Anda di halaman 1dari 25

1.

IDENTITAS
Nama
Umur
Pendidikan
Pekerjaan
Agama
Suku
Alamat
No.CM
Masuk RS
Keluar RS
Ruangan

2.

Pasien
: Ny.S
: 32 th
: SD
: Ibu rumah tangga
: Islam
: Sunda
: Leles
: 763690
: 21 April 2015
: 24 April 2015
: Zade

Suami
Tn. K
36 th
SD
Buruh
Islam
Sunda
Leles

ANAMNESIS
A. Keluhan utama :
Mules-mules
B. Anamnesa khusus :
G3P2A0 merasa hamil 9 bulan, datang dengan keluhan mules-mules sejak 20 jam
SMRS. Mules dirasakan dari depan kebelakang, semakin sering dan semakin lama.
Keluhan juga disertai dengan keluar cairan dari jalan lahir. Cairan berwarna bening dan
tidak berbau. Adanya darah dan lendir keluar dari jalan lahir diakui oleh ibu. Ibu pertama
kali merasakan pergerakan janin sejak 5 bulan yang lalu. Saat ini pergerakan janin
masih dirasakan oleh ibu.
C. Riwayat Obstetri

Kehamilan
ke
I
II
III

Tempat

Penolong

Puskesmas
Rumah

Bidan
Bidan

Cara
Kehamilan
Aterm
Aterm

Cara
BB
Persalinan
Lahir
Spontan
3.000gr
Spontan
3.000gr
Kehamilan saat ini

D. Riwayat Perkawinan :
Status
: Menikah pertama kali
Usia saat menikah
: Perempuan : 18 tahun, SD, IRT
Laki-laki
: 22 tahun, SD, Buruh
E. Haid
1

Jenis
Kelamin
L
P

Usia
8
1,5

Keadaan:
Hidup/Mati
Hidup
Hidup

Siklus haid
Lama haid
Banyaknya darah
Nyeri haid
Menarche usia
HPHT
TP

: Teratur
: 7 hari
: Biasa
: Tidak dirasakan
: 15 tahun
: 9 Juli 2014
: 16 April 2015

F. Riwayat kontrasepsi
Kontrasepsi Terakhir
Akseptor KB sejak tahun
Alasan berhenti KB

: Suntik, 3 bulan
: 2014 s/d 2014
: Tidak cocok

G. Prenatal Care :
Datang untuk kontrol kehamilan ke Puskesmas dengan jumlah kunjungan 9 kali
selama kehamilan, terakhir 5 hari yang lalu.
H. Keluhan selama kehamilan
Tidak ada keluhan selama kehamilan
I. Riwayat Penyakit Dahulu
Riwayat penyakit jantung, penyakit paru-paru, penyakit ginjal, penyakit liver,
penyakit Diabetes militus, penyakit tiroid, penyakit epilepsi, riwayat asma bronchial
disangkal pasien dan riwayat hipertensi sebelum kehamilan disangkal.
3. PEMERIKSAAN FISIK
A. Status Praesens
Keadaan umum
Kesadaran
Tensi
Nadi
Respirasi
Suhu
Kepala

:
:
:
:
:
:
:

Cor

Pulmo
Abdomen

:
:

Ekremitas

Baik
Compos mentis
110/70 mmHg
80 x/menit
24 x/menit
36C
Konjungtiva Anemis : -/Sklera ikterik : -/Bunyi jantung I-II murni reguler
Gallop (-), Murmur (-)
VBS kiri = kanan, Rhonki -/-, Wheezing -/Cembung lembut
Hepar dan Lien: Sulit dinilai
Akral hangat, Edema tungkai +/+,
Varises -/2

4.

STATUS OBSTETRIK
A. Pemeriksaan luar
Tinggi Fundus Uteri
Lingkar Perut
Letak Anak
HIS
BJA

:
:
:
:
:

30 cm
104 cm
Lintang, kepala dikanan
3-4 x/10menit, lama his 40 detik
130 x/menit

B. Inspekulo :
Tidak dilakukan
C. Pemeriksaan Fornises :
Tidak dilakukan
D. Pemeriksaan Dalam :
Vulva
: TAK
Vagina
: TAK
Portio
: Tidak teraba
Pembukaan : 10 cm
Ketuban
: (-)
Bag. Terendah: Bagian kecil (tangan)
E. Laboratorium
Tanggal : 21 April 2015 (pre op)
HEMATOLOGI
Darah Rutin
Hemoglobin

10,8 g/dL (N= 12,0-16,0)

Hematokrit

33 % (N= 35-47)

Lekosit

21.840 /mm3 (N= 3.800-10.600)

Trombosit

202.000 /mm3 (N=150.000-440.000)

Eritrosit

4,23 juta/mm3 (N=3,6-5,8)

Tanggal : 21 April 2015 (post op)


HEMATOLOGI
Darah Rutin
Hemoglobin

10,4 g/dL (N= 12,0-16,0)

Hematokrit

32 % (N= 35-47)

Lekosit

20.190 /mm3 (N= 3.800-10.600)

Trombosit

177.000 /mm3 (N=150.000-440.000)

Eritrosit

4,15 juta/mm3 (N=3,6-5,8)

