STROKE HEMORAGIK
Diajukan untuk Melengkapi Tugas dan Memenuhi Syarat dalam Menjalani
KepaniteraanKlinik Senior pada Bagian Neurologi
Fakultas Kedokteran Universitas Syiah Kuala
Rumah Sakit Umum dr. Zainoel Abidin Banda Aceh
Disusunoleh :
ARFA BERRINA
(1407101030329)
Pembimbing :
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT karena atas berkat, rahmat
dan hidayah-Nya, tugas Presentasi kasus poli telah dapat diselesaikan. Selanjutnya
shalawat dan salam penulis hanturkan kepangkuan alam Nabi Muhammad SAW yang
telah membimbing umat manusia dari alam kegelapan ke alam yang penuh dengan
ilmu pengetahuan.
Adapun judul tugas ini adalah Stroke Hemoragik. Tugas ini diajukan
sebagai salah satu tugas dalam menjalani Kepaniteraan Klinik Senior pada
Bagian/SMF IlmuSaraf Fakultas Kedokteran Unsyiah/RSUD dr. Zainoel Abidin
Banda Aceh.
Penulis mengucapkan terima kasih kepada pembimbing yaitu dr. Ika Marlia,
M.Sc, Sp.S yang telah meluangkan waktunya untuk memberikan arahan dan
bimbingan dalam menyelesaikan tugas ini.
Dengan kerendahan hati, kami menyadari bahwa tugas ini masih jauh dari
kesempurnaan. Kami tetap terbuka terhadap kritik dan saran yang membangun
daridosen dan teman teman agar tercapai hasil yang lebih baik kelak.
Penulis
BAB I
PENDAHULUAN
Meningkatnya usia harapan hidup yang didorong oleh keberhasilan pembangunan
nasional dan modernisasi serta globalisasi di Indonesia akan cenderung meningkatkan resiko
terjadinya penyakit vascular (penyakit jantung koroner, stroke, dan penyakit arteri perifer).
Data di Indonesia menunjukkan kecenderungan peningkatan kasus stroke baik dalam hal
kematian, kejadian, maupun kecacatan. Angka kematian berdasarkan umur adalah sebesar
15,9% (umur 45-55 tahun), 26,8% (umur 55-64 tahun) dan 23.5% (umur >65 tahun).
Kejadian stroke (insiden) sebesar 51,6/100.000 penduduk dimana 1,6% tidak berubah dan
4,3% semakin memberat.2 Penderita laki-laki lebih banyak daripada perempuan, dan profil
usia produktif dan usia dibawah 45 tahun sebesar 11,8%, usia 45-64 tahun 54,2%, dan usia di
atas 65 tahun sebesar 33,5%.3 Stroke menyerang usia produktif dan usia lanjut, yang
berpotensi menimbulkan masalah baru dalam pembangunan kesehatan secara nasional di
kemudian hari.4
Di satu sisi, modernisasi meningkatkan risiko stroke karena perubahan pola hidup,
sedangkan di sisi lain meningkatkan usian harapan hidup juga akan meingkatkan risiko
terjadinya stroke karena bertambahnya jumlah penduduk usia lanjut.
Prinsip dasar diagnosis stroke telah diketahui dengan jelas. Namun, penulusuran factor
risiko belum menjadi pedoman standar dalam pencegahan stroke selanjutnya. Oleh karena
itu, penelusuran faktor risiko pada pasien rawat dengan stroke harus diperhatikan. Setiap
pasien stroke yang pulang dari perawatan perlu diinformasikan mengenai faktor risiko yang
dimiliki, sehingga dapat dilakukan pemeriksaan awal terhadap faktor risiko terhadap kerabat
dekat pasien.
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
I. DEFINISI
Stroke adalah gangguan atau disfungsi otak, yang terjadi secara mendadak, baik fokal
atau global, dikarenakan adanya suatu kelainan pembuluh darah otak dengan defisit
neurologis yang terjadi lebih dari 24 jam atau terjadi kematian. Bila disfungsi serebral
sembuh sempurna dalam waktu kurang dari 24 jam dinamakan TIA (Transient Ischemic
Attack)
II. ANATOMI PEMBULUH DARAH OTAK
Secara anatomis, pembuluh darah serebral terdiri dari dua sistem yaitu sistem karotis
dan sistem vertebrobasiler. Jatah darah ke otak 1/3 disalurkan melalui lintasan vaskuler
vertebrobasiler dan 2/3 melalui arteri karotis interna.
Pembagian daerah otak yang diperdarahi pembuluh darah serebral
Anterior circulation (sistem karotis)
Anterior choroidal
Hippocampus, globus pallidus, lower internal capsule
Anterior cerebral
Medial frontal dan parietal cortex cerebri and subjacent white
Middle cerebral
Thalamoperforate branches
Thalamogeniculate branches
Stroke yang disebabkan karena pembuluh darah ini memberikan tanda dan gejala disfungsi
hemisfer serebri seperti afasia, apraxia, atau agnosia. Selain itu dapat juga timbul hemiparese,
gangguan hemisensoris, dan gangguan lapang pandang.
Posterior circulation (sistem vertebrobasiler)
Stroke yang disebabkan karena pembuluh darah ini memberikan tanda dan gejala disfungsi
batang otak termasuk koma, drop attacks (jatuh tiba-tiba tanpa penurunan kesadaran),
vertigo, mual dan muntah, gangguan saraf otak, ataxia, defisit sistem sensorimotorik
kontralateral (hemiparese alternans). Selain itu dapat juga timbul hemiparese, gangguan
hemisensoris, dan gangguan lapang pandang tetapi tidak spesifik untuk stroke yang
disebabkan sistem vertebrobasiler.
kemudian melalui radix posterior ke kornu posterior, ditempat ini berganti neuran kemudian
menyilang linea mediana menjadi traktus spinothalamikus, kemudian ke atas ke thalamus.
