Anda di halaman 1dari 67

ANAMNESIS DAN PEMERIKSAN

FISIK UMUM
Anamnesis
adalah kegiatan komunikasi yang dilakukan
antara dokter sebagai pemeriksa dan pasien
yang bertujuan untuk mendapatkan informasi
tentang penyakit yang diderita dan informasi
lainnya yang berkaitan sehingga dapat
mengarahkan diagnosis penyakit pasien.

Menunjang 70-80% Diagnosa Pasien


Jenis Anamnesis

Autoanamnesis Alloanamnesis
Anamnesis yang dilakukan dokter Anamnesis yeng dilakukan dokter ke
langsung ke pasien untuk memperoleh orang-orang sekitar pasien untuk
informasi keluhan yang dirasakan memberikan informasi apa yang
pasien dengan bahasa pasien sendiri sebenarnya sedang terjadi pada
pasien
Anamnesis yang BAIK
mengacu pada pertanyaan yang sistematis, yaitu dengan berpedoman
pada :

-Empat pokok pikiran (The Fundamental Four)


1.Riwayat Penyakit Sekarang (RPS)

2.Riwayat Penyakit Dahulu (RPD)

3.Riwayat Kesehatan Keluarga


-
4. Riwayat Sosial dan Ekonomi
-
-Tujuh butir mutiara anamnesis (The Sacred Seven)
1.Lokasi (dimana ? menyebar atau tidak ?)
2.Onset / awitan dan kronologis (kapan terjadinya? berapa lama?)
3.Kuantitas keluhan (ringan atau berat, seberapa sering terjadi ?)
4.Kualitas keluhan (rasa seperti apa ?)
5.Faktor-faktor yang memperberatkeluhan.
6.Faktor-faktor yang meringankan keluhan.
7.Analisissistem yang menyertai keluhan utama
Langkah Anamnesis
1. Mengucapkan salam, pemeriksa berdiri & melakukan jabat tangan
2. Mempersilakan duduk berseberangan/berhadapan
3. Menciptakan suasana membantu dan menyenangkan
4. Berbicara dengan lafal yang jelas dan mudah dipahami Pendahuluan
5. Menanyakan identitas : nama, umur, alamat, pekerjaan
6. Menyebutkan nama pasien pada saat mengajukan pertanyaan
7. Menanyakan keluhan utama (keluhan yang menyebabkan pasien datang memeriksakan diri).
8. Tanyakan berbagai hal seputar keluhan utama : The Sacred Seven : Onset, Kuantitas keluhan,
Kualitas keluhan , faktor yang memperberat, Faktor-faktor yang meringankan keluhan, (RPS)
Analisis sistem yang menyertai keluhan
9. Menggali riwayat penyakit terdahulu
10.Riwayat alergi
11.Obat-obatan yang pernah/sedang dikonsumsi (RPD)
12.Riwayat kesehatan keluarga ---> (Riw. Keluarga)
13.Riwayat kebiasaan : alkohol, merokok
14.Riwayat sosial Ekonomi
15.Melakukan cek silang (Riw. Sosial Ekonomi)
16.Menarik kesimpulan dari anamnesis untuk mendapatkan beberapa diagnosis sementara
Pemeriksaan Tanda Vital
1. Tekanan darah

Berdasarkan Joint National Committee (JNC)VII


Pemeriksaan Tanda Vital
2. Denyut Nadi
Pengukuran denyut nadi dapat dilakukan pada:
1) Arteri Radialis. Terletak sepanjang tulang radialis,
2) Arteri Brachialis. Terlertak di dalam otot biceps dari lengan atau medial di lipatan
siku.
3) Arteri Karotis. Terletak di leher di bawah lobus telinga, berjalan di antara trakea
dan otot sternokleidomastoideus.

Interpretasi :
1) Normal: 60-100 x/mnt
2) Bradikardi: < 60x/mnt
3) Takhikardi: > 100x/mnt
Pemeriksaan Tanda Vital
3. Pernapasan 4. Suhu
Faktor yang mempengaruhi Respiratory Rate: Metode mengukur suhu tubuh:
1) Usia 1) Oral. Termometer diletakkan dibawah lidah 3-5
2) Jenis kelamin Mnt.
3) Suhu Tubuh 2) Axilla. Metode yang paling sering di lakukan .
4) Posisi tubu Dilakukan 5-10 menit. Lebih rendah 0.6° C (1°F) dari
5) Aktivitas pada oral
3) Rectal. Suhu rektal biasanya berkisar 0.4°C (0.7°F)
lebih tinggi dari suhu oral
Interpretasi
a. Takhipnea :Bila pada dewasa pernapasan > 24 x/m
b. Bradipnea : Bila kurang dari 10 x/m Hipotermi : <36
c. Apnea : Bila tidak bernapas . Normal : 36.5-37.5
Sub febris : 37.5-38
Febris :38-40
Hi[pertermii :>40
Hiperpireksia :40-42
9
Pemeriksaan Kepala
Kepala Rambut
Melakukan inspeksi dan palpasi
bentuk dan ukuran, apakah Melakukan inspeksi warna,
terdapat benjolan, lekukan, Penyebaran rambut dan apakah
dan nyeri tekan. mudah dicabut.

