Anda di halaman 1dari 20

BAB I

LAPORAN KASUS
1.1 Identitas Pasien

Nama

: Ny.Siti

Umur

: 36 tahun

Alamat

: karang tengah, kadungora

Pendidikan

: SD

Pekerjaan

: IRT

No. Medrek

: 862398

Masuk RS

: 17 Mei 2016 pukul 16.30

Keluar RS

: 20 Mei 2016

Nama Suami : Tn. Dedi

Umur

: 39 tahun

Alamat

: Karang tengah, kadungora

Pendidikan

: SD

Pekerjaan

: Wiraswasta

1.2 Anamnesis

Dikirim oleh

:-

Sifat

: Non rujukan

Keterangan

:-

Keluhan Utama

: tidak merasakan gerakan janin

G4P3A0 pasien merasa hamil 9 bulan lebih, datang dengan keluhan tidak
merasakan gerakan janin sejak 12 jam yang lalu SMRS. Pasien
menyangkal mengeluhkan mules-mules, keluarnya cairan bening dan
keluarnya lendir bercak darah yang keluar dari jalan lahir. Pasien mengaku
memiliki tekanan darah tinggi sejak 6 hari yang lalu saat kontrol
kehamilan di bidan. Pasien mengaku mengeluhkan pusing sejak 9 jam
yang lalu. Pasien tidak mengeluhkan adanya penglihatan buram, nyeri ulu
hati, dan bengkak-bengkak.

1.3 Riwayat Obstetri


Keha
milan

Tempat

Penolong

Cara
kehamila
n

Cara
persalinan

Rumah
bidan
Rumah
bidan
Rumah
bidan

Bidan

Aterm

Spontan

Bidan

Serotinus

Bidan

Aterm

2
3

BB
lahir

3300
gr
Spontan
3500
gr
Spontan
3800
gr
Kehamilan Saat Ini

Jenis
Kelamin

Usia

Laki-laki

2
bulan
14
tahun
7
tahun

Laki-laki
Perempuan

Keada
an :
hidup/
mati
M
H
H

1.4 Keterangan Tambahan

Menikah
-

: Menikah pertama kali

Istri : 19 tahun, pendidikan terakhir SD, pekerjaan IRT


Suami : 22 tahun, pendidikan terakhir SD, pekerjaan wiraswasta

Haid
HPHT

: 15 07 - 2015

Taksiran persalinan

: 22 04- 2016

Siklus

: Tidak teratur

Lama

: 6 hari

Darah

: Biasa

Nyeri

: dirasakan

Menarche

: 16 tahun

Kontrasepsi terakhir : Suntik 3 bulan, sejak tahun 2002 2015, alasan


berhenti karena ingin punya anak lagi

Pre Natal Care

: Ke bidan dan Puskesmas, jumlah kunjungan 12

kali, dan terakhir 4 hari yang lalu

Keluhan Selama Kehamilan : -

Riwayat Penyakit Terdahulu : -

1.5 Status praesens

Keadaan Umum
Tekanan Darah
Nadi

: Compos Mentis
: 140/90 mmHg
: 84 x/menit
2

Respirasi
Suhu
Kepala
Leher
Thorak

: 24 x/menit
: 37 C
: Conjungtiva Anemis (-)/(-), Sklera Ikterik (-)/(-)
: Tiroid: T.A.K
KGB: T.A.K
: Cor : BJ S1=S2 Reguler, Murmur (-), Gallop (-)

Abdomen

Ekstremitas

Pulmo: VBS Kanan=Kiri, Rhonchi (-)/(-),


Wheezing (-)/(-)
: Cembung, Lembut, NT (-), DM (-)
Hepar : sdn
Lien : sdn
: Edema --/--, Varises --/--

1.6 Status Obstetrik


Pemeriksaan Luar

TFU/LP
LA
HIS

: 33 cm / 104 cm
: Kepala, Puka,
: - x/10 menit, lama his - detik

DJJ

: - x/menit, regular

Inspekulo

:-

Pemeriksaan Dalam :

