalam darah. Pada pemeriksaan fisik ditemukan perut
membuncit lebih besar dari usia kehamilan seharusnya.
Anamnesis dan pemeriksaan fisik pada pasien tidak sesuai dengan KET ataupun mola
sehingga diagnosis kerja penulis adalah abortus inkomplit karena dari hasil inspekulo dan VT,
didapatkan terlihat dan teraba jaringan di muara OUE yang menandakan pengeluaran hasil
konsepsi sebelum usia kehamilan kurang dari 20 minggu atau berat badan kurang dari 500
BAB V
PENUTUP

Abortus adalah pengeluaran hasil konsepsi sebelum janin dapat hidup di luar
kandungan yang ditandai dengan adanya perdarahan. Pada kasus perdarahan di usia
kehamilan muda (<20 minggu), selain dicurigai abortus, perlu dipikirkan
kemungkinan diagnosis lainnya seperti kehamilan ektopik terganggu, dan mola
hidatidosa. Anamnesis dan pemeriksaan fisik yang baik akan membantu
menyingkirkan diagnosis banding. Pada pasien ini berdasarkan anamnesis,
pemeriksaan fisik, dan pemeriksaan penunjang didapatkan Abortus inkomplit.
Abortus inkomplit merupakan pengeluaran hasil konsepsi sebelum usia kehamilan
kurang dari 20 minggu atau berat badan kurang dari 500 gram. Penatalaksanaan yang
dilakukan yaitu pengeluaran sisa hasil konsepsi dengan metode kuretase, serta
observasi tanda-tanda vital ibu.
DAFTAR PUSTAKA

1. Affandi B, Adriaanz G, Widohariadi, dkk. Paket Pelatihan Klinik: Asuhan Pasca


Keguguran, Edisi Kedua. Jakarta: JNPK-KR/POGI, 2002. Hal. 2-1 s.d. 2-9; 4-1 s.d. 4-13.
2. Cunningham FG, Leveno KJ, Bloom SL (Editors). Abortion. In: Williams Obstetrics,
rd
23 Edition. New York: McGraw-Hill, 2010. [e-book].
3. DeCherney AH, Nathan L, Goodwin TM, et al. Spontaneous Abortion. In: Current
Diagnosis and Treatment in Obstetric and Gynecology. New York: McGraw-Hill, 2003.
[e-book].
4. Hadijanto B. Perdarahan pada Kehamilan Muda. Saifuddin AB, Rachimhadhi T,
Wiknjosastro GH (Editor). Dalam: Ilmu Kebidanan, Edisi Keempat. Jakarta: PT Bina
Pustaka Sarwono Prawiroharjo, 2010. Hal. 460-74.
th
5. Hanretty KP. Vaginal Bleeding in Pregnancy. In: Obstetrics Illustrated, 6 Edition.

London: Churchill-Livingstone, 2003. [e-book].


6. Mathai M, Sanghvi H, Guidotti RJ. Vaginal Bleeding in Early Pregnancy. In; Managing
Complications in Pregnancy and Childbirth: A Guide for Midwives and Doctors. Geneva:
WHO, 2007. p. S-7 s.d S-17.
7. Sastrawinata, Sulaeman, Prof. Obstetri Patologi. Bagian Obstetri dan Ginekologi
Fakultas Kedokteran Universitas Padjajaran, Bandung 2008:11-17

Anda mungkin juga menyukai