Mata
• Meminta pasien melihat ke atas dan pemeriksa menarik kedua
kelopak mata bawah dengan kedua ibu jari. Inspeksi nodul,
pembengkakan, warna sklera dan konjungtiva palpebra serta pola
vaskularisasi di sklera.
• Inspeksi sklera dan konjungtiva bulbar dengan cara menarik
kelopak mata bawah dengan ibu jari dan alis dengan jari telunjuk.
Pemeriksaan Kepala
Wajah dan Kulit Wajah Telinga
• Memperhatikan ekspresi,bentuk Memperhatikan bentuk daun telinga,
dan kesimetrisan memeriksa liang telinga, membran
wajah,gerakan timpani serta tulang mastoid.
involunter,bengkak dan Melakukan penekanan pada tragus
benjolan
• Memperhatikan warna dan Bibir
Sinus Paranasalis
kelainan kulit. dan Hidung
Memperhatikan warna, benjolan atau
ulkus.
Melakukan penekanan di daerah
sinus maksilaris, frontalis dan Mulut
etmoidalis.
Meminta pasien untuk membuka
Gigi mulut dan menjulurkan lidah.
Memperhatikan jumlah gigi, Melakukan pemeriksaan warna
kelainan gigi, dan warna gusi. mukosa, ulkus, papil dan gerakan
lidah.
Pemeriksaan Leher
Tekanan Vena Jugularis (JVP)

• Meminta pasien untuk tidur terlentang dengan bantal dengan sudut


30-45.
• Menekan vena dengan 1 jari disebelah atas clavicula.
• Menekan vena disebelah atas dekat mandibula dengan jari yang
lain
• Melepas tekanan disebelah bawah di atas clavicula
• Menunjuk dimana vena terisi waktu inspirasi biasa
• Membuat bidang datar melalui angulus ludovici sejajar lantai
• Menghitung jarak antara puncak pengisian vena dengan bidang
datar yang melalui angulus ludovici
Pemeriksaan Leher
Kelenjar Tiroid

• Melakukan inspeksi dari depan pada daerah kelenjar tiroid dengan


cara menginstruksikan pasien melakukan gerakan menelan dan
mengidentifikasi adanya simetrisitas kanan dan kiri, kelainan kelenjar
tiroid berupa pembesaran, pulsasi, dan tanda peradangan.
• Pasien berada didepan dari pemeriksa
• Melakukan palpasi pada kelenjar tiroid dengan menggunakan ujung jari
dari kedua tangan dengan cara menginstruksikan pasien melakukan
gerakan menelan dan merasakan kelenjar tiroid pada saat kelenjar
tersebut bergerak.
• Mengidentifikasi adanya: thrill, ukuran, konsistensi, jumlah nodul,
simetrisitas kanan dan kiri, kontur permukaan, pulsasi, dan nyeri.
• Apabila teraba pembesaran, pemeriksa berpindah ke depan pasien untuk
mengukur ukuran nodul.
• Memeriksa adanya bruit pada kelenjar tiroid dengan menggunakan
stetoskop.
Pemeriksaan Leher
Kelenjar Getah Bening

• Pemeriksa berdiri di depan pasien melakukan inspeksi: melihat ada


tidaknya pembesaran kelenjar getah bening yang tampak.
• Pemeriksa berdiri di belakang pasien. Palpasi dengan jari dari depan
atau belakang pasien pada daerah preauricular, postauricular,
oksipital,
tonsilar, submandibular, submental, servikal superfisial, servikal
posterior, rantai servikal dalam, dan supraklavikular.
Arteri Karotis

• Meminta pasien berbaring terlentang dengan bantal, dengan sudut 30


• Inspeksi daerah medial otot sternokleidomastoideus kanan dan kiri.
• Palpasi arteri karotis menggunakan 2 jari (jari tengah dan jari telunjuk)
pada daerah 1/3 bawah sisi kanan dan kiri leher.
• Auskultasi arteri karotis kanan dan kiri.
PEMERIKSAAN FISIK THORAKS
Pemeriksaan Jantung
Inspeksi

Ictus cordis tampak pada sela iga V, linea medioclavicularis sinistra


Pemeriksaan Jantung
Palpasi

Palpasi:
Ictus cordis tampak pada sela iga V, linea medioclavicularis sinistra
Pemeriksaan Jantung
Perkusi
1. Batas jantung kanan relatif: perkusi dari 2 jari di atas batas paru-hepar,
dari lateral ke medial. Jari tengah disejajarkan dengan sternum ketuk
hingga perubahan bunyi dari sonor ke pekak relatif. Normal: linea
sternalis kanan
2. Batas jantung kanan absolut: sama dengan di atas, tapi minta pasien
inspirasi dalam, Normal: linea sternalis kiri
3. Batas jantung kiri relatif: batas ini sesuai ictus cordis yang normal, pada
sela iga 5-6 linea medioclavicularis kiri. Bila ictus ridak diketahui
maka batas kiri ditentukan dengan perkusi pada linea axilaris media
ke bawah
4. Batas jantung kiri absolut: lanjutan dari pemeriksaan batas jantung kiri
relatif dan dilakukan dengan perkusi pelan. Bila batas tidak
ditemukan berarti terjadi emphisema paru.
Pemeriksaan Jantung
Auskultasi

Lokasi Auskultasi
1. Ictus cordis untuk mendengar bunyi katup mitral
2. Intercostal (ICS) II sinistra untuk mendengar katup pulmonal
3. ICS II dextra untuk mendengar bunyi aorta
4. ICS iv dan v di tepi dextra dan sinistra sternum untuk mendengar bunyi katup
trikuspid
Bunyi Jantung
I : Penutupan katup mitral dan trikuspid, tanda mulainya sistol
II : penutupan katup aorta dan pulmonal, dan dimulainya diastol
III : pengisian cepat ventrikel, bernada rendah, paling jelas di apex jantung
IV : Akibat distensi ventrikel yang dipaksakan akibat kontraksi atrium, paling
jelas terdengar diapeks cordis
Pemeriksaan Thoraks
Inspeksi

