Pendahuluan
Trauma
adalah
keadaan
yang
disebabkan oleh luka atau cedera.
Trauma
dapat
menyebabkan
hilangnya produktivitas seseorang.
Masalah yang diakibatkan karena
adanya trauma sering diabaikan
sehingga
trauma
merupakan
penyebab kematian utama pada
kelompok usia muda dan produktif
diseluruh dunia
Tinjauan Pustaka
Trauma Ginjal
Mekanisme Trauma
Trauma tumpul
Trauma tumpul pada abdomen, flank,
atau belakang terhitung sebanyak
80% dari semua kasus pada cedera
ginjal.
Penyebab paling umum ialah
kecelakaan motor, jatuh dari
ketinggian, cedera olahraga, dan
kekerasan
Penyebab tersering trauma tajam
pada ginjal ialah disebabkan oleh
pisau atau tembakan. Kira kira 85%
kasus trauma tajam melibatkan
ginjal dan berkaitan dengan cedera
pada organ intraabdominal lainnya.
Manifestasi Klinis
Patut dicurigai adanya cedera pada ginjal jika
terdapat:
Trauma didaerah pinggang, punggung, dada
sebelah bawah, dan perut bagian atas dengan
disertai nyeri atau didapatkan adanya jejas pada
daerah itu.
Hematuria
Fraktur kosta bawah (T 8-12) atau fraktur
prosesus spinosus vertebrae
Trauma tembus pada daerah abdomen atau
pinggang
Diagnosis
Jenis pencitraan yang diperiksa
tergantung pada keadaan klini dan
fasilitas yang dimiliki oleh klinik yang
bersangkutan. Modalitas yang dapat
digunakan dalam penilaian trauma
ginjal ialah CT scan, Ultrasonografi
(USG), intravenous pyelography
(IVP), Magnetic Resonance Imaging
(MRI), dan arteriografi
PEMERIKSAAN PENUNJANG
Adanya trauma ginjal
akan terlihat pada IVP
berupa ekskresi kontras
yang
kurang
(bandingkan
dengan
kontralateral) , garis
psoas atau kontur ginjal
yang mengilang karena
tertutup
oleh
ekstravasasi urin atau
hematoma.2
Hemoperitoneum
USG Abdomen
Hematom
CT Scan
Pemeriksaan CT Scan merupakan
pemeriksaan gold standar untuk
evaluasi pasien trauma ginjal
menyediakan
informasi
yang
berhubungan dengan derajat trauma
ginjal, seperti laserasi parenkim
dengan atau tanpa keterlibatan
pelvikokalices dan cedera vascular
Menilai derajat trauma
Derajat I
Derajat II
hematoma perirenal (tidak ada
flattening ginjal akibat penekanan
hematom) atau laserasi korteks
renalis <1 cm tanpa ekstravasasi
urin.
Derajat III
Kedalaman laserasi membedakan antara
derajat II dan III trauma ginjal.
Pada grade III trauma ginjal ditandai
dengan hematom perirenal yang hanya
sebatas retroperitoneal serta laserasi ginjal
>1 cm dapat melibatkan medulla ginjal
dan tidak melibatkan sistem pelvikokalices
yang ditandai dengan kurangnya
ekstravasasi urin
Grade IV
Laserasi ginjal mencapai korteks,
medulla, dan sistem collecting ginjal,
selain itu trauma melibatkan laserasi
arteri dan vena renalis sehingga
menyebabkan
infark
segmental
ginjal.
Derajat V
Ginjal
terbelah
secara
komplit
(shattered), trauma ureteropelvis
junction dan avulsi atau trombosis
komplit arteri dan vena renalis
sehingga menyebabkan terjadinya
devaskularisasi.
konservatif
Tindakan konservatif ditujukan pada
trauma minor
observasi tanda vital (tensi, nadi, dan
suhu tubuh), kemungkinan adanya
penambahan
massa
dipinggang,
adanya pembesaran lingkar perut,
penurunan kadar hemoglobin darah,
dan
,
monitor
warna
urin,
pemeriksaan fungsi ginjal, follow up
imaging
Operasi
Operasi ditujukan pada trauma ginjal
major dengan tujuan untuk segera
menghentikan perdarahan.
Renorafi
Nefrektomi parsial atau total
komplikasi
perdarahan yang hebat dan berakhir
dengan kematian.
Selain itu kebocoran sistem kaliks
ekstravasasi
urin
sehingga
menimbulkan
urinoma,
abses
perirenal, urosepsis, dan kadang
menimbulkan fistula reno-kutan.
pasca cedera ginjal hipertensi,
hidronefrosis,
urolithiasis,
atau
pielonefritis kronis.2
KASUS
Identitas
Nama
: Tn. U
Umur
:53 Tahun
JK
:Laki-laki
Tanggal masuk :20 januari 2016
Ruangan
: Teratai
ANAMNESIS
Keluhan Utama : Nyeri punggung kiri dan kanan
Anamnesis Terpimpin :
Nyeri punggung kiri dan kanan dialami dua hari
sebelum masuk RS, serta tidak dapat buang air
kecil. Setelah terpasang kateter urin berwarna
merah. Selain itu pasien juga mengeluhkan rasa
sakit pada punggung saat bernapas, batuk tidak
ada. Demam (+) satu hari sebelum MRS, mual
tidak ada, muntah tidak ada, belum BAB sejak
dua hari yang lalu.
