Anda di halaman 1dari 49

ASUHAN KEPERAWATAN GERONTIK LANSIA PADA TN.

DENGAN ARTHRITIS

Dosen Pengampu : Iva Puspasneli S., Ns.,M.Kep

Disusun Oleh :

Desti Nur Cahyani (19.03.0044)

Fatimah Isrotun ‘Uyun (19.03.0051)

Fitri Sekar Handini (19.03.0043)

Meldana Lulu Novela (19.03.0074)

Kelas 3A

PRODI DIII KEPERAWATAN

STIKES SERULINGMAS CILACAP

2021

i
KATA PENGANTAR

Puji syukur saya panjatkan ke Hadirat Tuhan Yang Maha Kuasa, atas
anugerah-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan penulisan Makalah Asuhan
Keperawatan Gerontik dengan Masalah Arthritis. Adapun maksud dan tujuan dari
penyusunan Makalah ini selain untuk menyelesaikana tugas yang diberikan oleh
Dosen pengajar, juga untuk lebih memperluas pengetahuan para mahasiswa
khususnya bagi penulis.

Penulis telah berusaha untuk dapat menyusun Makalah ini dengan baik,
namun penulis pun menyadari bahwa kami memiliki akan adanya keterbatasan kami
sebagai manusia biasa. Oleh karena itu, jika didapati adanya kesalahan-kesalahan
baik dari segi teknik penulisan, maupun dari isi, maka kami memohon maaf dan kritik
serta saran dari dosen pengajar bahkan semua pembaca sangat diharapkan oleh kami
untuk dapat menyempurnakan makalah ini terlebih juga dalam pengetahuan kami
bersama. Harapan ini dapat bermanfaat bagi kami sekalian.

Cilacap, 25 September 2021

Penulis

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR .....................................................................................ii

DAFTAR ISI ...................................................................................................iii

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang ...........................................................................................1


B. Tujuan Umum ............................................................................................2
C. Tujuan Khusus ...........................................................................................2

BAB II TINJUAN TEORI

A. Konsep dari Lansia ....................................................................................3


B. Konsep dari Arthritis .................................................................................15
C. Konsep Asuhan Keperawatan Pada Pasien Arthritis .................................18

BAB III TINJUAN KASUS.............................................................................

A. Pengkajian ..................................................................................................21
B. Diagnose Keperawatan ..............................................................................33
C. Intervensi Keperawatan .............................................................................33
D. Implementasi dan Evaluasi keperawatan ...................................................37

BAB IV PENUTUP

A. Kesimpulan ................................................................................................43
B. Saran ..........................................................................................................43

DAFTAR PUSTAKA .....................................................................................44


Lampiran .........................................................................................................46

iii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Menurut World Health Organization(WHO) lanjut usia (lansia) adalah
kelompok penduduk yang berumur 60 tahun atau lebih. Badan kesehatan dunia
WHO mengatakan bahwa penduduk lansia di Indonesia pada tahun 2020
mendatang sudah mencapai angka 11,34% atau tercatat 28,8 juta orang. Penduduk
Lanjut usia dua tahun terakhir mengalami peningkatan yang signifikan pada tahun
2007, yakni jumlah penduduk lanjut usia sebesar 18,96 juta jiwa. Jumlah ini
termasuk terbesar keempat setelah China, India dan Jepang. Jumlah lansia di
Indonesia mencapai 20,24 juta jiwa, setara dengan 8,03% dari seluruh penduduk
Indonesia tahun 2014. Jumlah Lansia 60 tahun keatas 21,7 juta jiwa atau 8,5%
total penduduk Indonesia (Badan Pusat Statistika, 2014).Tahun 2017 terdapat
23,66 juta jiwa penduduk lansia di Indonesia (Badan Pusat Statistika, 2017).
Seiring dengan bertambahnya usia, fungsi fisiologis mengalami penurunan.
Masalah degeneratif dapat menurunkan daya tahan tubuh sehingga rentan terkena
infeksi penyakit. Masalah yang sering dijumpai pada lansia sangat beragam, hal
ini dikarenakan menurunnya fungsi tubuh dan terganggunya psikologis pada
lansia.
Menurut (WHO 2016) memperkirakan terdapat 335 juta penduduk
diseluruh dunia mengalami penyakit rheumatoid artritis. Berdasarkan RisKesDas
Nasional tahun 2018 proporsi tingkat ketergantungan pada lansia yang berusia 60
tahun keatas dengan penyakit Rheumathoid artritis di Indonesia sebanyak 67,4 %
lansia mandiri, 28,4 % lansia mengalami ketergantungan ringan, 1,5% lanisa
mengalami ketergantungan sedang , 1,1% lansia mengalami ketergantungna berat
dan 1,5% lanisa mengalami ketergantungan total. (Wakhidah, Purwanti, &
Nurhidayat, 2019)

1
Angka kejadian pada penyakit rheumatoid artritis mengalami
peningkatan dengan jumlah sebanyak 335 juta jiwa dari 165 juta jiwa ditahun
2015. Dari jumlah tersebut penderita rheumathoid artritis lebih banyak dialami
pada wanita khusunya dinegara maju. Pada tahun 2013 di Indonesia jumlah
prevalensi rheumathoid artritis sebanyak 45,59% yang mengalami peningkatan
dari 39,47%. Sedangkan jumlah penderita rheumathoid artritis yang berada di
Jawa Tengah sejumlah 11,2% di dapat dari hasil Riset Kesehatan Dasar.
(Kementrian Kesehatan RI, 2013). (Fajri, 2019).
Masalah yang sering terjadi pada lanjut usia salah satunya nyeri pada
persendian. Rheumatoid arthritis merupakan salah satu radang sendi yang dialami
lansia (Aspiani, 2014). Rheumatoid artritis merupakan penyakit inflamasi
sistemik kronik atau penyakit autoimun dimana rheumatoid arthritis ini memiliki
karakteristik terjadinya kerusakan pada tulang sendi,sendi menjadi kaku
(ankilosis) dan deformitas. Penyakit ini adalah salah satu dari sekelompok
penyakit jaringan penyambung difus yang diperantarai oleh imunitas (Ningsih &
Lukman, 2013).
B. Tujuan Umum
Mampu memberikan asuhan keperawatan pada lansia Tn. S dengan Arthritis
C. Tujuan Khusus
1. Dapat memeperoleh data dari hasil pengkajian
2. Dapat merumuskan diagnose keperawatan berdasarkan data yang ada
3. Dapat menyusun intervensi keperawatan berdasarkan diagnose
4. Dapat melakukan implementasi sesuai dengan intervensi
5. Dapat melakukan evaluasi sesuai dengan implementasi yang telah dilakukan

2
BAB II
KONSEP LANSIA DAN ARTHRITIS

A. Konsep Lansia
1. Pengertian
Lansia adalah seseorang yang mengalami tahap akhir dalam
Perkembangan kehidupan manusia. UU No. 13 Tahun 1998 tentang
Kesejahteraan Lansia disebutkan bahwa lansia adalah seseorang yang berusia
lebih dari 60 tahun (Dewi, 2014). Proses menua adalah proses alamiah
kehidupan yang terjadi mulai dari awal seseorang hidup, dan memiliki
beberapa fase yaitu anak, dewasa, dan tua (Kholifah, 2016).
Lansia adalah tahap akhir dalam proses kehidupan yang terjadi banyak
penurunan dan perubahan fisik, psikologi, sosial yang saling berhubungan
satu sama lain, sehingga berpotensi menimbulkan masalah kesehatan fisik
maupun jiwa pada lansia (Cabrera, 2015). Lansia mengalami penurunan
biologis secara keseluruhan, dari penurunan tulang, massa otot yang
menyebabkan lansia mengalami penurunan keseimbangan yang berisiko untuk
terjadinya jatuh pada lansia (Susilo, 2017).
2. Klasifikasi Lansia
Klasifikasi lansia menurut Burnside dalam Nugroho (2012) :
a. Young old (usia 60-69 tahun)
b. Middle age old (usia 70-79 tahun)
c. Old-old (usia 80-89 tahun)
d. Very old-old (usia 90 tahun ke atas)
3. Ciri-ciri Lansia
Menurut Depkes RI (2016), ciri-ciri lansia adalah sebagai berikut :
a. Lansia merupakan periode kemunduran
Kemunduran pada lansia sebagian datang dari faktor fisik dan faktor
psikologis sehingga motivasi memiliki peran yang penting dalam
kemunduran pada lansia. Misalnya lansiayang memiliki motivasi yang