1. Lesi pada kulit : Perut bekas operasi, pelebaran vena-vena superfisial akibat
bendungan vena, spider nevi, ginekomastia tumor, luka operasi, retraksi
otot-otot intercostal
2. Kelainan bentuk dada
Dada yang normal diameter lateral-lateral lebih besar dibanding diameter
anterolateral. Kelainan yang dapat ditemukan
- Dada paralitikum
- Dada emfisema (barrel chest)
- Kifosis
- Skoliosis
- Pectus excavatum

3.
Pemeriksaan Thoraks
Inspeksi

Menilai frekuensi pernapasan


Normal 14-20 kali/menit
> 20x/mnt : Takipnea (pneumoni, ansietas, asidosis)
< 20x/mnt : Bradipnea (kelainan serebral, pemakaian obat-obat
narkotik)

ØJenis Pernapasan
- Thoracal (thoracal abdominal) : kebanyakan pada wanita sehat
- Abdominal (abdominal thoracal) : kebanyak pada laki-laki sehat
- Kombinasi keduanya
Pola Pernapasan :
Pernapasan normal berlangsung secara teratur, dimana fase inspirasi dan
ekspirasi yang silih berganti secara teratur

1.
Pemeriksaan Thoraks
Palpasi

Dapat dilakukan dalam keadaan statis dan dinamis


Palpasi dalam keadaan statis.
- Pemeriksaan KGB : Pemeriksaan getah bening di supraklavukula dapat
memberikan petunjuk adanya proses di daerah paru-paru sepert,
kanker paru. Pemeriksaan ini dapat diteruskan ke submandibula
dan kedua aksila
- Untuk menentukkan posisi mediastinum, dapat dilakukan dengan
menentukkan trakea dan apex jantung

1.
Pemeriksaan Thoraks
Palpasi

Pemeriksaan palasi selanjutnya diteruskan ke daerah dada depan dengan jari tangan
untk mengetahui adanya kelainan dinding dada misalnya tumor, nyeri tekan pada
dinding dada, krepitasi akibat emfisema subkutis, ddl
Pemeriksaan Thoraks
Palpasi

Pemeriksaan palasi selanjutnya diteruskan ke daerah dada depan dengan jari tangan
untuk mengetahui adanya kelainan dinding dada misalnya tumor, nyeri tekan pada
dinding dada, krepitasi akibat emfisema subkutis, ddl

Palpasi dalam keadaan dinamis.


-Pemeriksaan ekspansi paru
-Pemeriksaan vocal fremitus :
Pemeriksaan Thoraks
Palpasi

Palpasi dalam keadaan dinamis.


• Pemeriksaan ekspansi paru
Letakkan kedua telapak tangan dan ibu jari secara simetris di masing- masing tepi iga dan
jari lain menjulur sepanjang sisi lateral lengkung iga
• Pemeriksaan vocal fremitus :
Letakkan kedua telapak tangan pada permukaan dinding dada lalu minta pasien menyebut
77 atau 99 hingga getaran suara yang ditimbulkan lebih jelas (tactile fremitus)
bandingkan secara bertahap dan seterusnya
- Sama kuat: normal
- Menguat: meningkatnya intensitas paru (infiltrate/ konsolidasi)
- Melemah: getaran suara dipantulkan/ resorbsi
Pemeriksaan Thoraks
Perkusi
• Sonor : terjadi bila uadara dalam paru (alveoli) ckup banyak, terdapat pada
paru yang normal
• Hipersonor : terjadi bila uadara dalam paru/dada menjadi jah lebih banyak,
misalnya : pneumothoraks, emfisema paru, kavitas paru yang letaknya
superfisial
• Redup : bila bagain yanga padat lebih banyak daripada udara, misalnya :
effusi pleura yang sedang, adanya infiltrat dan konsolidasi akibat
pneumoni
• Pekak : terdapat pada jaringan yang tidak mengandung udara di dalamnya,
misalnya : tumor paru, efusi pleura masif.
• Bunyi tympani terdengar pada perkusi lambung akibat getaran udara di dalam
lambung
Pemeriksaan Thoraks
Perkusi