5. DIAGNOSIS KERJA
G3P2A0 Parturien Aterm kala II dengan Letak Lintang
6.

RENCANA PENGELOLAAN

R/ persalinan perabdominan a.i letak lintang

Informed consent

Observasi KU, TTV, HIS, DJJ

Infus RL 500 cc 20 gtt/menit

Cek lab darah rutin

Motivasi KB

LAPORAN OPERASI
Tanggal 21 April 2015
Operator
: dr. Stanley
Asisten 1
: Br. Sudrajat
Ahli Anestesi
: dr. Dhadi Ginanjar, Sp.An
Asisten Anestesi
: Zr. Dita
Jenis Anestesi
: Spinal
Obat Anestesi
: Bunascan
Diagnosa Pra Bedah
: G3P2A0 Parturien Aterm kala II dengan letak lintang
Indikasi Operasi
: Letak lintang
Diagnosa Pasca Bedah
: P3A0 Partus Maturus dengan SC a.i Letak lintang
Jenis Operasi
: SCTP + insersi IUD
Kategori Operasi
: Besar
Desinfeksi Kulit
: Povidone Iodine 10%
Laporan Operasi Lengkap
:
- Dilakukan tindakan a dan antiseptik pada abdomen dan sekitarnya
- Insisi mediana inferior 10 cm
- Setelah peritoneum dibuka, tampak dinding depan uterus
- SBR disayat konkaf, diperlebar dengan jari penolong ke kiri dan kanan
- Jam 07.19 WIB : lahir bayi perempuan dengan meluksir kepala
BB : 3.000 gram
PB : 48 cm
APGAR 1 : 5
5 : 7
Disuntikkan oksitosin 10 IU intramural, kontraksi baik
- Jam 07.24 WIB : lahir plasenta dengan tarikan ringan pada tali pusat
- B : 500 gram
Ukuran : 20x20x2 cm
- SBR dijahit 2 lapis; lapis 1 dijahit jelujur, sebelum dijahit diinsersikan IUD CUT 380A,
-

lapis 2 dijahit jelujur interlocking


Setelah yakin tidak ada perdarahan, rongga abdomen dibersihkan dari darah dan bekuan

darah
Fascia dijahit dengan PGA no 1, kulit dijahit subkutikuler
Perdarahan saat operasi 300cc
Diuresis 200cc
5

Instruksi Post Op:


- Infus RL:D5% 2:1 20 gtt/mnt
- Cefotaxim 2 x 1 gr IV
- Metronidazol 3 x 500 mg IV
- Kaltrofen 2x100mg supp
- Tidak puasa
- Cek lab darah rutin post op
- Transfusi jika Hb <8 g/dL
FOLLOW UP POST PARTUM
Tanggal/
Jam
22/05/2015

CATATAN

INSTRUKSI

S/ -

KU : CM
POD 1

: 120/80 mmHg

N : 86 x/mnt

Infus RL 500ml : D5% =


2:1 20gtt/ menit

: 22 x/mnt

: 36,50C

ASI : (+/+)

Cefotaxime 2x1gr (IV)

Metronidazole 3x500mg

Abdomen : Datar, lembut

(IV)

BU (+) DM (-) NT (+) PS/PP ( -/-)


TFU : 2 jari dibawah pusat
Kontraksi baik
Luka Operasi : Tertutup Verband
Perdarahan : +
Lochia : Rubra

Kaltrofen 2x100mg (supp)

Mobilisasi

Lepas kateter

Breast care

Cefadroxil 2x500mg (PO)


Metronidazole 3x500mg

(PO)
As. Mefenamat 3x500mg

(PO)
Lepas infus

BAB/BAK : (-/+)
Dx : P3A0 Partus Maturus dengan SC atas indikasi
23/05/2015

letak lintang
S/ KU : CM

POD II

: 100/80 mmHg

N : 96 x/mnt

: 20 x/mnt

: 36,50C

ASI : (+/+)
Abdomen : Datar, lembut
BU (+) DM (-) NT (+) PS/PP ( -/-)
TFU : 2 jari dibawah pusat
Kontraksi baik
Luka Operasi : Kering, terawat
Perdarahan : +

Lochia : Rubra
BAB/BAK : (-/+)
Dx : P3A0 Partus Maturus dengan SC atas indikasi
24/05/2015

letak lintang
S/ KU : CM
T

POD III

: 120/80 mmHg

N : 80 x/mnt

: 20 x/mnt

: 36,50C

ASI : (+/+)

Cefadroxil 2x500mg (PO)

Metronidazole 2x500mg
(PO)

Abdomen : Datar, lembut

As. Mefenamat 2x500mg


(PO)

BU (+) DM (-) NT (-) PS/PP ( -/-)

TFU : 2 jari dibawah pusat


Kontraksi baik
Luka Operasi : Kering, terawat
Perdarahan : +
Lochia : Rubra
BAB/BAK : (-/+)
Dx : P3A0 Partus Maturus dengan SC atas indikasi
letak lintang

Boleh pulang

PERMASALAHAN
1.

Bagaimana penegakkan diagnosis pada kasus ini?

2. Apakah pengelolaan kasus ini sudah tepat?


3.