3
rendah dalam melakukan kegiatan, maka akanmempercepat proses
kemunduran fisik, akan tetapi ada juga lansia yang memilikimotivasi yang
tinggi, maka kemunduran fisik pada lansia akan lebih lama terjadi.
b. Lansia memiliki status kelompok minoritas
Kondisi ini sebagai akibat dari sikap sosial yang tidak menyenangkan
terhadap lansiadan diperkuat oleh pendapat yang kurang baik, misalnya
lansia yang lebih senangmempertahankan pendapatnya maka sikap sosial
di masyarakat menjadi negatif, tetapiada juga lansia yang mempunyai
tenggang rasa kepada orang lain sehingga sikap sosialmasyarakat menjadi
positif.
c. Menua membutuhkan perubahan peran
Perubahan peran pada lansia sebaiknya dilakukan atas dasarkeinginan
sendiri bukan atas dasar tekanan dari lingkungan.Misalnya
lansiamenduduki jabatan sosial di masyarakat sebagai Ketua RW,
sebaiknya masyarakattidak memberhentikan lansia sebagai ketua RW
karena usianya.
d. Penyesuaian yang buruk pada lansia
Perlakuan yang buruk terhadap lansia membuat mereka cenderung
mengembangkankonsep diri yang buruk sehingga dapat memperlihatkan
bentuk perilaku yang buruk.Akibat dari perlakuan yang buruk itu
membuat penyesuaian diri lansia menjadi buruk pula. Contoh: lansia yang
tinggal bersama keluarga sering tidak dilibatkan untukpengambilan
keputusan karena dianggap pola pikirnya kuno, kondisi inilah
yangmenyebabkan lansia menarik diri dari lingkungan, cepat tersinggung
dan bahkanmemiliki harga diri yang rendah.

4
4. Karakteristik Lansia
Karakteristik lansia menurut Ratnawati (2017) yaitu :
a. Usia
Menurut UU No. 13 tahun 1998 tentang kesejahteraan lanjut usia,
lansia adalah seseorang yang telah mencapai usia diatas 60 tahun
(Ratnawati, 2017).
b. Jenis kelamin
Data Kemenkes RI (2015), lansia didominasi oleh jenis kelamin
perempuan. Artinya, ini menunjukkan bahwa harapan hidup yang paling
tinggi adalah perempuan (Ratnawati, 2017).
c. Status pernikahan
Berdasarkan Badan Pusat Statistik RI SUPAS 2015, penduduk lansia
ditilik dari status perkawinannya sebagian besar berstatus kawin (60 %)
dan cerai mati (37 %). Adapun perinciannya yaitu lansia perempuan yang
berstatus cerai mati sekitar 56,04 % dari keseluruhan yang cerai mati, dan
lansia laki-laki yang berstatus kawin ada 82,84 %. Hal ini disebabkan usia
harapan hidup perempuan lebih tinggi dibandingkan dengan usia harapan
hidup laki-laki, sehingga presentase lansia perempuan yang berstatus cerai
mati lebih banyak dan lansia laki-laki yang bercerai umumnya kawin lagi
(Ratnawati, 2017).
d. Pekerjaan
Mengacu pada konsep active ageing WHO, lanjut usiasehat berkualitas
adalah proses penuaan yang tetap sehat secara fisik, sosial dan mental
sehingga dapat tetap sejahtera sepanjang hidup dan tetap berpartisipasi
dalam rangka meningkatkan kualitas hidup sebagai anggota masyarakat.
Berdasarkan data Pusat Data dan Informasi Kemenkes RI 2016 sumber
dana lansia sebagian besar pekerjaan/usaha (46,7%), pensiun (8,5%) dan
(3,8%) adalah tabungan, saudara atau jaminan sosial (Ratnawati, 2017).

5
e. Pendidikan terakhir
Menurut penelitian yang dilakukan oleh Darmojo menunjukkan bahwa
pekerjaan lansia terbanyak sebagai tenaga terlatih dan sangat sedikit yang
bekerja sebagai tenaga professional. Dengan kemajuan pendidikan
diharapkan akan menjadi lebih baik (Darmojo & Martono, 2006).
f. Kondisi kesehatan
Angka kesakitan, menurut Pusat Data dan Informasi Kemenkes RI
(2016) merupakan salah satu indikator yang digunakan untuk mengukur
derajat kesehatan penduduk. Semakin rendah angka kesakitan
menunjukkan derajat kesehatan penduduk yang semakin baik.
5. Hal-hal yang mempengaruhi kesehatan lansia
a. Aktivitas sosial
Aktivitas sosial merupakan salah satu dari aktivitas sehari – hari yang
dilakukan oleh lansia. Lansia yang sukses adalah lansia yang mempunyai
aktivitas sosial di lingkungannya. Contoh aktivitas sehari-hari yang
berkaitan dengan aktivitas sosial yang dikemukan oleh Marthuranath pada
tahun dalam Activities of Daily Living Scale for Elderly People adalah
lansia mampu berinteraksi dengan lingkungan sekitarnya bersama lansia
lainnya atau orang orang terdekat, menjalankan hobi serta aktif dalam
aktivitas kelompok. Aktivitas sosial merupakan kegiatan yang dilakukan
bersama dengan masyarakat di lingkungan sekitar (Napitupulu, 2010).
Menurut Yuli pada tahun (2014) Teori aktivitas atau kegiatan (activity
theory) menyatakan bahwa lansia yang selalu aktif dan mengikuti banyak
kegiatan sosial adalah lansia yang sukses.
b. Interaksi Sosial
Sebagai makhluk sosial manusia selalu berinteraksi dengan manusia
lainnya, makhluk yang mampu berpikir sebelum melakukan sesuatu. Dari
proses berpikir muncul perilaku atau tindakan sosial. Ketika seseorang
bertemu dengan orang lainnya, dimulailah suatu interaksi sosial.
Seseorang dengan orang lainnya melakukan komunikasi baik secara lisan

6
maupun isyarat, aktivitas-aktivitas itu merupakan suatu bentuk interaksi
sosial. Terdapat beberapa macam interaksi sosial. Dari sudut subjek, ada 3
macam interaksi sosial yaitu interaksi antar perorangan, interaksi antar
orang dengan kelompoknya atau sebaliknya, interaksi antar kelompok.
Dari segi cara, ada 2 macam interaksi sosial yaitu interaksi langsung yaitu
interaksi fisik, seperti berkelahi, hubungan seks dan sebagainya, interaksi
simbolik yaitu interaksi dengan menggunakan isyarat (Subadi,
2009).Interaksi sosial merupakan suatu hubungan timbal balik yang saling
mempengaruhi antara individu, kelompok sosial, dan masyarakat.
Interaksi sosial merupakan suatu proses di mana manusia melakukan
komunikasi dan saling mempengaruhi dalam tindakan maupun pemikiran.
Penurunan derajat kesehatan dan kemampuan fisik menyebabkan lansia
secara perlahan akan menghindar dari hubungan dengan orang lain. Hal
ini akan mengakibatkan interaksi sosial menurun (Hardywinoto dan T.,
2005).
c. Dukungan Keluarga
Menurut Yuli pada tahun (2014) fungsi keluarga adalah sebagai
tempat saling bertukar antar anggota keluarga untuk memenuhi kebutuhan
fisik dan emosional setiap individu. Kuisioner APGAR digunakan untuk
mengukur level kepuasan hubungan di dalam suatu keluarga, yakni
penilaian terhadap lima fungsi pokok keluarga, yaitu :
1) Adaptasi (Adaptation)
Penilaian adaptasi yaitu dengan menilai tingkat kepuasan anggota
keluarga dalam menerima bantuan yang dibutuhkannya dari anggota
keluarga yang lain.
2) Kemitraan (Partnership)
Penilaian kemitraan yaitu dengan menilai tingkat kepuasan
anggota keluarga terhadap komunikasi dan musyawarah dalam
menyelesaikan suatu masalah.
3) Pertumbuhan (Growth)

