Anda di halaman 1dari 32

REFERAT

USG TRAKTUS URINARIUS

Disusun Oleh :
Ira Puspita Nurina
1102015101

Pembimbing :
dr. Kesuma Mulya, Sp.Rad

KEPANITERAAN KLINIK BAGIAN RADIOLOGI


FK UNIVERSITAS YARSI
RSUD CILEGON
PERIODE SEPTEMBER OKTOBER-2019
DAFTAR ISI

BAB I......................................................................................................................................3
PENDAHULUAN..................................................................................................................3
BAB II.....................................................................................................................................4
PEMBAHASAN.....................................................................................................................4
2.1 Ultrasonografi.........................................................................................................4
2.2 Kelainan pada Traktus Urinarius.......................................................................12
2.2.1 Kelainan pada Ginjal...................................................................................12
2.2.2 Kelainan pada Ureter...................................................................................24
2.2.3 Kelainan pada Vesica Urinaria...................................................................25
BAB III.................................................................................................................................29
KESIMPULAN....................................................................................................................29
DAFTAR PUSTAKA...........................................................................................................30
BAB I

PENDAHULUAN

Pencitraan memegang peranan yang sangat penting di bidang medis.


Teknologi pencitraan medis menawarkan potensi sangat besar dalam membantu
dokter melakukan pencegahan dini, penetapan diagnosis, serta pemberian treatment
lanjutan kepada para pasien.

Pada banyak kasus, teknologi ini juga telah menjadi langkah pertama dari
serangkaian proses tindakan medis yang harus dilakukan dokter. Di sisi yang lain,
pengolahan data citra medis berbasis komputer telah terbukti mempermudah proses
yang harus dilakukan dokter dengan lebih cermat, dan teliti dalam waktu yang
singkat.

Ultrasonografi merupakan salah satu modal diagnostik yang dapat digunakan


untuk melihat kelainan salah satunya kelainan pada saluran kemih. Indikasi dilakukan
indikasi USG ginjal, yaitu gagal ginjal, hematuria, kemungkinan massa ginjal, infeksi
saluran kemih, nyeri di daerah ginjal dan vesika urinaria, trauma ginjal, kemungkinan
anomaly kongenital, riwayat polycystic disease dalam keluarga, pra dan pasca
transplantasi ginjal
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Ultrasonografi
Ultrasonografi (USG) merupakan salah satu teknologi pencitraan
medis, yang paling banyak digunakan dalam dunia kedokteran saat ini.
Ultrasonik bekerja dengan cara memancarkan gelombang suara frekuensi
tinggi ke tubuh pasien melalui transduser. Gelombang suara ini menembus
tubuh dan mengenai batasbatas antar jaringan, seperti antara cairan dan otot,
antara otot dan tulang. Sebagian gelombang suara ini dipantulkan kembali ke
transduser, sebagian lain terus menembus bagian tubuh lainnya sampai
kemudian juga dipantulkan. Gelombang-gelombang suara pantulan ini
ditangkap kembali oleh transduser dan diteruskan ke mesin ultrasonik, yang
akan menghitung berapa jarak jaringan pemantul dengan probe berdasarkan
kecepatan suara di dalam jaringan. Lalu mesin ultrasonik menampilkan
pantulan gelombang suara itu di layar dalam bentuk sinyal. Hasil pantul
(echo) dari gelombang tersebut kemudian dideteksi dengan transduser yang
mengubah gelombang akustik ke sinyal elektronik untuk diolah dan
ditampilkan

2.1.1 Teknik Pemeriksaan


Menetukan posisi ginjal dan daerah yang perlu diperiksa lebih lanjut
merupakan hal penting. Fokus transduser yang digunakan sekitar 5 cm, 2,5 –
3,5 MHz cukup memadai, dan pada orang kurus atau anak digunakan
transduser 5MHz, sedangkan pada orang yang gemuk sekali 1,5 – 2 Mhz
mungkin lebih berguna1.
Lakukan irisan transversal untuk menentukan lokasi aksis ginjal,
diikuti dengan irisan longitudinal, bila perlu menggunakan magnifikasi. Ginjal
turut bergerak saat pernapasan, sehingga pada linear scan diperlukan
menahan nafas. Penelahaan kutub atas ginjal paling baik dengan sector
transduser melalui celah iga. Pemeriksaan ginjal transplantasi mudah
dilakukan karena cukup dengan mengikuti jaringan parut yang ada,
menggunakan focus pendek, dan penyesuaian TGC1.

