Oleh :
Batara Bisuk G99
Aditya Prima W G99
Yaasin Rachmah N G99181067
James Noble P G991908008
Pembimbing :
dr. Hermawan Udiyanto, Sp.OG (K)
A. Anamnesis
Anamnesis dilakukan pada tanggal 7 Januari 2020 pukul 10.00 terhadap
pasien.
1. Identitas Pasien
Nama : Ny. J
Umur : 26 Tahun
Jenis Kelamin : Perempuan
Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga
Agama : Islam
Alamat : Mojodemak 3/5 Wonosalam, Demak
Status Perkawinan : Menikah 1 kali, selama 4 Tahun
Paritas : G2P1A0
HPMT : 20 Maret 2019
HPL : 27 Desember 2019
UK : 40+2 minggu
Tanggal Masuk : 7 November 2019
No. RM : 0149XXXX
Berat Badan : 60 kg
Tinggi Badan : 144 cm
IMT : 28,93 (Obesitas kelas I)
2. Keluhan Utama
Rembes dan lendir darah dari jalan lahir 18 jam Smrs
3. Riwayat Penyakit Sekarang
Seorang pasien G2P1A0, 26 tahun, UK 40+2 minggu datang dengan
rujukan dari bidan dengan keterangan G2P1A0 hamil 40 minggu, kala I
fase aktif presentasi bokong.
Pasien merasa hamil 10 bulan, gerakan janin masih dirasakan, kenceng-
kenceng teratur dirasakan sejak 6 jam smrs, air ketuban rembes (+) 18 jam
smrs, lendir darah (+). Pasien tidak mengeluhkan adanya keputihan,
anyang-anyangan, dan nyeri saat BAK. Pasien tidak mengalami demam
dan riwayat berhubungan (-).
Riwayat Ante Natal Care (ANC) sebanyak 6 kali ke bidan dan satu kali
ke SpOG (pada UK 4 bulan di RS Demak). Pasien juga tidak memiliki
riwayat DM, hipertensi, penyakit jantung, asma, dan alergi.
6. Riwayat Obstetri
Hamil I : Laki-laki, usia 4 tahun, BBL 3800 gram, lahir spontan di
bidan.
Hamil II : Hamil ini
7. Riwayat Ante Natal Care (ANC)
Pasien kontrol kehamilan ke bidan sebanyak 6 kali dan ke SpOG
sebanyak 1 kali (pada UK 4 bulan di RS Demak)
8. Riwayat Menstruasi
Menarche : 12 tahun
Lama menstruasi : 5-7 hari
Siklus menstuasi : 29 hari
9. Riwayat Perkawinan
Menikah 1 kali, selama 4 tahun
B. PemeriksaanFisik
1. Status Generalis
a) Keadaan Umum : Baik, Composmentis
b) Tanda Vital :
Tensi : 120/80 mmHg
Nadi : 98 x/menit
RR : 20 x/menit
Suhu : 36,5 oC
c) Kepala : Mesocephal
d) Mata : konjungtiva anemis (+/+), sclera ikterik (-/-)
e) Leher : Kelenjar getah bening tidak membesar
f) Thorax :
g) Cor
Inspeksi : ictus cordis tidak Nampak
Palpasi : ictus cordis tidak kuat angkat
Perkusi : batas jantung kesan tidak melebar
Aukultasi : BJ I-II intesitas normal, regular, bising (-)
h) Pulmo
Inspeksi : pengembangan dada kanan = kiri
Palpasi : fremitus raba dada kanan = kiri
Perkusi : sonor // sonor
Auskultasi : suara dasar vesikuler (+/+), suara nafas
tambahan (-/-), wheezing (-)
i) Abdomen
Inspeksi : Dinding perut lebih tinggi disbanding
dinding dada, striae gravidarum (+)
Palpasi : Supel, nyeri tekan (-), teraba janin tunggal,
intrauterine memanjang, punggung kiri,
presentasi bokong, his (+) 3x/10’/40-50”,DJJ
144x/menit
Perkusi : Timpani
Auskultasi : DJJ (+) 175 x/menit, bisingusus (+)
j) Genital
Vaginal Touche (VT) : V/U tenang, dinding vagina dalam batas normal,
portio teraba lunak dan mendatar, AK (-), lender darah (+).