• Batas paru lambung: perubahan sonor manjadi timpani di garis aksila anterior,
umunya pada ICS III
• Batas Paru- hepar: sonor menjadi pekak di garis midklavikula kanan, umunya
ICS V dan VI
• Batas belakang paru: kanan, setinggi vertebra thorakal XI atau X
Pemeriksaan Thoraks
Auskultasi
Suara pokok yang normal terdiri atas :
ØVesikuler: suara nafas fase inspirasi lebih lama dari ekspirasi, tanpa jeda
ØBronkovesikuler: fase inspirasi sama dengan fase ekspirasi
ØBronkial: fase ekspirasi lebih lama dai fase inspirasi, diantaranya ada jeda
ØTrakeal: fase inspirasi sama dengan fase ekspirasi, diantaranya ada jeda
Bunyi Nafas Tambahan
PEMERIKSAAN FISIK EKTREMITAS DAN GENITALIA
Ektremitas Atas
Melakukan keterampilan
1. Mengucapkan salam, pemeriksa berdiri & melakukan jabat tangan
2. Mencuci tangan
3. Meminta pasien melepaskan pakaian (jika diperlukan)
Sendi Bahu
4. Melakukan inspeksi sendi bahu meliputi lenggan tangan ketika berjalan, warna dan kelainan kulit, tanda-
tana peradangan, kontur otot dan kelainan bentuk tulang.
5. Melakukan palpasi pada sendi bahu melipuiti perabaan dan penekanan pada otot, sendi dan tulang daerah
sendi bahu.
6. Move:
Meminta pasien melakukan gerakan aktif yaitu adduksi, abduksi, rotasi internal, rotasi eksternal, fleksi, dan
ekstensi.
4. Adduksi dan abduksi pasif:
Pemeriksa berdiri di belakang pasien dan meletakkan tangan pemeriksa pemriksa menggerakkan lengan
pasien menjauhi sumbu tubuh (abduksi), kemudian pemeriksa menggerakan lengan pasien menyilang ke
depan dada (adduksi).
5.
6.
7.
Ektremitas Atas
8. Rotasi eksternal pasif:
Pemeriksa berdiri di belakang pasien dan memposisikan bahu pasien pada posisi netral dengan siku ditekuk
sampai 90° kemudian dilakukan rotasi eksternal sejauh mungkin pada posisi tersebut ATAU dengan cara
sendi bahu abduksi 90° dan sendi siku fleksi 90°, kemudian dilakukan rotasi eksternal sejauh muungkin dan
dinilai lingkup gerak sendi
9. Rotasi internal pasif:
Pemeriksa berdiri di belakang pasien dan memposisikan bahu pasien pada posisi netral dengan siku ditekuk
sampai 90° kemudian dilakukan rotasi internal sejauh mungkin pada posisi tersebut ATAU dengan cara
sendi bahu abduksi 90° dan sendi siku fleksi 90°, kemudian dilakukan rotasi internal sejauh muungkin dan
dinilai lingkup gerak sendi.
10.Fleksi dan ekstensi pasif:
Pemeriksa berdiri di samping pasien dan memposisikan bahu pasien pada posisi netral, kemudian dilakukan
fleksi dan ekstensi sendi bahu sejauh mungkin kemudian menilai lingkup gerak fleksi.

11.
12.
Ektremitas Atas
11. Uji Apley Scratch:
Pasien diminta meraih punggung pada belikat sisi yang berlawanan dari arah belakang, awalnya pasien
diminta menyentuh bahu sisi berlawanan, kemudian menyentuh punggung bagian belakang leher dan
terakhir mencoba menggapi punggung sejauh mungkin.
12. Uji Yergason (bicipitalis kaput longum):
• Memposisikan lengan atas pasien berada di samping badan dan sendi siku fleksi 90° dan dalam
posisi tangan pronasi.
• Satu tangan pemeriksa memegang bahu pasien yang diperiksa dengan merbaba jari tendon biceps
di sulcus bicipitalis, kemudian tangan yang lain dari pemeriksa memegang tangan pasien.
• Pasien diminta melakukan supinasi melawan tahanan dari pemeriksa sambil pemeriksa merbaba
tendon bicipitalis di sulcus bicipitalis
Sendi Siku
13. Melakukan inspeksi daerah siku dalam keadaan ekstensi dan fleksi, memperhatikan keadaan ekstensi dan
fleksi. Memperhatikan warna dan kelainan kulit, tanda-tanda peradangan, kontur otot, kelainan bentuk
tulang dan massa atau benjolan.

14.
Ektremitas Atas
14. Melakukan palpasi daerah siku meliputi perabaan dan penekanan otot biceps dan triceps daerah 1/3 distal
humerus, epikondilus lateralis dan medialis humeri, prosesus olekranon, dan sulkus olekranon,
ditentukan ada nyeri atau tidak.
15. Melakukan penilaian ruang gerak sendi siku yang meliputi gerakan:
• Fleksi – Ekstensi
• Pronasi – Supinasi
Pergelangan Tangan dan Tangan
16. Melakukan inspeksi daerah pergelangan tangan dan tangan, meliputi warna dan kelainan kulit, tanda-
tanda peradangan, kontur otot (tenar, hipotenar dan interoseus) dan seni, kelainan tulang, nodus
heberden, nodus bouchard, boutunniere deformity, swan neck deformity, ulnar deviasi.
17. Melakukan inspeksi kuku untuk mencari kuku psoriatic, onikoliosis, hiperkeratosis.
18. Palpasi distal radius ulna, lekukan setiap tulang di pergelangan tangan, delapan tulang karpal dan
anatomical snuffbox, sendi-sendi jari tangan metacarpaphalangela (MCP), proksimal interphalangeal
(PIP), distal inter phalang (DIP), dan squeeze test.

19.
20.
Ektremitas Atas
19. Melakukan penilaian ruang gerak sendi tangan dan jari, meliputi:
• Fleksi – ekstensi pergelangan tangan
• Deviasi ulnar – radial
• Fleksi – Ekstensi jari
• Abduksi – Adduksi jari
• Oposisi ibu jari ke empat jari lain
20. Pemeriksaan carpal tunnel syndrome: Uji Tinel
• Pemeriksa melakukan perkusi dengan ujung jari pemeriksa pada sisi volar pergelangan tangan
pasien yang terkena.
21. Uji Phalen:
• Pasien diminta memfleksikan maksimal kedua sendi pergelangan tangan dengan cara menekan
sisi dorsal kedua tangan sampai sendi pergelangan tangan mengalami fleksi maksimal dan
ditahan selama 60 detik.

