Tinjauan Pustaka
2.1 Anatomi Ginjal
2.1.1 Makroskopis
Ginjal merupakan sepasang organ berbentuk kacang (bean shaped), terletak
retroperitoneal, di belakang kavum abdomen. Masing masing ginjal mempunyai
panjang 10 -12 cm (antara vertebra TH 12 L3), penampang 5 6 cm, berat 150
gram. Ginjal kanan 1 2 cm lebih rendah daripada ginjal kiri oleh karena adanya
hati. Diafragma ada di sebelah atas-belakang ujung atas ginjal (upper pole) sehingga
pada saat inspirasi ginjal akan terdorong kebawah (Tjokroprawiro Askandar,et al.
2007).
(lemak perirenal dan lemak pararenal) yang membantu meredam guncangan (Guyton
dan Hall, 2007).
Setiap ginjal terbungkus oleh selaput tipis yang disebut kapsula fibrosa,
terdapat cortex renalis di bagian luar, yang berwarna coklat gelap, dan medulla
renalis di bagian dalam yang berwarna coklat lebih terang dibandingkan cortex.
Bagian medulla berbentuk kerucut yang disebut pyramides renalis, puncak kerucut
tadi menghadap kaliks yang terdiri dari lubang-lubang kecil disebut papilla renalis.
Hilum adalah pinggir medial ginjal berbentuk konkaf sebagai pintu masuknya
3
pembuluh darah, pembuluh limfe, ureter dan nervus. Pelvis renalis berbentuk corong
yang menerima urin yang diproduksi ginjal. Terbagi menjadi dua atau tiga kaliks
renalis majores yang masing-masing akan bercabang menjadi dua atau tiga kaliks
renalis minores. Medulla terbagi menjadi bagian segitiga yang disebut piramid.
Piramid-piramid tersebut dikelilingi oleh bagian korteks dan tersusun dari segmensegmen tubulus dan duktus pengumpul nefron. Papila atau apeks dari tiap piramid
membentuk duktus papilaris bellini yang terbentuk dari kesatuan bagian terminal dari
banyak duktus pengumpul (Price,1995).
kapsula bowman, tubulus. Tubulus terdiri atas tiga bagian utama yaitu Tubulus
Proksimalis, Loop of Henle (lengkungan Henle) dan Tubulus Distalis. Beberapa
tubulus distalis akan bergabung membentuk tubulus kolektivus. Nefron dibedakan
atas 2 jenis yaitu : Nefron Kortikalis yaitu nefron yang glomerulinya terletak pada
bagian luar dari korteks dengan lengkungan henle yang pendek tetapi tetap berada
pada korteks atau mengadakan penetrasi hanya sampai pada zona luar medulla,
Nefron Juxta medullaris yaitu nefron yang glomerulinya terletak pada bagian dalam
dari korteks dekat hubungan korteks-medulla dengan lengkungan henle yang panjang
dan turun jauh kedalam sampai zona dalam medulla sebelum berbalik dan kembali ke
korteks. Pada manusia kira-kira 85 % merupakan nefron kortikalis dan 15 %
merupakan nefron Juxta medullaris. Glomerulus bersama dengan kapsula bowman
juga disebut badan maplphigi. Meskipun ultrafiltrasi plasma terjadi di glomerulus
tetapi peranan tubulus dalam pembentukan urine tidak kalah pentingnya. (Price,
1995)
korteks), Pars Asending mengadakan kontak yang sangat dekat dengan glomerulus
pada kutub vaskuler. JGA (Juxta Glomerular Apparatus) Berfungsi mengadakan
reabsorpsi bahan-bahan dari cairan tubuli dan mensekresi bahan-bahan ke dalam
tubuli 25% air dan Na+ direabsorpsi dan urea disekresi. Tubulus Distalis terdiri atas:
Tubulus Distalis, Tubulus Konektivus, Tubulus Kolektivus (Price, 1995).
Gambar 5. Glomerulus
Unit nephron dimulai dari pembuluh darah halus / kapiler, bersifat sebagai
saringan disebut Glomerulus, darah melewati glomerulus/ kapiler tersebut dan
disaring sehingga terbentuk filtrat (urin yang masih encer) yang berjumlah kira-kira
170 liter per hari, kemudian dialirkan melalui pipa/saluran yang disebut Tubulus Urin
ini dialirkan keluar ke saluran ureter, kandung kencing, kemudian ke luar melalui
Uretra.