Bagaimanakah prognosis pada pasien ini?

PEMBAHASAN
1. Penegakan diagnosis pada kasus ini.
Letak lintang adalah suatu keadaan dimana letak janin melintang (sumbu panjang janin
kira-kira tegak lurus dengan sumbu panjang ibu) di dalam uterus dengan kepala pada
posisi yang satu sedangkan bokong pada sisi yang lain. Pada letak lintang bahu menjadi
bagian terendah, maka juga disebut sebagai presentasi bahu atau presentasi acromion.
Jikapun punggung terdapat di sebelah depan disebut dorsoanterior dan kalau dibelakang
disebut dorsoposterior. Bila sumbu panjang tersebut membentuk sudut lancip, hasilnya
adalah letak lintang obliq. Letak lintang obliq biasanya hanya terjadi sementara, karena
baik posisi longitudinal atau lintang biasanya terjadi ketika persalinan tak terduga. Di
Inggris letak lintang oblik dinyatakan sebagai letak lintang yang tidak stabil. Kelainan
letak pada janin ini termasuk dalam macam-macam bentuk kelainan dalam persalinan
(distosia). 1,2
Pada posisi melintang biasanya bahu berada di pintu atas panggul. Kepala berada pada
salah satu fossa iliaca, dan bokong di fossa lainnya. keadaan inilah yang menciptakan
presentasi bahu dengan sisi ibu, tempat akromion terletak, menentukan arah posisi janin,
yaitu akromial kanan atau kiri. Dan karena pada kedua posisi tersebut punggung janin
dapat berada di anterior atau posterior, superior atau inferior.2
Insidensi letak lintang adalah sekitar 1 : 500. Keadaan ini merupakan malposisi yang
gawat yang tidak dapat dibiarkan begitu saja. 3

Letak lintang terjadi pada 1 dari 322 kelahiran tunggal (0,3 %) baik di Mayo Clinic
maupun di University of Iowa Hospital, USA. Di Parkland Hospital, dijumpai letak
lintang pada 1 dari 335 janin tunggal yang lahir selama lebih dari 4 tahun.2
Beberapa rumah sakit di Indonesia melaporkan angka kejadian letak lintang, antara lain:
RSU dr. Pirngadi Medan 0,6%; RS Hasan Sadikin Bandung 1,9%; RSUP dr. Cipto
Mangunkuskumo selama 5 tahun 0,1%; sedangkan Greenhill menyebut 0,3% dan
Holland 0,5-0,6%. Insiden pada wanita dengan paritas tinggi mempunyai kemungkinanan
10 kali lebih besar dari nullipara.4
Klasifikasi letak lintang 5 :
A. Menurut letak kepala terbagi atas:
Lli I : kepala di kiri
Lli II : kepala di kanan
B. Menurut posisi punggung terbagi atas:
dorso anterior (di depan)
dorso posterior (di belakang)
dorso superior (di atas)
dorso inferior (di bawah)
Sebagian dari penyebab yang lebih sering untuk posisi melintang meliputi 1,2 :
Dinding perut yang kendur pada multipara : pada ibu hamil dengan paritas 4 atau
lebih terjadi insiden hampir sepuluh kali lipat dibanding ibu hamil nullipara.
Relaksasi dinding abdomen pada perut yang menggantung akibat multipara dapat
menyebabkan uterus jatuh ke depan. Hal ini mengakibatkan defleksi sumbu
panjang janin menjauhi sumbu jalan lahir, sehingga terjadi posisi oblik atau
melintang.
Panggul sempit : bentuk panggul yang sempit mengakibatkan bagian presentasi
tidak dapat masuk ke dalam panggul (engagement) sehinggadapat mengakibatkan
sumbu panjang janin menjauhi sumbu jalan lahir
Placenta previa : dengan adanya plasenta atau tumor di jalan lahir maka sumbu
panjang janin menjauhi sumbu jalan lahir
Anatomi uterus yang abnormal seperti pada uterus arcuatus atau pada myoma
uteri : bentuk dari uterus yang tidak normal menyebabkan janin tidak dapat
engagement sehingga sumbu panjang janin menjauhi sumbu jalan lahir.
Prematuritas : pada janin prematur letak janin belum menetap, perputaran janin
sehingga menyebabkan letak memanjang
Kehamilan ganda
Hidroamnion dan kehamilan kembar
9

Untuk lebih jelasnya, penyebab letak lintang dapat dilihat pada kotak berikut.9

Adanya letak lintang sering sudah dapat diduga hanya dengan inspeksi. Uterus tampak
lebih melebar dan fundus uteri membentang hingga sedikit di atas umbilikus sehingga
lebih rendah tidak sesuai dengan umur kehamilannya.2,4

