Anda di halaman 1dari 15

Subscribe to DeepL Pro to translate larger documents.

Visit www.DeepL.com/pro for more information.

Jurnal Manajemen dan Teknologi Kesehatan Terapan Vol 2, No 2 (2020) 42--49

Jurnal Terapan
Manajemen dan Teknologi Kesehatan
p-ISSN: 2715-3061
e-ISSN: 2715-307X

PENGARUH MOBILISASI DINI TERHADAP PERUBAHAN TINGKAT NYERI


PADA PASIEN POST OPERASI APENDIKTOMI DI RUANG BEDAH RSUD DR.
ABDUL AZIS SINGKAWANG TAHUN 2019

PENGARUH MOBILISASI DINI TERHADAP PERUBAHAN TINGKAT NYERI


PASIEN POST OPERASI APPENDIKTOMI DI RUANG BEDAH RSUD DR. ABDUL
AZIS TAHUN 2019

Tri Nova Aprianti1 ; Usman Seri1 ; Sarliana Zaini1


1JurusanKeperawatan; Poltekkes Kemenkes Pontianak

Penulis Korespondensi: Tri Nova Aprianti


Email: trinova54@gmail.com

ABSTRAK

Pasien pasca operasi usus buntu membutuhkan perawatan yang maksimal untuk mempercepat
pemulihan fungsi tubuh. Hal-hal yang berkaitan dengan perawatan pasien pasca operasi dan dilakukan
segera setelah operasi antara lain adalah melakukan latihan mobilisasi dini. Latihan mobilisasi dini dapat
melancarkan peredaran darah yang akan memicu berkurangnya rasa nyeri dan mempercepat
penyembuhan luka. Melalui mekanisme tersebut, mobilisasi dini efektif dalam menurunkan intensitas
nyeri pasca operasi. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh mobilisasi dini terhadap
perubahan tingkat nyeri pasien post operasi apendiktomi di ruang operasi RSUD dr. Metode penelitian
yang digunakan adalah penelitian kuantitatif dengan desain penelitian quasy eksperimental. Metode
pendekatan menggunakan studi penelitian pre and post control group design. Analisis data menggunakan
uji statistik dependent t-test Teknik pengambilan sampel berupa consecutive sampling pada pasien post
operasi apendektomi dengan sampel sebanyak 16 responden. Instrumen yang digunakan adalah kuesioner
tingkat nyeri dan lembar observasi mobilisasi dini. Hasil penelitian pengaruh mobilisasi dini 6-8 jam post
operasi terhadap perubahan tingkat nyeri yang dilakukan selama 10 menit pada pasien post operasi
appendiktomi di Ruang Operasi RSUD dr. Abdul Azis Singkawang, terdapat pengaruh mobilisasi dini
terhadap perubahan tingkat nyeri pasien post operasi appendiktomi. Uji statistik pada penelitian ini,
didapatkan nilai P value 0,001 (P<0,05) Saran bagi profesi perawat untuk memberikan penjelasan tentang
pentingnya mobilisasi dan memberikan latihan mobilisasi dini pada pasien post operasi apendiktomi yang
sesuai dengan prosedur sebagai kegiatan yang bersifat permanen sebagai upaya pencegahan kehilangan
fungsi tubuh sehingga dapat meningkatkan mutu dan kualitas pelayanan.

42 |
@hak cipta penulis Jurnal Manajemen dan Teknologi Kesehatan Terapan Halaman
Kata kunci : Mobilisasi Dini; Perubahan Tingkat Nyeri; Pasca Operasi Usus Buntu

43 |
@hak cipta penulis Jurnal Manajemen dan Teknologi Kesehatan Terapan Halaman
ABSTRAK