Nefron berfungsi sebagai regulator air dan zat terlarut (terutama elektrolit)
dalam tubuh dengan cara menyaring darah, kemudian mereabsorpsi cairan dan
molekul yang masih diperlukan tubuh. Molekul dan sisa cairan lainnya akan dibuang.
Reabsorpsi dan pembuangan dilakukan menggunakan mekanisme pertukaran lawan
arus dan kotranspor. Hasil akhir yang kemudian diekskresikan disebut urin
(Price,1995).
2.1.3 Vaskularisasi pada Ginjal
Arteri renalis dicabangkan dari aorta abdominalis kira-kira setinggi vertebra
lumbalis II. Vena renalis menyalurkan darah kedalam vena kavainferior yang terletak
disebelah kanan garis tengah. Saat arteri renalis masuk kedalam hilus, arteri tersebut
bercabang menjadi arteri interlobaris yang berjalan diantara piramid selanjutnya
membentuk arteri arkuata kemudian membentuk arteriola interlobularis yang tersusun
paralel dalam korteks. Arteri interlobularis ini kemudian membentuk arteriola aferen
pada glomerulus (Price, 1995).
vaskuler)
tugasnya
memang
pada
dasarnya
adalah
menyaring/
membersihkan darah. Aliran darah ke ginjal adalah 1,2 liter/menit atau 1.700
liter/hari, darah tersebut disaring menjadi cairan filtrat sebanyak 120 ml/menit (170
liter/hari) ke Tubulus. Cairan filtrat ini diproses dalam Tubulus sehingga akhirnya
keluar dari ke-2 ginjal menjadi urin sebanyak 1-2 liter/hari. Selain itu, fungsi primer
ginjal adalah mempertahankan volume dan komposisi cairan ekstrasel dalam batasbatas normal. Komposisi dan volume cairan ekstrasel ini dikontrol oleh filtrasi
glomerulus, reabsorpsi dan sekresi tubulus (Guyton dan Hall, 2007).
2.2.1 Fungsi Ginjal
Fungsi ginjal adalah
1. Fungsi ekskresi
Degradasi insulin.
Menghasilkan prostaglandin.
Gambar 9. Nephron
Mekanisme kerja utama nefron dalam membersihkan substansi yang tidak
diperlukan dalam tubuh adalah :
10
11
Di antara darah dalam glomerulus dan ruangan berisi cairan dalam kapsula
bowman terdapat tiga lapisan:
1. Kapiler selapis sel endotelium pada glomerulus
2. Lapisan kaya protein sebagai membran dasar
3. Selapis sel epitel melapisi dinding kapsula Bowman (podosit)
Dengan bantuan tekanan, cairan dalan darah didorong keluar dari glomerulus,
melewati ketiga lapisan tersebut dan masuk ke dalam ruangan dalam kapsula
Bowman dalam bentuk filtrat glomerular. Filtrat plasma darah tidak mengandung sel
darah ataupun molekul protein yang besar. Protein dalam bentuk molekul kecil dapat
ditemukan dalam filtrat ini. Darah manusia melewati ginjal sebanyak 350 kali setiap
hari dengan laju 1,2 liter per menit, menghasilkan 125 cc filtrat glomerular per
menitnya. Laju penyaringan glomerular ini digunakan untuk tes diagnosa fungsi
ginjal (Guyton dan Hall, 2007).
Tubulus penghubung
juxtaglomerular, mengandung
macula
densa
dan
sel
juxtaglomerular. Sel
juxtaglomerular adalah tempat terjadinya sintesis dan sekresi renin cairan menjadi
makin kental di sepanjang tubulus dan saluran untuk membentuk urin, yang
kemudian dibawa ke kandung kemih melewati ureter.
Tahap Pembentukan Urine :
1. Filtrasi Glomerular
Pembentukan kemih dimulai dengan filtrasi plasma pada glomerulus, seperti
kapiler tubuh lainnya, kapiler glumerulus secara relatif bersifat impermiabel terhadap
protein plasma yang besar dan cukup permabel terhadap air dan larutan yang lebih
13
kecil seperti elektrolit, asam amino, glukosa, dan sisa nitrogen. Aliran darah ginjal
(RBF = Renal Blood Flow) adalah sekitar 25% dari curah jantung atau sekitar 1200
ml/menit. Sekitar seperlima dari plasma atau sekitar 125 ml/menit dialirkan melalui
glomerulus ke kapsula bowman. Ini dikenal dengan laju filtrasi glomerulus (GFR =
Glomerular Filtration Rate). Gerakan masuk ke kapsula bowmans disebut filtrat.
