Diajukan Sebagai Salah Satu Tugas Dalam Menjalani Kepaniteraan Klinik Senior
Disusun Oleh :
Alde Aris
Dini Raikhani
Nurul Maulina Rahmi
Riean Aulia
Pembimbing:
dr. Khairida Riany, Sp.Rad
BAGIAN/SMF RADIOLOGI
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SYIAH KUALA
BPK RSUD Dr. ZAINOEL ABIDIN
BANDA ACEH
2016
3
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah S.W.T. yang telah
menciptakan manusia dengan akal dan budi dan berkat rahmat dan hidayah-Nya
penulis dapat menyelesaikan tugas laporan kasus ini. Shalawat beriring salam
penulis sampaikan kepada nabi besar Muhammad SAW, atas semangat perjuangan
dan panutan bagi umatnya.
Adapun tugas Laporan kasus ini berjudul Trauma Ginjal. Diajukan
Sebagai Salah Satu Tugas Dalam Menjalani Kepaniteraan Klinik Seniorpada
Bagian / SMF Neurologi Fakultas Kedokteran Unsyiah BPK RSUD dr. Zainoel
Abidin Banda Aceh.
Penulis mengucapkan terimakasih dan penghargaan yang setinggitingginya kepada dr. Khairida Riany, Sp.Rad yang telah meluangkan waktunya
untuk memberi arahan dan bimbingan dalam menyelesaikan tugas ini.
Penulis menyadari bahwa tugas ini masih jauh dari kesempurnaan. Saran
dan kritik dari dosen pembimbing dan teman-teman akan penulis terima dengan
tangan terbuka, semoga dapat menjadi bahan pembelajaran dan bekal di masa
mendatang.
Penulis
DAFTAR ISI
Halaman
Kata Pengantar........................................................................................................... i
Daftar isi.....................................................................................................................
ii
BAB I PENDAHULUAN.........................................................................................6
1.1.
Latar Belakang.............................................................................................. 6
BAB I
PENDAHULUAN
mungkin masih dikerjakan di unit gawat darurat pada pasien yang tidak
cukup stabil untuk menjalani Computer tomography (CT), atau pada pasien
yang telah berada di kamar operasi. Ultrasonography (USG) juga telah
digunakan dan berguna pada evaluasi awal trauma ginjal, khususnya di
ruang
gawat
darurat,
seperti
yang
digunakan
untuk
mendeteksi
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 ANATOMI DAN FISIOLOGI GINJAL3
2.1.1 Makroskopis3
Ginjal terletak dibagian belakang abdomen atas, dibelakang peritonium
(retroperitoneal), didepan dua kosta terakhir dan tiga otot-otot besar (transversus
abdominis, kuadratus lumborum dan psoas mayor) di bawah hati dan limpa. Di
bagian atas (superior) ginjal terdapat kelenjar adrenal (juga disebut kelenjar
suprarenal). Kedua ginjal terletak di sekitar vertebra T12 hingga L3. Ginjal pada
orang dewasa berukuran panjang 11-12 cm, lebar 5-7 cm, tebal 2,3-3 cm, kirakira sebesar kepalan tangan manusia dewasa. Berat kedua ginjal kurang dari 1%
berat seluruh tubuh atau kurang lebih beratnya antara 120-150 gram.
tersusun dari segmen-segmen tubulus dan duktus pengumpul nefron. Papila atau
apeks dari tiap piramid membentuk duktus papilaris bellini yang terbentuk dari
kesatuan bagian terminal dari banyak duktus pengumpul.
Gambar 2. Gambaran normal CT-Scan ginjal3
2.1.2 Mikroskopis2
Ginjal terbentuk oleh unit yang disebut nephron yang berjumlah 1-1,2 juta
buah pada tiap ginjal. Nefron adalah unit fungsional ginjal. Setiap nefron terdiri
dari kapsula bowman, tumbai kapiler glomerulus, tubulus kontortus proksimal,
lengkung henle dan tubulus kontortus distal, yang mengosongkan diri keduktus
pengumpul.
