STATUS PASIEN
Identitas Pasien :
Nama : Ny. Y
Usia : 29 tahun
Agama : Islam
Suku : Melayu
Pendidikan : SMA
Pekerjaan : CS RSU
Alamat : RT. 06, Telanai Pura
Keluhan Utama :
Keluar darah dari jalan lahir sejak 4 jam SMRS.
1
Riwayat Obstetri :
G2 P1 A0
HPHT : 25 - 11 - 2011
TP : 2 - 9 -2012
UK : 13-14 minggu
Siklus haid 28 hari, lama haid 7 hari.
Minum obat-obatan/jamu (-), Merokok (-), Minum alkohol (-), Hewan
peliharaan tidak ada.
Pemeriksaan Fisik :
Status Generalis
Keadaan Umum : Baik
Kesadaran : Compos Mentis
Vital Sign : TD : 110/70 mmHg
HR : 80x/menit
RR : 20 x/menit
Temp : 36 C
BB : 50 kg
TB : 150 cm
Status Lokalisata
Kepala
Mata : Konjungtiva anemis -/-, sklera ikterik -/-
Hidung : Deviasi septum (-)
Mulut : Simetris, Sianosis (-)
Leher : Kelenjar tiroid tidak membesar
2
Thorax
Inspeksi : Bentuk statis dan simetris kanan dan kiri, mamae
dbn
Palpasi : Stamp fremitus kanan = kiri
Perkusi : Sonor pada semua lapangan paru
Auskultasi : Vesikuler (+), ronkhi -/-, wheezing -/-
Abdomen
Inspeksi : Abdomen datar
Palpasi : Abdomen Supel, nyeri tekan perut bawah (+), TFU
2 jari diatas sympisis
Perkusi : Timpani
Auskultasi : Bising usus normal, DJJ tidak bisa dinilai
Status Ginekologi
Inspekulo : Portio livid, mukosa licin, OUE terbuka,
pengeluaran darah dari serviks (+), tampak jaringan dari mulut
purtio, erosi dan laserasi (-).
Vaginal Toecher : Vulva uretra tenang, portio tebal, dinding vagina
licin, servix utuh, terdapat jaringan, 1 jari sempit, nyeri goyang
portio (-)
Pemeriksaan Penunjang
Laboratorium : WBC : 12,6 x 103/mm3
RBC : 3,60 x 106/mm3
Hb : 11,2 g/dl
Ht : 25,9 %
PLT : 204.103/mm3
Gravindex test : (+)
3
USG : Tampak sisa jaringan
Diagnosa
Abortus Inkomplit G2P1A0 hamil 13-14 minggu
Prognosis :
Dubia ad bonam
Penatalaksana :
- Observasi TTV dan perdarahan
- IVFD RL 20 gtt/menit
- Ceftriaxone 3x1 g
4
- Aseptik dan antiseptik dengan bethadine
Jam 09.50 wib Kuretase selesai
Follow Up :
Tanggal 27 februari 2012
- Keadaan umum : Baik
- Kesadaran : Compos mentis
- TD : 110/80 mmHg
- RR : 20x/menit
- HR : 80x/menit
- Temp : 36 C
- Keluhan : Perdarahan pervaginam (-)
- Terapi :
Aff infuse :
Ciprofloxacin 3x500 mg
Metil ergometrin 3x500 mg
Asam mefenamat 3x500 mg
BLPL
5
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Pendahuluan
Berjuta-juta wanita setiap tahunnya mengalami kehamilan yang tidak
diinginkan. Beberapa kehamilan berakhir dengan kelahiran tetapi beberapa
diantaranya diakhiri dengan abortus. Abortus adalah ancaman atau pengeluaran
hasil konsepsi sebelum janin dapat hidup di luar kandungan dan sebagai batasan
digunakan kehamilan kurang dari 20 minggu atau berat janin kurang dari 500
gram, sedangkan menurut WHO batasan usia kehamilan adalah sebelum 22
minggu.1
Abortus dapat dibagi atas dua golongan yaitu:
Menurut terjadinya dibedakan atas :2,3,4,5
- Abortus spontan yairu abortus yang terjadi dengan sendirinya tanpa disengaja. 2
- Abortus provokatus (induksi abortus) adalah abortus yang disengaja, baik
dengan memakai obat-obatan maupun dengan alat-alat.3
Abortus ini terbagi lagi menjadi:
Abortus medisinalis (abortus therapeutica) yaitu abortus karena tindakan kita
sendiri, dengan alasan bila kehamilan dilanjutkan, dapat membahayakan jiwa ibu
(berdasarkan indikasi medis). Biasanya perlu mendapat persetujuan 2 sampai 3
tim dokter ahli.2,3
Abortus kriminalis yaitu abortus yang terjadi oleh karena tindakan-tindakan yang
tidak legal atau tidak berdasarkan indikasi medis dan biasanya dilakukan secara
sembunyi-sembunyi oleh tenaga tradisional.3
6
- Abortus insipiens yaitu abortus yang sedang mengancam dimana serviks telah
mendatar dan ostium uteri telah membuka, akan tetapi hasil konsepsi masih dalam
kavum uteri.