Tekanan filtrasi berasal dari perbedaan tekanan yang terdapat antara kapiler
glomerulus dan kapsula bowmans, tekanan hidrostatik darah dalam kapiler
glomerulus mempermudah filtrasi dan kekuatan ini dilawan oleh tekanan hidrostatik
filtrat dalam kapsula bowmans serta tekanan osmotik koloid darah. Filtrasi
glomerulus tidak hanya dipengaruhi oleh tekanan-tekanan koloid diatas namun juga
oleh permeabilitas dinding kapiler (Guyton dan Hall, 2007).
14
Tekanan onkotik dalam kapsula bowman yang dianggap nol karena ultra filtrat
15
menimbulkan filtrasi pada glomerulus. Cairan filtrasi dari glomerulus akan masuk
menuju tubulus, dari tubulus masuk kedalam ansa henle, tubulus distal, duktus
koligentes, pelvis ginjal, ureter, vesica urinaria, dan akhirnya keluar berupa urine.
Membran glomerulus mempunyai ciri khas yang berbeda dengan lapisan
pembuluh darah lain, yaitu terdiri dari: lapisan endotel kapiler, membrane basalis,
lapisan epitel yang melapisi permukaan capsula bowman. Permeabilitas membarana
glomerulus 100-1000 kali lebih permiabel dibandingkan dengan permiabilitas kapiler
pada jaringan lain laju filtrasi glomerulus (GFR= Glomerulus Filtration Rate) dapat
diukur dengan menggunakan zat-zat yang dapat difiltrasi glomerulus, akan tetapi
tidak disekresi maupu direabsorpsi oleh tubulus. Kemudian jumlah zat yang terdapat
dalam urin diukur persatuan waktu dan dibandingkan dengan jumlah zat yang
terdapat dalam cairan plasma.
16
17
18
Reabsorbsi air terjadi pada tubulus proksimaldan tubulus distal (Guyton dan Hall,
2007).
19
ptensial listrik didalam epitel tubulus (-70mvolt) dan diluar sel (-3m volt). Perbedaan
electrochemical gradient ini membentu terjadinya proses difusi. Selain itu perbedaan
konsentrasi ion Na+ didalam dan diluar sel tubulus membantu meningkatkan proses
difusi tersebut. Meningkatnya difusi natrium diesbabkan permiabilitas sel tubuler
terhadap ion natrium relatif tinggi. Keadaan ini dimungkinkan karena terdapat banyak
mikrovilli yang memperluas permukaan tubulus. Proses ini memerlukan energi dan
dapat berlangsung terus-menerus (Guyton dan Hall, 2007).
20
21
diabsorpsi,
hidrogen
atau
kalium
harus
disekresi
dan
sebaliknya.
Pilihan kation yang akan disekresi tergantung pada konsentrasi cairan ekstratubular
(CES) dari ion-ion ini (hidrogen dan kalium). Pengetahuan tentang pertukaran kation
dalam tubulus distalis ini membantu kita memahami beberapa hubungan yang
dimiliki elektrolit dengan lainnya. Sebagai contoh, kita dapat mengerti mengapa
bloker aldosteron dapat menyebabkan hiperkalemia atau mengapa pada awalnya
dapat terjadi penurunan kalium plasma ketika asidosis berat dikoreksi secara
teurapeutik (Guyton dan Hall, 2007)
2.3 Anuria
2.3.1 Definisi
Anuria dalam arti sesungguhnya adalah suatu keadaan dimana tidak ada
produksi urine dari seorang penderita. Dalam pemakaian klinis diartikan keadaan
22
dimana produksi urine dalam 24 jam kurang dari 100 ml. Keadaan ini
menggambarkan gangguan fungsi ginjal yang cukup berat dan hal ini dapat terjadi
secara pelan-pelan atau yang datang secara mendadak.
Yang datang pelan-pelan umumnya menyertai gangguan ginjal kronik dan
biasanya menunjukkan gangguan yang sudah lanjut. Yang timbul mendadak sebagian
besar disebabkan gagal ginjal akut, yang secara klinis dipakai bersama-sama dengan
keadaan yang disebut oliguria, yaitu keadaan dimana produksi urine dalam 24 jam
antara 100 400 ml.