Pasien pasca operasi usus buntu membutuhkan perawatan yang maksimal untuk mempercepat
pemulihan fungsi tubuh. Hal-hal yang berkaitan dengan perawatan pasien pasca operasi dan dilakukan
segera setelah operasi antara lain adalah melakukan latihan mobilisasi dini. Latihan mobilisasi dini dapat
melancarkan peredaran darah yang akan memicu berkurangnya rasa nyeri dan mempercepat
penyembuhan luka. Melalui mekanisme tersebut, mobilisasi dini efektif dalam menurunkan intensitas
nyeri pasca operasi. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh mobilisasi dini terhadap
perubahan tingkat nyeri pasien post operasi apendiktomi di ruang operasi RSUD dr. Metode penelitian
yang digunakan adalah penelitian kuantitatif dengan desain penelitian quasy eksperimental. Metode
pendekatan menggunakan studi penelitian pre and post control group design. Analisis data menggunakan
uji statistik dependent t-test Teknik pengambilan sampel berupa consecutive sampling pada pasien post
operasi apendektomi dengan sampel sebanyak 16 responden. Instrumen yang digunakan adalah kuesioner
tingkat nyeri dan lembar observasi mobilisasi dini. Hasil penelitian pengaruh mobilisasi dini 6-8 jam post
operasi terhadap perubahan tingkat nyeri yang dilakukan selama 10 menit pada pasien post operasi
appendiktomi di Ruang Operasi RSUD dr. Abdul Azis Singkawang, terdapat pengaruh mobilisasi dini
terhadap perubahan tingkat nyeri pasien post operasi appendiktomi. Uji statistik pada penelitian ini,
didapatkan nilai P value 0,001 (P<0,05) Saran bagi profesi perawat untuk memberikan penjelasan tentang
pentingnya mobilisasi dan memberikan latihan mobilisasi dini pada pasien post operasi apendiktomi yang
sesuai dengan prosedur sebagai kegiatan yang bersifat permanen sebagai upaya pencegahan kehilangan
fungsi tubuh sehingga dapat meningkatkan mutu dan kualitas pelayanan.

Kata kunci: Mobilisasi Dini; Perubahan Tingkat Nyeri; Pasca Operasi Usus Buntu

Pendahuluan melakukan latihan mobilisasi dini.


Pasien pasca operasi usus buntu
memerlukan perawatan yang maksimal untuk
mempercepat pengembalian fungsi tubuh.
Tujuan perawatannya adalah mengurangi
komplikasi, meminimalkan
meminimalkan rasa nyeri,
mempercepat
penyembuhan, mengembalikan fungsi tubuh
pasien semaksimal mungkin seperti sebelum
operasi, mempertahankan konsep diri dan
mempersiapkan diri untuk pulang, hal ini
dilakukan sejak pasien masih berada di ruang
pulih sadar. Hal-hal yang berhubungan dengan
perawatan pasien post operasi dan dilakukan
segera setelah operasi diantaranya adalah dengan

44 |
@hak cipta penulis Jurnal Manajemen dan Teknologi Kesehatan Terapan Halaman
Latihan mobilisasi dini dapat
meningkatkan sirkulasi darah yang
akan memicu penurunan nyeri dan
penyembuhan luka lebih cepat.
4Mobilisasi dapat mencegah kekakuan

otot dan sendi sehingga dapat


mengurangi nyeri, memperlancar
peredaran darah, mengembalikan kerja
fisiologis organ-organ vital yang pada
akhirnya akan mempercepat
penyembuhan luka bekas operasi.
Masalah yang sering terjadi
pada mobilisasi pasca operasi usus
buntu adalah ketika pasien merasakan
sakit atau nyeri maka pasien tidak mau
melakukan mobilisasi dini dan
memilih untuk beristirahat ditempat
tidur. Dengan melakukan gerakan
miring ke kanan dan ke kiri serta
menggerakkan tungkai pada 6-8 jam
pasca operasi.