- Abortus inkomplit yaitu jika hanya sebagian hasil konsepsi yang dikeluarkan,
yang tertinggal adalah desidua atau plasenta.
- Abortus komplit artinya seluruh hasil konsepsi telah keluar (desidua atau fetus),
sehingga rongga rahim kosong.
- Missed abortion adalah abortus dimana fetus atau embrio telah meninggal dalam
kandungan sebelum kehamilan 20 minggu, akan tetapi hasil konsepsi seluruhnya
masih tertahan dalam kandungan selama 6 minggu atau lebih.
- Abortus habitualis (keguguran berulang) adalah keadaan terjadinya abortus tiga
kali berturut-turut atau lebih.
- Abortus infeksiosa adalah abortus yang disertai infeksi genital.
- Abortus septik adalah abortus yang disertai infeksi berat dengan penyebaran
kuman ataupun toksinnya kedalam peredaran darah atau peritonium.
Selanjutnya dalam laporan kasus kali ini akan membahas mengenai
abortus inkomplit infeksiosa provokatus. Seperti yang sudah dijelaskan diatas
abortus inkomplit adalah keluarnya sebagian hasil konsepsi dari kavum uteri,
tetapi masih ada yang tertinggal dan bila disertai dengan infeksi genitalia disebut
abortus inkomplit infeksiosa.1,2,3,6,7
Sedangkan abortus provokatus kriminalis merupakan abortus yang
dilakukan tanpa indikasi medis. Sedikitnya kasus abortus ilegal yang diproses
secara hukum sebenarnya tidak lepas dari kolusi antara wanita hamil dan pelaku
abortus, disamping sulitnya menemukan bukti-bukti oleh para penegak hukum
mengenai terjadinya tindak abortus ilegal. Keadaan ini menunjukkan bahwa
pihak-pihak yang bersangkutan dengan abortus telah mengetahui abortus
melanggar hukum, sehingga mereka berusaha menyembunyikan dari mata
penegak hukum.1
Alasan seorang wanita memilih terminasi kehamilan antara lain:1
1. Ia mungkin seorang yang menjadi hamil diluar pernikahan
2. Pernikahan tidak kokoh seperti yang diharapkan sebelumnya.
7
3. Ia telah cukup anak dan tidak mungkin dapat membesarkan seorang anak lagi.
4. Janin ternyata telah terekspos oleh substansi teratogenik.
5. Ayah anak yang dikandungnya bukan suaminya.
6. Ayah anak yang dikandung bukan pria/suami yang diidamkan untuk
perkawinannya.
7. Kehamilan adalah akibat perkosaan.
8. Wanita yang hamil menderita penyakit jantung yang berat.
9. Ia ingin mencegah lahirnya bayi dengan cacat bawaan.
10. Gagal metode kontrasepsi.
11. Anak terakhir masih kecil.
12. Ingin menyelesaikan pendidikan.
13. Ingin konsentrasi pada pekerjaan untuk menunjang kehidupan dengan
anaknya.
