CONTUSIO SEREBRI
Diajukan untuk Melengkapi Tugas dan Memenuhi Syarat dalam Menjalani
Kepaniteraan Klinik Senior pada Bagian Neurologi
Fakultas Kedokteran Universitas Syiah Kuala
Rumah Sakit Umum dr. Zainoel Abidin Banda Aceh
Disusun oleh:
DINDA NABIELA
(1407101030104)
Pembimbing :
Dr. Suherman Sp.S
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis sampaikan kepada Allah SWT atas limpahan berkah dan
rahmat-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan laporan kasus yang berjudul
contusio serebri at regio temporal. Shalawat dan salam juga penulis sampaikan
kepada Rasulullah Muhammad SAW yang telah membawa perubahan besar dalam
kehidupan manusia dari zaman yang penuh dengan kebodohan menuju zaman yang
penuh dengan ilmu pengetahuan.
Laporan kasus ini ditulis untuk melengkapi tugas-tugas penulis dalam
menjalankan kepaniteraan klinik di SMF/Bagian Ilmu Neurologi Fakultas Kedokteran
Universitas Syiah Kuala-Rumah Sakit Umum Daerah dr. Zainoel Abidin, Banda Aceh.
Dalam penyusunan laporan kasus ini penulis telah banyak mendapatkan
bimbingan dari dr. Suherman, Sp. S. selaku pembimbing penulisan laporan kasus.
Penulis juga berharap penyusunan laporan kasus ini dapat bermanfaat bagi
penulis sendiri dan juga bagi para pembaca. Dengan disusunnya laporan kasus ini
diharapkan dapat menjadi bahan belajar untuk pengembangan ilmu.
Penulis menyadari sepenuhnya laporan kasus ini masih sangat banyak
kekurangan maka untuk itu penulis harapkan kepada semua pihak agar dapat
memberikan kritik dan saran agar laporan kasus ini dapat menjadi lebih baik di
kemudian hari.
Semoga Allah Yang Maha Kuasa dan Maha Pengasih memberkati dan
melimpahkan rahmat serta karunia-Nya kepada kita semua.
Banda Aceh, Oktober 2016
Penulis
DAFTAR ISI
Halaman
Kata Pengantar....................................................................................................................... ii
Daftar isi.................................................................................................................................
iii
BAB I PENDAHULUAN.....................................................................................................1
Diagnosis........................................................................................ 8
2.1.7
Penatalaksanaan.............................................................................. 11
13
13
14
14
16
19
20
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Tengkorak sebagai pelindung jaringan otak mempunyai daya elastisitas
untuk mengatasi trauma bila dipukul atau terbentur benda tumpul. Namun pada
benturan, beberapa mili detik akan terjadi depresi maksimal. Trauma pada kepala
dapat menyebabkan fraktur pada tengkorak dan trauma jaringan lunak/otak atau
kulit seperti kontusio/memar otak, oedem otak, perdarahan dengan derajat yang
bervariasi juga tergantung dari pada luas daerah yang terkena trauma. Trauma
kepala
juga
dilihat
dari adanya
deformitas
berupa
penyimpangan
Pendekatan
yang
sistematis
dapat
mengurangi
kemungkinan
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Kontusio serebri
2.1.1
Definisi
Secara definisi Contusio Cerebri didefinisikan sebagai gangguan fungsi otak
istilah laserasi serebri menunjukkan bahwa terjadi robekan membran piaarachnoid pada daerah yang mengalami contusio serebri yang gambaran pada CT
Scan disebut Pulp brain Kontusio serebri murni biasanya jarang terjadi.
Diagnosa kontusio serebri meningkat sejalan dengan meningkatnya penggunaan
CT scan dalam pemeriksaan cedera kepala. Kontusio serebri sangat sering terjadi
difrontal dan labus temporal, walaupun dapat terjadi juga pada setiap bagian otak,
termasuk batang otak dan serebelum. Batas perbedaan antara kontusio dan
perdarahan intra serebral traumatika memang tidak jelas. Kontusio serebri dapat
saja dalam waktu beberapa jam atau hari mengalami evolusi membentuk
pedarahan intra serebral.4
2.2.1.
