Anda di halaman 1dari 4

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 LatarBelakang
Hipertensi atau yang lebih sering dikenal sebagai darah tinggi merupakan suatu
penyakit kardiovaskular yang dapat ditemukan pada masyarakat di negera maju maupun
negara berkembang. Penyakit hipertensi merupakan penyakit kronis yang cukup serius dan
cenderung akan terus meningkat dikarenakan pada umumnya pasien tidak mengetahui (sillent
killer) bahwa mereka menderita penyakit hipertensi sebelum memeriksakan tekanan
darahnya. Selain itu penderita hipertensi umumnya tidak mengalami suatu tanda atau gejala
sebelum terjadi komplikasi-komplikasi lainnya yaitu dapat berupa kecacatan permanen
hingga kematian secara mendadak.
Hipertensi merupakan suatu keadaan meningkatnya tekanan darah sistolik lebih dari
sama dengan 140 mmHg dan diastolik lebih dari sama dengan 90 mmHg. Menurut WHO
(World Health Organization) tahun 2013 penyakit kardiovaskular telah menyebabkan 17 juta
kematian tiap tahun akibat komplikasi hipertensi yaitu sekitar 9,4 juta tiap tahun di seluruh
dunia. Penderita hipertensi di Amerika Serikat diperkirakan sekitar 77,9 juta atau 1 dari 3
penduduk pada tahun 2010. Prevalensi hipertensi pada tahun 2030 diperkirakan meningkat
sebanyak 7,2% dari estimasi tahun 2010. Persentase pria yang menderita hipertensi lebih
tinggi dibanding wanita hingga usia 45 tahun dan sejak usia 45-64 tahun persentasenya sama,
kemudian mulai dari 64 tahun ke atas, persentase wanita yang menderita hipertensi lebih
tinggi dari pria.
Menurut Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas, 2013) prevalensi hipertensi di Indonesia
sebesar 26,5% dan untuk wilayah Aceh sebesar 9,8%. Prevalensi hipertensi cenderung lebih
tinggi pada kelompok pendidikan lebih rendah dan kelompok tidak bekerja, kemungkinan
akibat ketidaktahuan tentang pola makan yang baik. Pada analisis hipertensi terbatas pada
usia 15-17 tahun menurut JNC VII (2003) didapatkan prevalensi nasional sebesar 5,3% (laki-
laki 6.0% dan perempuan 4,7%), perdesaan (5,6%) lebih tinggi dari perkotaan (5,1%).
Hipertensi sangat erat hubungannya dengan faktor gaya hidup dan pola makan. Gaya
hidup sangat berpengaruh pada bentuk perilaku atau kebiasaan seseorang yang mempunyai
pengaruh positif maupun negatif pada kesehatan. Hipertensi berhubungan secara linear
dengan morbiditas dan mortalitas penyakit kardiovaskular. Oleh sebab itu, penyakit hipertensi
harus dicegah dan diobati serta dikendalikan dengan baik. Untuk mengurangi angka
mortalitas dan morbiditas hipertensi, para ahli kesehatan berupaya dengan cara terapi medis
secara farmakologi dan non-farmakologi, seperti diet dan olahraga.
Meningkatnya angka kejadian hipertensi merupakan suatu masalah yang cukup besar.
Penyakit hipertensi dapat menyebabkan komplikasi terhadap organ mata, jantung, ginjal, dan
pembuluh darah di otak. Inilah yang menyebabkan kematian. Kematian akibat hipertensi
paling besar pada usia 50-60 tahun. Hipertensi di negara berkembang biasanya disebabkan
gaya hidup modern yang berdampak tidak sehat, seperti merokok, obesitas, fisik yang kurang
beraktivitas, dan stress psikososial. Oleh karena permasalahan diatas dan meningkatnya kasus
hipertensi dari waktu ke waktu, maka perlu dilakukan pemeriksaan serta penegakkan
diagnosis yang cepat dan tepat serta pencegahan dengan melakukan perubahan perubahan
gaya hidup yang baik dan dapat mulai dilakukan pada pelayanan-pelayanan primer sehingga
angka kejadian dari penyakit hipertensi akan berukurang.
BAB V
KESIMPULAN

Hipertensi atau tekanan darah tinggi diderita oleh hampir semua golongan masyarakat
di seluruh dunia. Batasan hipertensi ditetapkan dan dikenal dengan ketetapan JNC VII (The
Seventh Report of The Joint National Committee on Prevention, Detection, Evaluation, and
Treatment of Hight Blood Pressure). Ketetapan ini juga telah disepakati badan kesehatan
dunia (WHO), organisasi hipertensi international (ISH), maupun organisasi hipertensi
regional termasuk Indonesia (InaSH) menjadi kelompok normal, prehipertensi, hipertensi
derajat 1, dan hipertensi derajat 2.
Menurut perkiraan, sekitar 30% penduduk dunia tidak terdiagnosis adanya hipertensi
(underdiagnosed condition). Hal ini disebabkan tidak adanya gejala atau dengan gejala ringan
bagi mereka yang menderita hipertensi. Sedangkan, hipertensi ini sudah dipastikan dapat
merusak organ tubuh seperti jantung (70% penderita hipertensi akan merusak jantung), ginjal,
otak, mata, serta organ tubuh lainnya sehingga hipertensi disebut sebagai silent killer. Kunci
untuk menghindari komplikasi serius dari hipertensi adalah mendeteksi dan mengobati
sebelum kerusakan terjadi. Edukasi dari dokter kepada pasien hipertensi sangatlah penting
terutama mengenai komplikasi dan pengaturan pola gaya hidup yang sehat..
DAFTAR PUSTAKA

1.
U.S. Department of Health and Human Services. 2004. Complete Report: The Seventh
Report pf the Joint National Committee on Prevention, Detection, Evaluation, dan
Treatment of High Blood Pressure. United States: U.S. Department of Health and
Human Services.
2.
Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Departemen Kesehatan Republik
Indonesia. 2013. Riset Kesehatan Dasar (RISKESDAS). Jakarta: Departemen Kesehatan
Republik Indonesia.
3.
Rahajeng W dan Tuminah S. 2009. Prevalensi Hipertensi dan Determinannya di
Indonesia. Majalah Kedokteran Indonesia, Volume 59, Nomor 12: 580-587.
4.
Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. 2012. Profil Data Kesehatan Indonesia
Tahun 2011. Jakarta: Kementerian Kesehatan Republik Indonesia

Anda mungkin juga menyukai