Gambaran pola eko Kemungkinan


Ginjal (-) Ektopik atau nefroktomi total atau
agenesis
Ginjal, Coll. Bertini Rejection
Ginjal, Sistem collecting Obstruksi atau hidronefrosis
Massa kistik, batas tipis dan Kista benigna, 80% benar
tegas
Massa solid Tumor atau inflamasi local
Massa kistik multipel Penyakit ginjal polikistik
Eko sentral meninggi, kasar Sinus llipomatosis
Massa suprarenal Tumor adrenal

2.1.2 Pedoman Pemeriksaan1,2

Persiapan yang dilakukan pada pasien antara lain:

1. Persiapan pasien. Tidak terdapat persiapan pasien khusus yang diperlukan.


Untuk pemeriksaan kandung kemih, pasien harus mnum air terlebih
dahulu
2. Posisi pasien. Pemeriksaan pasien berbaring pada bagian punggungnya
(terlentang).
3. Pemilihan transduser. Untuk dewasa, gunakan transduser kurvilinier 3,5
MHz. Untuk anak anak atau dewasa kurus, gunakan transduser 5 MHz.
4. Penyetelan gain yang benar. Pemeriksaan dimulai dengan meletakkan
transduser pada abdomen kanan atas. Arahkan berkas USG secara
menyudut jika diperlukan, dan atur gain untuk mendapat gambar USG
yang jelas.

Untuk ginjal kanan, pasien diminta berbaring terlentang dan pasien


diminta untuk menarik nafas dalam dan menahan nafas. Posisi ini
dimaksudkan untuk untuk membebaskan hati dan menampakkan ginjal lebih
ke bawah. Pada posisi ini, ginjal dapat diperiksa dalam penampang membujur
dan melintang, dengan mengatur letak transduser miring ke bawah lengkung
iga kanan, sejajar atau tegak lurus terhadap sumbu ginjal dan menggunakan
hati sebagai jendela akustik. Pemeriksaan dimulai dari bagian medial sampai
ke lateral secara teratur berjarak 1 atau 2 cm. Posisi ini paling baik untuk
menilai parenkim ginjal.

Pada keadaan ekspirasi, penampang melintang ginjal dapat diperiksa


melalui sela iga sepanjang garis mid-aksiler. Pada inspirasi dalam, penampang
koronal dapat diperiksaa dengan meletakkan transduser sejajar garis mid-
aksiler mulai dari daerah pinggang dibawah lengkung iga kanan. Pemeriksaan
dapat dilakukan dari permukaan posterior sampai ke anterior. Posisi ini
membantu memperlihatkan lesi yang tidak tergambar pada posisi lain, dan
juga morrison’s pouch. Pasien berbaring telungkup dan menahan nafas pada
inspirasi dalam. Pada posisi ini ginjal dapat diperiksa dalam penampang
membujur dan melintang, dengan meletakkan transduser di sebelah kanan
lateral garis tengah dan diatur sejajar atau tegak lurus dengan sumbu ginjal.
Pemeriksaan dapat dilakukan dari bagian superior ke inferior, maupun lateral
ke medial.

Untuk ginjal kiri, gambaran USG paling baik terlihat bila dilakukan
pada posisi berbaring miring ke kanan (right lateral decubitus). Penampang
melintang ginjal dapat diperiksa dengan meletakkan transduser di sela iga,
dalam keadaan ekspirasi. Penampang koronal dapat diperiksa dengan
meletakkan transduser drjsjsr gsris aksiler, melalui daerah pinggang di bawah
lengkung iga kiri saat inspirasi dalam. Pasien berbaring telungkup seperti
memeriksa ginjal kanan, tetapi transduser diletakkan di sebelah kiri lateral
garis tengah. Kedua ginjal sebaiknya dibandingkan hasilnya setelah tiap
pemeriksaan. Posisi telentang tidak dianjurkan untung memeriksa ginjal kiri,
karena gambaran ginjal terganggu oleh bayangan udara di dalam lambung dan
usus, kecuali bila lambung diisi air (minum).