Unit nephron dimulai dari pembuluh darah halus / kapiler, bersifat sebagai
saringan disebut Glomerulus, darah melewati glomerulus/ kapiler tersebut dan
disaring sehingga terbentuk filtrat (urin yang masih encer) yang berjumlah kirakira 170 liter per hari, kemudian dialirkan melalui pipa/saluran yang disebut
Tubulus. Urin ini dialirkan keluar ke saluran Ureter, kandung kemih, kemudian ke
luar melalui Uretra. Nefron berfungsi sebagai regulator air dan zat terlarut
(terutama elektrolit) dalam tubuh dengan cara menyaring darah, kemudian
mereabsorpsi cairan dan molekul yang masih diperlukan tubuh. Molekul dan sisa
cairan
lainnya
akan
dibuang.
Reabsorpsi
dan
pembuangan
dilakukan
10
menggunakan mekanisme pertukaran lawan arus dan kotranspor. Hasil akhir yang
kemudian diekskresikan disebut urin.
2.1.3 Vaskularisasi Ginjal3
Arteri renalis dicabangkan dari aorta abdominalis kira-kira setinggi
vertebra lumbalis II. Vena renalis menyalurkan darah kedalam vena kavainferior
yang terletak disebelah kanan garis tengah. Saat arteri renalis masuk kedalam
hilus, arteri tersebut bercabang menjadi arteri interlobaris yang berjalan diantara
piramid selanjutnya membentuk arteri arkuata kemudian membentuk arteriola
interlobularis yang tersusun paralel dalam korteks. Arteri interlobularis ini
kemudian membentuk arteriola aferen pada glomerulus.
Glomeruli bersatu membentuk arteriola aferen yang kemudian bercabang
membentuk sistem portal kapiler yang mengelilingi tubulus dan disebut kapiler
peritubular. Darah yang mengalir melalui sistem portal ini akan dialirkan kedalam
jalinan vena selanjutnya menuju vena interlobularis, vena arkuarta, vena
interlobaris, dan vena renalis untuk akhirnya mencapai vena cava inferior. Ginjal
dilalui oleh sekitar 1200 ml darah permenit suatu volume yang sama dengan 2025% curah jantung (5000 ml/menit) lebih dari 90% darah yang masuk keginjal
berada pada korteks sedangkan sisanya dialirkan ke medulla. Sifat khusus aliran
darah ginjal adalah otoregulasi aliran darah melalui ginjal arteiol afferen
mempunyai kapasitas intrinsik yang dapat merubah resistensinya sebagai respon
terhadap perubahan tekanan darah arteri dengan demikian mempertahankan aliran
darah ginjal dan filtrasi glomerulus tetap.
2.1.4 Persarafan pada Ginjal3
Ginjal mendapat persarafan dari nervus renalis (vasomotor), saraf ini
berfungsi untuk mengatur jumlah darah yang masuk kedalam ginjal, saraf ini
berjalan bersamaan dengan pembuluh darah yang masuk ke ginjal.
2.1.5 Fisiologi Ginjal3
Ginjal adalah organ yang mempunyai pembuluh darah yang sangat banyak
(sangat
vaskuler)
tugasnya
memang
pada
dasarnya
adalah
atau 1.700 liter/hari, darah tersebut disaring menjadi cairan filtrat sebanyak 120
ml/menit (170 liter/hari) ke Tubulus. Cairan filtrat ini diproses dalam Tubulus
sehingga akhirnya keluar dari ke-2 ginjal menjadi urin sebanyak 1-2 liter/hari.
Fungsi ginjal adalah :
1. Memegang peranan penting dalam pengeluaran zat-zat toksik atau racun
2. Mempertahankan keseimbangan cairan tubuh,
3. Mempertahankan keseimbangan kadar asam dan basa dari cairan tubuh
4. Mengeluarkan sisa-sisa metabolisme akhir dari protein ureum, kreatinin dan
amoniak.
5. Mengaktifkan vitamin D untuk memelihara kesehatan tulang.
6. Produksi hormon yang mengontrol tekanan darah.
7. Produksi Hormon Erythropoietin yang membantu pembuatan sel darah merah.
Tiga tahap pembentukan urine :
1) Filtrasi glomerular
Pembentukan kemih dimulai dengan filtrasi plasma pada glomerulus,
seperti kapiler tubuh lainnya, kapiler glomerulus secara relatif bersifat
impermiabel terhadap protein plasma yang besar dan cukup permeabel terhadap
air dan larutan yang lebih kecil seperti elektrolit, asam amino, glukosa, dan sisa
nitrogen. Aliran darah ginjal (RBF = Renal Blood Flow) adalah sekitar 25% dari
curah jantung atau sekitar 1200 ml/menit. Sekitar seperlima dari plasma atau
sekitar 125 ml/menit dialirkan melalui glomerulus ke kapsula bowman. Ini
dikenal dengan laju filtrasi glomerulus (GFR = Glomerular Filtration Rate).
