Anda di halaman 1dari 13

Rafif Esa Pradipta

1710211114
 Merupakan cidera yang terjadi pada buli-buli (vesika urinaria)
akibat trauma baik eksternal (non-iatrogenik) maupun trauma
internal (iatrogenik), termasuk dalam keadaan emergensi yang
membutuhkan tindakan cepat. Trauma buli-buli jarang terjadi
karena posisinya retroperitoneal dan terlindungi oleh cavitas
pelvis dan energi yang ditimbulkan trauma harus cukup besar
untuk mencapai buli-buli.
 60-90% disebabkan oleh trauma tumpul.\
 30% cedera buli-buli disertai fraktur
 Ruptur ekstraperitoneal lebih sering terjadi dibanding ruptur
intraperitoneal. Kedua jenis ruptur vesica ini sangat jarang terjadi
bersamaan atau disertai dengan ruptur uretra.
• Trauma tumpul yang terjadi pada abdomen dan pelvis menyebabkan
1 terjadinya gerakan berlawanan arah titik fiksasi fasia endopelvis dan
diafragma pelvis, atau menyebabkan fraktur pelvis yang bisa menyebabkan
ruptur dinding buli-buli.

2 • Trauma Penetrasi, yaitu tusukan benda tajam, tembakan peluru atau


barang yang memiliki ujung tajam menghempas abdomen saat
ledakan atau kecelakaan.

• Minum alkohol menyebabkan distensi vesica urinaria dan mabuk


3 saat berkendara.

• Trauma iatrogenik, yaitu pasca tindakan bedah obgyn,


4 gynekologi, atau bedah urologi.
 Rupture Extraperitoneal
 biasanya berhubungan dengan fraktur pelvis karena
pergeseran anterolateral dasar bladder akibat distorsi
pelvic ring dan tergeser mengenai spikula atau ujung
segmen tulang yang fraktur.
 Rupture Intraperitoneal
 biasanya akibat trauma tumpul yang keras menekan
vesica dalam keadaan distensi sehingga tekanan
intravesica meningkat dan mengarah ke dome vesica
(bagian yg lemah) dan terjadilah ruptur
intraperitoneal.
 Hematuria gross (90%) bisa juga hematuria mikroskopis (10%)
 Abdomen: nyeri suprapubic, distensi buli, memar.
 Pelvis: fraktur pelvis, sulit menggerakkan femur, nyeri.
 Keluhan urinaria: jika pada buli ada sisa benda asing penyebab trauma selama >3
bulan, akan membentuk calculi buli dan akan timbul keluhan sulit miksi, disuria,
isk, frekuensi dan urgensi.
 Perdarahan/hematoma pada meatus uretra, kemungkinan jenis ruptur
ekstraperitoneal.
 Edema jaringan akibat ekstravasasi urin.
 Pemeriksaan Radiologi
 Cystografi: golden key (akurat 80-90%) dengan
memasukkan kontras sebanyak 300-400 mL pada
sistoskopi/kateter ke vesica urinaria dan akan terlihat
kontras yang menandakan ekstravasasi. Hasil:
 Ruptur Intraperitoneal: ekstravasasi kontras ke lipatan
usus atau di sekitar hepar.
 Ruptur ekstraperitoneal: ekstravasasi di
perivesical ”flame shaped”
 Cystoskopi untuk mencari apakah ada lesi selain pada
buli.
 USG untuk mendeteksi apakah disertai striktur uretra atau
tidak.
 IVP jika ada hematoma pelvis blader akan nampak “pear-
shaped”
 Jika pasien datang dengan kondisi syok, lakukan resusitasi cairan
hingga stabil lalu lakukan reparasi buli.
 Untuk kontusio buli: lakukan pemasangan kateter agar urin
tersalurkan keluar sehingga bisa mengistirahatkan buli dan
diharapkan sembuh dalam 7-10 hari.
 Ruptur intraperitoneal: lakukan laparotomi eksplorasi untuk
mencari lokasi ruptur dan kemungkinan ada lesi di organ sekitar.
Drainase intraperitoneal lalu jahit buli dengan jahitan 2 lapis
.kemudian pasang sistosomi.
 Ruptur ekstrapeitoneal: pasang kateter selama 7-10 hari dan
lakukan penjahitan buli dan pemasangan sistosomi
 Ekstravasasi urin ke rongga peritoneum → sepsis,
peritonitis, asites
 Syok, anemia, striktur uretra.

 Dubia ad bonam, jika dilakukan penatalaksanaan


yang tepat, dan dianjurkan untuk melakukan
urinalisis setelah kateter dilepas untuk melihat
kemungkinan ISK.

Anda mungkin juga menyukai