4.
5.
Ektremitas Atas
22. Pemeriksaan tendinitis De Quervains (tendon abduktor pollicis longus dan ekstensor pollicis brevis): Uji
Finkelstein
•Pasien diminta melakukan fleksi ibu jari tangan yang terkena.
•Keempat jari yang lain difleksikan sampai mengenggam ibu jari
•Pemeriksa kemudian melakukan gerakan deviasi pergelangan tangan ke arah ulnar
23. Selain menilai ruang gerak sendi juga dinilai manuver: hand grip, thumb movement, thumb adduction
24. Menilai sensoris saraf perifer secara sederhana dengan cara menggunakan kapas:
• N. Ulnaris
• N. Radialis
• N. Medianus
25. Mempersilahkan pasien untuk memakai pakaiannya kembali dan mengucapkan terima kasih.
26. Mencuci tangan

4.
5.
Ektremitas Bawah
Melakukan keterampilan
1. Mengucapkan salam, memperkenalkan diri, memastikan identitas pasien, mejelaskan dan meminta
persetujuan tindakan yang akan dilakukan.
2. Mencuci tangan
3. Meminta pasien melepaskan celananya (pasien memakai celana pendek)
4. Melakukan inspeksi sendi panggul dalam kondisi berjalan dan diam meliputi:
• Lenggang tungkai ketika berjalan, simetritas panggul,
• Memperhatikan pada 2 fase berjalan : Stance dan Swing,
• Warna dan kelainan kulit,
• Tanda-tanda peradangan,
• Kontur otot, dan
• Kelainan bentuk tulang
5. Mempersilahkan pasien tidur terlentang dan melakukan palpasi meliputi perabaan dan penekanan: sendi,
tulang dan otot daerah sendi panggul.
Identifikasi: krista iliaka, SIAS, trochanter mayor dan bagian posterior palpasi SISP.
6.
7.
8.
Ektremitas Bawah
6. Melakukan pengukuran panjang true leg length (dari SIAS sampai maleolus medial) dan apparent leg length
(dari umbilicus sampai maleolus medial) pada kedua tungkai.
7. Melakukan perabaan arteri femoralis pada daerah inguinal.
8. Menggerakkan panggul secara aktif. Fleksi diperiksa dengan menekuk lutut pasien dan diminta
menggerakkan paha ke arah dada. Selanjutnya diminta melakukan gerakan ekstensi-abduksi-adduksi-
rotasi internal-rotasi eksternal secara aktif.
Pemeriksa menjaga agar panggul tetap berada di tempat tidur dengan menahan kaki yang lain agar tidak
ikut terangkat.
9. Pemeriksaan no. 8 dil ulang secara pasif:
10.Uji Patrick (kelainan sendi koksae) dan sacroiliac:
• Pasien diminta berbaring pada meja pemeriksaan.
• Pasien diminta melakukan fleksi, abduksi dan roatsi eksternal pada sendi panggul (hip) dengan cara
pasien diminta meletakkan malleolus lateral kaki pada sisi yang diperiksa diatas lutut pada sisi
kontralateral.
4.
5.
Ektremitas Bawah
• Pemeriksa melakukan penekanan pada lutut yang difleksikan.
11. Melakukan inspeksi daerah sendi lutut dengan memperhatikan:
• Warna dan kelainan kulit,
• Tanda-tanda peradangan
• Kontur otot, dan
• Kelainan bentuk tulang..
12. Melakukan palpasi meliputi perbaan dan penekanan:
• Kelompok otot kudriseps,
• Kelompok otot hamstrings daerah 1/3 distal femur,
• Tulang patella, dan
• Tuberositas tibia
13. Uji palpasi untuk efusi dengan bulge sign (efusi minor):
• Pasien diminta berbaring dengan posisi kedua lutut ekstensi
• Pemeriksa meraba pada suprapatella sambil mendorong cairan efusi dari sisi lateral ke medial
• Pemeriksa kemudian mengusap sisi medial dari patella sambil memperhatikan sisi lateral dari
patella.
Ektremitas Bawah
14. Uji palpasi untuk ballon sign (efusi mayor)
• Pasien berbaring dengan lutut ekstensi
• Satu tangan pemeriksa berada pada suprapatella
• Tangan yang lain dari pemeriksa memegang sisi lateral dan medial patella
• Tangan pemeriksa yang berada di suprapatella mendorong cairan di suprapatella dan tangan
pemeriksa yang lain merasakan adanya dorongan cairan pada saat cairan sendi didorong
suprapatella
• Pemeriksa juga dapat mendorong cairan dari sisi lateral dan medial patella sambil tangan
pemeriksa pada suprapatella merasakan adanya dorongan akibat perpindahan cairan dari
medial dan lateral patella ke suprapatella
15. Uji palpasi untuk efusi balotting patella
• Pasien berbaring dengan lutut dalam ekstensi
• Pemeriksa menekan patella ke arah femur dengan cepat
16. Uji lutut untuk anteriro dan posterior drawer:
• Pasien diminta berbaring dengan sendi panggul dalam posisi fleksi dan kedua lutut dalam posisi
fleksi 90°
• Kedua tangan pemeriksa memegang tibia pasien pada lutut yang diperiksa dengan kedua ibu jari
pemeriksa berada pada joint line
Ektremitas Bawah
• Pemeriksa menarik tibia pasien ke anterior dan dilihat apakah terdapat pergeseran tibia ke anterior
dan dilihat apakah terdapat pergeseran tibia ke anterior dan dibandingkan dengan sisi
kontralateral (anterior drawer sign).
• Pemeriksa mendorong tibia pasien ke posterior dan dilihat apakah terdapat pergeseran tibia ke
posteiror dan dibandingkan dengan sisi kontralateral (posterior drawer sign).
• Pada saat melakukan manuver anterior atau posterior drawer sign kedua kaki pasien tetap
menempel pada meja pemeriksaan.
17. Pemeriksaan lain: Uji McMurray (robekan mensikus), refleks fisiologis patella, dan pemeriksaan klonus Uji
McMurray
• Pasien dalam posisi berbaring
• Satu tangan pemeriksa memegang lutut pasien dengan jari telunjuk dan ibu jari pemeriksa berada
pada joint line
• Tangan pemeriksa yang lain memegang tumit pasien
• Pemeriksa melakukan fleksi maksimal pada sendi lutut pasien dengan tangan pemeriksa yang
berada di tumit pasien melakukan rotasi eksternal pada tumit pasien.