7
Penilaian pertumbuhan yaitu dengan menilai tingkat kepuasan
anggota keluarga terhadap kebebasan yang diberikan keluarga dalam
mematangkan kedewasaan setiap anggota keluarga.
4) Kasih Sayang (Affection)
Penilaian kasih sayang yaitu dengan menilai tingkat kepuasan
anggota keluarga terhadap kasih sayang yang terjadi dalam keluarga.
5) Kebersamaan (Resolve)
Penilaian kebersamaan yaitu dengan menilai tingkat kepuasan
anggota keluarga terhadap kebersamaan dalam membagi banyak hal
dalam keluarga.
6. Perubahan-perubahan yang terjadi pada lansia
Seiring bertambahnya usia seseorang akan menimbulkan perubahan-
perubahan pada struktur dan fisiologis dari berbagai sel/jaringan/organ dan
sistem yang ada pada tubuh manusia sehingga menyebabkan sebagian besar
lansia mengalami kemunduran atau perubahan pada fisik, psikologis, dan
sosial (Mubarak dkk., 2010). Semakin bertambahnya umur manusia, terjadi
proses penuaan secara degeneratif yang akan berdampak pada perubahan-
perubahan pada diri manusia, tidak hanya perubahan fisik, tetapi juga kognitif,
perasaan, sosial dan seksual (Azizah dan Lilik M, 2011).
a. Perubahan Fisik
1) Sistem Indra
Sistem pendengaran:Prebiakusis (gangguan pada pendengaran) oleh
karenahilangnya kemampuan (daya) pendengaran pada telinga dalam,
terutamaterhadap bunyi suara atau nada-nada yang tinggi, suara yang
tidak jelas, sulit dimengerti kata-kata, 50% terjadi pada usia diatas 60
tahun.
2) Sistem Integumen
Pada lansia kulit mengalami atropi, kendur, tidak elastiskering dan
berkerut. Kulit akan kekurangan cairan sehingga menjadi tipis
danberbercak. Kekeringan kulit disebabkan atropi glandula sebasea

8
dan glandula sudoritera, timbul pigmen berwarna coklat pada kulit
dikenal dengan liver spot.
3) Sistem Muskuloskeletal
Perubahan sistem muskuloskeletal pada lansia: Jaringan penghubung
(kolagendan elastin), kartilago, tulang, otot dan sendi. Kolagen sebagai
pendukungutama kulit, tendon, tulang, kartilago dan jaringan pengikat
mengalamiperubahan menjadi bentangan yang tidak teratur.
a) Kartilago: jaringan kartilagopada persendian menjadi lunak dan
mengalami granulasi, sehingga permukaansendi menjadi rata.
Kemampuan kartilago untuk regenerasi berkurang dandegenerasi
yang terjadi cenderung kearah progresif,konsekuensinya
kartilagopada persendiaan menjadi rentan terhadap gesekan.
b) Tulang: berkurangnyakepadatan tulang setelah diamati adalah
bagian dari penuaan fisiologi, sehinggaakan mengakibatkan
osteoporosis dan lebih lanjut akan mengakibatkan nyeri,deformitas
dan fraktur.
c) Otot: perubahan struktur otot pada penuaan sangatbervariasi,
penurunan jumlah dan ukuran serabut otot, peningkatan
jaringanpenghubung dan jaringan lemak pada otot mengakibatkan
efek negatif.
d) Sendi: pada lansia, jaringan ikat sekitar sendi seperti tendon,
ligamen dan fasiamengalami penuaan elastisitas.
4) Sistem kardiovaskuler
Perubahan pada sistem kardiovaskuler pada lansia adalah massa
jantungbertambah, ventrikel kiri mengalami hipertropi sehingga
peregangan jantungberkurang, kondisi ini terjadi karena perubahan
jaringan ikat. Perubahan inidisebabkan oleh penumpukan lipofusin,
klasifikasi SA Node dan jaringankonduksi berubah menjadi jaringan
ikat.

9
5) Sistem Respirasi
Pada proses penuaan terjadi perubahan jaringan ikat paru, kapasitas
total parutetap tetapi volume cadangan paru bertambah untuk
mengkompensasi kenaikanruang paru, udara yang mengalir ke paru
berkurang. Perubahan pada otot,kartilago dan sendi torak
mengakibatkan gerakan pernapasan terganggu dankemampuan
peregangan toraks berkurang.
6) Pencernaan dan Metabolisme
Perubahan yang terjadi pada sistem pencernaan, seperti penurunan
produksisebagai kemunduran fungsi yang nyata karena kehilangan
gigi, indra pengecap menurun, rasa lapar menurun(kepekaan rasa lapar
menurun), liver (hati) makinmengecil dan menurunnya tempat
penyimpanan, dan berkurangnya aliran darah.
7) Sistem perkemihan
Pada sistem perkemihan terjadi perubahan yang signifikan. Banyak
fungsi yangmengalami kemunduran, contohnya laju filtrasi, ekskresi,
dan reabsorpsi olehginjal.
8) Sistem saraf
Sistem susunan saraf mengalami perubahan anatomi dan atropi yang
progresifpada serabut saraf lansia. Lansia mengalami penurunan
koordinasi dankemampuan dalam melakukan aktifitas sehari-hari.
9) Sistem reproduksi
Perubahan sistem reproduksi lansia ditandai dengan menciutnya ovary
danuterus. Terjadi atropi payudara. Pada laki-laki testis masih dapat
memproduksispermatozoa, meskipun adanya penurunan secara
berangsur-angsur.
10) Perubahan Kognitif : Daya Ingat (Memory), IQ (Intellegent Quotient),
Kemampuan Belajar (Learning), Kemampuan Pemahaman
(Comprehension), Pemecahan Masalah (Problem Solving),

10
Pengambilan Keputusan (Decision Making), Kebijaksanaan
(Wisdom), Kinerja (Performance), Motivasi (Motivation)
11) Perubahan mental
Faktor-faktor yang mempengaruhi perubahan mental :
1) Pertama-tama perubahan fisik, khususnya organ perasa
2) Kesehatan umum
3) Tingkat pendidikan
4) Keturunan (hereditas)
5) Lingkungan
6) Gangguan syaraf panca indera, timbul kebutaan dan ketulian.
7) Gangguan konsep diri akibat kehilangan kehilangan jabatan.
8) Rangkaian dari kehilangan, yaitu kehilangan hubungan dengan
teman dan keluarga.
9) Hilangnya kekuatan dan ketegapan fisik, perubahan terhadap
gambaran diri,perubahan konsep diri. Perubahan spiritual agama
atau kepercayaan makin terintegrasi dalam kehidupannya. Lansia
semakinmatang (mature) dalam kehidupan keagamaan, hal ini
terlihat dalam berfikir danbertindak sehari-hari.
12) Perubahan Psikososial
1) Kesepian
Terjadi pada saat pasangan hidup atau teman dekat meninggal
terutama jikalansia mengalami penurunan kesehatan, seperti
menderita penyakit fisik berat,gangguan mobilitas atau gangguan
sensorik terutama pendengaran.
2) Duka cita (Bereavement)
Meninggalnya pasangan hidup, teman dekat, atau bahkan hewan
kesayangandapat meruntuhkan pertahanan jiwa yang telahrapuh
pada lansia. Hal tersebutdapat memicu terjadinya gangguan fisik
dan kesehatan.

11
3) Depresi
Duka cita yang berlanjut akan menimbulkan perasaan kosong,
lalu diikuti dengankeinginan untuk menangis yang berlanjut
menjadi suatu episode depresi. Depresijuga dapat disebabkan
karena stres lingkungan dan menurunnya kemampuanadaptasi.
4) Gangguan cemas
Dibagi dalam beberapa golongan: fobia, panik, gangguan cemas
umum,gangguan stress setelah trauma dan gangguan obsesif
kompulsif, gangguan-gangguantersebut merupakan kelanjutan
dari dewasa muda dan berhubungandengan sekunder akibat
penyakit medis, depresi, efek samping obat, atau
gejalapenghentian mendadak dari suatu obat.
5) Parafrenia
Suatu bentuk skizofrenia pada lansia, ditandai dengan waham
(curiga), lansiasering merasa tetangganya mencuri barang-
barangnya atau berniatmembunuhnya. Biasanya terjadi pada
lansia yang terisolasi/diisolasi ataumenarik diri dari kegiatan
sosial.
6) Sindroma Diogenes
Suatu kelainan dimana lansia menunjukkan penampilan
perilaku sangatmengganggu. Rumah atau kamar kotor dan bau
karena lansia bermain-main dengan feses dan urinnya.
7. Tujuan pelayanan kesehatan pada lansia menurut Depkes RI (2016) terdiri
dari :
a. Mempertahankan derajat kesehatan para lansia pada taraf yang setinggi-
tingginya,sehingga terhindar dari penyakit atau gangguan.
b. Memelihara kondisi kesehatan dengan aktifitas-aktifitas fisik dan mental.
c. Mencari upaya semaksimal mungkin agar para lansia yang menderita
suatupenyakit atau gangguan, masih dapat mempertahankan kemandirian
yangoptimal.