Gambar 1. Pemeriksaan luar pada letak lintang


Pada palpasi fundus uteri kosong, balotemen kepala teraba pada salah satu fossa iliaka
dan bokong pada fossa iliaka yang lain, dan di atas simfisis juga kosong, kecuali bila
bahu sudah turun kedalam panggul. Apabila bahu sudah masuk kedalam panggul, pada
pemeriksaan dalam dapat diraba bahu dan tulang-tulang iga. Bila aksila dapat diraba, arah
menutupnya menunjukkan letak dimana kepala janin berada. Bila aksila menutup ke kiri,
kepala berada di sebelah kiri, sebaliknya bila aksila menutup ke kanan, kepala berada di
sebelah kanan. Denyut jantung janin ditemukan di sekitar umbilikus. Pada saat yang
sama, posisi punggung mudah diketahui. Punggung dapat ditentukan dengan terabanya
skapula dan ruas tulang belakang, sedangkan dada dengan terabanya klavikula. Pada
pemeriksaan dalam, pada tahap awal persalinan, bagian dada bayi, jika dapat diraba,
dapat dikenali dengan adanyarasa bergerigi dari tulang rusuk. Bila dilatasi bertambah,
10

skapula dan klavikula pada sisi toraks yang lain akan dapat dibedakan. Bila punggungnya
terletak di anterior, suatu dataran yang keras membentang di bagian depan perut ibu; bila
punggungnya di posterior, teraba nodulasi irreguler yang menggambarkan bagian-bagian
kecil janin dapat ditemukan pada tempat yang sama. Kadang-kadang dapat pula diraba
tali pusat yang menumbung.2,4
Pada tahap lanjut persalinan, bahu akan terjepit erat di rongga panggul dan salah satu
tangan atau lengan sering mengalami prolaps ke vagina dan melewati vulva.2
Pada letak lintang dengan ukuran panggul normal dan janin cukup bulan, tidak dapat
terjadi persalinan spontan. Bila persalinan dibiarkan tanpa pertolongan, akan
menyebabkan kematian janin dan ruptur uteri. Setelah ketuban pecah, jika persalinan
berlanjut, bahu janin akan dipaksa masuk ke dalam panggul sehingga rongga panggul
seluruhnya terisi bahu dan tangan yang sesuai sering menumbung. Setelah terjadi sedikit
penurunan, bahu tertahan oleh tepi pintu atas panggul,dengan kepala di salah satu fossa
iliaka dan bokong pada fossa iliaka yang lain. Bila proses persalinan berlanjut, bahu akan
terjepit kuat di bagian atas panggul.2,4
Janin tidak dapat turun lebih lanjut dan terjepit dalam rongga panggul. Dalam usaha
untuk mengeluarkan janin, segmen atas uterus terus berkontraksi dan beretraksi
sedangkan segmen bawah uterus melebar serta menipis, sehingga batas antara dua bagian
itu makin lama makin tinggi dan terjadi lingkaran retraksi patologis (Ring Van Bandle).
Keadaan demikian dinamakan letak lintang kasep (neglected transverse lie) sedangkan
janin akan meninggal.

11

Gambar 2. Letak lintang kasep dengan lengan menumbung


Bila tidak segera dilakukan pertolongan, akan terjadi ruptur uteri (sehingga janin yang
meninggal sebagian atau seluruhnya keluar dari uterus dan masuk ke dalam rongga perut)
atau kondisi dimana his menjadi lemah karena otot rahim kelelahan dan timbul infeksi
intrauterin sampai terjadi timponia uteri. Ibu juga berada dalam keadaan sangat berbahaya
akibat perdarahan dan infeksi, dan sering menyebabkan kematian.3
Bila janin kecil (< 800 gram) dan panggul sangat lebar, persalinan spontan dapat terjadi
meskipun kelainan letak tersebut menetap. Janin akan tertekan dengan kepala terdorong
ke abdomen. Bagian dinding dada di bawah bahu kemudian menjadi bagian yang paling
bergantung dan tampak di vulva. Kepala dan dada kemudian melewati rongga panggul
secara bersamaan dan bayi dapat dikeluarkan dalam keadaan terlipat (conduplicatio
corpora) atau lahir dengan envolusio spontanea dengan dua variasi yaitu (1) menurut
Denman dan (2) menurut Douglas.2,4

12

Gambar 3. Conduplicatio corpora

Gambar 3. cara Denman


Pada cara Denman bahu tertahan pada simfisis dan dengan fleksi kuat di bagian bawah
tulang belakang, badan bagian bawah, bokong dan kaki turun di rongga panggul dan
lahir,kemudian disusul badan bagian atas dan kepala.

13

Gambar 4. cara Douglas


Pada cara Douglas bahu masuk kedalam rongga panggul, kemudian dilewati oleh bokong
dan kaki, sehingga bahu, bokong dan kaki lahir,selanjutnya disusul oleh lahirnya kepala.
Dua cara tersebut merupakan variasi suatu mekanisme lahirnya janin dalam letak lintang,
akibat fleksi lateral yang maksimal dari tubuh janin.4
Pembahasan
Pada kasus ini diagnosa sudah tepat yaitu dimana G3P2A0 didapatkan dari
riwayat obstetric. Parturien didapatkan dari adanya tanda-tanda inpartu berdasarkan
anamnesis dan pemeriksaan dalam. Aterm didapatkan dari HPHT : 9 Juli 2014, hasil
rumus : 9.4. 1/3= 36+2= 38-39 minggu, aterm: 37-42 minggu. Kala II didapatkan dari
pembukaan yang sudah lengkap (10 cm). Letak lintang didapatkan dari inspeksi:
abdomen melebar kesamping, pada palpasi : Leopold 1: tidak ditemukan bagian bayi di
daerah fundus uteri, Leopold 2: balotemen kepala teraba pada salah satu fosa iliaka dan
bokong pada fosa iliaka yang lain, Leopold 3 & 4 memberikan hasil negative dan bunyi
jantung janin terdengar di di sekitar umbilicus.
2. Pengelolaan pada kasus ini.
Apabila pada pemeriksaan antenatal ditemukan letak lintang, sebaiknya diusahakan
mengubah menjadi presentasi kepala dengan versi luar. Sebelum melakukan versi luar
harus melakukan pemeriksaan dengan teliti ada tidaknya panggul sempit, tumor dalam
panggul, atau plasenta previa yang dapat membahayakan janin dan meskipun versi luar
berhasil, janin mungkin akan memutar kembali. Untuk mencegah janin memutar kembali,
14