Gerakan masuk ke kapsula bowman disebut filtrat. Tekanan filtrasi berasal dari
perbedaan tekanan yang terdapat antara kapiler glomerulus dan kapsula bowman,
tekanan hidrostatik darah dalam kapiler glomerulus mempermudah filtrasi dan
kekuatan ini dilawan oleh tekanan hidrostatik filtrat dalam kapsula bowman serta
tekanan osmotik koloid darah. Filtrasi glomerulus tidak hanya dipengaruhi oleh
tekanan-tekanan koloid diatas namun juga oleh permeabilitas dinding kapiler.
2) Reabsorpsi.
12
Zat-zat yang difiltrasi ginjal dibagi dalam 3 bagian yaitu : non elektrolit,
elektrolit, dan air. Setelah filtrasi langkah kedua adalah reabsorpsi selektif zat-zat
tersebut kembali lagi zat-zat yang sudah difiltrasi.
3) Sekresi.
Sekresi tubular melibatkan transpor aktif molekul-molekul dari aliran
darah melalui tubulus ke dalam filtrat. Banyak substansi yang disekresi tidak
terjadi secara alamiah dalam tubuh (misalnya penisilin). Substansi yang secara
alamiah terjadi dalam tubuh termasuk asam urat dan kalium serta ion-ion
hidrogen. Pada tubulus distalis, transpor aktif natrium sistem carier yang juga
telibat dalam sekresi hidrogen dan ion-ion kalium tubular. Dalam hubungan ini,
tiap kali carier membawa natrium keluar dari cairan tubular, cariernya bisa
hidrogen atau ion kalium kedalam cairan tubular perjalanannya kembali jadi,
untuk setiap ion natrium yang diabsorpsi, hidrogen atau kalium harus disekresi
dan sebaliknya.
akibat
pergerakan
ginjal
secara
tiba-tiba
di
dalam
rongga
selanjutnya dapat menimbulkan trombosis arteri renalis beserta cabangcabangnya. Cedera ginjal dipermudah jika sebelumnya sudah ada kelainan pada
ginjal, antara lain hidronefrosis, kista ginjal, atau tumor ginjal.
Ada 3 penyebab utama dari trauma ginjal , yaitu
1.
Trauma tajam
2.
Trauma iatrogenik
3.
Trauma tumpul
Trauma tajam seperti tembakan dan tikaman pada abdomen bagian atas
atau pinggang merupakan 10 20 % penyebab trauma pada ginjal di Indonesia.
Trauma iatrogenik pada ginjal dapat disebabkan oleh tindakan operasi atau
radiologi intervensi, dimana di dalamnya termasuk retrograde pyelography,
percutaneous nephrostomy, dan percutaneous lithotripsy. Dengan semakin
meningkatnya popularitas dari teknik teknik di atas, insidens trauma iatrogenik
semakin meningkat , tetapi kemudian menurun setelah diperkenalkan ESWL.
Biopsi ginjal juga dapat menyebabkan trauma ginjal .
Trauma tumpul merupakan penyebab utama dari trauma ginjal. Dengan
lajunya pembangunan, penambahan ruas jalan dan jumlah kendaraan, kejadian
trauma akibat kecelakaan lalu lintas juga semakin meningkat. Trauma tumpul
ginjal dapat bersifat langsung maupun tidak langsung. Trauma langsung biasanya
disebabkan oleh kecelakaan lalu lintas, olah raga, kerja atau perkelahian. Trauma
ginjal biasanya menyertai trauma berat yang juga mengenai organ organ lain.
Trauma tidak langsung misalnya jatuh dari ketinggian yang menyebabkan
pergerakan ginjal secara tiba tiba di dalam rongga peritoneum. Kejadian ini dapat
menyebabkan avulsi pedikel ginjal atau robekan tunika intima arteri renalis yang
menimbulkan trombosis.
Ada beberapa faktor yang turut menyebebkan terjadinya trauma ginjal.