Vulva/Vagina: tak
Portio
Pembukaan
Ketuban
Bag. Terendah

: tebal lunak
: 2 cm
: (+)
: kepala, station -1

1.7 Diagnosis Awal


G4P3A0 gravida 43-44 minggu dengan hipertensi gestational + susp IUFD

1.8 Rencana Pengelolaan


Rencana persalinan pervaginam
Observasi KU, TTV, HIS
Infus RL 500 cc 20 gtt/menit
Cek hematologi rutin dan urine rutin
Pro USG
Motivasi KB
3

1.9 Pemeriksaan Penunjang

Laboratorium (17-05-2016)

Darah Rutin
Hemoglobin

: 9.1 g/dL

(N : 12.0-16.0 g/dL)

Hematocrit

: 30%

(N : 35-47%)

Leukosit

: 6.700/mm3

(N : 3.800-10.600/mm3)

Trombosit

: 212.000/mm3

(N : 150.000-440.000/mm3)

Eritrosit

: 3.27 juta/mm3

(N : 3.6-5.8 juta/mm3)

Berat jenis Urine

1,025

(N: 1,002 1,030)

Blood Urine

POS (+++)

Leukosit esterase

POS (+++)

PH Urine

5,5

Nitrit Urine

Negatif

mg/dl

negative

Protein urine

Negatif

mg/dl

negative

Glukosa urine

Negatif

mg/dl

negative

Keton urine

POS (+++)

negative

Urobilinogen urine

POS (+)

(0,2 1,0)

Bilirubin urine

Negatif

Urine Rutin

(N: 4,8 7,5)

negative

Dilakukan pemeriksaan USG tgl 17-5-2016 : BJA (-), berat janin 3000 gr,
kesan : G4P3A0 gravida 42-43 minggu dengan IUFD

Advis dr. SpOG : dilakuksn amniotomi setelah itu dilakukan drip oxy
1.10 Laporan Pemantauan Persalinan Kala I
Jam
19.15
WIB

TD

Suhu

HIS
-

DJJ
-

Keterangan
Dipasang drip oxy
labi 1, 12 gtt
Amniotomi (+)
Cefotaxime 1 gr IV
4

20.00
21.30

140/90
38C

22.00

06.00

110/80

07.00

120/80

78x

20x

36,3
C

08.30

14.00

15.00

Metronidazole 500
gr IV
Dopamet 250 mg
Paracetamol 1 tab
peroral
Pembukaan : 3-4
cm
Ketuban (-)
Drip oxy labu 1
habis
PD : v/v tak, p :
teballunak,
pembukaan : 3-4
cm, ket (-), kepala
stat 0
Cefotaxime 1 gr iv
Metronidazole inf
500 mg
PD :
v/v t.a.k, portio :
tebal lunak,
pembukaan : 3-4
cm, ketuban (-),
kepala stat 0
Drip oxy labu ke 2
PD :
v/v : t.a.k, Portio:
tebal lunak,
Pembukaan : 6-7
cm, Ketuban : Drip labu ke 2
masih terpasang

1.11 Laporan persalinan


18-5-16 jam 16.00

His (+), BJA (-) px ingin mengedan, PD : v/v t.a.k, portio


:tdk teraba, pembukaan lengkap, ketuban (-), px dipimpin
partus saat ada HIS

Jam 16.30

bayi lahir spontan +, letak belakang kepala, lilitan tali pusat


3 x, terjadi distosia bahu, dicari bahu anterior, badan lahir,
5

tali pusat di klem kemudian di potong, selanjutnya bayi


dibersihkan sebagaimana mestinya.
JK: laki-laki, PB : 50 cm, BB: 3900 gr, px dapat 1 amp oxy
IM
Jam 16.40

plasenta lahir dengan manualai rapuh, kesan bersih, berat


450 gr, di eksplorasi tidakterdapat rupture uteri
TFU 2 jari dibawah pusat, kontraksi uterus hilang timbul,
perdarahan 350 cc, perineum utuh
Konsul dr Dhanny SpOG, advis drip 2:1, methergib IV,
invitec, sedia darah, observasi
Px dapat methergin 1 amp IV
Px dapat invitec 4 tab/ anus, terpasang drip 2:1, O2
terpasang, DC terpasang
Ku: Post Partum baik, TD : 90/50