Pada thalamus serabut saraf yang berasal dari badan bagian bawah berjalan lebih lateral
sedangkan badan bawah lebih medial, kemudian berganti neuron kembali dan berakhir di
gyrus sentralis posterior.
Sensibilitas dalam
Serabut saraf bejalan mulai dari reseptor ke ganglion spinale lalu ke radix posterior, di sini
serabut membagi dua menjadi funicullus gracilis ,untuk daerah sakralis, lumbalis dan
thorakalis bawah, dan funiculus cuneatus , untuk bagian thorakal atas dan sevikalis. Serabut
secara berurutan ini menuju nukleus goll dan nukleus burdach sebelumnya berganti neuron.
Kemudian bersilang membentuk lemniscuss medialis menuju ke thalamus berganti neuron
dan berakhir di di gyrus sentralis posterior,
peningkatan proses aterogenesis merupakan faktor predisposisi perdarahan dan infark otak.
Selain itu hipertensi menyebabkan gangguan kemampuan otoregulasi pembuluh darah otak
sehingga pada tekanan darah yang sama, aliran darah ke otak penderita hipertensi sudah
berkurang dibandingkan penderita normotensi. Jadi pada infark otak biasanya sekunder dari
aterosklerosis dan pada perdarahan otak biasanya akibat peninggian tekanan darah dan
mikro-aneurisma pada pembuluh darah otak ( aneurisma Charcot-Bouchard), sehingga dapat
dikatakan hubungan hipertensi dan perdarahan otak lebih erat dibandingkan infark otak.
Efek patologis yang disebabkan hipertensi adalah :
-
dimana kerusakan primer sering kali disebabkan karena hipertensi sistolik yang terjadi pada
usia tua. Perkembangan kelainan pembuluh darah karena hipertensi setelah fase akut,
meningkat karena proses waktu dan tekanan, kenaikan yang bersifat progresif dan lambat
tdak akan memberikan gejala. Sebagai contoh pada keadaan akut, perubahan yang terjadi
pada aliran darah dan morfologi dinding pembuluh darah binatang percobaan terjadi dalam
waktu 4 jam setelah meningginya tekanan darah. Perubahan morfologi pada sel endotelial
dan perubahan tunika intima menjadi tidak rata terjadi dalam waktu 1 bulan setelah
hipertensi, sebagai konsekwensinya permeabilitas dinding pembuluh darah meningkat yang
akan menyebabkan perlekatan pada substansialnya, diikutinya terjadinya akumulasi sel pada
sel otot polos yang menyebabkan tunika media jadi tipis, yang menyebabkan dinding
pembuluh darah jadi tipis juga.
Pada arteri yang lebih besar hipertensi menyebabkan bertambah besar ukuran dan
jumlah sel-sel otot polos pada tunika media dan tidak terjdi migrasi sel-sel pada tunika
intima.
Ross (1986) mengemukakan bahwa lesi proliferatif pada tunika intima dan otot-otot polos
sebagai respon dari injury aling sedikit melalui 2 jalan :
1.
2.
Kelainan spesifik yang disebabkan oleh naiknya tekanan darah kronik, menyebabkan
rusaknya pembuluh darah melalui tiga mekanisme yang saling berhubungan, yaitu pulsative
flow, endotelial denudation, replikasi dari sel otot polos.
Pada proses ini lebih sering terjadi pada hipertensi sistolik
Pulsatile flow
Andaikata tekanan darah naik akan menyebabkan meningginya semua komponen
tekanan sistolik, perubahan tekanan diastolik, meningginya mean arterial blood pressure,
sehingga semua keadaan ini akan menyebabkan tekanan pada jaringan kolagen dan elastin,
dinding pembuluh darah, akhirnya akan menyebabkan komplikasi medionekrosis,
atherosklerosis, aneurysma, perdarahan.
Endothelial denudation
Pada penelitian dari 1626 pasien diobati dengan antikoagulan yang lama, 30 orang
mengalami perdarahan intraserebral, dimana dua pertiganya meninggal.
Terdapat tiga gambaran karakteristik perdarahan intraserebral yang disebabkan oleh
pemberian antikoagulan :
1. Perdarahan terjadi secara bertahap beberapa jam sampai hari
2. Cerebellum dan cerebral sering terkena dibandinkan dengan perdarahan karena
hipertensi
3. Perdarahan ini memberikan angka kesakitan dan kematian yang tinggi ( 15 dari 24
pasien meninggal dan hanya pasien dengan perdarahan kecil kurang dari 30 cc bisa
bertahan hidup )
B. Kelainan jantung
Kelainan jantung dapat menyebabkan gangguan fungsi otak melalui 4 jalan:
1. Emboli yang berasal dari penyakit katup jantung, dinding jantung dan ruangan
jantung.
2. Gangguan curah jantung karena kelainan ritme yang hebat atau dekompensasi
menyebabkan penurunan perfusi otak.
3. Obat-obatan yang digunakan pada gangguan sirkulasi dapat menganggu fungsi otak.
4. Operasi jantung dapat menyebabkan kerusakan otak cepat atau lambat
Nomor 1 dan 4 lebih sering menyebabkan iskemia fokal, sedangkan 2 dan 3 lebih
sering menyebabkan gangguan yang bersifat difus.
Kelainan jantung yang merupakan faktor resiko stroke
Diabetes mellitus
Diabetes mellitus merupakan penyakit yang sering dijumpai bersama-sama penyakit
serebrovaskular, dan merupakan faktor resiko stroke meskipun kurang kuat dibandingkan
hipertensi. Sebagai faktor resiko stroke, diabetes melitus berperan melalui proses
aterosklerosis pembuluh darah otak. Proses aterosklerosis pembuluh darah otak pada diabetes
mellitus melalui kelainan lipid yang multiple. Pada diabetes mellitus terjadi :
1.
