Anda di halaman 1dari 40

Ketuban Pecah Dini

dr. Nur Indah Purnamasari, Sp.OG


BAB I
PENDAHULUAN
Menurut hasil Survey Demografi Kesehatan
Indonesia (SDKI) tahun 2002-2003, angka kematian ibu
di Indonesia sebesar 307 per 1000 kelahiran hidup atau
setiap jam terdapat 2 orang ibu bersalin meninggal
karena berbagai sebab.
Salah satu penyebab langsung kematian ibu adalah
karena infeksi sebesar 20-25% dalam 100.000 kelahiran
hidup dan KPD merupakan penyebab paling sering
menimbulkan infeksi pada saat mendekati persalinan.3
Prevalensi KPD berkisar antara 3-18 % dari seluruh
kehamilan.
BAB II
LAPORAN KASUS
IDENTITAS
PASIEN

Nama Ny. M
Jenis kelamin Perempuan
Usia 24 tahun
Status Menikah
Alamat Mandonga
Pekerjaan IRT
Tanggal Masuk 02 November 2019
ANAMNESIS

• Anamnesis dilakukan secara autoanamnesis kepada pasien


tanggal 2 Nov 2019 pukul 15.00

Keluhan Utama
• Keluar cairan
ngepyok

Keluhan • Perut mules,


Tambahan
kenceng-kenceng
Riwayat Penyakit Sekarang

• Sekitar 6 jam sebelum masuk rumah sakit pasien mengeluh


keluar cairan ngepyok berwarna putih bening, tidak disertai
lendir dan darah, berjumlah cukup banyak seperti mengompol.
Keluarnya darah dari jalan lahir disangkal. Keluarnya cairan
6 jam SMRS terjadi saat pasien sedang berjalan menuju kamar mandi di dalam
rumahnya. Tidak dirasa nyeri di jalan lahir ataupun peurt

• Kemudian, 3 jam setelah keluarnya cairan, perut terasa kenceng-


kenceng dan mules. Pasien segera dibawa ke bu bidan dan
menurut bu bidan pasien dalam pembukaan satu dan ketubannya
sudah pecah. Kemudian pasien dirujuk ke RSUD Ambarawa.
3 jam SMRS Pasien merasa masih bisa merasakan gerakan aktif bayinya
Riwayat Penyakit Dahulu

• Riwayat penyakit diabetes mellitus,


hipertensi, jantung, dan alergi disangkal

Riwayat Penyakit Keluarga

• Riwayat penyakit diabetes mellitus,


hipertensi, jantung, dan alergi disangkal
Riwayat Sosial Ekonomi
Lingkungan

Pasien tinggal bersama suami dan ibu ayahnya. Pendidikan


terakhir pasien dan suami adalah SMA. Pasien bekerja
sebagai ibu rumah tangga dan suami bekerja sebagai
karyawan swasta
Riwayat Obstetri

• ANC hanya di puskesmas 4x selama kehamilan ini, suntik TT


2
• Saat ini pasien sedang hamil pertama, pasien belum pernah
keguguran

Tahun 2017: hamil ini


Riwayat Ginekologi

• Menarche : 13 tahun
• Lama haid : 7 hari
• Siklus : 28 hari
• HPHT : Februari 2019
• HPL : 12 November 2019

Riwayat KB
Pasien belum pernah menggunakan kontrasepsi.
PEMERIKSAAN
FISIK
Keadaan Umum Compos mentis, tampak sakit ringan
Tanda-Tanda Vital
Frekuensi nadi 99 x/menit, reguler, kuat angkat
Tekanan darah 127/73 mmHg
Frekuensi nafas 18 x/menit, regular
Suhu tubuh 36,4 °C
Status Lokalis
Kepala Bentuk kepala normocephal, rambut hitam, terdistribusi merata, tidak
mudah dicabut.

Leher Tidak teraba pembesaran kelenjar getah bening pada leher.

