Anda di halaman 1dari 39

Batu Saluran Kemih

Galuh Merdiana (03013081)


Karina Pathya (03013106)
Mentari Erry P (03011187)

Stase Ilmu Radiologi


RSAU dr.Esnawan Antariksa
Jakarta
ANATOMI
ANATOMI
 Ginjal merupakan organ yang berbentuk seperti kacang, terletak
retroperitoneal, di kedua sisi kolumna vertebralis daerah lumbal.
Setiap ginjal terdiri dari 600.000 nefron yg berfungsi sebagai filter

 Kedua ureter merupakan saluran yang panjangnya 25 sampai 30


cm, yang berjalan dari ginjal sampai kandung kemih

 Kandung kemih adalah salah satu kantong berotot yang dapat


mengempis dan berdilatasi, terletak di belakang. Dua fungsi
kandung kemih adalah sebagai tempat penyimpanan kemih dan
mendorong kemih keluar dari tubuh melalui uretra.
ANATOMI
 Uretra adalah saluran kecil yang dapat mengembang, yang
berjalan dari kandung kemih sampai keluar tubuh. Panjangnya
pada wanita sekitar 4 cm dan pada pria sekitar 20 cm.

 Sebagian besar reseptor rasa sakit dari saluran kemih bagian


atas yang bertanggung jawab untuk persepsi kolik ginjal
terletak di submukosa pelvis renalis, kalises, kapsul ginjal,
dan ureter atas.
Radioanatomi
Definisi
 Batu di dalam saluran kemih (calculus uriner) adalah massa
keras seperti batu yang berada di ginjal dan salurannya dan
dapat menyebabkan nyeri, perdarahan, penyumbatan aliran
kemih, atau infeksi.

 Batu ini bisa terbentuk di dalam ginjal (nephrolith) maupun


di dalam kandung kemih (vesicolith). Proses pembentukan
batu ini disebut urolithiasis
Epidemiologi
 di negara berkembang banyak ditemukan batu buli-buli
sedangkan di negara maju lebih banyak dijumpai batu saluran
kemih bagian atas (gunjal dan ureter)
 Angka prevalensi rata-rata di seluruh dunia adalah 1-12 %
penduduk menderita batu saluran kemih.
 Puncak insiden terjadi pada orang berusia 35-45 tahun
 laki-perempuan rasio 3:1
 Batu di saluran kemih jauh lebih umum terjadi pada orang
Asia dan kulit putih daripada di penduduk asli Amerika,
Afrika, Afrika Amerika, dan beberapa penduduk asli wilayah
Mediterania
ETIOLOGI
FAKTOR INTRINSIK :
 Umur : Umur terbanyak penderita BSK di negara-negara
Barat adalah 20-50 tahun, sedangkan di Indonesia terdapat
pada golongan umur 30-60 tahun.

 Jenis kelamin :Jumlah pasien laki-laki tiga kali lebih banyak


dibandingkan dengan pasien perempuan

 Herediter (keturunan) : Faktor risiko yang lebih tinggi


mungkin karena kombinasi dari predisposisi genetik dan
eksposur lingkungan yang lama (misalnya, diet).
ETIOLOGI
FAKTOR EKSTRINSIK :
 Geografi : Tingginya prevalensi BSK banyak diderita oleh
masyarakat yang tinggal di daerah pegunungan
 Iklim dan cuaca
 Asupan air : Kurangnya asupan air dan tingginya kadar
mineral kalsium meningkatkan insiden batu saluran kemih.
 Diet : purin, oksalat, dan kalsium mempermudah terjadinya
penyakit batu saluran kemih.
 Pekerjaan : Sering dijumpai pada orang yang pekerjaannya
banyak duduk dan kurang aktifitas atau sedentary life.
 Kebiasaan Menahan Buang Air Kemih
Klasifikasi
 Lokasi batu
 Nefrolithiasis : Batu yang terbentuk pada pielum, tubuli
hingga calyx ginjal.
 Ureterolithiasis : Batu yang terdapat pada ureter.
 Cystolithiasis : Batu yang terdapat pada vasika urinaria.
 Urethrolithiasis : Batu pada saluran uretra

 Karakteristik radiologi
 Radiopaque : kalsium oksalat dihidrat, kalsium oksalat
monohidrat, kalsium fosfat.
 Poor radiopaque : magnesium ammonium fosfat, apatit, sistein.
 Radiolucent : usam urat, ammonium urat, xantin, 2,8
dihidroxy-adenine.
Klasifikasi
 Etiologi
 Non-infeksi : kalsium oksalat, kalsium fosfat, asam urat.
 Infeksi : magnesium ammonium fosfat, apatit,
ammonium urat.
 Genetik : sistein, xantin, 2,8 dihidroksiadenin.

