Anda di halaman 1dari 99

KARYA ILMIAH AKHIR NERS

PENERAPAN RELAKSASI GENGGAM JARI TERHADAP PENURUNAN


INTENSITAS NYERI POST SECTIO CAESAREA DI RUANG MELATI
LANTAI 2A RSUD DR SOEKARDJO KOTA TASIKMALAYA

Disusun Oleh :
ARNI SRI
WAHYUNI
J2214901011

PROGRAM PROFESI NERS


FAKULTAS ILMU
KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH
TASIKMALAYA 2023
KARYA ILMIAH AKHIR NERS

PENERAPAN RELAKSASI GENGGAM JARI TERHADAP PENURUNAN


INTENSITAS NYERI POST SECTIO CAESAREA DI RUANG MELATI
LANTAI 2A RSUD DR SOEKARDJO KOTA TASIKMALAYA

Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Guna Mencapai Gelar Ners (Ns)

Disusun Oleh :
ARNI SRI
WAHYUNI
J2214901011

PROGRAM PROFESI NERS


FAKULTAS ILMU
KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH
TASIKMALAYA 2023
LEMBAR PERSETUJUAN

Karya Ilmiah ini telah disetujui, diperiksa dan siap untuk dipertahankan
dihadapan tim penguji sidang pada Program Studi Profesi Ners Fakultas Ilmu
Kesehatan Universitas Muhammadiyah Tasikmalaya

Tasikmalaya, 1 Juni 2023


Pembimbing Utama,

Neni Nuraeni, M. Kep., Ns.Sp.Kep. Mat.


NIDN : 0421047702

Pembimbing Pendamping,

Ubad Badrudin, M.Pd.I.


NIDN : 0416036303

i
LEMBAR PENGESAHAN

Karya Ilmiah Akhir Ners ini disahkan oleh Tim Penguji Sidang
pada Program Studi Profesi Ners Fakultas Ilmu Kesehatan
Universitas Muhammadiyah Tasikmalaya
guna melengkapi untuk mencapai gelar
Ners

Tasikmalaya, 20 Juni 2023


Ketua Tim Penguji

Lilis Lismayanti, M.Kep


NIDN : 0019067201

Anggota Tim Penguji

Neni Nuraeni, M. Kep., Ns.Sp.Kep. Mat.


NIDN : 0421047702

Ketua Program Studi Pendidikan Profesi Ners

Rossy Rosnawanty, M. Kep


NIDN : 0406077701

ii
DAFTAR RIWAYAT HIDUP

Nama : ARNI SRI WAHYUNI

Jenis Kelamin : Perempuan


Agama : Islam
Tempat/Tanggal Lahir : Tasikmalaya, 23 Desember 1999

Alamat : Mancogeh Jl Ujungsari RT 004 RW 007 Kel


Nagarasari Kec Cipedes Kota Tasikmalaya
Gmail : arnisriw@gmail.com

Instagram : @_arnsw
Riwayat Pendidikan
1. TK Baitul Muttaqin : Lulus Tahun 2005 – 2006
2. MI Manbaul Ulum : Lulus Tahun 2006 – 2012
3. SMPN 7 Kota Tasikmalaya : Lulus Tahun 2012 – 2015
4. SMK Bina Putera Nusantara : Lulus Tahun 2015 – 2018
5. Sarjana Keperawatan UMTAS : Lulus Tahun 2018 – 2022
6. Program Studi Profesi Ners Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas
Muhammadiyah Tasikmalaya

