Anda di halaman 1dari 16

TEORI BEDAH PADA SALURAN KEMIH

1. Pengertian ESWL
ESWL atau extracorporeal shock wave lithotripsy adalah salah satu prosedur yang
digunakan untuk menangani penyakit batu ginjal. Melalui ESWL, batu ginjal atau kumpulan
senyawa mineral dan garam yang menumpuk di dalam ginjal bisa dibuang tanpa pembedahan
(noninvasif).
ESWL menggunakan alat yang dapat memancarkan gelombang kejut. Gelombang
kejut ini dikonsentrasikan di sekitar ginjal yang berguna untuk menghancurkan batu
ginjal menjadi pecahan-pecahan yang lebih kecil sehingga dapat dikeluarkan bersama urine.
Prosedur ini cukup efektif di dalam menghancurkan batu ginjal dengan diameter kurang dari 2
cm. Pembuangan endapan kristal-kristal yang berdiameter lebih dari 2 cm akan disarankan
melalui prosedur penanganan batu ginjal lainnya.
 Penatalaksanaannya :
ESWL dilakukan tanpa sayatan atau bedah, sehingga sering diterapkan sebagai
prosedur rawat jalan atau one day care (ODC). Metode ESWL lama menerapkan perendaman
bagian tubuh di bak air hangat (suam-suam kuku). Sementara pada metode ESWL terbaru,
pasien akan diminta berbaring saja dengan nyaman di ruang tindakan. Bantal empuk akan
diletakkan di sekitar perut atau bagian belakang ginjal. Posisi tubuh pasien disesuaikan
dengan jangkauan alat ESWL agar gelombang kejut bisa ditargetkan dengan mudah ke daerah
sekitar ginjal. Dokter akan memberikan obat bius (anestesi) yang disesuaikan dengan kondisi
pasien, biasanya lokal atau setengah badan. Setelah pemberian anestesi, dokter akan
menggunakan sinar Rontgen untuk menentukan lokasi batu ginjal secara tepat.
Melalui alat ESWL, dokter urologi akan memberikan 1000-2000 gelombang kejut
yang difokuskan pada batu ginjal. Gelombang kejut ini akan menghancurkan endapan batu
ginjal menjadi pecahan-pecahan yang lebih kecil, sehingga dapat dikeluarkan bersama urine.
Dalam beberapa kasus, dokter akan melakukan teknik stenting atau memasukkan selang (DJ
stent) dari lubang kencing melalui kandung kemih menuju ginjal sebelum ESWL dimulai.
Teknik ini digunakan pada pasien yang mengalami gejala nyeri hebat, penyumbatan di
saluran ginjal menuju kandung kemih (ureter), berisiko terkena infeksi saluran kemih, dan
menurunnya fungsi ginjal. Prosedur ESWL secara menyeluruh umumnya berlangsung selama
45-60 menit.

2. Pengertian URS
Ureteroskopi adalah pilihan pengobatan batu ginjal dengan melibatkan alat
uretereskop (ureterscope) melalui uretra dan kandung kemih. Kemudian, alat berbentuk
tabung panjang dan tipis itu akan naik dinaikkan ke ureter, tepatnya ke lokasi batu ginjal.
Ureteroskopi biasanya digunakan pada pasien dengan batu ginjal berukuran kurang dari 1,5
cm dan berlangsung selama satu hingga tiga jam.
 Penataleksanaannya:
Sebelum ureteroskopi direkomendasikan oleh dokter, Anda akan menjaalani pemeriksaan
terlebih dahulu, seperti:
a. Tes urine untuk mendiagnosis infeksi,
b. CT scan untuk mengetahui bentuk, ukuran, dan lokasi batu ginja, serta
c. MRI untuk memberikan gambaran ginjal dan kandung kemih lebih detail.
URS dilakukan dengan alat ureteroskop, yaitu tabung panjang dan tipis yang
diengkapi lensa pada ujungnya. Secara umum ada dua cara untuk melakukan ureteroskopi,
yaitu:
a. Jika batuan kecil, ureteroskop dilengkapi dengan keranjang untuk mengumpulkan batuan dan
membawanya keluar dari ureter.
b. Jika batuan cukup besar, ureteroskop akan dilengkapi dengan sinar laser, yaitu laser holmium
yang dapat memecah batu sehingga lebih mudah dikeluarkan dari ureter.
Awalnya pasien akan diberi obat bius untuk mematikan saraf sementara sehingga
tidak menimbulkan rasa nyeri. Kemudian, ahli urologi akan memasukkan ureteroskop melalui
saluran kencing uretra menuju ureter. Setelah alat mencapai kandung kemih, dokter akan
melakukan sterilisasi melalui ujung ureteroskop dan mencapai area ureter.

3. Pengertian PCNL
Percutaneous nephrolitotomy (PCNL) merupakan suatu prosedur yang dilakukan
untuk mengangkat batu ginjal yang tidak dapat dikeluarkan melalui urin. Dalam prosedur ini,
alat khusus bernama scope dimasukkan melalui sayatan kecil pada punggung untuk
mengeluarkan batu ginjal tersebut. Prosedur ini menjadi pilihan apabila metode pengobatan
batu ginjal lainnya tidak dapat dilakukan atau tidak berhasil. Dibandingkan prosedur
pengangkatan batu ginjal lainnya, PCNL cenderung memiliki risiko yang lebih besar dan
pasien perlu menjalani rawat inap paskaprosedur. PCNL juga tidak dapat dilakukan pada
pasien dengan kelainan pendarahan.
Prosedur ini diperlukan pada batu ginjal dengan kondisi berikut:
a. Batu ginjal besar yang menyumbat lebih dari satu cabang saluran pengumpul urin pada ginjal,
yang dikenal juga dengan sebutan batu staghorn.
b. Batu ginjal dengan diameter berukuran 2 cm atau lebih.
c. Batu ginjal berukuran besar di ureter (saluran di antara ginjal dan kandung kemih).
d. Metode pengobatan lainnya tidak berhasil dilakukan.
 Penatalaksanaannya:
Prosedur ini dilakukan di bawah pengaruh anestesi (bius) umum yang akan membuat pasien
tidak sadarkan diri selama operasi. PCNL dilakukan di ruang operasi, dan prosedurnya
meliputi:
a. Dokter akan membuat sayatan kecil pada punggung pasien.
b. Dokter akan memasukkan tabung melalui sayatan hingga ke ginjal. Kamera
bernama nephroscope akan dimasukkan ke dalam tabung untuk melokalisir dan
mengangkat batu ginjal.
c. Dokter juga akan memasukkan tabung khusus di akhir prosedur untuk membantu
mengeluarkan cairan dari ginjal (drainase) dan membantu pemulihan ginjal.
d. Bila diperlukan, dokter akan mengirimkan batu ginjal yang sudah diangkat ke
laboratorium untuk diperiksa.

4. Pengertian operasi
Merupakan suatu tindakan pembedahan terbuka berupa pielolitotomi atau nefrolitotomi.
Tindakan ini dilakukan dengan melakukan insisi pada kulit lalu mengekspos ginjal sehingga
memudahkan untuk proses pengangkatan batu ginjal, terutama staghorn stone.
 Penetalaksanaannya:
Tata laksanakan operasi terbuka untuk batu ginjal penggunaan ESWL, dan operasi
endeurologi ( URS dan PCNL) secara signifikan menurunkan indikasi untuk dilakukannya
operasi terbuka. Terdapat consensus menunjukkan bahwa pada kasus batu yang kompleks,
termasuk batu staghorn baik persial dan komplit, dapat dilakukan dngan PCNL. Namun
apabila pendekatan secara perkuat atau berbagai macam teknik endeurologi tidak berhasil
tidak berhasil, maka operasi terbuka dilakukan sebagai tataleksana alternative.
RESUME MATERI
CKD
1. Apa pengkajian yang khas dari kasus tersebut
Pengkajian pada pasien CKD
Anamnesis
 Biodata pasien dan penanggung jawab
 Riwayat keperawatan:
a. Keluhan utama
b. Riwayat penyakit sekarang dan sebelumnya
c. Riwayat penyakit keluarga
 Pemeriksaan fisik
a. Aktifitas dan istirahat tidur
b. Sirkulasi
c. Eliminasi
d. Nutrisi/cairan
e. Neurosensori
f. Nyeri/rasa nyaman
g. Respirasi
h. Keamanan
i. Seksual
j. Pemeriksaan fisik head to foot
 Pengkajian psikososio spiritual’
a. Integritas ego
b. Interaksi sosial
c. Tingkat pengetahuan pasien tentang penyakit dan penatalaksanaannya
 Pengkajian hasil diagnostic
2. Kemungkinan diagnose keperawatan pada kasus tersebut
a. Gangguan pemenuhan kebutuhan oksigen
b. Gangguan keseimbangan cairan dan elektrolit lebih dari kebutuhan tubuh
c. Gangguan pemenuhan kebutuhan nutrisi tubuh kurang dari yang dibutuhkan
d. Gangguan pola eliminasi
e. Intoleransi aktivitas
f. Gangguan rasa nyaman
3. Apa prioritas diagnose
a. Gangguan pemenuhan kebutuhan oksigen
4. Apa intervensi dan tindakan keperawatannya
a. Apa prosedur tindakan yang khas dari kasus tersebut
1) Pemberian obat – obatan
2) Cuci darah
3) Transplantasi ginjal
b. Langkah – langkah tindakan yang benar sesuai SOP
1) Beri posisi tidur semi fowler
2) Tenangkan klien anjurkan klien untuk bernafas efektif
3) Observasi perubahan warna kulit, kuku, jari, catat adanya cyanosis
4) Monitor respirasi dan nadi
c. Tindakan kolaborasi
1) Pemeriksaan urin rutin dan kultur
2) Pemeriksaan darah
3) Pemeriksaan BNO-IVP-USG
4) Pemeriksaan penunjang khusus: radiologi
d. Pendidikan kesehatan
Pemberian pendidikan kesehatan terhadap kecemasan pasien gagal ginjal kronik yang
menjalani hemodialisa.
5. Apa evaluasi keperawatannya
a. Criteria keberhasilan tindakan
1) Pasien tidak mengeluh sesak nafas
2) Sesak nafas berkurang/hilang
3) Tidak cyanosis
4) Suara nafas vesikuler
5) Klien tampak tenang
6) RR 16-20x/menit
b. Komplikasi
1) Gangguan elektrolit, seperti penumpukan fosfor dan hiperkalemia atau kenaikan
kadar kalium yang tinggi dalam darah
2) Penyakit jantung dan pembuluh darah
3) Penumpukan kelebihan cairan di rongga tubuh, misalnya edema paru atau asites
4) Anemia atau kekurangan sel darah merah
5) Kerusakan sistem saraf [usat dan menimbulkan kejang
c. Focus perhatian
1) Auskultasi bunyi napas, catat adanya crakles
2) Ajarkan klien batuk efektif dan napas dalam
3) Mengatur posisi senyaman mungkin
6. Kemungkinan etika yang muncul
1) Otonomi : pasien berhak untuk memilih bersedia atau tidak dalam asuhan keperawatan
yang diberikan
2) Confidientely : informasi tentang klien harus dijaga baik, agar tidak merugikan klien.
3) Veracity : perawat wajib mengatakan kebenaran mengenai kondisi klien
4) Justice : bersikap adil kepada klien
BATU SALURAN KEMIH
1. Apa pengkajian yang khas dari kasus tersebut
Pengkajian pada pasien batu saluran kemih
a. Pengkkajian primer
1) Airway, adanya sumbatan/obstruksi jalan napas oleh adanya penumpukan secret
akibat kelemahan reflek batuk
2) Breathing, kelemahan menelan/batuk/melindungi jalan napas, timbulnya pernapasan
yang sulit dan /atau tak teratur, suara napas terdengar ronchi/aspirasi
3) Circulation, tekanan darah dpat normal atau meningkat, hipotensi terjadi pada tahap
lanjut, takikardi, bunyi jantung normal pada tahap dini, disritmia, kulit dan membrane
mukosa pucat, dinngin, sinosis pada tahap lanjut
b. Pengkajian sekunder
a. Aktivitas/istirahat, gejala: pekerjaan monoton, pekerjaan dimana pasin terpajan pada
lingkungan bersuhu tinggi, keterbatasan aktivitas/mobilisasi sehubungan dengan
kondisi sebelumnya (contoh penyakit tak sembuh, cedera medulla spinalis)
b. Sirkulasi, tanda: peningkatan tekanan darah, nadi (nyeri, ansietas, gagal ginjal), kulit
kemerahan dan hangat, pucat
c. Eliminasi, gejala: riwayat adanya ISK kronis, obstruksi sebelumnya,penurunan
haluaran urine, kandung kemih penuh, rasa terbakar, dorongan berkemih, diare.
Tanda: olisuria, hematuria, piuria, perubahan pola berkemih.
d. Makanan/cairan, gejala: mual/muntah, nyeri tekan abdomen,diet tinggi purin,
kalsiumoksalat,ketidakcukupan pemasukan cairan, tidak minum air dengan cukup.
Tanda: distensi abdominal, penurunan/tidak adanya bising usus, muntah
e. Nyeri/kenyamanan, episode akut nyeri berat, nyeri kolik. Lokasinya tergantung pada
lokasi batu, contoh pada panggul di region sudut kostrovertebral, nyeri dongksl
konstan menunjukkan kalkulus ada di pelvis atau kalkulus ginnjal.
f. Keamanan, gejala: penggunaan alcohol, demam, menggigil
2. Kemungkinan diagnose keperawatan pada kasus tersebut
a. Nyeri akut
b. Gangguan eliminasi urine
c. Resiko kekurangan volume cairan
3. Apa prioritas diagnose
a. Nyeri akut
4. Apa intervensi dan tindakan keperawatannya
a. Apa prosedur tindakan yang khas dari kasus tersebut
1) Pemeriksaan urine, untuk menilai kandungan dan komponen urine, termasuk untuk
melihat adanya darah, Kristal, dan leukosit
2) Pemeriksaan rontgen, untuk mendeteksi keberadaan batu kandung kemih
3) Pemeriksaan USG panggul, untuk menemukan batu kandung kemih
4) Pemeriksaan CT Scan, untuk menemukan batu kandung kemih yang ukurannya lebih
kecil
5) Pemerksaan sistoskopi, untuk melihat kondisi di dalam saluran kemiih
b. Langkah – langkah tindakan yang benar sesuai SOP
1) Catat lokasi, lamanya/intensitas nyeri (skala 1-10) dan penyebarannya
2) Jelaskan penyebab tindakan yang mendukung kenyamanan (seperti masase
ringan,/kompres hangat pada punggug, lingkungan yang tenang)
3) Bantu/dorong pernapasan dalam, bimbingan imajinasi dan aktivitas terapeutik
4) Bantu/dorong peningkatan aktivitas (ambulasi aktif), sesuai indikasi serta asupan
cairan sedikitnya 3-4 liter perhari dalam batas toleransi jantung
c. Tindakan kolaborasi
1) Prosedur Cystolitholapaxy, sitoskopi akan dimasukkan ke dalam kandung kemih
pasien. Sitoskopi tersebut sudah disambungkan dengan alat khusus yang dapat
mengeluarkan leser atau gelombang suara untuk menghancurkan batu hingga
kepingan kecil
2) Tindakan operasi, jika ukuran batu kandung kemih terlalu besar dan terlalu keras,
sehingga tidak bisa dikeluarkan dengan cara cystolitholapaxy.
d. Pendidikan kesehatan
Prinsip pencegahan didasarkan pada kandungan unsure penyusun batu yang telah
diangkat. Secara umum, tindakan pencegahan yang dilakukan adalah: menghindari
dehidrasi dengan minum 2-3 liter per hari, diet rendah zat/komponen pembentuk batu,
aktivitas harian yang cukup.
5. Apa evaluasi keperawatannya
a. Criteria keberhasilan tindakan
1) Mampu mengontrol nyeri ( tahu penyebab, mampu menggunakan teknik non
farmakologi untuk mengurangi nyeri)
2) Melaporkan bahwa nyeri berkurang dengan menggunakan manajemen nyeri
3) Mampu mengenali nyeri
4) Menyatakan rasa nyaman nyeri setelah rasa nyeri berkurang
b. Komplikasi
1) Tersumbatnya aliran urine akibat batu kandung kemih tersangkut di saluran kencing
(uretra)
2) Infeksi saluran kemih
3) Hydronefrisis, urine terhambat menyebabkan urine tertahan dan menumpuk diginjal
dan lama kelamaan ginjal akan membesar karena penumpukan urine
4) Vaskuler iskemia, karena aliran darah kedalam jaringan berkurang sehingga terjadi
kematian jaringan
c. Focus perhatian
1) Mengurangi rasa nyeri dan menurunkan skala nyeri
2) Menobservasi kemungkinan adanya komplikasi lain
3) Mempertahankan aliran cairan konstan ke mukosa kandung kemih
6. Kemungkinan etika yang muncul
1) Otonomi : pasien berhak untuk memilih bersedia atau tidak dalam asuhan keperawatan
yang diberikan
2) Confidientely : informasi tentang klien harus dijaga baik, agar tidak merugikan klien.
3) Veracity : perawat wajib mengatakan kebenaran mengenai kondisi klien
4) Justice : bersikap adil kepada klien
DM
1. Apa pengkajian yang khas dari kasus tersebut
Pengkajian pada pasien DM
Anamnesa
1) Identitas penderita : nama, jenis kelamin, agama, pendidikan, pekerjaan, alamat, status
perkawinan, suku bangsa, nomor register, tanggal masuk rumah sakit dan diagnose medis
2) Keluhan umum : yakni adanya rasa kesemutan pada kaki/tungkai bawah, rasa roba yang
menurun, adanya luka yang tidak sembuh-sembuh, dan berbau, adanya nyeri pada luka
(PQRST)
3) Riwayat penyakit sekarang : kapan terjadinya luka, penyebab terjadinya luka, serta upaya
yang telah dilakukan oleh penderita untuk mengatasinya
4) Riwayat penyakit dahulu : adanya riwayat penyakit DM atau penyakit lain yang ada
kaitannya dengan defisiensi insulin misalnya penyakit pancreas, adanya penyakit jantung,
obesitas, maupun arterosklerosis
5) Riwayat penyakit keluarga: dari genogram keluarga biasanya terdapat salah satu anggoota
yang juga memiliki penyakit DM atau penyakit keturunan yang dapat menyebabkan
terjadinya defisiensi iinsulin missal hipertensi dan jantung
6) Riwayat psikososial : meliputi informasi mengenai perilaku, perasaan dan emosi, yang di
alami oleh penderita sehubungan dengan penyakit serta tanggapan terhadap penyakit
penderita
2. Kemungkinan diagnose keperawatan pada kasus tersebut
1) Ketidakseimbangan nutrisi dari kebutuhan tubuh
2) Resiko ketidakstabilan kadar gula darah
3) Resiko syok
4) Kerusakan integritas jaringan
5) Ketidefektifan perfusi jaringan perifer
6) Resiko ketidakseimbangan elektrolit
3. Apa prioritas diagnose
1) Ketidakseimbangan nutrisi dari kebutuhan tubuh
4. Apa intervensi dan tindakan keperawatannya
a. Apa prosedur tindakan yang khas dari kasus tersebut
1) Pemeriksaan darah, meliputi GDS > 200mg/dl, gula darah puasa >120 mg/dl dan post
prandial >200 mg/dl
2) Pemeriksaan urine, terdapat adanya glukosa dalam urine
3) Kultur pus, mengetahui jenis kuman pada luka dan memberikan antibiotic yang
sesuai dengan jenis kuman.
b. Langkah – langkah tindakan yang benar sesuai SOP
1) Kaji adanya alergi makanan
2) Kolaborasi dengan ahli gizi untuk menentukan jumlah kalori yang dibutuhkan pasien
3) Anjurkan pasien untuk meningkatkan intake Fe
4) Anjurkan pasien untuk meningkatkan protein dan Vitamin C
c. Tindakan kolaborasi
Terapi insulin
1) Insulin menengah – NPH atau Lente. Mulai 3-4 jam, puncaknya 4-12 jam, dan 16-20
jam pertama. Nama-nama tersebut termasuk Humuliin N, Novolin N, Humulin L,
Novolin L
2) Acting panjang-Humulin Ultralente 12-16 jam dan berlangsung 20-30 jam
3) Insulin tanpa puncak: determir dan glargine
d. Pendidikan kesehatan
Pemberian pendidikan kesehatan tentang patofisiologi sederhana, modalitas pengobatan,
pengenalan, pengobatan dan pencegahan komplikasi akut, kapan harus menghubungi
dokter, dan perawatan kaki, perawatan mata, kebersihan umum, mmanajemen factor
resiko.
