2016
http://repositori.usu.ac.id/handle/123456789/17980
Downloaded from Repositori Institusi USU, Univsersitas Sumatera Utara
Gambaran Perawatan Diri Pada Pasien Diabetes Melitus di RSUP
H.Adam Malik Medan
SKRIPSI
Oleh:
FAKULTAS KEPERAWATAN
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
2016
Segala pujian, hormat, dan syukur hanya kepada Tuhan Yang Maha Kuasa
untuk segala berkat, penyertaan dan kasih karunia-Nya proposal penelitian ini
dapat diselesaikan dengan judul “Gambaran Perawatan Diri pada Pasien Diabetes
Melitus di RSUP Haji Adam Malik Medan”. Penulis sangat merasakan penyertaan
Ibu Sri Eka Wahyuni, S.Kep, Ns, M.Kep selaku Wakil Dekan I, Ibu
dan Ibu Dr. Siti Saidah Nasution, SKp, M.Kep, Sp.Mat selaku Wakil
Dekan III.
2. Dosen pembimbing, Ibu Sri Eka Wahyuni, S.Kep, Ns, M.Kep yang banyak
3. Ibu Yesi Ariani, S.Kep, Ns, M.Kep selaku dosen penguji I dan Ibu
Wardiyah Daulay S.Kep, Ns, M.Kep selaku dosen penguji II yang telah
yang telah mendidik, memberi ilmu yang bermanfaat sebagai bekal dalam
RSUP H. Adam Malik Medan beserta staf yang telah memberikan izin
untuk penelitian.
7. Abang, kakak, adik, teman sedoping (Yenni, Poppy dan Nadya) dan
8. KTB Exaudi (Kak Ruth, Cindy dan Yenni) dan adik kelompok (Maria,
Fkep 2016, Kops se-USU, Tim Invent dan PTT) yang selalu menguatkan
Biarlah kiranya kasih setia dan penyertaan Tuhan yang tetap memelihara
Penulis
halaman
Abstrak ............................................................................................................................... ix
BAB I Pendahuluan
A. Hasil Penelitian............................................................................................. 33
1. Karakteristik Demografi Responden...................................................... 33
2. Gambaran Perawatan Diri Pada Pasien Diabetes Melitus ..................... 35
B. Pembahasan .................................................................................................. 36
A. Kesimpulan ................................................................................................... 44
B. Saran ............................................................................................................. 44
Lampiran-lampiran
halaman
halaman
Skema 3.1 Kerangka penelitian gambaran perawatan diri pada pasien diabetes
melitus di RSUP H. Adam Malik Medan .............................................. 24
ABSTRAK
Perawatan diri (self care) merupakan tindakan individu untuk mengembangkan
kemampuan dalam merawat diri sendiri. Tindakan dan inisiatif dari individu yang
dilaksanakan oleh individu itu sendiri bertujuan untuk memenuhi serta
mempertahankan kehidupan, kesehatan dan kesejahteraannya. Self care yang
dibutuhkan penderita diabetes melitus untuk mempertahankan dan meningkatkan
kondisi kesehatannya meliputi diet (pengaturan pola makan), latihan fisik
(olahraga), monitoring gula darah, manajemen obat dan perawatan kaki.
Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi gambaran perawatan diri pada
pasien diabetes melitus di RSUP H. Adam Malik Medan dengan menggunakan
desain deskriptif dan menggunakan instrumen penelitian yaitu kuesioner
perawatan diri SDSCA (Summary of Diabetes Self Care Activities). Pengambilan
sampel dilakukan dengan consecutive sampling dengan jumlah sampel 89 orang.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa perawatan diri pasien diabetes melitus
berada dalam kategori sedang 45 responden (50,6%) dan kategori baik 44
responden (49,4%). Hal ini dapat memberi masukan kepada perawat untuk
memberikan edukasi perawatan kaki pada penderita diabetes.
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
(Suyono, 2010).
Pada abad 21 ini, diabetes melitus merupakan salah satu ancaman utama bagi
satu di antara penyakit tidak menular yang akan meningkat jumlahnya di masa
2000 jumlah pengidap diabetes melitus di atas umur 20 tahun berjumlah 150 juta
orang dan tahun 2025, jumlah itu akan terus meningkat menjadi 300 juta orang.
Diabetes melitus mengalami peningkatan dari 1,1 persen pada tahun 2007
menjadi 2,1 persen pada tahun 2013 yang terdiangnosis oleh dokter. Di Sumatera
Utara prevalensi diabetes terdiagnosa dokter adalah 1,8 persen dan terdiagnosa
dokter atau gejala adalah 2,3 persen. Prevalensi diabetes melitus cenderung lebih
tinggi pada wanita daripada laki-laki, lebih tinggi pada masyarakat dengan tingkat
pendidikan tinggi dan dengan kuintil indeks kepemilikan tinggi (Riskesdas, 2013)
Adam Malik Medan, diperoleh data jumlah pasien diabetes melitus sebanyak 6404
pasien yang menjalani rawat jalan di poliklinik penyakit dalam, dimana seluruh
pasien beresiko tinggi mengalami kaki diabetes (Hidayah, 2012). Survei yang
dilakukan Restu (2012), pada tahun 2011 sampai 2012 terdapat 375 pasien rawat
inap dengan diagnosis diabetes melitus (Siadari, 2015). Hasil survei awal yang
dilakukan peneliti, pada tahun 2014 di dapat sebanyak 9023 pasien yang
menjalani perawatan, dengan perincian 8734 pasien yang menjalani rawat jalan
dan 289 pasien yang menjalani rawat inap dan telah terjadi komplikasi. Pada
pasien yang menjalani rawat jalan dan 241 pasien yang menjalani rawat inap dan
telah terjadi komplikasi akibat Diabetes Melitus, komplikasi yang sering terjadi
efektif, baik karena adanya disfungsi pankreatik atau perifer dan insulin absolut
hiperglikemia yang terjadi karena kelainan sekresi insulin, kerja insulin atau
terutama mata, ginjal, saraf, jantung dan pembuluh darah (Purnamasari, 2010).