12
d. Mendampingi dan memberikan bantuan moril dan perhatian pada lansia
yang beradadalam fase terminal sehingga lansia dapat mengadapi
kematian dengan tenang danbermartabat.Fungsi pelayanan dapat
dilaksanakan pada pusat pelayanan sosial lansia, pusat informasi
pelayanan sosial lansia, dan pusat pengembangan pelayanan sosial lansia
dan pusat pemberdayaan lansia.
B. Konsep Arthritis
1. Pengertian
Menurut Zairin Noor Helmi (2013), rheumatoid arthritis merupakan
manifestasi pada sendi perifer yang terjadi karena peradangan sistemis kronis
yang belum diketahui penyebabnya, serta dapat menyebabkan kerusakan sendi
dan dengan demikian sering menyebabkan mortalitas dan mordibitas yang
cukup besar.
Artritis reumatoid merupakan penyebab paling sering dari penyakit
radang sendi kronis. Penyakit ini lebih banyak diderita oleh perempuan, yang
sering kali ditemukan pada dekade 40-50 tahunan (Asikin, 2018).
Rheumatoid arthritis adalah suatu penyakit rematik dengan ditandai
adanya kerusakan sendi progresif, keterbatasan fungsional, dan manifestasi
sistemik, beberapa penderita rheumatoid arthritis mempunyai manifestasi
yang lebih progresif sehingga memiliki prognosis (fungsional dan harapan
hidup) yang buruk (Kalim, 2019).
2. Klasifikasi Arthritis
Buffer (2010) dalam Wahyuni (2016) mengklasifikasikan rheumatoid
arthritis menjadi 4 tipe, yaitu:
a. Rheumatoid arthritis classic
Pada tipe ini, paling sedikit dalam waktu enam minggu harus terdapat
enam kriteria tanda dan gejala sendi yang harus berlangsung terus-
menerus.

13
b. Rheumatoid arthritis deficit
Pada tipe ini, paling sedikit dalam waktu enam minggu terdapat empat
kriteria tanda dan gejala sendi yang harus berlangsung terus-menerus.
c. Rheumatoid arthritis probable
Pada tipe ini, paling sedikit dalam waktu enam minggu terdapat tiga
kriteria tanda dan gejala sendi yang harus berlangsung terus-menerus.
d. Rheumatoid arthritis possible
Pada tipe ini, paling sedikit dalam waktu tiga bulan terdapat dua
kriteria tanda dan gejala sendi yang harus berlangsung terus-menerus.
3. Etiologi arthritis
Penyebab pasti dari rheumatoid arthritis masih belum diketahui,
namun faktor genetik, hormonal dan infeksi telah diketahui berpengaruh kuat
dalam menentukan kejadian penyakit ini. Menurut M. Asikin et.al. (2018),
penyebab (etiologi) dari rheumatoid arthritis yaitu:
a. Faktor kerentanan genetik.
b. Reaksi imunologi (antigen asing yang berfokus pada jaringan sinovial).
c. Reaksi inflamasi pada sendi dan tendon.
d. Proses inflamasi yang berkepanjangan.
e. Kerusakan kartilago artikular.
4. Faktor Resiko Arthritis
Menurut Sudoyo (2007) dalam Susanti (2014), faktor resiko yang
berhubungan dengan kejadian rheumatoid arthritis, antara lain:
a. Berusia lebih dari 40 tahun.
b. Kegemukan dan penyakit metabolik.
c. Cedera sensitif yang berulang.
d. Kepadatan tulang yang berkurang.
e. Mangalami beban sendi yang terlalu berat.
5. Manifestasi klinis
Menurut Lukman & Nurna Ningsih (2011), manifestasi klinis dari
rheumatoid arthritis terbagi menjadi beberapa macam. Dan pada waktu yang

14
bersamaan, manifestasi ini tidak timbul sekaligus. Oleh karenanya,
manifestasi rheumatoid arthritis sangat bervariasi, diantaranya adalah:
a. Gejala-gejala konstitusional
Seperti kelelahan, gangguan mual muntah pada saat makan, terjadi
penurunan berat badan, dan suhu tubuh meningkat. Bahkan dapat terjadi
kelelahan yang hebat.
b. Nyeri sendi
Keluhan utama yang sering dirasakan setiap penderita rheumatoid
arthritisialah nyeri sendi, jika rematik sampai menyerang bagian saraf,
nyeri sendi dapat menjalar jauh hingga ke seluruh tubuh. Terdapat dua
macam nyeri sendi, yaitu: nyeri sendi mekanis, nyeri biasanya timbul
setelah seseorang melakukan aktivitas atau suatu kegiatan dan selang
beberapa saat nyeri akan hilang setelah beristirahat. Selanjutnya nyeri
inflamasi (radang), nyeri ini biasanya timbul ketika seseorang bangun
tidur pada pagi hari dan nyeri biasanya akan menghilang setelah beberapa
saat.
c. Kaku sendi
Kaku sendi terjadi akibat di sekitar jaringan tubuh mengalami
peradangan akibat desakan cairan, seperti kapsul sendi, sinovial, atau
bursa. Pada umumnya terjadi pada pinggul, tulang belakang dan lutut.
Kekakuan sendi yang terjadi pada rheumatoid arthritis dan osteoarthritis
berbeda, pada osteoarthritis biasanya berlangsung kurang dari satu jam
atau hanya beberapa menit saja.
d. Gangguan fungsi sendi
Sendi tidak dapat berfungsi secara normal, hal ini terjadi karena
seseorang menekuk posisi persendian tersebut untuk menghilangkan rasa
nyeri.
e. Sendi tidak stabil
Terjadi karena adanya trauma pada bagian kapsul sendi dan kerusakan
pada sendi.

15
f. Sendi berbunyi
Terjadi krepitasi ketika sendi sedang digerakkan, kerusakan tersebut
dapat terjadi pada bagian rawan sendi, tulang, dan tendon sinovial.
6. Patofisiologi
Pada rheumatoid arthritis, reaksi auto imun terutama terjadi pada
jaringan sinovial. Proses inflamasi awalnya akan membuat sendi sinovial
menjadi edema, kemudian terjadi kongesti vaskular dengan ditandai
pembentukan pembuluh darah baru, eksudat fibrin, dan infiltrasi selular.
Proses inflamasi yang berkelanjutan akan membuat sinovial menjadi tebal,
terutama pada bagian kartilago. Suatu jaringan granulasi (pannus) akan
terbentuk akibat terjadinya persendian yang meradang. Jaringan granulasi
(pannus) akan menimbulkan erosi tulang yang dapat menghancurkan tulang
rawan, akibatnya pergerakan sendi terganggu. Otot kehilangan elastisitas dan
kekakuan kontraksi otot karena mengalami perubahan generatif (Asikin,
2018).
7. Komplikasi
Menurut (Sya'diyah, 2018):212 komplikasi yang mungkin muncul
adalah :
a. Neuropati perifer memengaruhi saraf yang paling sering terjadi di tangan
dan kaki.
b. Anemia
c. Pada otot terjadi myosis,yaitu proses granulasi jaringan otot.
d. Pada pembuluh darah terjadi tromboemboli. Trombemboli adalah adanya
sumbatan pada pembuluh darah yang disebabkan oleh adanya darah yang
membeku.
8. Pemeriksaan penunjang
Pemeriksaan penunjang pada pasien rheumatoid arthritis menurut
(Asikin, 2013):40

16
a. Pemeriksaan laboratorium
1) Laju endap darah meningkat
2) Protein c-reaktif meningkat
3) Terjadi anemia dan leukositosis
4) Tes serologi faktor reumatoid positif (80% penderita )
b. Aspirasi cairan sinovial
Menunjukkan adanya proses inflamasi ( jumlah sel darah putih
>2000µL). Pemeriksaan cairan sendi meliputi pewarnaan garam,
pemeriksaan jumlah sel darah, kultur,gambaran makroskopis.
c. Pemeriksaan radiologi
Menunjukkan adanya pembengkakan jaringan lunak ,erosi sendi, dan
osteoporosis tulang yang berdekatan.
9. Penatalaksanaan
Tujuan pengobatan rheumatoid arthritis adalah menekan aktivitas
penyakitnya sehingga menghambat progresifitas penyakit serta mencegah
kecacatan, mengatasi nyeri, dan memperbaiki kualitas hidup (Kalim, 2019).
a. Penatalaksanaan farmakologi
Pengobatan dengan obat OAINS (Obat Anti-Inflamasi NonSteroid)
diberikan sejak dini untuk mengatasi nyeri sendi akibat inflamasi yang
sering dijumpai.
1) Aspirin
Pasien dengan umur dibawah 65 tahun dapat dimulai dengan
pemberian dosis 3 - 4x1 g/hari, kemudian dinaikkan 0,3 - 0,6
g/minggu sampai terjadi perbaikan atau gejala toksik. Dengan dosis
terapi 20-30 mg/dl.
2) Ibuprofen, diklofenak dan meloksikam.
b. Penatalaksanaan Non Farmakologi
Pengobatan dengan non farmakologi mencakup suatu intervensi
perilaku kognitif dan dengan penggunaan agen-agen fisik. Tujuannya
adalah mengubah persepsi penderita tentang penyakit, mengubah perilaku,