 Komposisi
Batu saluran kemih pada umumnya mengandung unsur kalsium
oksalat atau kalsium fosfat 75%, asam urat %, magnesium-
amonium-fosfat 15%, sistin, silikat dan senyawa lain 1%.
Batu kalsium
 dijumpai lebih dari 80% batu saluran kemih, baik yang
berikatan dengan oksalat maupun fosfat.
 Etiologi :
- Hiperkalsiuri : kalsium dalam urine lebih besar dari 250-
300 mg/24 jam
- Hiperoksaluri : ekskresi oksalat urine melebihi 45 gram
per hari
- Hiperorikosuria, yaitu kadar asam urat dalam urine
melebihi 850 mg/24 jam.
- Hipersitraturi
- Hipomagnesuria
Batu asam urat
- merupakan 5-10% dari seluruh batu saluran kemih.

- Penyakit ini banyak diderita oleh pasien dengan penyakit


gout, penyakit mieloproliferatif, pasien yang mendapatkan
terapi antikanker, dan yang banyak menggunakan obat
urikosurik.Obesitas, peminum alkohol, dan diet tinggi
protein mempunyai peluang besar untuk mendapatkan
penyakit ini
Batu asam urat
 Faktor yang menyebabkan terbentuknya batu asam urat
adalah :
1. urine yang terlalu asam (pH urine < 6),
2. volume urine yang jumlahnya sedikit (< 2 liter/hari) atau
dehidrasi,
3. hiperurikosuri atau kadar asam urat yang tinggi.

. Bersifat radiolusen, sehingga pada pemeriksaan PIV tampak


sebagai bayangan filling defect
Batu struvit
- Disebut juga batu infeksi.

- Kuman penyebab adalah kuman golongan pemecah urea atau


urea splitter yang dapat menghasilkan enzim urease dan
mengubah pH urine menjadi basa melalui hidrolisis urea
menjadi amoniak. Suasana basa ini memudahkan garam-
garam magnesium, amonium, fosfat dan karbonat untuk
membentuk batu magnesium amonium fosfat (MAP).
Batu struvit
 Kuman-kuman yang termasuk pemecah urea diantaranya
adalah : Proteus spp, Klebsiella, Serratia, Enterobakter,
Pseudomonas dan Stafilokokus. E.coli bukan termasuk
pemecah urea.
Batu jenis lain
Batu sistin, batu xanthin, batu triamteren, dan batu silikat
sangat jarang dijumpai.

Batu sistin didapatkan karena kelainan metabolisme sistin, yaitu


kelainan absorpsi sistin di mukosa usus. Batu xantin terbentuk
karena penyakit bawaan berupa defisiensi enzim xanthin
oksidase.
Patofisiologi
 Batu terdiri dari bahan-bahan organik maupun anorganik yang
terlarut dalam urin. Kristal-kristal tersebut tetap berada dalam
keadaan metastable dalam urin jika tidak ada keadaan keadaan
tertentu yang menyebabkan terjadinya presipitasi kristal. Kristal
yang saling mengadakan presipitasi membentuk inti batu yang
kemudian akan mengadakan agregasi dan menarik bahan bahan lain
sehingga menjadi kristal yang lebih besar. Kristal tersebut bersifat
rapuh dan belum cukup membuntukan saluran kemih. Maka dari
itu agregat Kristal menempel pada epitel saluran kemih dan
membentuk retensi kristal. dengan mekanisme inilah bahan bahan
lain diendapkan pada agregat tersebut hingga membentuk batu
yang cukup besar untuk menyumbat saluran kemih.
MANIFESTASI KLINIS
 tergantung pada letak batu, besar batu dan penyulit yang
telah terjadi
 nyeri ketok di daerah kosto-vertebra
 teraba ginjal pada sisi yang sakit akibat hidronefrosis,
 ditemukan tanda-tanda gagal ginjal
 retensi urine
 jika disertai infeksi didapatkan demam/menggigil
• kolik renalis
DIAGNOSIS
 Anamnesis
 Keluhan : tanpa keluhan, sakit pinggang ringan sampai dengan
kolik, disuria, hematuria,retensio urine, anuria.
 Penyakit terdahulu
 Pemeriksaan Fisik
 Pemeriksaan fisik umum : hipertensi, febris, anemia, syok
 Pemeriksan fisik khusus urologi
 Sudut kosto vertebra: Nyeri tekan, nyeri ketok dan pembesaran ginjal
 Supra simfisis : Nyeria tekan, teraba batu, buli-buli penuh
 Genitalia eksterna : Teraba batu di uretra
 Colok dubur : Teraba batu pada buli-buli pada saan melakukan
palpasi bimanual
DIAGNOSIS
 Pemeriksaan Laboratorium
 Pemeriksaan urin rutin untuk melihat eritrosituri, lekosituria,
bakteriuria (nitrit), pH urin dan kultur urin
 Pemeriksaan darah berupa hemoglobin, lekosit, ureum dan
kreatinin.
 Urinalysis : pH > 7.5 : lithiasis karena infeksi dan pH < 5.5 :
lithiasis karena asam urat
Pemeriksaan Penunjang
Foto Polos Abdomen
 Normal
 Foto Polos Abdomen:
 Distribusi gas di usus
Normal.
 Kontur Hepar dan lien
tidak membesar.
 Kontur ren D/S Normal.
 Psoas Shadow simetris.
 Tulang baik.
 Tidak tampak adanya
bayangan batu radioopak
sepanjang tractus urinarius.
Pemeriksaan Penunjang
Pielografi Intra Vena (PIV)
 Pemeriksaan piolegrafi intravena dilakukan dengan
menyuntikkan bahan kontras secara intravena dan
dilakukan pengambilan gambar radiologis secara serial
yang disesuaikan dengan saat zat kontras mengisi ginjal,
berlanjut ke ureter, dan ke kandung kemih.

