Di baca:
Oleh:
Erik Susanto
Pembimbing:
MANADO
2022
PENDAHULUAN
Preeklampsia dialami oleh sepuluh juta wanita hamil di seluruh dunia dan
sekitar 76.000 wanita hamil meninggal setiap tahunnya oleh karena preeklampsia dan
gangguan hipertensi pada kehamilan lainnya. 1 Di negara berkembang prevalensi
preeklampsia berkisar sekitar 4% hingga 18% dari seluruh kehamilan. 2 Berdasarkan
Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia (SDKI) frekuensi kejadian preeklampsia
di Indonesia berkisar antara 3-10%.3 Data Dinas Kesehatan Provinsi Sulawesi Utara,
angka kematian ibu untuk tahun 2013 sebanyak 77 kematian dengan kasus
preeklampsia dan eklampsia sebanyak 18 kasus. Jadi dilihat dari data yang ada,
preeklampsia menjadi penyebab ketiga terbanyak dari kasus kematian ibu di provinsi
Sulawesi Utara.4
Preeklampsia seringkali dikaitkan dengan berkurangnya perfusi darah
uteroplasenta yang dapat mengakibatkan gangguan pada pertumbuhan janin sehingga
menyebabkan intrauterine growth restriction (IUGR) akan tetapi beberapa studi
menemukan bahwa terdapat peningkatan perfusi uteroplasenta pada kasus
preeklampsia awitan lanjut sehingga terdapat bayi bisa lahir dengan berat badan
normal atau bahkan tinggi.5-7 Selain itu, faktor maternal lainnya terutama obesitas dan
IMT yang tinggi juga meningkatkan risiko preeklampsia.8-10
Maka dari itu, laporan kasus ini bertujuan untuk memaparkan kasus
preeklampsia dengan neonatus makrosomia. Gambaran klinis yang tidak sesuai
dengan teori patofisiologi preeklampsia yang selama ini diterima secara luas seperti
yang ditemukan pada kasus ini diharapkan dapat membahas kembali kemungkinan
adanya patofisiologi yang berbeda dari gambaran klasik preeklampsia.
LAPORAN KASUS
Identitas
Nama : Ny. AS
Umur : 36 tahun
Alamat : Tompaso Baru I
Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga
Bangsa : Indonesia
Status menikah : Menikah
MRS tanggal : 3 Februari 2022
Anamnesis
Ny. AS, G4P3A0 36 tahun MRS tanggal 3 Februari 2022 pk. 13.40 dirujuk dari
Klinik Syaloom, Tompaso Baru dengan diagnosis G4P3A0, 36 tahun hamil aterm
inpartu kala II + Preeklampsia Berat. Janin intrauterin tunggal hidup letak kepala +
suspek makrosomia. Pasien datang dengan keluhan nyeri perut bawah ingin
melahirkan yang dirasakan sejak 3 jam SMRS. Pelepasan darah dan lendir dari jalan
lahir (+) sejak 3 jam SMRS. Pelepasan air dari jalan lahir (+) sejak 1 jam SMRS.
Sakit kepala, nyeri ulu hati, dan pandangan buram disangkal. Riwayat penyakit
jantung, hati, ginjal, hipertensi, dan diabetes mellitus disangkal. Pasien sudah
terpasang infus RL dan diberikan nifedipine 10 mg dari klinik perujuk.