17
dan memberikan rasa pengendalian yang lebih besar (Kalim,
2019).Penatalaksanaan non farmakologi meliputi:
1) Edukasi pada pasien mengenai penyakitnya, perjalanan penyakit, obat-
obatan, dan efek samping pengobatan.
2) Terapi fisik dan rehabilitasi penting untuk mempertahankan fungsi
sendi dan kekuatan otot.
3) Diet, umumnya penderita rheumatoid arthritis memiliki komorbiditas
atau penyakit penyerta kardiovaskular, sehingga penting untuk
melakukan diet rendah gula dan rendah lemak.
4) Olahraga dan Istirahat
Ketika lansia merasakan nyeri, maka lansia diharuskan untuk
beristirahat. Istirahat tidak boleh berlebihan karena akan menyebabkan
kekakuan pada sendi. Aktivitas atau latihan gerak merupakan terapi
latihan untuk memelihara serta meningkatkan kekuatan otot.
C. Konsep Asuhan Keperawatan Pada Pasien Arthritis
1. Pengkajian
Menurut (Istianah, 2017): 100 dan (Lukman & Ningsih, 2013): 223
a. Biodata
Meliputi nama, umur, jenis kelamin, agama, pekerjaan, pendidikan,
alamat.
b. Riwayat keperawatan
Adanya perasaan tidak nyaman,antara lain nyeri, kekakuan pada
tangan atau kaki dalam beberapa periode / waktu sebelum klien
mengetahui dan merasakan adanya perubahan sendi.
c. Pemeriksaan Fisik
1) Inspeksi persendian untuk masing-masing sisi, amati adanya
kemerahan, pembengkakan, teraba hangat, dan perubahan bentuk
(deformitas).

18
2) Lakukan pengukuran rentang gerak pasif pada sendi. Catat jika terjadi
keterbatasan gerak sendi, krepitasi dan jika terjadi nyeri saat sendi
digerakkan.
3) Ukur kekuatan otot
4) Kaji skala nyeri dan kapan nyeri terjadi.
d. Riwayat psikososial
Penderita rheumatoid arthritis mungkin merasa khawatir mengalami
deformitas pada sendi-sendinya. Ia juga merasakan adanya kelemahan-
kelemahan pada fungsi tubuh dan perubahan pada kegiatan sehari-hari.
e. Aktivitas/ Istirahat
Nyeri sendi karena pergerakkan, nyeri tekan, kekakuan sendi pada
pagi hari. Keterbatasan fungsional yang berpengaruh pada gayahidup,
aktivitas istirahat, dan pekerjaan. Gejala lain adalah keletihan dan
kelelahan yang hebat.
f. Kardiovaskuler
Kemerahan pada jari sebelum warna kembali normal
g. Integritas Ego
Faktor stres akut/kronis, misalnya finansial, pekerjaan,
ketidakmampuan,keputusasaan dan ketidakberdayaan. Ancaman konsep
diri, citra diri, perubahan bentuk badan
h. Makanan / cairan
Ketidakmampuan untuk mengonsumsi makan/cairan yang adekuat:
mual, anoreksia. Menghindari makanan yang tinggi purin seperti: kacang-
kacangan, daun singkong, jeroan. Menghindari minum kopi
i. Higiene
Berbagai kesulitan untuk melaksanakan aktivitas perawatan pribadi
secara mandiri. Ketergantungan pada orang lain
j. Neurosensori
Kebas/ kesemutan pada tangan dan kak, hilangnya sensai pada jari
tangan, pembengkakan sendi simetris.

19
k. Nyeri /kenyamanan
Fase akut dari nyeri (disertai / tidak disertai pembekakan jaringan
lunak pada sendi. Rasa nyeri kronis dan kekakuan pada pagi hari.
l. Keamanan
Kulit mengilat, tegang. Kesulitan dalam menangani
tugas/pemeliharaan rumah tangga, kekeringan pada mata dan membran
mukosa.
m. Interaksi sosial
Kerusakan interaksi dengan keluarga/orang lain ,perubahan peran.
2. Diagnose keperawatan
Diagnosis keperawatan yang dapat ditemukan pada penderita penyakit
Rheumatoid Arthritis, (Istianah, 2017) : 101 adalah sebagai berikut.
a. Nyeri akut b.d proses inflamasi akumulasi cairan, destruksi sendi.
b. Gangguan mobilitas fisik b.d nyeri atau rasa tidak nyaman, deformitas
skeletal,penurunan kekuatan otot
c. Risiko cidera b.d kelemahan otot
d. Gangguan pola tidur b.d nyeri, fibrosistis
e. Gangguan citra tubuh b.d perubahan kemampuan melaksanakaan aktivitas
sehari-hari, peningkatan penggunaan energi atau ketidakseimbangan
mobilitas

20
BAB III
TINJAUAN KASUS

A. Pengkajian
1. Pengkajian Identitas
a. Nama : Tn. S
b. Usia : 60 tahun
c. Alamat : Cilacap Utara
2. Keluhan utama : Klien mengatakan kaki, tangan dan punggung sering nyeri.
Nyeri skala 4 hilang timbul dan semakin berat saat aktivitas berlebih
(berkebun pisang), nyeri menjalar.
3. Keluhan tambahan : Klien mengatakan tangannya kadang merasa kebas dan
tidak bisa digerakan, lututnya terasa sakit saat berjalan atau beraktivitas berat.
Klien mengatakan cemas karena usianya sudah semakin tua dan sering sakit-
sakitan sehingga tidak bisa beraktivitas seperti biasanya yaitu bekerja.
4. Riwayat kesehatan
a. Riwayat penyakit dahulu : Klien mengatakan sering merasa nyeri dan
kesemutan pada tangan, kaki dan punggung sejak 2 tahun yang lalu. Klien
mengatakan sebelumnya pernah diraat di rumah sakit pada tahun 2009
karena kecelakaan motor.
b. Riwayat penyakit keluarga : Klien mengatakan dalam keluarga tidak
memiliki riwayat sakit yang menurun
c. Riwayat pekerjaan : Klien mengatakan sebelumnya bekerja sebagai
kontraktor di luar kota, dan sekarang hanya bisa berkebun pisang saja di
rumah
d. Riwayat lingkungan hidup : Klien mengatakan sudah lebih dari 30 tahun
tinggal di rumah yang saat ini ditempati klien.
e. Riwayat Rekreasi : Klien mengatakan tidak pernah lagi melakukan
rekreasi atau berlibur semenjak anak-anaknya sudah dewasa dan memiliki
kesibukan masing-masing

21
5. Psikososial budaya dan spiritual
a. Riwayat psikososial
Klien mengatakan jika memiliki masalah dipendam sendiri karena takut
menyusahkan anak-anaknya.
b. Sosial : Klien mengatakan selalu berhubungan baik dengan tetangga dan
anggota keluarga lain serta aktif dalam kegiatan masyarakat seperti kerja
bakti, arisan, pengajian, dll
c. Budaya : Klien mengatakan mengikuti kebudayaan yang ada
dimasyarakat.
d. Spiritual : Klien mengatakan selalu beribadah 5 waktu dan mengikuti
pengajian di masjid terdekat
6. Pengkajian kebutuhan dasar klien
a. Aktivitas dan latihan : Klien mengatakan dalam melakukan sesuatu selalu
mandiri dan tidak dibantu karena hanya hidup berdua dengan anak
terakhirnya.
b. Tidur dan istirahat : Klien mengatakan tidur pada malam hari kurang dari
8 jam dan setiap tidur selalu memikirkan masalah yang ada pada dirinya.
Memikirkan masa depan anaknya jika dirinya nanti tiada.
c. Kenyamanan dan nyeri : Klien mengatakan kaki, tangan dan punggungnya
sering merasa nyeripada saat beraktivitas terutama berkebun. Dan nyeri
semakin hebat ketika pada malam hari yang dingin, nyeri skala 5, rasanya
seperti ditusuk-tusuk dan hilang timbul
d. Nutrisi : Klien mengatakan tidak ada masalah dalam pola makannya.
Makan normal 3x sehari dengan lauk dan sayur yang ada dikebun dan
dimasak sendiri.
e. Cairan : Klien mengatakan minum air putih kurang lebih 8 gelas sehari
dan sering minum kopi juga
f. Oksigenasi : Klien mengatakan tidak merasakan sesak napas
g. Eliminasi : Klien mengatakan BAB lancer 1x sehari dengan konsistensi
padat, dan berbau khas