2.3.2 Etiologi Anuria
Kegagalan fungsi ginjal, yang dapat memiliki penyebab ganda termasuk
obat-obatan atau racun (misalnya, antibeku), diabetes, tekanan darah tinggi. Batu atau
tumor dalam saluran kemih juga dapat menyebabkan obstruksi dengan menciptakan
untuk aliran urin. Kalsium darah yang tinggi, oksalat, atau asam urat, dapat
berkontribusi terhadap risiko pembentukan batu. Pada laki-laki, kelenjar prostat
membesar adalah penyebab umum dari anuria obstruktif.
Anuria akut, di mana penurunan produksi urin terjadi dengan cepat, biasanya
merupakan tanda obstruksi atau gagal ginjal akut. Gagal ginjal akut dapat disebabkan
oleh faktor-faktor yang tidak berhubungan dengan ginjal, seperti gagal jantung,
infeksi, dan kondisi lain yang menyebabkan ginjal akan kekurangan aliran darah.
Berdasarkan penyebab terjadinya, anuria dapat dikelompokkan dalam 3
golongan yaitu : sebab-sebab pre-renal, sebab-sebab renal dan sebab-sebab postrenal.
Anuria prerenal misalnya terjadi pada keadaan hipoperfusi seperti akibat dehidrasi,
combustio, perdarahan, trauma yang massive atau sepsis.
23
Anuria renal didapatkan pada nekrosis tubuler akut, glumerulonefritis akut, dan pada
beberapa keadaan glumerulopati.
Anuria post-renal dapat terjadi akibat obstruksi urethra oleh karena striktura,
pembesaran prostat, sumbatan kedua ureter misalnya karena trauma atau laparatomi,
proses keganasan dalam rongga pelvis dan batu pada saluran kemih
Anuria pre renal :
1. syok hipovolemik
Syok hipovolemik merupakan kondisi medis atau bedah dimana terjadi
kehilangan cairan dengan cepat yang berakhir pada kegagalan beberapa organ,
disebabkan oleh volume sirkulasi yang tidak adekuat dan berakibat pada perfusi yang
tidak adekuat. Paling sering, syok hipovolemik merupakan akibat kehilangan darah
yang cepat (syok hemoragik) (Sudoyo, 2007)
Dua penyebab utama kehilangan darah dari dalam yang cepat adalah cedera
pada organ padat dan rupturnya aneurisma aorta abdominalis. Syok hipovolemik
dapat merupakan akibat dari kehilangan cairan yang signifikan (selain darah). Dua
contoh syok hipovolemik yang terjadi akibat kehilangan cairan, antara lain
gastroenteritis masif dan luka bakar yang luas. (Sudoyo, 2007)
Syok hipovolemik adalah terganggunya sistem sirkulasi akibat dari volume
darah dalam pembuluh darah yang berkurang. Hal ini bisa terjadi akibat dari volume
darah yang berkurang. Hal ini bisa terjadi akibat pendarahan yang masif atau
kehilangan
plasma
darah.