Mekanisme Trauma :
Trauma
terjadi
ketika
pasien
sedang
menebang pohon besar. Kemudian pohon
terjatuh kearah depan, namun bagian pangkal
pohon yang sedang jatuh terangkat kearah
pasien dan saat berusaha lari membelakangi
pohon, bagian bawah pohon menghantam
belakang
pasien.
Pasien
mengalami
kehilangan kesadaran kurang lebih 3 menit.
PRIMARY SURVEY
Airway : Paten
Breathing : RR: 20 Kali/Menit
Thorax
Inspeksi : Pergerakan dinding dada +/+, jejas
(+/+) region costae posterior
Palpasi : Pergerakan dinding dada +/+
simetris bilateral
Perkusi : Sonor simetris bilateral +/+, nyeri +/
+
Auskultasi : vesicular +/+, rh -/-, wh -/-
Circulation
TD :110/80 mmHg
Kepala
Conjungtiva anemis +/+
Sklera ikterik -/ Edema palpebrae -/Leher
Deviasi trakea (-)
Thorax
Paru-paru
Inspeksi : Pergerakan dinding dada +/+, jejas (+/+)
regio costae verae dextra sinistra posterior,
penonjolan tulang pada region costa IX,X.
Palpasi : Pergerakan dinding dada +/+ simetris
bilateral
Perkusi : Sonor simetris bilateral +/+, nyeri +/+
Auskultasi : vesicular +/+, rh -/-, wh -/Jantung
Inspeksi : ictus cordis tampak pada ICS V
Palpasi : Ictus cordis teraba pada ICS V
Perkusi : Batas jantung normal
Auskultasi : BJ I/II Murni regular, murmur (-), gallop
(-)
Abdomen
Inspeksi : Datar kesan normal
Auskultasi : bunyi peristaltic (+) kesan normal
Perkusi : timpani seluruh lapang abdomen,
nyeri pada kuadran kiri atas (+)
Palpasi : nyeri tekan kuadran kiri atas
Genitalia : tidak terdapat kelainan akibat trauma
Ekstremitas
Superior : Deformitas (-/-)
Inferior : Deformitas (-/-)
Status lokalis
Regio
: Flank
Inspeksi : Vulnus ekskoriasi (+)
dextra dan sinistra
Perkusi : Nyeri ketok (+/+)
Palpasi
: penonjolan costa IX,X
posterior
Pemeriksaan Penunjang
Kontusio Paru
Hasil pembacaan:
Fraktur costa IX,X dextra posterior
RESUME
Pasien Laki-laki usia 53 tahun, MRS dengan keluhan nyeri
pada regio costovertebral setelah tertimpa rubuhan pohon.
Hematuria (+) febris (+) sehari sebelum masuk RS. Pada
pemeriksaan tanda vital didapatkan TD 110/80 mmHg,
Akral hangat (+) kering (+), CRT <2 detik, denyut nadi
80x/menit.
Pada pemeriksaan status lokalis regio kostovertebral
tampak vulnus ekskoriasi (+) dextra dan sinistra, perkusi
nyeri (+), palpasi penonjolan costa IX, X posterior.
Pada pemeriksaan darah rutin didapatkan Hb:7,5 mg/dl
Pemeriksaan Penunjang USG Abdomen kesan Hematoma
subkapsular renal sinistra dan pada foto thorax didapatkan
fraktur tertutup kosta IX, X S/D
DIAGNOSIS
Trauma tumpul renal sinistra dengan
gross hematuria
Fraktur tertutup kosta IX,X D/S
Rencana Terapi
Medika Mentosa
Jika syok terapi resusitasi cairan. Guyur RL 2-3
kali dari jumalh darah yang hilang sampai
dicapai tanda tanda vital yang normal
Transfusi darah
Transamin 500mg/8jam/iv
Ceftriakson 1 gr/12 Jam
Asam Mefenamat 3x500 mg
Tramadol 3x1 tab
Ranitidin 1 ampul/12 jam
Follow Up
Cek HB dan HCT Serial
Ukur produksi urin per 12 jam
PEMBAHASAN
Pada kasus ini pasien MRS setelah 2
hari menerima perawatan di RS
Mokopido Toli-toli. Dalam hal ini
penanganan awal post trauma
terhadap pasien telah dilakukan
Menurut teori setiap pasien trauma
perlu dilakukan initial assessment
untuk mencegah kematian.
TERIMA KASIH