(Waspadji, 2010).
melalui pelaksanaan (perawatan diri) self care. Self care adalah pelaksanan
potensi dirinya. Hal ini dipengaruhi oleh beberapa faktor seperti usia,
1995). Apabila seseorang tidak mampu atau terbatas untuk melakukan self care
secara terus menerus, self care defisit merupakan bagian penting dalam perawatan
Ada beberapa kebutuhan self care yang secara umum dibutuhkan oleh
seseorang baik sehat maupun sakit selama siklus hidupnya untuk meningkatkan
pemenuhan udara, air, makanan, eliminasi, istirahat, dan interaksi sosial serta
(pengaturan pola makan), latihan fisik (olahraga), monitoring gula darah, minum
obat secara teratur dan perawatan kaki (Toobert, Hampson dan Glasgow, 2000).
Pelaksanaan self care merupakan hal yang utama (essential) untuk mencegah
62 pasien dengan diabetes melitus kronis tipe II lebih dari 5 tahun, sebanyak 16
responden (53,2%) melakukan aktivitas perawatan diri yang cukup baik, dan
Sedangkan penelitian Tafti, et all (2015) mengenai faktor penentu self care pada
21 responen, sudah memiliki pengetahuan yang baik mengenai self care pada
diabetes, tetapi hanya 56% (13 respoden mengalami kebutaan) dan 62% (13
Hasil penelitian Putu, Putra dan Made (2014) di RSUD Bandung pada 85
pasien diabetes melitus, jumlah responden dengan self care sedang sebanyak 66
responden (77,6%) dan self care rendah sebanyak 19 responden (22,4 %).
mereka rutin melakukan diet makanan minial 3 hari dan maksimal 6 hari, latihan
fisik dilakukan paling sedikit tidak pernah dan maksimal 3x, cek gula darah 1x,
pengobatan rutin dilakukan selama 7 hari dalam seminggu dan perawatan kaki
baik dalam memonitoring dengan mengecek gula darahnya, kurang dari 3x dalam
seminggu terdapat 71,5% (211 responden) dan lebih dari 3x dalam seminggu
terdapat 28,5% (84 responden). Analisis Smanioto, Haddad dan Rossaneis (2014)
pada 1515 penderita diabetes yang beresiko mengalami luka pada kaki sebanyak
12,3%. Kebiasaan mengeringkan kaki setiap hari dari 62,2% responden yang
melakukannya. Self Analyzes kaki setiap hari dari 16,9% yang melapor, terdapat
Membersihkan kaki setiap hari dari 22,2% yang melapor, terdapat 9% yang
melakukannya. Kebiasaan berjalan kaki tanpa las kaki dari 6,9% yang melapor,
terdapat 20,9% yang melakukannya. Kebiasaan memotong kuku yang tidak baik
terdapat 59,9% dan kondisi higenis kaki yang buruk terdapat 89,4%.
self care cukup baik yaitu dalam rentang 37,68-88.33 pada skala 0-100 dengan
total rata-rata 66,78 (Siadari, 2015). Berdasarkan uraian tersebut peneliti tertarik
untuk meniliti tentang gambaran perawatan diri pada pasien diabetes melitus di
B. Perumusan Masalah
dalam penelitian ini adalah “Bagaimana gambaran perawatan diri pada pasien
D. Manfaat Penelitian
Penelitian ini diharapkan dapat dijadikan sebagai acuan bagi para peneliti
TINJAUAN PUSTAKA
Secara harfiah diabetes melitus berasal dari kata diabere yang berarti sipon
atau tabung untuk mengalirkan cairan dari satu tempat ke tempat lain dan mellitus
yang berarti madu. Diabetes melitus adalah suatu kumplan gejala yang timbul
pada seseorang yang disebabkan oleh karena adanya peningkatan kadar glukosa
darah akibat kekurangan insulin baik absolut maupun relatif (Suyono, 2010).
dan protein. Insufisiensi relatif atau absolut dalam respon sekretorik insulin, yang
gambaran khas pada diabetes melitus atau hiperglikemia (Salzer, et all, 2007)
diabetes melitus merupakan gangguan metabolisme yang secara genetis dan klinis
Jika telah berkembang penuh secara klinis, maka diabetes melitus ditandai dengan
Pasien dengan kelainan toleransi glukosa ringan (ganggua glukosa puasa dan
komplikasi.
sel-sel beta pulau langerhans (Riyadi & Sukarmin, 2008). Ada bukti yang
berbagai lesi dan jenis yang berbeda akhirnya akan mengarah pada insufisiensi
mayoritas penderita diabetes melitus. Pada diabetes melitus dalam bentuk yang
lebih berat, sel-sel beta telah dirusak semuanya, sehingga terjadi insulinopenia dan
semua kelainan metabolik yang berkaitan dengan defisiensi insulin (Price &
Wilson, 2006).
memproduksi insulin.
makanan cepat saji yang kaya pengawet, lemak dan gula, dimana hal ini
berakibat pada kenaikan kerja pankreas. Beban kerja yang tinggi membuat
insulin.
