Anda di halaman 1dari 7

The 13th University Research Colloqium 2021

Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Muhammadiyah Klaten

HUBUNGAN MOBILISASI DINI DENGAN


KESEMBUHAN
LUKA PADA PASIEN PASCA LAPARATOMY
DI RSUD dr. LOEKMONOHADI KUDUS
Yulisetyaningrum1, Endang Prihatiningsih2, Tri Suwarto3, Sri Budiani4
1,2,3,4
Universitas Muhammadiyah Kudus
Email : yulisetyaningrum@umkudus.ac.id

Abstrak
Keywords:
Mobilisasi Dini, Latar Belakang : Mobilisasi dini merupakan kebijakan untuk secepat
Kesembuhan Luka, mungkin membimbing penderita turun dari tempat tidur dan berjalan.
Laparatomi Mobilisasi dini dapat menunjang proses penyembuhan luka pasien karena
dengan menggerakkan anggota badan akan mencegah kekakuan otot dan
sendi, sehingga dapat mengurangi nyeri dan dapat memperlancar
peredaran darah ke bagian yang mengalami perlukaan agar proses
penyembuhan luka menjadi lebih cepat. Tatalaksana ini adalah salah satu
faktor yang mempengaruhi penyembuhan luka pasca pembedahan serta
dapat mengurangi risiko komplikasi.
Tujuan : mengetahui hubungan mobilisasi dini dengan kesembuhan luka
pada pasien pasca operasi laparatomi di RSUD dr. Loekmonohadi Kudus.
Metode : Jenis penelitian ini adalah korelasional dengan desain cross
sectional. Populasi dalam penelitian ini adalah pasien yang dilakukan
operasi laparatomi di RSUD dr. Loekmonohadi Kudus. Teknik sampling
dengan aksidental sampling sehingga besar sampel adalah 42 orang.
Analisis data
dengan uji Chi Square.
Hasil : Ada hubungan mobilisasi dini dengan kesembuhan luka pada pasien
pasca operasi laparatomi di RSUD dr. Loekmonohadi Kudus karena nilai p
(0.000) < 0.05.

1. PENDAHULUAN reparatif (memperbaiki luka multipel),


Pembedahan atau operasi rekonstruksi dan paliatif.
merupakan segala tindakan pengobatan Laparatomi merupakan salah satu
yang menggunakan cara invasif dengan tindakan medis yang mempunyai angka
membuka atau menampilkan bagian tubuh prevalensi paling tinggi. Diperkirakan
yang akan ditangani, umumnya dilakukan setiap tahunnya terdapat 234 juta tindakan
dengan membuat sayatan yang diakhiri pembedahan yang dilakukan di seluruh
dengan penutupan dan penjahitan luka dunia (Haynes, 2012). Menurut Kemenkes
(Majid, 2011). Pembedahan dilakukan (2013) tindakan bedah menempati urutan
karena beberapa alasan, seperti diagnostik ke-11 dari 50 pola penyakit di Indonesia
(biopsi, laparatomi eksplorasi), kuratif dengan persentase 12,8% dan diperkirakan
(eksisi massa tumor, pengangkatan 32% diantaranya merupakan bedah
apendiks yang mengalami inflamasi), laparatomi (Kemenkes, 2013). Komplikasi