2.1.3 Sonogram Normal1-3

2.1.3.1 Ginjal

Ukuran ginjal dewasa normal ialah:

- Ginjal kanan : 8 – 14 cm (rata – rata 10,74 cm)


- Ginjal kiri : 7 – 12 cm (rata – rata 11,10 cm)

Diameter antero-posterior rata rata 4 cm dan diameter melintang rata –


rata 5 cm. Ukuran Panjang ginjal normal secara USG lebih kecil bila
dibandingkan dengan yang terlihat secara radiografi.

Indikasi

Keadaan yang mendorong untuk mengamati ginjal melalui USG antara lain:

- Gagal ginjal
- Hematuria
- Kemungkinan massa ginjal
- Infeksi saluran kemih
- Nyeri di daerah ginjal dan vesika urinaria
- Trauma ginjal
- Kemungkinan anomaly kongenital
- Riwayat polycystic disease dalam keluarga
- Pra dan pasca transplantasi ginjal

Gambaran kapsul ginjal

Lemak perirenal tampak sebagai lapisan yang berdensitas eko tinggi


mengelilingi sisi luar ginjal.

Gambaran parenkim ginjal

Parenkim ginjal terdiri atas korteks dan medula. Ekogenik parenkim


ginjal relatif lebih rendah dibandingkan dengan ekogenik sinus ginjal. Medula
dan korteks dapat jelas dibedakan. Pada keadaan normal, ekogenik korteks
lebih tinggi daripada ekogenik medula, yang relatif lebih sonolusen. Korteks
ginjal normal mempunyai densitas ekogenik rendah, lebih rendah
dibandingkan parenkim limpa dan hati. Ekogenik parenkim limpa lebih
rendah daripada parenkim hati, dan ekogenik parenkim hati lebih rendah
daripada ekogenik sinus ginjal, bila tidak ada penyakit hati. Tebal parenkim
ginjal normal hampir merata, di bagian tengah 1-2 cm dan di bagian kutub 2-3
cm. Tebal parenkim ginjal dibandingkan dengan tebal sinus ginjal kira-kira 1
berbanding 2. Piramis medula berisi lebih banyak cairan daripada korteks
sehingga terlihat lebih hipoekoik, berbentuk segitiga dengan basis di korteks
dan apeksnya di sinus. Jaringan kolagen berperan pada pembetukan ekogenik
korteks.

Gambaran sinus ginjal


Eko sinus juga dikenal sebagai central pevicaliceal echo complex,
terlihat sebagai daerah kumpulan eko kasar bersonodensitas tinggi di bagian
tengah ginjal. Hal ini disebabkan karena sebagian besar terdiri atas lemak di
sekitar pelvis, infudibulum, dan kalises. Pelvis ginjal yang berisi urin, kadang-
kadang terlihat sedikit melebar, tampak sebagai celah bebas eko di bagian
tengah sinus ginjal. Pelebaran ini dapat terlihat sampai infudibulum, yang
pada potongan membujur akan terlihat memanjang dan pada potongan
melintang terlihat sirkuler.

Gambaran pembuluh darah ginjal

Pendarahan ginjal berasal dari arteri renalis, yang kemudian bercabang


menjadi arteri lobaris untuk tiap piramis. Arteri lobaris ini bercabang 2 atau 3

arteri lobaris di antara piramis, kemudian bercabang kecil menjadi


arteri arkuata pada batas medula dan korteks akan menyeberang ke korteks
sebagai a.lobularis (arterial efferent), menuju glomerulus.