45 |
@hak cipta penulis Jurnal Manajemen dan Teknologi Kesehatan Terapan Halaman
operasi, otot-otot perut dan panggul akan merupakan salah satu penyebab dari akut
kembali normal, sehingga otot perut menjadi abdomen dan beberapa indikasi untuk dilakukan
kuat kembali dan dapat mengurangi rasa sakit6. . operasi kegawatdaruratan abdomen. Insiden
Mobilisasi dini memiliki peran penting usus buntu di Indonesia menempati urutan
dalam mengurangi rasa nyeri dengan cara tertinggi di antara kasus kegawatan abdomen
menghilangkan konsenterasi pasien pada lokasi lainnya, pada tahun 2013 jumlah penderita usus
nyeri atau daerah operasi, mengurangi aktivasi buntu di Indonesia mencapai 591.819 orang dan
mediator kimiawi pada proses inflamasi yang meningkat pada tahun 2014 sebesar
meningkatkan respon nyeri serta meminimalkan 596.132 orang. Survei di 15 provinsi di
transmisi saraf nyeri menuju saraf pusat. Melalui Indonesia tahun 2014 menunjukkan jumlah yang
mekanisme tersebut, mobilisasi dini efektif dirawat di rumah sakit sebanyak 4.351 kasus.
dalam menurunkan intensitas nyeri pasca Jumlah ini meningkat drastis dibandingkan
operasi13 . dengan tahun sebelumnya, yaitu sebanyak 3.236
Menurut jurnal kesehatan dari Stikes orang. Awal tahun 2014, tercatat 1.889 orang di
Satriya Bhakti Nganjuk volume 1, nomor 1, Jakarta yang dirawat di rumah sakit akibat
yang berjudul Pengaruh Mobilisasi terhadap radang usus buntu3 .
Penurunan Tingkat Nyeri Ibu Post Operasi Hasil pengambilan data pada tanggal 3
Sectio Caesarea di Ruang Post Anestesi Care Oktober 2018, dari Rekam Medik RSUD dr.
Unit RSUD dr. Harjono Ponorogo oleh Puji Abdul Aziz Singkawang pada tahun 2015-2017
Astutik dan Ida Hermawati pada tahun 2012 total kasus appendektomi sebanyak 310 kasus.
yang menjelaskan bahwa tingkat nyeri sebelum Pada tahun 2015 sebanyak 144 kasus,
mobilisasi pada ibu post Sectio Caesarea di tahun 2016 sebanyak 91 kasus, tahun 2017
Ruang Post Anesthesi Care Unit RSUD dr. sebanyak 105 kasus, dan pada bulan Januari
Harjono Ponorogo dengan 35 responden sampai Agustus 2018 sebanyak 54 kasus.
(67,3%) mengalami nyeri tingkat berat dan Tindakan appendiktomi pada tahun 2015
tingkat nyeri sesudah mobilisasi pada ibu post merupakan tindakan terbanyak yang dilakukan
Sectio Caesarea di Ruang Post Anesthesi Care di RSUD dr. Berdasarkan pengamatan peneliti
Unit RSUD dr. Harjono Ponorogo dengan 28 saat praktik klinik di Ruang Bedah RSUD dr.
responden (53,8%) mengalami nyeri tingkat Abdul Aziz Singkawang, pasien post operasi
sedang, sehingga dapat disimpulkan bahwa ada usus buntu mengatakan takut untuk bergerak
pengaruh mobilisasi terhadap penurunan nyeri atau melakukan mobilisasi dikarenakan nyeri.
ibu post Sectio Caesarea di Ruang Post Dari uraian dan data diatas peneliti
Anesthesi Care Unit RSUD dr. tertarik untuk melakukan penelitian dengan
Berdasarkan Word Health Organisation judul "Pengaruh mobilisasi dini terhadap
(2010) angka mortalitas akibat apendisitis perubahan tingkat nyeri pasien post operasi
adalah 21.000 jiwa, dimana populasi laki-laki appendiktomi di ruang bedah RSUD dr.
lebih banyak dibandingkan perempuan yaitu
sekitar 12.000 jiwa pada laki-laki dan sekitar Metode Penelitian
10.000 jiwa pada perempuan. Statistik di Penelitian ini menggunakan desain
Amerika mencatat setiap tahun terdapat 30-35 penelitian quasy eksperiment rancangan pre and
juta kasus. Penduduk di Amerika 10% menjalani post test control group design. penelitian ini
operasi usus buntu. menggunakan rancangan pre and post test
Insiden usus buntu di Asia pada tahun control group design. Pada penelitian ini
2013 adalah 4,8% dari total populasi. Sedangkan populasi yang digunakan adalah pasien post
dari hasil Survey Kesehatan Rumah Tangga di operasi appendiktomi di Ruang Bedah RSUD dr.
Indonesia, penyakit radang usus buntu akut

46 |
@hak cipta penulis Jurnal Manajemen dan Teknologi Kesehatan Terapan Halaman
Abdul Aziz Singkawang yang dirawat pada dengan uji statistik dependent t-test, hasil data
bulan Januari 2018 sampai Agustus 2018. berdistribusi normal.
Teknik pengambilan sampel dalam penelitian ini
menggunakan non probability sampling yaitu
consecutive sampling. Sampel penelitian Hasil dan Pembahasan
berjumlah 16 responden. Pada penelitian ini
sampel dibagi menjadi dua kelompok yaitu Tabel 1. Distribusi Frekuensi Jenis Kelamin
kelompok intervensi dan kelompok kontrol Pasien Post Operasi Apendiktomi Di Ruang
sebagai pembanding. Masing-masing kelompok Bedah RSUD dr. Distribusi Frekuensi Jenis
berjumlah 8 responden. Kelamin Pasien Post Operasi Appendiktomi Di
Sebelum diberikan perlakuan mobilisasi Ruang Bedah RSUD dr. Abdul Aziz
dini (pergerakan tungkai bawah) 6-8 jam pasca Singkawang Tahun 2019
operasi pada kelompok intervensi, semua Jenis Kelamin N (%)
Kel. Kontrol Laki-Laki 4 25
Perempuan 4 25
kelompok dilakukan pengukuran awal (pre test) Kel. Intervensi Laki-Laki 5 37,5
untuk menentukan tingkat nyeri responden pererubahan tingkat nyeri sebelum dan sesudah dilakukan
sebelum perlakuan. Pada kelompok kontrol mobilisasi dini
dilakukan intervensi relaksasi penkes tentang
mobilisasi dan relaksasi nafas dalam. Setelah
diberikan perlakuan dilakukan pengukuran
tingkat nyeri (post test) pada kelompok
intervensi untuk menentukan efek mobilisasi
dini, dan pengukuran tingkat nyeri pada
kelompok kontrol. Mobilisasi dini diberikan saat
6-8 jam post operasi selama 10 menit dan
sebelum responden mendapatkan terapi
analgetik dari perawat ruangan.
Metode pengumpulan data dalam
penelitian ini menggunakan metode observasi
dan kuesioner8 . Instrumen pengumpulan data
yang digunakan dalam penelitian ini adalah alat
ukur berupa lembar observasi yang digunakan
untuk penilaian mobilisasi dini dan kuesioner
yang digunakan untuk penilaian nyeri adalah
skala nyeri numerik .14
Sebelum dilakukan uji analisis untuk
mengetahui kenormalan distribusi data, akan
dilakukan uji normalitas dengan menggunakan
uji Shapiro-Wilk. Shapiro-Wilk digunakan untuk
sampel yang berjumlah kurang dari 50. Data
yang dilakukan uji distribusi adalah pre-test
(pada kelompok intervensi dan kontrol) dan
post-test (pada kelompok intervensi dan
kontrol). Analisa masing-masing data di peroleh
nilai p > 0,05 yang menunjukan sebaran data
adalah normal7 . Analisis untuk mengetahui