269
The 13th University Research Colloqium 2021
Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Muhammadiyah Klaten

pada pasien post laparatomi adalah nyeri membuktikan bahwa mobilisasi yang
yang hebat, perdarahan, bahkan kematian. dilakukan 2 jam pertama lebih efektif
Post operasi laparatomi yang tidak dilakukan dari pada 6 jam pasca pembedahan.
mendapatkan perawatan maksimal setelah Hal ini dapat menurunkan intensitas nyeri
pasca bedah dapat memperlambat pasca pembedahan laparatomi (p value 0.000).
penyembuhan dan menimbulkan Latihan ambulasi dini dapat
komplikasi. Pasien post laparatomi meningkatkan sirkulasi darah yang akan
memerlukan perawatan yang maksimal memicu penyatuan jaringan sehingga luka
untuk mempercepat pengembalian fungsi lebih cepat sembuh dan penurunan nyeri
tubuh. Hal ini dilakukan segera setelah (Rustianawati, 2013). Terapi latihan dan
operasi dengan latihan napas dan batuk mobilisasi merupakan modalitas yang tepat
efektif dan mobilisasi dini (Majid, 2011). untuk memulihkan fungsi tubuh bukan saja
Menurut Kristiantari (2009) pada bagian yang mengalami cedera tetapi
masalah keperawatan yang terjadi pada juga pada keseluruhan anggota tubuh
pasien pasca laparatomi meliputi (Hidayat, 2012). Terapi latihan dapat berupa
impairment, functional limitation, passive dan active exercise, terapi latihan juga
disability. Impairment meliputi nyeri akut dapat berupa transfer, posisioning dan
pada bagian lokasi operasi, takut dan ambulasi untuk meningkatkan kemampuan
keterbatasan LGS (Lingkup Gerak Sendi), aktivitas mandiri (Smeltzer & Bare, 2010).
Functional limitation meliputi Keberhasilan mobilisasi dini dalam
ketidakmampuan berdiri, berjalan, serta mempercepat pemulihan pasca pembedahan
ambulasi dan Disability meliputi aktivitas telah dibuktikan dalam suatu penelitian
yang terganggu karena keterbatasan gerak terhadap pemulihan peristaltik usus pada
akibat nyeri dan prosedur medis, sehingga pasien pasca pembedahan. Hasil penelitian
pasien memerlukan perawatan lebih lama tersebut adalah mobilisasi diperlukan bagi
di rumah sakit. Penelitian Kusumayanti pasien pasca pembedahan untuk membantu
(2014) membuktikan bahwa faktor mempercepat pemulihan usus dan
lamanya perawatan (Length of Stay; LOS) mempercepat penyembuhan luka pasien
adalah berkaitan dengan luka operasi. (Yusuf, 2013). Banyak pasien yang tidak mau
Smeltzer & Bare (2010) menjelaskan melakukan mobilisasi dini karena merasa
bahwa faktor kesembuhan luka operasi masih lemah, menahan nyeri serta asumsi
berhubungan dengan karakteristik individu tindakan tersebut dilakukan ketika sudah
seperti usia, status nutrisi, luas dan jenis sembuh. Mobilisasi dini yang tidak dilakukan
luka, oksigensasi, hemoragi, medikasi, segera setelah operasi justru meningkatkan
manajemen luka serta aktivtas dan latihan. rasa nyeri secara persisten serta didapatkan
Latihan dan aktivitas dimulai dari komplikasi kesembuhan luka serta adanya
mobilisasi dini pasca operasi. perdarahan. Penelitian Netty (2012)
Majid (2011) menyatakan ambulasi dini membuktikan bahwa mobilisasi
pasca laparatomi dapat dilakukan sejak di mempengaruhi kesembuhan luka pasien pasca
ruang pulih sadar (recovery room) dengan sectio sesarea. Hasil penelitian tersebut
miring kanan/kiri dan memberikan tindakan merekomendasikan bahwa pada saat balutan
rentang gerak secara pasif. Penelitian Ditya dibuka dan diganti kaji penampilan luka
(2016) membuktikan bahwa mobilisasi dini kering/tidak, ukuran luka, drainase,
berpengaruh terhadap kesembuhan luka pada pembengkakan dan nyeri, karena luka bedah
pasien pasca laparatomi (p value 0.003). sembuh melalui penyembuhan primer, harus
Pasien yang mobilisasi dini dengan diantisipasi tanda serta tahap proses
penyembuhan luka yang baik sebanyak 14 penyembuhan luka. Responden yang
responden (77,8%) dan buruk 4 responden melakukan mobilisasi secara baik ditemukan
(22,2%). Responden tanpa mobilisasi dini tidak ada perdarahan atau bagian tepi luka
dengan penyembuhan luka yang baik merapat dengan baik, tanda inflamasi dan
berjumlah 3 responden (23,1%), sedangkan reduksi inflamasi, pembentukan jaringan parut
yang buruk 10 responden (76,9%). Penelitian atau sintesis kolagen yang mulai pada hari
lain juga dari Rustianawati (2013) keempat.