Hal itu menyebabkan sel β pada pankreas tidak bekerja secara optimal
sebagai bahan bakar (Suyono, 2010). Dalam keadaan insulin normal asupan
glukosa atau produksi glukosa dalam tubuh akan difasilitasi oleh insulin untuk
dimasukkan ke dalam sel tubuh yang diolah menjadi energi. Apabila energi yang
dibutuhkan tersisa maka akan disimpan sebagai glukogen dalam sel hati dan sel
Secara rinci proses terjadinya hiperglikemia karena defisit insulin tergambar pada
membran sel berkuran, 2). Glukogenesis berkurang dan tetap terdapat kelebihan
cadangan glikogen berkurang dan glukosa hati dicurahkan ke dalam darah secara
dari unsur non karbohidrat) meningkat dan lebih banyak lagi glukosa hati yang
tercurah ke dalam darah hasil pemecahan asam amino dan lemak (Long, 1996: 11
kadar glukosa plasma puasa normal atau toleransi glukosa setelah makan
osmotik yang meningkatkan pengeluaran urine (poliuria) dan timbul rasa haus
keseimbangan kalori negatif dan berat badan berkurang. Rasa lapar yang semakin
besar (polifagia) akan timbul sebagai akibat kehilangan kalori. Pasien akan
mengeluh lelah dan mengantuk. Manifestasi ini merupakan gejala khas diabetes
melitus (Price & Wilson, 2006). Sedangkan gejala tidak khas dari diabetes melitus
diantaranya lemas, kesemutan, luka yang sulit sembuh, gatal, mata kabur,
disfungsi ereksi pada pria, pruritus vulva pada wanita (Purnamasari, 2010).
a. Gejala klasik diabetes melitus dengan glukosa darah sewaktu≥ 200 mg/ dl
c. Kadar glukosa darah 2 jam TTGO (Tes Toleransi Glukosa Oral) ≥ 200 mg/
diabetes tipe I dan dapat muncul pada sembarang usia namun dominan pada
usia muda (<30 tahun). Penelitian menunjukkan bahwa terdapat dua subtipe
beta dan IB berkaitan dengan defisiensi berat insulin tetapi tidak ditemukan
b. Tipe II: Diabetes melitus tidak tergantung insulin (non insulin dependent
diabetes melitus) atau diabetes onset dewasa. Kurang lebih 80% penderita
mengalami diabetes tipe II. Diabetes tipe II yang ditandai adanya gangguan
sekresi insulin atau gangguan kerja insulin (resistensi insulin) pada organ
target terutama hati dan otot. Fenomena resistensi insulin terjadi beberapa
juga mempengaruhi resistensi insulin. Tipe ini bisa terjadi pada semua usia,
c. Diabetes Melitus Tipe Lain: Diabetes yang sering ditemukan di daerah tropis
disertai kekurangan protein yang nyata. Diduga zat sianida yag terdapat
karena penyakit lain seperti penyakit pankreas, hormonal, obat atu bahan
glukosa yang terjdi selama kehamilan, biasanya terjadi pada trimester kedua
keluarga dan riwat diabetes gestasional terdahulu. Hal ini disebabkan oleh
frekuensi kematian janin variabelyang lebih tinggi (Price & Wilson, 2006).
spontan kembali dalam kedaan normal, tetapi setiap tahunnya 1-5% dari
pengaturan pola makan, latihan fisik dan pengaturan aktivitas fsik, obat
hipoglikemik oral, terapi insulin dan pendidikan kesehatan (Price & Wilson,
2006).
yang dikonsumsi setiap hari sesuai dengan kebutuhan tubuh. Rencana diet
makanan yang disukai, gaya hidup, latar belakang budaya dan aktivitas
produksi glukagon.
d. Terapi Insulin, pasien yang pertama kali mendapat terapi insulin dimulai
dengan dosis rendah (8-20 unit) yang disesuaikan dengan reduksi urine dan
dengan masa kerja 2-4 jam. Jika kondisi sudah stabil RI dapat diganti
makan, PZI bekerja dengan lambat dengan masa kerjanya 18-24 jam.
Jika dibiarkan dan tidak dikelola dengan baik, diabetes melitus akan
a. Komplikasi Akut
dalam darah. Glukosa yang ada sebagian besar difasilitasi untuk masuk
ke dalam sel.
mencari sumber alternatif untuk dapat memperoleh energi sel. Jika tidak
ada glukosa maka badan keton akan dipakai sel. Kondisi ini akan
b. Komplikasi Kronik
jantung, pembuluh darah tepi dan pembuluh darah otak. Perubahan pada
4). Rentan infeksi seperti TB paru, gingivitis dan infeksi saluran kemih.
gangren.
dan inisiatif dari individu yang dilaksanakan oleh individu itu sendiri bertujuan
kesejahteraannya. Jika dilakukan secara efektif, upaya perawatan diri (self care)
manusia. Normalnya, orang dewasa akan peduli dan mau merawat dirinya sendiri
dengan sukarela, sedangkan bayi, lansia dan orang sakit membutuhkan bantuan
faktor. Tidak ada dua orang yang melakukan perawatan kebersihan dengan cara
yang sama, dan perawat dapat memberikan perawatan secara individual setelah
a. Citra Tubuh
penampilan fisiknya. Citra tubuh ini dapat seringkali berubah. Citra tubuh
b. Praktik sosial
keluarga, jumlah orang di rumah, dan ketersediaan air panas dan/atau air
c. Status sosioekonomi
seperti sabun, pasta gigi, sikat gigi, shampo, alat mandi yang semuanya
memelihara higiene dalam keadaan yang aman. Hal ini menjadi tidak
diabetes sadar akan efek diabetes pada sirkulasi di kaki, mereka jadi lebih
kesehatan.
e. Kebudayaan
biasa untuk mandi secara penuh hanya sekali dalam seminggu. Di sebagian
f. Pilihan Pribadi
Setiap orang memiliki keinginan individu dan pilihan tentang kapan untuk
yang berbeda (misalnya, sabun, sampo, deodoran, dan pasta gigi) menurut
g. Kondisi fisik
Orang yang berada pada suatu kondisi/menderita penyakit tertentu atau yang
dan metabolik yang serius dapat melemahkan atau menjadikan klien tidak
kebutuhan, yaitu:
(Orem, 1995).