1.12 Diagnosis akhir


P4A0 partus maturus spontan dengan augmentasi ai IUFD + inersia uteri

1.13 Follow Up
Tanggal Catatan

Instruksi

18-52016

S/ pusing
O/
KU : CM
TD : 110/80 mmHg
N :78x/menit
R : 20x/menit
S : 36.3 C

Mata: CA -/- SI -/Abdomen : Cembung Lembut, NT(-), DM (-)


TFU : 33 cm
BJA : BAB/BAK : (+)/(+)

P/
- Observasi KU,
TTV, BJA, HIS,
kemajuan
persalinan
- rencana
persalinan
pervagina

A/ G4P3A0 parturien 42-43 minggu kala I fase laten dengan

IUFD

19-052016

S/ pusing
O/
KU : CM
TD : 80/60 mmHg
N : 81x/menit
R : 20x/menit
S : 36 C

Mata: CA -/- SI -/Abdomen : Datar Lembut, NT(+), DM (-)


TFU : 1 jari dibawah pusat
Lokhia : (+) rubra
BAB/BAK : (+)/(-)

P/
- Cefadroxil
2x500 mg
- As. mefenamat
3x500 mg
- sf 1x1
- pospargin 3x1

A/ P4A0 partus maturus spontan dengan augmentasi ai IUFD + Inersia


uteri

20-052016

S/ O/
KU : CM
TD : 100/80 mmHg
N : 80x/menit
R : 20x/menit
S : 36,3 C

Mata: CA -/- SI -/Abdomen : Datar Lembut, NT(+), DM (-)


TFU : 1 jari dibawah pusat
Lokhia : (+) rubra
BAB/BAK : (+)/(+)

P/
- Cefadroxil
2x500 mg
- As. Mefenamat
3x500 mg
- Sangobion 1x1
- BLPL

A/ P4A0 partus maturus spontan dengan augmentasi ai IUFD + Inersia


uteri

BAB II
PERMASALAHAN
2.1 Apakah diagnosis pasien pada kasus ini sudah benar?
7

Ini merupakan kehamilan keempat pasien, pasien tidak pernah mengalami

keguguran sebelumnya G4P3A0


Pasien merasa sedang hamil 9 bulan, HPHT tanggal 15-7-2015, dan TFU

33 cm 43-44 minggu
Dari anamnesis, pasien mengeluhkan tidak merasakan gerakan janin sejak
12 jam yang lalu SMRS, dari hasil pemeriksaan BJA (-), dari hasil USG

ditemukan BJA (-) IUFD


Pasien mengaku memiliki tekanan darah tinggi sejak 6 hari yang lalu saat
kontrol kehamilan di bidan. Pasien mengaku mengeluhkan pusing sejak 9
jam yang lalu, dari hasil pemeriksaan saat pasien datang tekanan darah
140/90, dari hasil lab tidak ditemukan protein dalam urine Hipertensi
gestational

Diagnosis Kerja : G4P3A0 gravida 43-44 minggu dengan IUFD + Hipertensi


gestational
2.2 Apakah pengelolaan pasien ini sudah tepat?
-

Pengelolaan

IUFD pada pasien ini dilakukan induksi persalinan

dengan oksitosin. Setelah dievaluasi tanda-tanda persalinan baik


sehingga pasien dapat melahirkan secara pervagina.
-

Pengelolaan hipertensi gestational pada pasien ini diberikan dopamet


250 mg per oral.

2.3 Bagaimana prognosis pada pasien ini?


- Quo ad vitam pada pasien ini ad bonam
- Quo ad functionam pasien ini untuk fungsi reproduksi ad bonam. Fungsi
seksual dan menstruasi ad bonam.

BAB III
TINJAUAN PUSTAKA
3.1 INTRAUTERINE FETAL DEATH (IUFD)
3.1.1 Definisi
8

Intrauterine fetal death (IUFD) menurut ICD 10 International


Statistical Classifications of Disease and Related Health Problems adalah
kematian janin pada usia gestational lebih dari atau sama dengan 22
minggu. WHO dan American College Of Obstetricians and Gynecologist
(1995) menyatakan intra uterine fetal death ialah janin yang mati dalam
Rahim dengan berat badan 500 gram atau lebih atau kematian anin dalam
Rahim pada kehamilan 20 minggu atau lebih. The US National Center of
Health Statistics menyatakan bahwa intrauterine fetal death adalah
kematian pada fetus dengan berat badan 350 gram atau lebih dengan usia
kehamilan 20 minggu atau lebih.