270
The 13th University Research Colloqium 2021
Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Muhammadiyah Klaten

c. Analisa bivariat
2. METODE Tabel 3. Hubungan Mobilisasi Dini dengan
Jenis penelitian yang digunakan Kesembuhan Luka Pada Pasien Pasca Operasi
adalah penelitian analitik korelasional. Laparatomi di RSUD dr. Loekmonohadi
Penelitian ini menggunakan pendekatan Cross Kudus
Sectional. Populasi dalam penelitian ini
adalah semua pasien yang dilakukan operasi
laparatomi di RSUD dr. Loekmonohadi
Kudus yaitu sebanyak 47 orang. Teknik
sampling Aksidental Sampling. Besar sampel
42 responden. Analisa data Chi Square. Hasil uji statistik dengan Chi Square
didapatkan nilai p 0.000, hasil ini
3. HASIL DAN PEMBAHASAN menunjukkan adanya hubungan mobilisasi
a. Karakteristik Responden dini dengan kesembuhan luka pada pasien
Tabel 1. Distribusi Frekwensi Responden pasca operasi laparatomi di RSUD dr.
Berdasarkan Umur di RSUD dr Loekmonohadi Kudus karena nilai p (0.000) <
Loekmonohadi Kudus 0.05.
Variabel f % 4. PEMBAHASAN
1. Umur a. Mobilisasi Dini
≤ 45 Tahun 15 35.7 Hasil penelitian mendapatkan bahwa
> 45 Tahun 27 64.3 pelaksanaan mobilisasi dini paling banyak
2. Jenis Kelamin adalah kategori penuh sebanyak 26 responden
Laki-laki 25 59.5 (61.9%) dan kategori sebagian sebanyak 16
Perempuan 17 40.5 responden (38.1%). Hal ini menunjukkan
3. Pendidikan bahwa sebagian besar responden memahami
Dasar (SD-SLTP) 19 45.2 tentang pentingnya manfaat dari pelaksanaan
Menengah (SLTA) 18 42.9 mobilisasi dini. Mobilisasi dini secara penuh
Perguruan Tinggi 5 11.9 dilakukan dengan latihan bergerak segera
setelah selesai prosedur operasi.
Hasil penelitian mendapatkan
Penelitian Anggraeni (2018)
kategori umur paling banyak > 45 tahun 27
membuktikan bahwa pelaksanaan mobilisasi
(64.3%). Jenis kelamin responden paling
dini secara optimal dilakukan oleh responden
banyak laki-laki 25 (59.5%). Pendidikan
setelah mendapatkan penyuluhan dari petugas
paling banyak adalah lulusan sekolah dasar
kesehatan. Smeltzer & Bare (2010)
(SD-SLTP) 19 (45.2%).
menyatakan bahwa dukungan dan interaksi
antara perawat dan klien dengan tindakan
b. Analisa Univariat
operasi harus dilakukan secara efektif sejak
Tabel 2. Distribusi Frekwensi Responden
pasien pada fase preoperatif. Majid (2011)
Berdasarkan Mobilisasi Dini dan Kesembuhan
menegaskan bahwa faktor penting dalam
Luka di RSUD dr Loekmonohadi Kudus
pelaksanaan mobilisasi dini didapatkan dari
Variabel f %
dukungan petugas kesehatan (tim bedah) sejak
1. Mobilisasi Dini sebelum operasi dilakukan.
Penuh 26 61.9 Hasil penelitian yang dilakukan oleh
Sebagian 16 38.1 Salam (2015) tentang mobilisasi pasca
2. Kesembuhan Luka laparatomi memberikan hasil bahwa
Baik 25 59.5 mobilisasi yang diberikan pada pasien post
Kurang 17 40.5 laparatomi adalah latihan napas dalam dan
Hasil penelitian pelaksanaan mobilisasi batuk efektif, latihan gerak sendi dan
dini paling banyak adalah kategori penuh perubahan posisi di atas bed dan gerakan
sebanyak 26 responden (61.9%). Kesembuhan bertahap (duduk, berdiri dan berjalan)
luka paling banyak adalah kategori baik memberikan manfaat dalam peningkatan
sebanyak 25 responden (59.5%) kesehatan. Indikasi mobilisasi dini adalah

