DISUSUN OLEH
RUANG 8
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS SAM RATULANGI
MANADO 2015
Skenario II
Ny. N, 45 tahun, datang ke puskesmas dengan keluhan otore sejak 1 minggu
yang lalu, pendengaran sedikit menurun. Pada pemeriksaan otoskopi ditemukan
secret kekuningan dan membrane timpani sulit dievaluasi. Ditemukan riwayat
korek-korek telinga. Keluhan ini sudah beberapa kali dialami oleh penderita
sebelumnya.
Kata Sulit :
Kata Kunci :
Ny. S 45 tahun
Otore 1 minggu yang lalu
Pendengaran menurun
Otoskopi : secret kekuningan dan membrane timpani sulit di evaluasi
Riwayat korek-korek telinga
Masalah Dasar : Ny. S 45 tahun datang dengan keluhan otore 1 minggu yang lalu
dan pendengaran menurun.
1. Anamnesis
a. IDENTITAS
Nama
Umur
Jenis Kelamin
Pekerjaan
Alamat
:
:
:
:
:
Ny. S
45 tahun
Perempuan
-
b. ANAMNESA
Tambahan Anamnesis
Rasa gatal sampai rasa nyeri di dalam telinga. Rasa gatal dapat
dirasakan sampai tenggorok. Kadang-kadang disertai sedikit rasa nyeri.
Awalnya sekret encer, bening, tetapi dapat berubah menjadi sekret
kental purulen. Pada bentuk kronik sekret tidak ada atau hanya sedikit
atau berupa gumpalan, berbau akibat adanya bakteri saprofit ataupun
jamur.
Pendengaran normal atau sedikit berkurang.
PEMERIKSAAN PENUNJANG
Apusan dari meatus auditorius eksterna: untuk dilakukan kultur sehingga
dapat diketahui kuman penyebabnya secara spesifik.
Audiometri: Bila ada gangguan pendengaran (tuli konduktif). Nada dengan
frekuensi tunggal pada berbagai tingkat kebisingan diperdengarkan oada
masing-masing telinga secara bergantian melalui headphone di dalam bilik
kedap suara. Intensitas bunyi dikurangi secara bertahap sebesar 10 desibel
hingga pasien tidak bisa mendengarnya lagi. Ambang batas adalah bunyi
tepelan yang masih bisa didengar oleh pasien.
Proyeksi Radiografi (MR Scan): sebagai perbandingan diagnosis, apakah ada
neuroma akustik
Audiometri impedans (timpanometri): tes untuk mengukur kesesuaian &
kekakuan membrane timpani. Mencari tahu apakah ada kemungkinan otitis
media dengan efusi, disfungsi tuba Eustachius, diskontinuitas tulang-tulang
pendengaran, fleksibilitas gendang telinga diukur secara perubahan tekanan
dalam liang telinga. Fleksibilitas harus maksimal pada tekanan atmosfer.
Etiologi
Yang paling sering disebabkan oleh bakteri patogen. Varietas nya antara lain
otitis eksterna oleh jamur (otomycosis). Dalam sebuah penelitian, 91% kasus OE
disebabkan oleh karena bakteri. Dan penelitian lainnya juga menemukan bahwa
sebanyak 40% kasus OE tidak memiliki mikroorganisme primer sebagai
agen penyebab. Bakteri penyebab yang paling umum adalah Pseudomonas spesies(
38% dari semua kasus), Staphylococcus spesies, dan anaerob dan organismegram
negatif.
5. Epidemiologi
Insidens otitis eksterna akut terjadi pada 4 dari 1000 anak dan orang dewasa per
tahun. Laporan pertama dari CDC (Center for Disease Control and Prevention) yang
menggambarkan secara keseluruhan epidemiologi otitis eksterna akut di Amerika
Serikat, diperkirakan bahwa 2,4 juta kunjungan per tahun yang terdiagnosis di pusat
kesehatan merupakan kasus otitis eksterna akut (8,1 kunjungan per 1000 populasi).
Adapun penelitian di poliklinik THT-KL BLU RSUP Prof. Dr. R. D. Kandou Manado pada
periode Januari Desember 2011 memperlihatkan bahwa dari 5.297 pengunjung
terdapat 440 (8,33%) kasus otitis eksterna.