iii
KATA PENGANTAR

Puji Syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT atas rahmat dan
karunia-nya penulis akhirnya dapat menyelesaikan Karya Ilmiah Akhir Ners
(KIAN), ini yang berjudul “Penerapan Relaksasi Genggam Jari Terhadap
Penurunan Intensitas Nyeri Post Sectio Caesarea Di Ruang Melati Lantai 2a
Rsud Dr Soekardjo Kota Tasikmalaya”, Adapun maksud dari penulisan KIAN
ini untuk memenuhi salah satu syarat dalam menyelesaikan pendidikan ners di
Program Studi Profesi Ners Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah
Tasikmalaya.
Penulis merasa bersyukur telah dapat menyelesaikan KIAN ini meskipun
menyadari masih ada keterbatasan pengetahuan dan kemampuan dalam
penyusunannya untuk penulis terbuka dalam menerima saran dan kritik yang
membangun demi kamajuan ilmu keperawatan dimasa yang akan datang. Penulis
menyadari keberhasilan ini tidak lepas dari bantuan berbagai pihak selayaknya
pada kesempatan ini penulis ucapkan terimakasih kepada:
1. Neni Nuraeni, M. Kep., Ns.Sp.Kep. Mat., sebagai Rektor Universitas
Muhammadiyah Tasikmalaya
2. Sri Mulyanti, M.Kep,. selaku Dekan Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas
Muhammadiyah Tasikmalaya
3. Rossy Rosnawanty, M.Kep, selaku Ketua Program Studi Profesi Ners Fakultas
Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah Tasikmalaya
4. Neni Nuraeni, M.Kep,.Ners.Sp.Kep.Mat, selaku pembimbing utama yang
telah memberikan arahan dan bimbingan dalam penulisan Karya Ilmiah Akhir
Ners ini
5. Ubad Badrudin, M.Pd.I,. selaku pembimbing AIK yang telah memberikan
saran dan terkait al qur’an dalam penulisan KIAN ini
6. Piah Rapiah, S.Kep,.Ners, selaku pembimbing lapangan yang telah
memberikan serta pengarahan dalam penyusunan Karya Ilmiah Akhir Ners ini
7. Seluruh straff dan dosen Program Studi Profesi Ners Universitas
Muhammadiyah Tasikmalaya

iv
8. Kedua orang tua (Ibu Yeni Sulastri dan Bapak Deny) terimakasih atas cinta
kasih dan do’a nya serta support berupa material yang sudah diberikan
9. Saudara Muhammad Yusuf S.E yang senantiasa memberikan perhatian yang
menjadi motivasi bagi penulis
10. Rekan-rekan satu angkatan Program Studi Profesi Ners Universitas
Muhammadiyah Tasikmalaya yang telah membantu dalam kelancaraan
penyusunan Karya Ilmiah Akhir Ners ini
11. Semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu yang telah
membantu penulis sehingga tersusunnya Karya Ilmiah Akhir Ners ini
Penulis menyadari adanya keterbatasan pengetahuan dan kemampuan
dalam membantu Karya Ilmiah Akhir Ners ini, untuk itu penulis terbuka
dalam menerima saran dan kritrik yang membangun demi kemajuan ilmu
keperawatan dimasa yang akan datang.

Tasikmalaya, Maret 2023

Arni Sri Wahyuni

v
FAKULTAS ILMU KESEHATAN
PROGRAM STUDI PROFESI
NERS
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH TASIKMALAYA
KIAN, Maret 2023
ARNI SRI WAHYUNI
J2214901011

PENERAPAN RELAKSASI GENGGAM JARI TERHADAP PENURUNAN


INTENSITAS NYERI POST SECTIO CAESAREA DI RUANG MELATI
LANTAI 2A RSUD DR SOEKARDJO KOTA TASIKMALAYA

ABSTRAK
xi Bagian awal+ V Bab + 92 Halaman + 4 lampiran + 7 Tabel + 3 Gambar
Masalah yang sering timbul setelah operasi sectio caesarea adalah nyeri. Akibat
dari nyeri akan menimbulkan rasa tidak nyaman, mengganggu aktivitas sehari-hari
dan berbagai masalah terhadap ibu maupun bayi. Penanganan post sectio caesarea
dapat menggunakan terapi farmakologis dan non farmakologis. Terapi non
farmakologis salah satunya dengan terapi Teknik Relaksasi Genggam Jari.
Tujuan untuk melakukan asuhan keperawatan pada Ny. A dengan pemberian
teknik relaksasi genggam jari untuk menurunkan intensitas nyeri pada pasien post
sectio caesarea dengan metode studi kasus pendekatan asuhan keperawatan. Data
dikumpulkan melalui pengukuran skala nyeri menggunakan Numerical Rating
Scale (NRS) sebelum dan sesudah intervensi genggam jari. Implementasi yang
dilakukan kepada Ny. A relaksasi genggam jari untuk menurunkan nyeri post SC
yang dilakukan selama 3 hari 1x1 dalam 1 hari intervensi. Hasil didapatkan data
fokus ibu mengeluh nyeri pada luka post SC sehingga muncul masalah
keperawatan nyeri kemudian dilakukan tindakan keperawatan dengan terapi
teknik relaksasi genggam jari. Untuk mengetahui skala nyeri dilakukan
pengukuran dengan NRS sebelum dan sesudah intervensi. Dan adanya penurunan
skala nyeri dari 5 (1-10) menjadi 1 (1- 10). Kesimpulan teknik relaksasi genggam
jari dapat menurunkan intensitas nyeri pada pasien post sectio caesarea. Saran
diharapkan perawat dapat melakukan teknik relaksasi genggam jari sebagai salah
satu alternative penurunan nyeri pada ibu post sectio caesarea.

