Anda di halaman 1dari 19

MAKALAH TENTANG KONSEP CRONIC RENAL FAILURE (CRF)

Disusun Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Peminatan 1

Di Susun Oleh :
1. Duwi Iryani (A11701409)
2. Andi Rahmawan (A11701516)
3. Andika Krisna M (A11701517)
4. Annisa Tiara M. (A11701524)
5. Ari Tri Wahyuni (A11701525)
6. Arvian Ellysthiana R. (A11701528)
7. Ema Tri Indah S. (A11701537)
9. Endah Puji Rahayu (A11701538)
10. Fathurozak (A11701546)
11. Fitri Pebriyani (A11701549)
12. Fiyandari Setianingsih (A11701551)

Kelas : 3A/ S1 Keperawatan

PROGRAM STUDI KEPERAWATAN PROGRAM SARJANA


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN MUHAMMADIYAH GOMBONG
TAHUN 2020
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas rahmat-
Nya maka penulis dapat menulis dan menyelesaikan makalah yang berjudul
“Makalah Konsep Tentang Cronic Renal Failure (CRF)”. Penulisan makalah ini
merupakan tugas untuk Mata Kuliah Peminatan 1 pada program studi
keperawatan program sarjana Stikes Muhammadiyah Gombong. Dalam
penyusunan makalah ini kami ucapkan terima kasih kepada dosen mata kuliah
peminatan 1 dan teman-teman yang ikut berpartisipasi dalam penyusunan
makalah ini.
Dan harapan semoga makalah ini dapat menambah pengetahuan dan
pengalaman bagi para pembaca. Semoga bermanfaat dan berguna untuk
menambah literatur bacaan.
Karena keterbatasan pengetahuan maupun pengalaman kami, kami
masih banyak kekurangan dalam makalah ini. Oleh karena itu, kami sangat
mengharapkan saran dan kritik yang membangun dari pembaca demi
kesempurnaan makalah ini.

Gombong, 27 Februari 2020

Penyusun
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ................................................................................................... i
DAFTAR ISI ................................................................................................................ ii
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang……………………………………………………………………………………….. 1
1.2 Rumusan Masalah………………………………………………………………………………… 2
1.3 Tujuan……………………………………………………………………………………………………. 2
BAB II ISI

2.1 Pengertian Kamar Bedah………………………….…………………………………………… 3


2.2 Pembagian Daerah Kamar Bedah………………………………………………………….. 3
2.3 Bagian Dari Kamar Bedah ………………………………………….…………………………. 4
2.4 Persyaratan Kamar Bedah…………………………….………………………………………. 4
2.5 Peran Perawat Kamar Bedah ………………………………..…………………………...… 4

BAB III PENUTUP


3.1 kesimpulan……………………………………………………………………………………….. 17
3. 2 Saran……………………………………………………………………………………………….. 18
DAFTAR PUSTAKA .................................................................................................19
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Gagal ginjal kronik (GGK) adalah gangguan fungsi renal yang progresif dan
irreversibel dimana kemampuan tubuh gagal untuk mempertahankan
metabolisme dan keseimbangan cairan dan elektrolit, akibat destruksi
struktur ginjal progresif dengan manifestasi penumpukan sisa metabolik
(toksik uremik) di dalam darah (Rahayu, 2018).
World Health Organization (2015) menyebutkan pertumbuhan jumlah
penderita GGK pada tahun 2014 telah meningkat 50% dari tahun sebelumnya
dan menjadi masalah besar di dunia karena sulit disembuhkan. Angka
kematian GGK sebesar 850.000 orang setiap tahunnya dan merupakan
peringkat ke-12 kematian di dunia (Organization, 2015).
Berdasarkan data Riset Kesehatan Dasar, penderita gagal ginjal kronik
sesuai diagnosa dokter di Indonesia sebesar 3,8% atau berjumlah 713.783
jiwa, dengan prevalensi tertinggi di provinsi Jawa Barat berjumlah 131.846
jiwa, diikuti oleh Jawa Timur 113.045 jiwa, sedangkan di daerah Maluku,
diketahui penderita gagal ginjal kronik yang berumur lebih dari 30 tahun
menurut gejala di Maluku dengan prevalensi 0,6% dengan jumlah sebesar
4.351 jiwa (RIKESDAS), 2018). Adapun penanganan GGK dibagi dalam dua
tahapan yaitu penanganan konservatif dan terapi pengganti ginjal.
Penanganan konservatif dapat ditempuh dengan obat-obatan, diet dan
kontrol yang teratur. Sedangkan terapi pengganti ginjal terdiri dari
Hemodialisis, peritoneal dialisis, dan transplantasi ginjal (Wagiyo, 2016).