kondisi, peristiwa yang terjadi selama variasi tahap dalam siklus kehidupan
misalnya pada bayi prematur dan pada masa kehamilan serta kejadian-
manajemen obat dan perawatan kaki (Toobert, Hampson dan Glasgow, 2000).
hal jadwal makan, jenis, dan jumlah makanan, terutama pada mereka yang
terdiri dari: karbohidrat sebesar 45-65% total asupan energi, lemak sekitar
tidak lebih dari 3000 mg atau sama dengan 6-7 gram (1 sendok teh) garam
(ADA, 2012).
pengobatan dan mentaati semua nasihat dan petunjuk yang dianjurkan oleh
Kadar gula darah adalah angka yang ditunjukkan nilai glukosa darah puasa
pada penderita DM. Alat yang digunakan peneliti yaitu menggunakan GCU
intervensi. Data berupa skor kadar glukosa darah, skala yang digunakan
yaitu interval. Jenis pemeriksaan yang diujikan yaitu gula darah puasa
≥ 45
karena lebih efektif. Penderita DM yaitu responden yang berumur
Mellitus dengan kadar gula darah puasa ≥ 126 mg/dl (Harmani, 2014).
4. Manajemen obat
Manajemen diet dan latihan fisik / jasmani sebenarnya sudah sangat cukup
program manajemen diet dan latihan fisik yang telah dirancang oleh tenaga
5. Perawatan kaki
(ADA, 2012).
KERANGKA PENELITIAN
A. Kerang Penelitian
Dari hasil tinjauan kepustakaan yang telah diuraikan serta masalah penelitian
Kerangka konsep penelitian adalah suatu uraian dan visualisasi hubungan atau
kaitan antara konsep satu terhadap konsep lainnya dari masalah yang ingin diteliti
(Notoadmojo, 2012).
METODOLOGI PENELITIAN
A. Desain Penelitian
yang digunakan dalam penelitian ini adalah desain deskriptif yaitu suatu metode
objektif, dalam hal ini untuk mengetahui gambaran perawatan diri pada pasien
diabetes melitus.
1. Populasi
RSUP H. Adam Malik Medan. Berdasarkan survei awal yang dilakukan oleh
sebanyak 8291 pasien dengan perincian 241 pasien yang menjalani rawat inap dan
8051 pasien yang menjalani rawat jalan. Rata-rata pasien rawat jalan melalukan
pengontrolan penyakitnya setiap bulan, sehingga jumlah pasien rawat jalan setiap
2. Sampel
Sampel adalah sebagian atau wakil populasi yang diteliti (Arikunto, 2013).
consecutive sampling yaitu setiap sampel atau responden yang memenuhi kriteria
jumlah pasien yang diperlukan terpenuhi. Kriteria sampel dalam penelitian ini
adalah seluruh responden yang menderita diabetes melitus dan responden tersebut
N
𝑛𝑛 =
1 + N(e)²
n = ukuran sampel
N = ukuran populasi
N
𝑛𝑛 =
1 + N(e)²
829
𝑛𝑛 =
1 + 829(0,1)²
𝑛𝑛 = 89,2
Penelitian ini dilakukan di unit rawat jalan penyakit dalam RSUP H. Adam
Malik, Jl. Bunga Lau No.17 Medan. Lokasi penelitian ini dipilih karena
merupakan salah satu rumah sakit rujukan sekaligus rumah sakit pendidikan di
kota Medan, jumlah pasien memadai serta efektifitas waktu dan biaya. Penelitian
ini dilaksanakan pada bulan September 2015 sampai dengan Juni 2016 dan
Pertimbangan etik dalam penelitian ini bertujuan agar peneliti dapat menjaga
dan menghargai hak asasi para respondennya. Penelitian ini dilakukan setelah
mendapat izin penelitian dari institusi Fakultas Keperawatan dan persetujuan dari
kepada calon responden. Bagi responden yang bersedia untuk diteliti, peneliti
responden untuk berpartisipasi dalam penelitian ini. Pasien memiliki hak untuk
responden pada lembar kuesioner dan hanya memberikan kode tertentu pada
subyek dijamin oleh peneliti, hanya kelompok data tertentu yang dilaporkan pada
E. Instrumen Penelitian
Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah kuesioner yang terdiri
dari dua bagian, yaitu data demografi dan data perawatan diri pasien diabetes
melitus. Data demografi terdiri dari jenis kelamin, umur, status pernikahan, suku
Toobert, Hampson dan Glasgow (2000). Nilai validitas dan reliabilitas instrumen
terdiri dari 14 pertanyaan terkait dengan aktivitas self care diabetes yang meliputi
diet (pengaturan pola makan) yaitu pada pertanyaan no 1-6, latihan fisik
(olahraga) yaitu pada pertanyaan no 7-8, monitoring gula darah yaitu pada
perawatan kaki yaitu pada pertanyaan no 11-14. Instrumen terdiri dari 8 alternatif
4, 7-14 diberikan skor yaitu : 0 kali (skor 0), 1 kali (skor 1), 2 kali (skor 2), 3 kali
(skor 3), 4 kali (skor 4), 5 kali (skor 5), 6 kali (skor 6) dan7 kali (skor 7).
Sedangkan pertanyaan negatif pada pertanyaan no 5-6 diberikan skor yaitu : 0 kali
(skor 7), 1 kali (skor 6), 2 kali (skor 5), 3 kali (skor 4), 4 kali (skor 3), 5 kali (skor
2), 6 kali (skor 1) dan7 kali (skor 0). Hasil skor pengukuran self care diabetes
akan dinyatakan dalam bentuk kategorik perawatan diri buruk (skor 0-2),
perawatan diri cukup baik (skor 3-5) dan perawatan diri baik (skor 6-7).