4.
Ektremitas Bawah
• Pemeriksa memberikan dorongan ke arah medial sendi lutut (memberikan gaya valgus) sambil
melakukan ekstensi pada lutut pasien
• Apabila menemukan click atau nyeri pada saat lutut ekstensi maka diduga terdapat cedera pada
meniscus medial
• Selanjutnya pemeriksa melakukan fleksi maksimal pada sendi lutut pasien dengan tangan
pemeriksa yang berada di tumit pasien melakukan rotasi internal pada tumit pasien.
• Pemeriksa kemudian memberikan dorongan ke arah lateral pada sendi lutut (memberikan gaya
varus) sambil melakukan ekstensi pada lutut pasien.
• Apabila ditemukan click atau nyeri pada saat lutut ekstensi maka diduga terdapat cidera pada
meniscus lateral
18. Meminta pasien untuk berbaring tengkurap dan melakukan pemeriksaan perabaan dan penekanan pada
otot-otot besar panggul (otot gluteus maksimus)

19.
20.
Ektremitas Bawah
19. Melakukan penilaian ruang gerak sendi meliputi:
• Fleksi – ekstensi sendi lutut
• Menilai ada atau tidaknya krepitasi sendi lutut dengan cara memegang sendi lutut pasien saat
pasien melakukan gerak aktif fleksi-ekstensi
20. Melakukan inspeksi daerah pergelangan kaki dan aki meliputi:
• Warna dan kelainan kulit,
• Tanda-tanda peradangan,
• Kontur otot
• Kelainan bentuk tulang
21. Melakukan perabaan dan penekanan pada otot dan tulang pergelangan kaki an kai, sendi
metatarsofalangeal (squeese test)

22.
23.
Ektremitas Bawah
22. Melakukan penilaian ruang gerak seni pergelangan kaki, meliputi:
• Dorsofleksi-Plantarfleksi
• Everi-Inversi
23. Mempersilahkan pasien untuk memakai celananya kembali dan mengucapkan terima kasih.
24. Mencuci tangan