Ginjal yang relatif mobile dapat bergerak mengenai costae atau corpus vertebrae,
baik karena trauma langsung ataupun tidak langsung akibat deselerasi. Kedua,
trauma yang demikian dapat menyebabkan peningkatan tekanan subcortical dan
14
Jenis kerusakan
Kontusio ginjal.
Minor laserasi korteks dan medulla tanpa
Grade I
minor
dari
subcapsular
atau
Grade IV
Grade V
mungkin
terjadi
16
1. Trauma di daerah pinggang, punggung, dada sebelah bawah, dan perut bagian atas
dengan disertai nyeri atau didapatkan adanya jejas pada daerah itu.
2. Hematuria.
3. Fraktur costa sebelah bawah (T8-T12) atau fraktur prosesus spinosus vertebra.
4. Trauma tembus pada daerah abdomen atau pinggang.
5. Cedera deselerasi yang berat akibat jatuh dari ketinggian atau kecelakaan lalu
lintas.
Gambaran klinis yang ditunjukkan oleh pasien trauma ginjal sangat
bervariasi tergantung pada derajat trauma dan ada atau tidaknya trauma pada
organ lain yang menyertainya. Perlu ditanyakan mekanisme cedera untuk
memperkirakan luas kerusakan yang terjadi.
Pada trauma derajat ringan mungkin hanya didapatkan nyeri di daerah
pinggang, terlihat jejas berupa ekimosis, dan terdapat hematuria makroskopik
ataupun mikroskopik. Pada trauma mayor atau ruptur pedikel seringkali pasien
dating dalam keadaan syok berat dan terdapat hematom di daerah pinggang yang
makin lama makin membesar. Dalam keadaan ini mungkin pasien tidak sempat
menjalani pemeriksaan PIV karena usaha untuk memperbaiki hemodinamik
seringkali tidak membuahkan hasil akibat perdarahan yang keluar dari ginjal
cukup deras. Untuk itu perlu segera dilakukan eksplorasi laparotomi untuk
menghentikan perdarahan.
17
2.
Flank pain
Hematuria
Frequency
Dysuria
Renal tumor
Kontras yang digunakan :
Pasien tidak diberi minum mulai jam 22.00 malam sebelum pemriksaa untuk
mendapatkan keadaan dehidrasi ringan.
Pada bayi dan anak diberi minum yang mengandung karbonat untuk
mendistensikan lambung dengan gas.
trauma. Dengan IVP bisa dilihat fungsi kedua ginjal, adanya serya luasnya
ekstravasasi urin dan pada trauma tembus bisa mengetahui arah perjalanan peluru
pada ginjal. IVP sangat akurat dalam mengetahui ada tidaknya trauma
ginjal. Namun untuk staging trauma parenkim, IVP tidak spesifik dan tidak
sensitive. Pada pasien dengan hemodinamik stabil, apabila gambaran IVP
abnormal dibutuhkan pemeriksaa lanjutan dengan Computed Tomography (CT)
scan. Bagi pasien hemodinamik tak stabil, dengan adanya IVP abnormal
memerlukan tindakan eksplorasi.
One shot-Intraoperative Intraveous Pyelography Pasien yang tidak stabil
merupakan kriteria untuk tindakan operatif (kondisi tidak stabil sehingga tidak
dimukinkan dilakukan CT scan), pada pasien tersebut perlu dilakukan one shotIVP di ruang operasi. Tekniknya dengan melakukan injeksi kontras sebanyak 2
ml/KgBB dan diikuti dengan satu kali pengambilan plain foto tunggal 10 menit
setelah injeksi kontras. Pemeriksaan akan memberikan informasi untuk tindakan
laparotomi segera, dan data mengenai normal atau tidaknya fungsi ginjal
kontralateral.
20
Gambar
pada pasien hipotensi setelah mengalami kecelakaan lalu lintas, tampak nefrogram
yang menghilang pada ginjal kanan
USG6
Pencitraan ultrasound adalah teknik pencitraan yang menggunakan
gelombang suara ultra-high untuk menghasilkan gambaran tubuh secara crosssectional.
Setiap jaringan tubuh menghasilkan refleksi gelombang suara yang
berbeda-beda derajatnya dan dibagi dalam derajat ekogenitas yang berbeda.