Epidemiologi
Etiologi
adanya benturan otak pada tulang kepala bagian dalam di sisi yang berlawanan.
Kontusio dapat menyebabkan perdarahan atau pembengkakan otak.5
2.2.3.
Patofisiologi
Pada contusio cerebri (memar otak) terjadi perdarahan-perdarahan di
dalam jaringan otak tanpa adanya robekan jaringan yang kasat mata, meskipun
neuron-neuron mengalami kerusakan atau terputus. Yang penting untuk terjadinya
lesi contusion ialah adanya akselerasi kepala yang seketika itu juga menimbulkan
pergeseran otak serta pengembangan gaya kompresi yang destruktif. Akselerasi
yang kuat berarti pula hiperekstensi kepala. Oleh karena itu, otak membentang
batang otak terlalu kuat, sehingga menimbulkan blockade reversible terhadap
lintasan asendens retikularis difus. Akibat blockade itu, otak tidak mendapat input
aferen dan karena itu, kesadaran hilang selama blockade reversible berlangsung.
Timbulnya lesi contusio di daerah coup, contrecoup, dan intermediate
menimbulkan gejala deficit neurologik yang bisa berupa refleks babinsky yang
positif dan kelumpuhan UMN. Setelah kesadaran pulih kembali, si penderita
biasanya menunjukkan organic brain syndrome. Lesi akselerasi-deselerasi, gaya
tidak
langsung
bekerja
pada
kepala
tetapi
mengenai
bagian
tubuh yang lain, tetapi kepala tetap ikut bergerak akibat adanya perbedaan
densitas anar tulang kepala dengan densitas yang tinggi dan jaringan otot yang
densitas yang lebih rendah, maka terjadi gaya tidak langsung maka tulang kepala
akan bergerak lebih dulu sedangkan jaringan otak dan isinya tetap berhenti, pada
dasar tengkorak terdapat tonjolan-tonjolan maka akan terjadi gesekan antara
jaringan otak dan tonjolan tulang kepala tersebut akibatnya terjadi lesi intrakranial
berupa hematom subdural, hematom intra serebral, hematom intravertikal.kontra
coup kontusio. Selain itu gaya akselerasi dan deselarasi akan menyebabkan gaya
tarik atau robekan yang menyebabkan lesi diffuse berupa komosio serebri,diffuse
axonal injuri. Akibat gaya yang dikembangkan oleh mekanisme-mekanisme yang
beroperasi pada trauma kapitis tersebut di atas, autoregulasi pembuluh darah
cerebral terganggu, sehingga terjadi vasoparalitis. Tekanan darah menjadi rendah
dan nadi menjadi lambat, atau menjadi cepat dan lemah. Juga karena pusat
vegetatif terlibat, maka rasa mual, muntah dan gangguan pernafasan bisa timbul.6
2.2.4.
Gejala Klinis
Manifestasi contusio bergantung pada lokasi luasnya kerusakan otak.
(4) : spontan
(3) : dengan rangsang suara (suruh pasien membuka mata).
(2) :dengan rangsang nyeri (berikan rangsangan nyeri, misalnya
menekan kuku
jari)
serebri
yang
berakibat
robeknya
membran
Pia
Arachnoid 7
2.2.5.
Diagnosis
pasien
harus
di
Rawat
Inap
adalah
sebagai
berikut
1.
2.
Saat
diperiksa,
pada
pasien
terdapat
Fraktur
tulang
tengkorak.
yang
aman
(4,5).
PEMERIKSAAN
Pemeriksaan Fisik Hal terpenting yang pertama kali dinilai bahkan
mendahului trias adalah status fungsi vital dan status kesadaran pasien.
Status
fungsi
1.
vital
Yang
dinilai
dalam
status
fungsi
vital
adalah:
2.
3.
thorax, trauma abdomen, fraktur ekstremitas. Selain itu peninggian tekanan darah
yang disertai dengan melambatnya frekuensi nadi dapat merupakan gejala awal
peninggian tekanan intrakranial, yang biasanya dalam fase akut disebabkan oleh
hematoma
epidural.