271
The 13th University Research Colloqium 2021
Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Muhammadiyah Klaten

untuk mengurangi komplikasi, mempercepat otot pada pasien pasca operasi serta dapat
kesembuhan luka, mengembalikan fungsi meningkatkan kesembuhan luka (Wiyono,
klien semaksimal mungkin, mempertahankan 2012). Mobilisasi yang dilakukan 2 jam
konsep diri serta mempersiapkan klien pulang. pertama lebih efektif daripada dilakukan
Manfaat lain adalah dapat menurunkan stresor sejak 6 jam pasca pembedahan (Isrofi,
nyeri karena mobilisasi dapat menghambat 2012). Hal ini menunjukkan bahwa
reseptor sensori nyeri menuju syaraf pusat. mobilisasi memberikan manfaat secara
multifungsi pada pasien pasca operasi
b. Kesembuhan Luka laparatomi.
Hasil penelitian mendapatkan bahwa
kategori kesembuhan luka paling banyak
adalah kategori baik sebanyak 25 responden c. Hubungan Mobilisasi Dini dengan
(59.5%). Hal ini menunjukkan bahwa Kesembuhan Luka Pasca Laparatomi
kesembuhan luka responden mengikuti proses Hasil penelitian mendapatkan adanya
secara fisiologis serta tidak mengalami hubungan mobilisasi dini dengan kesembuhan
komplikasi. Distribusi jawaban hasil luka pada pasien pasca operasi laparatomi di
pemeriksaan responden didapatkan tidak ada RSUD dr. Loekmonohadi Kudus karena nilai
pus (95.2%), tidak nyeri (88%), kemerahan p (0.000) < 0.05. Hasil analisa juga
(83.3%), teraba hangat (83.3%), kering mendapatkan nilai OR 53.6 (IK 95%; 7.9-
(80.9%) dan jaringan menyatu (80.9%). Luka 361.8), hasil ini menunjukkan bahwa
yang dialami responden merupakan luka kesembuhan luka pasca laparatomi ditentukan
pasca tindakan laparatomi Laparatomi tidak mobilisasi dini secara penuh sebesar 53
lain adalah pembedahan mayor yang meliputi dibandingkan dengan mobilisasi sebagian.
penyayatan lapisan abdomen guna Hasil ini ditunjukkan dari persentase yaitu
memperoleh organ abdomen yang bermasalah pada responden yang melakukan mobilisasi
(hemoragi, perforasi, kanker, dan obstruksi). penuh sebanyak 26 responden didapatkan
Komplikasi pada pasien post laparatomi tingkat kesembuhan luka paling banyak
adalah nyeri yang hebat, perdarahan, bahkan kategori baik sebanyak 23 responden (88.5%)
kematian (Rustianawati, 2013). Nainggolan dan pada responden yang melakukan
(2013) juga menerangkan bahwa pasien pasca mobilisasi dini sebagian sebanyak 16
bedah yang terlalu banyak tirah baring akan responden didapatkan kesembuhan luka
memiliki resiko komplikasi yang cukup sebagian besar kategori kurang sebanyak 14
serius, yaitu luka yang tidak kunjung sembuh. responden (87.5%).
Dalam penelitian ini didapatkan Mobilisasi dini mempunyai peranan
adanya pasien dengan kesembuhan luka penting, khususnya dalam mengurangi
kategori kurang sebanyak 17 responden nyeri dan mencegah komplikasi. Selain itu
(40.5%), hal ini disebabkan adanya fungsi lain dari mobilisasi dini adalah
penurunan kondisi pasien karena faktor untuk mengurangi aktivitas mediator
usia, yaitu pada usia dewasa yang telah kimiawi dan mengurangi transmisi saraf
mengalami perubahan intensitas kulit dan nyeri menuju ke pusat. Dengan peran
pembuluh darah sehingga luka akan sebagaimana yang telah disebutkan di atas,
mengalami proses kesembuhan yang lama mobilisasi dini akan sangat berguna untuk
(Potter & Perry, 2010). Selain itu adanya mereka yang sedang pada taraf
komplikasi pasca operasi ini karena penyembuhan pasca bedah. Penelitian ini
pasien tirah baring (tidak bergerak) yang didukung dari penelitian Solikin (2014)
akan berdampak pada trombosis yang membuktikan bahwa mobilisasi dini
(kekakuan pembuluh darah) sehingga bermanfaat terhadap peningkatan
proses kesembuhan luka terjadi secara kesembuhan luka. Penelitian Netty (2012)
lambat. menjelaskan bahwa responden dikatakan
Penelitian lain juga mengungkapkan melakukan mobilisasi dengan baik jika
bahwa latihan peningkatan kekuatan otot responden tersebut melakukan mobilisasi
melalui mobilisasi merupakan metode dini secara bertahap sesuai tahapan
yang efektif dalam pengembalian fungsi mobilisasi. Mobilitas harus dilakukan