1.2 Rumusan Masalah


1) Mengetahui dan memahami Anatomi Fisiologi Ginjal
2) Mengetahui dan memahami Pengertian CRF
3) Mengetahui dan memahami Tanda dan Gejala CRF
4) Mengetahui dan memahami Etiologi CRF
5) Mengetahui dan memahami Pembagian Stadium CRF
6) Mengetahui dan memahami Penatalaksanaan Gambaran hemodialisa
7) Mengetahui dan memahami Peran Perawat Hemodialisa

1.3 Tujuan
Tujian di buatnya makalah ini agar memperdalam terkait dengan teori
anatomi fisiologi gagal ginjal dan diharapkan perawat hemodialisa
mengetahui penanganan penyakit gagal ginjal berdasarkan teori tersebut.
BAB II
TINJAUAN TEORI

2.1 Anatomi dan Fisiologi Ginjal


2.1.1 Anatomi Ginjal

Gb.1 Anatomi Ginjal

Ginjal merupakan suatu organ yang terletak retroperitoneal pada


dinding abdomen di kanan dan kiri columna vertebralis setinggi vertebra
T12 hingga L3. Ginjal kanan terletak lebih rendah dari yang kiri karena
besarnya lobus hepar. Ginjal dibungkus oleh tiga lapis jaringan. Jaringan
yang terdalam adalah kapsula renalis, jaringan pada lapisan kedua adalah
adiposa, dan jaringan terluar adalah fascia renal. Ketiga lapis jaringan ini
berfungsi sebagai pelindung dari trauma dan memfiksasi ginjal (Tortora,
2011).
Ginjal memiliki korteks ginjal di bagian luar yang berwarna coklat
terang dan medula ginjal di bagian dalam yang berwarna coklat gelap.
Korteks ginjal mengandung jutaan alat penyaring disebut nefron. Setiap
nefron terdiri dari glomerulus dan tubulus. Medula ginjal terdiri dari
beberapa massa-massa triangular disebut piramida ginjal dengan basis
menghadap korteks dan bagian apeks yang menonjol ke medial. Piramida
ginjal berguna untuk mengumpulkan hasil ekskresi yang kemudian
disalurkan ke tubulus kolektivus menuju pelvis ginjal (Tortora, 2011).
Ginjal merupakan organ yang berada di rongga posterior
abdomen, terutama berada di daerah retroperitoneum , disebelah kanan
dan kiri tulang belakang , dibungkus lapisan lemak yang tebal. Setiap
ginjal panjangnya 6 sampai 7,5 sentimeter dan tebal 1,5 sampai 2,5
sentimeter. Pada orang dewasa beratnya kira kira 140 gram.Bentuk ginjal
seperti biji kacang dan sisi dalamnya atau hilum menghadap ke tulang
punggung. Sisi luarnya cembung. (Pearce, 2016). Di bagian atas ginjal
terdapat kelenjar adrenal (suprarenal yang merupakan sebuah kelenjar
endokrin) yang fungsinya tidak berhubungan dengan ginjal.
Setiap ginjal dilindungi oleh tiga lapis jaringan penyokong. Lapisan
pertama yang paling dekat dengan struktur ginjal adalah kapsula fibrosa,
untuk mencegah penjalaran infeksi dari regio sekitar ke ginjal. Lapisan
kedua adalah lemak perirenal, yang melindungi ginjal dari benturan.
Lapisan terluar adalah fascia renal, merupakan jaringan ikat fibrosa yang
padat berfungsi memisahkan ginjal dan kelenjar adrenal dari struktur
sekitar (Marieb & Hoehn, 2015) .
Setiap ginjal mengandungi unit penapisnya yang dikenali sebagai
nefron. Nefron terdiri dari glomerulus 7 dan tubulus. Glomerulus
berfungsi sebagai alat penyaring manakala tubulus adalah struktur yang
mirip dengan tuba yang berikatan dengan glomerulus (Kathuria, 2010).