3.1.2 Faktor Resiko


Beberapa studi yang dilakukan pada akhir - akhir ini melaporkan
sejumlah fakrot resiko kematian fetal, khususnya IUFD. Peningkatan usia
maternal juga akan meningkatkan resiko IUFD. Wanita diatas usia 35
tahun memiliki resiko 40-50% lebih tinggi akan terjadinya IUFD
dibandingkan dengan wanita usia 20-29 tahun. Resiko terkait usia ini
cenderung lebih berat pada pasien primipara disbanding multipara. Alasan
yang mungkin dapat menjelaskan sebagian risiko terkait usia ini adalah
insiden yang lebih tinggi akan terjadinya kehamilan multiple, diabetes
gestational, hipertensi, preeklamsia dan malformasi fetal pada wanita yang
lebih tua.
Berat maternal pada kunjungan antenatal care juga mempengaruhi
resio IUFD. Hubungan antara indeks massa tubuh (IMT) dan IUFD telah
dilaporkan oleh Little dan Cnattingius. Stephansson dkk dalam studi kasus
kontrol terhadap 700 primipara dengan IUFD dan 700 kontrol melaporkan
bahwa primipara yang mengalami kelebihan berat badan (IMT 25-29,9)
ternyata memiliki resiko dua kali lipat akan terjadinya IUFD dibandingkan
wanita dengan IMT 19,9. Resiko ini jauh berlipat pada primipara obesitas

(IMT 30). Kenaikan berat badan yang terjadi selama kehamilan


tampaknya tidak mempengaruhi resiko IUFD.
Faktor Sosial seperti status sosioekonomi dan edukasi juga
mempengaruhi resiko terjadinya IUFD. Mereka yang berada dalam status
sosioekonomi rendah ternyata memiliki resiko dua kali lipat menderita
IUFD.

3.1.3 Etiologi
Pengetahuan akan etiologi stillbirth menjadi penting untuk
mencapai penurunan angka mortalitas perinatal. Pemahaman kausa IUFD
yang lebih baik sangat dibutuhkan untuk perencanaan kesehatan yang
adekuat dan penentuan prioritas dalam kesehatan perinatal.
Tabel I. Causes of IUFD Among the Patients
Cause of IUFD
Hypersensitif disorder of Pregnancy
Uncontrolled diabetes mellitus
Chorioammonitis
Abruptio placentae
HIV/AIDS
Sickle Cell
Placental insufficiency
Cord accident
Unidentified

Percentage
21,6 %
16,2 %
13,5 %
5,4 %
5,4 %
2,7 %
10, 8 %
10, 8 %
13,5 %

Presentase penyebab IUFD

3.1.4 Klasifikasi
Menurut United State National Center for Health Statistics
kematian janin dapat dibagi menjadi 4 golongan, yaitu :
1. Golongan I : Kematian sebelum masa kehamilan
mencapai 20 minggu penuh (early fetal death)
2. Golongan II : Kematian setelah ibu hamil 20-28
minggu (intermediate fetal death)
3. Golongan III : Kematian sesudah

masa

kehamilan >28 minggu (late fetal death)


10

4. Golongan IV : Kematian yang tidak dapat


digolongkan pada ketiga golongan diatas.
3.1.5 Diagnosis
Manifestasi Klinis dan Diagnosis IUFD
A. Anamnesis :
- Pasien mengaku tidak lagi merasakan gerakan janinnya
- Perut tidak bertambah besar, bahkan mungkin mengecil
- Perut sering menjadi keras dan merasakan sakit seperti
ingin melahirkan
- Penurunan berat badan
B. Pemeriksaan Fisik
- Inspkeksi : Tinggi fundus uteri berkurang atau lebih
rendah dari usia kehamilannya. Tidak terlihat gerakan
-

janin yang biasanya dapat terlihat pada ibu yang kurus.