272
The 13th University Research Colloqium 2021
Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Muhammadiyah Klaten

untuk membantu memperoleh kekuatan tentang prosedur ambulasi pasca


otot, mempercepat kesembuhan dan laparatomi.
memudahkan kerja usus besar serta Mobilisasi dini dapat menunjang
kandung kemih. Mobilisasi dini secara proses penyembuhan luka pasien karena
bertahap sangat berguna untuk membantu dengan menggerakkan anggota badan akan
jalannya penyembuhan penderita serta mencegah kekakuan otot dan sendi,
mencegah terjadinya thrombosis dan sehingga dapat mengurangi nyeri dan
emboli. dapat memperlancar peredaran darah ke
Penelitian Ditya (2016) membuktikan bagian yang mengalami perlukaan agar
bahwa sebagian pasien pasca laparatomi proses penyembuhan luka menjadi lebih
mengalami proses penyembuhan luka yang cepat. Mobilisasi sangat penting dalam
baik. Salah satu hal yang percepatan hari rawat dan mengurangi
mempengaruhinya adalah karena pasien risiko karena tirah baring lama, seperti
melaksanakan mobilisasi dini. Hasil terjadinya dekubitus, kekakuan atau
tersebut sama dengan hasil penelitian yang penegangan otot-otot di seluruh tubuh,
dilakukan oleh Yusuf (2013) yang gangguan sirkulasi darah, gangguan
mendapatkan bahwa mobilisasi dini pernapasan dan gangguan peristaltik
mempunyai pengaruh yang signifikan maupun berkemih (Isrofi, 2012).
terhadap penyembuhan luka. Pada Penelitian Wiyono (2012)
penelitian ini, pasien dengan mobilisai dini membuktikan bahwa keberhasilan
yang kurang baik mempunyai mobilisasi dini tidak hanya mempercepat
kemungkinan 20 kali untuk mengalami proses pemulihan luka pasca pembedahan,
luka tidak sembuh dibandingkan pasien namun juga mempercepat pemulihan
dengan mobilisai dini yang baik (OR = peristaltik usus pada pasien pasca
19,50; 95%CI). Mobilisasi dini dapat pembedahan. Berdasarkan penelitian lain
mempersingkat masa pemulihan untuk oleh Noer (2014) juga didapatkan bahwa
mencapai level kondisi seperti pra pengaruh mobilisasi setelah pasca operasi
pembedahan. Hal ini tentu akan laparatomi sangat besar manfaatnya dalam
mengurangi waktu rawat inap di rumah proses penyembuhan luka, karena
sakit, menekan biaya perawatan, dan mobilisasi dapat meningkatkan sirkulasi di
mengurangi stres psikis. Mobilisasi dini daerah insisi sehingga akan meningkatkan
secara penuh dilakukan dengan latihan transfortasi zat-zat esensial yang berperan
bergerak segera setelah selesai prosedur dalam proses penyembuhan luka.
operasi, yaitu tidur telentang, dilanjutkan Mobilisasi harus dilakukan sesuai
miring kanan/kiri, duduk di tempat tidur kemampuan pasien, serta tidak boleh
dan berjalan. Latihan ini harus dilakukan berlebihan karena efek terapinya justru
secara maksimal sejak pasien merasa akan bertolakan, untuk itu dalam
kondisinya sudah baik yang dibuktikan pelaksanaan mobilisasi dini harus sesuai
dari pemeriksaan petugas. Pada beberapa prosedur dan dipandu oleh petugas.
pasien yang memang kondisnya sudah Pergerakan anggota tubuh yang dilakukan
memungkinkan, mereka dapat melakukan secara baik akan meningkatkan kondisi
ambulasi dini sejak mereka sadar, yaitu kesehatan dan fisiologi serta meningkatkan
miring kanan-miring kiri, kemudian duduk sirkulasi darah sehingga akan
di hari pertama. Sebagian yang lain meningkatkan kesembuhan luka. Hasil
melakukan mengikuti prosedur, dimana penelitian yang dilakukan oleh Salam
pada hari pertama mereka tidur dengan (2015) tentang mobilisasi pasca laparatomi
miring kanan atau kiri, kemudian duduk memberikan hasil bahwa mobilisasi yang
hari kedua dan berdiri kemudian berjalan diberikan pada pasien post laparatomi
di hari ketiga. Kendala yang ditemukan adalah latihan napas dalam dan batuk
adalah pasien merasa takut dan lebih efektif, latihan gerak sendi dan perubahan
menahan rasa nyeri. Ketakutan pasien posisi di atas bed dan gerakan bertahap
dikarenakan mereka belum memahami (duduk, berdiri dan berjalan) memberikan
manfaat dalam peningkatan kesehatan.