ibu dianjurkan menggunakan korset, dan dilakukan pemeriksaan antenatal ulangan untuk
menilai letak janin. Ibu diharuskan masuk rumah sakit lebih dini pada permulaan
persalinan sehingga bila terjadi perubahan letak dapat segeraditentukan diagnosis dan
penanganannya. Pada permulaan persalinan masih dapat diusahakan mengubah letak
lintang menjadi presentasi kepala bila pembukaan masih kurang dari 4 cm dan ketuban
belum pecah. Pada seorang primigravida bila versi luar tidak berhasil, sebaiknya segera
dilakukan seksio sesarea. Sikap ini berdasarkan pertimbangan-pertimbangan sebagai
berikut 4,5:
a) Bahu tidak dapat melakukan dilatasi pada serviks dengan baik, sehingga pada
seorang primigravida kala I menjadi lama dan pembukaan serviks sukar menjadi
lengkap.
b) Karena tidak ada bagian besar janin yang menahan tekanan intra-uterin pada
waktu his, maka lebih sering terjadi pecah ketuban sebelum pembukaan serviks
sempurna dan dapat mengakibatkan terjadinya prolapsus funikuli.
c) Pada primigravida versi ekstraksi sukar dilakukan.
Pertolongan persalinan letak lintang pada multipara bergantung kepada beberapa
faktor. Apabila riwayat obstetrik wanita yang bersangkutan baik, tidak didapatkan
panggul sempit, dan janin tidak besar, dapat ditunggu dan diawasi sampai
pembukaan serviks lengkap untuk kemudian melakukan versi ekstraksi. Selama
menunggu harus diusahakan supaya ketuban tetap utuh dan melarang wanita
tersebut bangun atau meneran. Apabila ketuban pecah sebelum pembukaan
lengkap dan terdapat prolapsus funikuli, harus segera dilakukan seksio sesarea.
Jika ketuban pecah, tetapi tidak ada prolapsus funikuli, maka bergantung kepada
tekanan, dapat ditunggu sampai pembukaan lengkap kemudian dilakukan versi
ekstraksi atau mengakhiri persalinan dengan seksio sesarea. Dalam hal ini
persalinan dapat diawasi untuk beberapa waktu guna mengetahui apakah
pembukaan berlangsung dengan lancar atau tidak.Versi ekstraksi dapat dilakukan
pula pada kehamilan kembar apabila setelah bayi pertama lahir,ditemukan bayi
kedua berada dalam letak lintang. Pada letak lintang kasep, versi ekstraksi akan
mengakibatkan ruptur uteri, sehingga bila janin masih hidup, hendaknya
dilakukan seksio sesarea dengan segera, sedangkan pada janin yang sudah mati
dilahirkan pervaginam dengan dekapitasi.4,5
15

Pada seksio sesarea pemilihan insisi uterus pada letak lintang tergantung dari posisi
punggung janin terhadap pintu atas panggul, insisi pada segmen bawah rahim dilakukan
bila posisi punggung janin adalah dorso superior.6 Bila janin dorso inferior dan pada
keadaan-keadaan lain dimana insisi segmen bawah rahim tidak dapat dilakukan, maka
insisi klasik (korporal) dapat dilakukan.2,6

16

Pada versi luar pada kedudukan letak lintang tidak banyak dilakukan karena penyulit
yang ditimbulkan dapat merugikan ibu dan janin. Versi luar itu sendiri adalah upaya yang
dilakukan

dari luar untuk mengubah kedudukan janin menjadi kedudukan lebih

menguntungkan dalam persalinan pervaginam. Berdasarkan ketetapan tersebut dikenal


dua bentuk versi luar, yaitu7 :
1. Versi sefalik : melakukan perubahan kedudukan menajdi bentuk kepala
2. Versi podofalik : perubahan kedudukan janin menjadi letak bokong (sungsang)

Jika letak bayi belum normal pada usia kehamilan 32-34 minggu, maka dokter akan
memutar letak bayi, dari lintang menjadi presentasi kepala. Versi luar dikenal juga
dengan external cephalic version. Caranya kedua tangan dokter diletakkan di atas perut
ibu. Selanjutnya, secara perlahan dan bertahap, tangan kanan dokter mendorong tubuh
bayi ke salah satu sisi rahim, yaitu dengan menekan pinggir perut ibu. Tangan kiri
mendorong ke posisi satunya.Namun jika ibu berada dalam kondisi tegang atau takut,
upaya ini sering menemui kesulitan karena rahim atau dinding perut ibu yang tegang. Jika
upaya pertama gagal maka akan duulang kembali dua minggu kemudian sampai akhir
trimester tiga.8
Yang perlu ditekankan dalam letak lintang ini adalah, persalinan jarang bisa dilakukan
secara spontan pada letak lintang dan presentasi bahu.10