22
h. Persepsi sensori : Klien mengatakan panca indranya pada bagian
penglihatan sedikit mengalami kendala ketika membaca sehingga harus
memakai kacamata.
7. Pengkajian head to toe
a. Kepala : mesocephal
b. Mata : simetris, konjungtiva an anemis, sklera ikterik, tampak memakai
bantuan kacamata
c. Hidung dan sinus : tidak tampak polip
d. Telinga : Normal, pendengaran normal , bersih
e. Mulut : mukosa bibir lembab, tidak ada stomatitis, gigi masih lengkap
f. Leher : leher normal, tidak ada pembesaran kelenjar tiroid
g. Dada : normal, simetris, tidak ada luka, tidak ada benjolam, suara jantung
paru normal
h. Abdomen : perut tampak rata, tidak ada luka, bising usus 4x/menit, hasil
perkusi timpani
i. Genetalia : bersih, tidak ada luka
j. Ekstremitas : kedua kaki tampak bisa digerakan, kedua tangan tampak bisa
digerkaan, tidak ada edema pada kaki dan tangan
k. Kulit : kulit tampak kering, berwarna coklat kehitaman
8. Pengkajian psikososial, emosional dan spiritual
a. Pertanyaan tahap 1
1) Apakah klien susah tidur ? tidak
2) Apakah klien sering murung atau menangis sendiri? Tidak
3) Apakah klien sering was-was dan khawatir? Ya
b. Pertanyaan tahap 2
1) Keluhan lebih dari 3bulan atau lebih dari 1x dalam 1 bulan? Ya
2) Ada masalah atau banyak pikiran? Ya
3) Ada gangguan masalah dengan keluarga lain? Tidak
4) Menggunakan obat tidur atau penenang dari dokter? Tidak
5) Cenderung mengurung diri ? tidak

23
9. Pengkajian KATZ

Skor Kriteria
A Kemandirian dalam hal makan, kontinen, berpindah, ke
kamar kecil, berpakaian dan mandi
B Kemandirian dalam semua aktivitas hidup sehari-hari, kecuali satu
dari fungsi tersebut
C Kemandirian dalam semua aktivitas hidup sehari-hari, kecuali
mandi dan satu dari fungsi tersebut
D Kemandirian dalam semua aktivitas hidup sehari-hari, kecuali
mandi, berpakaian, dan satu dari fungsi tersebut
E Kemandirian dalam semua aktivitas hidup sehari-hari, kecuali
mandi, berpakaian, ke kamar kecil dan satu dari fungsi tersebut
F Kemandirian dalam semua aktivitas hidup sehari-hari, kecuali
mandi, berpakaian, berpindah dan satu dari fungsi tersebut
G Ketergantungan pada 6 fungsi tersebut
Lain- Ketergantungan sedikitnya 2 fungsi, tetapi tidak dapat
lain diklasifikasikan sebagai C,D,E,F,G
Interpretasi : Klien mandiri dalam hal makan, kontinen, berpindah, ke kamar
kecil, berpakaian dan mandi
10. Pengkajian Status Mental

Aspek Nilai Nilai Kriteria


kognitif max klien
Orientasi 5 5 Menyebutkan dengan benar
waktu Tahun : 2021
Bulan : September
Tanggal : 23
Hari : Kamis
Orientasi 5 5 Dimana kita berada? Di rumah
tempat Provinsi : Jawa Tengah
Kabupaten : Cilacap
Kecamatan : Cilacap Utara
Kelurahan : Karangtalun
Registrasi 3 3 Menyebutkan dengan baik nama-nama
benda
Kursi : B
Meja : B
Handphone : B
Perhatian 5 5 Meminta klien menyebutkan hasil dari
dan kalkulasi 100-7
Jawaban benar 93
Mengingat 3 3 Meminta klien mengingat jawaban pada

24
poin 2
Klien dapat menyebutkan kembali
Bahasa 9 9 Menanyakan klien tentang benda sambil
menunjuk

Klien dapat menunjukannya


Total 30 30
Interpretasi hasil :
24-30 : tidak ada gangguan kognitif
18-23 : gangguan kognitif sedang
0-17 : gangguan kognitif berat
11. Pengkajian kemampuan intelektual (SPMSQ)

No Pertanyaan Jawaban Benar Salah


1. Tanggal berapa hari ini? 23 september V
2. Hari apa? Kamis V
3. Apa nama tempat ini? Rumah V
4. Di mana alamat anda? Jl tembaga V
5. Berapa umur anda? 60 V
6. Kapan anda lahir? 28 april 1965 V
7. Siapa nama presiden Jokowi V
Indonesia?
8. Siapa nama presiden SBY V
sebelumnya?
9. Siapa nama istri anda? Juryati V
10. 20-3 17 V
Jumlah 10 0

Interpretasi :
Salah 0-3 : fungsi intelektual utuh
Salah 4-5 : fungsi intelektual kerusakan ringan
Salah 6-8 : fungsi intelektual sedang
Salah 9-10: fungsi intelektual kerusakan berat

12. Pengkajian barthel

No Kriteria Dengan Mandiri Skor

25
bantuan
1 Makan 5 10 10
2 Berpindah dari kursi roda ke tempat 5- 15 15
tidur, atau sebaliknya 10
3 Personal toilet (cuci muka, menyisir 5 10 10
rambut, gosok gigi)
4 Keluar masuk toilet ( mencuci 0 5 5
pakaian, menyika tubuh, menyiram)
5 Mandi 0 5 5
6 Berjalan dipermukaan datar (jika 10 25 25
tidak bisa menggunakan kursi roda)
7 Naik turun tangga 5 10 8
8 Mengenakan pakaian 5 10 10
9 Mengontrol bowel (BAB)/defekasi 5 10 10
10 Mengontrol bladder 5 10 10
(BAK)/berkemih
Jumlah 98

Interpretasi ;
0-20 : Ketergantungan total
21-61 : Ketergantungan berat
62-90 : Ketergantungan sedang
91-99 : Ketergantungan ringan
100 : Mandiri

13. Pengkajian Depresi Lansia

N PERTANYAAN JAWABAN
o
1 Apakah pada dasarnya anda puas dengan Ya
kehidupan anda ?
2 Sudahkah anda meninggalkan aktivitas dan Ya
minat anda ?
3 Apakah anda merasa bahwa hidup anda Tidak
kosong ?
4 Apakah anda sering bosan ? Ya

26
5 Apakah anda mempunyai semangat setiap Ya
waktu ?
6 Apakah anda takut sesuatu akan terjadi pada Ya
anda ?
7 Apakah anda merasa bahagia disetiap waktu Tidak
?
8 Apakah anda merasa jenuh ? Ya
9 Apakah anda lebih suka tinggal dirumah Ya
pada malam hari, dari pada pergi melakukan
sesuatu yang baru ?
10 Apakah anda merasa bahwa anda lebih Tidak
banyak mengalami masalah dengan ingatan
anda daripada yang lainnya ?
11 Apakah anda berfikir sangat menyenangkan Tidak
hidup sekarang ini ?
12 Apakah anda merasa tidak berguna saat ini ? Ya
13 Apakah anda merasa penuh berenergi saat Tidak
ini ?

14 Apakah anda saat ini sudah tidak ada Tidak


harapan lagi ?
15 Apakah anda berfikir banyak orang yang Ya
lebih baik dari anda ?

Poin 9 untuk jawaban Ya

Poin 6 untuk jawaban Tidak

Interpretasi : Klien mengalami depresi

14. Pengkajian Nutrisi

Skrining Skor
A Mengalami penurunan asupan makanan lebih dari tiga bulan

27
selama adanya penurunan nafsu makan, gangguan pencernaan,
menelan dan kesulitan menelan makanan
0 = Adanya penurunan asupan makanan yang besar  
2
1 = Adanya penurunan asupan makanan yang sedang

2 = Tidak ada penurunan asupan makanan


Mengalami penurunan berat badan selama tiga bulan terakhir
0 = Penurunan BB >3 kg  
2
1 = Tidak diketahui
B

2 = Penurunan BB 1-3 kg

3 = Tidak mengalami penurunan BB


Mobilitas
0 = Tidak dapat turun dari tempat tidur / kursi roda 2

C 1 = Dapat turun dari tempat tidur / kursi roda namun tidak


dapat berjalan jauh

2 = Dapat berjalan jauh


Mengalami stres psikologis atau memiliki penyakit akut tiga
bulan terakhir
D 0 =Ya  
0
2 = Tidak
Mengalami gangguan neuropsikologis
0 = Mengalami demensia atau depresi berat  
2
E
1 = Mengalami demensia ringan

2 = Tidak mengalami gangguan neuropsikologis


F1 Indeks massa tubuh (IMT)
0 =  IMT< 19  
3

28
1 = IMT 19-21

2 = IMT 21-23

3 = >23
Jika IMT tidak dapat diukur ganti pertanyaan F1 dengan F2

Jangan menjawab pertanyaan F2 jika pertanyaan F1 sudah terpenuhi


Lingkar betis (cm)
0 = jika < 31  
F2

3 =  jika > 31
Skor maksimal 14

12-14         : Status gizi normal

8-11            : Resiko mengalami malnutrisi

0-7              : Mengalami malnutrisi

15. Pengkajian keseimbangan


a) Perubahan Posisi atau Gerakan Keseimbangan
i. Bangun dari kursi (dimasukkan dalam analsis)
Tidak bangun dari duduk dengan satu kali gerakan, tetapi mendorong
tubuhnya ke atas dengan tangan tau bergerak ke bagian depan kursi
terlebih dahulu, tidak stabil pada saat berdiri pertama kali. Diberi nilai 1
jika klien menunjukkan kondisi di atas dan di beri nilai 0 jika klien tidak
menunjukkan kondiri tersebut.
Nilai : 1

ii. Duduk ke kursi (dimasukkan dalam analsis)


Menjatuhkan diri di kursi, tidak duduk ditengah kursi.Beri nilai 1 jika
klien menunjukkan kondisi diatas dan diberi nilai 0 jika klien tidak
menunjukkan kondisi tersebut.

29
Nilai : 0

iii. Menahan dorongan pada sternum (pemeriksa mendorong sternum


perlahan-lahan sebanyak 3 kali)
Menggerakkan kaki, memegang obyek untuk dukungan, kaki tidak
menyentuh sisi-sisinya.Beri nilai 1 jika klien menunjukkan kondisi diatas
dan diberi nilai 0 jika klien tidak menunjukkan kondisi tersebut.

Nilai : 1

iv. Mata tertutup

Sama seperti di atas (periksa kepercayaan pasien tentang input


penglihatan untuk keseimbangannya). Beri nilai 1 jika klien
menunjukkan kondisi diatas dan diberi nilai 0 jika klien tidak
menunjukkan kondisi tersebut

Nilai : 0

v. Perputaran Leher
Menggerakkkan kaki, menggenggam objek untuk dukungan, kaki
tidak menyentuh sisi-sisinya, keluhan vertigo, pusing atau keadaan tidak
stabil.Beri nilai 1 jika klien menunjukkan kondisi diatas dan diberi nilai 0
jika klien tidak menunjukkan kondisi tersebut.

Nilai : 1

vi. Gerakan Menggapai Sesuatu


Tidak mampu untuk menggapai sesuatu dengan bahu fleksi
sepenuhnya sementera berdiri pada ujung-ujung jari kaki, tidak stabil,
memegang Sesuatu untuk dukungan Beri nilai 1 jika klien menunjukkan
kondisi diatas dan diberi nilai 0 jika klien tidak menunjukkan kondisi
tersebut.

Nilai : 1

30
vii. Membungkuk
Tidak mampu untuk membungkuk atau mengambil obyek -obyek
kecil (misalnya pulpen) dari lantai, memegang suatu obyek untuk bisa
berdiri lagi, memerlukan usaha-usaha multiple untuk bangun. Beri nilai
1 jika klien menunjukkan kondisi diatas dan diberi nilai 0 jika klien
tidak menunjukkan

Nilai : 1

b) Komponen Gaya berjalan atau Gerakan


viii. Minta klien untuk berjalan ketempat yang ditentukan
Ragu-ragu, tersandung, memegang obyek untuk dukungan.Beri
nilai 1 jika klien menunjukkan kondisi diatas dan diberi nilai 0 jika
klien tidak menunjukkan kondisi tersebut.

Nilai : 0

ix. Ketinggian langkah kaki (Mengangkat kaki pada saat melangkah)


Kaki tidak naik dari lantai secara konsisten (menggeser atau
menyeret kaki), mengangkat kaki terlalu tinggi (>2 inchi).Beri nilai 1
jika klien menunjukkan kondisi diatas dan diberi nilai 0 jika klien
tidak menunjukkan kondisi tersebut.

Nilai : 0

x. Kontinuitas langkah kaki (lebih baik diobservasi dari samping pasien)


Setelah langkah-langkah awal, tidak konsisten memulai
mengangkat satu kaki sementara yang lain menyentuh lantai. Beri
nilai 1 jika klien menunjukkan kondisi diatas dan diberi nilai 0 jika
klien tidak menunjukkan kondisi tersebut.

Nilai : 0

xi. Kesimetrisan (lebih baik di observasi dari samping pasien)

31
Panjang langkah yang tidak sama (sisi patologis biasanya memiliki
langkah yang lebih panjang; masalah dapat terdapat pada pinggul,
lutut, pergelangan kaki, atau otot-otot disekitarnya). Beri nilai 1 jika
klien menunjukkan kondisi di atas dan beri nilai 0 jika klien tidak
menunjukkan kondisi tersebut.

Nilai : 0

xii. Penyimpangan jalur pada saat berjalan (lebih baik diobservasi dari
belakang pasien)
Tidak berjalan dalam garis lurus, bergelombang dari sisi ke
sisi.Beri nilai 1 jika klien menunjukkan kondisi diatas dan diberi nilai
0 jika klien tidak menunjukkan kondisi tersebut.

Nilai : 0

xiii. Berbalik
Berhenti sebelum memulai berbalik, jalan sempoyongan,
bergoyang memegang obyek untuk dukungan.Beri nilai 1 jika klien
menunjukkan kondisi diatas dan diberi nilai 0 jika klien tidak
menunjukkan kondisi tersebut.

Nilai : 1

Interpretasi hasil:

Jumlahkan semua nilai yang diperoleh oleh klien, dan dapat diinterpretasikan
sebagai berikut:

0–5 : Resiko jatuh rendah

6 – 10 : Resiko jatuh sedang

11 – 15 : Resiko jatuh tinggi

NILAI TOTAL : 6

32
B. Diagnosa Keperawatan
1. Analisa Data

Data Etiologi Problem


Ds: Klien mengatakan tangan, kaki Agen Cedera Nyeri Akut
dan punggung terasa nyeri. Nyeri skala 4 Biologis
hilang timbul dan semakin berat saat
aktivitas berlebih (berkebun), nyeri
menjalar.
Do : Klien tampak memegangi
kakinya yang nyeri, klien tampak
meringis kesakitan.
Ds: Klien mengatakan kakinya terasa Gangguan Resiko
jatuh
sakit jika berjalan lama atau beraktivitas keseimbangan
lebih seperti berkebun pisang.
- Klien mengatakan
kakinya kadang kebas dan sulit
digerakan kadang takut jatuh sulit
menjaga keseimbangan tubuhnya
Do: Hasil pengkajian keseimbangan
didapatkan intepretasi klien
mengalami resiko jatuh
- Klien tampak memegangi
kakinya sambil merintih

33
Ds: Klien mengatakan merasa cemas Disfungsi Ansietas
akan kesehatan tubuhnya sistem keluarga
Do: Klien tampak gelisah. klien
tampak sedih ketika bercerita.
Hasil pengkajian depresi, pasien
mengatakan sering bosan dan jenuh
karena setiap hari tidak ada kegiatan,
sering merasa was-was atau khawatir
akan terjadi sesuatu yang tidak
diinginkan, merasa tidak bahagia setiap
waktu karena jauh dari anak-anaknya,
merasa tidak berguna dan merasa orang
lain lebih baik dari dirinya.