Penyebab syok hipovolemik dapat diklasifikasikan dalam tiga kelompok yang terdiri
dari perdarahan misalnya hemoatom subkpsular hati, aneurisma aorta pecah, dan
perdarahan gastrointestinal. Yang kedua adalah kehilangan plasma, terdiri dari luka
bakar yang luas, pankreatitis, deskuamasi kulit. Dan yang ketiga kehilangan cairan
24
ekstraseluler yaitu muntah, dehidrasi, diare, terapi diuretik yang sangat agresif,
diabetes insipidus, insufisiensi renal. (Sudoyo, 2007)
Sistem renalis berespon terhadap syok hipovolemik dengan peningkatan
sekresi renin dari apparatus juxtaglomeruler. Renin akan mengubah angiotensinogen
menjadi angiotensin I, yang selanjutnya akan dikonversi menjadi angiotensin II di
paru-paru dan hati. Angotensin II mempunyai 2 efek utama, yang keduanya
membantu perbaikan keadaan pada syok hipovolemik, yaitu vasokonstriksi arteriol
otot polos, dan menstimulasi sekresi aldosteron dari korteks adrenal. Aldosteron
bertanggungjawab pada reabsorbsi aktif natrium dan akhirnya akan menyebabkan
retensi air. (Paul, 2009)
Sistem neuroendokrin berespon terhadap syok hipovolemik dengan
peningkatan Antidiuretik Hormon (ADH) dalam sirkulasi. ADH dilepaskan dari
glandula pituitari posterior sebagai respon terhadap penurunan tekanan darah
(dideteksi oleh baroreseptor) dan terhadap penurunan konsentrasi natrium (yang
dideteksi oleh osmoreseptor). Secara tidak langsung ADH menyebabkan peningkatan
reabsorbsi air dan garam (NaCl) pada tubulus distalis, duktus kolektivus, dan
lengkung Henle. (Paul, 2009)
Gagal ginjal akut adalah suatu komplikasi dari syok dan hipoperfusi,
frekuensi terjadinya sangat jarang karena cepatnya pemberian cairan pengganti. Yang
banyak terjadi kini adalah nekrosis tubular akut akibat interaksi antara syok, sepsis
dan pemberian obat yang nefrotoksik seperti aminoglikosida dan media kontras
angiografi. Secara fisiologi, ginjal mengatasi hipoperfusi dengan mempertahankan
garam dan air. Pada saat aliran darah di ginjal berkurang, tahanan arteriol aferen
meningkat untuk mengurangi laju filtrasi glomerulus, yang bersama-sama dengan
25
Anuria Renal :
1. Gagal ginjal akut
AKIN mendefinisikan AKI sebagai penurunan fungsi ginjal secara
tiba-tiba (dalam 48 jam) ditandai dengan peningkatan serum kreatinin (SCr)
>0.3 mg/dL (>25 mol/L) atau meningkat sekitar 50% dan adanya penurunan
output urin < 0.5 mL/kg/hr selama >6 jam (Molitoris et al, 2007).
Suatu kondisi penurunan fungsi ginjal yang menyebabkan hilangnya
kemampuan ginjal untuk mengekskresikan sisa metabolisme, menjaga
keseimbangan elektrolit dan cairan (Eric Scott, 2008).
Etiologi AKI dibagi menjadi 3 kelompok utama berdasarkan
patogenesis AKI, yakni (1) penyakit yang menyebabkan hipoperfusi ginjal
tanpa menyebabkan gangguan pada parenkim ginjal (AKI prarenal,~55%); (2)
penyakit yang secara langsung menyebabkan gangguan pada parenkim ginjal
(AKI renal/intrinsik,~40%); (3) penyakit yang terkait dengan obstruksi
saluran kemih (AKI pascarenal,~5%). Angka kejadian penyebab AKI sangat
tergantung dari tempat terjadinya AKI.
Tabel 1. Klasifikasi etiologi AKI (Robert Sinto, 2010)
AKI Prarenal
I. Hipovolemia
-
usus
Kehilangan darah
(luka bakar)
Aritmia
Vasokonstriksi ginjal
amphotericin B
28
Stenosis a. renalis
V. Sindrom hiperviskositas
AKI Renal
kompresi)
Glomerulonefritis, vaskulitis
Toksin
idiopatik
AKI pascarenal
Petunjuk klinis AKI prarenal antara lain adalah gejala haus, penurunan
UO dan berat badan dan perlu dicari apakah hal tersebut berkaitan dengan
penggunaan OAINS, penyekat ACE dan ARB. Pada pemeriksaan fisis dapat
ditemukan tanda hipotensi ortostatik dan takikardia, penurunan jugular venous
pressure (JVP), penurunan turgor kulit, mukosa kering, stigmata penyakit hati
kronik dan hipertensi portal, tanda gagal jantung dan sepsis. Kemungkinan AKI
renal iskemia menjadi tinggi bila upaya pemulihan status hemodinamik tidak
30
memperbaiki tanda AKI. Diagnosis AKI renal toksik dikaitkan dengan data klinis
penggunaan zat-zat nefrotoksik ataupun toksin endogen (misalnya mioglobin,
hemoglobin, asam urat). Diagnosis AKI renal lainnya perlu dihubungkan dengan
gejala dan tanda yang menyokong seperti gejala trombosis, glomerulonefritis
akut, atau hipertensi maligna.