IUD (Intra Uterine Device) Atau Alat Kontrasepsi Dalam Rahim (AKDR)
adalah alat kecil terdiri dari bahan plastik yang lentur yang dimasukkan ke dalam rongga
rahim, yang harus diganti jika sudah digunakan selama periode tertentu. IUD merupakan
cara kontrasepsi jangka panjang. Nama populernya adalah spiral.

Jenis-jenis IUD di Indonesia


a. Copper-T
17

IUD berbentuk T, terbuat dari bahan polyethelene di mana pada bagian vertikalnya diberi
lilitan kawat tembaga halus. Lilitan kawat tembaga halus ini mempunyai efek
antifertilisasi (anti pembuahan) yang cukup baik. IUD bentuk T yang baru
IUD ini melepaskan lenovorgegestrel dengan konsentrasi yang rendah selama minimal
lima tahun. Dari hasil penelitian menunjukkan efektivitas yang tinggi dalam mencegah
kehamilan yang tidak direncanakan maupun perdarahan menstruasi. Kerugian metode ini
adalah tambahan terjadinya efek samping hormonal dan amenorhea.
b. Copper-7
IUD ini berbentuk angka 7 dengan maksud untuk memudahkan pemasangan. Jenis ini
mempunyai ukuran diameter batang vertikal 32 mm dan ditambahkan gulungan kawat
tembaga (Cu) yang mempunyai luas permukaan 200 mm2, fungsinya sama seperti halnya
lilitan tembaga halus pada jenis Copper-T.
c. Multi Load
IUD ini terbuat dari dari plastik (polyethelene) dengan dua tangan kiri dan kanan
berbentuk sayap yang fleksibel. Panjangnya dari ujung atas ke bawah 3,6 cm. Batangnya
diberi gulungan kawat tembaga dengan luas permukaan 250 mm2 atau 375 mm2 untuk
menambah efektivitas. Ada 3 ukuran multi load, yaitu standar, small (kecil), dan mini.
d. Lippes Loop
IUD ini terbuat dari bahan polyethelene, bentuknya seperti spiral atau huruf S
bersambung. Untuk meudahkan kontrol, dipasang benang pada ekornya. Lippes Loop
terdiri dari 4 jenis yang berbeda menurut ukuran panjang bagian atasnya. Tipe A
berukuran 25 mm (benang biru), tipe B 27,5 mm 9 (benang hitam), tipe C berukuran 30
mm (benang kuning), dan 30 mm (tebal, benang putih) untuk tipe D. Lippes Loop
mempunyai angka kegagalan yang rendah. Keuntungan lain dari pemakaian spiral jenis
ini ialah bila terjadi perforasi jarang menyebabkan luka atau penyumbatan usus, sebab
terbuat dari bahan plastik. Yang banyak dipergunakan dalam program KB masional
adalah IUD jenis ini.

18

Cara Kerja

Menghambat kemampuan sperma untuk masuk ke tuba falopii

Mempengaruhi fertilisasi sebelum ovum mencapai kavum uteri

IUD bekerja terutama mencegah sperma dan ovum bertemu, walaupun IUD
membuat sperma sulit masuk ke dalam alat reproduksi perempuan dan mengurangi
sperma untuk fertilisasi

Efektifitas
IUD sangat efektif, (efektivitasnya 92-94%) dan tidak perlu diingat setiap hari seperti
halnya pil. Tipe Multiload dapat dipakai sampai 4 tahun; Nova T dan Copper T 200 (CuT200) dapat dipakai 3-5 tahun; Cu T 380A dapat untuk 8 tahun . Kegagalan rata-rata 0.8
kehamilan per 100 pemakai wanita pada tahun pertama pemakaian.

Indikasi
Prinsip pemasangan adalah menempatkan IUD setinggi mungkin dalam rongga rahim
(cavum uteri). Saat pemasangan yang paling baik ialah pada waktu mulut peranakan
masih terbuka dan rahim dalam keadaan lunak. Misalnya, 40 hari setelah bersalin dan
pada akhir haid. Yang boleh menggunakan IUD adalah:

Usia reproduktif

Keadaan nulipara

Menginginkan menggunakan kontrasepsi jangka panjang

Perempuan menyusui yang menginginkan menggunakan kontrasepsi

Setelah melahirkan dan tidak menyusui

Setelah mengalami abortus dan tidak terlihat adanya infeksi

Risiko rendah dari IMS


19

Tidak menghendaki metoda hormonal

Tidak menyukai mengingat-ingat minum pil setiap hari

Tidak menghendaki kehamilan setelah 1 5 hari senggama

Perokok

Gemuk ataupun kurus

Pemasangan IUD dapat dilakukan oleh dokter atau bidan yang telah dilatih secara
khusus. Pemeriksaan secara berkala harus dilakukan setelah pemasangan satu minggu,
lalu setiap bulan selama tiga bulan berikutnya. Pemeriksaan selanjutnya dilakukan setiap
enam bulan sekali.