6. Manifestasi klinis
Rasa sakit di dalam telinga bisa bervariasi dari yang hanya berupa rasa tidak
enak sedikit, perasaan penuh didalam telinga, perasaan seperti terbakar hingga
rasa sakit yang hebat, serta berdenyut. Meskipun rasa sakit sering merupakan
gejala yang dominan, keluhan ini juga sering merupakan gejala sering
mengelirukan. Kehebatan rasa sakit bisa agaknya tidak sebanding dengan derajat
peradangan yang ada. Ini diterangkan dengan kenyataan bahwa kulit dari liang
telinga luar langsung berhubungan dengan periosteum dan perikondrium, sehingga
edema dermis menekan serabut saraf yang mengakibatkan rasa sakit yang hebat.
Lagi pula, kulit dan tulang rawan 1/3 luar liang telinga bersambung dengan kulit dan
tulang rawan daun telinga sehingga gerakan yang sedikit saja dari daun telinga
akan dihantarkan kekulit dan tulang rawan dari liang telinga luar dan mengkibatkan
rasa sakit yang hebat dirasakan oleh penderita otitis eksterna.
Rasa penuh pada telinga merupakan keluhan yang umum pada tahap awal
dari otitis eksterna difusa dan sering mendahului terjadinya rasa sakit dan nyeri
tekan daun telinga. Gatal merupakan gejala klinik yang sangat sering dan
merupakan pendahulu rasa sakit yang berkaitan dengan otitis eksterna akut. Pada
kebanyakan penderita rasa gatal disertai rasa penuh dan rasa tidak enak
merupakan tanda permulaan peradangan suatu otitis eksterna akuta. Pada otitis
eksterna kronik merupakan keluhan utama.
Kurang pendengaran mungkin terjadi pada akut dan kronik dari otitis
eksterna akut. Edema kulit liang telinga, sekret yang sorous atau purulen,
penebalan kulit yang progresif pada otitis eksterna yang lama, sering menyumbat
lumen kanalis dan menyebabkan timbulnya tuli konduktif. Keratin yang deskuamasi,
rambut, serumen, debris, dan obat-obatan yang digunakan kedalam telinga bisa
menutup lumen yang mengakibatkan peredaman hantaran suara.2
Tanda-Tanda Klinis
Menurut MM. Carr secara klinik otitis eksterna terbagi : 4
Otitis Eksterna Ringan : kulit liang telinga hiperemis dan eksudat, liang
telinga menyempit.
Otitis Eksterna Sedang : liang telinga sempit, bengkak, kulit hiperemis dan
eksudat positif
Otitis Eksterna Komplikas : Pina/Periaurikuler eritema dan bengkak
Otitis Eksterna Kronik : kulit liang telinga/pina menebal, keriput, eritema
positif.
Menurut Senturia HB (1980) :
Eritema kulit, sekret yang kehijau-hijauan dan edema kulit liang telinga
merupakan tanda-tanda klasik dari otitis diffusa akuta. Bau busuk dari sekret tidak
terjadi. Otitis eksterna diffusa dapat dibagi atas 3 stadium yaitu :2
1. Pre Inflammatory
2. Peradangan akut (ringan/ sedang/ berat)
3. Radang kronik
Otitis Eksterna Sirkumskripta (Furunkel/ bisul)
protektif
yang
menimbulkan
edema
epitel
skuamosa.
Keadaan
ini
menimbulkan trauma lokal yang memudahkan bakteri masuk melalui kulit, terjadi
inflamasi dan cairan eksudat. Rasa gatal memicu terjadinya iritasi, berikutnya
infeksi lalu terjadi pembengkakan dan akhirnya menimbulkan rasa nyeri. Proses
infeksi menyebabkan peningkatan suhu lalu menimbulkan perubahan rasa nyaman
dalam telinga. Selain itu, proses infeksi akan mengeluarkan cairan/nanah yang bisa
menumpuk dalam liang telinga (meatus akustikus eksterna) sehingga hantaran
suara akan terhalang dan terjadilah penurunan pendengaran. Infeksi pada liang
telinga luar dapat menyebar ke pinna, periaurikuler dan tulang temporal.
Otalgia pada otitis eksterna disebabkan oleh:
a. Kulit liang telinga luar beralaskan periostium & perikondrium bukan bantalan
jaringan lemak sehingga memudahkan cedera atau trauma. Selain itu, edema
dermis akan menekan serabut saraf yang mengakibatkan rasa sakit yang
hebat.
b. Kulit dan tulang rawan pada 1/3 luar liang telinga luar bersambung dengan
kulit dan tulang rawan daun telinga sehingga gerakan sedikit saja pada daun
telinga akan dihantarkan ke kulit dan tulang rawan liang telinga luar sehingga
mengakibatkan rasa sakit yang hebat pada penderita otitis eksterna.