k) Ekstremitas : Edema (-/-) (-/-) , akral dingin (+/+) (+/+)
C. Pemeriksaan Penunjang
Laboratorium Darah tanggal 6 November 2019
HEMATOLOGI
HEMOSTASIS
ELEKTROLIT
Kesimpulan CTG :
Baseline :unstable(170-180)
Variabilitas : 5-10
Akselerasi :+
Deselerasi :-
Kontraksi :+
Fetal movement :+
D. Simpulan
Seorang G3P2A0, 37 tahun, UK 35+3minggu dengan riwayat fertilitas dan
obstetric baik. Pemeriksaan tanda vital tekanan darah 90/60 mmHg. Pada
pemeriksaan fisik teraba-teraba janin tunggal intrauterine memangjang
punggung kiri preskep kepala belum masuk panggul, his (+) 2x/10’/30”. DJJ
175 x/menit, oue terbuka tampak darah mengalir dari oue. KK (+), AK (-),
lender darah (+).
E. Diagnosis
Syok Hipovalemikec APH DP ec PPT (MAP moderate risk) Fetal Hipoksia
Pada Multigravida Hamil Preterm+ Riwayat Operasi SC 2 Kali
F. Prognosis
Dubia ad Bonam
BAB III
TINJAUN PUSTAKA
A. Pengertian
Perdarahan antepartum adalah perdarahan yang terjadi setelah kehamilan
28 minggu. Biasanya lebih banyak dan lebih berbahaya daripada perdarahan
kehamilan sebelum 28 minggu.
Perdarahan antepartum (APH) didefinisikan sebagai perdarahan dari jalan
lahir setelah 24 minggu (beberapa penulis mendefinisikan ini sebagai minggu
ke-20, yang lain sampai minggu 28) kehamilan. Hal ini dapat terjadi setiap
saat sampai tahap kedua persalinan selesai.
Perdarahan antepartum adalah perdarahan pada triwulan terakhir
kehamilan, yaitu usia kehamilan 20 minggu atau lebih. Pada triwulan terakhir
kehamilan sebab-sebab utama perdarahan adalah plasenta previa, solusio
plasenta dan ruptura uteri. Selain oleh sebab-sebab tersebut juga dapat
ditimbulkan oleh luka-luka pada jalan lahir karena trauma, koitus atau varises
yang pecah dan oleh kelainan serviks seperti karsinoma, erosi atau polip.
B. JENIS-JENIS PERDARAHAN ANTEPARTUM
1. Plasenta Previa
a) Definisi Plasenta Previa
Plasenta previa adalah keadaan dimana plasenta berimplantasi pada
tempat abnormal, yaitu pada segmen bawah rahim sehingga menutupi
sebagian atau seluruh dari ostium uteri internum (pembukaan jalan
lahir). Pada keadaan normal plasenta terletak dibagian atas uterus.
Sejalan dengan bertambahnya membesarnya rahim dan meluasnya
segmen bawah rahim kearah proksimalmemungkinkan plasenta yang
berimplantasi pada segmen bawah rahim seolah plasenta tersebut
bermigrasi. Ostium uteri yang secara dinamik mendatar dan meluas
dalam persalinan kala satu bias mengubah luas pembukaan serviks yang
tertutup oleh plasenta.
1) Transvaginal ultrasonography
Studi terbaru menunjukkan bahwa metode transvaginal
ultrasonografi lebih akurat dan aman disbanding metode
transabdominal ultrasonografi. Suatu penelitian studi, 26% pasien
telah yang didiagnosa dengan plasenta previa oleh metode
transabdominal ultrasonografi dinyatakan salah setelah
dicekulang dengan transvaginal ultrasonografi.
Sudut antara probe transvaginal dan saluran cerviks diatur
sedemikian rupa sehingga probe tidak sampai masuk kedalam
servik. Beberapa ahli menyatakan probe dimasukkan tidak lebih
dari 3 cm untuk memberikan gambaran yang baik dari plasenta.
2) Transperineal ultrasonography.
Transperineal ultrasonography merupakan metode alternatif.