273
The 13th University Research Colloqium 2021
Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Muhammadiyah Klaten

Indikasi mobilisasi dini adalah untuk [9] Gusty, Reny P. 2011. Pengaruh
mengurangi komplikasi, mempercepat Mobilisasi Dini Pasien Pasca Operasi
kesembuhan luka, mengembalikan fungsi Abdomen Terhadap Penyembuhan Luka
klien semaksimal mungkin, Dan Fungsi Pernafasan.
mempertahankan konsep diri serta http://ners.fkep.unand.ac.id/
mempersiapkan klien pulang. [10] Harhoruw, Marisca. 2015. Hubungan
Motivasi Perawat Dengan Kemampuan
4. SIMPULAN Mobilisasi Pasien Post Operasi Sectio
Terdapat hubungan mobilisasi dini Caesarea Di Ruangan Melati RS. Tk. III
dengan kesembuhan luka pada pasien R.W. Mongisidi Manado. eJournal
pasca operasi laparatomi di RSUD dr. Keperawatan (e-Kp) Vol. 3 No. 2015.
Loekmonohadi Kudus karena nilai p [11] Hidayat, A. Aziz Alimul.
(0.000) < 0.05. Hasil analisa juga 2013. Riset Keperawatan & Teknik
mendapatkan nilai OR 53.6 (IK 95%; 7.9- Penulisan Ilmiah. Ed. 01. Jakarta:
361.8), hasil ini menunjukkan bahwa Salemba Medika.
kesembuhan luka pasca laparatomi [12] Hidayat, A. Aziz. 2012.
ditentukan mobilisasi dini secara penuh Pengantar Kebutuhan Dasar Manusia
sebesar 53 dibandingkan dengan mobilisasi Aplikasi Konsep Dan Proses
sebagian. Keperawatan. Jakarta: Salemba
Medika.
[13] Isrofi J. 2012. Pengaruh
mobilisasi dini latihan duduk terhadap
REFERENSI peningkatan motilitas usus pada
[1] Anggraeni, Reni. 2018. Pengaruh pasien pasca bedah dengan general
Penyuluhan Manfaat Mobilisasi Dini anastesi di RSI Jemursari (skripsi).
Terhadap Pelaksanaan Mobilisasi Dini Surabaya: Fakultas Keperawatan
Pada Pasien Pasca Pembedahan Universitas Airlangga.
Laparatomi. Jurnal Ilmiah Indonesia – [14] Kasdu. 2015. Mobilisasi
ISSN : 2541-0849. e-ISSN : 2548-1398. Pasca Laparatomi.
Vol. 3, No 2 Februari 2018. [15] InETNA (Indonesia
Enterostomal Therapy Nurse
[2] Arifin, Dahlia. 2010. Pengaruh Association). 2014. Perawatan Luka.
Mobilisasi Dini Terhadap Lama Hari Makalah Mandiri, Jakarta.
Rawat Pasien Post Operasi Laparatomi [16] Kemenkes RI. 2013. Hasil
di RSU Haji Makassar. Riset Kesehatan Dasar Tahun 2013.
http://kemkes.go.id/resources/downlo
[3] Arikunto, Suharsimi. 2012. Prosedur ad/pusdatin.pdf.
Penelitian Suatu Pendektan Praktek. [17] Kozier, B., 2011. Buku Ajar
Edisi revisi IV. Rineka cipta, Jakarta. Fundamental Keperawatan: konsep,
[4] Dahlan, Sofiudin. 2012. Statistika Untuk proses, dan praktik. Vol 2, Edisi 7.
Kedokteran dan Kesehatan. Edisi 3. Volume 2.(Wahyuningsih,E,
Jakarta. Arkans. Yulianti,D, Yuningsih,Y, Lusyana, A,
[5] Data RSUD dr. Loekmonohadi Kudus. alih bahasa). Jakarta: EGC.
[6] Dharma, Kusuma Kelana. 2011. [18] Kristiantari. 2009. Masalah
Metodologi Penelitian Keperawatan. Post Operasi Laparatomi.
Jakarta. Trans Infomedia. http://jurnalkesehatan.com.
[7] Ditya, Wira. 2016. Hubungan Mobilisasi [19] Kusumayanti. 2014. Faktor-
Dini dengan Proses Penyembuhan Luka Faktor Yang Berpengaruh Terhadap
pada Pasien Post Laparatomi. Lamanya Perawatan Pada Pasien
https://www.jurnal.fk.unand.ac.id Pasca Operasi Laparatomi Di Instalasi
[8] Encyclopedia of Surgery. 2012. Rawat Inap B RSU Tabanan.
Laparotomy, exploratory,
http:googlebook.com