Kata Kunci : Teknik Relaksasi Genggam Jari, Nyeri, Post sectio caesarea
Pustaka : 18 (2018 – 2022)

vi
FACULTY OF HEALTH SCIENCES
NERS PROFESSIONAL STUDY PROGRAM
UNIVERSITY OF MUHAMMADIYAH
TASIKMALAYA KIAN, March 2023

ARNI SRI WAHYUNI


J2214901011

APPLICATION OF FINGER HANDS RELAXATION TO REDUCE POST


SECTIO CAESAREA PAIN IN THE 2A FLOOR OF MELATI ROOM DR
SOEKARDJO HOSPITAL, TASIKMALAYA CITY

ABSTRACT

xi Beginning + V Chapter + 92 Pages + 4 appendices + 7 Tables + 3 Figures


The problem that often arises after sectio caesarea surgery is pain. As a result
of pain will cause discomfort, interfere with daily activities and various
problems for both mother and baby. Treatment of post sectio caesarea can use
pharmacological and non-pharmacological therapy. One of the non-
pharmacological therapies is the finger grip relaxation technique. The aim is
to provide nursing care to Mrs. A by providing finger grip relaxation
techniques to reduce pain intensity in post sectio caesarea patients with a case
study method of nursing care approach. Data was collected by measuring the
pain scale using the Numerical Rating Scale (NRS) before and after the finger
grip intervention. Implementation done to Mrs. A finger-held relaxation to
reduce post SC pain which was carried out for 3 days 1x1 in 1 day of
intervention. The results obtained focused data on mothers complaining of
pain in post SC wounds so that pain nursing problems emerged then nursing
actions were carried out with finger-held relaxation technique therapy. To
determine the pain scale, measurements were made with the NRS before and
after the intervention. And there is a decrease in the pain scale from 5 (1-10)
to 1 (1-10). In conclusion, finger grip relaxation techniques can reduce pain
intensity in post sectio caesarea patients. Suggestions are that nurses can
perform finger-held relaxation techniques as an alternative to reduce pain in
post-sectio caesarea mothers
Keywords : Finger Grip Relaxation Technique, Pain, Post sectio caesarea
Literature : 18 (2018 – 2022)

vii
DAFTAR ISI
LEMBAR PERSETUJUAN.................................................................... I
LEMBAR PENGESAHAN .................................................................... Ii
DAFTAR RIWAYAT HIDUP................................................................ Iii
KATA PENGANTAR ............................................................................ Iv
ABSTRAK .............................................................................................. Vi
DAFTAR ISI........................................................................................... Viii
DAFTAR TABEL................................................................................... Ix
DAFTAR GAMBAR .............................................................................. X
DAFTAR LAMPIRAN........................................................................... Xi
BAB I PENDAHULUAN ....................................................................... 1
1.1. Latar belakang.................................................................................. 1
1.2. Rumusan masalah............................................................................. 7
1.3. Tujuan .............................................................................................. 7
1.4. Manfaat ............................................................................................ 7

BAB II TINJAUAN TEORITIS ............................................................. 9

2.1. Sectio Caesarea (SC)........................................................................ 9


2.2. Konsep nyeri .................................................................................... 11
2.3. Asuhan Keperawatan pada Pasien Post SC...................................... 19
2.4. Teknik Relaksasi Genggam Jari....................................................... 38