2.
3.
D. Hiperlipidemia
Abnormalitas serum lipid (trigliserida, kolesterol, LDL) merupakan faktor risiko
penyakit jantung koroner daripada penyakit serebrovaskuler. Ada penelitian yang
membuktikan bahwa pada populasi muda tidak terbukti adanya hubungan antara stroke
dan peningkatan kolesterol. Hal ini dijelaskan dengan kenyataan bahwa tidak semua
stroke berhubungan dengan atherosclerosis. Penelitian lain menemukan bahwa HDL
memiliki efek perlindungan terhadap stroke; adanya hubungan antara plak karotis atau
11
penebalan tunika intima dan fraksi lipoprotein serta penurunan signifikan terhadap risiko
stroke pada pasien yang diobeti dengan obat penurun kolesterol generasi terbaru yaitu
statin.
PENURUNAN KESADARAN PADA PENDERITA STROKE
Beberapa kemungkinan yang dapat menyebabkan penurunan kesadaran pada
penderita stroke ( Warlo, 1996 ), yaitu :
1. lesi primer pada struktur subkortikal (thalamus) atau ARAS ( ascending retikucular
activating system) dalam batang otak (perdarahan)
2. Lesi sekunder pada batang otak karena herniasi transtentorial
3. Ko-eksistensi gangguan metabolik hipoglikemi, gagal ginjal, gagal hati
4. Obat-obatan
Penurunan kesadaran pada perdarahan intrakranial biasanya terjadi sejak saat awitan
sedangkan pada infark otak pada hari ketiga sampai kelima dari awitan
V. PEMERIKSAAN FISIK PADA PENDERITA STROKE
1. Kesadaran
Penentuan status kesadaran pada pasien stroke sangat penting, penurunan kesadaran
pada penderita stroke terjadi karena Tekanan Tinggi Intrakranial yang sangat hebat sehingga
mampu menekan bagian ARAS yang merupakan pusat kesadaran. Penurunan kesadaran
menjadi tolok ukur pada penentuan jenis stroke dengan menggunakan skoring baik dengan
Sirijaj-Stroke-Score maupun Gajah mada Stroke Score.
2. Tensi (Tekanan darah)
Salah satu faktor resiko mayor dari Stroke adalah Hipertensi. Pembagian Grade
Hipertensi :
Stage
Stage I
Stage II
TDS
140 149 mmHg
> 160 mmHg
TDD
90 99 mmHg
> 100 mmHg
12
Pengukuran ini sangat penting, jumlah kontraksi jantung yang dihitung dibandingkan
dengan Nadi yang di ukur. Pulsus defisit terjadi jika Perbedaan heart rate dan nadi 20 x/mnt.
Pulsus derfisit dapat ditemukan pada artrial fibrilasi yang kemungkinan menjadi pencetus
stroke.
5.Pernafasan
6. Suhu
7. Turgor dan gizi
Berperan dalam menentukan keadaan fisik dari pasien apakah termasuk golongan
obesitas (faktor resiko minor), dan turgor apakah pada pasien tersebut terjadi dehidrasi atau
tidak .
VI. PATOFISIOLOGI DAN GEJALA KLINIS.
Stroke Perdarahan Intraserebral
Merupakan 10% dari seluruh kasus yang ada. Perdarahan intraserebri ditandai oleh
adaya perdarahan ke dalam parenkim otak akibat pecahnya arteri penetrans yang merupakan
cabang dari pembuluh darah superficial dan berjalan tegak lurus menuju parenkim otak yang
di bagian distalnya berupa anyaman kapiler. Atherosklerosis yang terjadi dengan
meningkatnya usia dan adanya hipertensi kronik, maka sepanjang arteri penetrans ini terjadi
aneurisma kecil kecil (mikroaneurisma) dengan diameter sekitar 1 mm disebut aneurismas
Charcot-Bouchard. Pada suatu saat aneurisma ini dapat pecah oleh tekanan darah yang
meningkat sehingga terjadilan perdarahan ke dalam parenkim otak. Darah ini mendorong
struktur otak dan merembes ke sekitarnya bahkan dapat masuk ke dalam ventrikel atau ke
ruangan subaraknoid yang akan bercampur dengan cairan serebrospinal dan merangsang
meningens.
Onset perdarahan intraserebri sangat mendadak, seringkali terjadi saat beraktivitas
dan disertai nyeri kepala berat, muntah dan penurunan kesadaran, kadang-kadang juga
disertai kejang. Distribusi umur biasanya pada usia pertengahan sampai tua dan lebih sering
dijumpai pada laki-laki. Hipertensi memegang peranan penting sebagai penyebab lemahnya
dinding pembuluh darah dan pembentukan mikroaneurisma. Pada pasien nonhipertensi usia
lanjut, penyebab utama terjadinya perdarahan intraserebri adalah amiloid angiopathy.
Penyebab lainnya dapat berupa aneurisma, AVM, angiopati kavernosa, diskrasia darah, terapi
antikoagulan, kokain, amfetamin, alkohol dan tumor otak. Dari hasil anamnesa tidak
dijumpai adanya riwayat TIA.
13
Lokasi perdarahan umumnya terletak pada daerah ganglia basalis, pons, serebelum
dan thalamus. Perdarahan pada ganglia basalis sering meluas hingga mengenai kapsula
interna dan kadang-kadang rupture ke dalam ventrikel lateral lalu menyebar melalui system
ventrikuler ke dalam rongga subarachnoid. Adanya Perluasan intraventrikuler sering
berakibat fatal. Perdarahan pada lobus hemisfer serebri atau serebelum biasanya terbatas
dalam parenkim otak.
