Anda di halaman 1dari 9

PROPOSAL

EFEKTIVITAS MOBILISASI DAN TEKNIK EFFLEURAGE

MASSAGE TERHADAP PERUBAHAN TINGKAT NYERI

PADA PASIEN POST OPERASI APENDICTOMI

DI RUANG BEDAH RUMAH SAKIT ISLAM DARUS SYIFA’

SURABAYA

OLEH :

NAMA: NUR FITHRIYATI

NIM : 2018080038

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN


FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS GRESIK
2018/2019
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Apendisitis adalah peradangan akibat infeksi pada usus buntu atau umbai

cacing (apendiks). Usus buntu sebenarnya adalah sekum (caecum). Infeksi ini

bisa mengakibatkan peradangan akut sehingga memerlukan tindakan bedah

segera untuk mencegah komplikasi yang umumnya berbahaya. ( Wim de Jong

et al, 2010). Penelitian terbaru menunjukkan 7% penduduk di negara Barat

menderita apendisitis dan terdapat lebih dari 200.000 apendiktomi dilakukan

di Amerika Serikat setiap tahunnya (WHO 2014). Badan WHO (World Health

Organization) menyebutkan insidensi apendisitis di Asia dan Afrika pada

tahun 2014 adalah 4,8% dan 2,6% penduduk dari total populasi. Di Indonesia

insiden appendisitis cukup tinggi, terlihat dengan adanya peningkatan jumlah

pasien dari tahun ketahun. Menurut The Lancet perkembangan mortalitas

apendisitis terlihat dimana pada tahun 1990 tingkat mortalitas pada

keseluruhan umur adalah sebanyak 875.000 kematian sedangkan pada tahun

2013 mengalami penurunan menjadi 719.000 kematian. Berdasarkan data

yang diperoleh dari (Depkes, 2016), kasus appendisitis pada tahun 2016

sebanyak 65.755 orang dan pada tahun 2017 jumlah pasien appendisitis

sebanyak 75.601 orang. Dinkes Jawa Timur menyebutkan pada tahun 2017

jumlah kasus apendisitis di Jawa Timur sebanyak 5.980 penderita dan 177

penderita diantaranya menyebabkan kematian (Dinas kesehatan, 2017).

Apendektomi merupakan salah satu bentuk laparatomy atau prosedur


pembedahan abdomen. Apendektomi merupakan suatu intervensi bedah yang

mempunyai tujuan bedah untuk melakukan pengangkatan bagian tubuh yang

mengalami masalah atau mempunyai penyakit (Muttaqin & Sari, 2009).

Berdasarkan data Rekam Medik Ruang Bedah Rumah Sakit Islam Darus

Syifa’ Surabaya selama tahun 2017 jumlah pasien penderita apendisitis ada

sebanyak 96 pasien, Pada tahun 2018 terjadi peningkatan yaitu sebanyak 112

pasien. Dari 90 % pasien dilakukan operasi apendik dan 10 % hanya

dilakukan pengobatan dengan antibiotika saja. Menurut hasil wawancara,

perawat ruangan di Ruang Bedah Rumah Sakit Islam Darus Syifa’ Surabaya

mengatakan bahwa klien post operasi apendektomi tetap merasakan nyeri

yang cukup hebat meskipun diberikan pereda nyeri atau analgesik, terapi yang

biasa digunakan untuk mengurangi nyeri adalah dengan teknik distraksi

dengan disarankan menonton televisi dan memberikan pelayanan keperawatan

yang baik. Pada umumnya klien post apendektomi memiliki lama rawat inap

selama 3 hari.

Mobilisasi merupakan suatu kebutuhan dasar manusia yang diperlukan

oleh individu untuk melakukan aktifitas sehari-hari yang berupa pergerakan

sendi, sikap gaya berjalan, latihan maupun kemampuan aktivitas

(Perry&potter, 2010) mobilisasi dini adalah pergerakan yang dilakukan sedini

mungkin ditempat tidur dengan melatih bagian-bagian tubuh untuk melakukan

perengangan atau belajar mobilisasi (Smeltzer dan Bare, 2002). Latihan

mobilisasi dilakukan untuk mencegah komplikasi, mencegah dekubitus,

merangsang peristaltik serta mengurangi adanya nyeri (Hidayat, 2006).