Wajah Raut muka pasien baik dan tidak terdapat kelainan facies
Mata Edema palpebra -/-, alis mata hitam dan tersebar merata, konjungtiva
anemis -/-, sklera ikterik -/-, pupil bulat isokor Ø 3mm/3mm, refleks
cahaya langsung +/+, refleks cahaya tidak langsung +/+, mata
cekung +/+
Telinga ADS: Bentuk telinga normal, serumen (+), membran timpani sulit dinilai,
nyeri tekan dan tarik -/-

Hidung Bentuk hidung normal. Tidak tampak deviasi. Tidak tampak adanya sekret.
Tidak tampak nafas cuping hidung.
Mulut Mukosa bibir kering, berwarna merah muda, sianosis(-)

Jantung
Pulmo Inspeksi : Normochest, gerak dada simetris, retraksi suprasternal dan
supraclavicula (-)
Palpasi : Taktil fremitus kanan dan kiri sama
Perkusi : Sonor di seluruh lapang paru
Auskultasi: Suara nafas vesikuler (+/+), ronkhi (-/-),wheezing (-/-)
Cor Inspeksi : Ictus cordis tidak tampak
Palpasi : Ictus cordis tidak teraba
Perkusi : Batas jantung dalam batas normal
Auskultasi : Bunyi Jantung I tunggal, murmur (-), gallop (-).

Abdome Inspeksi : Datar, supel.


n Auskultasi : Bising usus (+), normal (2-6 x menit)
Palpasi : Dinding perut supel, turgor kulit sedikit menurun (+),
hepatosplenomegali (-), nyeri tekan (+), nyeri ketok CVA (-/-)
Perkusi : Timpani di semua kuadran abdomen
Kulit Kuning langsat, sianosis (-), ikterik (-), turgor sedikit lambat
Ekstremitas Simetris, sianosis (-/-), akral hangat (+/+), pembesaran
kelenjar getah bening inguinal (-),
Genitalia Perdarahan pervaginam
Status Obstetri :
• Inspeksi : Cembung
• Palpasi
TFU : 29 cm
DJJ : 141 x/mnt
HIS : (+)
Leopold I : Bulat, lunak, tidak melenting, kesan bokong
Leopold II : Punggung kanan
Leopold III : Bulat, keras, melenting, kesan kepala
Leopold IV : Kepala masuk PAP
Status Ginekologi :
• Inspeksi : Perut cembung
• Palpasi : tinggi fundus uteri 29 cm
• Pemeriksaan dalam : pembukaan serviks 1 cm,
teraba kepala, kulit ketuban (-)
• Inspekulo : Tidak dilakukan
PEMERIKSAAN
PENUNJANG
Jenis Pemeriksaan Hasil Nilai Rujukan
Hematologi
Darah perifer lengkap
Hb 11,6 13,2 – 17,3 gr/dl
Ht 34,5 40 - 52%
Eritrosit 3,88 4,4– 5,9 juta/µL
MCV 88,8 82 – 96 fL
MCH 29,3 27 – 32 pg
MCHC 33,7 32 – 37 gr/dL
Trombosit 336.000 150.000 – 400.0000/µL
Leukosit 12.600 3.800 –10.600/µL
Basofil 0,3 1-3 %
Eosinofil 0,1 0-1%
Neutrofil 65,2 50-70 %
Limfosit 26,1 25-40 %
Monosit 3,7 2-8 %
PTT 10,4 9,3 – 11,4
APTT 28,0 24,5 – 32, 8
Golongan Darah O  
DIAGNOSIS
KERJA

G1P0A0 Usia Kehamilan 38 minggu, janin tunggal


intrauterine, presentasi kepala, punggung kanan, masuk
PAP dengan Ketuban Pecah Dini
TATALAKSANA
Non Medikamentosa

• Edukasi ke keluarga pasien mengenai keadaan


pasien dan anjuran rawat inap untuk monitoring
persalinan
• Edukasi mengenai alternatif persalinan yaitu
operasi jika persalinan spontan tidak dapat
terjadi

Medikamentosa

• IVFD Ringer Laktat 20 tpm makro


• Amoxicillin peroral 3 x 1 tab
Follow Up
2/11/19 S : Pasien merasa perutnya mules dan pinggang belakang  
19.00 terasa sakit P:
     IVFD Ringer Laktat 20 tpm makro
  O:  Amoxicillin 3 x 1 tab
  KU : Compos mentis, tampak sakit ringan  
  TD :122/83
  Nadi :92/mnt
  RR : 18x/mnt
  Suhu : 36,4 0C
  Genitalia : Lendir (-) darah (-)
  Pemeriksaan dalam: pembukaan serviks 4 cm,
  permukaan serviks melunak, bagian terbawah janin
  kepala, kulit ketuban (-), UUK di anterior kiri
  DJJ: 140x/mnt
   