Apabila pasien dengan perdarahan intraserebri dapat bertahan hidup, adanya darah
dan jaringan nekrotik otak akan dibersihkan oleh fagosit. Jaringan otak yang telah rusak
sebagian digantikan pleh jaringan ikat, lia dan pembuluh darah baru, yang meninggalkan
rongga kecil yang terisi cairan.
neurologik fokal. Perdarahan ulang kadang-kadang terjadi dalam beberapa mingu setelah
kejadian pertama. Angka kematian cukup tinggi 30-70% dan tergantung beratnya penyakit
pada saat pertama kali muncul.
Onset
Jenis Kelamin
Etiologi
Lokasi
Gambaran klinik
Pemeriksaan Penunjang
Perdarahan Intraserebri
Usia pertengahan - usia tua
>>
Hipertensi
Ganglia basalis, pons,
thalamus, serebelum
Penurunan kesadaran, nyeri
kepala, muntah
Defisit neurologis (+)
-
Perdarahan Subarachnoid
Usia muda
>>
Ruptur aneurisma
Rongga subarachnoid
15
Pemeriksaan ini merupakan pemeriksaan baku emas untuk membedakan stroke infark
dengan stroke perdarahan.
Pada stroke karena infark, gambaran CT scannya secara umum adalah didapatkan
gambaran hipodense sedangkan pada stroke perdarahan menunjukkan gambaran
hiperdens.
16
2. Pemeriksaan MRI
Pemeriksaan ini sangat baik untuk menentukan adanya lesi di batang otak (sangat
sensitif).
3. Pemeriksaan Angiografi.
Pemeriksaan ini digunakan untuk menentukan apakah lokasi pada sistem karotis atau
vertebrobasiler, menentukan ada tidaknya penyempitan, oklusi atau aneurisma pada
pembuluh darah.
4. Pemeriksan USG
Pemeriksaan ini untuk menilai pembuluh darah intra dan ekstra kranial , menentukan ada
tidaknya stenosis arteri karotis.
17
Cara penghitungan :
SSS = (2,5 x kesadaran)+(2 x muntah)+(2 x nyeri kepala)+(0,1 x tekanan diastolik)-(3 x
atheroma) 12
Nilai SSS
Diagnosa
>1
Perdarahan otak
< -1
Infark otak
18
Penurunan Kesadaran
Nyeri Kepala
Refleks Babinski
VIII. PENATALAKSANAAN
1. Pedoman Pada Stroke Perdarahan Intraserebral (PIS)
Bila sistole >220 mmHg dan diastole >120 mmHg, tekanan darah harus diturunkan
sedini dana secepat mungkin untuk membatasi pembentukan edema vasogenik. Penurunan
tekanan darah dapat menurunkan resiko perdarahn yang terus menerus atau berulang. Anti
hipertensi diberikan bila sistole >180 mmHg atau diastole >100 mmHg.
Bila sistole >230 mmHg atau diastole >140 mmHg, dapat diberikan nikardipin,
diltiazem, atau nimodipin.
Bila sistole 180 230 mmHg atau diastole 105 140 mmHg atau MAP 130 mmHg :
Nikardipin, atau ;
Diltiazem atau ;
Nimodipin
Pada fase akut tekanan darah tidak boleh diturunkan lebih dari 20 25 % dari tekanan
MAP. Bila tekanan sistolik < 180 mmHg dan diastole <105 mmHg, pemberian obat
ditangguhkan. Tekanan perfusi dipertahankan >70 mmHg. Pada penderita dengan riwayat
19
hipertensi, penurunan tekanan darah MAP harus dipertahankan 130 mmHg. Bila sistole turun
<90 mmHg, harus diberikan vasopresor untuk menaikkan tekanan darah.
2. Pedoman Pada Stroke Perdarahan Subarachnoid
Terapi Medikamentosa
Tirah baring total dengan posisi kepala ditinggikan 15-200 paling sedikit 3 minggu
Fisioterapi pasif beberapa kali sehari, Fisioterapi aktif tidak dilakukan dalam 3
minggu pertama.
Nyeri kepala hebat narkotika. Misalnya Demetol 100-150 mg im tiap 4 jam. Dapat
digunakan kodein 30-60 mg po tiap 2-3 jam bila perlu, atau meperidine.
Pemakaian obat yang mempengaruhi fungsi platelet sebaiknya dihindari karena dapat
memperpanjang perdarahan.
Penurunan tekanan darah dianjurkan pada fase akut , dikontrol agar tidak terjadi
hipotensi. Pada pasien normotensif atau hipertensi ringan (MABP < 120) tidak perlu
diberi terapi, cukup dengan pemberian obat sedatif.
Pasien yang membutuhkan terapi adalah pasien dengan MABP > 120 atau tekanan
sistolik > 180 mmHg dan MABP dipertahankan antara 100-120
Untuk kelainan jantung akibat PSA dapat diberikan B-bloker seperti Propanolol yang
dilaporkan dapat menurunkan efek samping ke jantung.
Untuk perdarahan saluran cerna dapat dilakukan lavage lambung dengan NaCl,
tranfusi, pemberian cairan yang adekuat, dan antasida.
Bila kejang dapat diberikan anti konvulsan : Phenytoin 10-15 mg/kg IV (loading
dose), kemudian diturunkan menjadi 100 mg/8 jam atau Phenobarbital 30-60 mg tiap
6-8 jam.
20
Terapi Pembedahan
Dilakukan dalam keadaan darurat untuk penanganan tekanan tinggi intra kranial,
mengeluarkan hematoma dan penanganan hidrosefalus akut, juga untuk mencegah
perdarahan ulang dan meminimalkan terjadinya vasospasme.
AVM Tindakan pembedahan berupa en block resection atau obliterasi dengan cara
ligasi pembuluh darah atau embolisasi melalui kateter intra arterial lokal. Kala resiko
perdarahan sekunder lebih kecil pada AVM dibandingkan aneurisma, maka tindakan
pembedahan dilakukan secara elektif setelah episode perdarahan.
