Anda di halaman 1dari 36

case report

G3P2A0 HAMIL 39-40 MINGGU DENGAN ANEMIA EC


SOLUSIO PLASENTA
Oleh :
La Ode Abdur Rauf Ichram

Pembimbing:
dr. Desti Nurul Qomariyah

PROGRAM INTERNSHIP DOKTER INDONESIA


RUMAH SAKIT HERMINA CIRUAS
SERANG
2022
Identitas Pasien

 RM : U053749
 Nama Pasien : Ny. RD
 Jenis Kelamin : Perempuan
 Tanggal Lahir : 17 July 1990
 Umur : 32 tahun
 Status Perkawinan : Menikah
 Agama : Islam
 Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga
Anamnesis
 Keluhan utama : nyeri perut

 Riwayat Penyakit Sekarang :


 Pasien datang tgl 7/5/2022 pukul 01.30 diantar keluarga dengan keluhan perut
terasa sakit dan terasa tegang, keluhan disertai keluar darah sejak 2 jam SMRS
sedikit-sedikit dari jalan lahir warna kehitaman namun terus menerus,
keluarnya darah baru kali ini sebelumnya tidak pernah. Pasien juga mengeluhkan
pusing, pandangan terasa berkunang-kunang, pergerakan janin masih dirasa aktif
dan baik. Pasien sedang hamil anak ke 3, usia kehamilan menurut HPL dari buku
pink yang dibawa usia kehamilan sudah 39 minggu. Pasien tidak sempat control
untuk USG untuk ANC ke 4 karena masih sibuk bekerja
Anamnesis

 Riwayat Penyakit Dahulu :  Riwayat Penyakit Keluarga :


 Riwayat Hipertensi disangkal  Riwayat Hipertensi disangkal
 Riwayat Diabetes Melitus disangkal  Riwayat Diabetes disangkal
 Riwayat Gangguan Jantung  Riwayat Gangguan Jantung
disangkal disangkal
 Riwayat Gangguan Paru (Asma, TB
paru) disangkal  Riwayat Kebiasaan Pribadi :
 Riwayat Alergi obat atau makanan  Riwayat merokok disangkal
disangkal
 Riwayat konsumsi alcohol disangkal
Riwayat Obstetri : HPHT : 1/8/21. HPL : 8/5/22. Haid pertama kali usia
12 tahun, menstruasi teratur selama 7 hari dengan siklus 28 hari.
Dismenore (-).

Riwayat kehamilan :

Anak ke-1 jenis kelamin perempuan lahir normal dan hidup tahun 2018 di
rumah dengan bidan usia kehamilan 9 bulan tidak ada penyulit dan BBL
3000 gram

Anak ke-2 jenis kelamin laki-laki lahir normal di bidan tahun 2019
dirumah dengan bidan usia kehamilan 9 bulan tidak ada penyulit dan BBL
3100 gram