Palpasi : Tonus uterus menurun, uterus teraba flaksid.

Tidak teraba gerakan janin


Auskultasi : tidak terdengarnya denyut jantung janin
setelah usia kehamilan 10-12 minggu pada pemesiksaan
ultrasonic Doppler merupakan bukti kematian janin
yang kuat.

3.1.6 Komplikasi
Komplikasi yang dapat terjadi ialah trauma psikis ibu ataupun
keluarga, apalagi bila waktu antara kematian janin dan persalinan
berlangsung lama. Bila terjadi ketuban pecah dapat terjadi infeksi. Terjadi
koagulopati bila kematian janin lebih dari 2 minggu.

3.1.7 Penatalaksanaan
Kematian janin dapat terjadi akibat gangguan pertumbuhan janin, gawat
janin atau kelainan atau akibat infeksi yang tidak terdiagnosis sebelumnya
sehingga tidak diobati.
1. JIka pemeriksaan radiologic tersedia, konfirmasi kematian janin
setalah 5 hari. Tanda-tandanya berupa overlapping tulang tengkorak,
11

hiperfleksi columna vertebralis, gelembung udara didalam jantung


dan edema scalp.
2. USG merupakan saran penunjang diagnostic yang baik untuk
memastikan kematian janin dimana gambarannya menunjukkan janin
tanpa tanda kehidupan, tidak ada denyut jantung janin, ukuran kepala
janin dan cairan ketuban berkurang.
3. Dukungan mental emosional perlu diberikan kepada pasien.
Sebaiknya pasien selalu didampingi oleh orang terdekatnya.
4. Pilihan cara persalinan dapat secara aktif dengan induksi maupun
ekspektatif, perlu dibicarakan dengan pasien dan keluarganya.
5. Bila pilihan adalah ekspektatif maka tunggu persalinan spontan
hingga 2 minggu dan yakinkan bahwa 90% tanpa adanya komplikasi
6. Jika trombosit dalam 2 minggu menurun tanpa persalinan spontan,
lakukan penanganan aktif
7. Jika penangnan aktif akan dilakukan, nilai serviks, yaitu
a. Jika serviks matang, lakukan induksi persalinann dengan
oksitosin atau prostaglandin.
b. Jika serviks belum matang, lakukan pematangan serviks dengan
prostaglandin atau kateter foley, dengan catatan jang melakukan
amniotomi karena beresiko infeksi.
c. Persalinan dengan seksio sesarea merupakan alternative terakhir.
8. Jika persalinan spontan tidak terjadi dalam 2 minggu, trombosit
menurun serviks belum matang, matangkan serviks dengan
misoprostol:
a. Tempatkan misoprostol 25mcg dipuncak vagina, dapat diulang
sesudah 6 jam.
b. Jika tidak ada respon sesudah 2x25 mcg misoprostol, naikkan
menjadi 50mcg (dosis maksimal) dan jangan melebihi 4 dosis.
9. Jika ada tanda infeksi berikan antibiotik.
10. Jika tes pembekuan sederhana lebih dari 7 menit atau bahkan mudah
pecah, waspadai koagulopati.
11. Berikan kesempatan kedua untuk ibu dan keluarganya untuk melihat
dan melakukan kegiatan ritual bagi janin yang meninggal tersebut.
12. Pemeriksaan patologi plasenta adalah mengungkapkan adanya
patologi plasenta dan infeksi.
3.1.8 Pencegahan

12

Upaya mencegah kematian janin, khususnya yang sudah atau


mendekati aterm adalah bila ibu sudah merasakan gerakan janin menurun,
tidak bergerak, atau gerakan janin terlalu keras, perlu dilakukan
pemeriksaan USG. Perhaitkan adanya solusio plasenta. Pada gemeli
dengan T+T (twin to twin transfusion) pencegahan dilakukan dengan
koagulasi pembuluh anastomosis.
Resiko kematin ajanin dapat sepenuhnya dihindari dengan
antenatal care yang baik. Ibu menghindari dari penyakit infeksi, merokok,
minuman beralkohol atau penggunaan oabat-obatan.
Tes-tes antepartum misalnya USG, tes darah alfa-fetoprotein, nonstres test fetal elektronik dapat digunakan untuk mengevaluasi kegawat
janin sebelum terjadi kematian dan terminasi kehamilan dapat segera
dilakukan bila terjadi gawat janin.