 Indikasi pemeriksaan PIV adalah untuk mendeteksi lokasi


obstruksi
Pemeriksaan Penunjang
Pielografi Intra Vena (PIV)
 IPV menit ke 5
 Pada menit ke-5, organ yang
dinilai yaitu perginjalan, yang
meliputi nefrogram dan sistem
pyelocalices (SPC).
 Nefrogram yaitu bayangan dari
ginjal kanan dan kiri yang terisi
kontras. Warnanya semiopaque,
jadi putihnya sedang-sedang saja.
 Pada menit ke-5, contoh
penyakit yang bisa diketahui
yaitu penyakit-penyakit yang ada
di ren, misalnya pyelonefritis,
nefrolitiasis, hidronefrosis,
massa/tumor renal, dll.
Pemeriksaan Penunjang
Pielografi Intra Vena (PIV)
 Menit ke 15
 Penilaian ureter pertama yaitu
jumlah ureter terkadang, ureter
bisa hanya nampak 1 aja, itu
mungkin di sebabkan kontraksi
ureter saat pengambilan foto,
jadi tidak nampak ketika difoto.
 Kedua posisi ureter, lalu kaliber
ureter diameternya, normal <
0.5 cm, ada tidaknya batu, baik
lusen maupun opaque, kemudian
nyatakan bentuk, jumlah,
ukuran, dan letak batu.
 Contoh penyakit pada menit ke
15 diantaranya: hidroureter,
ureterolithiasis, ureteritis.
Pemeriksaan Penunjang
Pielografi Intra Vena (PIV)
 Menit ke 45 : Menilai buli-
buli.
 Apakah dinding buli reguler?
adakah additional shadow
(divertikel) ataupun filling
defect (masa tumor) dan
indentasi prostat, gambaran
dinding yang menebal
ireguler dicurigai adanya
sistitis kronis.
 Contoh penyakit pada menit
ke 45 yaitu cystitis,
pembesaran prostat, massa
vesikolithiasis
Pemeriksaan Penunjang
Pielografi Intra Vena (PIV)
 Post miksi
 Kita harus menilai apakah
setelah pasien berkemih
kontras di buli minimal?
Seandainya terdapat sisa
yang banyak kita dapat
mengasumsikan apakah
terdapat sumbatan di distal
buli ataupun otot kandung
kencing yang lemah.
 Normalnya yaitu sisa 1/3
dari buli-buli penuh
Pemeriksaan Penunjang
Urografi Retrograde
 Indikasi urografi retrograde
adalah untuk melihat anatomi
traktus urinarius bagian atas
dan lesi-lesinya.
 Hal ini dikerjakan apabila
pielografi intravena tidak
berhasil menyajikan anatomi
dan lesi-lesi traktus urinarius
bagian atas.
 Keistimewaan urografi
retrigrad berguna melihat
fistel.
Pemeriksaan Penunjang
Ultrasonografi (USG)
 Sonogram ginjal normal :
 Ukuran ginjal normal dewasa : Ginjal kanan : 8– 14 cm (rata-rata 10,74
cm), Ginjal kiri : 7–12 cm (rata-rata 11.10 cm), Diameter antero-posterior
4 cm dan diameter melintang rata-rata 5 cm. Ukuran panjang ginjal normal
secara USG lebih kecil bila dibandingkan dengan yang terlihat secara
radiografi.