(Marieb & Hoehn, 2015) Gambar 2


2.1.2 Struktur Anatomi Ginjal
Ginjal adalah organ yang mempunyai pembuluh darah yang
sangat banyak (sangat vaskuler) tugasnya memang pada dasarnya adalah
menyaring/ membersihkan darah. Aliran darah ke ginjal adalah 1,2
liter/menit atau 1.700 liter/hari, darah tersebut disaring menjadi cairan
filtrat sebanyak 120 ml/menit (170 liter/hari) ke tubulus. Cairan filtrat ini
diproses dalam Tubulus sehingga akhirnya keluar dari ke-2 ginjal menjadi
urin sebanyak 1-2 liter/hari. Selain itu, fungsi primer ginjal adalah
mempertahankan volume dan komposisi cairan ekstrasel dalam batas-
batas normal. Komposisi dan volume cairan ekstrasel ini dikontrol oleh
filtrasi glomerulus, reabsorpsi dan sekresi tubulus (Guyton & Hall, 2016).
Ginjal menjalankan fungsi yang vital sebagai pengatur volume dan
komposisi kimia darah dan lingkungan dalam tubuh dengan
mengekresikan zat terlarut dan air secara selektif (Price & Wilson, 2012).
Ginjal mendapatkan darah yang harus disaring dari arteri. Ginjal
kemudian akan mengambil zat-zat dari hasil metabolisme. Zat-zat yang
diambil dari darah pun di ubah menjadi urin. Urin lalu akan dikumpulkan
dan dialirkan ke ureter. Setelah ureter, urin akan ditampung terlebih
dahulu dikandung kemih. Bila orang tersebut merasakan keinginan
berkemih dan keadaan memungkinkan, maka urin yang ke dalam, dan
berukuran kira- kira sebesar kepalan tangan manusia dewasa.
Ginjal juga menghasilkan beberapa hormon yang penting untuk
fungsi vital dalam tubuh. Salah satunya renin, yang menjaga tekanan
darah tetap normal. Jika tekanan darah menurun, renin dihasilkan untuk
menghasilkan efek vasokonstriksi pada pembuluh darah kecil sehingga
meningkatkan tekanan darah (Guyton & Hall, 2016). Ginjal mendapatkan
darah yang harus disaring dari arteri. Ginjal kemudian akan mengambil
zat-zat hasil metabolisme dari darah. Zat-zat yang diambil dari darah pun
di ubah menjadi urin. Urin lalu akan dikumpulkan dan dialirkan ke ureter.
Setelah ureter,urin akan ditampung terlebih dahulu dikandung kemih.
Bila orang tersebut merasakan keinginan berkemih dan keadaan
memungkinkan, maka urin yang ditampung dikandung kemih akan di
keluarkan lewat uretra (Sherwood, 2014).
Fungsi dasar nefron adalah mengekskresikan atau menjernihkan
plasma darah dan substansi yang tidak diperlukan tubuh sewaktu darah
melalui ginjal. Substansi yang paling penting untuk diekskresikan adalah
hasil akhir metabolisme seperti urea, kreatinin, asam urat dan lain-lain.
Selain itu ion-ion natrium, kalium, klorida dan hidrogen yang cenderung
untuk berakumulasi dalam tubuh secara berlebihan (Guyton & Hall,
2016).
2.1.3 Fisiologi Ginjal
Ginjal menjalankan fungsi yang vital sebagai pengatur volume dan
komposisi kimia darah dan lingkungan dalam tubuh dengan
mengekresikan zat terlarut dan air secara selektif. Fungsi vital ginjal
dicapai dengan filtrasi plasma darah melalui glomerulus dengan
reabsorpsi sejumlah zat terlarut dan air dalam jumlah yang sesuai di
sepanjang tubulus ginjal. Kelebihan zat terlarut dan air di eksresikan
keluar tubuh dalam urin melalui sistem pengumpulan urin (Price dan
Wilson, 2012).
Menurut Sherwood (2011), ginjal memiliki fungsi yaitu:
a. Mempertahankan keseimbangan H2O dalam tubuh.
b. Memelihara volume plasma yang sesuai sehingga sangat berperan
dalam pengaturan jangka panjang tekanan darah arteri.
c. Membantu memelihara keseimbangan asam basa pada tubuh. d.
Mengekskresikan produk-produk sisa metabolisme tubuh.
d. Mengekskresikan senyawa asing seperti obat-obatan.
Ginjal mendapatkan darah yang harus disaring dari arteri. Ginjal
kemudian akan mengambil zat-zat yang berbahaya dari darah. Zat-zat
yang diambil dari darah pun diubah menjadi urin. Urin lalu akan
dikumpulkan dan dialirkan ke ureter. Setelah ureter, urin akan ditampung
terlebih dahulu di kandung kemih. Bila orang tersebut merasakan
keinginan berkemih dan keadaan memungkinkan, maka urin yang
ditampung dikandung kemih akan di keluarkan lewat uretra (Sherwood,
2011).
Tiga proses utama akan terjadi di nefron dalam pembentukan
urin, yaitu filtrasi, reabsorpsi, dan sekresi. Pembentukan urin dimulai
dengan filtrasi sejumlah besar cairan yang hampir bebas protein dari
kapiler glomerulus ke kapsula Bowman. Kebanyakan zat dalam plasma,
kecuali protein, di filtrasi secara bebas sehingga konsentrasinya pada
filtrat glomerulus dalam kapsula bowman hampir sama dengan plasma.
Awalnya zat akan difiltrasi secara bebas oleh kapiler glomerulus tetapi
tidak difiltrasi, kemudian di reabsorpsi parsial, reabsorpsi lengkap dan
kemudian akan dieksresi (Sherwood, 2011).