3.2 Hipertensi pada Kehamilan


3.2.1 Definisi
Penyakit hipertensi dalam kehamilan merupakan kelainan vascular
yang jadi sebelum kehamilan atau timbul dalam kehamilan atau pada masa
nifas. Golongan penyakit ini ditandai dengan hipertensi dan sering disertai
proteinuria, edema, kejang, koma, atau gejala-gejala lain.
3.2.2 Epidemologi dan Faktor Resiko
Insidensi dari eklampsia adalah 1 dari 2.000 kelahiran. Dari
laporan statistik nasional, didapatkan di US pada tahun 1998 insidensinya
adalah 1 dari 3.250 kelahiran. Berdasarkan data dari Royal College of
Obstetricians and Gynaecologist (2006) di UK insidensinya adalah 1 dari
2.000 kelahiran. Akkawi (2009) melaporkan bahwa di Dublin 1 dari 2.500
kelahiran, Andersgaard (2006) melaporkan 1 dari 2.000 kelahiran di
Scandinavia, dan Zwart (2008) 1 dari 1.600 kelahiran di Netherlands. Ini
membuktikan masih tingginya angka kejadian Eklampsia di dunia.
Penelitian berbagai faktor risiko terhadap hipertensi pada kehamilan,
preeklampsia atau eklampsia.
13

Usia
Insidens

tinggi

pada

primigravida

muda,

meningkat

pada

primigravida tua. Pada wanita hamil berusia kurang dari 25 tahun


insidens > 3 kali lipat. Pada wanita hamil berusia lebih dari 35 tahun,
dapat terjadi hipertensi laten.
b

Paritas
Angka kejadian tinggi pada primigravida, muda maupun tua,
primigravida tua risiko lebih tinggi untuk pre-eklampsia berat.

Ras/golongan etnik
Mungkin ada perbedaan perlakuan/akses terhadap berbagai etnik di
banyak Negara

Faktor keturunan
Jika ada riwayat pre-eklampsia/eklampsia pada ibu/nenek penderita,
faktor risiko meningkat sampai + 25%

Faktor gen
Diduga adanya suatu sifat resesif (recessive trait), yang ditentukan
genotip ibu dan janin.

Diet/gizi
Tidak ada hubungan bermakna antara menu/pola diet tertentu
(WHO). Penelitian lain : kekurangan kalsium berhubungan dengan
angka kejadian yang tinggi. Angka kejadian juga lebih tinggi pada
ibu hamil yang obese/overweight

Tingkah laku/sosioekonomi
Kebiasaan merokok : insidens pada ibu perokok lebih rendah, namun
merokok selama hamil memiliki risiko kematian janin dan
pertumbuhan janin terhambat yang jauh lebih tinggi.
Aktifitas fisik selama hamil : istirahat baring yang cukup selama
hamil

mengurangi

kemungkinan/insidens

hipertensi

dalam

kehamilan.
h

Hiperplasentosis
Proteinuria dan hipertensi gravidarum lebih tinggi pada kehamilan
kembar, dizigotik lebih tinggi daripada monozigotik.
14

Diabetes mellitus : angka kejadian yang ada kemungkinan


patofisiologinya bukan preeklampsia murni, melainkan disertai
kelainan ginjal/vaskular primer akibat diabetesnya.

Mola hidatidosa : diduga degenerasi trofoblas berlebihan berperan


menyebabkan preeklampsia. Pada kasus mola, hipertensi dan
proteinuria terjadi lebih dini/pada usia kehamilan muda, dan ternyata
hasil pemeriksaan patologi ginjal juga sesuai dengan pada preeklampsia.

Riwayat pre-eklampsia.

Kehamilan pertama

m Usia lebih dari 40 tahun dan remaja


n

Obesitas

Kehamilan multiple

Diabetes gestasional

Riwayat diabetes, penyakit ginjal, lupus, atau rheumatoid arthritis.