Menarche : 13 tahun
Haid : teratur, siklus 28 hari, lama 4-5 hari
HPHT : 22 April 2021
HPL : 29 Januari 2022
PAN : 3x Posyandu
BB pasien sebelum hamil 80 kg (IMT 33,73 kg/m2)
KB : KB Suntik 3 bulan (2014-2015)
Menikah : 1 kali (2013 – sekarang)
P1 : 2013 / perempuan / sptlbk / 3800 gr / biang / rumah / sehat
P2 : 2015 / perempuan / sptlbk / 4100 gr / dokter / RS Kalooran / sehat
P3 : 2020/ perempuan/ sptlbk/ 3700 gr/ dokter / RS Kalooran / sehat
Status preasens
Keadaan Umum : cukup Kesadaran : CM
Tekanan darah : 170/110 mmHg Nadi : 90 x/ menit, reguler
Respirasi : 20 x/menit Suhu badan : 36,8° C
Konjungtiva : anemis - Sklera : ikterik -
C/P : dalam batas normal Ekstremitas : edema +/+
TB : 154 cm BB : 86 kg
IMT : 34,26 kg/m2
Bakar urin : +3
Pemeriksaan Obstetri
TFU : 40 cm Letak janin : Letak kepala U punggung kanan
BJJ : 150-155 x/mnt His : 2’-3’ // 50”-55”
TBJ : 4495 gram (JT)
Bakar urin : +3
Pemeriksaan dalam
Eff 90%, pembukaan lengkap, ketuban (-) sisa slight mekonium, pp kepala H III-IV,
denominator UUK kanan depan
Hematologi
Hb 13,4 gr/dL
Leukosit 17.200/mm3
Trombosit 264.000/mm3
Hematokrit 41,4 %
SGOT 22 U/L
SGPT 14 U/L
Ureum 18 mg/dL
Warna Kuning
pH 7,5
Protein +++
Reduksi Negatif
Keton Negatif
Bilirubin Negatif
Urobilinogen 0,2
Nitrit Negatif
Leukosit Negatif
Eritrosit 2-3
Epitel 1-2
Bakteri (-)
USG
Tidak dilakukan
NST
Tidak dilakukan
EKG:
Sinus rhythm, HR 90 x/m, normoaksis
Rontgen thorax:
Dalam batas normal
Diagnosis:
G4P3A0 36 tahun hamil 40-41 minggu inpartu kala II dengan preeklampsia berat
Janin intra uterine tunggal hidup PP kepala hodge III-IV + makrosomia
Manajemen
MgSO4 sesuai protokol
Antihipertensi
Ekstraksi Vakum
Konseling, informed consent keluarga tidak bersedia Rujuk
Observasi TNRS, His, DJJ
Lapor DPJP advis: MgSO4 sesuai protokol
Antihipertensi
Ekstraksi Vakum
Konseling dan informed consent keluarga tidak bersedia
Rujuk
Observasi TNRS, His, DJJ
Observasi:
Pukul 14.58 : His kencang, ibu ingin mengejan, pembukaan lengkap, ketuban (-), pp
kepala Hodge IV, ibu dipimpin mengejan
R/ Ekstraksi vakum keluarga tidak bersedia
Pukul 15.00 : Lahir bayi laki-laki / Spt lbk / 4400 gr / 53 cm/ AS 7-9
Pukul 15.04 : Lahir plasenta kesan lengkap dengan selaputnya
Perineum intak
Follow up (4 Februari 2022)
S : Nyeri perut bawah, pusing (+), pandangan kabur, nyeri kepala dan ulu hati (-)
O : KU: cukup Kes: CM
TD: 160/100 HR: 88 x/m RR: 22 x/m S: 36,8°C
Mata: Konjungtiva anemis -, sklera ikterik -
Abdomen: TFU 2 jari bawah pusat, kontraksi uterus baik
v/v: lochia rubra, perdarahan aktif (-), perineum intak
A : P4A0 36 tahun post partum H-I + PEB
Lahir bayi laki-laki / sptlbk / 4400 gram / 53 cm/ AS 7-9
P : Cefadroxil 3 x 500 mg
Dopamed 3 x 500 mg
Nifedipin 3 x 10 mg
Bionemi 1x1
ASI on demand
Mobilisasi
Konseling KB
Observasi tanda vital, kontraksi, dan perdarahan
1. Kriteria diagnostik pada pasien preeklampsia dengan gejala berat dan makrosomia.
Diagnosis preeklampsia ditegakkan berdasarkan adanya hipertensi spesifik
yang disebabkan kehamilan disertai dengan gangguan sistem organ lainnya pada usia
kehamilan di atas 20 minggu. Sebelumnya, preeklampsia didefinisikan sebagai
adanya hipertensi dan proteinuria yang baru terjadi pada kehamilan (new onset
hypertension with proteinuria). Definisi tersebut merupakan gambaran klinis yaang
klasik untuk preeklampsia, namun terdapat kasus di mana hipertensi disertai
gangguan multisistem lain sekalipun pasien tidak mengalami proteinuria.