Terutama pada kasus-kasus kontraindikasi pemasukkan probe
kedalam kanal vagina. Tetapi pemeriksaan lebih lanjut perlu
dilakukan untuk mengetahuiefikasi dan efisiensinnya.
3) Magnetic resonance imaging (MRI).
MRI tetap merupakan cara yang aman dan paling baik untuk
visualisasi placenta terutama untuk menentukan visualisasi
plasenta akreta.
f) Diagnosis Banding
1) Solusio Plasenta
2) Vasa Praevia
3) Kelainan servik suteri :servisitis, polip serviks, karsinoma serviks
4) Trauma :ruptura uteri, laserasi vagina, perdarahan pasca senggama
5) Varises vagina pecah
g) Patofisiologis
Perdarahan anterpatum yang disebabkan oleh plasenta previa
umumnya terjadi pada trimester ketiga kehamilan . Karena pada saat itu
segmen bawah uterus lebih banyak mengalami perubahan berkaitan
dengan makin tuanya kehamilan .
Kemungkinan perdarahanan terpatum akibat plasenta previa dapat
sejak kehamilan berusia 20 minggu. Pada usia kehamilan ini segmen
bawah uterus telah terbentuk dan mulai menipis.
Makin tua usia kehamilan segmen bawah uterus makin melebar dan
serviks membuka. Dengan demikian plasenta yang berimplitasi di
segmen bawah uterus tersebut akan mengalami pergeseran dari tempat
implantasi dan akan menimbulkan perdarahan. Darahnya berwarna
merah segar, bersumber pada sinus uterus yang atau robekan sinis
marginali dari plasenta.
h) Komplikasi
1) Prolaps tali pusat
2) Prolaps plasenta
3) Plasenta melekat sehingga harus dikeluarkan manual dan kalau
perlu dibersihkan dengan kuretase
4) Robeka-robekan jalan lahir karena tindakan
5) Perdarahan post partum
6) Infeksi karena perdarahan yang banyak
7) Bayi premature atau lahir mati
8) Anemia
i) Prognosis
Karena dahulu penanganan relative bersifat konservatif, maka
mortalitas dan morbiditas pada ibu dan bayi tinggi, mortalis ibu
mencapai 8-10% dan mortalitas janin 50-80%.
2. Solusio Plasenta
a) Definisi Solusio Plasenta
Solusio plasenta adalah terlepasnya sebagian atau keseluruhan
plasenta dari implantasinya yang normal pada lapisan desidua
endometrium sebelum waktunya yakni sebelum anak lahir.
3. Palpasi
a. Tinggi fundus uteri (TFU) tidak sesuai dengan tuanya
kehamilan.
b. Uterus tegang dan keras seperti papan yang
disebut uterus in bois (wooden uterus) baik waktu his
maupun di luar his.
c. Nyeri tekan di tempat plasenta terlepas.
d. Bagian-bagian janin sulit dikenali, karena perut (uterus)
tegang.
4. Auskultasi
Sulit dilakukan karena uterus tegang, bila DJJ terdengar
biasanya di atas 140, kemudian turun di bawah 100 dan akhirnya
hilang bila plasenta yang terlepas lebih dari 1/3 bagian.
5. Pemeriksaan dalam
a. Serviks dapat telah terbuka atau masih tertutup.
b. Kalau sudah terbuka maka plasenta dapat teraba menonjol
dan tegang.
c. Apabila plasenta sudah pecah dan sudah terlepas seluruhnya,
plasenta ini akan turun ke bawah dan teraba pada
pemeriksaan, disebut prolapsus placenta.
6. Pemeriksaan umum
Tekanan darah semula mungkin tinggi karena pasien
sebelumnya menderita penyakit vaskuler, tetapi akan turun dan
pasien jatuh dalam keadaan syok. Nadi cepat dan kecil
7. Pemeriksaan laboratorium
a. Urin : Albumin (+), pada pemeriksaan sedimen dapat
ditemukan silinder dan leukosit.
b. Darah : Hb menurun, periksa golongan darah,
lakukan cross-match test. Karena pada solusio plasenta
sering terjadi kelainan pembekuan darah
hipofibrinogenemia
8. Pemeriksaan plasenta.
Plasenta biasanya tampak tipis dan cekung di bagian plasenta
yang terlepas (kreater) dan terdapat koagulum atau darah beku
yang biasanya menempel di belakang plasenta, yang
disebut hematoma retroplacenter.