2.2 Pengertian Cronic Renal Failure (CRF)


Penyakit Ginjal Kronis (PGK) adalah suatu keadaan dimana terjadi
penurunan fungsi ginjal yang bersifat menahun, berlangsung progresif dan
irreversibel tanpa memperhatikan penyebabnya (Smeltzer, 2018).
PGK merupakan salah satu penyakit kronis yang dapat mengancam
kehidupan. Apabila pasien PGK sudah masuk tahap akhir, prosedur pengobatan
yang digunakan untuk memperbaiki keadaan tersebut adalah melalui terapi
pengganti ginjal (Alam & Hadibroto, 2017).
Penyakit Gagal Ginjal adalah suatu penyakit dimana fungsi organ ginjal
mengalami penurunan hingga akhirnya tidak lagi mampu bekerja sama sekali
dalam hal penyaringan pembuangan elektrolit tubuh, menjaga keseimbangan
cairan dan zat kimia tubuh seperti sodium dan kalium didalam darah atau
produksi urin (NKF, 2016). Penyakit gagal ginjal berkembang secara perlahan-
lahan kearah yang semakin buruk dimana ginjal sama sekali tidak lagi mampu
bekerja sebagaimana fungsinya. Dalam dunia kedokteran dikenal 2 macam jenis
gagal ginjal yaitu gagal ginjal akut dan gagal ginjal kronis (Wilson, 2005, dalam
Nurani & Mariyanti, 2013).

2.3 Tanda dan Gejala (Manifestasi Klinis)


Berikut merupakan tanda dan gejala gagal ginjal kronis (Brunner &
Suddarth, 2015) :
1) Kardiovaskuler yaitu yang ditandai dengan adanya hipertensi, pitting
edema (kaki, tangan, sacrum), edema periorbital, friction rub pericardial,
serta pembesaran vena leher
2) Integumen yaitu yang ditandai dengan warna kulit abu-abu mengkilat,
kulit kering dan bersisik, pruritus, ekimosis, kuku tipis dan rapuh serta
rambut tipis dan kasar
3) Pulmoner yaitu yang ditandai dengan krekeis, sputum kental dan liat,
napas dangkal seta pernapasan kussmaul
4) Gastrointestinal yaitu yang ditandai dengan napas berbau ammonia,
ulserasi dan perdarahan pada mulut, anoreksia, mual dan muntah,
konstipasi dan diare, serta perdarahan dari saluran GI
5) Neurologi yaitu yang ditandai dengan kelemahan dan keletihan, konfusi,
disorientasi, kejang, kelemahan pada tungkai, rasa panas pada telapak
kaki, serta perubahan perilaku
6) Muskuloskletal yaitu yang ditandai dengan kram otot, kekuatan otot
hilang, fraktur tulang serta foot drop
7) Reproduktif yaitu yang ditandai dengan amenore dan atrofi testikuler.

2.4 Etiologi Cronic Renal Failure (CRF)


Menurut The Kidney Disease Outcomes Quality Initiative (K/DOQI)
of National Kidney Foundation (2016), terdapat dua penyebab utama dari
penyakit ginjal kronis yaitu diabetes dan tekanan darah tinggi, yang
bertanggung jawab untuk sampai dua-pertiga kasus. Diabetes terjadi
ketika gula darah terlalu tinggi, menyebabkan kerusakan banyak organ
dalam tubuh, termasuk ginjal dan jantung, serta pembuluh darah, saraf
dan mata. Tekanan darah tinggi, atau hipertensi, terjadi ketika tekanan
darah terhadap dinding pembuluh darah meningkat. Jika tidak terkontrol,
atau kurang terkontrol, tekanan darah tinggi bisa menjadi penyebab
utama serangan jantung, stroke dan penyakit ginjal kronis. Begitupun
sebaliknya, penyakit ginjal kronis dapat menyebabkan tekanan darah
tinggi.

2.5 Pembagian Stadium Cronic Renal Failure (CRF)


Ada 5 stadium dalam penyakit ginjal kronis. Berikut penjelasan dari
masing-masing stadium.
1. Stadium 1 (GFR > 90 ml/min)
Pada stadium ini didapatkan adanya kerusakan struktur ginjal
namun fungsi cadangan ginjal masih bagus. Pada fase ini sebaiknya
diagendakan secara rutin untuk memeriksakan diri ke dokter tiap 6 - 12
bulan untuk evaluasi.
2. Stadium 2 (GFR 60 - 89 ml/min)
Pada stadium ini didapatkan adanya penurunan fungsi ginjal,
namun masih ringan. Pada fase ini sebaiknya kontrol rutin ke dokter tiap
3 - 6 bulan, diet makanan sesuai anjuran dokter, dan minum obat secara
rutin sesuai faktor risikonya
3. Stadium 3 (GFR 30 - 59 ml/min)
Pada stadium ini didapatkan adanya penurunan fungsi ginjal
sedang. Ginjal sudah mengalami gangguan fungsi pada tahap ini. Keluhan
sudah mulai timbul pada fase ini. Pada stadium ini sebaiknya kontrol rutin
ke dokter sesuai anjuran, diet makanan sesuai anjuran dokter, dan
minum obat secara rutin sesuai faktor risikonya.
4. Stadium 4 (GFR 15 - 29 ml/min)
Pada stadium ini didapatkan adanya penurunan fungsi ginjal
berat. Ginjal sudah tidak dapat menyaring racun dan mulai banyak
didapatkan keluhan. Pada fase ini sebaiknya kontrol rutin ke dokter, diet
makanan (yang rendah protein, hindari buah, sayur dan kaldu), dan
minum obat secara rutin sesuai faktor risikonya. Selain itu pasien juga
harus tahu risiko untuk dapat turun ke stadium 5 dan mempersiapkan
mental untuk menjalani terapi pengganti ginjal seperti cuci darah atau
transplantasi.
5. Stadium 5 (GFR < 15 ml/min)
Pada stadium ini didapatkan adanya kegagalan fungsi ginjal. Pada
fase ini bisa dipertimbangkan untuk melakukan terapi pengganti ginjal
yaitu cuci darah atau transplantasi ginjal.