Jaringan dengan ekogenitas tinggi merefleksikan lebih banyak gelombang suara
21
22
CT-Scan
CT adalah teknik pencitraan dimana gambaran cross-sectional didapatkan
menggunakan sinar-x. Teknik ini menggambarkan perbedaaan organ solid dengan
lainnya termasuk proses patologik seperti tumor atau penumpukan cairan. Ini juga
membuat CT sangat sensitif mendeteksi jumlah lemak, kalsium dan material
kontras.
Sama seperti radiografi polos, objek dengan densitas tinggi menghasilkan
pancaran sinar-x lemah karena itu terlihat lebih abu-abu terang dibandingkan
dengan objek dengan densitas rendah. Objek putih dan abu-abu terang dikatakan
sebagai attenuation tinggi, sedangkan objek hitam dan abu-abu gelap dikatakan
sebagai attenuation rendah.6
23
Keuntungan :
CT dapat digunakan untuk memeriksa semua area pada tubuh. CT
merupakan modalitas pilihan untuk pemeriksaan mediatinum dan paru bisa juga
untuk organ retroperitoneum, gangguan pada organ solid dan organ pelvik.
Pemeriksaan ini sangat bagus untuk mendeteksi kelainan tulang.6
Kekurangan :6
cedera
terhadap organ sekitar seperti lien, hepar, pankreas dan kolon (Geehan , 2003).
CT scan telah menggantikan pemakaian IVU dan arteriogram. Pada kondisi akut,
IVU menggantikan arteriografi karena secara akurat dapat memperlihatkan cedera
arteri baik arteri utama atau segmental. Saat ini telah diperkenalkan suatu helical
CT scanner yang mampu melakukan imaging dalam waktu 10 menit pada trauma
abdomen.4
24
Gambar 9. Trauma ginjal grade 4 dengan infark segmental. CT scan dengan media
kontras terisi pada abdomen atas yang menunjukkan area segmental dibanding
dengan daerah yang tidak terisi kontras pada bagian atas tengah ginjal kiri tanpa
disertai adanya laserasi pada ginjal.
25
Gambar 10. Pencitraan CT Scan pada cedera ginjal. A. Cedera ginjal kiri derajat I
berupa hematoma subkapsular; B. Derajat III terlihat laserasi ginjal kanan dan
hematoma yang meluas keluar kapsul; C. Ginjal hancur (shattered) terlihat
parenkim ginjal terbelah dengan perdarahan di sekitar ginjal
26
untuk
terlihatnya
suatu
ekstravasasi
urine.
Pada
pasien
dengan
haemodinamik yang tidak stabil atau pasien dengan trauma kategori II atau
lebih tinggi, CT abdomen dapat dikerjakan 2-3 hari kemudian untuk
mendeteksi adanya komplikasi lanjut, seperti urinoma,urinoma terinfeksi
atau perluasan haematoma, yang juga memerlukan suatu intervensi. Semua
imaging multifase ini pada sistem ginjal memberikan suatu penilaian yang
lengkap dan tepat terhadap trauma ginjal.
5. MRI6
MRI adalah teknik pencitraan yang menggunakan medan magnet dari
atom hidrogen untuk menghasilkan gambar. Jika gambaran CT ditentukan dari
densitas dan gambaran USG ditentukan dari ekogenitas, maka gambaran MRI
ditentukan oleh :
Densitas proton
Lingkungan kimia dari atom hidrogen (contohnya cairan bebas atau lemak)
Aliran (darah atau cairan ekstra seluler)
Kerentanan magnetik
Waktu relaksasi T1
Waktu relaksasi T2
Keuntungan :
perdarahan akut)
Detail tulang kurang bagus dibanding CT
27
28
DAFTAR PUSTAKA
1. Purnomo, Basuki. 2003. Dasar-Dasar Urologi Edisi 2. Sagung Seto. Jakarta
2. Rasad, Sjahrial. 2009. Radiologi Diagnostik edisi kedua. Balai Penerbit FKUI.
Jakarta.
3. Price, Sylvia A. 2003. Patofisiologi Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit Volume
2 Edisi 6. EGC. Jakarta.
4. www.medscape.com. Diakses pada tanggal 23 Agustus 2013.
5. Malueka, Rusdy Ghazali. 2006. Radiologi Diagnostik. Pustaka Cendekia Press.
Yogyakarta.
6. Imaging for students 2nd edition.David.A.Lisle.2011.london: arnoldpublisher.
29