Mobilisasi dini adalah tindakan yang dilakukan untuk selekas mungkin


membimbing penderita keluar dari tempat tidurnya dan membimbingnya

selekas mungkin berjalan. Hal ini menjelaskan, bahwa pasien post operasi atau

bedah, diperbolehkan untuk bergerak, dari mobilisasi yang ringan hingga

aktivitas yang lebih berat. Namun mobilisasi yang dilakukan post operasi

sangat bermanfaat dalam mendukung kesembuhan pasien. Mobilisasi dini

merupakan suatu aspek penting pada fungsi fisiologis karena merupakan

komponen esensial guna mempertahankan kemandirian. Mobilisasi dini

berfungsi untuk melatih otot, sistem saraf, tulang, maupun sirkulasi darah

sehingga diharapkan mampu mempercepat proses penyembuhan luka

apendektomi (Carpenito, 2009).

Mobilisasi di Ruang Bedah Rumah Sakit Islam Darus Syifa’ Surabaya

selalu dilakukan pada klien post operasi apendektomi dan biasa dilakukan

setelah 8 jam pertama post operasi apendektomi, namun mobilisasi dini untuk

klien post operasi apendektomi belum memiliki Standart Operasional Prosedur

(SOP) yang tetap. Klien mengatakan sebelum dilakukan mobilisasi dini

menggerakkan ekstremitas dan miring kanan miring kiri, nyeri klien berada

pada angka 10, dan setelah dilakukan mobilisasi dini menggerakkan

ekstremitas dan miring kanan miring kiri, nyeri klien berada pada angka 4

berdasarkan skala Numerik Rating Scale (NRS).

Terdapat e-jurnal pustaka kesehatan dari Universitas Muhammadiyah

Jember Volume 4, nomor berjudul “Pengaruh Mobilisasi Dini terhadap

Perubahan Tingkat Nyeri Klien Post Operasi Apendektomi di Rumah Sakit

Baladhika Husada Kabupaten Jember” oleh Rr. Caecilia Yudistika

Pristahayuningtyas, Murtaqib, dan Siswoyo menjelaskan Hasil rata-rata skala


atau nilai mean dari skala nyeri klien setelah dilakukan mobilisasi dini

adalah 5,62 (kategori nyeri sedang) dengan standar deviasi ±1,99, dalam

penelitian ini tidak ada responden yang mengalami kategori tidak nyeri post

operasi apendektomi setelah dilakukan mobilisasi dini. Skala nyeri sebelum

dan setelah dilakukan mobilisasi dini terjadi penurunan, dari rerata

7,75 yang termasuk kategori skala nyeri berat menjadi 5,62 yang

termasuk kategori skala nyeri sedang. Hal tersebut menunjukkan bahwa

nilai skala nyeri responden sebelum dan sesudah dilakukan mobilisasi

dini secara keseluruhan mengalami penurunan.

Strategi penatalaksanaan nyeri adalah suatu tindakan untuk mengurangi

rasa nyeri, diantaranya dapat dilakukan dengan terapi farmakologis maupun

non-farmakologis (Andarmoyo, 2013). Terapi nonfarmakologis yang dapat

dilakukan antara lain dengan memberikan terapi pemijatan pada ibu yang

disebut dengan teknik effleurage massage. Effleurage adalah bentuk masase

dengan menggunakan telapak tangan yang memberi tekanan lembut ke atas

permukaan tubuh dengan arah sirkular secara berulang (Reeder, 2011 : 676).

Teknik ini bertujuan untuk untuk meningkatkan sirkulasi darahmemberi

tekanan, dan menghangatkan otot abdomen serta meningkatkan relaksasi fisik

dan mental. Effleurage merupakan teknik masase yang aman, mudah untuk

dilakukan, tidak memerlukan banyak alat, tidak memerlukan biaya, tidak

memiliki efek samping dan dapat dilakukan sendiri atau dengan bantuan

orang lain (Ekowati, dkk. 2011). Tindakan utama effleurage massage

merupakan aplikasi dari teori Gate Control yang dapat “menutup gerbang”
untuk menghambat perjalanan rangsang nyeri pada pusat yang lebih tinggi

pada sistem saraf pusat.

Hasil penelitian Rumah Sakit Sariningsih Bandung 2014 diperoleh bahwa

sebelum dilakukan teknik effleurage massage terdapat 20 ibu post partum

mengalami rata-rata nyeri kontraksi uterus dengan rentang nyeri skala 3–7 dan

setelah dilakukan teknik effleurage massage terdapat 20 ibu post partum

mengalami rata-rata nyeri kontraksi uterus dengan perubahan rentang skala

nyeri yaitu pada skala 1–5.