47 |
@hak cipta penulis Jurnal Manajemen dan Teknologi Kesehatan Terapan Halaman
Perempuan 3 12,5

Menurut Santacroce (dalam


Muttaqin dan Sari, 2013) mengatakan
bahwa perbandingan kejadian
apendisitis adalah 1,4 lebih banyak
pria daripada wanita. Hasil penelitian
yang telah dilakukan di Ruang Bedah
RSUD dr. Abdul Aziz Singkawang
dengan pasien yang mengalami
apendisitis dan menjalani prosedur
apendektomi didapatkan hasil yang
berkaitan dengan data karakteristik
responden khususnya jenis kelamin
bahwa yang terbanyak adalah jenis
kelamin laki-laki yaitu berjumlah 9
orang (62,5%). Hasil dari penelitian
tersebut menunjukkan bahwa kejadian
apendisitis didominasi oleh jenis
kelamin laki-laki.
Data tersebut menunjukkan
bahwa kejadian apendisitis yang
dilakukan prosedur apendektomi lebih
didominasi oleh laki-laki. Hal tersebut
dapat disebabkan karena jumlah
responden penelitian hanya 16 orang,
sehingga jumlah responden penelitian
tersebut tidak dapat menjadi pedoman
mengenai mayoritas jenis kelamin
yang mengalami apendisitis. Apabila
dikaitkan dengan nyeri yang dialami
pasien post apendektomi, maka
intepretasi nyeri tersebut juga dapat
dipengaruhi oleh jenis kelamin. Laki-
laki dan perempuan secara umum
tidak berbeda dalam merespon nyeri.
Hawthorn & Redmond dalam
Kneale (2011) menyebutkan bahwa
laki - laki lebih mampu untuk
menahan nyeri tetapi bukan berarti
laki - laki mengalami nyeri yang lebih
ringan