1. Uji Validitas
apabila mampu mengukur apa yang diinginkan dan dapat mengungkapkan data
dari variabel yang diteliti secara tepat. Tinggi rendahnya validitas instrumen
menunjukkan sejauh mana data yang terkumpul tidak menyimpang dari gambaran
yang lebih efektif untuk mengukur sasaran yang ingin di ukur sesuai dengan teori
atau konsep. Setelah dilakukan uji validitas maka didapatkan hasil bahwa
instrumen penelitian yang digunakan telah valid dan dapat digunakan untuk
penelitian selanjutnya.
2. Uji Reliabilitas
dapat dipercaya untuk digunakan sebagai alat pengumpul data karena instrumen
tersebut sudah baik. Instrumen yang baik tidak akan bersifat tendensius
yang dapat dipercaya, yang reliabel akan menghasilkan data yang dapat dipercaya
juga (Arikunto, 2013). Uji reliabilitas dilakukan pada 30 responden di RSUD Dr.
Pirngadi Medan yang sesuai dengan kriteria namun diluar dari sampel. Suatu
instrumen dikataka reliabel bila koefisienya 0,70 atau lebih. Dari hasil analisa
G. Pengumpulam Data
dalam penelitian ini dilakukan dengan wawancara lansung kepada responden yang
H. Analisa Data
mengubah data menjadi informasi. Analisis data yang dilakukan dalam penelitian
terdiri dari editing untuk memeriksa kembali kelengkapan data responden serta
diberi kode (coding) untuk memudahkan peneliti dalam melakukan tabulasi data.
A. Hasil Penelitian
Bab ini menguraikan hasil penelitian dan pembahasan tentang perawatan diri
pelitian ini dilakukan paa tanggal 19 Mei - 8 Juni dengan jumlah responden
Responden pada penelitian ini adalah pasien diabetes melitus yang berobat
Karakteristik responden terdiri dari jenis kelamin, umur, status penikahan, suku
banyak daripada responden laki-laki dengan rata-rata berusia diatas 40 tahun yaitu
mayoritas di atas 2 juta rupiah (64%) dan semua responden menggunakan jaminan
Usia
20-40 tahun 1 1.1
41-60 tahun 46 51.7
> 60 tahun 42 47.2
Status Pernikahan
Menikah 88 98.9
Belum menikah 1 1.1
Suku Bangsa
Jawa 6 6.8
Batak 77 86.6
Padang 2 2.2
Melayu 2 2.2
Aceh 2 2.2
Pendidikan
Tidak Sekolah 4 4.5
SD 3 3,4
SMP 13 14.6
SMA 48 53.9
Perguruan Tinggi 21 23.6
Pekerjaan
PNS 15 16.9
Wiraswasta 8 9.0
Petani/Buruh 7 7.9
Pensiunan 33 37.1
Lainnya 26 29.1
Penghasilan/Bulan
<1 juta 23 25.8
1 – 1.5 juta 4 4.6
Jaminan Kesehatan
Ada 100 100
Tidak ada 0 0
Lama Menderita
<5 tahun 29 32.6
>5 tahun 60 67.4
Komplikasi
Tidak Ada Komplikasi 7 7.9
Ada Komplikasi 82 92.1
Diagnosa Penyakit
DM Type 1 2 2.2
DM Type 2 87 97.8
Pada tabel 5.2 menunjukkan bahwa gambaran perawatan diri pada pasien
diabetes melitus berada dalam kategori sedang 45 responden (50.6%) dan katerogi
baik 44 responden (49.4%), sedangkan perawatan diri yang buruk tidak ada.
Tabel 5.2 Gambaran perawatan diri pada pasien diabetes melitus di RSUP
H. Adam Malik Medan (n=89)
B. Pembahasan
Adam Malik Medan berada dalam kategori sedang 45 responden (50,6%) dan
berada dalam kategori sedang, dalam artian responden melakukan perawatan diri
(67.4%) yang mengalami diabetes melitus lebih dari 5 tahun. Responden yang
mengalami diabetes lebih dari 11 tahun dapat mempelajari perilaku perawatan diri
perawatan diabetes melalui berbagai cara (Bai et al, 2009 dalam Kusniawati
2009).
Di dalam perawatan diri pasien diabetes, ada 5 pilar penting yang dibutuhkan.
keseluruhan, dalam penelitian ini perawatan diri ada yang baik yaitu pengaturan
pola makan, latihan fisik dan manajemen obat, tetapi memonitoring gula darah
dan perawatan kaki masih buruk. Hal ini sejalan dengan penelitian Sulistria
(2013) yang menunjukkan bahwa tingkat self care pasien rawat jalan diabetes
pola makan, olahraga dan terapi obat, namun pada pengukuran gula darah dan
perawatan kaki tingkat self care pasien masih kurang. Penelitian Siadari (2015)
menunjukkan bahwa aktivitas self care pada pasien diabetes melitus masih belum
artinya dalam rentang 0-100% maka terdapat 66,78% pasien diabetes yang
responden yang melakukan aktivitas self care diabetes dalam kategori sedang
Self care yang dibutuhkan penderita diabetes melitus tersebut bertujuan untuk
manajemen obat dan perawatan kaki (Toobert, Hampson dan Glasgow, 2000).
makan) pada pertanyaan 1-6 pasien diabetes melitus mayoritas dalam kategori
pembatasan porsi makanan dan jenis makanan tinggi karbohidrat dan lemak yang
dapat meningkatkan kadar gula darah. Menurut Astuti (2014) komplikasi diabetes
10% dan mengurangi atau menghindari konsumsi gula, lemak, alkohol dan garam.