9. Pemeriksaaan Ultrasonografi (USG)
Pada pemeriksaan USG yang dapat ditemukan antara lain
:Terlihat daerah terlepasnya plasenta, Janin dan kandung kemih
ibu, Darah, Tepian plasenta.
g) KomplikasiSolusioPlasenta
1) Syokperdarahan
Pendarahan antepartum dan intrapartum pada
solusioplasentahampirtidakdapatdicegah,
kecualidenganmenyelesaikanpersalinansegera.
Bilapersalinantelahdiselesaikan, penderitabelumbebasdariperdarahan
postpartum karenakontraksi uterus yang
tidakkuatuntukmenghentikanperdarahan pada kala III persalinan dan
adanyakelainan pada pembekuandarah. Pada
solusioplasentaberatkeadaansyokseringtidaksesuaidenganjumlahperdar
ahan yang terlihat.
2) Gagalginjal
Gagalginjalmerupakankomplikasi yang seringterjadi pada
penderitasolusioplasenta, pada dasarnyadisebabkan oleh
keadaanhipovolemiakarenaperdarahan yang terjadi.
Biasanyaterjadinekrosistubuliginjal yang mendadak, yang
umumnyamasihdapatditolongdenganpenanganan yang baik. Perfusi
ginjalakan terganggu karena syok dan pembekuan intravaskuler. Oliguri
dan proteinuria kan terjadi akibat nekrosis tubuli atau nekrosis korteks
ginjal mendadak. Oleh karena itu oliguria hanya dapat diketahui dengan
pengukuran pengeluaran urin yang harus secara rutin dilakukan pada
solusio plasenta berat. Pencegahan gagal ginjal meliputi penggantian
darah yang hilang secukupnya, pemberantasan infeksi, atasi
hipovolemia, secepat mungkin menyelesaikan persalinan dan mengatasi
kelainan pembekuan darah.
3) Kelainanpembekuandarah
Kelainanpembekuandarah pada solusioplasentabiasanyadisebabkan oleh
hipofibrinogenemia. Kadar fibrinogen plasma normal pada
wanitahamilcukupbulanialah 450 mg%, berkisarantara 300-700 mg%.
Apabilakadar fibrinogen plasma kurangdari 100 mg%
makaakanterjadigangguanpembekuandarah.
h) Prognosis SolusioPlasenta
Angka kematian ibu di seluruh dunia akhir-akhir ini antara 0,5% dan 5%.
Sebagian besar wanita meninggal karena perdarahan (segera atau
tertunda), gagal jantung atau gagal ginjal. Diagnosis dini dan terapi yang
tepat akan menurunkan angka kematian ibu sampai 0.3%-1%. Angka
kematian janin berkisar 50% sampai 80%. Sekitar 30% janin dengan
pelepasan prematur plasenta dilahirkan cukup bulan. Pada hampir 20%
pasien dengan solusio plasenta tidak didapati adanya denyut jantung
janin ketika dibawa ke rumah sakit, dan pada 20% lainnya akan segera
terlihat adanya gawat janin. Jika diperlukan transfusi ibu segera, angka
kematian janin mungkin paling sedikit 50%. Kelahiran kurang bulan
terjadi pada 40%-50% kasus pelepasan prematur plasenta. Bayi
meninggal karena hipoksia, prematuritas atau trauma persalinan.
3. Plasenta Sirkumvalata
a) Definisi Plasenta Sirkumvalata
Plasenta sirkumvalata adalah plasenta yang pada permukaan fetalis
dekat pinggir terdapat cincin putih. Cincin ini menandakan pinggir
plasenta, sedangkan jaringan di sebelah luarnya terdiri dari villi yang
tumbuh ke samping di bawah desidua. Sebagai akibatnya pinggir plasenta
mudah terlepas dari dinding uterus dan perdarahan ini menyebabkan
perdarahan antepartum.
