Anda di halaman 1dari 8

MRI

Gambar 1. Pria 61 tahun, dengan riwayat pengangkatan keganasan prostat dengan


insersi cystotomy suprapubik sejak 18 bulan yang lalu. (A) Uretrografi retrograd
menunjukkan ujung terputus pada kolom kontras (striktura uretra total). (B) dan
(C) FRFSE dan FRFSE MR uretrografi menunjukkan striktura uretra posterior
(prostatik) total (Hanna et al, 2015).
Gambar 2. Pasien usia 20 tahun denga riwayat trauma. (A) uretrografi retrograd
menunjukkan stiktura uretra membranosa dan bulbus. (B) dan (C) TSFSE MR
urethrography menunjukkan uretra membranosa dan bulbosa yang terdisrupsi total
dengan estimasi panjang uretra dengan defek sekitar 9 cm (Hanna et al, 2015).
Gambar 3. Pasien usia 32 tahun dengan riwayat gejala obstruktif sejak 6 bulan
yang lalu dan riwayat trauma pelvis sejak 2 tahun yang lalu. (A) RUG
menunjukkan striktur uretra anterior (tanda panah). (B) dan (C) FRFSE dan
TSFSE MR urethrography menunjukkan striktur uretra anterior dengan penebalan
dinding uretra pada segmen menyempit yang dicurigai fibrosis periuretral (Hanna
et al, 2015)
Diagnosis banding

Hiperplasia Prostat Benigna

Kelenjar prostat yang mengalami pembesaran dapat menyumbat uretra


pars prostatika dan menyebabkan terhambatnya aliran urin keluar dari buli-buli.
Sebagian besar hiperplasia prostat terdapat pada zona transisional, sedangkan
pertumbuhan karsinoma prostat berasal dari zona perifer (Purnomo, 2012).

Pemeriksaan ultrasonografi dapat dilakukan melalui trans abdominal (trans


abdominal ultrasonography/TAUS) dan trans rektal (trans urethral
ultrasonography/TRUS). Dari TAUS diharapkan mendapat informasi mengenai
perkiraan volume prostat, panjang protrusi prostat ke buli-buli atau intra prostatic
protrusion (IPP), kelainan pada buli-buli, sisa residu urin pasce miksi, dan
hidronefrosis atau kerusakan ginjal akibat obstruksi prostat. Pada pemeriksaan
TRUS dicari kemungkinan adanya fokus keganasan prostat berupa area hipoekoik
dan kemudian sebagai penunjuk dalam melakukan biopsi prostat (Purnomo,
2012).
Gambar 4. USG prostat tampak prostat membesar. Lobus median prostat
mengindentasi dasar buli-buli (kasus dari dr. Fakhry Mahmoud Ebouda,
Radiopaedia.org, rID: 34645)

Batu uretra

Batu uretra biasanya berasal dari batu ginjal/ ureter yang turun ke buli-
buli, kemudian masuk ke uretra. Batu uretra yang merupakan batu primer terbetuk
di uretra sangat jarang kecuali jika terbentuk di dalam divertikel uretra. Batu yang
berada di uretra anterior seringkali dapat diraba oleh pasien berupa benjolan keras
pars bulbosa maupun pendularis, atau kadang-kadang tampak di meatus uretra
eksterna. Jika batu berada di uretra posterior, nyeri dirasakan di perineum atau
rectum (Purnomo, 2012).
Gambar 5. Calculus tampak di atas simfisis pubis (kasus dari dr. Maulik S Patel,
Radiopaedia.org, rID: 9194)

Stenosis Meatus Uretra

Stenosis meatus uretra seringkali berhubungan dengan hipospadia.


Hipospadia adalah kelainan kongenital berupa muara uretra yang terletak di
sebelah ventral penis dan sebelah proksimal ujung penis (Purnomo, 2012).
VCUG oblik pada anak laki-laki usia 10 tahun dengan hipospadia menunjukkan
uretra terdilatasi secara uniformis dan penyempitan mendadak pada meatus uretra
(Jana et al, 2011).

Tatalaksana

Tindakan khusus yang dilakukan terhadap striktura uretra adalah:

Businasi (dilatasi) dengan busi logam yang dilakukan secara hati-hati.


Tindakan yang kasar akan merusak uretra sehingga menimbulkan luka baru yang
pada akhirnya menimbulkan striktura yang lebih berat. Tindakan ini dapat
menimbulkan salah jalan (false route) (Purnomo, 2012).

Uretrotomi interna, yaitu memotong jaringan sikatriks uretra dengan pisau


Otis atau dengan pisau Sachse. Otis dikerjakan jika belum terjadi striktura total,
sedangkan pada striktura yang lebih berat, pemotongan striktura dikerjakan secara
visual dengan memakai pisau Sachse (Purnomo, 2012).

Uretrotomi eksterna adalah tindakan operasi terbuka berupa pemotongan


jaringan fibrosis, kemudian dilakukan anastomosis di antara jaringan uretra yang
masih sehat (Purnomo, 2012).

Pada striktura yang panjang dan buntu total, seringkali diperlukan


beberapa tahapan operasi, yakni tahap pertama dengan membelah uretra dan
membiarkan untuk epitelialisasi (Johanson I) dan dilanjutkan pada tahap dengan
membuat neouretra (Johanson II) (Purnomo, 2012).
Hanna, S., Abdel Rahman, S., Altamimi, B. dan Shoman, A. (2015). Role of MR
urethrography in assessment of urethral lesions. The Egyptian Journal of
Radiology and Nuclear Medicine. 46, 499-505

Jana, M., Gupta, A., Prasad, K., Goel, S., Tambade, V. and Sinha, U. (2011).
Pictorial essay: Congenital anomalies of male urethra in children. Indian
Journal of Radiology and Imaging, 21(1), p.38.

Purnomo, B.P. (2012). Dasar-dasar Urologi. ed. 3. Malang: Sagung Seto

Anda mungkin juga menyukai