Serat larut yang banyak terdapat dalam biji-bijian seperti beras merah, jagung dan
gandum.
Obat akan menurunkan kadar kolesterol total dan LDL, menurunkan tekanan darah
dan menekan nafsu makan bila dimakan di pagi hari (memperlambat pengosongan
usus)
Kacang kedele beserta produk olahannya dapat menurunkan lipid serum, menurunkan
kolesterol total, kolesterol LDL dan trigliserida.
21
Makanan/zat yang membantu memecah homosistein seperti asam folat vitamin B6,
B12 dan riboflavin
Makanan yang kaya vitamin C, E dan beta karoten buahan dan biji-bijian adalah
sebagai sumber antioksidan
Minimalkan makanan tinggi lemak jenuh dan mengurangi asupan trans fatty acids
seperti kue-kue, krakers, makan yang digoreng dan mentega.
Hindari makan dengan densitas kalori rendah dan kualitas nutrisi rendah
Utamakan makanan yang mengandung polisakarida (nasi, roti, pasta, sereal dan
kentang)
Menghentikan Rokok
22
Melakukan aktivitas fisik aerobik (jalan cepat, bersepeda, berenang dll) secara teratur
minimum 3 kali seminggu akan dapat menurunkan tekanan darah, memperbaiki
kebiasaan makan dan menurunkan berat badan.
Efek biologis: penurunan aktivitas platelet, reduksi fibrinogen plasma dan menaiknya
aktivitas tissue plasminogen activator dan konsentrasi HDL.
Mengendalikan stress dengan cara berfikir positif sesuai dengan jiwa sehat menurut
WHO, menyelesaikan pekerjaan satu demi satu, bersikap ramah dan mendekatkan diri
pada Tuhan YME.
b) Clopidogrel
c) Ticlopidin
23
d) Aspirin + Dipiridamol
Dosis dan cara pemberian: aspirin 25mg + Dipiridamol SR 200mg 2 kali sehari
e) Cilostazol
Mekanisme kerja: anti platelet, meningkatkan siklik AMP dengan cara menghambat
aktivitas fosfodiesterase III
Efek samping: palpitasi, infak miokad, unstable angina, sakit kepala, mual, gangguan
fungsi hati, rash.
2. Anti Koagulan
Tujuan: pencegahan sekunder stroke dengan factor risiko fibrilasi atrium
Warfarin
Dikumarol
3. Lain-lain:
Statin
Ace inhibitor.
XI. PROGNOSIS
I. Prognosa Jangka Pendek
Sekitar 30-60% penderita stroke meninggal dalam 3-4 minggu pertama setelah onset
(Marquadsen 1976). Herman dkk (1982) melaporkan dalam 3 minggu pertama kematian
penderita stroke sebanyak 30%. Angka kematian penderita stroke berbeda-beda pada
beberapa jenis stroke. Angka kematian tertinggi dijumpai pada PIS sekitar 60-90%
meskipun dilakukan operasi kemungkinan hidup tidak lebih dari 50% (Marquadsen
1976). Sedangkan emboli otak 60% dan trombosis otak 30% (Marshall 1975).
Herman dkk (1982) melaporkan kemungkinan hidup dalam 1 minggu penderita PIS
sebanyak 28%, penderita PSA 46% dan penderita infark otak (trombosis otak) 80%.
II. Prognosa Jangka Panjang
24
Dipenganruhi oleh :
1. Umur
Kematian penderita stroke dalam 1 tahun setalah onset umur 70-79 tahun dua kali
lebih tinggi dibandingkan penderita yang 20 tahun lebih muda (Marquadsen 1976)
2. Hipertensi
Prognosa akan bertambah buruk bila tekanan sistolik tinggi, tapi bila tekanan darah
terkontrol dengan baik, prognosa akan lebih baik. Kematian jangka panjang penderita
stroke yang disertai tekanan diastolik > 110 mmHg secara bermakna lebih tinggi
daripada tekanan diastolik yang lebih rendah.
3. Penyakit jantung
Adanya kelainan EKG dalam bentuk apapun akan menurunkan kemungkinan hidup
penderita dalam 3 tahun setelah onset stroke. Kebanyakan penderita penyakit jantung
berat akan meninggal dalam waktu 1 tahun setalah onset.
Psikososial
Stroke mempengaruhi kualitas hidup penderita baik dari sisi fisikal ataupun psikososial.
Depresi adalah hal yang sering mengikuti stroke, yang berhubungan dengan kognitif,
komunikasi dan gangguan neurologi dan fungsional.
BAB III
LAPORAN KASUS
3.1. IdentitasPasien
Nama
: Ny. CR
Umur
: 83 Tahun
Pekerjaan
Agama
: Islam
Status Perkawinan
: Menikah
Alamat
Nomor CM
: 0-89-37-08
Tanggal Pemeriksaan
: 21 Oktober 2016
3.2. Anamnesis
3.2.1 Keluhan Utama
25
Penurunan kesadaran
3.2.2 Riwayat Penyakit Sekarang
Pasien rujukan rumah sakit Cut nyak din Meulaboh dengan keluhan penurunan
kesadaran 4 hari SMRS. Awalnya pasien datang ke rumah sakit dengan keluhan mulut
sukar membuka dan berbicara. Keluhan ini muncul secara tiba-tiba setelah pasien mandi.
Keluhan disertai dengan muntah berulang, muntah berisikan makanan yang dimakan. Pasien
juga mengeluhkan lemas disertai sulit untuk menggerakkan anggota gerak sebelah kanan.
Riwayat penurunan kesadaran disangkal, namun pasien kurang respon terhadap perintah.
Riwayat kejang tidak ada. Pasien dibawa ke rumah sakit dan dirawat inap selama 4 hari
kemudian pasien dirujuk ke RSUDZA dikarenakan kondisi pasien tidak membaik selama
rawatan. Pasien memiliki riwayat hipertensi selama 20 tahun dengan riwayat tekanan darah
tertinggi 225 mmhg, pengobatan menggunakan amlodipin dan captopril, namun sudah 3
tahun terakhir pasien tidak teratur mengkonsumsi obat. Riwayat diabetes mellitus tidak ada.