2.6 Penatalaksanaan Cronic Renal Failure (CRF) Hemodialisis


1. Kepatuhan Diet
Kepatuhan diet merupakan satu penatalaksanaan untuk
mempertahankan fungsi ginjal secara terus menerus dengan prinsip
rendah protein, rendah garam, rendah kalium dimana pasien harus
meluangkan waktu menjalani pengobatan yang dibutuhkan (Sumigar,
Rompas, & Pondaag, 2015).
2. Terapi Konservatif
Tujuan dari terapi konservatif adalah mencegah memburuknya
laal ginjal secara progresif, meringankan keluhan-keluhan akibat
akumulasi toksin azotemia, memperbaiki metabolisme secara optimal
dan memelihara keseimbangan cairan dan elektrolit (Price & Sylvia, 2006,
dalam Husna, 2010).
3. Terapi Pengganti Ginjal
Terapi pengganti ginjal, dilakukan pada penyakit ginjal kronik
stadium 5, yaitu pada GFR kurang dari 15 mL/menit. Terapi tersebut
dapat berupa hemodialisis, dialisis peritoneal, dan transplantasi ginjal
(Suwitra, 2006, dalam Husna, 2010).
4. Hemodialisa
a. Definisi Hemodialisa
Ginjal yang sehat membersihkan darah dan mengeluarkan cairan
ekstra dalam bentuk urin. Ginjal juga membuat zat-zat yang menjaga
tubuh sehat. Dialisis menggantikan beberapa fungsi ini ketika ginjal tidak
lagi bekerja. Dialisis adalah cara membersihkan darah ketika ginjal tidak
bisa lagi melakukan pekerjaan. Dialisis menghilangkan limbah pada tubuh,
ekstra garam, dan air, serta membantu untuk mengontrol tekanan darah.
Ada dua jenis dialisis yaitu hemodialisis dan dialisis peritoneal. Dokter
adalah orang terbaik untuk memberitahu kapan ketika pasien harus
memulai menjalani terapi dialysis (National Kidney Foundation (NKF),
2016).
Hemodialisa adalah suatu bentuk terapi pengganti pada pasien
dengan kegagalan fungsi ginjal, baik yang bersifat akut maupun kronik
(National Kidney Foundation (NKF), 2016). Pasien yang menderita gagal
ginjal juga dapat dibantu dengan bantuan mesin hemodialisis yang
mengambil alih fungsi ginjal.Pasien gagal ginjal yang menjalani terapi
hemodialisa, mem-butuhkan waktu 12-15 jam untuk dialisa setiap
minggunya, atau paling sedikit 3-4 jam per kali terapi. Kegiatan ini akan
berlangsung terus-menerus sepanjang hidupnya (Bare & Smeltzer, 2002,
dalam Nurani & Mariyanti, 2013).
Hemodialisis merupakan tindakan menyaring dan mengeliminasi
sisa metabolisme dengan bantuan alat. Fungsinya untuk mengganti fungsi
ginjal dan merupakan terapi utama selain transplantasi ginjal dan
peritoneal dialisis pada orang-orang dengan penyakit ginjal kronik.
Indikasi hemodialisis adalah semua pasien dengan GFR < 15mL/menit,
GFR < 10mL/menit dengan gejala uremia, dan GFR < 5mL/menit tanpa
gejala gagal ginjal (Rahman, 2013).
b. Proses Hemodialisa

Gb. 3 Proses Hemodialisa


Hemodialisis dilakukan dengan mengalirkan darah ke dalam suatu
tabung ginjal buatan (dializer) yang terdiri dari dua kompartemen.
Kompartemen tersebut terdiri dari kompartemen darah dan
kompartemen dialisat yang dibatasi oleh selaput semipermeabel buatan.
Kompartemen dialisat dialiri oleh cairan dialisat yang berisi larutan
dengan komposisi elektrolit mirip serum normal dan tidak mengandung
sisa metabolisme nitrogen. Darah pasien dipompa dan dialirkan menuju
kompartemen darah. Selanjutnya, akan terjadi perbedaan konsentrasi
antara cairan dialisis dan darah karena adanya perpindahan zat terlarut
dari konsentrasi tinggi ke konsentrasi rendah (Sudoyo, 2009).
Pasien akan terpajan dengan cairan dialisat sebanyak 120-150 liter
setiap dialisis. Zat dengan berat molekul ringan yang terdapat dalam
cairan dialisat dapat berdifusi ke dalam darah. Untuk itu, diperlukan
reverse osmosis. Air akan melewati pori-pori membran semi-permeabel
sehingga dapat menahan zat dengan berat molekul ringan. Terdapat dua
jenis cairan dialisat, yaitu asetat dan bikarbonat. Cairan asetat bersifat
asam dan dapat mengurangi kemampuan tubuh untuk vasokonstriksi
yang diperlukan tubuh untuk memperbaiki gangguan hemodinamik yang
terjadi setelah hemodialisis. Sementara cairan bikarbonat bersifat basa,
sehingga dapat menetralkan asidosis yang biasa terdapat pada pasien
GGK. Cairan bikarbonat juga tidak menyebabkan vasokonstriksi (Sudoyo,
2009).