48 |
@hak cipta penulis Jurnal Manajemen dan Teknologi Kesehatan Terapan Halaman
daripada perempuan. Penelitian yang dilakukan Rasa nyeri yang dirasakan setiap orang
Burn, dkk (2010) dikutip dari Potter & Perry pun berbeda-beda. Beberapa faktor dapat
(2010) mempelajari kebutuhan narkotik post mempengaruhi rasa nyeri setiap orang. 14Salah
operatif pada wanita lebih banyak di banding satu faktor yang mempengaruhi nyeri adalah
pria. Namun toleransi nyeri sejak lama telah usia. Usia mempengaruhi nyeri terutama anak-
menjadi subjek penelitian yang melibatkan pria anak dan lansia, dimana perbedaan
dan wanita. 14Akan tetapi, toleransi terhadap perkembangan dapat mempengaruhi anak-anak
nyeri juga dipengaruhi oleh faktor biokimia dan dan lansia dalam menanggapi nyeri yang
merupakan hal yang unik pada setiap individu, dialami. Anak-anak belum mampu memahami
tanpa memperhatikan jenis kelamin. nyeri dan prosedur yang dapat menimbulkan
nyeri. 14Berbeda dengan lansia, apabila lansia
Tabel 2. Distribusi Frekuensi Usia Pasien mengalami nyeri dan bingung, maka lansia
Post Operasi Appendiktomi Di Ruang Bedah mengalami kesulitan dalam mengingat
RSUD dr. Distribusi Frekuensi Usia Pasien Post pengalaman nyeri yang dialami.
Operasi Appendiktomi Di Ruang Bedah RSUD Berdasarkan data yang didapatkan dari
dr.
Usia (Tahun) N(%)
Kel. Kontrol 18-24 3 18,75 penelitian, rentang usia responden yang
25-31 1 6,25 didapatkan terbanyak
appendektomi yakni dari usia 18-45usia
adalah tahun,32-38
hal tahun
32-38 3 18,75 berjumlahtersebut sesuai dengan
6 responden kriteria yang telah
(38,5%).
39-45 1 6,25 ditentukan, yaitu responden dengan usia > 9 tahun.
Kel. Intervensi 18-24 2 12,5 tahun. Usia 18-30 tahun merupakan usia yang
25-31 2 12,5 termasuk dalam masa dewasa muda dan
32-38 3 18,75 pertengahan umur8 . Usiaresponden dalam
39-45 1 6,25 penelitian ini juga berada dalam rentang usia
produktif. Usia produktif merupakan usia
Usus buntu terjadi pada setiap orang
dengan berbagai variasi umur. Apendisitis
banyak terjadi pada usia ±25 tahun5 . Menurut
Mansjoer (2010) kejadian apendisitis dapat
terjadi pada semua umur, namun lebih sering
menyerang usia 10-30 tahun. Hal tersebut juga
dipengaruhi oleh faktor pencetus masing-
masing. Kejadian apendisitis juga dapat
ditemukan pada semua umur, namun kejadian
apendisitis pada anak di bawah satu tahun sangat
jarang dilaporkan. Insiden tertinggi pada
kelompok umur 20-35 tahun, setelah itu
menurun16 . Insiden apendisitis yang disebutkan
tersebut merupakan gambaran dari kejadian
apendisitis yang pada umumnya terjadi. Hasil
penelitian yang telah dilakukan di Ruang Bedah
RSUD dr. Abdul Aziz Singkawang dengan
pasien yang mengalami apendisitis dan
menjalani prosedur appendektomi didapatkan
hasil bahwa usia responden yang mengalami
apendisitis dan dilakukan prosedur
49 |
@hak cipta penulis Jurnal Manajemen dan Teknologi Kesehatan Terapan Halaman
dimana manusia sudah matang secara
fisik dan biologis. Pada umumnya usia
produktif dan fungsi fisiologis tubuh
mencapai puncaknya pada usia 20
sampai 30 tahun. Pada usia inilah
manusia sedang berada pada puncak
aktivitasnya. Aktifitas fisik yang
dilakukan cenderung lebih berat
daripada usia lainnya. 2Padatnya
aktifitas yang dilakukan pada usia
produktif ini juga dapat
mempengaruhi pola makan dan bahan
makanan yang dikonsumsi setiap
harinya.
Rata-rata usia responden
penelitian adalah 25 tahun yang
termasuk dewasa awal menurut
Depkes RI (2014). Usia tersebut pada
umumnya aktif dan memiliki masalah
kesehatan utama yang minimal.
Namun gaya hidup usia tersebut dapat
menimbulkan gangguan kesehatan.
14Kebiasaan gaya hidup yang kurang

olah raga dan higiene personal yang


buruk meningkatkan risiko terjadinya
berbagai macam penyakit. Selain itu,
dalam penelitian ini diharapkan
dengan rentang usia yang termasuk
usia dewasa, maka responden juga
dapat menjelaskan nyeri yang