Riwayat stroke selama 20 tahun, pasien pernah dirawat pada tahun 2014 dengan keluhan
yang sama.
3.2.3 Riwayat Penyakit Dahulu
Hipertensi (+), Stroke (+) sejak 20 tahun yang lalu.
: Sakit sedang
: E4M5Vx
: 170/100 mmHg
: 97 x/menit
: 35,7oC
: 16 x/menit
: 65 kg
: 165 cm
26
: Kuning langsat
: Cepat kembali
: Tidak ada
: Tidak ada
: Tidak ada
Pemeriksaan Kepala
Rambut
Wajah
Mata
sekret (-/-), RCL (+/+), RCTL (+/+), Pupil bulat isokor, 3 mm/3 mm
Telinga
: Serumen (-/-)
Hidung
: Sekret (-/-)
Mulut
o Bibir
: tidak simetris
o Lidah
: Sulit dinilai
o Tonsil
: Sulit dinilai
o Faring
: Sulit dinilai
Pemeriksaan Leher
Inspeksi
Palpasi
Pemeriksaan Thorax
Inspeksi
o Statis : Simetris, bentuk normochest
o Dinamis
: Pernafasan thorakoabdominal, retraksi suprasternal (-),
retraksi intercostal (-), retraksi epigastrium (-)
Paru
Inspeksi
Palpasi
Perkusi
Kanan
Fremitus N
Sonor
Kiri
Fremitus N
Sonor
Auskultasi
Vesikuler Normal
Vesikuler Normal
Jantung
Auskultasi
Abdomen
Inspeksi
27
Palpasi
Hepar
: Tidak teraba
Lien
: Tidak teraba
Ginjal
: Ballotement (-)
Perkusi
Auskultasi
Tulang Belakang
Bentuk
: Simetris
Nyeri tekan
: Tidak ada
Kelenjar Limfe
Pembesaran KGB: Tidak ada
Ekstremitas
Superior
Kanan
Sianosis Oedema Fraktur -
Inferior
Kanan
-
Kiri
-
Kiri
-
: E4 M5 Vx
Pupil
Reflek Cahaya
Kanan
Kiri
Nervus II (visual)
-
Visus
sulit dinilai
sulit dinilai
Lapangan pandang
sulit dinali
sulit dinilai
Melihat warna
sulit dinilai
sulit dinilai
Ukuran
3 mm
Bentuk Pupil
bulat
bulat
Reflek cahaya
positif
positif
Nistagmus
negatif
negatif
Strabismus
negatif
negatif
28
3 mm
Lateral
sulit dinilai
sulit dinilai
Atas
sulit dinilai
sulit dinilai
Bawah
sulit dinilai
sulit dinilai
Medial
sulit dinilai
sulit dinilai
Diplopia
sulit dinilai
sulit dinilai
Kelompok Motorik
Nervus V (fungsi motorik)
-
Membuka Mulut
: Tidak bisa
: Sulit dinilai
Mengerutkan dahi
: Sulit dinilai
Menutup Mata
: Sulit dinilai
Menggembungkan pipi
: Sulit dinilai
Memperlihatkan gigi
: Sulit dinilai
Sudut bibir
: Sulit dinilai
Bicara
: Sulir dinilai
Reflek menelan
: Sulit dinilai
Mengangkat bahu
Memutar kepala
: Sulit dinilai
: Sulit dinilai
Artikulasi lingualis
: Sulit dinilai
Menjulurkan lidah
: Sulit dinilai
Kelompok Sensoris
Nervus I (penciuman)
: Sulit dinilai
: Sulit dinilai
: Sulit dinilai
: Sulit dinilai
Badan
Motorik
-
Gerakan Respirasi
: Thorakoabdomial
29
: Kesan simetris
Sensibilitas
-
Rasa Suhu
: Sulit dinilai
Rasa nyeri
: Sulit dinilai
Rasa Raba
: Sulit dinilai
1111/3333
Refleks
Kanan
Kiri
Bisceps
+++
++
Trisceps
+++
++
1111/3333
Refleks
Kanan
Kiri
Patella
Achilles
Babinski
negatif
negatif
Chaddok
negatif
negatif
Gordon
negatif
negatif
Oppenheim
negatif
negatif
Kaku Kuduk
negatif
negatif
Kuduk Kaku
negatif
negatif
Sensibilitas
-
Rasa suhu
Rasa nyeri
: Sulit dinilai
Rasa raba
: Sulit dinilai
Hasil
11,6
36
4,3
11,5
257
146
30
Nilai Rujukan
12,0- 15,0 g/dl
37- 47 %
4,2- 5,4 106/mm3
4,5- 10,5 103/mm3
15-450 103/mm3
131-146 mmol/L
Kalium
Clorida
Glukosa Darah Sewaktu
Ureum
Kreatinin
3,3
102
112
81
0,90
3,7-5,4 mmol/L
98-106 mmol/L
< 200
13-43 mg/Dl
0,51-0,95 mg/Dl
Kesan
31
3.6.4 EKG
: - Penurunan kesadaran
- Hemiparese dextra
- Hipertensi
Diagnosis Topis
: Cerebellum dextra
Diagnosis Etiologi
: Stroke hemoragik
Diagnosis Patologi
: Perdarahan
Diagnosis Sekunder
: Hipertensi
3.8. Penatalaksanaan
1.
2.
32
3.
4.
5.