 Ginjal normal memperlihatkan sonodensitas kortek yang lebih rendah


(hipoekoik) dibandingkan dengan sonodensitas hati,limpa dan sinus renalis.
Tebal kortek kira-kira 1/3 – 1/2 sinus renalis dengan batas rata atau
bergelombang pada ginjal yang lobulated. Sedangkan sinus renalis yang
terletak ditengah ginjal memberikan sonodensitas yang tinggi (hiperekoik)
disebabkan karena komposisinya yang terdiri atas lemak dan jaringan
parenkim ginjal. Didalam sinus renalis terdapat garis-garis anekoik, yaitu
irisan kalises yang bila diikuti akan bergabung pada daerah anekoik besar,
yaitu pelvis renals.
Pemeriksaan Penunjang
Computed Tomography Scan (CT-Scan)
 Pemeriksaan CT scan pada
kasus infeksi saluran kemih
bermanfaat untuk
mendeteksi adanya
pielonefritis akut.
 Dengan CT scan kontras,
pielonefritis akut akan
tampak sebagai daerah yang
underperfusion
Pemeriksaan Penunjang
Magnetic Resonance Imaging (MRI)
 Pemeriksaan MRI manfaat
utamanya pada ginjal adalah
untuk mendeteksi adanya
massa ginjal.
 Keuntungan dari pemeriksaan
MRI adalah memberikan
gambaran multiplanar, secara
jelas memberikan gambaran
antara jaringan normal
dengan jaringan yang
patologis serta tidak ada efek
radiasi.
Diagnosis Banding
 Pielonefritis akut,
 Tumor ginjal, ureter dan vesika urinaria,
 Tuberkulosis ginjal,
 Nekrosis pielocaliceal ginjal,
 Kolesistitis akut, dan
 Appendisitis akut.
Penatalaksanaan
 Medikamentosa:
 Terapi ini ditujukan untuk batu yang ukurannya kurang dari 5
mm diharapkan dapat keluar dengan spontan dengan tujuan
untuk mengurangi nyeri saat proses pengeluaran batu dengan
cara miksi. Pemberian diuretik dapat digunakan untuk
memperlancar aliran urin. Edukasi pasien untuk minum banyak
juga dapat dilakukan untuk memperlancar aliran urin.
 Oral alkanizing agents seperti natrium atau kalium bikarbonat
dapat mendisolusikan batu yang bersifat asam. Kontraindikasi
obat ini adalah pasien dengan riwayat gagal jantung atau gagal
ginjal.
Penatalaksanaan
 Non Medikamentosa
 ESWL (Extracorporeal Shockwave Lithotripsy)
alat ini dapat memecah batu ginjal, ureter proksimal atau buli buli tanpa melalui
tindakan invasive dan tanpa pembiusan. Menggunakan shockwave batu dapat
dipecahkan. Kontraindikasi pemecahan batu menggunakan ESWL adalah pasien
hamil, infeksi saluran kemih dan batu sistein.
 PNL (Percutaneus Nephro Litholapaxy)
menggunakan alat endoskopi ke sistem kalises melalui insisi pada kulit. Batu
kemudian dipecah menjadi ukuran yang lebih kecil.
 Litotripsi
menggunakan alat litotriptor dengan akses dari uretra, batu dapat dipecahkan
menjadi fragmen kecil. Pecahan batu dapat dikeluarkan dengan evakuator Ellik.
 Ureteroskopi
dengan memasukkan alat ureteroskopi per uretram guna melihat keadaan
ureter atau sistem pielokaliks ginjal.
Penatalaksanaan
 Bedah laparoskopi
cara ini banyak dipakai untuk mengambil batu ureter.

 Bedah terbuka : terbagi atas :


 Nefrolitotomi merupakan operasi terbuka untuk mengambil batu yang
berada di dalam ginjal
 Ureterolitotomi merupakan operasi terbuka untuk mengambil batu yang
berada di ureter
 Vesikolitomi merupakan operasi terbuka untuk mengambil batu yang
berada di vesica urinaria
 Uretrolitotomi merupakan operasi terbuka untuk mengambil batu yang
berada di uretra.
Penatalaksanaan
Algoritme penatalaksanaan non medika mentosa pada
urolithiasis
KOMPLIKASI
 Hidronefrosis
 pielonefrosis
 uremia
 gagal ginjal
TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai