PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Tindakan operasi menggunakan 2 macam anestesi, yaitu general anestesi dan spinal
anestesi. Jumlah tindakan anestesi diseluruh dunia setiap tahunnya dapat mencapai 240
juta tindakan, 10% tindakan tersebut dilakukan pada pasien dengan risiko tinggi dengan
angka mortalitas mencapai 80%. Jumlah pasien dengan risiko moderat mencapai 40%,
dan jumlah komplikasi minor mencapai 40% dimana komplikasi minor ini akan
meningkatkan biaya dari suatu pembedahan. Sebagian besar komplikasi ini
berhubungan dengan tindakan resusitasi yang tidak adekuat dan adanya hipoperfusi
jaringan (Redjeki, 2013)
Tujuan Penelitian
Tujuan Umum
6
Tujuan Khusus
Mengetahui kecemasan pada kelompok yang tidak diberi relaksasi progresif dan
aromaterapi lavender
Mengetahui kecemasan pada kelompok yang diberi relaksasi progresif dan aromaterapi
lavender
Manfaat Penelitian
Bagi peneliti
Agar dapat mengaplikasikan kepada pasien pre operasi agar terbebas dari kecemasan,
serta dapat dijadikan referensi untuk penelitian berikutnya. Bagi pembaca, keluarga dan
masyarakat Diharapkan kepada pembaca, keluarga dan masyarakat mampu mengetahui
tentang teknik pengurangan kecemasan dan mampu mengaplikasikan dalam keseharian.
Keaslian Penelitian
7
Lestari & Yuswiyanti (2014) dengan judul Pengaruh Relaksasi Otot Progresif Terhadap
Penurunan Tingkat Kecemasan pada Pasien Pre Operasi di Ruang Wijaya Kusuma RSUD
Dr R Soeprapto Cepu. Penelitian ini menggunakan 25 responden dan menggunakan
teknik sampling purposive sampling. Jenis penelitiannya Quasi Experiment one grup pre
test post test design. Menggunakan lembar observasi untuk relaksasi otot progresif dan
menggunakan skala HARS (Hamilton Anxiety Rating Scale) untuk mengukur tingkat
kecemasan responden. Uji statistik yang digunakan yaitu Marginal Homogenity. Dari
penelitian ini didapatkan hasil nilai p 0,000 (<0,05) yang mempunyai arti adanya
pengaruh relaksasi otot progresif terhadap 8
penurunan tingkat kecemasan pada pasien pre operasi di Ruang Wijaya Kusuma RSUD
Dr R. Soeprapto Cepu. Perbedaan dengan penelitian ini yaitu tempat, jumlah responden,
teknik pengambilan sampel, rancangan penelitian dan uji statistiknya.
Arwani, Sriningsih dan Hartono (2013) dengan judul Pengaruh Pemberian Aromaterapi
Terhadap Tingkat Kecemasan Pasien Sebelum Operasi dengan Anastesi Spinal di RS Tugu
Semarang. Penelitian tersebut termasuk kedalam jenis quasy experiment dengan
menggunakan rancangan one group without control group design. Menggunakan 40
orang responden. Uji statistik yang digunakan yaitu uji statistic Wilcoxon dan diperoleh
hasil nilai p sebesar 0,00 (<0,05). Dapat disimpulkan bahwa ada pengaruh pemberian
aromaterapi terhadap tingkat kecemasan pasien sebelum operasi dengan anastesi spinal
di RS Tugu Semarang. Perbedaan dengan penelitian ini terletak pada tempat, rancangan
penelitian dan jumlah responden
Pailak, Widodo & Shobirun (2012) mengangkat judul Perbedaan Pengaruh Teknik
Relaksasi Otot Progresif dan Napas Dalam terhadap tingkat Kecemasan pada Pasien Pre
Operasi di Rumah Sakit Telogorejo Semarang. Desain penelitian yang digunakan yaitu
quasy experiment dengan rancangan pre post design. Menggunakan teknik sampling
purposive sampling dengan 15 responden napas dalam dan 15 responden relaksasi otot
progresif. Sedangkan uji yang digunakan adalah uji perbedaan Mann Witney test. Hasil
penelitian didapatkan 9 nilai p sebesar 0,953 atau >0,05 yang artinya tidak ada
perbedaan pengaruh relaksasi otot progresif dan napas dalam terhadap tingkat
kecemasan pada pasien pre operasi. Perbedaan dari penelitian ini terletak pada tempat,
rancangan penelitian dan teknik pengambilan sampel.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. KONSEP PERIOPERATIF
8
5
a. Fase Pre Operatif
Fase praoperatif adalah waktu sejak keputusan untuk operasi
diambil hingga sampai ke meja pembedahan, tanpa memandang
riwayat atau klasifikasi pembedahan. Asuhan keperawatan pre
operatif pada prakteknya akan dilakukan secara berkesinambungan,
9
b. Intra Operatif
Pengkajian intraoperatif secara ringkas mengkaji hal-hal yang
berhubungan dengan pembedahan . Diantaranya adalah validasi
identitas dan prosedur jenis pembedahan yang akan dilakukan, serta
konfirmasi kelengkapan data penunjang laboratorium dan radiologi
(Muttaqin & Sari, 2009). Hal-hal yang dikaji selama
dilaksanakannya operasi bagi pasien yang diberi anaesthesi total
adalah yang bersifat fisik saja, sedangkan pada pasien yang diberi
17
c. Post Operatif
Pengkajian pascaanastesi dilakukan sejak pasien mulai
dipindakhan dari kamar operasi ke ruang pemulihan. Pengkajian di
ruang pemulihan berfokus pada keselamatan jiwa pasien
(Muttaqin & Sari, 2009).
1) Status respirasi, meliputi : kebersihan jalan nafas, kedalaman
pernafasaan, kecepatan dan sifat pernafasan dan bunyi nafas.
2) Status sirkulatori, meliputi : nadi, tekanan darah, suhu dan warna
kulit.
3) Status neurologis, meliputi tingkat kesadaran.
4) Balutan, meliputi : keadaan drain dan terdapat pipa yang harus
disambung dengan sistem drainage.
5) Kenyamanan, meliputi : terdapat nyeri, mual dan muntah
6) Keselamatan, meliputi : diperlukan penghalang samping tempat
tidur, kabel panggil yang mudah dijangkau dan alat pemantau
dipasang dan dapat berfungsi.
7) Perawatan, meliputi : cairan infus, kecepatan, jumlah cairan,
kelancaran cairan. Sistem drainage : bentuk kelancaran pipa,
hubungan dengan alat penampung, sifat dan jumlah drainage.
8) Nyeri, meliputi : waktu, tempat, frekuensi, kualitas dan faktor
yang memperberat /memperingan.
18
2. Diagnosa Keperawatan
a. Pre operatif
1. Ansietas berhubungan dengan krisis situasional operasi
b. Intra operatif
1. Hipovolemi berhubungan dengan kehilangan cairan aktif
c. Post operatif
1. Hipotermi berhubungan dengan prosedur pembedahan
3. Intervensi Keperawatan
NO DIAGNOSA TUJUAN INTERVENSI
Pre Operatif
1. Ansietas b.d krisis Setelah dilakukan tindakan Observasi :
situasional Operasi keperawatan diharapkan 1. Identifikasi saat tingkat ansietas
cemas dapat terkontrol, kondisi, waktu, stresor)
dengan kriteria hasil: 2. Identifikasi kemampuan mengam
1. Secara verbal dapat Monitor tanda-tanda ansietas ( verbal da
mendemonstrasikan Teraupetik :
teknik menurunkan 1. Ciptakan suasana teraupetik untu
cemas kepercayaan
2. Mencari informasi 2. Temani pasien untuk mengurang
yang dapat menurunkan 3. Pahami situasi yang membuat an
cemas 4. Dengarkan dengan penuh perhat
3. Menggunakan teknik 5. Gunakan pendekatan yang tenan
relaksasi unntuk meyakinkan
menurunkan cemas 6. Tempatkan barang pribadi
4. Menerima status memberikan kenyamanan
kesehatan 7. Motivasi mengidentifikasi situas
kecemasan
8. Diskusikan perencanaan realistis
peristiwa yang akan datang Edukas
1. Jelaskan prosedur serta sensasi y
dialami
2. Informasikan secara faktual men
pengobatan dan prognosis
3. Anjurkan keluarga untuk tetap b
4. Anjurkan melakukan kegiatan ya
kompetitif
5. Anjurkan mengungkapkan peras
6. Latih kegiatan pengaliha
mengurangi ketegangan
Intra Operatif
2. Hipovolemia Setelah dilakukan tindakan Observasi :
berhubungan keperawatan diharapkan 1. Periksa tanda dan gejala hipovolemia
dengan kehilangan hipovolemi tidak terjadi meningkat, nadi teraba lemah, tekanan d
cairan aktif dengan Kriteria Hasil: turgor kulit menurun, lemas) 2. Monitor
1. output cairan 3. Teraupetik :
1. 4. Hitung kebutuhan cairan
1. 5. Berikan posisi modified trendele
1. Edukasi:
1. 1. Anjurkan menghindari perubahan po
1. TD membaik Kolaborasi :
2. Nadi membaik 1. Kolaborasi pemberian cairan IV
3. Intake cairan membaik 2. Kolaborasi pemberian cairan IV
(gelafusin)
3. Kolaborasi pemberian produk da
Post Operatif
3. Hipotermia Setelah dilakukan tindakan Observasi :
berhubungan keperawatan masalah 1. Monitor suhu tubuh
dengan terpapar hipotermi teratasi dengan 2. Identifikasi penyebab hipotermi
dengan suhu kriteria hasil: suhu lingkungan rendah, pakaian
ligkungan rendah 1. suhu membaik hipotalamus dan kekurangan lemak
2. menggigil turun 3. Monitor tanda dan gejala ak
3. suhu kulit membaik (hipotermia ringan : takipnea, disa
hipertensi, diuresis, Hipotermia s
hipotensi, apatis, reflex menurun, H