A:
G1P0A0 Usia Kehamilan 38 minggu Kala 1 Fase Aktif
 
2/11/19 S : Pasien merasa perutnya mules dan pinggang  
22.00 belakang terasa sakit, keluar lender darah (+) P:
     IVFD Ringer Laktat 20 tpm
  O:
makro
  KU : Compos mentis, tampak sakit ringan
 Amoxicillin 3 x 1 tab
  TD :112/93
 
  Nadi :101/mnt
  RR : 20x/mnt
  Suhu : 36,6 0C
  Genitalia : Lendir (+) darah (+)
  Pemeriksaan dalam: pembukaan serviks 9 cm,
  permukaan serviks melunak, bagian terbawah janin
  kepala, kulit ketuban (-), UUK di anterior kiri
  DJJ: 144x/mnt
   
A:

G1P0A0 Usia Kehamilan 38 minggu Kala 1


Fase Aktif
 
2/11/19 S : Terasa keinginan ingin mengedan, his  
23.00 semakin sering dan lama P:
     IVFD Ringer Laktat 20 tpm
  O: makro
  KU : Compos mentis, tampak sakit ringan  Amoxicillin 3 x 1 tab
  TD :124/97  Pimpin persalinan normal
  Nadi :98/mnt  Managemen Kala 2
  RR : 19x/mnt
  Suhu : 36,3 0C
  Genitalia : Lendir (+) darah (+)
  Pemeriksaan dalam: pembukaan serviks 10
  cm, permukaan serviks melunak, bagian
  terbawah janin kepala, kulit ketuban (-),
  UUK di anterior kiri
  DJJ: 148x/mnt
 
A:
G1P0A0 Usia Kehamilan 38 minggu Kala 2
 
2/11/19 S : Bayi lahir hidup. Jenis kelamin laki-laki BL 2800 gram, P :
23.30 PL 44 cm lahir langsung menangis. Plasenta lahir 10  IVFD Ringer Laktat 20 tpm
  menit setelah bayi lahir. Plasenta dengan kotiledon
makro
lengkap. Tidak didapatkan rupture perineum
   Amoxicillin 3 x 1 tab
O:  Manajemen neonatus
KU : Compos mentis, tampak sakit ringan Inisiasi Menyusui Dini

TD :124/97
 Manajemen Kala 3
Nadi :98/mnt
RR : 19x/mnt  Monitoring KU, Vital sign,
Suhu : 36,3 0C kontraksi uterus, ppv
Genitalia : perdarahan pervaginam (+)  
DJJ: 145x/mnt
 
 

A:

P1A0 Post Partus Spontan H0 dengan


Riwayat Ketuban Pecah Dini
 
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Definisi

Ketuban pecah dini atau spontaneus/early/premature


rupture of membrans (PROM) merupakan pecahnya
selaput ketuban secara spontan pada saat belum
menunjukkan tanda-tanda persalinan / inpartu

Bila terjadi sebelum umur kehamilan 37 minggu disebut


ketuban pecah dini preterm / preterm prematur rupture of
membran (PPROM) dan bila terjadi lebih dari 12 jam
maka disebut prolonged PROM.2
Etiologi

Secara teoritis pecahnya selaput ketuban disebabkan


oleh hilangnya elastisitas yang terjadi pada daerah tepi
robekan selaput ketuban dengan perubahan yang besar.
Hilangnya elastisitas selaput ketuban ini sangat erat
kaitannya dengan jaringan kolagen, yang dapat terjadi
karena penipisan oleh infeksi atau rendahnya kadar
kolagen.
1. Infeksi
Adanya infeksi pada selaput ketuban
(korioamnionitis lokal) sudah cukup untuk melemahkan
selaput ketuban di tempat tersebut. Beberapa penelitian
menunjukkan bahwa bakteri yang terikat pada membran
melepaskan substrat seperti protease yang menyebabkan
melemahnya membran
2. Defisiensi Vitamin C
Vitamin C diperlukan untuk pembentukan dan
pemeliharaan jaringan kolagen. Selaput ketuban
(yang dibentuk oleh jaringan kolagen) akan
mempunyai elastisitas yang berbeda tergantung kadar
vitamin C dalam darah ibu.2
3. Faktor selaput ketuban
Sindroma Ehlers-Danlos, dimana terjadi gangguan
pada jaringan ikat oleh karena defek pada sintesa dan
struktur kolagen dengan gejala berupa hiperelastisitas
pada kulit dan sendi, termasuk pada selaput ketuban
yang komponen utamanya adalah kolagen.
4. Faktor umur dan paritas
Semakin tinggi paritas ibu akan makin mudah terjadi
infeksi cairan amnion akibat rusaknya struktur serviks
akibat persalinan sebelumnya.2
5. Faktor tingkat sosio-ekonomi
Sosio-ekonomi yang rendah, status gizi yang kurang
akan meningkatkan insiden KPD, lebih-lebih disertai
dengan jumlah persalinan yang banyak, serta jarak
kelahiran yang dekat.2
Diagnosis