BAB III LAPORAN KHUSUS............................................................... 41

3.1. Pengkajian........................................................................................ 41
3.2. Diagnosa Keperawatan..................................................................... 49
3.3. proses Keperawatan ......................................................................... 50

BAB IV PEMBAHSAN.......................................................................... 58

4.1. Asuhan Keperawatan pada Ny. A P1A0 Post SC Hari Kedua......... 58


4.2. Penerapan Teknik Relaksasi Genggam Jari ..................................... 60
4.3. Analisis Terapi Teknik Relaksasi Genggam Jari ............................. 61

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN.................................................. 63

5.1. Kesimpulan ...................................................................................... 63


5.2. Saran................................................................................................. 63

DAFTAR PUSTAKA ............................................................................. 65

viii
DAFTAR TABEL
Tabel 2.1 Perencanaan ........................................................................... 33
Tabel 3.1 Acitivity Daily Living Ny. A .................................................. 43

Tabel 3.2 Hasil Laboratorium ................................................................ 47

Tabel 3.3 Terapi ..................................................................................... 48


Tabel 3.4 Analisa Data............................................................................ 48
Tabel 3.5 Proses Keperawatan ............................................................... 50

Tabel 3.6 Catatan Perkembangan ........................................................... 53

ix
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1 Numerical Rating Scale ...................................................... 14

Gambar 2.2 Skala Nyeri Wajah .............................................................. 15

Gambar 2.3 Skala Nyeri Bourbinais ....................................................... 15

x
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 : Lembar Konsultasi
Lampiran 2 : Analisa Jurnal
Lampiran 3 : SOP Teknik Relaksasi Genggam
Jari Lampiran 4 : Dokumentasi

xi
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang

Persalinan Menurut Arda D dan Hartaty (2021) merupakan proses


yang terjadi dimulai dari terbukanya leher rahim hingga proses keluarnya
bayi, serta plasenta melalui jalan lahir (rahim). Persalinan dibagi dalam
tiga jenis yaitu : persalinan normal, persalinan buatan, dan persalinan
anjuran/induksi. Persalinan adalah proses persalinan yang melalui vagina
(pervaginam). Persalinan anjuran atau induksi terjadi setelah pemecahan
ketuban, pemberian pitocin atau prostaglandin, sedangkan persalinan
buatan adalah persalinan dengan bantuan tenaga dari luar misalnya
dengan forceps atau Sectio Caesarea (SC). Tindakan SC dilakukan untuk
mencegah kematian janin maupun ibu yang dikarenakan bahaya atau akan
terjadi komplikasi apabila ibu melahirkan secara pervaginam. Sectio
caesarea (SC) atau biasa disebut operasi sesar merupakan salah satu
tindakan persalinan untuk mengeluarkan bayi melalui sayatan pada
abdomen/ laparotomi dan uterus/ histerotomi. Meskipun memiliki risiko
komplikasi, terkadang SC merupakan cara terbaik untuk menjaga
keselamatan ibu dan melahirkan janin dengan selamat (Darmawan
Josephine, (2022) 1, https://www.alomedika.com/tindakan-
medis/obstetrik-daginekologi/sectio-caesarea, diperoleh tanggal 04
Februari 2023).

1
2

Operasi Sectio Caesarea (SC) Menurut World Health Organization


(WHO), menyatakan standar dilakukan operasi SC sekitar 5-15%. Data
WHO dalam Global Survey on Maternal and Perinatal Health
menunjukkan sebesar 46,1% dari seluruh kelahiran dilakukan melalui SC
(World Health Organization, 2019). Berdasarkan data RISKESDAS tahun
2018, jumlah persalinan dengan metode SC di Indonesia sebesar 17,6%.
Indikasi dilakukannya persalinan secara SC disebabkan oleh beberapa
komplikasi dengan persentase sebesar 23,2% diantaranya posisi janin
melintang/sunsang (3,1%), perdarahan (2,4%,) kejang (0,2%), ketuban
pecah dini 2 (5,6%), partus lama (4,3%), lilitan tali pusat (2,9%), plasenta
previa (0,7%), plasenta tertinggal (0,8%), hipertensi (2,7%), dan lainnya
(4,6%) (Kementerian Kesehatan RI, 2018).
Menurut data SKDI (Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia)
tahun 2017, menyatakan angka kejadian persalinan di Indonesia dengan
metode SC sebanyak 17% dari total jumlah kelahiran di fasilitas
kesehatan. Hal ini menunjukkan terjadi peningkatan angka persalinan
melalui metode SC (Kementerian Kesehatan RI, 2018).
Prevalensi tindakan SC pada persalinan sebesar 17,6 %, tertinggi di
wilayah DKI Jakarta 31,3% dan terendah di Papua 6,7%. Sedangkan di
Jawa Barat persalinan dengan tindakan SC yaitu 15,48%. Persentase ibu
yang melahirkan secara SC karena posisi janin melintang 3,57%,
perdarahan 2,85%, kejang 0,17%, ketuban pecah dini 6,31%, partus lama
4,08%, lilitan tali pusat 3,35%, plasenta previa 0,84%, plasenta tertinggal
0,96%, hipertensi 4,63%, dan lainnya 4,63% (Riset Kesehatan Dasar,
2018). Berdasarkan buku medical record ruangan terdapat angka Post
Sectio Caesarea di Ruang Melati 2A RSUD dr. Soekardjo sejumlah 258
pada bulan Juli sampai Desember pada tahun (2022).
3

Tindakan SC menyebabkan terputusnya kontinuitas jaringan


dengan adanya luka tersebut, akan merangsang nyeri yang disebabkan
jaringan luka mengeluarkan prostaglandin dan leukotriens yang
merangsang susunan saraf pusat, serta adanya plasma darah yang akan
mengeluarkan plasma extravasation sehingga terjadi edema dan
mengeluarkan bradidikin yang merangsang susunan saraf pusat, kemudian
diteruskan ke spinal cord untuk mengeluarkan impuls nyeri. Nyeri akan
menimbulkan berbagai masalah, baik masalah fisik maupun psikologis.
Masalah-masalah tersebut saling berkaitan Apabila masalah-masalah
tersebut tidak segera diatasi akan menimbulkan masalah yang kompleks
(Abasi, 2017).
Salah satu untuk menangani masalah yang timbul setelah
post SC tersebut dengan memberikan manajemen nyeri non farmakologi.
Manajemen nyeri non farmakologis yang dapat dilakukan sebanyak yang
terpenting meningkatkan kenyamanan pasien diantaranya terapi music,
teknik meditasi, pijat reflex, obat herbal, hipnotis, terapi sentuh, message
dan teknik relaksasi. Salah satu teknik relaksasi yaitu genggam jari yang
dapat memberikan efek untuk mengurangi rasa nyeri sambil menarik
nafas dalam dapat memberikan keteangan pikiran, mengontrol emosi,
melancarkan aliran dalam darah, serta memberikan pengontrolan diri pada
individu ketika terjadi rasa tidak nyaman atau nyeri (Dolang Wiwin
Mariene, Pattipeilohy Diana Valencia 2018).
4