Riwayat Pernikahan : menikah 1 kali dengan lamanya 21 tahun

Riwayat Kb : disangkal

Riwayat ANC : rutin, dipuskesmas dan dokter spesialis kandungan, namun


ANC terakhir tidak sempat karena sibuk bekerja 5
Pemeriksaan Fisik
 KU : Tampak Sakit sedang
 Kesadaran : Compos Mentis
 GCS : E4M6V5  Kepala : normocephali
 Tekanan Darah : 80/60 mmHg  Mata : Conjungtiva Anemis +/+ , Sklera Ikterik -/-
 Nadi : 100 x/menit  Mulut : mukosa bibir lembab, sianosis -
 Pernapasan : 20 x/menit
 Leher : Vena Jugularis distensi (-) pemb KGB (-)
 Suhu : 36.4 C
 Thorax :
 SpO2 : 99%
 Pergerakan dinding dada simetris kanan dan kiri, sela
 Berat Badan : 69 kg iga tidak melebar, Diameter latero lateral >
anteroposterior
 Pulmo : BND vesikuler. Rhonki -/-, Wheezing -/-
Pemeriksaan fisik
 Cor :  Abdomen :
 Inspeksi : ictus cordis tidak tampak  cembung gravidarum , perut papan keras/tegang(+),
scar (-)
 Palpasi : ictus cordis teraba 2 jari dari linea
midclavicula sinistra  leopold 1: bulat, kenyal, kesan bokong,
 Perkusi :  leopold 2 : teraba memanjang sebelah kanan ,kesan punggung,
teraba kecil-kecil sebelah kiri, kesan ekstremitas tangan-kaki
 Batas jantung kanan pada ICS 4 linea
parasternal dextra  leopold 3 : bulat keras, melenting, kesan kepala
 batas jantung kiri pada ICS 4 midclavicular  leopold 4 : belum masuk PAP
sinistra  DJJ : 140-149x/menit , His (+) 3 menit durasi 20 detik
 Auskultasi : BJ I dan II regular. Murmur -,  TBJ : 2800 gr
gallop -
 Extremitas :
 Akral hangat
 CRT <2 detik
 Edema (-) : extremitas inferior dextra et sinistra
Pemeriksaan fisik
Genitalia eksterna  Pemeriksaan dalam dengan vaginal
Inspeksi : toucher: Portio lunak, Ø 2 cm, kulit
ketuban sulit dinilai, darah
 Mons pubis : distribusi rambut merata
 Labia mayor : massa -, ulkus -, edem -
 Introitus vagina : darah (+), flour albus (-)
Pemeriksaan Hasil Nilai Normal Satuan Keterangan
HEMATOLOGI RUTIN 1
Pemeriksaan
Hemoglobin 7.9 11.7-15.50 g/dl
Penunjang
Hematocrit 23.0 35.0-50.0 %
Leukosit 13.200 3.600-11.000 /mm3

Trombosit 162.000 150.000-440.000 /mm3

Hemostasis
Massa Pendarahan 2.00 0.00-6.00 menit

APTT 27.1 25.9-39.5 Detik Kontrol 32.1

Glukosa Sewaktu 87 57-117 Mg/dl

COVID19 antigen Negatif Negatif

PP test Negatif Negatif


Resume

 Pasien datang tgl 7/5/2022 pukul 01.30 diantar keluarga dengan keluhan perut terasa sakit dan
terasa tegang, keluhan disertai keluar darah sejak 2 jam SMRS terus menerus namun sedikit-
sedikit dari jalan lahir warna kehitaman, keluarnya baru kali ini sebelumnya tidak pernah. Pasien
juga mengeluhkan pusing, pandangan terasa berkunang-kunang, pergerakan janin masih dirasa
aktif dan baik. Pasien tidak sempat control untuk USG untuk ANC ke 4 karena masih sibuk bekerja
 PF : TD : 80/60, Konjungtiva Anemis +/+, Abdomen terasa tegang, VT : Darah mengalir, pembukaan
2cm,
 P.Penunjang : Hemoglobin 7,9
Working Diagnosis :
G3P2A0 39-40 minggu Anemia ec Solusio Plasenta Pro SC Cito

Terapi di IGD :
 Loading RL 1000 cc
 Inj. Asam tranexamat 1 ampul
 Inj. vitamin K 1 ampul

Konsul dr. Donny, Sp.OG advis :


 Pasang IV line 2 jalur
 Siapkan SC CITO
 Inj Ceftriaxone 1 gr pre op
 Siapkan Labu tranfusi darah PRC 2 labu

Konsul dr Nugie Sp.An, advis :


 Ranitidine 1 amp
 Metoclopramide 1 amp
 Sedia Tranfusi PRC 2 labu
 ACC tindakan
TINJAUAN PUSTAKA
SOLUSIO PLASENTA
Definisi
Solusio Plasenta  terlepasnya sebagian atau keseluruhan plasenta dari implantasi
normalnya (korpus uteri) pada usia kehamilan >20 minggu dan sebelum
janin lahir
(Williams, 2001)