274
The 13th University Research Colloqium 2021
Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Muhammadiyah Klaten

[20] Mahfoedz, Irham. 2015. [26] Notoatmodjo, Soekidjo. 2010.


Metodologi Penelitian Kesehatan. Metodologi Penelitian Kesehatan.
Fitramaya. Yogjakarta. Rineka Cipta, Jakarta.
[21] Majid, Abdul, Judha M, [27] Nursalam. 2013. Konsep Dan
Istianah U. 2011. Keperawatan Penerapan Metodologi Penelitian
Perioperatif. Yogyakarta: Gosyen Ilmu Keperawatan; Pedomon Skripsi
Publishing. Tesis Dan Instrumen Penelitian
[22] Muttaqin, Arif & Sari. 2011. Keperawatan. Edisi I. Penerbit
Askep Gangguan Integumen. Salemba Salemba Medika, Jakarta.
Medika. Jakarta. [28] Potter & Perry. 2010. Buku
[23] Netty, Indarmien. 2012. Ajar Fundamental Keperawatan
Hubungan Mobilisasi Dini Dengan Volume 2, EGC, Jakarta.
Penyembuhan Luka Post Operasi [29] Rustianawati, Y. 2013.
Seksio Sesarea Di Ruang Rawat Efektivitas Ambulasi Dini Terhadap
Gabung Kebidanan RSUD H. Abdul Penurunan Intensitas Nyeri Pada
Manap Kota Jambi Tahun 2012. Pasien Post Operasi Laparatomi di
ISSN:0852-8349. Volume 15, Nomor RSUD Kudus.
1, Hal. 59-70 ISSN:0852-8349. [30] Smeltzer.S.C. & Bare.B.G.,
Januari – Juni 2013. 2010. Buku Ajar Keperawatan
[24] Noer NA. 2014. Faktor yang Medikal Bedah Brunner & suddarth,
berhubungan dengan lama hari rawat Volume 1 Edisi 8. Jakarta : EGC.
pada pasien pasca operasi laparatomi [31] Solikin. 2014. Analisis faktor-
di rumah sakit umum daerah Labuang faktor yang berhubungan dengan
Baji Makassar. pelaksanaan
https://app.box.com/s/83103e737c60e
4bb29c9
[25] Notoatmodjo, Soekidjo. 2010.
Kesehatan Masyarakat. Rineka Cipta.
Jakarta.

275

Anda mungkin juga menyukai