Terapi Kardiologi
1. Micardis 1 x 80 mg
2. Adalat oros 1 x 30 mg
3. V- Block 1 x 6,25 mg
3.9. Prognosis
Quo ad vitam
: Dubia Ad Malam
Quo ad functionam
: Dubia Ad Malam
Daftar Masalah
Penurunan kesadaran
Kelemahan anggota gerak kanan
Mulut sukar membuka dan bicara pelo
Muntah
Riwayat hipertensi 20 tahun
33
BAB IV
PEMBAHASAN
1.
a.
Diagnosis
Anamnesis
Telah dilakukan
diagnosa klinis Stroke hemoragik. Pada pasien ini, diagnosa ditegakkan dari anamnesis,
pemeriksaan fisik dan pemeriksaan penunjang. Pasien merupakan rujukan dari rumah sakit
Cut nyak din Meulaboh dengan keluhan penurunan kesadaran 4 hari SMRS. Awalnya
pasien datang ke rumah sakit dengan keluhan mulut sukar membuka dan berbicara. Keluhan
ini muncul secara tiba-tiba setelah pasien mandi. Keluhan disertai dengan muntah berulang,
muntah berisikan makanan yang dimakan. Pasien juga mengeluhkan lemas disertai sulit
untuk menggerakkan anggota gerak sebelah kanan. Riwayat penurunan kesadaran
disangkal, namun pasien kurang respon terhadap perintah. Riwayat kejang tidak ada. Pasien
dibawa ke rumah sakit dan dirawat inap selama 4 hari kemudian pasien dirujuk ke
RSUDZA dikarenakan kondisi pasien tidak membaik selama rawatan. Pasien memiliki
riwayat hipertensi selama 20 tahun dengan riwayat tekanan darah tertinggi 225 mmhg,
pengobatan menggunakan amlodipin dan captopril, namun sudah 3 tahun terakhir pasien
tidak teratur mengkonsumsi obat. Riwayat diabetes mellitus tidak ada. Riwayat stroke
selama 20 tahun, pasien pernah dirawat pada tahun 2014 dengan keluhan yang sama.
Berdasarkan anamnesis di atas, gejala klinis yang terdapat pada pasien ini yang
mengarah ke stroke hemoragik adalah sebagai berikut:
-
b.
34
c.
Pemeriksaan penunjang
- Laboratorium (13 Oktober 2016)
Jenis pemeriksaan
Hemoglobin
Hematokrit
Eritrosit
Leukosit
Trombosit
Natrium
Kalium
Clorida
Glukosa Darah Sewaktu
Ureum
Kreatinin
-
Hasil
Nilai Rujukan
12,0- 15,0 g/dl
37- 47 %
4,2- 5,4 106/mm3
4,5- 10,5 103/mm3
15-450 103/mm3
131-146 mmol/L
3,7-5,4 mmol/L
98-106 mmol/L
< 200
13-43 mg/Dl
0,51-0,95 mg/Dl
11,6
36
4,3
11,5
257
146
3,3
102
112
81
0,90
ventrikel lateralis kanan dan kiri serta di ventrikel 4. Sistem ventrikel tampak
melebar. Sulcus dan girus tampak merenggang. Tidak tampak deviasi midline,
tidak tampak ada klasifikasi abnormal, tidak tampak adanya fraktur. Kesimpulan
ICH di cerebellum dextra, IVH dengan brain atropi.
pada sistem saraf pusat. Stroke merupakan defisit neurologi akibat gangguan vaskular, baik
berupa perdarahan ( stroke hemoragik ) ataupun sumbatan ( stroke iskemik ).
1. Penurunan kesadaran dan muntah
Penurunan kesadaran terjadi akibat adanya gangguan pada pusat kesadaran di otak,
yaitu ARAS ( Ascending Reticulo Activating System ) dan Korteks Serebri. Gangguan
biasanya
diakibatkan
karena
ketidakcukupan
darah
mensuplai
oksigen
sehingga
menyebabkan hipoksia jaringan otak yang biasa terjadi pada stroke iskemik, ataupun
peningkatan tekanan intrakranial akibat adanya massa ( SOL intrakranial ) atau perdarahan
( stroke hemoragik ).
35
Pusat kesadaran manusia secara anatomi terletak pada serabut transversal retikularis
dari batang otak sampai thalamus dan dilanjutkan dengan formasio activator reticularis, yang
menghubungkan thalamus dengan korteks cerebri. Formasio reticularis terletak di substansi
grisea otak dari daerah medulla oblongata sampai midbrain dan thalamus. Neuron formasio
reticularis menunjukkan hubungan yang menyebar.Perangsangan formasio reticularis
midbrain membangkitkan gelombang beta, individu menjadi dalam keadaan bangun dan
terjaga.Lesi pada formasio reticularis midbrain mengakibatkan orang dalam stadium koma,
dengan
gambaran
EEG
gelombang
delta.Jadi
formasio
reticularis
midbrain
merangsang ARAS (Ascending Reticular Activating System), suatu proyeksi serabut difus
yang menuju bagian area di forebrain.Nuklei reticular thalamus juga masuk dalam ARAS,
yang juga mengirimkan serabut difus ke semua area di korteks cerebri. Formasio reticularis
secara difus menerima dan menyebarkan rangsang, menerima input dari korteks cerebri,
ganglia basalis, hipothalamus, sistem limbik, cerebellum, medula spinalis dan semua sistem
sensorik. Sedangkan serabut efferens formasio retikularis yaitu ke medula spinalis,
cerebellum, hipothalamus, sistem limbik dan thalamus yang lalu akan berproyeksi ke korteks
cerebri dan ganglia basalis. ARAS juga mempunyai proyeksi non spesifik dengan
depolarisasi global di korteks, sebagai kebalikan dari proyeksi sensasi spesifik dari thalamus
yang mempunyai efek eksitasi korteks secara khusus untuk tempat tertentu.Eksitasi ARAS
umum memfasilitasi respon kortikal spesifik ke sinyal sensori spesifik dari thalamus. Dalam
keadaan normal, sewaktu perjalanan ke korteks, sinyal sensorik dari serabut sensori aferens
menstimulasi ARAS melalui cabang-cabang kolateral akson. Jika sistem aferens terangsang
seluruhnya, proyeksi ARAS memicu aktivasi kortikal umum dan terjaga.