<30%. Hal ini sejalan dengan penelitian Jordan (2009) yang menilai perilaku self
dalam kategori sedang yaitu 5,9 hari dalam seminggu karena responden
Hal ini diperkuat dengan teori yang menyatakan bahwa pada pasien diabetes perlu
ditekankan pentingnya keteraturan makan dalam hal jadwal makan, jenis, dan
pada pertanyaan 7-8 pasien diabetes melitus lebih dari setengah dalam kategori
baik. Hasil pengamatan peneliti bahwa perawat selalu mengingat responden untuk
menunjukkan rata-rata responden melakukan latihan fisik (olahraga) yaitu 5,1 hari
fisik untuk meurunkan kadar gula darahnya. Hasil wawancara peneliti dengan
(2009) aktivitas dan latihan fisik mempengaruhi kejadian diabetes pada responden
yang tidak bekerja. Responden yang tidak bekerja beresiko 1,6 kali mengalami
Rahimi (2015) bahwa responden yang tidak berkerja memiliki waktu luang untuk
diabetes memiliki prinsip latihan yang sama dengan prinsip latihan jasmani secara
93,2% dalam kategori buruk. Peneliti mengasumsikan perawatan diri yang masih
gula darah karena jaminan kesehatan yang mereka miliki hanya mengijinkan
pemeriksaan gula darah diadakan sekali dalam 6 bulan, tetapi penderita tidak
memiliki insiatif dan motivasi untuk memeriksa secara mandiri diluar rumah sakit
meskipun rata-rata responden memiliki penghasilan lebih dari dua juta rupiah
(76.4%) penderita diabetes memiliki motivasi yang kurang merawat dirinya. Hal
melakukan monitoring gula darah yaitu 1,0 hari dalam seminggu karena
responden tidak memiliki alat untuk memeriksa kadar gula darah. Penelitian Shaji,
et all (2013) pada 295 pasien diabetes melitus type 2 menunjukkan 76.9%
memonitoring gula darah dan 23.1% tidak memonitoring gula darah. Dari 76.9%
yang rutin memonitoring gula darahnya. Pasien yang rutin memonitoring gula
yang mematuhi penggunaan obat setiap hari pada pertanyaan 10 terdapat 85.4%
dalam kategori baik. Hasil wawancara dan pengamatan peneliti didapati bahwa
mengingatkan setiap responden untuk taat mengikuti terapi obat secara teratur.
Hal ini sejalan dengan penelitian Kusniawati (2011) yang menunjukkan rata-rata
responden melakukan minum obat secara teratur yaitu 6,7 hari dalam seminggu
diabetes. Diperkuat pada penelitian Tafti, et all (2015) pada 110 responden 87.3%
Penelitian Tafti, et all (2015) pada 110 responden menemukan hasil yang sama
yaitu 64.5% pasien diabetes melitus buruk dalam melakukan perawatan kakinya.
menganggap diabetes yang dideritanya “gula kering”, yaitu luka diabetes yang
mudah sembuh dan pulih. Perawat yang melayani responden juga tidak
berbeda dengan hasil penelitian Ariani (2011) yang menyimpulkan bahwa tidak
Dalam penelitian ini perawatan diri berada dalam kategori sedang 45 orang
yaitu 20 orang laki-laki dan 25 orang perempuan dengan status sudah menikah
(98.9%). Kusniawati (2011) menjelaskan bahwa tidak ada perbedaan antara laki-
laki dan perempuan dalam melakukan aktivitas perawatan diri diabetes melitus,
baik laki-laki atau perempuan memiliki tanggung jawab yang sama dalam
melakukan aktivitas perawatan dirinya dan pasien yang memiliki motivasi yang
kuat akan mendorong individu melakukan hal yang baik untuk memelihara
pasien melakukan perawatan diri karena mayoritas pasien ditemani oleh keluarga.
Hal ini didukung oleh Rubin (2000) dalam Isworo (2010) yang mengatakan
seperti keluarga berperan dalam adaptasi pasien terhadap penyakit kronis karena
Namun berdeda dengan hasil penelitian Ariani (2011) yang menyimpulkan bahwa
tidak terdapat hubungan status pernikahan dengan efikasi diri, karena keberadaan
responden perawatan diri baik pada usia >60 tahun lebih tinggi daripada
perawatan diri sedang yaitu 24 orang. Hal ini sejalan dengan pendapat Orem
(1995), usia merupakan salah satu faktor dasar yang mempengaruhi seseorang
dalam melakukan aktivitas self care dan usia dewasa merupakan usia yang cukup
matur untuk seseorang peduli dan bertanggungjawab atas diri sendiri dan
penurunana fisiologis yang secara dramatis dengan cepat setelah berusia 40 tahun
dan penurunan ini beresiko pada penurunan fungsi endokrin pankreas yang
Perawatan diri penderita diabetes yang sudah lama mengalaminya atau baru
orang <5 tahun dan 33 orang >5 tahun. Hal ini sejalan dengan penelitian
Kusniawati (2011) yang menunjukkan tidak ada hubungan lama diagnosis dengan
yang sama dalam melakukan aktivitas self care diabetes dan bagi responden yang
belum lama terdignosis, merupakan hal yang baru dan tantangan bagi responden
A. Kesimpulan
diri pasien diabetes melitus berada dalam kategori sedang sebanyak 45 responden
B. Saran
pihak yaitu:
perawatan diri berada pada kategori sedang. Oleh karena itu perawat perlu
baik karena hal ini dapat meningkatkan kualitas hidup. Perawat juga perlu
yaitu diet (pengaturan pola makan), latihan fisik (olahraga), monitoring gula
perawatan diri berada pada kategori sedang, maka RSUP H. Adam Malik
Astuti, N. (2014). Efikasi Diri Dan Manajemen Diri Pada Pasien Diabetes Tipe2.