Gambar 1. USG ginjal kanan normal

Setelah ini darah akan keluar melalui arterial efferent menuju jaringan
kapiler peritubuler, menuju vena dan selanutknya ke vena yang senama
dengan arterinya. Struktur pembuluh sukar dapat terlihat di dalam eko sinus.
Beberapa vena relatif lebih mudah terlihat, karena strukturnya yang lebih
besar dan terletak lebih anterior dari arteri renalis, pelvis dan ureter. Pembuluh
arkuata tampak sebagai eko densitas tinggi tersebar di batas korteks dan
medula. Pembuluh ini jelas terlihat pada potongan melintang melalui hilus
ginjal dan dipakai sebagai patokan untuk mengukur tebal korteks ginjal.
Teknik Transduser 3,5 MHz biasanya digunakan untuk memindai ginjal orang
dewasa. Hal ini berperan sebagai jendela akustik untuk menilai ginjal kanan
dan limpa untuk menilai ginjal kiri. Ginjal dipindai dalam semua bidang.
Pasien harus diperiksa dalam posisi terlentang dan decubitus.

Gambar 2. USG ginjal kanan normal

Gambar 3. USG ginjal normal


2.1.3.2 Ureter

Karena terletak dibalik usu, ureter yang normal tidak mudah dilihat
saat dilakukan pemeriksaan USG. Jika mengalami dilatasi (misal akibat
obstruksi saluran keluar yang disebabkan oleh pembesaran prostat atau
striktur uretra atau oleh refluks vesiko-ureter), ureter akan lebih mudah
dilihat, khususnya pada bagian didekat ginjal atau kandung kemih. Bagian
tengah ureter tidak bias dilihat dengan mudah sehingga pemeriksaan bagian
ini sebaiknya dilakukan dengan IVP. Namun, jika terjadi penebalan seperti
pada saat skistosomiasis (kadang terlihat seperti kalsifikasi), ureter dapat
dikenali dengan USg. Ujung distal ureter dapat dilihat melalui scanning lewat
kandung kemih yang terisi penuh.

2.1.3.3 Vesica Urinaria

Kandung kemih yang penuh akan tampak sebagai daerah yang luas,
bebas eko, dan timbul dari dalam pelvis. Pemeriksaan dimulai dengan menilai
kemulusan dinding anterior kandung kemih dan kesetangkupannya dalam
potongan transversal. Ketebalan dinding kandung kemih akan bervariasi
menurut derajat distensi kemih, Setiap daerah yang mengalami penebalan
dapat menunjukan abnormal. Dalam keadaan distensi, dinding kandung kemih
harus memiliki ketebalan kurang dari 4 mm.
Gambar 4. Vesica urinaria normal

2.2 Kelainan pada Traktus Urinarius


2.2.1 Kelainan pada Ginjal
2.2.1.1 Kelainan Bawaan
Kelainan bawaan pada ginjal dapat berupa:
1. Agenesis Ginjal
Agenesis ginjal merupakan kelainan bawaan berupa tidak terdapatnya
satu atau kedua ginjal. Jika bilateral (secara tradisional dikenal sebagai
sindrom Potter klasik) kondisinya fatal, sedangkan jika unilateral, pasien

dapat memiliki harapan hidup yang normal. Dengan pemeriksaan yang


teliti, tidak terbentuknya satu ginjal dapat ditentukan. Bagian fleksura
lienalis kolon akan mengisi tempat ginajl bila ginjal kiri tidak terbentuk.
Semua modalitas pencitraan akan menunjukkan tidak adanya ginjal,
dengan hipertrofi terkait ginjal tunggal. Harus berhati-hati agar tidak salah
mengartikan ectopia ginjal berfusi silang dan agenesis ginjal.1,4.
Gambar 5. Renal agenesis
2. Hipoplasia Ginjal
Hipoplasia ginjal mengacu pada ginjal kecil yang kongenital di mana
pada dasarnya terdapat parenkim residual yang normal tetapi calyces,
lobulus, dan papilla yang lebih kecil. Ini berbeda dengan atrofi ginjal di

Gambar 6. Hipoplasia ginjal


mana perkembangan ginjal awalnya normal tetapi ginjal telah menjadi
lebih kecil sekunder dari berbagai patologi lainnya. Namun pada pasien
dewasa, perbedaan dapat sulit ditentukan. Ginjal terlihat kecil, sedangkan
kontur yang rata dan struktur eko anatomi sama dengan struktur eko ginjal
normal1,4.