8. Penatalaksanaan
Terapi utama dari otitis eksterna melibatkan manajemen rasa sakit,
pembuangan debris dari kanalis auditorius eksternal, penggunaan obat topikal
untuk mengontrol edema dan infeksi, dan menghindari faktor pencetus.
Dengan lembut membersihkan debris dari kanalis auditorius eksternal
dengan irigasi atau dengan menggunakan kuret plastik lembut atau
kapas di bawah visualisasi langsung. Pembersihan kanal meningkatkan
efektivitas dari obat topikal.
Obat topikal aural biasanya termasuk asam ringan (untuk mengubah pH dan
untuk menghambat pertumbuhan mikroorganisme), kortikosteroid (untuk
mengurangi peradangan), agen antibiotik, dan / atau agen antijamur.
Infeksi ringan: otitis eksterna ringan biasanya merespon dengan penggunaan
agen acidifying dan kortikosteroid. Sebagai alternatif, campuran
perbandingan (2:1) antara alkohol isopropil 70% dan asam asetat dapat
digunakan.
Infeksi sedang: Pertimbangkan penambahan antibiotik dan antijamur ke agen
acidifying dan kortikosteroid.
Fisiologi telinga
Telinga dibagi menjadi tiga bagian; telinga luar, telinga tengah dan telinga
dalam. Bagian luar dan tengah telinga menyalurkan gelombang suara dari udara ke
telinga dalam yang berisi cairan, untuk memperkuat energy suara dalam proses
tersebut. Telinga dalam berisi dua sistem sensorik yang berbeda: koklea yang
mengandung reseptor-reseptor yang mengubah gelombang suara menjadi impulsimpuls saraf, sehingga kita dapat mendengar; dan mengubah gelombang suara
menjadi impuls-impuls saraf, sehingga kita dapat mendengar; dan apparatus
vestibularis, yang penting untuk keseimbangan.
Pendengaran adalah persepsi saraf mengenai energi suara. Gelombang suara
adalah getaran udara yang merambat dan terdiri dari daerah-daerah bertekanan
tinggi karena kompresi molekul-molekul udara yang berselang-seling dengan
daerah-daerah bertekanan rendah karena penjarangan molekul tersebut. Setiap alat
yang mampu menghasilkan pola gangguan molekul udara seperti itu adalah sumber
suara.
Telinga luar, yang terdiri dari pinna (bagian daun telinga, aurikula), meatus
auditorius eksternus (saluran telinga) dan membrane timpani, berfungsi untuk
mengumpulkan gelombang suara dan menyalurkannya ke telinga tengah dan
telinga dalam. Karena bentuknya, daun telinga secara parsial menahan gelombang
suara yang mendekati telinga dari arah belakang, dengan demikian, membantu
seseorang membedakan apakah suara datang dari arah depan atau belakang.
Gelombang suara yang ditangkap oleh telinga luar, kemudian akan disalurkan ke
telinga tengah. Gelombang suara tersebut akan menggetarkan membrane timpani.
Kemudian telinga tengah akan memindahkan gerakan bergetar dari membrane
timpani tersebut ke cairan yang berada di telinga dalam. Pemindahan ini
dipermudah oleh adanya tulang-tulang pendengaran yang dapat bergerak yang
berjalan melintasi telinga tengah. Saat membrane timpani bergetar tulang maleus
yang melekat di membrane timpani akan bergetas lalu melanjutkan getarannya ke
tulang incus, kemudian ke tulang stapes yang melekat ke jendela oval, yang
merupakan pintu masuk ke koklea yang berisi cairan. Tekanan di jendela oval akibat
setiap getaran yang dihasilkan menimbulkan getaran seperti gelombang pada
cairan telinga dalam.
Gelombang tekanan yang terjadi akibat getaran stapes pada jendela oval
menyebabkan terdorongnya perilimfe ke depan di kompartemen atas, kemudian
mengelilingi helikoterma, dan ke kompartemen bawah, tempat gelombang tersebut
menyebabkan jendela bundar menonjol ke luar dan ke dalam rongga telinga tengah
untuk mengkompensasi peningkatan tekanan. Ketika stapes bergerak mundur dan
menarik jedela oval keluar ke arah telinga tengah, perilimfe mengalir dalam ke arah
berlawanan, mengubah posisi jendela bundar ke arah dalam. Jalur ini tidak
menyebabkan timbulnya persepsi suara; tetapi hanya menghamburkan tekanan.