(Tesis). Medan : Universitas Sumatera Utara. Diakses pada 11 Februari 2016
dari http://repository.usu.ac.id/7463-efikasi
Jordan, D., N. dan Jordan, J., L. (2009). Self care behaviors of Filipino-American
adults with type 2 diabetes melitus. Journal of Diabetes ond its complication
24 (2010)250-258. Diakses pada tanggal 15 Januari 2016 dari
http://www.jdcjournal.com
Junianty, S dkk. (2011). Hubungan tingkat self care dengan kejadian komplikasi
pada pasien DM tipe 2 di ruang rawat inap RSUD. Journal UNPAD.ac.id.
Diakeses pada tanggal 15 Januari 2016 dari
http://www.jurnal.unpd.ac.id/articel/703/704
Putu, I. R. S., Putra, Y.I., Made, S. I. (2015). Hubungan self-care dengan kualitas
hidup pasien DM tipe 2 di poloklinik interna RSUD Bandung. Journal
coping nurse. Diakses pada tanggal 27 Maret 2016 dari
http://scholar.google.co.id
Salzer, M., J., et all. (2007). Pankreas,Dalam Buku Ajar Patologi Robins, Ed.7,
Vol 2. Jakarta: EGC
Smanioto, F. N., Haddad, M., dan Rossaneis, M. A. (2014). Self care into the risk
factors in diabetic foot ulceration: cross sectional study. Journal online braz
j nusr 201; 13 (3);343-52. Diakses pada tanggal 15 Januari 2016 dari
http://www.objnursing.uff.br/index.php/nursing/articel/view/4680
Sulistria, Y., M. (2013). Tingkat Self Care Pasien Rawat Jalan Diabetes Melitus
Tipe 2 di Puskesmas Kalirungkut Surabaya. Jurnal Ilmiah Mahasisa
Universitas Surabaya Vol 2 No 2 (2013)
Saya yang bernama Artia Sari Sidabutar / NIM 121101055 adalah mahasiswi
Bapak/Ibu untuk mengisi lembar kuesioner dengan jujur apa adanya. Partisipasi
Bapak/Ibu dalam penelitian ini bersifat bebas untuk menjadi responden penelitian
atau menolak tanpa ada sanksi apapun. Identitas pribadi dan semua informasi
yang Bapak/Ibu berikan akan dirahasiakan dan hanya akan digunakan untuk
Peneliti Responden
Frekuensi
No Pernyataan
0 1 2 3 4 5 6 7
1. Dalam satu minggu terakhir ini
berapa kali Bapak/Ibu mengikuti
perencanaan makan (diet) sesuai
dengan yang dianjurkan.
2. Dalam satu minggu terakhir ini
berapa kali Bapak/Ibu
membatasi jumlah porsi
makanan yang dimakan sesuai
dengan anjuran untuk
mengontrol diabetes.
3. Dalam satu minggu terakhir ini
berapa kali Bapak/Ibu mengatur
pemasukan makanan yang
mengandung karbohidrat (seperti
nasi, singkong, jagung, kentang).
4. Dalam satu minggu terakhir ini
berapa kali Bapak/Ibu makan
sayuran.
5. Dalam satu minggu terakhir ini
berapa kali Bapak/Ibu makan
makanan yang mengandung
tinggi lemak (seperti daging,
makanan yang mengandung
minyak atau mentega dll)
6. Dalam satu minggu terakhir ini
berapa kali Bapak/Ibu makan
makanan selingan yang banyak
mengandung gula (seperti kue,
biskuit, selai dll)
7. Dalam satu minggu terakhir ini
berapa kali Bapak/Ibu
melakukan latihan fisik
sedikitnya dalam waktu 20-30
P1 P2 P3 P4 P5
Penilai
R S R S R S R S R S
Nunung F. Sitepu 3 2 4 3 4 3 4 3 4 3
ƸS 2 3 3 3 3
V 2/3 = 0.66 3/3 = 1 3/3 = 1 3/3 = 1 3/3 = 1
Klasifikasi koefisien sesuai Sangat sesuai Sangat sesuai Sangat sesuai Sangat sesuai
P6 P7 P8 P9 P10
Penilai
R S R S R S R S R S
Nunung F. Sitepu 4 3 4 3 4 3 4 3 4 3
ƸS 3 3 3 3 3
V 3/3 = 1 3/3 = 1 3/3 = 1 3/3 = 1 3/3 = 1
Klasifikasi koefisien Sangat sesuai Sangat sesuai Sangat sesuai Sangat sesuai Sangat sesuai
P : Pernyataan
S : R-Lo
R : Angka yang diberikan oleh penilai
Lo : Angka penilaian validitas terendah (1)
n : Jumlah penilai (1)
C : Angka penilaian validitas tertinggi (4)
n(C-1) : 1(4-1) = 1(3) = 3
v : ƸS/[n(C-1)]
Klasifikasi koefisien : 0-0,33 = tidak sesuai
0,34-0,67 = sesuai
0,68-1 = sangat sesuai
Reliability Statistics
Cronbach's
Alpha N of Items
.777 14
Data Demografi
Jenis Kelamin
Valid Cumulative
Frequency Percent Percent Percent
Valid Laki-laki 39 43.8 43.8 43.8
Perempuan 50 56.2 56.2 100.0
Total 89 100.0 100.0
Usia
Valid Cumulative
Frequency Percent Percent Percent
Valid 20-40 1 1.1 1.1 1.1
41-60 46 51.7 51.7 52.8
>60 42 47.2 47.2 100.0
Total 89 100.0 100.0
Status Pernikahan
Valid Cumulative