3. Ginjal tapal kuda (Horseshoe kidney)


Ginjal tapal kuda (Horseshoe kidney) adalah jenis anomali fusi ginjal
yang paling umum. Mereka membuat ginjal rentan terhadap trauma dan
merupakan faktor risiko independen untuk pengembangan batu ginjal dan
karsinoma sel transisional dari pelvis ginjal. Ginjal tapal kuda dibentuk
oleh fusi melintasi garis tengah dua ginjal yang berfungsi berbeda, satu di
setiap sisi garis tengah. Mereka dihubungkan oleh isthmus yang berfungsi
baik parenkim ginjal atau jaringan fibrosa.

Gambar 7. Ginjal tapal kuda

Pada gambaran ultrasound, jika tidak menyadari tampilan khas dari


ginjal tapal kuda, ginjal yang terbalik secara tidak normal dan berlokasi di
daerah inferior menyebabkan visualisasi yang buruk pada kutub inferior
dan kesalahan pad pengukuran. Hal ini terutama terjadi jika pasien
dipindai rentan atau kurang kooperatif, dan disarankan untuk memeriksa
pasien dengan posisi decubitus kiri dan kanan.. Jaringan ginjal yang
terletak di anterior aorta dapat disalahartikan sebagai jaringan
retroperitoneal, seperti yang terlihat pada limfoma atau pembesaran nodus
metastatik5.

Gambar 8. Ginjal tapal kuda

2.2.1.2 Kelainan pada Sinus Renalis


Obstruksi komplit dan inkomplit.
Dengan gray scale ultrasound, daerah sinus renalis dapat diperlihatkan
secara optimal, sehingga infundibulum dan kalises dapat diidentifikasi dan
dievaluasi. USG dianggap sebagai salah satu cara pemeriksaan yang akurat
untuk menentukkan ada atau tidaknya suatu obstruksi pada traktur urinarius.
Obstruksi sebagian juga dapat terjadi. Obstruksi dapat terjadi hanya pada
sebagian system calyses atau hanya pada satu calyses, misalnya apabila
infundibulum tersumbat oleh tumor atau keadaan striktur1,2,7

Hidronefrosis
Hidronefrosis didefinisikan sebagai distensi calyces dan pelvis ginjal
dan sebagai akibat dari obstruksi aliran urin distal ke pelvis ginjal.
Hidronefrosis didefinisikan sebagai dilatasi sistem pengumpulan urin ginjal
(calyces, infundibula, dan pelvis). Setelah identifikasi hidronefrosis,
penyelidikan lebih lanjut yang tepat harus dilakukan untuk menentukan
penyebab yang mendasarinya, dengan etiologi potensial termasuk semuanya
mulai dari urolitiasis, keganasan seperti kanker serviks dan fibrosis
retroperitoneal. Sistem penilaian hidronefrosis menurut SFU (Society of Fetal
Ultrasound) antara lain ialah1,6:

- Grade 0 : Tidak ada dilatasi, dinding calyceal saling


menempel
- Grade 1 (ringan) :
o dilatasi pelvis ginjal tanpa dilatasi calyces (juga dapat
terjadi pada pelvis extrarenal)
o tidak ada atrofi parenkim
Gambar 9. Hidronefrosis grade 1

- Grade 2 (ringan)
o dilatasi pelvis ginjal (ringan) dan calyces (pola
pelvicalyceal dipertahankan)
o tidak ada atrofi parenkim

Gambar 10. Hidronefrosis grade 2

- Grade 3 (sedang)
o pelebaran dari calyces ginjal yang moderat
o menumpulkan fornices dan meratakan papillae
o penipisan kortikal ringan dapat dilihat

Gambar 11. Hidronefrosis grade 3


- Grade 4 (parah)
o dilatasi luas dari calyces, yang tampak membengkak
o hilangnya batas antara pelvis renalis dan calyces
o atrofi ginjal dilihat sebagai penipisan kortikal

Gambar 12. Hidronefrosis grade 4

Nefrolithiasis
Nefrolitiasis secara spesifik merujuk pada batu di ginjal, tetapi batu
ginjal dan batu ureter (ureterolitiasis) sering dibahas bersamaan. Mayoritas
batu ginjal mengandung kalsium. Rasa sakit yang ditimbulkan oleh kolik
ginjal terutama disebabkan oleh dilatasi, peregangan, dan kejang karena
obstruksi ureter akut8