Solusio plasenta  terlepasnya plasenta dari tempat implantasi normalnya sebelum janin
lahir, pada usia kehamilan > 22 minggu, atau berat janin > 500 gram .
Abdul Bari Saifuddin

Jika terjadi pada usia kehamilan < 20


minggu maka disebut abortus iminens
Klasifikasi
Berdasarkan :
Derajat pelepasan plasenta (Trijatmo Rachimhadhi )

Solusio plasenta totalis


Solusio plasenta parsial
Solusio plasenta marjinal

Bentuk perdarahan ( Pritchard JA )


Solusio plasenta dengan perdarahan keluar
Solusio plasenta dengan perdarahan tersembunyi (hematoma retroplacenter)
Solusio plasenta dengan perdarahan masuk ke kantung amnion
Klasifikasi
Berdasarkan :

Tingkat gejala Perdarahan Uterus Syok Pelepasan Janin Kadar


klinis (cc) tegang plasenta fibrinogen
<100-200 (-) (-) < 1/6 Hidup >150mg%
Ringan
permukaan
>200 (+) Pre- 1/4 - 2/3 Gawat / 120-150mg%
Sedang
syok permukaan mati
- (+) dan (+) >2/3 atau Mati <120mg%
Berat kontraksi seluruh
tetanik permukaan

(William)
Epidemiologi
Insidensi solusio plasenta bervariasi, karena ada perbedaan kriteria diagnosis
0,2-2,4% dari seluruh kelahiran
1% dari seluruh kelahiran di dunia (Slava)

0,5% dari 894.619 di Swedia ( Ducloy)

0,12% kasus solusio plasenta menjadi


penyebab kematian bayi di US (Deering)

1 kasus dalam persalinan (0,39%) th 2002-


2004 di RSUD DR. M Djamil Padang

1 dari 50 persalinan (2,1%) terdiri atas


14% SP sedang dan 86% SP berat di RSUP Penyebab kematian
Cipto Mangunkusumo tertinggi
Etiologi
Penyebab primer solusio plasenta belum diketahui secara pasti, namun ada beberapa faktor predisposisi:

1 2 3 4 5

Kardio-reno-vaskuler Trauma Paritas ibu Usia ibu Leimioma uterin

Glomerulonefritis - Dekompresi uterus pada Kasus SP pada Kasus SP semakin tinggi Terjadi SP jika
kronik hidroamnion dan gemeli multipara > primipara sejalan dengan plasenta
Hipertensi esensial - Tarikan tali pusat pendek peningkatan usia ibu. berimplantasi di
Sindrom pre-eklamsia akibat gerak janin, versi Hal ini dikarenakan bagian uteri
Eklamsia luar, atau tidakan semakin tinggi paritas  Hal ini dikarenakan dengan leiomyoma
pertolongan partus ibu maka kondisi semakin tinggi usia ibu
 Ht terjadi pada ½ - Trauma langsung (jatuh) endometrium makin maka risiko terjadi
kasus SP berat kurang baik hipertensi meningkat
(Parkland)  Trauma adalah
penyebab dari 1,5-9,4%
kasus SP (Slava)
Etiologi
Penyebab primer solusio plasenta belum diketahui secara pasti, namun ada beberapa faktor predisposisi:

6 7 8 9

Penggunaan kokain Kebiasaan merokok Riwayat SP Pengaruh lainnya


sebelumnya
Kokain menyebabkan - Merokok setidaknya ≤ 1 bungkus Anemia
peningkatan tekanan per hari meningkatkan risiko SP Risiko terjadi solusio Malnutrisi
darah, dan pelepasan sebesar 25% plasenta berulang Penekanan vena cava
katekolamin akan - Risiko SP meningkat 40% untuk inferior karena
menyebabkan vasopasme setiap tahun ibu merokok hingga pembesaran ukuran
pembuluh darah uterus kehamilan uterus
sehingga terjadi SP
 Hal ini terjadi karena abnormalitas
 13-45% kasus pada ibu mikrosirkulasi yang menyebabkan
yang menggunakan kokain plasenta lebih tipis & diameter lebih
luas
Patogenesis
penekanan dan perluasan
terbentuk hematoma
Perdarahan ke desidua basalis lepasnya plasenta dari
subkhorionik
dinding uterus