AKI pascarenal dicurigai apabila terdapat nyeri sudut kostovertebra atau
suprapubik akibat distensi pelviokalises ginjal, kapsul ginjal, atau kandung
kemih. Nyeri pinggang kolik yang menjalar ke daerah inguinal menandakan
obstruksi ureter akut. Keluhan terkait prostat, baik gejala obstruksi maupun
iritatif, dan pembesaran prostat pada pemeriksaan colok dubur menyokong
adanya obstruksi akibat pembesaran prostat. Kandung kemih neurogenik dapat
dikaitkan dengan pengunaan antikolinergik dan temuan disfungsi saraf otonom
(Robert Sinto, 2010).
Post Renal :
1. Striktur uretra
Pada striktur uretra terjadi penyempitan dari lumen uretra akibat
terbentuknya
jaringan
fibrotik pada
dinding
uretra.
Striktur
uretra
31
dengan diameter lumen uretra3. Berat : jika terdapat oklusi lebih besar dari
diameter lumen uretra.(Basuki, 2011)
Gejala dari striktur uretra yang khas adalah pancaran buang air seni
kecil dan bercabang. Gejala yang lain adalah iritasi dan infeksi seperti
frekuensi, urgensi, disuria, inkontinensia, urin yangmenetes, kadang-kadang
dengan penis yang membengkak, infiltrat, abses dan fistel. Gejala lebih
lanjutnya adalah retensi urine.(Rochani,1995)
2. BPH
BPH adalah hiperplasia kelenjar periuretralyang mendesak
jaringan prostat yang asli ke perifer dan menjadi simpai bedah. Ada
juga yang menyatakan defenisi BPH adalah jika berat prostat 20 gram.
(Mulyono, 1995)
o b s t r u k t i f
y a n g
b e r u p a
b . G e j a l a
i r i t a t i f
nokturia
32
pelvikokalikes
ginjal
dan
akibat
tekanan
intravesikal
yang
diteruskank e u r e t e r d a n g i n j a l m a k a g i n j a l a k a n r u s a k d a n t e r j a d i
g a g a l g i n j a l . P r o s e s kerusakan ginjal dapat dipercepat apabila ada
infeksi. Karena penderita harus selalu mengedan pada waktu miksi maka tekanan
intra abdominal dapat meningkat dan menimbulkan hernia dan hemoroid. Oleh
karena selalu terdapat sisa kencing di dalam vesika maka dapat terbentuk batu
endapan dan batu ini dapat menambah keluhan iritasi dan menimbulkan hematuri. Di
samping pembentukan batu retensi kronis dapat pula menyebabkan terjadinya sistitis
dan apabila terjadi refluks dapat terjadi juga pyelonefritis (Mansjoer, 2000)
3. Batu saluran kemih
Terbentuknya batu saluran kemih diduga ada hubungannya dengan gangguan
aliran urine, gangguan metabolik, infeksi saluran kemih, dehidrasi dan keadaan
keadaan lain yang masih belum terungkap (ideopatik) (Basuki,2011)
Keluhan yang disampaikan pasien tergantung pada posisi atau letak batu,
besar batu, dan penyulit yang telah terjadi. Keluhan yang sering dirasakan pasien
adalah nyeri pinggang. Nyeri bisa kolik atau bukan kolik. Batu yang terletak di
33
sebelah ureter, dirasakan oleh pasien ketika saat kencing atau sering kencing, batu
dengan ukuran kecil bisa keluar spontan. (Basuki,2011)
2.3.3 Gejala Anuria
Anuria sendiri adalah gejala, bukan penyakit. Hal ini sering dikaitkan
dengan gejala lain dari kegagalan ginjal, seperti kurangnya nafsu makan, mual,
lemah, dan muntah. Ini adalah sebagian besar hasil dari penumpukan racun dalam
darah yang biasanya akan dikeluarkan oleh ginjal yang sehat.
Tanda dan gejala anuria :
-
Bengkak
Uremia (Mual, muntah, sakit kepala,pusing, penglihatan kabur)
Nyeri pada pinggang
34
pre-renal ini bersifat reversibel apabila perfusi ke ginjal segera diperbaiki. Namun,
hipoperfusi ginjal yang berkelanjutan bisa menghasilkan peralihan dari mekanisme
kompensasi ke dekompensasi.
Di fase dekompensasi ini terjadi stimulasi berlebihan dari sistem saraf
simpatis dan sistem RAA, yang menghasilkan vasokonstriksi pembuluh darah di
ginjal dan bisa menyebabkan iskemi pada jaringan ginjal. Konsumsi obat-obatan
yang bersifat vasokonstriktor dan inhibitor sintesis prostaglandin dapat menyebabkan
oliguria karena penurunan perfusi ginjal.