Nefrolithiasis tampak sebagai suatu opasitas dengan reflektif yang


tinggi di daerah sinus renalis, yang disertai gambaran acoustic shadow di
distalnya. Terkadang, terutama pada undistended urinary tract, eko dari batu
umunya tidak dapat dibedakan dengan ekogenik dari struktur sinus renalis2.
Ultrasonografi seringkali merupakan investigasi pertama pada saluran kemih,
dan meskipun tidak sepeka CT, sering dapat mengidentifikasi batu. Batu-batu
kecil dan yang dekat dengan persimpangan corticomedullary mungkin sulit
diidentifikasi. Ultrasonografi dibandingkan dengan referensi CT KUB
menunjukkan sensitivitas hanya 24% dalam mengidentifikasi kalkuli. Hampir
75% dari batu yang tidak divisualisasikan adalah <3 mm9 . Fitur termasuk :

- fokus echogenic
- bayangan akustik
- artefak binar pada Doppler warna
- artefak komet-ekor berwarna

Gambar 13. Nefrolithiasis dextra


Gambar 14. Nefrolithiasis dextra

2.1.2.3 Massa
Tumor yang mengenai sinus renalis akan tampak sebagai suatu massa dengan
ekogenisitas rendah. Bekuan darah juga akan memberikan gambaran suatu massa
yang ekogeniknya rendah, untuk itu diperlukan pemeriksaan serial USG dimana pada
bekuan darah akan terjadi perubahan dan resolusi yang cepat. Snus lipofibromatosis
akan memberikan gambaran sebagai suatu daerah yang ekogenik yang rendag dengan
batas irregular.

Kista

Kista ginjal ditemukan pada pasien berusia tua. Gambaran kista ginjal pada
ultrasonografi serupa dengan gambaran kista di bagian tubuh yang lain. Kista
memiliki gambaran khas berbatas tegas, mempunyai batas yang halus/rata, berbentuk
bulat atau oval, anekoik dan menghasilkan penguatan akustik. Kista dapat
tunggal/multipel.
Gambar 15. Gambaran kista ginjal simpleks

Gambar 16. Kista renal simpleks

Penyakit polikistika ginjal

Penyakit polikistik pada orang dewasa diturunkan secara dominan autosomal.


Terdapat kista multipel dalam berbagai ukuran yang menyebar di seluruh parenkim
ginjal. IVU menunjukan pembesaran ginjal, defek radiolusen yang byulat pada
nefrogram dan distorsi sistem kolektivus yang tidak teratur. Pada ultrasonografi ginjal
membesar dengan kista yang multipel.

Gambar 17. Gambaran penyakit polikistika


Gambar 18. Polycystic kidney disease

Abses ginjal

Pada ultrasonografi , abses tampak sebagai massa fokal dengan berbagai gema
internal. Abses mula-mula tampak sebagai daerah yang sedikit hipoekoik. Pada
akhirnya, abses dengan jelas menjadi hipoekoik sampai anekoik, dengan berbagai
bayangan akustik.

Gambar 19. Abses ginjal

Angiomiolipoma ginjal

Angiomiolipoma (AML) ginjal merupakan tumor jinak yang terdiri dari sejumlah
lemak, otot dan pembuluh darah. AML dapat terlihat pada foto KUB bila cukup besar
dan mengandung lemak dalam jumlah yang signifikan. Pada ultrasonografi, AML
tampak sebagai massa hiperekoik berbatas tegas.