Genggam jari menurut hasil penelitian (Tyas Ayuning Dina dan


Sadanoer Maulina Ira (2019) menunjukan bahwa ada penurunan intensitas
nyeri sebelum dilakukan tindakan dengan sesudah tindakan yang tadinya
intensitas nyeri sedang 4 (1-10) menjadi ringan 3 (1-10). Hal ini
disebabkan karena pengaruh dalam teknik relaksasi genggam jari yang
mengakibatkan pintu gerbang tertutup sehingga stimulus nyeri terhambat
dan berkurang dengan tingkat nyeri sebelum diberikan intervensi rata rata
nyeri berat dan setelah diberikan intervensi rata rata nyeri sedang.
Demikian pula penelitian Yulyana Nispi, Liansyi Yunia dan Savitri
Wewet (2020), menunjukan bahwa adanya penurunan intensitas nyeri
sebelum diberikan intervensi sebelum diberi teknik relaksasi genggam jari
rata rata 3,05 dan rata rata sesudah diberi teknik relaksasi genggam jari
0,77. Hal ini disebabkan karena teknik relaksasi genggam jari ada
pengaruh untuk menurunkan intensitas nyeri post SC.
Hasil penelitian Laila Ani, Novita Yessi, Sartika Yan, Susanti Ari
(2021) mengemukakan sebelum dilakukan intervensi didapatkan 6,05 dan
setelah dilakukan intervensi 1,50 diperoleh hasil (p value 0,000) 𝛼 <0,05
yaitu ada pengaruh teknik relaksasi genggam jari terhadao intensitas nyeri
pada pasien post SC. Hasil penelitian Wijayanti Endah, Ts Furry Riezky,
B Supriyadi (2022) mengemukakan sebelum dilakukan teknik relaksasi
genggam jari yaitu sebanyak 21 responden (65,6%). Setelah dilakukan
teknik relaksasi genggam jari berubah menjadi sebagian besar responden
mengalami nyeri ringan yaitu sebanyak 19 responden (59,4%) (p value =
0,000) ≤ 𝛼 = 0,5 dapat disimpulkan bahwa terdapat perbedaan yang
signitifikan antara intensitas nyeri sebelum dan sesudah diberikan
intervensi teknik relaksasi genggam jari karena pendampingan yang
diberikan membuat ibu lebih bisa meluapkan rasa emosional yang
dirasakan, ibu mempunyai teman untuk bercerita tentang keluahanya,
sehingga nyeri yang dirasakan ibu berkurang, ibu menjadi lebih semangat
dan berusaha untuk lebih cepat sembuh.
5

Hasil penelitian tersebut menunjukan bahwa teknik relaksasi genggam jari


dapat menurunkan intensitas nyeri pada ibu post SC karena teknik relaksasi ini
dapat mengendalikan dan mengembalikan emosi yang akan membuat tubuh
menjadi rileks. Perlakuan relaksasi genggam jari akan menghasilkan impuls yang
dikirim melalui serabut saraf aferen nosiseptor – non nosiseptor. Serabut saraf non
nosiseptor mengakibatkan “pintu gerbang” tertutup sehingga stimulus nyeri
terhambat dan berkurang (Brinks, 2019). Sebagaimana dijelaskan dalam Al –
Qur’an Surat Al Isra ayat 82, Yunus ayat 57 dan Insyirah ayat 1-8. Dimana
dengan membaca Al-Qur’an hati dan pikiran menjadi tenang. Sehingga kesiapan
mental untuk menjalani persalinan menjadi lebih siap dan lapang dada. Maka
persalinan pun berjalan lancar dan mudah.

Artinya : “Dan Kami turunkan dari Al Quran suatu yang menjadi penawar
dan rahmat bagi orang-orang yang beriman dan Al Quran itu tidaklah
menambah kepada orang-orang yang zalim selain kerugian”

Artinya: “Wahai manusia, sungguh telah datang kepadamu pelajaran (Al-


Qur’an) dari Tuhanmu, penyembuh bagi sesuatu (penyakit) yang terdapat
dalam dada, dan petunjuk serta rahmat bagi orang-orang mukmin.”
6

Artinya: “Bukankah Kami telah melapangkan untukmu dadamu?, dan Kami


telah menghilangkan daripadamu bebanmu, yang memberatkan punggungmu
dan Kami tinggikan bagimu sebutan (nama)mu, karena Sesungguhnya
sesudah kesulitan itu ada kemudahan, . Sesungguhnya sesudah kesulitan itu
ada kemudahan. Maka apabila kamu telah selesai (dari sesuatu urusan),
kerjakanlah dengan sungguh-sungguh (urusan) yang lain. dan hanya kepada
Tuhanmulah hendaknya kamu berharap”.