Perdarahan sedikit hanya sedikit mendesak jaringan plasenta tanda gejala belum muncul

Perdarahan persisten  mendesak hingga plasenta lepas


sebagian atau total dari uterus
 Darah masuk ke dalam kantung amnion
 Uterus couvelaire (ekstrvasasi di otot myometrium)
*bercak keunguan
 Darah keluar melalui vagina (post partum hemorrhage)
 Kerusakan myometrium dan hematom retroplasenta  release
thromboplastin di intravaskuler ibu  hipofibrinogenemia 
gangguan pembekuan darah sistemik
Gambaran klinis
Solusio Plasenta Ringan
• Pelepasan sebagian kecil plasenta, perdarahan sedikit
• Perdarahan pervaginam kehitam-hitaman
• Perut sakit, uterus tegang terus menerus, janin masih teraba

Solusio Plasenta Sedang


• Pelepasan plasenta antara 1/4-2/3 luas permukaan
• Kemunculan gejala perlahan dan mendadak
• Perut sakit, uterus tegang terus menerus, janin sulit diraba, DJJ sulit didengar

Solusio Plasenta Berat


• Pelepasan plasenta > 2/3 luas permukaan
• Terjadi tiba-tiba, belum terjadi perdarah pervaginam, disertai syok dan janin
meninggal
• Perut sakit, uterus sangat tegang seperti papan
• Terjadi gangguan fungsi ginjal dan pembekuan darah
Diagnosis
Solusio plasenta dengan perdarahan tersembunyi lebih berbahaya bagi ibu karena risiko koagulopati
dan intensitas perdarahan tidak tertangani atau terlambat

Keluhan dan gejala solusio plasenta bervariasi:


Tanda dan gejala Frekuensi (%)

1. Perdarahan pervaginam 78 Penegakan Px


diagnosis Anamnesis
Fisik
2. Nyeri tekan uterus / nyeri 66
pinggang
3. Gawat janin 60

4. Persalinan prematur 22
idiopatik Px lab PP USG

5. Kontraksi frekuensi tinggi 17

6. Uterus hipertonik 17

7. Kematian janin 15
Diagnosis
Penegakan diagnosis Keluhan:
• Nyeri tiba-tiba di perut, kadang-kadang
nyeri dapat ditunjuk
• Perdarahan pervaginam hebat, non-
Anamnesis Px recurrent, dan terdiri dari darah segar dan
Fisik bekuan darah kehitaman .
• Pergerakan janin mulai hebat kemudian
terasa pelan dan akhirnya berhenti
• Kepala pusing, lemas, muntah, pucat, mata
berkunang-kunang. Ibu terlihat anemis yang
Px lab PP USG tidak sesuai dengan jumlah darah yang
keluar pervaginam.
• Kadang ibu dapat menceritakan trauma dan
faktor kausal yang lain.
Diagnosis
Penegakan diagnosis Inspeksi
• Pasien gelisah, mengerang karena kesakitan.
• Pucat, sianosis dan berkeringat dingin.
• Terlihat darah keluar pervaginam (tidak
selalu).
Px
Anamnesis
Fisik Palpasi
• Tinggi fundus uteri (TFU) tidak sesuai dengan
usia kehamilan.
• Uterus tegang dan keras seperti papan yang
disebut uterus in bois (wooden uterus) saat
Px lab PP USG his atau diluar his
• Nyeri tekan di tempat plasenta terlepas.
• Bagian janin sulit diraba, karena perut
(uterus) tegang.
Diagnosis
Auskultasi
Penegakan diagnosis • DJJ sulit terdengar, bila terdengar biasanya
>140 kemudian <100 hingga akhirnya hilang