4.
5.
Genitalia Eksterna Laki-laki
1. Mengucapkan salam, memperkenalkan diri, memastikan identitas pasien, mejelaskan dan meminta
persetujuan tindakan yang akan dilakukan.
2. Mencuci tangan
3. Meminta pasien melepaskan celananya (pasien memakai celana pendek)
4.
Penis
Inspeksi
5. Diperhatkan ujung penis sampai pangkal. Apakah sudah disirkumsisi atau belum. Bila belum perhatikan:
a. Preputium: Redundant prepuce, phymosis, paraphymosis
b. Pada yang sudah disirkumsisi atau yang preputium dapat ditarik kebelakang perlu diperhatikan glans
penis : herpes progenitalis, balanitis
c. Meatus urethra: Erythro-plasma of Queyrant, Condyloma acuminata
d. Sulcus coronarius: Chancroid (infeksi basil Ducrey), scar (sifilis primer), tumor (ca. penis)
e. Letak meatus uretra: Hispospadia, Epispadia, Fistel urethra, Hypoplasia of penis, Priapismus
Palpasi
5. Diraba seluruh penis mulai dari preputium, glans dan batang penis serta uretra
6.
7.
8.
Genitalia Eksterna Laki-laki
Skrotum dan Isinya
Inspeksi
6. Dalam keadaan normal, testis kanan letaknya sedikit lebih tinggi daripada kiri tapi dalam posisi vertikal. Bisa
juga salah satu testis terlihat lebih tinggi karena retraktil testis.
7. Pada inspeksi bisa kita lihat, abses skrotum, fistel skrotum, udema (bisa bagian dari anasarca, pada
penderita-penderita jantung, liver, dan ginjal atau penderita elephantiasis scroti yang besar sekali),
gangren skrotum (scrotum menjadi tegang, kemerah-merahan, sangat nyeri, panas, mengkilap, hilang
rasa, basah kemudian terjadi gangrene dengan batas tegas), carcinoma scrotum (squamous cell
carcinoma).
8. Pembesaran skrotum akibat kelainan dari isinya: Orchitis, Ca testis, Hydrochele testicularis, hydrochele
funicularis, hydrochele inguinalis, Varicocele, Hematocele, Torsio testis
Palpasi
9. Diraba jumla testis: monorchidism/anorchidism.
10.Keadaan testis pada: tumor seminoma, hydrocele testicularis, hernia skrotalis, varicocele, torsio testis.
11.Vas deferens teraba seperti benang besar dan lebih keras dibandingkan dengan organ lain dalam scrotum.
Kalau tidak teraba : agenesis vas deferens. Pada TB yang meluas ke vas deferens : teraba seperti
tasbih.
12.
12.Mempersilahkan pasien untuk memakai celananya kembali dan mengucapkan terima kasih.
Genitalia Eksterna Perempuan
1. Mengucapkan salam, memperkenalkan diri, memastikan identitas pasien, mejelaskan dan meminta
persetujuan tindakan yang akan dilakukan.
2. Mencuci tangan
3. Meminta pasien melepaskan celananya (pasien memakai celana pendek)
4.
Inspeksi
4. Diperhatkan vulva  labia mayora  bartholinitis atau kista Nucki:
5. Muara urethra: urethral discharge (uretritis), caruncula urethrae, prolapsus urethrae
6. Vagina. Perhatikan orificium dan vestibulum vaginae: fluor albus (vaginitis), himen imperforata
7.
7. Mempersilahkan pasien untuk memakai celananya kembali dan mengucapkan terima kasih.
8. Mencuci tangan
9.
5.
6.
7.
PEMERIKSAAN JANTUNG
Inspeksi
Ictus cordis tampak pada sela iga V, linea medioclavicularis sinistra
Palpasi:
Ictus cordis tampak pada sela iga V, linea medioclavicularis sinistra
Perkusi:
1. Batas jantung kanan relatif: perkusi dari 2 jari di atas batas paru-hepar, dari lateral
ke medial. Jari tengah disejajarkan dengan sternum ketuk hingga perubahan
bunyi dari sonor ke pekak relatif.
Normal: linea sternalis kanan
2.Batas jantung kanan absolut: sama dengan di atas, tapi minta pasien inspirasi dalam, Normal:
linea sternalis kiri
3. Batas jantung kiri relatif: batas ini sesuai ictus cordis yang normal, pada sela iga 5-6 linea
medioclavicularis kiri
PEMERIKSAAN JANTUNG
Inspeksi
1. Lesi pada kulit
Perut bekas operasi, pelebaran vena-vena superfisial akibat bendungan vena, spider nevi,
ginekomastia tumor, luka operasi, retraksi otot-otot intercostal
2. Kelainan bentuk dada
Dada yang normal diameter lateral-lateral lebih besar dibanding diameter
anterolateral. Kelainan yang dapat ditemukan
- Dada paralitikum
- Dada emfisema (barrel chest)
- Kifosis
- Skoliosis
- Pectus excavatum
PEMERIKSAAN FISIK ABDOMEN
Pembagian Regional
Ada berbagai cara untuk membagi permukaan dinding perut dalam beberapa
regio :
• Dengan menarik garis tegak lurus terhadap garis median melalui umbilikus.
• Pembagian yang lebih rinci atau lebih spesifik yaitu dengan menarik dua garis sejajar
dengan garis median dan dua garis trasversal yaitu yang menghubungkan dua titik paling
bawah dari arkus kosta dan yang menghubungkan ke dua spina iliaka anterior superior
(SIAS).

1. Regio hipokondrium dextra


2. Regio epigastrium
3. Regio hipokondrium sinistra
4. Regio lumbal dextra
5. Regio umbilikus
6. Regio lumbal sinistra
7. Regio iliaka dextra
8. Regio hipogastrium
9. Regio iliaka sinistra
• Titik Mc Burney: titik pada dinding perut kuadran kanan bawah yang
terletak pada 1/3 lateral dari garis yang menghubungkan SIAS
dengan umbilikus.

• Garis Schuffner: garis yang menghubungkan titik pada arkus kosta kiri
dengan umbilikus (dibagi 4) dan garis ini diteruskan sampai ke SIAS
kanan yang merupakan titik VIII.
Pemeriksaan Abdomen

• Inspeksi
• Auskultasi
• Palpasi
• Perkusi
INSPEKSI

Informasi yang perlu didapatkan, yaitu:


1. Simetris
2. Bentuk dan kontur
3. Ukuran
4. Kondisi dinding abdomen: kelainan kulit, vena, umbilikus,
striae alba
5. Pergerakan dinding abdomen
AUSKULTASI
Auskultasi pada abdomen bertujuan untuk:
1. Suara Peristaltik
• Normalnya suara usus akan terdengar setiap 10 detik.
• Jika terdapat obstruksi usus, suara peristaltik akan meningkat, terlebih
pada saat timbul rasa sakit yang bersifat kolik. Peningkatan suara
usus ini disebut borborigmi.
• Pada keadaan kelumpuhan usus (paralisis) misalnya pada pasien
pasca operasi, suara peristaltik sangat melemah, bahkan kadang-
kadang menghilang.
• Pada obstruksi usus lajut dimana usus sangat melebar dan atoni, akan
terdengar suara peristaltik dengan nada yang tinggi.
2. Suara Pembuluh Darah
• Suara sistolik atau diastolik atau murmur mungkin dapat
didengar pada auskultasi abdomen
• Bruit sistolik dapat didengar pada aneurisma aorta atau
pada pembesaran hati karena hematoma
• Bising vena (venous hum) yang kadang-kadang disertai
dengan terabanya getaran (thrill), dapat didengar
diantara umbilikus dan epigastrium.
• Pada keadaan fistula arteriovenosa intraabdominal
kadang-kadang dapat didengar suara murmur.
PALPASI
Palpasi Superfisial
• Posisi tangan menempel pada dinding
perut. Umumnya penekanan
dilakukan oleh ruas terakhir dan
ruas tengah jari-jari, bukan dengan
ujung-ujung jari.
• Sangat berguna untuk menemukan
nyeri tekan, tahanan otot, suatu
massa dan organ superficial.
Palpasi Dalam (Deep Palpation)
• Palpasi dalam dipakai untuk mengidentifikasi kelainan/rasa nyeri yang tidak
didapatkan pada palpasi superficial dan untuk lebih menegakkan
kelainan yang didapat pada palpasi superficial.
• Untuk palpasi organ secara spesifik, seperti hepar, lien, ginjal.
PERKUSI
Perkusi abdomen dilakukan dengan cara tak langsung, sama seperti
perkusi toraks tetapi dengan penekanan yang lebih ringan dan ketokan
yang lebih perlahan.