Karsinoma sel ginjal

Karsinoma sel ginjal (RCC) adalah adenokarsinoma ganas primer yang berasal dari
epitel tubular ginjal dan merupakan tumor ginjal ganas paling umum. Mereka
biasanya terjadi pada pasien berusia 50-70 tahun dan hematuria makroskopis terjadi
pada 60% kasus. Pada pencitraan, mereka memiliki berbagai penampilan radiografi,
dari padat dan relatif homogen hingga sangat heterogen dengan area nekrosis,
perubahan kistik, dan perdarahan. Karsinoma sel ginjal memiliki penampilan
sonografi yang sangat bervariasi. Ini mungkin tampak padat atau sebagian kistik, dan
mungkin hiper, iso, atau hypoechogenic ke parenkim ginjal sekitarnya 22. Tumor
pseudocapsule kadang-kadang dapat divisualisasikan dengan USG sebagai halo
hypoechoic10.
Gambar 20. Karsinoma sel ginjal

2.2.2 Kelainan pada Ureter


Kongenital
o Duplikasi unilateral/bilateral, sebagian atau seluruhnya sampai masuk ke
buli-buli
o Ureterokel; memberikan gambaran radiologis seperti kepala ular kobra
o Striktur
o Divertikel
Batu
o Radioopak; tampak pada foto polos. Pemeriksaan PIV untuk menentukan
lokasinya dan akan terlihat pelebaran ureter proksimal dari batu.
o Radiolusen; tidak tampak pada foto polos, pada PIV tampak luput isi
(filing defect) pada ureter, dengan kemungkinan pelebaran bagian
proksimalnya. Diagnosis banding adalah tumor dan bekuan darah.
Uretritis
Gambaran radiologik dapat berupa dilatasi ureter atau dindingnya tidak rata.
Striktur
Biasanya terjadi akibat peradangan, trauma terutama oleh instrument
(iatrogenik).
Hidroureter
Hydroureter mengacu pada pelebaran abnormal (> 3 mm) ureter dan dapat
terjadi dalam kombinasi dengan hidronefrosis. Diameter ureter> 3 mm telah
digambarkan sebagai cut-off untuk hydroureter.

Gambar 21. Hidroureter

2.2.3 Kelainan pada Vesica Urinaria


Tumor kandung kemih
Sembilan puluh lima persen tumor kandung kemih berasala dari urotelial.
Karsinoma transisional (Transtional cell carcinoma, TCC) merupakan jenis
tumor ganas kandung kemih yang paling sering dijumpai. Hematuria tanpa
nyeri merupakan gejala yang paling sering muncul. Tumor tampak sebgai
massa homogen atau tidak homogen yang halus atau tridak teratur. Massa
melekat pada dinding. Invasi melalui otot dinding kandung kemih dapat
terlihat bila dinding kandung kemih terputus dengan batas tegas dan bersifat
ekogenik. Walaupun demikian, penentuan stadium tumor kandung kemih
lebih akurat bila dilakukan dengan CT tau pencitraan resonansi magneitk
(MRI). Gambaran ultrasonografi TCC tidak spesifik dan harus dibedakan dari
papiloma jinak, bekuan darah yang melekat disebabkan oleh obstruksi kronik
saluran keluar kandung kemih.

Divertikulum
Divertikulum kandung kemih merupakan penonjolan dinding kandung kemih
yang menyerupai kantung. Divertikulum ini berisi urin dan sebagian besar
disebabkan oleh obstruksi saluran keluar kandung kemih yang berlangsung
lama.

Sistitis
Sistitis lebih sering terjadi pada pasien wanita dibandingkan dengan pria.
Sistitis akut biasanya disebabkan oleh organisme gram negatif seperti E.Coli,

Proteus, Klebsiela. Sebagian besar kasus tidak menunjukan abnormalitas


pada ultrasonografi. Walaupun demikian, pada sistitis yang berat didnding
kandung kemih menjadi tebal, baik secara fokal maupun difus, dan dapat
menyerupai tumor. Gambaran ukltrasonografi sistitis tampak serupoa baik
yang disebabkan oleh infeksi, radiasi amupun efek siklofosfamid.

Gambar 21. Cystitis

Batu buli-buli (vesicolithiasis)

Penyebab batu-buli utama adalah obstruksi dan infeksi. Kebanyakan adalah


radioopak dan dengan mudah dilihat pada foto polos abdomen.
Gambar 22. Vesicolithiasis

Batu lain yang mengandung sedikit kalsium, pada foto polos kelihatan samar-
samar. Pemeriksaan sistografi dengan udara atau dengan kontras opak dapat
dilihat garis lingkar batu radiolusen. Batu dalam buli-buli dapat satu atau
lebih. Untuk membedakan batu buli dengan fekalit dibuat foto oblik barium
enema.