3.2.3 Klasifikasi
1. Hipertensi Gestational
Definisi timbulnya hipertensi dalam kehamilan pada wanita
yang tekanan darah sebelumnya normal dan tidak disertai
proteinuria.
Gejala ini akan hilang dalam waktu < 12 minggu pascapersalinan.
Penanganan
Tangani secara rawat jalan:
Pantau tekanan darah, urin (untuk prteinuria), dan kondisis
janin setiap minggu.
Jika tekanan darah meningkat, tangani sebagai preeklamsia
ringan.
Jika kondisi janin memburuk atau terjadi pertumbuhan janin
terhambat, rawat untuk penilaian kesehatan janin.
Beritahu pasien dan keluarga tanda bahaya dan gejala
preeklampsia atau eklamsia.
Jika tekanan darah stabil, janin dapat dilahirkan secara normal.
2. Preeklamsi-eklamsi
Preeklampsia adalah hipertensi disertai proteinuria pada umur kehamilan >
20 minggu.
15

Klasifikasi :
Preeklampsia ringan (PER): Sistolik 140-160 mmHg / diastolik 90-110
mmHg dengan proteinuria 300mg/24 jam / +1 dipstik.
Penatalaksanaannya :
o Rawat inap. Jika pasien menolak > rawat jalan dengan
pemantauan tekanan darah 2x/hari dan proteinuria setiap hari.
o Dapat diberikan suplemen antioksidan atau antiagregasi
o
o
o
o
o

trombosit.
Berikan obat antihipertensi (metil dopa 3x250 mg)
Pemantauan kesejahteraan janin dengan USG dan KTG.
Dapat diberikan kortikosteroid untuk pematangan paru.
Pada kehamilan 37 minggu > terminasi.
Bila tensi normal pasien dapat dipulangkan dengan nasihat
istirahat dan penjelasan mengenai tanda-tanda preeklampsia

berat. Kontrol 2x seminggu.


Preeklampsia berat (PEB): Sistolik > 160 mmHg / diastolik
>110mmHg dengan proteinuria 2 gr/24 jam / 2 dipstik.
Eklampsia adalah penyakit akut dengan kejang dan koma pada wanita
hamil dan wanita dalam nifas disertai dengan hipertensi, edema, dan
proteinuria. Dapat disebut juga sebagai preeklampsia disertai kejang
yang tidak disebabkan oleh penyakit lain pada perempuan dan dapat
terjadi sebelum, saat, atau setelah persalinan
3. Hipertensi kronik dengan superimposed preeklamsi
Diagnosis hipertensi kronis dalam kehamilan ditegakkan apabila
hipertensi (140/90 mmHg atau lebih) sudah terjadi sebelum
kehamilan, atau telah muncul sebelum 20 minggu kehamilan, dan
hipertensi menetap sampai lama setelah persalinan.
4. Hipertensi kronik
Dengan gejala yaitu tekanan darah >140/90 mm/Hg sebelum
hamil atau didiagnosa sebelum usia gestasi 20 minggu , atau bila
terdapat hipertensi didiagnosa setelah usia gestasi 20 minggu dan
persisten 12 minggu setelah melahirkan.

16

3.2.4 Tanda dan Gejala


Gejala dan tanda

Gejala dan tanda

yang selalu ada

yang kadang-kadang ada

Tekanan diastolik 90 mmHg

Diagnosis
kemungkinan
Hipertensi Kronik

pada kehamilan < 20 minggu


Tekanan

diastolik

90-110

Hipertensi Kronik

mmHg pada kehamilan < 20

dengan

minggu

superimposed
preeklamsia

Proteinuria < ++
Tekanan

diastolik

ringan
90-110

Hipertensi

mmHg

Gestasional

(2 pengukuran berjarak 4 jam)


pada kehamilan > 20 minggu
Proteinuria Tekanan

diastolik

90-110

Preeklampsia

mmHg

ringan

(2 pengukuran berjarak 4 jam)


pada kehamilan > 20 minggu
Proteinuria sampai ++
Tekanan

diastolik

110 Hiperrefleksia

mmHg pada kehamilan > 20


minggu
Proteinuria ++

Nyeri kepala (tidak hilang

Preeklampsia
berat

dengan analgetika biasa)