Anamnesis

• Merasa basah atau menge;uarkan banyak cairan


berwarna putih jernih, keruh, hijau atau kecoklatan
yang tiba tiba dari jalan lahir
• Tidak nyeri
• Tidak ada kontraksi
• Umur kehamilan >20 mg

Pemeriksaan Fisik

• Pastikan adanya kehamilan


Pemeriksaan Dalam dengan spekulum

• 1. Pooling: Kumpulan cairan amnion pada fornix posterior.


• 2. Nitrazine Test : Kertas nitrazin merah akan jadi biru.
• 3. Ferning : Cairan dari fornix posterior di tempatkan
pada objek glass dan didiamkan dan cairan amnion tersebut
akan memberikan gambaran seperti daun pakis.8

Pemeriksaan Fisik Dalam

• Periksa dalam harus dihindari kecuali jika pasien jelas


berada dalam masa persalinan atau telah ada keputusan
untuk melahirkan.8
Pemeriksaan Penunjang
• Dengan tes lakmus, cairan amnion akan
mengubah kertas lakmus merah menjadi biru.
• Pemeriksaan leukosit darah, bila meningkat >
15.000 /mm3 kemungkinan ada infeksi.
• USG untuk menentukan indeks cairan amnion,
usia kehamilan, letak janin, letak plasenta,
gradasi plasenta serta jumlah air ketuban.
• Kardiotokografi untuk menentukan ada tidaknya
kegawatan janin
• Amniosintesis digunakan untuk mengetahui
rasio lesitin - sfingomielin dan fosfatidilsterol
yang berguna untuk mengevaluasi kematangan
paru janin.4
Tatalaksana

Konservatif
• Rawat di rumah sakit.
• Berikan antibiotik (ampisilin 4 x 500 mg atau eritromisin bila
tidak tahan dengan ampisilin dan metronidazol 2 x 500 mg
selama 7 hari).
• Jika umur kehamilan < 32 – 34 minggu, dirawat selama air
ketuban masih keluar atau sampai air ketuban tidak keluar lagi.
• Jika umur kehamilan 32-37 minggu, belum inpartu, tidak ada
infeksi: beri deksametason, observasi tanda-tanda infeksi dan
kesejahteraan janin. Terminasi pada kehamilan 37 minggu.
• Jika usia kehamilan 32-37 minggu, sudah inpartu, tidak ada
infeksi, berikan deksametason dan induksi sesudah 24 jam.
• Jika usia kehamilan 32-37 minggu, ada infeksi, beri antibiotik
dan lakukan induksi.
• Nilai tanda-tanda infeksi (suhu, leukosit, tanda-tanda infeksi
intrauterin).
• Pada usia kehamilan 32-34 minggu, berikan steroid untuk
memacu kematangan paru janin. Dosis betametason 12 mg
sehari dosis tunggal selama 2 hari, deksametason i.m 5 mg
setiap 12 jam sebanyak 4 kali.9
Aktif
• Kehamilan > 37 minggu, induksi dengan oksitosin, bila gagal
pikirkan seksio sesarea. Dapat pula diberikan misoprostol 50µg
intravaginal tiap 6 jam maksimal 4 kali.
• Bila ada tanda-tanda infeksi, berikan antibiotik dosis tinggi dan
persalinan diakhiri :
- Bila bishop score < 5, lakukanlah pematangan serviks,
kemudian induksi. Jika tidak berhasil, akhiri persalinan dengan
seksio sesarea.
- Bila bishop score> 5, induksi persalinan, partus pervaginam.9
Komplikasi

• Persalinan Prematur
Setelah ketuban pecah biasanya segera disusul oleh persalinan

• Hipoksia dan Asfiksia


Dengan pecahnya ketuban terjadi oligohidramnion yang menekan
tali pusat hingga terjadi asfiksia atau hipoksia.

• Sindroma deformitas janin


Ketuban pecah dini yang terjadi terlalu dini menyebabkan
pertumbuhan janin terhambat, kelainan disebabkan kompresi
muka dan anggota badan janin, serta hipoplasia pulmonal.1
TERIMAKASI
H

Anda mungkin juga menyukai