14. Ada masalah dengan suami.
15. Ia merasa trerlalu tua/muda untuk mempunyai anak.
16. Ia terinfeksi HIV.
17. Suami menginginkan aborsi.
2.2 Insiden
Diperkirakan frekuensi keguguran spontan berkisar antara 10-15 %.
Namun demikian, frekuensi seluruh keguguran yang pasti sukar ditentukan,
karena abortus buatan banyak yang tidak dilaporkan, kecuali bila telah terjadi
komplikasi. Juga karena sebagian keguguran spontan hanya disertai gejala dan
tanda ringan, sehingga wanita tidak datang ke dokter atau rumah sakit.3
Profil pelaku aborsi di Indonesia tidak sama persis dengan di Amerika. Akan
tetapi gambaran dibawah ini memberikan kita bahan untuk dipertimbangkan.
Seperti tertulis dalam buku Facts of Life oleh Brian Clowes, Phd.
Para wanita pelaku aborsi adalah: 8
Wanita Muda Lebih dari separuh atau 57% wanita pelaku aborsi, adalah
mereka yang berusia dibawah 25 tahun. Bahkan 24% dari mereka adalah wanita
remaja berusia dibawah 19 tahun.
8
Belum Menikah Jika terjadi kehamilan diluar nikah, 82% wanita di
Amerika akan melakukan aborsi. Jadi, para wanita muda yang hamil diluar nikah,
cenderung dengan mudah akan memilih membunuh anaknya sendiri
Untuk di Indonesia, jumlah ini tentunya lebih besar, karena didalam adat Timur,
kehamilan diluar nikah adalah merupakan aib, dan merupakan suatu tragedi yang
sangat tidak bisa diterima masyarakat maupun lingkungan keluarga
2.3 Etiologi
Ada beberapa faktor penyebab terjadinya abortus yaitu :
- Faktor genetik 9,10
o Sekitar 5 % abortus terjadi karena faktor genetik.
o Paling sering ditemukannya kromosom trisomi dengan trisomi 16
- Faktor anatomi : Faktor anatomi kogenital dan didapat pernah dilaporkan timbul
pada 10-15 % wanita dengan abortus spontan yang rekuren.
o Lesi anatomi kogenital yaitu kelainan duktus Mullerian (uterus bersepta).
Duktus mullerian biasanya ditemukan pada keguguran trimester ke dua.
o Kelainan kogenital arteri uterina yang membahayakan aliran darah
endometrrium.
o Kelainan yang didapat misalnya adhesi intrauterun (synechia), leimioma, dan
endometriosis. 9,10
- Faktor endokrin 8,9
o Faktor endokrin berpotensial menyebabkan aborsi pada sekitar 10-20 % kasus.
o Insufisiensi fase luteal ( fungsi corpus luteum yang abnormal dengan tidak
cukupnya produksi progesteron).
o Hipotiroidisme, hipoprolaktinemia, diabetes dan sindrom polikistik ovarium
merupakan faktor kontribusi pada keguguran.