BAB IV
ANALISA KASUS
A. Analisa Kasus
Diagnosa : Syok Hipovolemik ec APH DP ec PPT (MAP moderate
risk) Fetal Hipoksia Pada Multigravida Hamil Preterm+ Riwayat Operasi SC
2 Kali
1. Syok hipovolemik
Pemeriksaan fisik :
KeadaanUmum : Sedikit cemas, kompos mentis, gizi kesan cukup.
Tanda Vital :
Tensi : 90/60 mmHg
Nadi : 81x/menit
RR : 20x/menit
Suhu : 36,8 oC
Mata : konjungtiva anemis (+/+), sclera ikterik (-/-)
Ekstremitas : Edema (-/-) (-/-) , akral dingin (+/+) (+/+)
Pada kasus ini adalah syok hipovolemik Stadium I.
2. APH DP ec PPT (MAP moderate risk)
Perdarahan antepartum adalah perdarahan pada triwulan terakhir
kehamilan, yaitu usia kehamilan 20 minggu atau lebih. Pada triwulan terakhir
kehamilan sebab-sebab utama perdarahan adalah plasenta previa, solusio
plasenta dan ruptura uteri.
Plasenta previa totalis atau komplit adalah bila plasenta menutupi
seluruh jalan lahir. Pada posisi ini, jelas tidak mungkin bayi dilahirkan per-
vaginam (normal/spontan/biasa), karena risiko perdarahan sangat hebat.
Anamnesis : Seorang pasien G3P2A0, 37 tahun, UK 35 + 3 minggu dating
sendiri ke RS Dr. Moewardi dengan keluhan perdarahan dari jalan lahir
sejak 4 jam SMRS sebanyak 4 gelas belimbing + 3 pembalut (± 1000 cc).
Pemeriksaan fisik :
Inspeksi : Konjungtiva anemis (+/+)
Vaginal Touche (VT) : V/U tenang, dinding vagina dalam batas normal,
portio teraba lunak dan mendatar, AK (-), lender darah (+).
Pemeriksaan penunjang :
Darah rutin :
Hb : 9.7g/dL
Hematokrit : 28%
Leukosit : 12.6 ribu/uL
USG :
Tampak janin tunggal, Intrauterine, janin preskep, DJJ (+)
HC : 30,14cm∾ 33 +3minggu
AC : 29,79cm∾ 33+5minggu
FL : 7,20cm∾ 36+6minggu
EFWB : 2479gr
Tampak plasenta insersi di SBR meluas OU 1
Tampak air ketuban kesan cukup
Tak tampak jelas kelainan kongenital mayor
Pada kasus ini adalah APH DP ec PPT (MAP moderate risk).
3. Fetal Hipoksia
Fetal hipoksia adalah adanya suatu kelainan pada fetus akibat gangguan
oksigenasi dan atau nutrisi yang bisa bersifat akut (prolapse tali pusat), sub akut
(kontraksi uterus yang terlalu kuat), atau kronik (plasenta insufisiensi). Fetal
hipoksia adalah kondisi bila ditemukan denyut jantung janin (DJJ) diatas
160x/menit atau dibawah 100x/menit, DJJ tidak teratur atau keluarnya
mekonium kental pada awal persalinan.
CTG :
Baseline : Unstable (170-180)
Variabilitas : 5-10
Akselerasi :+
Deselerasi :-
Kontraksi :+
Fetal movement :+
Pada kasus ini adalah fetal hipoksia.
4. Hamil preterm
Persalinan preterm (preterm birth) adalah kelahiran bayi sebelum umur
kehamilan 37 minggu dihitung dari hari pertama haid terakhir. Terdapat beberapa
subkategori kelahiran preterm berdasarkan umur kehamilan. Extremely preterm
(kurang dari 28 minggu), Very preterm (28 minggu sampai kurang dari 32 minggu),
Moderate to late preterm (32 minggu sampai kurang dari 37 minggu). Induksi atau
caesar tidak direkomendasikan sebelum umur kehamilan 39 minggu kecuali
terdapat indikasi medis (WHO, 2018).
HPMT : 03Maret 2019
HPL : 08Desember 2019
UK : 35+3 minggu
Pada kasus ini adalah hamil preterm.
Daftar Pustaka