50 |
@hak cipta penulis Jurnal Manajemen dan Teknologi Kesehatan Terapan Halaman
dirasakan dengan bantuan Numeric Rating namun menurun sejalan dengan proses
Scale14 . penyembuhan14 .
Faktor lain yang dapat menyebabkan nilai
Tabel 3. Distribusi Frekuensi Tingkat Nyeri nyeri berbeda-beda atau bervariasi dan
Pasien Post Operasi Appendiktomi Distribusi menunjukkan perubahan yang relatif kecil,
Frekuensi Tingkat Nyeri Pasien Post Operasi diantaranya adalah arti nyeri, persepsi nyeri,
Appendiktomi Pre dan Post Test Pada toleransi nyeri, dan reaksi terhadap nyeri. Arti
Kelompok Intervensi dan Kelompok
Kontrol
Tingkat Kel. IntervensiKel . Kontrol Nyeri bagi seseorang memiliki banyak
Nyeri perbedaan dan hampir sebagian besar arti nyeri
Pra Pos Pra Pos merupakan arti yang negatif, seperti
Tidak - - - - membahayakan, merusak, dan lain-lain.
Nyeri Keadaan ini dipengaruhi oleh berbagai faktor,
Ringan - - - -
seperti usia, jenis kelamin, latar belakang sosial
Sedang 7(87,5) 8 (100) 6 (75) 7 (87,5)
budaya, lingkungan, dan pengalaman seseorang
Berat 1 (12,5) - 2 (25) 1 (12,5)
itu sendiri. Persepsi nyeri juga merupakan faktor
yang dapat
mempengaruhi nyeri dari setiap individu
Skala nyeri sebelum dan sesudah
berbeda. Persepsi nyeri merupakan penilaian
dilakukan mobilisasi dini terjadi penurunan,
yang sangat subjektif tempatnya pada korteks
walaupun tetap berada dalam rentang kategori
(pada fungsi evaluatif kognitif). Persepsi ini
skala nyeri berat dan dari yang termasuk
dipengaruhi oleh faktor yang dapat memicu
kategori skala n y e r i berat menjadi skala nyeri
stimulasi nosiseptor8 .
sedang. Hal tersebut menunjukkan bahwa nilai
Penurunan skala nyeri setelah dilakukan
skala nyeri responden sebelum dan sesudah
mobilisasi juga dipengaruhi karena mobilisasi
dilakukan mobilisasi dini secara keseluruhan
dini mempunyai peranan penting dalam
mengalami penurunan. Pada kelompok kontrol
mengurangi rasa nyeri dengan cara
beberapa respoden mengalami penurunan skala
menghilangkan konsentrasi pasien pada lokasi
nyeri, namun sebagian besar tidak mengalami
nyeri atau daerah operasi, mengurangi aktivasi
penurunan skala nyeri. Penurunan nilai skala
mediator kimiawi seperti histamin, bradikinin,
nyeri yang berbeda-beda antara satu individu
prostaglandin, asetilkolin, substansi P,
dengan individu lainnya dan perubahan nilai
leukotrien, dan kalium pada proses inflamasi
yang relatif kecil tersebut juga dapat disebabkan
yang meningkatkan respon nyeri serta
oleh berbagai macam faktor. Salah satunya
meminimalisir transmisi saraf nyeri menuju
karena nyeri bersifat subjektif, tidak ada dua
saraf pusat. 17Pergerakan fisik dapat dilakukan di
individu yang mengalami nyeri yang sama dan
atas tempat tidur dengan menggerakkan tangan
tidak ada dua kejadian nyeri yang sama
dan kaki yang dapat ditekuk atau diluruskan,
menghasilkan respon atau perasaan yang identik
mengkontraksikan otot-otot dalam keadaan statis
pada individu. 14Nyeri merupakan sumber
maupun dinamis termasuk juga menggerakkan
frustasi, baik klien maupun tenaga kesehatan.
Hasil penelitian menununjukkan bahwa badan lainnya, miring ke kiri atau ke kanan.
tidak ada responden yang tidak mengalami
Tabel 4. Analisis Pengaruh Mobilisasi Dini
nyeri. Hal ini sesuai dengan pernyataan dalam
Terhadap Perubahan Tingkat Nyeri Pasien
Smeltzer & Bare (2011) dimana nyeri yang
Post Operasi Appendiktomi Di Ruang Bedah
dialami pasien post operasi muncul disebabkan
RSUD Analisis Pengaruh Mobilisasi Dini
Terhadap Perubahan Tingkat Nyeri Pasien Post
Operasi Appendiktomi Di Ruang Bedah RSUD
51 |
@hak cipta penulis Jurnal Manajemen dan Teknologi Kesehatan Terapan Halaman
Abdul Aziz Singkawang Tahun 2019
oleh rangsangan mekanik luka yang Tes Posting t
menyebabkan tubuh menghasilkan rmediator aw Uji P
kimiawi nyeri, sehingga muncul nyeri pada al
setiap
M SD M SD
klien pasca operasi. Intensitas nyeri pasca
operasi bervariasi mulai dari nyeri ringan sampai
berat,