Status kesadaran pasien, cara penilaian kesadaran yang luas digunakan ialah
dengan Skala Koma Glasgow; cara ini sederhana tanpa memerlukan alat
diagnostik sehingga dapat digunakan baik oleh dokter maupun perawat. Melalui
cara ini pula, perkembangan/perubahan kesadaran dari waktu ke waktu dapat
diikuti secara akurat. Yang dinilai adalah respon membuka mata, respon verbal
dan respon motorik. Status neurologis Pemeriksaan neurologik pada kasus trauma
kapitis terutama ditujukan mendeteksi adanya tanda-tanda fokal yang dapat
menunjukkan adanya kelainan fokal, dalam hal ini perdarahan intrakranial Tanda
fokal tersebut ialah : anisokori, paresis / paralisis, dan refleks patologis. Selain
trauma kepala, harus diperhatikan adanya kemungkinan cedera di tempat lain
seperti trauma thorax, trauma abdomen, fraktur iga atau tulang anggota gerak
harus selalu dipikirkan dan dideteksi secepat mungkin.
Penatalaksanaan
Tindakan yang diambil pada keadaan kontusio berat ditujukan untuk mencegah
menigginya tekanan intra kranial.
a. usahakan jalan napas yang lapang dengan
usus
diberi
makanan
cair
per
sonde.
g. Pada keadaan edema otak yang hebat diberikan mannitol 20% dalam infus
sebanyak 250cc dalam waktu 30 menit yang dapat diulang tiap 12-24 jam.
h. Furosemid intramuskular 20mg per 24 jam, selain meningkatkan diuresis
berkhasiat
juga
mengurangi
pembentukan
cairan
otak.
BAB III
LAPORAN KASUS
.1 IDENTITAS PASIEN
Nama
Umur
Alamat
Agama
Status Perkawinan
Suku
Nomor CM
Pekerjaan
Tanggal Pemeriksaan
: Tn. W
: 21 tahun
: Lhokseumawe
: Islam
: Belum kawin
: Aceh
: 1-10-58-72
: Pelajar
: 18 Oktober 2016
.1 ANAMNESA
Keluhan Utama: Penurunan kesadaran
mengalami kecelakaan lalu lintas sejak 2 hari SMRS. Pasien merupakan rujukan
dari RSU Aceh Utara dengan diagnosis cedera kepala + fracture mandibula +
close fracture humerus dextra. Kecelakaan terjadi saat pasien sedang dibonceng
menggunakan sepeda motor tanpa menggunakan helm, lalu menabrak sebuah
mobil pick up dari arah depan. Pasien langsung mengalami penurunan kesadaran,
pasien juga mengeluhkan tidak bisa menggerakkan lengan kanan. Keluhan
perdarahan dari hidung (+). Riwayat sesak nafas, kejang, mual dan muntah
disangkal. Pasien juga mengeluhkan terdapat luka robek pada kaki kanan, dan
dagu.
Riwayat obat-obatan:
Pasien tidak pernah mengkonsumsi obat-obatan apapun sebelumnya.