Intra-renal
Anuria yang disebakan di intra-renal lebih berhubungan dengan adanya
kerusakan struktural ginjal. Yang termasuk kerusakan struktural misalnya penyakit
glomerulus primer, acute tubular necrosis atau lesi vaskuler.
Patofisiologi dari iskemik karena penyakit acute tubular necrosis sudah
banyak dipelajari. Iskemia yang terjadi pada sel tubulus mempengaruhi metabolisme
sel dan sel-sel tubulus mati yang mengakibatkan deskuamasi sel, pembentukan cast ,
obstruksi intratubular, aliran balik cairan tubular, dan oliguria.
36
Pemeriksaan Fisik :
37
Palpasi bimanual atau perkusi di daerah pinggang adanya nyeri atau massa
akibat adanya Hidronefrosis atau pielonefrosis.
Pemeriksaan penunjang :
Laboratorium :
-
Darah rutin
Urinalisis
Elektrolit
Blood urea nitrogen (BUN)
Radiologi :
-
Foto polos
USG Abdomen
CT scan
MRI
2.3.6 Penatalaksanaan
Pengobatan tergantung pada penyebab yang mendasari gejala ini. Yang
paling mudah diobati penyebabnya adalah obstruksi aliran urin, yang sering
diselesaikan dengan penyisipan kateter urin ke dalam kandung kemih.
Manitol adalah obat yang digunakan untuk meningkatkan jumlah air yang
dikeluarkan dari darah dan dengan demikian meningkatkan aliran darah ke ginjal.
Namun, manitol merupakan kontraindikasi pada anuria sekunder untuk penyakit
ginjal, dehidrasi berat, perdarahan intrakranial (kecuali selama kraniotomi), kongesti
paru yang parah, atau edema paru. Dekstrosa dan Dobutamine yang keduanya
digunakan untuk meningkatkan aliran darah ke ginjal dan bertindak dalam 30 sampai
60 menit.
1. Syok hipovolemik
38
sembuh
mengidentifikasi
secara
pasien
spontan.
beresiko
Prinsip
GGA,
pengeloaannya
mengatasi
penyebab
dengan
GGA,
baru yang pada akhirnya menimbulkan striktur lagi yang lebih berat.
Uretrotomi interna : memotong jaringan sikatriks urera dengan pisau otis atau
dengan pisau sachse. Otis dikerjakan jika belum terjadi striktura total,
Uretrotomi externa : adalah tindakan operasi terbuka berupa pemotongan
jaringan fibrosis, kemudian dilakukan anastomosis diantara jaringan uretra
Daftar Pustaka
41
Guyton, A.C. & Hall, J.E., 2008. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran 11th ed. Jakarta:
EGC.
Ocallaghan, Chris et al. 2009. At a Glance Sistem Ginjal 2nd ed. Jakarta : Erlangga.
Price S., Wilson L. 2006. Patofisiologi Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit, edisi
6. Jakarta: EGC.
Tjokroprawiro, Askandar et al. 2007. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Surabaya :
Airlangga Univesity Press.
Puguh, Kuncoro. Ginjal. Diunduh dari http://www.google.co.id/url?
sa=t&rct=j&q=fisiologi+ginjal&source=web&cd=32&ved=0CCsQFjABOB
4&url=http%3A%2F%2Fwww.fkh.unair.ac.id%2Fmateri%2FBAHAN
%2520AJAR%2520FISIOLOGI%2520VETERINER
%2FGINJALwarnaanimal2010.ppt&ei=ePE1T5fOGcOYiAfssemiAg&usg=
AFQjCNF4jElFhDI2GZCH5j8JERx5pnk7vg&cad=rja.
Anonim. Fisiologi Ginjal. Diunduh Dari http://www.google.co.id/url?
sa=t&rct=j&q=fisiologi-ginjalfix2.pptx&source=web&cd=5&ved=0CDcQFjAE&url=http%3A%2F
%2Fkelasfapetc2010.files.wordpress.com%2F2011%2F03%2Ffisiologiginjalfix2.pptx&ei=W_I1T5mBKaqtiQe77KmAAg&usg=AFQjCNEWszYpKLP4
Uh0qEyr6VG9xfJIHRg&cad=rja.
42
43