Diagnosa keperawatan berdasarkan prioritas

a. Nyeri akut berhubungan dengan agen cedera biologis


b. Resiko jatuh berhubungan dengan gangguan keseimbangan
c. Ansietas berhubungan dengan disfungsi sistem keluarga
C. Intervensi Keperawatan

No Diagnose Tujuan Intervensi


keperawatan
1. Nyeri akut Setelah dilakukan tindakan Terapi relaksasi
keperawatan selama 3x24 jam 1. periksa
diharapkan nyeri klien berkurang ketegangan otot,
dengan kriteria hasil frekuensi nadi,
Indicator Awal Akhir tekanan darah,
Meringis 2 4 dan suhu
Gelisah 2 4
Ketegangan 2 4 sebelum dan
sesudah latihan

34
otot
2. monitor
respon terhadap
terapi relaksasi
3. ciptakan
lingkungan
tenang dan tanpa
gangguan
dengan
pencahayaan dan
suhu ruang yang
nyaman
4. gunakan nada
usra lembut
dengan irama
lambat dan
berirama
5. anjurkan
mengambil posis
nyaman
6. anjurkan
sering
mengulangi atau
melatih teknik
yang dipilih

2. Resiko jatuh Setelah dilakukan tindakan Dukungan


keperawatan selama 2x 24 jam Mobilisasi
diharapkan klien dapat menjaga 1. identifikasi
keseimbangan pergerakan dengan adanya nyeri

35
kriteria hasil atau keluhan
Indicator Awal Akhir fisik
Kemampuan 2 4 2. fasilitasi
bangkit dari melakukan
posisi duduk pergerakan
Keseimbangan 2 4
3. libatkan
saat berdiri
Keseimbangan 2 4 keluarga untuk
saat berjalan membantu
Pusing 2 4 pasien dan
meningkatkan
pergerakan
4. ajarkan
mobilisasi dini
5. monitor
kondisi fisik
selama
melakukan
mobilisasi

3. Ansietas Setelah dilakukan tindakan Dukungan


keperawatan selama 2x 24 jam emosional
diharapkan cemas klien berkurang 1. identifikasi
dengan kriteria hasil fungsi marah,
Inidicator Awal Akhir frusrstasi dan
Verbalisasi 2 4 amuk bagi
kebingunga pasien
n 2. fasilitasi
Verbalisasi 2 4
meningkatkan
khawatir
perasaaan
akibat
cemas, marah,
kondisi yang

36
dihadapi atau sedih
3.anjurkan
Perilaku 2 4 mengungkapkan
gelisah perasaan yang
dialami
4. kurangi
tuntutan berpikir
saat sakit atau
lelah

D. Implementasi Dan Evaluasi Keperawatan

No Tgl Dx Implementasi Evaluasi


1 23/09/2 Nyeri 1. mengukur tanda-tanda vital S: klien
. 1 akut klien mengatakan
2. mengevaluasi respon klien tangan dan kaki
setelah diajarkan senam lebih enakan
rematik setelah senam.
3. membantu merapikan Nyeri skala 4
lingkungan sekitar klien yang hilang timbul
berantakan dan semakin
4. memberikan penkes diit berat saat
arthritis aktivitas
berlebih
(berkebun),
nyeri menjalar.
O: Klien
tampak
menyimak
materi penkes

37
yang
disampaikan
dan dapat
menjawab
pertanyaan dari
pemateri
TD:
125/85mmhg
N: 80xmenit
Suhu : 36,5
RR : 18x/menit
A: Masalah
belum teratasi
P: lanjutkan
intervensi
2. 23/09/2 Resiko S: klien
1. mengukur tanda-tanda vital
1 Jatuh mengatakan
klien
sedikit lebih
2. mengajarkan klien
rileks kaki
mobilisasi pergerakan
tangannya
3. mengajarkan keluarga klien
O: klien tampak
untuk membantu klien dalam
bisa melakukan
melakukan pergerakan
mobilisasi
pergerakan
yang telah
diajarkan yaitu
latihan berjalan
cukup jauh
A: masalah
belum teratasi

38
P: lanjutkan
intervensi
3 23/0 Ansi 1. mengajak pasien untuk S: klien
. 9/21 etas bercerita terkait permasalahan mengatakan
kesehatannya dan rasa sudah lega
cemasnya ketika bercerita
2. menenangkan pasien O: klien tampak
dengan bersabar tenang dan
3. memberikan motivasi pada tersenyum
pasien agar tetap tenang dan ketika
semangat dalam beraktivitas menceritakan
(berkebun) kehidupannya.
4. menganjurkan klien untuk A: masalah
tidak terlalu berpikir berat belum teratasi
ketika sakitnya kambuh P: lanjutkan
intervensi
24/0 Nye 1. Mengukur tanda-tanda vital S: klien
9/21 ri akut
klien mengatakan
2. mengajarkan kompres jahe lebih enakan
untuk mengurangi nyeri setelah
3. mengajarkan senam rematik dilakukan
pada klien kompres jahe
4. mengevaluasi respon klien pada kaki dan
setelah dilakukan tindakan tangan dengan
air hangat.
Nyeri skala 2
hilang timbul
dan semakin
berat saat
aktivitas

39
berlebih
(berkebun),
nyeri menjalar.
O: klien tampak
antusias
melakukan
rendam kaki
dan tangan
dengan air
hangat
Td: 120/85
mmhg
N: 82x/menit
RR: 18x/emnit
Klien tampak
bisa mengikuti
senam yang
diajarkan
A: masalah
teratasi
P: intervensi
dihentikan
24/0 Resi 1. mengukur tanda-tanda vital S: klien
9/21 ko jatuh
klien mengatakn
2. mengajarkan klien sudah bisa
mobilisasi berjalan dari rumah berjalan tanpa
ke kebun pisang di samping merasa
rumah kebas/nyeri
3. mengevaluasi mobilisasi ditengah jalan
klien O: Klien

40
tampak bisa
berjalan dari
rumah ke kebun
pisang
dipekarangan
rumahnya.
A: Masalah
teratasi
P: Intervensi
dihentikan
24/0 Ansi 1. memotivasi klien untuk S: Klien
9/21 etas tetap semangat menjalani mengatakan
kehidupannya walaupun sakit cemas sudah
dan jauh dari kedua anaknya berkurang
dan hanya tinggal dengan danbisa
anak ketiganya saja. menerima
2. mengajak klien untuk kenyataan
bercerita jika ada yang ingin bahwa harus
lien ceritakan bisa mengurus
dirinya sendiri
O: klien tampak
bercerita
A: masalah
teratasi
P: intervensi
dihentikan

BAB IV
PENUTUP

41
A. Kesimpulan
Dari hasil pengkajian didapatkan pasien mengeluh nyeri pada tangan,
kaki, dan punggung. Kakinya sering merasa kebas dan kaku. Diagnose yang
diangkat oleh penulis berdasarkan kasus adalah nyeri akut berhubungan dengan
agen cedera biologis, manajemen kesehatan tidak efektif berhubungan dengan
kurang terpapar informasi dan ansietas berhubungan dengan disfungsi sistem
keluarga. Implementasi telah dilakukan pada hari kedua dan ketiga ssuai dengan
rencana intervensi yang telah disusun pada masing-masing diagnose. Evaluasi
telah dilakukan pada hari kedua dan ketiga.
B. Saran
Sebagai perawat sebaiknya memahami pengkajian pada pasien lanisa agar
dapat memberikan asuhan keperawatan yang baik kepada pasien. Keluarga
seharusnya lebih peduli dan memperhatikan akan kesehatan anggota keluarganya
terutama pada usia yang sudah lanjut.

Daftar Pustaka

42
Andriyani, N. A. (2018). Gambaran Faktor Predisposisi Dan Presipitasi
Kejadian Rheumatoid Arthritis Pada Individu Yang Hidup Di
Komunitas.

Cooper, Hacinamiento, E. L., El, E. N., Cooper, Raspini, F., Bianchini, S.,
Perissin, D. (2019). Karya Tulis Ilmiah Asuhan Keperawatan Lansia
Dengan Rheumatoid Arthritis Di Uptd Panti Sosial Tresna Werdha
Nirwana Puri Samarinda. Dam World 2015. Second Internacional Dam
World Conference, 73(1), 5–10.

Damas, R. (2019). Karya Tulis Ilmiah Penerapan Senam Rematik Terhadap


Penurunan Nyeri Sendi Pada Pasien Arthtritis Rheumatoid Di Panti
Tresna Werdha Budi Luhur Kota Lubuklinggau Tahun 2019. Karya
Ilmiah, 4(1), 75–84.

Meri, M. (2019). Rheumatoid Factor (Rf) Pada Lanjut Usia. Jurnal Kesehatan
Bakti Tunas Husada: Jurnal Ilmu-Ilmu Keperawatan, Analis Kesehatan Dan
Farmasi, 19(1), 93–99.

Mudjaddid, E., Puspitasari, M., Setyohadi, B., & Dewiasty, E. (2017).


Hubungan Derajat Aktivitas Penyakit dengan Depresi pada Pasien Artritis
Reumatoid. Jurnal Penyakit Dalam Indonesia, 4(4), 194.

Wakhidah, S. U. N., Purwanti, L. E., & Nurhidayat, S. (2019). Upaya


Pencegahan Hambatan Mobilitas Fisik pada Lansia Penderita
Rheumatoid Arthritis. Health Science Journal, 3(2).

PPNI (2016). Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia: Definsi dan


Indikator Diagnosistik, Edisi 1. Jakarta: DPP PPNI.

PPNI (2018). Standar Intervensi Keperawatan Indonesia: Definisi dan


Tindakan Keperawatan, Edisi 1. Jakarta: DPP PPNI

43
Lampiran Foto

44
45
46

Anda mungkin juga menyukai