- Faktor infeksi
o Infeksi termasuk infeksi yang diakibatkan oleh TORC (Toksoplasma, Rubella,
Cytomegalovirus) dan malaria. 11
- Faktor imunologi
9
o Terdapat antibodikardiolipid yang mengakibatkan pembekuan darah dibelakang
ari-ari sehingga mengakibatkan
2.4 Patogenesis
Fetus dan plasenta keluar bersamaan pada saat aborsi yang terjadi sebelum
minggu ke sepuluh, tetapi terpisah kemudian. Ketika plasenta, seluruh atau
sebagian tertinggal didalam uterus, perdarahan terjadi dengan cepat atau
kemudian.12 Pada permulaan terjadi perdarahan dalam desidua basalis, diikuti oleh
nekrosis jaringan sekitarnya, kemudian sebagian atau seluruh hasil konsepsi
terlepas. Karena dianggap benda asing, maka uterus akan berkontraksi untuk
mengeluarkannya. Pada kehamilan di bawah 8 minggu, hasil konsepsi dikeluarkan
seluruhnya, karena vili korialis belum menembus desidua terlalu dalam;
sedangkan pada kemailan 8-14 minggu, telah masuk agak dalam, sehingga
sebagian keluar dan sebagian lagi akan tertinggal.3 Hilangnya kontraksi yang
dihasilkan dari aktivitas kontraksi dan retraksi miometrium menyebabkan banyak
terjadi perdarahan.12
Pada abrotus provokatus kriminalis, mikroorganisme dapat mencapai
vulva, vagina dan uterus dengan slah satu cara di bawah ini:1
- Droplet injection dari pelaku abortus
- Tangan pelaku dan alat yang digunakan
- Debu
- Sprei tempat tidur, kasa penutup luka
Patogenesis terjadinya infeksi 1
Bakteri menyebabkan penyakit berdasarkan 3 mekanisme dasar yaitu:
1. Invasi ke jaringan
Kemampuan dari beberapa bakteri tergantung dari luasnya enzim yang
bekerja ektraseluler. Contohnya banyak bakteri Gram positif memproduksi
hyaluronidase dan kollagenase. Enzim ini meningkatkan difusi melalui jaringan
penyambung dengan cara depolimerase asam hyaluronidase. Pada abortus
provokatus kriminalis, invasi mikroba sangat dipermudah dengan adanya jejas
pada mukoa uterus.
10
2. Reaksi hipersensitivitas
B. Interaksi Antimikroba-Mikroba
Antimikroba ada yang bersifat menghalangi pertumbuhan mikroba,
dikenal sebagai aktivitas bekteriostatik dan ada yang bersifat membunuh mikroba,
dikenal sebgai aktivitas bakterisid. Sebagai contoh Penisilin G aktif terhadap
bakteri gram positif tetapi tidak pada gram negatif.
3. Resistensi mikroba
Resistensi pada suatu sel mikroba ialah suatu sifat dimana kehidupannya
tidak diganggu oleh antimikroba. Sifat ini dapat merupakan suatu mekanisme
alamiah untuk bertahan hidup.
11
Teknik tradisional yang biasa digunakan pada abortus provokatus
kriminalis:1
- Masase yang lama dan kuat pada uterus hamil
- Insersi kateter, batu-batu, kawat-kawat tajam ke dalam vagina dan serviks
- Minum jamu-jamuan, substansi yang kaustik
- Daun-daun, akar-akar, kayu-kayuan dan pewarna
- Makan-obat-obat kontrasepsi dalam jumlah yang banyak sekaligus
- ada juga dilaporkan jatuh dari tempat yang tinggi, berdansa, melakukan
hubungan seksual dengan keras dan dalam waktu yang lama
2.5 Diagnosis
Diagnosis abortus inkomplit ditegakkan berdasarkan :
- Anamnesis 3
o Adanya amenore pada masa reproduksi
o Perdarahan pervaginam disertai jaringan hasil konsepsi
o Rasa sakit atau keram perut di daerah atas simpisis
- Pemeriksaan Fisis 9,10
o Abdomen biasanya lembek dan tidak nyeri tekan
o Pada pemeriksaan pelvis, sisa hasil konsepsi ditemukan di dalam uterus, dapat
juga menonjol keluar, atau didapatkan di liang vagina.
o Serviks terlihat dilatasi dan tidak menonjol.
o Pada pemeriksaan bimanual didapatkan uterus membesar dan lunak.
- Pemeriksaan Penunjang 2
1. Pemeriksaan laboratorium berupa tes kehamilan, hemoglobin, leukosit, waktu
bekuan, waktu perdarahan, trombosit., dan GDS.
2. Pemeriksaan USG ditemukan kantung gestasi tidak utuh, ada sisa hasil
konsepsi.
- Abortus komplit
12
- Kehamilan ektopik
2.7 Penatalaksanaan
1. Memperbaiki keadaan umum. Bila perdarahan banyak, berikan transfusi darah
dan cairan yang cukup.