Pemeriksaan umum
Px
• Tekanan darah awalnya tinggi, kemudian
Anamnesis hipotensi hingga syok
Fisik
• Nadi cepat, kecil, filiformis

Pemeriksaan dalam
• Serviks dapat telah terbuka atau tertutup
Px lab PP USG • Jika terbuka maka plasenta dapat teraba
menonjol dan tegang, baik saat his / di luar
his.
• Jika plasenta sudah terlepas seluruhnya,
plasenta ini akan turun ke bawah dan teraba
pada pemeriksaan (prolapsus placenta)
Diagnosis
Penegakan diagnosis Urine
• Albumin (+)
• Sedimen (+) silinder dan leukosit

Px Darah
Anamnesis
Fisik • Hb  menurun
• Periksa golongan darah, lakukan cross-match
test.
• Tes COT (Clot Observation test) tiap l jam,
• Tes kualitatif fibrinogen (fiberindex)
Px lab PP USG • Tes kuantitatif fibrinogen (normal : 15O mg
%).
Diagnosis Pemeriksaan plasenta
• Plasenta dapat diperiksa setelah dilahirkan.
• Tampak tipis dan cekung di bagian plasenta
Penegakan diagnosis yang terlepas (kreater)
• Terdapat bekuan darah yang menempel di
belakang plasenta (hematoma retroplacenter)

USG
Px
Anamnesis • Terlihat daerah terlepasnya plasenta
Fisik
• Janin dan kandung kemih ibu
• Darah
• Tepian plasenta

Px lab PP USG
Diagnosis Banding
Terapi
Terapi
Penanganan kasus solusio plasenta didasarkan pada tingkat gejala klinis

Solusio plasenta ringan

Ekspektatif
Jika usia kehamilan <36 minggu dan Jika perburukan (perdarahan persisten,
ada perbaikan (perdarahan berhenti, gejala solusio plasenta makin jelas, saat
perut tidak nyeri, uterus tidak tegang cek USG tampak daerah solusio plasenta
janin hidup) semakin luas)
• Tirah baring • Terminasi kehamilan
• Observasi ketat Jika janin hidup  SC
• Tunggu partus spontan Jika janin mati  amniotomi,infus
oksitosn untuk mempercepat partus
Terapi
Solusio plasenta sedang & berat
Gejala solusio plasenta sudah jelas
• Transfusi darah
• Amniotomi
• Infus oksitosin
• Seksio sesari (jika perlu)

Monitor
Jika adaurine
uterus
output
couvelaire dan perdarahan Monitor
Jika tidak
faktor
memungkinkan
koagulasi dilakukan

tidak
untuk
tertangani
cek kerusakan
setelah ginjal
dilakukan SC partussegera dalam 6 jam sejak solusio
plasenta terjadi
Pencegahan gagal ginjal: Resusitasi darah
•Resusitasi
Lakukan histerektomi
darah  Lakukan fibrinogen
Pemberian SC (jika sangat diperlukan)
• Hentikan infeksi Awasi risiko infeksi Hep B
• Atasi hypovolemia dan kelainan pembekuan
darah
• Selesaikan persalinan segera
Komplikasi
Komplikasi solusio plasenta pada ibu dan janin tergantung dari luasnya plasenta
yang terlepas, usia kehamilan dan lamanya solusio plasenta berlangsung.

Syok hemoragik
Perdarahan antepartum dan intrapartum sulit dihentikan karena
kontraksi uterus lemah sehingga sering menyebabkan syok.
Berisiko menyebabkan asfiksia hingga kematian.
Perlu dilakukan resusitasi cairan dan transfuse segera, untuk
mengganti darah lengkap dengan platelet dan faktor koagulasi.