STATUS INTERNUS
Keadaan Umum
Kesadaran
Tekanan Darah
Nadi
Suhu
Pernafasan
Berat Badan
Tinggi Badan
: Baik
: Somnolen
: 110/80 mmHg
: 82 x/menit
: 36,8 oC
: 20 x/menit
: kg
: cm
.1 PEMERIKSAAN FISIK
Kulit
Warna
Turgor
: Sawo matang
: Cepat kembali
Sianosis
Ikterus
Oedema
: Negatif
: Negatif
: Negatif
Kepala
Rambut
Wajah
Mata
Telinga
Hidung
: Serumen (-/-)
: Sekret (-/-)
Mulut
o Bibir
o Lidah
o Tonsil
o Faring
Leher
Inspeksi
Palpasi
Thorax
Inspeksi
o Statis
o Dinamis
Kanan
Palpasi
Perkusi
Fremitus N
Sonor
Kiri
Fremitus N
Sonor
Auskultasi
Vesikuler Normal
Vesikuler Normal
Jantung
Auskultasi
Abdomen
Inspeksi
Palpasi
Hepar
: Tidak teraba
Lien
: Tidak teraba
Ginjal
: Ballotement (-)
Perkusi
Auskultasi
Tulang Belakang
Bentuk
: Simetris
Nyeri tekan
: Negatif
Kelenjar Limfe
Pembesaran KGB
: Negatif
Ekstremitas
Ekskoriasi
Laceratum
Deformita
s
Oedema
Fraktur
Swelling
Nyeri
Tekan
Krepitasi
Gerakan
Superior
Kanan
-
Kiri
-
Inferior
Kanan
+ ar Genu
+ ar Cruris
Kiri
-
+
+
+
Terbatas
Bebas
Bebas
Bebas
5. STATUS NEUROLOGIS
GCS
: E3 M5 V4
Pupil
Reflek Cahaya
: Negatif
Nervus Cranialis
Kelompok Optik
Kanan
Kiri
Nervus II (visual)
-
Visus
6/60
6/60
Lapangan pandang
Kesan normal
Kesan normal
Melihat warna
Kesan normal
Kesan normal
Ukuran
3
3 mm
Bentuk Pupil
bulat
bulat
Reflek cahaya
Nistagmus
negatif
negatif
Strabismus
negatif
negatif
positif
positif
Lateral
positif
positif
Atas
positif
positif
Bawah
positif
positif
Medial
positif
positif
mm
Diplopia
negatif
negatif
Kelompok Motorik
Nervus V (fungsi motorik)
-
Membuka Mulut
Menggembungkan pipi
: Simetris
Memperlihatkan gigi
: Simetris
Sudut bibir
: Simetris
Bicara
: Terganggu
Reflek menelan
Mengangkat bahu
Memutar kepala
: Terbatas
: Terbatas
: Kesan normal
: Kesan normal
: Simetris
: Kesan simetris
Sensibilitas
-
Rasa Suhu
Rasa nyeri
Rasa Raba
Kesan normal
Refleks
Kanan
Bisceps
Trisceps
Sdn
Kiri
positif
Sdnpositif
Kesan normal
Refleks
Kanan
Kiri
Patella
positif
positif
Achilles
positifpositif
Babinski
negatifnegatif
Chaddok
negatifnegatif
Gordon
negatifnegatif
Oppenheim
negatifnegatif
Tanda Laseque
Tanda Kernig
Sensibilitas
-
Rasa suhu
Rasa nyeri
Rasa raba
Kesan:
Hasil Foto CT-Scan (
RESUME
Identitas
Tn. W, 21 tahun
b. Anamnesis
Keluhan Utama :
Penurunan Kesadaran
Riwayat Penyakit Sekarang:
Pasien datang dengan keluhan penurunan kesadaran yang terjadi setelah
mengalami kecelakaan lalu lintas sejak 2 hari SMRS. Pasien merupakan rujukan
dari RSU Aceh Utara dengan diagnosis cedera kepala + fracture mandibula +
close fracture humerus dextra. Kecelakaan terjadi saat pasien sedang dibonceng
menggunakan sepeda motor tanpa menggunakan helm, lalu menabrak sebuah
mobil pick up dari arah depan. Pasien langsung mengalami penurunan kesadaran,
pasien juga mengeluhkan tidak bisa menggerakkan lengan kanan. Keluhan
perdarahan dari hidung (+). Riwayat sesak nafas, kejang, mual dan muntah
disangkal. Pasien juga mengeluhkan terdapat luka robek pada kaki kanan, dan
dagu.
Riwayat obat-obatan:
Pasien tidak pernah mengkonsumsi obat-obatan apapun sebelumnya.