Hal tersebut membuat peneliti tertarik untuk mengetahui efektivitas

mobilisasi yang paling dini dan teknik effleurage massage terhadap perubahan

tingkat nyeri klien post operasi apendektomi. Penelitian ini ditujukan untuk

mengetahui perubahan tingkat nyeri klien post operasi apendektomi, sebelum

dan setelah dilakukan mobilisasi dini dan teknik effleurage massage , sehingga

dapat diketahui tingkat nyeri yang dialami klien sebelum melakukan

mobilisasi yang paling dini dan effleurage massage dan setelah melakukan

mobilisasi yang paling dini dan effleurage massage post operasi apendektomi.

1.2 Rumusan Masalah

Masalah yang diangkat dalam penelitian ini adalah apakah ada efectivitas

mobilisasi dini dan teknik effleurage massage terhadap perubahan tingkat

nyeri klien post operasi apendektomi di Ruang Bedah Rumah Sakit Islam

Darus Syifa’ Surabaya?


1.3 Tujuan

1.3.1 Tujuan Umum

Tujuan umum dari penelitian ini adalah untuk membedakan efektivitas

mobilisasi dini dengan teknik effleurage massage terhadap perubahan

tingkat nyeri klien post operasi apendektomi di Ruang Bedah Rumah

Sakit Islam Darus Syifa’ Surabaya

1.3.2 Tujuan Khusus

Tujuan khusus dari penelitian ini adalah sebagai berikut.

1. Mengidentifikasi karakteristik klien post operasi apendektomi di

Ruang Bedah Rumah Sakit Islam Darus Syifa’ Surabaya .

2. Menganalisis perbedaan tingkat nyeri klien post operasi

apendektomi menggunakan mobilisasi dini dengan teknik

effleurage massage di Ruang Bedah Rumah Sakit Islam Darus

Syifa’ Surabaya .

3. Menganalisis perbedaan tingkat nyeri sebelum (pre test) dan

sesudah (post test) menggunakan mobilisasi dini dengan teknik

effleurage massage terhadap perubahan tingkat nyeri klien post

operasi apendektomi di Ruang Bedah Rumah Sakit Islam Darus

Syifa’ Surabaya
1.4 Manfaat

1.4.1 Manfaat bagi peneliti

Hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah pengetahuan dan

kemampuan peneliti baik tentang konsep dan teori keperawatan klinik

untuk memperhatikan aktivitas dan kebutuhan mekanik pada individu

setelah menjalani operasi apendektomi, serta mampu memahami cara-

cara mengurangi nyeri post operasi apendektomi yang mampu

dilakukan oleh klien baik mandiri atau pun dengan bantuan keluarga

dan petugas kesehatan.

1.4.2 Manfaat bagi perawat

Hasil penelitian ini, hendaknya dapat semakin memotivasi perawat,

agar dapat memberikan pengajaran dan tambahan pengetahuan pada

klien terkait mobilisasi dini dan teknik effleurage massage post

operasi apendektomi, sehingga klien dan keluarga mampu menerapkan

dan melakukan mobilisasi dini dan teknik effleurage massage setelah

dilakukan pembedahan (post operasi apendektomi), serta mampu

menerapkan mobilisasi dini dan teknik effleurage massage post operasi

apendektomi untuk menunjang peningkatan kesembuhan dan

kesehatan klien post operasi apendektomi.

1.4.3 Manfaat bagi Masyarakat

Memberikan gambaran pada masyarakat mengenai pentingnya

melakukan mobilisasi dan massage setelah dilakukan prosedur operasi

apendektomi dan dapat menjadikan mobilisasi dini teknik effleurage

massage pada klien post operasi apendektomi sebagai salah satu cara
untuk meningkatkan kesembuhan dan kesehatan klien post operasi

apendektomi.

1.4.4 Manfaat bagi Institusi Pendidikan

Memberikan tambahan pustaka yang dapat melengkapi wawasan dan

ilmu pengetahuan dalam cabang ilmu Keperawatan Klinik terutama

dalam peningkatan pemberian pengajaran terkait mobilisasi dini dan

teknik effleurage massage post operasi apendektomi kepada keluarga

dan klien post operasi apendektomi, sehingga penerapan mobilisasi

dini dan teknik effleurage massage pada klien post operasi

apendektomi semakin meningkat dalam pelaksanaannya.

1.4.5 Manfaat bagi Rumah Sakit

Hasil penelitian ini diharapakan dapat menjadi bahan pertimbangan

dalam menentukan kebijakan mengenai strategi-strategi baru dan

mengoptimalkan strategi yang sudah ada untuk melakukan pencegahan

terhadap komplikasi post operasi apendektomi dengan cara sederhana,

yakni melakukan mobilisasi dan teknik massage post operasi

apendektomi serta mengembangkan layanan kesehatan dan peggunaan

standar operasional prosedur terbaik.

Anda mungkin juga menyukai