Berdasarkan hal tersebut, definisi preeeklampsia berubah menjadi hipertensi
(tekanan darah sekurang-kurangnya 140 mmHg sistolik atau 90 mmHg diastolik pada
dua kali pemeriksaan berjarak 15 menit menggunnakan lengan yang sama) yang baru
terjadi pada kehamilan atau di atas usia kehamilan 20 minggu, disertai dengan
gangguan organ.11
Kebanyakan kasus preeklampsia ditegakkan dengan adanya proteinuria,
namun preeklampsia juga dapat ditegakkan bila menemukan gejala atau hasil
pemeriksaan penunjang. Berikut adalah kriteria minimal preeklampsia.11
Kriteria Minimal Preeklampsia
Hipertensi
Tekanan darah sekurang-kurangnya 140 mmHg sistolik atau 90 mmHg diastolik
pada dua kali pemeriksaan berjarak 15 menit menggunakan lengan yang sama
DAN
Proteinuria
Proteinuria melebihi 300 mg dalam 24 jam atau tes urin dipstik >+1.
Jika tidak terdapat proteinuria, hipertensi dapat diikuti salah satu temuan sebagai
berikut.
Trombositopenia: Trombosit <100.000/ µL.
Gangguan ginjal: Kreatinin serum >1,1 mg/dL atau didapatkan peningkatan
kadar kreatinin serum pada kondisi di mana tidak ada kelainan ginjal lainnya.
Gangguan hati: Peningkatan konsentrasi transaminase 2 kali nilai normal dan
atau adanya nyeri di daerah epigastrik atau regio kanan atas abdomen.
Edema paru.
Gejala neurologis: Stroke, nyeri kepala, gangguan visus.
Gangguan pertumbuhan janin yang menjadi tanda gangguan sirkulasi
uteroplasenta: Oligohidramnnion, fetal growth restriction (FGR) atau
didapatkan adanya absent atau reversed end diastolic velocity (ARDV).
Makrosomia didefinisikan sebagai berat badan lahir lebih dari 4.000 gram
tanpa memandang usia gestasi. Etiologi makrosomia adalah diabetes maternal,
obesitas maternal, multiparitas, riwayat bayi yang besar untuk masa kehamilan
(BMK, atau Large for Gestational Age yaitu LGA) pada kehamilan sebelumnya,
kehamilan post-term, bayi dengan jenis kelamin laki-laki, dan gangguan genetik atau
kongenital. Apabila terdapat salah satu etiologi makrosomia, maka kehamilan tersebut
memerlukan pemantauan yang lebih ketat.12
Makrosomia dapat dicurigai melalui pemeriksaan fisik (PF) dan penunjang (PP),
namun diagnosis definitif hanya dapat ditegakkan setelah janin dilahirkan. Pada PF,
pemantauan peningkatan berat badan (BB) pada setiap antenatal care (ANC) harus
dilakukan. Peningkatan BB selama kehamilan bergantung pada IMT (indeks massa
tubuh) ibu sebelum hamil, yang terdapat dalam pedoman dari US Institute of
Medicine (IOM), yakni sebagai berikut.
Peningkatan BB sebesar 12 - 18 kg untuk IMT kurang dari 18 kg/m . 2
Kesimpulan
Telah dilaporkan laporan kasus tentang Preeklamsia. Pasien dalam kasus ini
dikategorikan sebagai preeklamsia berat karena memenuhi kriteria diagnosis
preeclampsia sesuai rekomendasi ACOG 2013 dimana didapatkan hipertensi pada
usia kehamilan > 20 minggu dan proteinuria (+3) dan makrosomia karena berat bayi >
4000 gr.
Kehamilan dengan preeklamsia berat dengan makrosomia memerlukan
penanganan yang cepat dan tepat untuk mencegah terjadinya komplikasi dan
perburukan yang dapat terjadi sewaktu-waktu, yang dapat menyebabkan mortalitas
dan morniditas ibu dan janin.
Saran
1. Pasien dengan riwayat preeklamsia dan makrosomia pada kehamilan sebelumnya
disarankan untuk melalukan antenatal care secara berkala
2. Suplemen kalsium dan aspirin dosis rendah (60-80 mg) disarankan pada wanita
hamil berisiko tinggi (riwayat preeklamsia sebelumnya, hipertensi kronis,
obesitas) pada akhir trimester pertama
DAFTAR PUSTAKA