Penglihatan kabur

17

Oliguria (<400 ml/24 jam)


Nyeri

abdomen

atas

(epigastrium)
Edema paru
Kejang

Koma

Tekanan diastolik 90 mmHg Sama


pada kehamilan >20 minggu

Eklampsia
seperti

preeklamsia

berat

Proteinuria ++

3.3 Kelainan HIS


3.3.1 Inersia Uteri
Inersia uteri adalah pemanjangan fase laten atau fase aktif atau
keduanya. Pemanjangan fase laten bisa diakibatkan karena serviks belum
matang atau penggunaan analgetik terlalu dini. Pemanjangan fase aktif
ditemukan pada disproporsi sefalopelvik atau kelainan anak.

3.3.2 Klasifikasi

Inersia Uteri Hipotonik :


Kontraksi uterus terkoordinasi tapi tidak adekuat
Inersia uteri hipertonik :
Kotraksi uterus tidak terkoordinasi, kuat tidak adekuat

His adekuat adalah his persalinan yang menyebabkan


kemajuanpersalinan. Dalam 10 menit terdapat 3 kali kontraksi rahim,
lamanya 40-60 detik dan sifatnya kuat.

3.3.3 Etiologi

Inersia uteri hipotonik:


a. Penggunaan analgetik terlalu cepat
b. Panggul sempit
c. Letak defleksi (muka atau dahi)

18

d. Kelainan posisi regangan dinding rahim


(hidramnion,gemeli)
e. Perasaan takut dari ibu

Inersia uteri hipertonik:


a. KPD
b. Infeksi intrauterin

3.3.4 Penyulit

Kemungkinan infeksi bertambah, yang menyebabkan kematian


anak meningkat
Ibu kehabisan tenaga dan dehidrasi: ditandai oleh peningkatan
denyut nadi, demam, asetonuria, nafas cepat, meteorismus, dan
penurunan turgor

3.3.5 Pengelolaan

Inersia uteri hipotonik


Bila ketuban positif, dilakukan amniotomi dan pemberian
oksitosin. Bila ketuban sudah pecahdilakukan pemberian tetes
oksitosin.
Inersia uteri hipertonik
Diberikan obat tekolotik. Tetes oksitosin diberikan setelah gejala
hipertonus menghilang.

Inersia Uteri
Hipotonik
Amniotomi + drip oxy
Berhasil

Hipertonik

Pemberian tokolitik

Tidak berhasil

Persalinan pervagina Seksio sesarea


DAFTAR PUSTAKA
19

1. Bagian Obstetri dan Ginekologi Fakultas Kedokteran Universitas


Padjajaran. Obstetri Patologi. Elstar offset: Bandung.
2. Ardy CA. G3p2a0, 38 Tahun, Gravid 28 Minggu, Janin Tunggal Mati,
Intrauterin, Presentasi Bokong, Letak Sungsang, Belum Inpartu Dengan
Intrauterine Fetal Death (IUFD) vol. 1 no. 2, Oktober 2013: 11-18.

3. Cunningham, F.G., dkk. 2010. Obstetri Williams (edisi ke-23). Terjemahan


oleh Hartono, Suyono, Pendit. EGC : Jakarta, Indonesia,.
4. Josoprawiro. M, 1999. Hipertensi pada Kehamilan Preeklampsia
Eklampsia, FKUI, Jakarta.
5. ACOG, 2002. Pra ctice Bulletin : Diagnosis and Management of
Preeclampsia

and

Eclampsia.

(http://mail.ny.acog.org/website/SMIPodcast/DiagnosisMgt.pdf, diakses 8
Maret 2016)
6. Padjajaran, Bagian

Obstetri

&

Ginekologi

Fakultas

Kedokteran

Universitas. Kelainan HIS. Panduan Praktik Klinis Obstetri & Ginekologi.


Bandung : Dep/SMF Obstetri & Ginekologi Fakultas Kedokteran
Universitas Padjajaran, 2015.

20

Anda mungkin juga menyukai