2. Pemberian antibiotika yang cukup tepat
v Suntikan penisilin 1 juta satuan tiap 6 jam
v Suntikan streptomisin 500 mg setiap 12 jam
v atau antibiotika spektrum luas lainnya
3. 24 sampai 48 jam setelah dilindungi dengan antibiotika atau lebih cepat bila
terjadi perdarahan yang banyak, lakukan dilatasi dan kuretase untuk
mengeluarkan hasil konsepsi.
4. Pemberian infus dan antibiotika diteruskan menurut kebutuhan dan kemajuan
penderita.
Semua pasien abortus disuntik vaksin serap tetanus 0,5 cc IM. Umumnya setelah
tindakan kuretase pasien abortus dapat segera pulang ke rumah. Kecuali bila ada
komplikasi seperti perdarahan banyak yang menyebabkan anemia berat atau
infeksi.2 Pasien dianjurkan istirahat selama 1 sampai 2 hari. Pasien dianjurkan
kembali ke dokter bila pasien mengalami kram demam yang memburuk atau nyeri
setelah perdarahan baru yang ringan atau gejala yang lebih berat.13 Tujuan
perawatan untuk mengatasi anemia dan infeksi. Sebelum dilakukan kuretase
keluarga terdekat pasien menandatangani surat persetujuan tindakan.
2.8 Komplikasi
1. Perdarahan
Perdarahan dapat diatasi dengan pengosongan uterus dari sisa-sisa hasil konsepsi
dan jika perlu pemberian transfusi darah. Kematian karena perdarahan dapat
terjadi apabila pertolongan tidak diberikan pada waktunya.
2. Perforasi
Perforasi uterus pada kerokan dapat terjadi terutama pada uterus dalam posisi
hiperretrofleksi. Terjadi robekan pada rahim, misalnya abortus provokatus
13
kriminalis. Dengan adanya dugaan atau kepastian terjadinya perforasi, laparatomi
harus segera dilakukan untuk menentukan luasnya perlukaan pada uterus dan
apakah ada perlukan alat-alat lain.
3. Syok
Syok pada abortus bisa terjadi karena perdarahan (syok hemoragik) dan karena
infeksi berat.
4. Infeksi
Sebenarnya pada genitalia eksterna dan vagina dihuni oleh bakteri yang
merupakan flora normal. Khususnya pada genitalia eksterna yaitu staphylococci,
streptococci, Gram negatif enteric bacilli, Mycoplasma, Treponema (selain T.
paliidum), Leptospira, jamur, Trichomonas vaginalis, sedangkan pada vagina ada
lactobacili,streptococci, staphylococci, Gram negatif enteric bacilli, Clostridium
sp., Bacteroides sp, Listeria dan jamur. Umumnya pada abortus infeksiosa, infeksi
terbatas padsa desidua. Pada abortus septik virulensi bakteri tinggi dan infeksi
menyebar ke perimetrium, tuba, parametrium, dan peritonium. Organisme-
organisme yang paling sering bertanggung jawab terhadap infeksi paska abortus
adalah E.coli, Streptococcus non hemolitikus, Streptococci anaerob,
Staphylococcus aureus, Streptococcus hemolitikus, dan Clostridium perfringens.
Bakteri lain yang kadang dijumpai adalah Neisseria gonorrhoeae, Pneumococcus
dan Clostridium tetani. Streptococcus pyogenes potensial berbahaya oleh karena
dapat membentuk gas.
2.9 Prognosis
Prognosis keberhasilan kehamilan tergantung dari etiologi aborsi spontan
sebelumnya.
- Perbaikan endokrin yang abnormal pada wanita dengan abotus yang rekuren
mempunyai prognosis yang baik sekitar >90 %
- Pada wanita keguguran dengan etiologi yang tidak diketahui, kemungkinan
keberhasilan kehamilan sekitar 40-80 %
14
- Sekitar 77 % angka kelahiran hidup setelah pemeriksaan aktivitas jantung janin
pada kehamilan 5 sampai 6 minggu pada wanita dengan 2 atau lebih aborsi
spontan yang tidak jelas.
15
DAFTAR PUSTAKA
16
Resume
17