Tujuan perkusi abdomen:


• Untuk konfirmasi pembesaran hepardan lien
• Untuk menentukan ada tidaknya nyeri ketok
• Untuk diagnosis adanya cairan atau massa padat
• Pada keadaan normal suara perkusi abdomen adalah timpani, kecuali
daerah hepar suara perkusinya adalah pekak.
• Jika pekak hati hilang dan bunyi timpani bertambah di seluruh
abdomen harus dipikirkan kemungkinan adanya udara bebas di
dalam rongga perut, misalnya pada perforasi usus.
• Suatu keadaan yang disebut fenomena papan catur (chessboard
phenomenon) dimana ditemukan bunyi timpani dan redub yang
berpindah- pindah, sering ditemukan pada pasien peritonitis
tuberkulosa.
• Jika terdapat cairan bebas dalam rongga abdomen, dapat diperoleh suara perkusi
timpani di atas dinding perut dan pekak di sampingnya. Jika pasien dimiringkan
ke satu sisi, suara pekak akan berpindah-pindah (Shifting dullness).
PEMERIKSAAN HEPAR
• Posisi pasien berbaring terlentang dengan kedua tungkai kanan dilipat agar
dinding abdomen lebih lentur.
• Palpasi menggunakan sisi palmar radial jari tangan kanan (bukan ujung jari)
dengan posisi ibu jari terlipat di bawah palmar manus.
• Lebih tegas bila arah jari membentuk sudut 45° dengan garis median, ujung
jari terletak pada bagian lateral muskulus rektus abdominalis dan
kemudian pada garis median untuk memeriksa lobus kiri.
• Palpasi dimulai dari regio iliaka kanan menuju tepi lengkung iga kanan.
Dinding abdomen ditekan ke bawah dengan arah dorsal dan kranial.
• Gerakan ini berulang dan posisinya digeser 1-2 jari ke arah lengkungan iga.
Penekanan dilakukan pada saat pasien sedang inspirasi.
• Pada keadaan normal hati tidak akan teraba pada palapasi kecuali
pada beberapa kasus dengan tubuh kurus.
• Terabanya hati 1-2 jari di bawah arkus kosta harus dikonfirmasi
apakah hal tersebut memang suatu pembesaran hati atau
karena adanya perubahan bentuk diafragma (mis. Emfisema
paru).
• Perkusi batas atas dan bawah hati (perubahan suara redup ke
timpani) berguna untuk menilai adanya pengecilan hati (Mis.
Pada sirosis hati)
Bila pada palpasi ditemukan adanya pembesaran hati, maka perlu dideskripsikan:
• Berapa lebar jari tangan dibawah arkus kosta?
• Bagaimana keadaan tepi hati? Misalnya tajam pada hepatitis akut atau tumpul
pada tumor hati.
• Bagaimana konsistensinya? Apakah kenyal (normal) atau keras (pada tumor
hati).
• Bagaimana permukaannya? Pada tumor hati permukaannya teraba berbenjol.
• Apakah terdapat nyeri tekan? Hal ini dapat teradi pada abses dan tumor
hepar. Selain itu pada abses hati dapat dirasakan adanya fluktuasi.
PEMERIKSAAN LIEN

• Pada keadaan normal limpa/lien tidak teraba.


• Limpa membesar mulai dari bawah arkus kosta kiri, melewati umbilikus sampai
regio iliaka kanan.
• Palpasi dimulai dari regio iliaka kanan, melewati umbilikus di garis tengah abdomen
menuju ke arkus kosta kiri.
• Pembesaran limpa diukur dengan menggunakan garis Schuffner, yaitu garis yang
dimulai dari arkus kosta kiri menuju ke umbilikus dan diteruskan sampai SIAS
kanan.

Jika tepi bawah lien teraba, maka dilakukan deskripsi:


• Berapa jauh dari arkus kosta kiri pada garis Schuffner (S I – S VII)
• Bagaimana konsistensinya? Apakah kenyal (splenomegali karena hipertensi porta)
atau keras seperti pada malaria.

PEMERIKSAAN GINJAL

• Ginjal terletak di retroperitoneal sehingga pemeriksaan harus dengan cara


bimanual.
• Pemeriksaan fisis ginjal biasa disebut sebagai pemeriksaan ballotement.
• Pemeriksaan dilakukan dengan cara salah satu tangan pemeriksa berada
di atas perut kuadran anterior kanan atau kiri ginjal.
• Tangan yang berada dibawah digerakkan ke atas untuk menggoncangkan
ginjal, sementara tangan yang berada di atas menunggu dan
merasakan pergerakan ginjal ke atas dan melayang kembali ke
bawah.
• Pemeriksaan ballotement dikatakan positif bila ginjal teraba.
TERIMAKASIH

This PowerPoint Template has clean and

Welcome!! neutral design that can be adapted to any


content and meets various market segments.

Anda mungkin juga menyukai