5. Apa evaluasi keperawatannya
a. Criteria keberhasilan tindakan
1) Adanya peningkatan berat badan sesuai dengan tujuan
2) Berat badan sesuai dengan tinggi badan
3) Mampu mengidentifikasi kebutuhan nutrisi
4) Tidak ada tanda-tanda malnutrisi
5) Menunjukan fungsi pengecapan dari menelan
b. Komplikasi
1) Hiperglikemia, insulin menurun, glucagon meningkat, pemakaian glukosa perifer
terhambat
2) Hipoglikemia, KGD<60 mg%, akibat terapi insulin
3) Katoasidosis diabetic, insulin menurun, lipolisis, ketonbodi meningkat, koma
4) Neuropati diabetic, kesemutan, lemas, mual, muntah, kembung
5) Nepropati diabetic, protenuria
6) Retinopati diabetic, penglihatan kabur
7) Ulkus/gangrene
8) Kelainan vaskuler, mikrovaskuler dan makrovaskuler
c. Focus perhatian
1) Peningkatan berat badan sesuai dengan usia
2) Berat badan ideal
3) Mengidentifikasi kebutuhan nutrisi
6. Kemungkinan etika yang muncul
1) Otonomi : pasien berhak untuk memilih bersedia atau tidak dalam asuhan keperawatan
yang diberikan
2) Confidientely : informasi tentang klien harus dijaga baik, agar tidak merugikan klien.
3) Veracity : perawat wajib mengatakan kebenaran mengenai kondisi klien
4) Justice : bersikap adil kepada klien
HIPOTIROID DAN HIPERTIROID
1. Apa pengkajian yang khas dari kasus tersebut
Pengkajian pada pasien Hipotiroid dan Hipertiroid
a. Riwayat kesehatan klien dan keluarga. Sejak kapan klien menderita penyakit tersebut dan
apakah ada anggota keluarga yang menderita penyakit yang sama.
b. Kebiasaan hidup sehari-hari
c. Tempat tinggal klien sekarang dan pada waktu balita
d. Keluhan mencakup gangguan pada berbagai sistem tubuh
e. Pemeriksaan fisik mencakup
Penampilan secara umum; amati wajah klien terhadap adanya edema sekitar mata, wajah
bulan dan ekspresi wajah kosong serta roman wajah kasar. Lidah tampak menebal dan
gerak-gerik klien sangat lamban. Postur tubuh pendek. Kulit kasar, tebal dan bersisik,
dingin dan pucat. Nadi lambat dan suhu tubuh menurun, Perbesaran jantung, Disritmia
dan hipotensi, Parastesia dan reflek tendon menurun
f. Pengkajian psikososial, klien sangat sulit membina hubungan sosial dengan
lingkungannya, mengurung diri. Keluarga mengeluh klien sangat malas beraktivitas, dan
ingin tidur sepanjang hari.
2. Kemungkinan diagnose keperawatan pada kasus tersebut
a. Hipotiroid
1) Intoleransi aktivitas
2) Penurunan curah jantung
3) Konstipasi
4) Perubahan nutrisi : kurang dari kebutuhan tubuh
b. Hipertiroid
1) Resiko tinggi terhadap penurunan curah jantung
2) Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan
3) Pola napas tidak efektif
4) Resiko kerusakan integritas kulit
3. Apa prioritas diagnose
a. Hipotiroid
1) Intoleransi aktivitas
b. Hipertiroid
1) Resiko tinggi terhadap penurunan curah jantung
4. Apa intervensi dan tindakan keperawatannya
a. Apa prosedur tindakan yang khas dari kasus tersebut
a) Hipotiroid
1) Pemeriksaan darah yang mengukur kadar HT (T3/triiodothyroin dan
T4/thyroxine), TSH dan TRH akan dapat mendiagnosis kondisi dan lokalisasi
masalah ditingkat susunan saraf pusat atau kelenjar tiroid
2) Pemeriksaan laboratorium untuk mengetahui fungsi tiroid biasanya menunjukkan
kadar T4 yang rendah dan kadar TSH yang tinggi.