Kontraindikasi
Yang tidak diperkenankan menggunakan IUD adalah

Belum pernah melahirkan

Adanya perkiraan hamil

Kelainan alat kandungan bagian dalam seperti: perdarahan yang tidak normal dari
alat kemaluan, perdarahan di leher rahim, dan kanker rahim.

Perdarahan vagina yang tidak diketahui

Sedang menderita infeksi alat genital (vaginitis, servisitis)

Tiga bulan terakhir sedang mengalami atau sering menderita PRP atau abortus septik

Kelainan bawaan uterus yang abnormal atau tumor jinak rahim yangdapat
mempengaruhi kavum uteri

Penyakit trofoblas yang ganas

Diketahui menderita TBC pelvik

Kanker alat genital

Ukuran rongga rahim kurang dari 5 cm

20

Keuntungan

Sangat efektif. 0,6 0,8 kehamilan/100 perempuan dalam 1 tahun pertama (1


kegagalan dalam 125 170 kehamilan). Pencegah kehamilan jangka panjang yang
AMPUH, paling tidak 10 tahun

IUD dapat efektif segera setelah pemasangan

Metode jangka panjang (10 tahun proteksi dari CuT-380A dan tidak perlu diganti)

Tidak mempengaruhi hubungan seksual. Hubungan intim jadi lebih nyaman karena
rasa aman terhadap risiko kehamilan

Tidak ada efek samping hormonal dengan CuT-380A

Tidak mempengaruhi kualitas dan volume ASI. Aman untuk ibu menyusui tidak
mengganggu kualitas dan kuantitas ASI

Dapat dipasang segera setelah melahirkan atau abortus (apabila tidak terjadi infeksi)

Dapat digunakan sampai menopause

Tidak ada interaksi dengan obat-obat

Membantu mencegah kehamilan ektopik

Setelah IUD dikeluarkan, bisa langsung subur

Kerugian
Setelah pemasangan, beberapa ibu mungkin mengeluh merasa nyeri dibagian perut dan
pendarahan sedikit-sedikit (spoting). Ini bisa berjalan selama 3 bulan setelah
pemasangan. Tapi tidak perlu dirisaukan benar, karena biasanya setelah itu keluhan akan
hilang dengan sendrinya. Tetapi apabila setelah 3 bulan keluhan masih berlanjut,
dianjurkan untuk memeriksanya ke dokter. Pada saat pemasangan, sebaiknya ibu tidak
terlalu tegang, karena ini juga bisa menimbulkan rasa nyeri dibagian perut. Dan harus
segera ke klinik jika:
1. Mengalami keterlambatan haid yang disertai tanda-tanda kehamilan: mual, pusing,
muntah-muntah.
2. Terjadi pendarahan yang lebih banyak (lebih hebat) dari haid biasa.
21

3. Terdapat tanda-tanda infeksi, semisal keputihan, suhu badan meningkat, mengigil,


dan lain sebagainya. Pendeknya jika ibu merasa tidak sehat.
4. Sakit, misalnya diperut, pada saat melakukan senggama. Segeralah pergi kedokter
jika anda menemukan gejala-gejala diatas.

Waktu Pemasangan
Pemasangan IUD sebaiknya dilakukan pada saat :

2 sampai 4 hari setelah melahirkan

40 hari setelah melahirkan

setelah terjadinya keguguran

hari ke 3 haid sampai hari ke 10 dihitung dari hari pertama haid

menggantikan metode KB lainnya

Waktu Pemakai Memeriksakan Diri

1 bulan pasca pemasangan

3 bulan kemudian

setiap 6 bulan berikutnya

bila terlambat haid 1 minggu

perdarahan banyak atau keluhan istimewa lainnya

Keluhan-keluhan pemakai IUD:


Keluhan yang dijumpai pada penggunaan IUD adalah terjadinya sedikit perdarahan, bisa
juga disertai dengan mules yang biasanya hanya berlangsung tiga hari. Tetapi, jika
perdarahan berlangsung terus-menerus dalam jumlah banyak, pemakaian IUD harus
dihentikan. Pengaruh lainnya terjadi pada perangai haid. Misalnya, pada permulaan haid
22

darah yang keluar jumlahnya lebih sedikit daripada biasa, kemudian secara mendadak
jumlahnya menjadi banyak selama 1-2 hari. Selanjutnya kembali sedikit selama beberapa
hari. Kemungkinan lain yang terjadi adalah kejang rahim (uterine cramp), serta rasa tidak
enak pada perut bagian bawah. Hal ini karena terjadi kontraksi rahim sebagai reaksi
terhadap IUD yang merupakan benda asing dalam rahim. Dengan pemberian obat
analgetik keluhan ini akan segera teratasi. Selain hal di atas, keputihan dan infeksi juga
dapat timbul selama pemakaian IUD.