52 |
@hak cipta penulis Jurnal Manajemen dan Teknologi Kesehatan Terapan Halaman
Interv 6.00 0.535 5.00 0.756 3.742 0.007 (25%), kategori skala nyeri sedang (skala 4-6)
ensi yang berjumlah 2 orang (25%) dan kategori
Kontr 5.88 0.835 5.63 0.744 1.528
0.170
s k a l a nyeri berat (skala 7-10) berjumlah 4
ol orang (50%), dan pada penelitian ini tidak ada
responden yang mengalami kategori tidak nyeri
Nilai rata-rata dari tingkat nyeri pada kelompok post operasi apendektomi setelah dilakukan
intervensi sebelum mobilisasi dini dan sesudah mobilisasi dini. Skala nyeri sebelum dan sesudah
mobilisasi dini adalah 1,000 yang menunjukkan dilakukan mobilisasi dini terjadi penurunan, dari
bahwa tingkat nyeri kelompok intervensi lebih rerata 7,75 yang termasuk kategori skala nyeri
besar dari pada tingkat nyeri kelompok kontrol berat menjadi 5,62 yang termasuk kategori skala
yaitu 0.250, sehingga dapat disimpulkan bahwa nyeri sedang. Hal tersebut menunjukkan bahwa
tingkat nyeri sebelum dan sesudah dilakukan nilai skala nyeri responden sebelum dan sesudah
mobilisasi dini mengalami penurunan yang lebih dilakukan mobilisasi dini secara keseluruhan
signifikan. Hasil uji statistik dengan mengalami penurunan.
menggunakan uji parametrik dependent t-test
pada kelompok intervensi didapatkan hasil nilai Simpulan
p value 0,001 (p value < 0,05), artinya terdapat 1. Pada kelompok intervensi, 7 responden
pengaruh mobilisasi dini terhadap perubahan (87,5%) merasakan tingkat nyeri sedang dan
tingkat nyeri pasien post operasi apendektomi di 1 responden (12,5%) merasakan tingkat nyeri
Ruang Bedah RSUD dr. berat pada pasien post operasi appendiktomi
Setelah dilakukan mobilisasi dini pada sebelum dilakukan mobilisasi dini di Ruang
kelompok intervensi didapatkan hasil bahwa 7 Bedah RSUD dr.
responden (78,5%) responden mengalami 2. Keseluruhan responden pada kelompok
penurunan nilai skala nyeri dan hasil penurunan intervensi merasakan tingkat nyeri sedang
tingkat n y e r i pasien setelah dilakukan yang berjumlah 8 responden (100%) pada
mobilisasi dini adalah kategori tingkat nyeri pasien post operasi appendiktomi setelah
sedang dan 1 responden (12,5%) tidak dilakukan mobilisasi dini di Ruang Bedah
mengalami penurunan nilai skala nyeri. Pada RSUD dr.
kelompok kontrol, 6 responden (75%) tidak 3. Pada kelompok kontrol (pre test) sebagian
mengalami peningkatan nilai skala nyeri dan 2 besar responden merasakan tingkat nyeri
responden (25%) mengalami penurunan nilai sedang berjumlah 6 orang (75%) dan tingkat
skala nyeri. Hal ini menunjukkan sebagian besar nyeri berat berjumlah 2 orang (25%).
responden tidak mengalami penurunan nilai 4. Responden kelompok kontrol (post test)
skala nyeri pada kelompok kontrol. merasakan tingkat nyeri sedang berjumlah 7
Hal tersebut sesuai dengan penelitian orang (87,5%) dan tingkat nyeri berat
yang dilakukan oleh Rr.Caecilia Yudistika terkontrol berjumlah 1 orang (12,5%).
Pristahayuningtyas pada tahun 2015 dalam Sebagian besar responden tidak mengalami
jurnal yang berjudul "Pengaruh mobilisasi dini perubahan tingkat nyeri pada pasien post
terhadap perubahan tingkat nyeri klien post operasi appendiktomi di Ruang Bedah RSUD
operasi apendektomi di Ruang Mawar Rumah dr.
Sakit Baladhika Husada Kabupaten Jember", 5. Uji statistik dependen t-test, menunjukan
dimana dalam penelitian tersebut menunjukkan bahwa hasil p value = 0.001 (p value <
hasil bahwa ada pengaruh mobilisasi terhadap 0.005). Hal ini menunjukkan hasil Ha
penurunan nyeri klien post operasi apendektomi diterima dan Ho ditolak artinya ada pengaruh
di Ruang Mawar Rumah Sakit Baladhika mobilisasi dini terhadap perubahan tingkat
Husada Kabupaten Jember. Kategori skala nyeri
ringan (skala 1-3) berjumlah 2 orang
53 |
@hak cipta penulis Jurnal Manajemen dan Teknologi Kesehatan Terapan Halaman
nyeri pasien post operasi appendiktomi di Manusia
ruang bedah RSUD dr. Abdul Aziz
Singkawang 2019.

