Anda di halaman 1dari 4

LOGBOOK

Perawatan Luka Post Operasi Laparatomi Pada Tn. U dengan Ca. Ginjal
di Ruang Tulip Rumah Sakit Kanker Dharmais Jakarta
Minggu ke 7 (1721 Oktober 2016)

Disusun Sebagai Salah Satu Tugas Mata Ajar Residensi KMBL I

Disusun oleh:

WENY AMELIA
1406597412

PROGRAM MAGISTER ILMU KEPERAWATAN


KEKHUSUSAN KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH
FAKULTAS ILMU KEPERAWATAN
UNIVERSITAS INDONESIA
2016
Minggu ke-8

LOGBOOK
ANALISIS TINDAKAN

Jenis Tindakan : perawatan luka operasi


Diagnosis medis : Ca Ginjal post laparatomi
Diagnosis keperawatan : risiko infeksi b.d kerusakan integritas kulit
Inisial pasien : Tn. U
Tanggal dilakukan : 17 Oktober 2016
Ruang : Tulip

PENDAHULUAN
Tn. U usia 70 tahun dengan riwayat laparatomi, mengeluh pegal-pegal di punggung, massa
residif ginjal kiri. Klien kemudian dilakukan operasi laparatomi wide eksisi debulking ginjal
kiri pada tanggal 6 Oktober 2016. Saat ini klien post operasi hari ke-11, terlihat luka
laparatomi tertutup kasa sepanjang sekitar 12 cm pada midline abdomen.

ANALISIS TINDAKAN
Laparatomi merupakan bagian dari tindakan bedah mayor abdomen yang biasa dilakukan
untuk penanggulangan gangguan kesehatan yang terjadi pada bagian pencernaan tubuh
manusia. Bedah digestif atau bedah mayor abdomen adalah tindakan bedah besar yang
menggunakan anestesi umum, yang merupakan salah satu bentuk dari pembedahan yang
sering dilakukan. Bedah mayor abdomen merupakan prosedur pembedahan yang melibatkan
suatu insisi pada dinding abdomen hingga ke cavitas abdomen (Smeltzer & Bare, 2002).
Indikasi dilakukan tindakan bedah mayor abdomen menurut Smeltzer dan Bare (2002)
disebabkan oleh beberapa hal, yaitu: 1) trauma abdomen (tumpul atau tajam); 2) Peritonitis;
3) Perdarahan saluran pencernaan; 4) sumbatan pada usus halus dan usus besar; 5) masa pada
abdomen; 6) perforasi usus; 7) pancreatitis; 8) cholelithiasis. Adapun tindakan bedah mayor
abdomen yang sering dilakukan adalah laparatomi, gasterektomi, kolesistoduodenostomi,
cholesistektomi, hepatektomi, splenektomi, kolostomi, dan fistulektomi (Sjamsuhidajat &
Jong, 2005).
Pada laparatomi bentuk sayatan dapat berupa vertikal ataupun horizontal. Luka operasi
merupakan luka yang sengaja dibuat dengan menggunakan instrumen yang tajam, yang
kemudian disatukan kembali dengan menggunakan bantuan staples atau jahitan, bersifat steril
dan mengalami penyembuhan secara primary intention (sesuai dengan waktu fase-fase
penyembuhan luka). Adapun fase-fase penyembuhan luka adalah:
- Fase hemostasis, Fase hemostasis dimulai segera setelah terjadinya luka. Fase ini
bersama-sama dengan inflamasi berlangsung sampai 72 jam setelah terjadinya luka. Fase
ini ditandai dengan konstriksi pembuluh darah untuk mengurangi perdarahan
- Fase inflamasi. Fase ini ditandai dengan infiltrasi neutrofil, makrofag, dan limfosit
bertujuan meningkatkan pembersihan luka dengan melakukan degradasi pada jaringan.
- Fase proliferasi. Fase proliferasi dimulai pada hari ketiga sampai dua minggu kemudian.
Fase ini terdiri dari beberapa proses yaitu reepitelisasi, angiogenesis, sintesis kolagen,
pembentukan matriks ekstraseluler, dan kontraksi luka. Biasanya pengangkatan jahitan
dapat dilakukan dalam fase ini. Pengangkatan jahitan pada sayatan abdomen vertikal
dapat dimulai pada hari kesembilan sampai hari kesebelas.
- Fase remodeling. Terbentuknya miofibroblast akan memulai fase remodeling yang
berlangsung selama satu sampai dua tahun atau lebih.

Penyembuhan luka akan dipengaruhi oleh berbagai hal baik faktor lokal ataupun sistemik.
Faktor lokal yang mempengaruhi penyembuhan luka yaitu oksigenasi dan infeksi. Sedangkan
faktor sistemik yaitu umur; jenis kelamin; stres; obesitas; konsumsi alkohol dan merokok;
nutrisi; penyakit penyerta, medikasi dan kondisi immunocompromized. Sementara itu
perawatan luka sendiri merupakan bagian dari upaya untuk meningkatkan penyembuhan luka
dengan melakukan pembersihan pada luka dan mengganti balutan luka yang mendukuung
penyembuhan. Tujuan perawatan luka yaitu untuk menjaga luka tetap moist dan
meningkatkan epitelisasi, membersihkan luka atau menjaga luka tetap bersih, dan melindungi
luka dari trauma fisik atau invasi bakteri. Perawatan luka dapat dilakukan jika balutan kotor
atau basah, terdapat rembesan eksudat, dan perlu mengkaji keadaan luka.

Adapun prinsip perawatan luka operasi adalah menggunakan teknik steril. Pada Tn. U
perawatan luka menggunakan cairan NaCl 0,9%. Luka dibersihkan dari arah dalam keluar
kemudian ditutup dengan hidrokoloid (seperti nata de coco). Balutan ini akan memberikan
perlindungan terhadap bakteri dan perlindungan pada fase epitelisasi karena mempertahankan
luka tetap moist. Kemudian setelah itu luka ditutup secara manual menggunakan kasa.
Referensi:
Sjamsuhidajat, R., & de Jong, W. (2005). Buku ajar ilmu bedah. Jakarta: EGC.

Smeltzer, S.C., & Bare, B.G. (2002). Buku ajar ilmu keperawatan medikal bedah (ed 8, vol
2). Jakarta: EGC.

Velnar, T., Bailey, T., & Smrkolj, A. (2009). The wound healing process: An overview of the
cellular and molecular mechanisms. The Journal of International Medical Research, 37,
15281542.

Anda mungkin juga menyukai