Benign Prostate Hyperplasia

Benign prostatic hyperplasia (BPH) atau pembesaran prostat jinak (BPE)


adalah kondisi yang sangat umum pada pria lanjut usia dan merupakan
penyebab utama obstruksi aliran keluar kandung kemih. Ultrasonografi telah
menjadi investigasi lini pertama standar setelah jari ahli urologi.

- ada peningkatan volume prostat dengan volume yang dihitung


melebihi 30 mL (lebar x tinggi x panjang x 0,52)
- kelenjar sentral membesar, dan hypoechoic atau campuran
echogenicity
- kalsifikasi dapat terlihat baik di dalam kelenjar yang membesar
maupun di pseudocapsule (mewakili zona perifer terkompresi)
- volume residu pasca-miksi biasanya meningkat terkait hipertrofi
dan kandung kemih dinding kandung kemih karena tekanan
pengisian meningkat secara kronis
Gambar 23. Benign Prostate Hyperplasia
BAB III

KESIMPULAN

Gambaran saluran kemih yang normal antara lain, ukuran ginjal dewasa rata –
rata 10,74 cm untuk ginjal kanan dan rata – rata 11,10 cm untuk ginjal kiri. Ukuran
Panjang ginjal normal secara USG lebih kecil bila dibandingkan dengan yang terlihat
secara radiografi. Ureter yang normal tidak mudah dilihat saat dilakukan pemeriksaan
USG karena terletak dibalik usus. Kandung kemih yang penuh akan tampak sebagai
daerah yang luas, bebas eko, dan timbul dari dalam pelvis.

Kelainan bawaan pada ginjal antara lain, agenesis ginjal, hypoplasia ginjal
dan ginjal tapaal kuda. Kelainan pada sinus renalis antara lain, hidronefrosis dan
nefrolitiasis. Massa pada ginjal antara lain, kista, penyakit polikistik ginjal ginjal,
abses ginjal, angiomyolipoma ginjal, dan karsinoma sel ginjal.

Kelainan pada ureter, yaitu kongenital, batu, urethritis, strikttur, hydroureter.


Kelainan pada vesika urinaria, yaitu tumor kandung kemih, diverticulum, sisstitis,
vesikolitiasis, dan benign prostat hyperplasia.
DAFTAR PUSTAKA

1. Kasim Inggriani Y. Buku ajar traktus urogenitalis. Jakarta: Bagian Anatomi


FK Ukrida; 2010.

2. Rasad Sjahriar. Radiologi Diagnostik. Edisi kedua. Jakarta; Balai Penerbit FK


UI. 2013.
3. Atlas USG
4. Paladini D, Volpe P. Ultrasound of Congenital Fetal Anomalies. Informa
HealthCare. (2007) ISBN:041541444X
5. Nahm AM, Ritz E. Horseshoe kidney. Nephrol. Dial. Transplant. 1999
6. Keays MA, Guerra LA, Mihill J et-al. Reliability assessment of Society for
Fetal Urology ultrasound grading system for hydronephrosis. J. Urol.
2008;180 (4): 1680-2. doi:10.1016/j.juro.2008.03.107 
7. Esprit DH, Koratala A, Chornyy V, Wingo CS. Obstructive Nephropathy
Without Hydronephrosis: Suspicion Is the Key. Urology. 2017 Mar. 101:e9-
e10
8. Turk C, Neisius A, Petrik A, Seitz C, Skolarikos A, Thomas K. Guidelines on
urolithiasis. European Association of Urology. Available
at http://uroweb.org/guideline/urolithiasis/. 2018
9. Fowler KA, Locken JA, Duchesne JH et-al. US for detecting renal calculi
with nonenhanced CT as a reference standard. Radiology. 2002;222 (1): 109-
13. Radiology (full text) - doi:10.1148/radiol.2221010453 
10. Hertzberg, Middleton. Ultrasound: The Requisites, 3rd Edition, Elsevier.
ISBN:0323086187

Anda mungkin juga menyukai