Gagal ginjal
Perdarahan menyebabkan hypovolemia  gangguan perfusi
ginjal  oliguria & proteinuria nekrosis tubulus ginjal
Perlu dilakukan resusitasi darah, stop infeksi, mengatasi
hipovolemi, dan menyelesaikan partus segera.
Maternal
Komplikasi
Kelainan pembekuan darah
Disebabkan oleh hipofibrinogenemia. Normlanya pada wanita
cukup bulan 450mg% (300-700 mg%)
Jika < 100mg%  terjadi gangguan pembekuan darah
Gangguan pembekuan terjadi pada 46% dari 134 kasus SP
(Wirjohadiwardojo)
Fase I (Consumtive coagulopathy)
Terjadi DIC (dissemintated intravascular clotting) di pembuluh darah
terminal sehingga terjadi penurunan fibrinogen  gangguan
mikrosirkulasi  syok / hipoksia / kerusakan ginjal
Fase II
Terjadi kompensasi untuk membuka sumbatan dengan fibrinolysis 
fibrinolysis berlebihan  penurunan fibrinogen  perdarahan patologis

Apopleksi uteroplacenta (Uterus couvelaire)


Perdarahan di myometrium, di bawah perimetrium, dan
ligamentum latum. Ini menyebabkan gangguan kontraktilitas Maternal
uterus. Jika tidak tertangani  dilakukan histerektomi
Komplikasi
Komplikasi solusio plasenta pada ibu dan janin tergantung dari luasnya plasenta
yang terlepas, usia kehamilan dan lamanya solusio plasenta berlangsung.

Fetal distress

Gangguan tumbuh kembang

Hipoksia dan anemia

Kematian
Fetal
Prognosis

Maternal
 Tergantung luas plasenta yang lepas, banyaknya perdarahan, hipertensi kronis,
perdarahan tersembunyi, dan selisih waktu terjadinya solusio plasenta hingga
selesainya partus
 Angka kematian ibu e.c solusio plasenta : 0,5-5%

Fetal

 Pada solusio plasenta ringan – sedang  tergantung pada luas plasenta yang lepas,
lama solusio plasenta terjadi, dan usia kehamilan
 Pada solusio plasenta berat 50-80% terjadi kematian janin
 Perdarahan >2000cc menyebabkan kematian janin
 Pada kasus tertentu, SC dapat mengurangi angka kematian janin
Daftar Pustaka
1. Abdul BS, Trijatmo R, Gulardi HW.editor. Ilmu Kebidanan Sarwono Prawirohardjo . Edisi
Ke-4. Jakarta: PT Bina Pustaka; 2010.
2. American College of Obstetricians and Gynecologist. Hypertension in Pregnancy.
Washington DC: American College of Obstetricians and Gynecologist. 2013;122:1122-31.
3. American Pregnancy.  Diakses pada 2022. Placental Abruption: Risks, Causes, Symptoms
and Treatment.
4. Hoa, N., & Tuyen, N. (2020) Unpredictable Placental Abruption: Case Series. Case
Reports in Clinical Medicine, 9(6), pp. 165–75.
5. Joseph,Dkk. 2010. Catatan Kuliah Ginekologi dan Obstetri (obgyn). Yogyakarta : Muha
Medika
6. Li, Y., et al. (2019). Analysis of 62 Placental Abruption Cases: Risk Factors and Clinical
Outcomes. Taiwanese Journal of Obstetrics and Gynecology, 58(2), pp. 223–26.
7. Mayo Clinic. Diakses pada 2019. Placental abruption - Symptoms and causes.
8. Prawirohardjo, Sarwono. 2014. Ilmu Kebidanan. Jakarta: Yayasan Bina Pustaka Sarwono
Prawirohardjo
9. William Obstetrics 24 eds. 2014.
Terima kasih

Anda mungkin juga menyukai