Gelombang tekanan di kompartemen atau dipindahkan melalui membrane
verstibularis yang tipis, ke dalam duktus koklearis, dan kemudian melalui
membrane basilaris ke kompartemen bawah, tempat gelombang tersebut
menyebabkan jendela bundar menonjol keluar-masuk bergantian. Transmisi
gelombang tekanan ini menyebabkan membrane ini bergerak ke atas ke bawah,
atau bergetar, secara sinkron dengan gelombang tekanan. Karena letak organ corti
yang menumpang pada membrane basilaris, sel-sel rambut juga bergerak naik
turun sewaktu membrane basilaris bergetar. Karena rambut-rambut dari sel
reseptor terbenam di dalam membrane tektorial yang kaku dan stationer, rambutrambut tersebut akan membengkok ke depan dan ke belakang sewaktu membrane
basilaris menggeser posisinya terhadap membrane tektorial. Perubahan bentuk
mekanisme yang maju mundur ini menyebabkan saluran-saluran ion di sel-sel
rambut terbuka dan tertutup secara bergantian. Hal ini menyebabkan perubahan
potensial depolarisasi dan hiperpolarisasi yang bergantian potensial reseptordengan frekuensi yang sama dengan rangsangan semula.
Sel-sel rambut adalah sel reseptor khusus yang berkomunikasi melalui sinaps
kimiawi dengan ujung-ujung saraf aferen yang membentuk saraf auditorius
(koklearis). Depolarisasi sel-sel rambut (sewaktu membrane basilaris bergeser ke
atas) meningkatkan kecepatan pengeluaran zat perantara mereka, yang menaikkan
kecepatan pembentukan potensial aksi berkurang ketika sel-sel rambut
mengeluarkan sedikit zat perantara karena mengalami hiperpolarisasi (sewaktu
membrane basilaris bergerak ke bawah).
Dengan demikian, telinga yang mengubah gelombang suara di udara menjadi
gerakan-gerakan berosilasi membrane basilaris yang membengkokkan pergerakan
maju-mundur rambut-rambut di sel reseptor. Perubahan bentuk mekanis rambutrambut tersebut menyebabkan pembukaan dan penutupan (secara bergantian)
saluran di sel reseptor, yang menimbulkan perubahan potensial berjenjang di
reseptor, sehingga mengakibatkan perubahan kecepatan pembentukan potensial
aksi yang merambat ke otak. Dengan cara ini, gelombang suara diterjemahkan
menjadi sinyal saraf yang dapat dipersepsikan oleh otak sebagai sensasi suara.
Membrane basilaris dibagi menjadi bagian-bagian tertentu berdasarkan nadanada tertentu. Korteks pendengaran juga tersusun secara topografis tonus. Setiap
daerah di membrane basilaris berhubungan dengan daerah tertentu di korteks
pendengaran dalam lobus tempolaris, dengan demikian, setiap neuron korteks
hanya diaktifkan oleh nada-nada tertentu; setiap daerah dikorteks pendengaran
teraksitasi hanya sebagai respon terhadap nada tertentu yang dideteksi oleh bagian
tertentu membrana basilaris.
Neuron-neuron aferen yang menangkap sinyal auditorius dari sel-sel rambut
keluar dari koklea melalui saraf auditorius. Jalur saraf antara organ corti dan korteks
pendengaran melibatkan beberapa sinaps dalam perjalanannya, terutama adalah
sinaps di batang otak dan nucleus genikulatus medialis thalamus. Thalamus
menyortir dan memancarkan sinyal ke atas. Sinyal pendengaran dari kedua telinga
disalurkan ke kedua lobus temporalis kaeena serat-seratnya bersilangan secara
parsial di batang otak. Karena itu, gangguan di jalur pendengaran pada salah satu
sisi melewati batang otak tidak mengganggu pendengaran di kedua telinga.
Korteks pendengaran primer tersusun dari kolom-kolom. Korteks pendengaran
primer tampaknya mempersepsikan suara-suara diskret, sementara korteks
pendengaran yang lebih tinggi di sekitarnya mengintegrasikan suara-suara yang
berbeda menjadi pola yang koheren dan berarti.
Kesimpulan
DAFTAR PUSTAKA
-
http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/6423/1/tht-farhan.pdf
http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/20700/1/mkn-sep2006%20sup%20%2821%29.pdf
http://ejournal.unsrat.ac.id/index.php/eclinic/article/download/3612/3140
Sosialisman, Alfian F.Hafil, & Helmi. Kelainan Telinga Luar dalam Buku Ajar
Ilmu Kesehatan Telinga, Hidung, Tenggorok, Kepala & Leher. Ed. ke-6. dr. H.
Efiaty Arsyad Soepardi, Sp.THT, dkk (editor). Fakultas Kedokteran Universitas
Indonesia. Jakarta. 2007. Hal : 58-59.