Frequency Percent Percent Percent
Valid Menikah 88 98.9 98.9 98.9
Belum
1 1.1 1.1 100.0
Menikah
Total 89 100.0 100.0
Pendidikan Terakhir
Valid Cumulative
Frequency Percent Percent Percent
Valid SD 3 3.4 3.4 3.4
SMP 13 14.6 14.6 18.0
SMA 48 53.9 53.9 71.9
D3 6 6.7 6.7 78.7
S1 15 16.9 16.9 95.5
Lainnya 4 4.5 4.5 100.0
Total 89 100.0 100.0
Pekerjaan
Valid Cumulative
Frequency Percent Percent Percent
Valid PNS 15 16.9 16.9 16.9
Wiraswasta 8 9.0 9.0 25.8
Petani/buruh 7 7.9 7.9 33.7
Pensiunan 33 37.1 37.1 70.8
Lainnya 26 29.2 29.2 100.0
Penghasilan/Bulan
Valid Cumulative
Frequency Percent Percent Percent
Valid <1 juta 23 25.8 25.8 25.8
1-1.5 juta 4 4.5 4.5 30.3
1.5-2 juta 5 5.6 5.6 36.0
>2 juta 57 64.0 64.0 100.0
Total 89 100.0 100.0
Jaminan Kesehatan
Valid Cumulative
Frequency Percent Percent Percent
Valid Ada 89 100.0 100.0 100.0
Lama Menderita
Valid Cumulative
Frequency Percent Percent Percent
Valid <5 Tahun 29 32.6 32.6 32.6
>5 Tahun 60 67.4 67.4 100.0
Komplikasi
Valid Cumulative
Frequency Percent Percent Percent
Valid Tidak Ada
7 7.9 7.9 7.9
Komplikasi
Ada Komplikasi 82 92.1 92.1 100.0
Total 89 100.0 100.0
Diagnosis Penyakit
Valid
Frequency Percent Percent Cumulative Percent
Valid DM Type
2 2.2 2.2 2.2
1
DM Type
87 97.8 97.8 100.0
2
Total 89 100.0 100.0
perawatan diri
Valid Cumulative
Frequency Percent Percent Percent
Valid sedang 45 50.6 50.6 50.6
baik 44 49.4 49.4 100.0
Total 89 100.0 100.0
0 1 2 3 4 5 6 7
No Pernyataan
f(%) f(%) f(%) f(%) f(%) f(%) f(%) f(%)
1. Dalam satu minggu terakhir 12 1 2 1 6 0 1 66
ini berapa kali Bapak/Ibu 13.5% 1.1% 2.2% 1.1% 6.7% 0% 1.1% 74.2%
mengikuti perencanaan
makan (diet) sesuai dengan
yang dianjurkan.
2. Dalam satu minggu terakhir 10 1 1 0 5 0 1 71
ini berapa kali Bapak/Ibu 11.2% 1.1% 1.1% 0% 5.6% 0% 1.1% 79.8%
membatasi jumlah porsi
makanan yang dimakan
sesuai dengan anjuran
untuk mengontrol diabetes.
3. Dalam satu minggu terakhir 12 3 3 1 5 0 1 64
ini berapa kali Bapak/Ibu 13.5% 3.4% 3.4% 1.1% 5.6% 0% 1.1% 71.9%
mengatur pemasukan
makanan yang mengandung
karbohidrat (seperti nasi,
singkong, jagung, kentang).
4. Dalam satu minggu terakhir 0 1 0 3 1 0 0 84
ini berapa kali Bapak/Ibu 0% 1.1% 0% 3.4% 1.1% 0% 0% 94.4%
makan sayuran.
5. Dalam satu minggu terakhir 4 0 0 3 8 10 35 29
ini berapa kali Bapak/Ibu 4.5% 0% 0% 3.4% 9% 11.2% 39.3% 32.6%
makan makanan yang
mengandung tinggi lemak
(seperti daging, makanan
yang mengandung minyak
atau mentega dll)
6. Dalam satu minggu terakhir 30 1 0 3 12 5 8 30
ini berapa kali Bapak/Ibu 33.7% 1.1% 0% 3.4% 13.5% 5.6% 9% 33.7%
makan makanan selingan
yang banyak mengandung
gula (seperti kue, biskuit,
selai dll)
7. Dalam satu minggu terakhir 48 7 2 7 1 0 1 23
ini berapa kali Bapak/Ibu 53.9% 7.9% 2,2% 7.9% 1.1% 0% 1.1% 25.8%
melakukan latihan fisik
sedikitnya dalam waktu 20-
30 menit.
8. Dalam satu minggu terakhir 7 3 0 1 0 1 0 77
ini berapa kali Bapak/Ibu 7.9% 3.4% 0% 1.1% 0% 1.1% 0% 86.5%
melakukan latihan ringan
seperti jalan kaki di sekitar
rumah.
9. Dalam satu minggu terakhir 25 53 6 0 2 0 1 2
ini berapa kali Bapak/Ibu 28.1% 59.6% 6.7% 0% 2.2% 0% 1.1% 2,2%
memeriksa gula darah di
pelayanan kesehatan
maupun secara mandiri di
Aktivitas September Oktober November Desember Januari Februari Maret April Mei Juni Juli
No
Penelitian 2015 2015 2015 2015 2016 2016 2016 2016 2016 2016 2016
Minggu Ke- 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4
Pengajuan judul
1
penelitian
2 Menyusun Bab 1
3 Menyusun Bab 2
4 Menyusun Bab 3
5 Menyusun Bab 4
Menyerahkan
6 proposal
penelitian
Ujian sidang
7
proposal
Revisi proposal
8
penelitian
Uji Validitas &
9
Reliabilitas
Pengumpulan
10
data
11 Analisa data
Pengajuan
12
sidang skripsi
Ujian sidang
13
skripsi
14 Revisi skripsi
Mengumpulkan
15
skripsi
TAKSASI DANA
Keterangan dana yang telah dipakai dan diperlukan untuk pembiayaan kegiatan
Pembuatan Proposal
Pembuatan Skripsi
RIWAYAT HIDUP
NIM : 121101055
Riwayat Pendidikan :
Riwayat Berorganisasi :