Pembahasan
Pada kasus ini, untuk menangani letak lintang yang tepat terminasi kehamilan
yang dilakukan pada kasus ini adalah dengan sectio caesaria. Dimana letak lintang
merupakan indikasi dilakukannya sectio caesaria. Persalinan spontan mungkin dapat
terjadi pada bayi kecil (<800gr) yang sudah meninggal dan panggul luas.

3. Prognosis pada pasien ini.


Meskipun letak lintang dapat diubah menjadi presentasi kepala, tetapi kelainan-kelainan
yang menyebabkan letak lintang, seperti misalnya panggul sempit, tumor panggul dan
plasenta previa masih tetap dapat menimbulkan kesulitan pada persalinan. Persalinan
letak lintang memberikan prognosis yang jelek, baik terhadap ibu maupun janinnya.4
Letak lintang merupakan letak yang tidak mungkin lahir spontan dan berbahaya untuk ibu
dan anak. Biarpun lahir spontan anaknya akan lahir mati. Bahaya terbesar adalah
terjadinya ruptur uteri yang spontan atau traumatis karena versi dan ektraksi. Selain dari
itu sering terjadi infeksi, karena partus lama. Sebab kematian bayi adalah prolapsus
feniculi dan asphyxia karena kontraksi rahim terlalu kuat. juga tekukan leher dapat
menyebabkan kematian. Prognosa bayi sangat tergantung dengan pecahnya ketuban.
Selama ketuban masih utuh bahaya bagi anak dan ibu tidak seberapa, sehingga kita harus
berusaha mempertahankan ketuban selama mungkin dengan cara1 :
- Melarang pasien mengejan
- Pasien dengan letak lintang tidak dibenarkan untuk berjalan-jalan
- Tidak diberikan obat his
23

Toucher harus hati-hati, jangan sampai memecahkan ketuban, bahkan sedapat ungkin
tidak dilakukan jika diluar RS.

Setelah ketuban pecah bahayanya bertambah karena :


-

Dapat terjadi letak lintang kasip kalau pembukaan sudah lengkap


Anak dapat mengalami asphyxia karena peredaran darah placenta berkurang
Tali pusat menumbung
Bahaya infeksi bertambah

Pembahasan
Pada kasus ini, prognosis ibu dan janin adalah baik, tidak ditemukan adanya
komplikasi pada ibu atau janin. Quo ad vitam pada pasien ini ad bonam karena setelah
dilakukan terapi berupa tindakan SC keadaan pasien serta bayi hidup dan kondisinya
baik. Quo ad functionam pasien ini ad bonam karena telah dilakukan operasi SC karena
organ reproduksi masih berfungsi dengan baik. Quo ad sanationam pasien ini adalah
dubia ad bonam, karena pasien ini tingkat kesembuhannya tinggi dan tidak mengganggu
aktivitas.

24

DAFTAR PUSTAKA
1. Sastrawinata, RS. 1984. Obstetri Patologi. Bandung : Elstar Offset.
2. Cunningham, G., Gant, N. F., Leveno, K. J., Gilstrap III, L., Hauth, J. C., &
Wenstrom, K. D. 2006. Obstetri William (23 ed., Vol. 1). Jakarta: EGC
3. Oxorn, H., Forte, WR. 1990. Ilmu kebidanan : Patologi dan Fisiologi Persalinan.
Yogyakarta : Andi Offset.
4. Mochtar, D. Letak Lintang (Transverse Lie) dalam Sinopsis Obstetri: Obstetri
Fisiologi, Obstetri Patologi. Edisi 2. Jakarta: EGC. 1998; Hal. 366-372.
5. Pernolls & ML. Transverse Lie In : Benson & Pernoll handbook of Obstetrics &
Ginecology, 10th ed. Mcgraw-Hill International Edition, America, 1994; 416-7.
6. Simon, LR. Obstetrical Decision Making, 2nd ed. Huntsmen Offset Printing,
Singapore, 1987; 210-211.
7. Manuaba, IBG. 1998. Ilmu Kebidanan, Penyakit Kandungan dan Keluarga
berencana untuk Pendidikan Bidan. Jakarta : EGC.
8. Kasdu, D. 2007. Solusi Problem Persalinan. Jakarta : Puspa Swara.
9. Manuaba, IBG., Manuaba, Chandanita., Manuaba, IBGF. 2007. Pengantar Kuliah
Obstetri. Jakarta : EGC.
10. Boswick, JA. 1997. Perawatan Gawat Darurat. Jakarta : IGC.
11. Meilani, N. 2010. Pelayanan Keluarga Berencana. Fitrah Maya : Yogyakarta
12. Prawirohardjo, S. 2008. Ilmu Kandungan. Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo :
Jakarta
13. Prawirohardjo, S. 2009. Ilmu Kebidanan. Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo :
Jakarta
14. EPO. (2008). Alat Kontrasepsi Dalam Rahim atau Intra Uterine Device (IUD).
Diambil pada tanggal 20 Mei 2008 dari
http://pikas.bkkbn.go.id/jabar/program_detail.php?prgid=2
15. Krisnadi, S. R. (2002). Alat Kontrasepsi Dalam Rahim (AKDR) Intra Uterine Device
(IUD). Diambil pada tanggal 20 Mei 2008 dari
http://www.ibuhamil.com/lihat_artikel.php?asal=34&id=1

25

Anda mungkin juga menyukai