36
sekunder dari perdarahan baik yang spontan atau traumatik.Biasanya pada stroke hemoragik
secara cepat menyebabkan kerusakan fungsi otak dan kehilangan kesadaran, hal ini terjadi
karena adanya peningkatan tekanan intrakranial.Berdasarkan data anamnesis yang kita
dapatkan dari pasien ini, terdapat tanda-tanda tekanan intrakranial yang meningkat yaitu
adanya riwayat muntah. Dari hasil CT-Scan kepala di temukan gambaran perdarahan
intraserebral sehingga akan mengakibatkan tekanan intrakranial tinggi. Pada lesi
supratentorial ini terjadi penekanan ke mesensefalon, pons dan medulla.Oleh karena jaras
formasi retikuler yang mengatur kesadaran berada pada tingkat ini, kompresi pada struktur
tersebut dapat menyebabkan penurunan kesadaran.
38
2.
temporal, an lobus occipital. Lobus frontalis terletak di depan sulcus sentralis dan diatas
sulcus lateralis. Lobus parietalis terletak di belakang sulcus centralis dan di atas sulcus
lateralis.Lobus occipitalis terletak dibawah sulcus parieto-occipitalis. Dibawa sulcus lateralis
terletak lobus temporalis.
Daerah di bagian belakang lobus frontalis tepat di depan sulcus sentralis dan di sebelah
korteks somatosensorik adalah korteks motorik primer. Bagian ini melaksanakan kontrol
volunter atas gerakan yang di hasilkan oleh otot rangka.Seperti pada pemrosesan sensorik,
korteks korteks motorik di masing-masing belahan otak terutama mengontrol otot di bagian
tubuh yang bersebrangan (kontralateral).Jaras-jaras saraf yang berasal dari korteks motorik
hemisfer kiri menyebrang sebelum turun menyusuri medulla spinalis untuk berakhir di
neuron motorik eferen yang memicu kontraksi otot rangka di sisi kanan tubuh.Karena itu,
kerusakan korteks motorik di sisi kiri otak menyebabkan paralisis sisi kanan tubuh, dan
demikian sebaliknya.
(2)
terletak di lobus frontalis maka akan menyebabkan kelemahan atau paralisis pada bagian
tubuh yang bersebrangan dengan lesi
39
serebro
vaskuler
sehingga
dapal
memperbaiki
gangguan
formatio
relicularis
ascendens
yang
berhubungan
dengan
Hindari posisi tidur terlentang sebab posisi tidur terlentang akan membuat otot-otot
postur tidak bekerja dan berdampak semakin cepatnya terjadi penurunan kekuatan otot.
b.
40
posisi miring ke kiri maka posisikan lengan kiri pasien dalam keadaan lurus dan geser
tulang belikat agak kedepan. Posisi kaki kiri lurus dan kaki kanan ditekuk dengan
sanggahan bantal. Usahakan kepala sejajar dengan tulang belakang. Berikan perubahan
posisi setiap 1 jam.
Berikan beberapa bentuk latihan berikut ini :
a.
Gerakkan semua sendi pada lengan dan tungkai secara perlahan yaitu lurus dan
menekuk sebanyak 5-7 kali, gerakan yang diberikan secara perlahan agar pasien dapat
b.
berikan
pegangan
pada
tangan
pasien
Anjurkan untuk melakukan gerakan disekitar pinggang dan pinggul , gerakan yang
diharapkan
c.
adalah
gerakan
rotasi
(beputar)
foreward
dan
backward
dan
d.
3.
41
42
BAB III
KESIMPULAN
Stroke adalah gangguan atau disfungsi otak, yang terjadi secara mendadak, baik fokal
atau global, dikarenakan adanya suatu kelainan pembuluh darah otak dengan defisit
neurologis yang terjadi lebih dari 24 jam atau lebih dan dapat menyebabkan kematian tanpa
adanya penyebab lain yang jelas selain vaskular.
Stroke biasanya tidak berdiri sendiri, sehingga bila ada kelainan fisiologis yang
menyertai harus diobati misalnya pada pasein stroke dengan gagal jantung, irama jantung
yang tidak teratur, tekanan darah tinggi dan infeksi paru paru. Penegakan diagnosis stroke
haruslah cepat dan tepat, diagnosis stroke dapat dilakukan dengan anamnesis, pemeriksaan
fisik dan pemeriksaan penunjang seperti pengunaan CT-Scan untuk membedakan tipe
hemoragik maupun penyumbatan
43
DAFTAR PUSTAKA
1. Price SA. Patofisiologi : Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit Edisi 6 Jakarta: EGC; 2006.
2. Sherwood L. Fisiologi Manusia dari Sel ke Sistem Jakarta: EGC; 2011.
3. Rincon F, Mayer S. Intracerebral Hemorrhage: Clinical Overview Patophisiology Concept.
Translational Stroke Research. 2012.
4. Snell RS. Anatomi Klinik untuk Mahasiswa Kedokteran Jakarta: EGC; 2006.
5. Liebeskind D. Intracranial Hemorrhage. E Medicine. 2013.
6. Japardi F. Stroke Hemoragik dan Outcome Klinis Jakarta: Universitas Indonesia ; 2002.
7. Masjoer A. Kapita Selekta Kedokteran. Edisi Kedua ed. Jakarta: Media Aeusculapius;
2000.
8. Katzung BG. Farmakologi Dasar dan Klinik Jakarta: EGC; 2012.
9. Warlow C, Dennis M, Gijn J, Hankey G, Sandercock PMJ. Stroke in Practical Guide
London: Blackwell Science; 2008.
44