2.7 Peran Perawat Hemodialisa


Merujuk pada definisi sehat yang dikeluarkan oleh WHO, maka
dalam upaya meningkatkan derajat kesehatan yang setinggi-tingginya
bagi pasien gagal ginjal yang menjalani hemodialisis, pelayanan
kesehatan dituntut untuk dapat memfasilitasi pasien agar mendapatkan
kondisi kesehatan yang optimal.
Perawat sebagai bagian yang integral dari tim pelayanan
kesehatan sangat berperan dalam mengupayakan terwujudnya kondisi
kesehatan yang optimal bagi pasien gagal ginjal yang menjalani
hemodialisis dengan cara memberikan asuhan keperawatan paliatif yang
bersifat komprehensif dan holistik yang meliputi bio-psiko-sosio dan
spiritual (Potter & Perry, 2015).
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Penyakit Gagal Ginjal adalah suatu penyakit dimana fungsi organ


ginjal mengalami penurunan hingga akhirnya tidak lagi mampu bekerja
sama sekali dalam hal penyaringan pembuangan elektrolit tubuh,
menjaga keseimbangan cairan dan zat kimia tubuh seperti sodium dan
kalium didalam darah atau produksi urin . Penyakit gagal ginjal
berkembang secara perlahan-lahan kearah yang semakin buruk dimana
ginjal sama sekali tidak lagi mampu bekerja sebagaimana fungsinya.
Dalam dunia kedokteran dikenal 2 macam jenis gagal ginjal yaitu gagal
ginjal akut dan gagal ginjal kronis.

Hemodialisis merupakan tindakan menyaring dan mengeliminasi


sisa metabolisme dengan bantuan alat. Fungsinya untuk mengganti fungsi
ginjal dan merupakan terapi utama selain transplantasi ginjal dan
peritoneal dialisis pada orang-orang dengan penyakit ginjal kronik.
Indikasi hemodialisis adalah semua pasien dengan GFR < 15mL/menit,
GFR < 10mL/menit dengan gejala uremia, dan GFR < 5mL/menit tanpa
gejala gagal ginjal

3.2 Saran

Diharapkan setelah membaca makalah ini pembaca dapat


mengerti terkait dengan penyakit gagal ginjal kronik dan dapat
menambah wawasan tentang penanganan berdasarkan isi makalah ini
demi mewujudkan makalah yang lebih baik diharapkan pembaca merapat
pembahasan isis makalah ini agar dapat menyempurnakan isi makalah
yang sudah di buat oleh penulis.
DAFTAR PUSTAKA
Sumah Fries Dene., 2020. Dukungan Keluarga Berhubungan dengan Kepatuhan
Pasien Gagal Ginjal Kronik yang Menjalani Terapi Hemodialisa di RSUD
dr. M. HAULUSSY Ambon. e-ISSN : 2685-677X
http://www.jurnal.ummu.ac.id/index.php/BIOSAINSTEK Jurnal
BIOSAINSTEK. Vol. 2 No. 1, 81– 86 DOI. On Proses.
Ariyanto, dkk. Beberapa Faktor Risiko Kejadian Penyakit Ginjal Kronik (PGK)
Stadium V pada Kelompok Usia Kurang dari 50 Tahun (Studi di RSUD
dr.H.Soewondo Kendal dan RSUD dr.Adhyatma,MPH Semarang). Jurnal
Epidemiologin Kesehatan Komunitas 3 (1),2018,1 – 6.
Mayuda A, Chasani S, dan Saktini F. Hubungan Antara Lama Hemodialisis
Dengan Kualitas Hidup Pasien Penyakit Ginjal Kronik (Studi Di Rsup
Dr.Kariadi Semarang). Jurnal Kedokteran Diponegoro Volume 6, Nomor
2, April 2017. http://ejournal-s1.undip.ac.id/index.php/medico ISSN
Online : 2540-8844.
World Health Organization., 2015. Global Chronic Renal Failure Report 2014.
Switzerland: World Health Organization.
Riset Kesehatan Dasar (RIKESDAS)., 2018. Laporan Hasil Riset Kesehatan Dasar.

Anda mungkin juga menyukai