Daftar Pustaka
1. Astutik, Puji & Hermawati, Ida. 2014.
Mobilisasi terhadap Penurunan Tingkat
Nyeri Ibu Post Operasi Sectio Caesarea di
Ruang Post Anestesi Care Unit RSUD Dr
Harjono Ponorogo.
https://adysetiadi.files.wordpress.com/2012/0
3/jurnal-stikes-nganjukterbit-juni-2014.pdf.
2. Azizah, Lilik Ma'rifatul. 2011. Keperawatan
Lanjut Usia. Edisi 2. Yogyakarta : Graha
Ilmu.
3. Depkes RI. 2014. Laporan Hasil Riset
Keperawatan Dasar (RISKESDAS). Jakarta.
4. Dermawan, Deden dan T. Rahayuingsih.
2010. Keperawatan Medikal Bedah : Sistem
Pencernaan. Edisi 2. Yogyakarta : Gosyen
Publishing.
5. Eylin. 2009. Karakteristik Pasien dan
Diagnosis Histologi pada Kasus Apendisitis
Berdasarkan Data Registrasi di Departemen
Patologi Anatomi Fakultas Kedokteran
Indonesia RSUPN Cipto Mangunkusumo
pada Tahun 2005- 2008.
http://www.google.com/url?q=http://lib.ui.ac.
id/file%3Ffile%3Ddigital/122559-S09008fk-
Karakteristik%2520pasien-HA.pdf&sa=U&e
i=-MzcVJXGENa78gW0uYG4BA&ved=0C
BQQFjAA&sig2=WhC-oJmKtYwRt66HKhf
LyQ&usg=AFQjCNEP0A1PAHLn8qmpUFlJ
qLL5P6LPYQ
6. Fitriyahsari. 2009. Keperawatan Medikal
Bedah. Edisi 2. Yogyakarta : Graha Ilmu.
7. Hastono, Sutanto Priyo. 2010. Analisis Data
Kesehatan, Depok : FKM UI
8. Hidayat, A. Aziz Alimul. 2009. Pengantar
Konsep Dasar Keperawatan. Edisi 2. Jakarta
: Salemba Medika
9. Kneale, Julia D. 2011. Keperawatan
Ortopedik dan Trauma Edisi 2.Jakarta : EGC.
10.Mansjoer, Arif. 2010. Kapita Selekta
Kedokteran. Edisi Ketiga. Jilid
Kedua. Jakarta : Media Aeculapius Mubarak,
W. I. 2009. Buku Ajar Kebutuhan Dasar

54 |
@hak cipta penulis Jurnal Manajemen dan Teknologi Kesehatan Terapan Halaman
Teori dan Aplikasi dalam Praktek. Medikal Bedah Edisi 8. Jakarta: EGC. Alih
Edisi 2. Jakarta : EGC. Bahasa : Yulianti, dkk. Volume 2. Alih
11. Muttaqin, Arif dan Sari, Kumala. Bahasa: Yuliani, dkk. Jakarta : EGC.
2013. Gangguan Gastrointestinal: 18. Rekam Medik RSUD dr. Abdul Azis
Aplikasi Asuhan Keperawatan Singkawang. 20118. Data Responden yang
Medikal Bedah. Edisi 2. Jakarta : Melakukan Pembedahan Appendiktomi tahun
Salemba Medika 2015 2016, 2017, 2018 di RSUD dr.
12. Novita, dian. 2012. Pengaruh Azis Singkawang.
Terapi Musik terhadap Nyeri Post 19. Organisasi Kesehatan Dunia (Word Health
Operasi Open Reduction and Organisation). 2010. Angka Kejadian
Internal Fixation (ORIF) di RSUD Radang Usus Buntu
dr. H. Abdul Moeloek. Propinsi
Lampung.
http://lib.ui.ac.id/file?file=digital203
28120T3
0673%20%20Pengaruh%20terapi.p
df
13. Nugroho, T . 2011. Buku Ajar Obstetri.
Yogyakarta: Nuha Medika.
14. Potter, Patricia A., & Anne Griffin
Perry. 2010. Buku Ajar
Fundamental Keperawatan:
Konsep, Proses, dan Praktik, Edisi
4, Volume
II. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran Edisi 2.
Jakarta: EGC.
15. Pristahayuningtyas, Rr. Caecilia
Yudistika. 2015. Skripsi :
Pengaruh Mobilisasi Dini
Terhadap Perubahan Tingkat
Nyeri Pasien Post Operasi
Appediktomi di Ruang Mawar
Rumah Sakit Baladhika Husada
Kabupaten Jember.
https://docobook.com/pengaruh-
mobilisasidi
niterhadapperubahan00058087820e
0365a3ae
3399130940eb52899.html
16. Sjamsuhidajat, R dan Wim De
Jong. 2012. Buku Ajar Ilmu Bedah.
Edisi Revisi. Edisi ke-3. Jakarta :
EGC.
17. Smeltzer, S.C. dan Bare, B.G.
2011. Buku Ajar Keperawatan
Medikal Bedah Brunner &
Suddarth. Buku Ajar Keperawatan

55 |
@hak cipta penulis Jurnal Manajemen dan Teknologi Kesehatan Terapan Halaman
56 |
@hak cipta penulis Jurnal Manajemen dan Teknologi Kesehatan Terapan Halaman

Anda mungkin juga menyukai