Pemeriksaam Fisik
Keadaan Umum
Kesadaran
Tekanan Darah
Nadi
Suhu
Pernafasan
Berat Badan
Tinggi Badan
Status Internus
: Baik
: Somnolen
: 110/80 mmHg
: 82 x/menit
: 36,8 oC
: 20 x/menit
: kg
: cm
Status Neurologis
VAS
:5
GCS
: E4 M5 V4
Mata
TRM
: negatif
TIK
: negatif
Nervus Cranialis
Kelompok Optik
-
Kelompok motorik
- Fungsi motorik (N.V)
- Fungsi motorik (N.VII)
- Fungsi motorik (N. IX)
Fungsi motorik (N. XI)
Sulit dinilai
: dalam batas normal
: dalam batas normal
: dalam batas normal
Pergerakan
Kekuatan
Tonus
Atrofi
Refleks Fisiologis
Refleks Patologis
Tanda laseque
Tanda Kernig
Sdn/+
Sdn/5555
+/+
5555/5555
N/N
N/N
-/Sdn/++
-/negatif negatif
negatif negatif
Gerakan Abnormal
: tidak ditemukan
Fungsi Vegetatif
N/N N/N
-/+ + /++
-/-
c. Pemeriksaan Penunjang
e. Diagnosa
Diagnosa Klinis
Diagnosa Etiologi
Diagnosis Topis
: Cerebri
f. Tatalaksana
A. Konservatif :
- Bed Rest
- 02 3 l/i
- Head Up 30 0
B. Medikamentosa:
- IVFD NaCl 0,9% 20 gtt/i
- Injeksi Citicolin 500mg/12 jam
h. Prognosis
Quoadvitam
: dubia ad Bonam
Quoadfunctionam
: dubia ad Bonam
Quo ad sanactionam
: dubia ad Bonam
BAB IV
KESIMPULAN
Contusio Cerebri adalah gangguan fungsi otak akibat adanya kerusakan jaringan otak
disertai perdarahan yang secara makroskopis tidak mengganggu jaringan. Contosio sendiri
biasanya menimbulkan defisit neurologis jika mengenai daerah motorik atau sensorik otak.,
secara klinis didapatkan penderita pernah atau sedang tidak sadar selama lebih dari 15 menit
atau didapatkan adanya kelainan neurologis akibat kerusakan jaringan otak.
Pada contusio cerebri (memar otak) terjadi perdarahan-perdarahan di dalam jaringan
otak tanpa adanya robekan jaringan yang kasat mata, meskipun neuron-neuron mengalami
kerusakan atau terputus. Kecelakaan kendaraan bermotor dan benturan pada kepala
merupakan penyebab paling sering terjadinya memar dan robekan pada jaringan otak.
Perlu dilakukan anamnesis, pemeriksaan fisik serta pemeriksaan penunjang untuk
menegakan diagnosis dengan tepat sehingga dapat diterapi dengan tepat. Dan perlunya
memperhatikan hasil pemeriksaan penunjang seperti CT-Scan.
DAFTAR PUSTAKA
1. Brunner & Suddarth, 2002, Buku Ajar Medikal Bedah, alih bahasa: Waluyo Agung.,
Yasmin Asih., Juli., Kuncara., I.made karyasa, EGC, Jakarta.
2. Amir, A. 2008, Ilmu Kedokteran Forensik, Medan: Bagian Ilmu Kedokteran Forensik
dan Medikolegal Fakultas kedokteran USU.
3. Hasan sjahrir,2004, ilmu penyakit saraf neurologi khusus, dian rakyat, jakarta.
4. Mansjoer, Arif, 2000, Kapita Selekta Kedokteran, Media Aesculapius FK-UI, Jakarta.
5. M , kenneth, 2008, Cerebral contusions and laceratomy, Merck Manual Handbook.
6. Corwin, 2000, Hand Book Of Pathofisiologi, EGC, Jakarta.
7. Reksoprodjo, S. dkk, 1995, Kumpulan Kuliah Ilmu Bedah, Bina rupa Aksara, Jakarta.
8. Lumbantobing, 2008, Neurologi klinik, pemeriksaan fisik dan mental, fakultas
kedokteran Universitas Indonesia, Jakarta.
9. Basuki, Endro, Sp.BS,dr; 2003, Materi Pelatihan GELS (General Emergency Life
Support), Tim Brigade Siaga Bencana (BSB), Jogjakarta.
10. Harsono, 2000. Kapita Selekta Neurologi. Jogjakarta, Gajah Mada University
11. Morales, D. 2005. Brain Contusion. www. Emedicine.com