b) Hipertiroid
1) Farmakoterapi, Obat yg mempengaruhi sintesis tyroid serta preparat yg
mengendalikan manifestasi hipertyroid(Propiltiourasil/ Propacil/ Metimazol/
Tapazol)
2) Penyinaran atau radiasi, Penggunaan radioisotop I (131/125)untuk menimbulkan
efek destruktif pada kelenjar tiroid
3) Bedah/ operatif, Pembedahan dengan mengangkat sebagian kelenjar tiroid
b. Langkah – langkah tindakan yang benar sesuai SOP
a) Hipotiroid
1) Atur interval waktu antar aktivitas untuk meningkatkan istirahat dan latihan yang
dapat ditoleriir
2) Bantu aktivitas perawatan mandiri ketika klien berada dalam keadaan lelah
3) Berikan stimulasi melalui percakapan dan aktivitas yang tidak menimbulkan
stress
4) Pantau respon klien terhadap peningkatan aktivitas
b) Hipertiroid
1) Pantau tekanan darah pada posisi baring, duduk, dan berdiri jika memungkinkan
2) Pantau CVP jika klien menggunakannya
3) Periksa adanya nyeri dada/angina yang dikeluarkan klien
4) Auskultasi suara jantung, perhatikan adanya bunyi jantung tambahan adanya
irama gollap dan murmur sistolik
c. Tindakan kolaborasi
a) Hipotiroid
1) Melakukan uji darah
2) Mengukur jumlah TSH
3) Mengukur level TSH
b) Hipertiroid
1) Berikan cairan melalui IV sesuai dengan indikasi
2) Berikan obat sesuai indikasi
3) Pantau hasil pemeriksaan laboratorium sesuai indikasi
d. Pendidikan kesehatan
a) Hipotiroid
1) Informasi secara komprehensif mengenai pengaruh hipotiroid terhadap sistem
organ dan fungsi sehari-hari
2) Informasi mengenai pentingnya kepatuhan pasien selama terapi karena hipotiroid
umumnya memerlukan terapi pengganti hormone dalam jangka panjang dan
paien juga memerlukan pemantauan kadar hormone rutin sesuai jadwal yang
diberikan dokter
3) Informasi mengenai beberapa obat yang dapat mengganggu absorbs tiroksin
seperti zat besi, kalsium karbonat, kalsium asetat, alumunium hidroksida,
sukralfat, reloxifene, dan proton pump inhibitor sehingga pasien paham bahwa
pemberian obat-obat ini membutuhkan jeda 2-4 jam dari pemberian tiroksin.
b) Hipertiroid
1) Menganjurkan untuk tirah baring
2) Batasi aktivias yang tidak perlu
5. Apa evaluasi keperawatannya
a. Criteria keberhasilan tindakan
a) hipotiroid
Perbaikan statuss respiratorius dan pemeliharaan pola napas yang normal.
b) Hipertiroid
Mempertahankan curah jantung yang adekuat sesuai dengan kebutuhan tubuh
yang ditandai dengan tanda vital normal, denyut nadi perifer normal, pengisisan
kapiler normal, status mental baik, dan tidak ada disritmia.
b. Komplikasi
a) Hipotiroid
1) Koma miksedema, yaitu situasi yang mengancam jiwa yang ditandai dengan
eksaserbasi (perburukan) semua gejala hipotiroidisme, termasuk hipotermi
tanpa menggigil, hipotensi, hipoglikemia, hipoventilasi, dan penurunan
kesadaran yang menyebabkan koma.
2) Kematian dapat terjadi tanpa penggantian TH dan stabilisasi gejala
b) Hipertiroid
1) Eksoflatmus, dimana keadaan bola mata menonjol benjol keluar, disebabkan
karena penumpukan cairan pada rongga orbita bagian belakang bola mata
2) Penyakit jantung, terutama kardioditis dan gagal jantung
3) Stromatiroid, pada periode ini pasien akan mengalami demam tinggi,
takikardi berat, derilium, dehidrasi, dan iritabilitas ekstrim
c. Focus perhatian
a) Hipotiroid
1) Meringankan keluhan dan gejala
2) Menormalkan metabolisme
3) Menormalkan TSH
4) Menormalkan T3 dan T4
5) Menghindari komplikasi dan resiko
b) Hipertiroid
Membawa tingkat hormone pada keadaan normal, sehingga mencegah
komplikasi jangka panjang, dan mengurangi gejala tidak nyaman.
6. Kemungkinan etika yang muncul
1) Otonomi : pasien berhak untuk memilih bersedia atau tidak dalam asuhan
keperawatan yang diberikan
2) Confidientely : informasi tentang klien harus dijaga baik, agar tidak merugikan klien.
3) Veracity : perawat wajib mengatakan kebenaran mengenai kondisi klien
4) Justice : bersikap adil kepada klien

Anda mungkin juga menyukai