Data yang diperoleh melalui medical record ruangan terdapat angkat


Post Sectio Caesarea di Ruang Melati 2A RSUD dr Soekardjo sejumlah 258
pada bulan Juli sampai Desember pada tahun 2022. Dampak yang terjadi
setelah post SC, pasien akan mengalami nyeri pada luka operasi, pasien jadi
tidak berani bergerak karena takut dan nyeri sehingga pasien tidak mau untuk
beraktivias secara mandiri.
Peran perawat dalam menangani nyeri post SC sangatlah penting
sebagai salah satu pemenuhan bio psiko sosial spiritual terutama tindakan
secara mandiri yaitu manajemen nyeri non farmakologi dengan genggam jari.
Hasil penelitian pun telah banyak dilakukan dan terbukti efektif untuk
menurunkan intensitas nyeri, oleh karena itu peneliti tertarik untuk
menerapkan teknik relaksasi genggam jari untuk menurunkan intensitas nyeri
pada ibu post SC dengan pendekatan asuhan keperawatan.
7

1.2. Rumusan Masalah


Nyeri post SC merupakan keluhan utama yang sering dirasakan pasien
sebagai akibat terputusnya kontinuitas jaringan, sehingga pasien tidak
dapat melakukan aktivitas. Salah satu untuk mengatasi masalah tersebut,
dengan menerapkan manajemen non farmakologi yaitu teknik relaksasi
genggam jari. Hasil penelitian yang terkait dengan teknik relaksasi
genggam jari sudah banyak dan efektif untuk menurunkan intensitas nyeri,
namun penerapan langsung dalam asuhan keperawatan terutama diruang
postpartum RSUD Soekardjo Kota Tasikmalaya belum banyak sehingga
rumusan masalah ini bagaimana penerapan teknik relaksasi genggam jari
terhadap penurunan nyeri post sectio caesarea di Ruang melati 2A RSUD
dr. Soekardjo Kota Tasikmalaya?
1.3. Tujuan
1. Mampu melaksanakan proses keperawatan pada Ny A P1A0 Post SC
hari kedua di Ruang Melati 2A RSUD dr. Soekardjo Kota
Tasikmalaya.
2. Mampu menerapkan teknik relaksasi genggam jari pada Ny A P1A0
Post SC hari kedua di Ruang Melati 2A RSUD dr. Soekardjo Kota
Tasikmalaya.
3. Mampu menganalisis teknik relaksasi genggam jari pada Ny A P1A0
Post SC hari kedua di Ruang Melati 2A RSUD dr. Soekardjo Kota
Tasikmalaya.

1.4. Manfaat
1. Bagi Penulis
Menambah pengetahuan dan pengalaman dalam penerapan asuhan
keperawatan Maternitas terutama terapi Teknik Relaksasi Genggam
Jari sebagai salah satu alternative non farmakologis untuk mengatasi
nyeri post SC.
2. Bagi RSUD dr Soekardjo Kota Tasikmalaya
Untuk meningkatkan pelayanan keperawatan Maternitas, dapat
dijadikan salah satu sumber dalam penerapan terapi Teknik Relaksasi
8

Genggam Jari sebagai salah satu alternative untuk mengatasi nyeri


post SC non farmakologis selain non farmakologis lainnya yang
sering dilakukan perawat
3. Bagi Ruang Melati 2A
Sebagai bahan masukan dan informasi bagi perawat yang ada di
Ruang Melati 2A dalam upaya meningkatkan pelayanan keperawatan
Maternitas, khususnya pada kasus post SC.
4. Bagi Profesi Keperawatan
Sebagai bahan referensi dalam mengatasi nyeri post SC non
farmakologis selain terapi non farmakologis lainnya
5. Bagi Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Muhammdiyah
Tasikmalaya
Sebagai refrensi untuk menerapkan terapi Teknik Relaksasi Genggam
Jari sebagai salah satu alternative penanganan nyeri non farmakologis
pada pasien post SC dalam melakukan perawatan klien baik di rumah
sakit maupun di masyarakat
BAB II
TINJUAN
TEORITIS
2.1 Sectio Caesarea (SC)
1. Pengertian
SC adalah suatu pembedahan guna melahirkan anak lewat insiasi
pada dinding abdomen dan uterus (Oxorn dan Wiliam 2010) dalam
Verycha 2014). SC adalah suatu cara melahirkan janin dengan membuat
sayatan pada dinding uterus melalui dinding depan perut (Amin dan
Hardhi, 2013). Sedangkan menurut (Jitowiyono, 2010) SC adalah suatu
persalinan buatan dimana janin melahirkan melalui insiasi pada dinding
depan perut dan dinding rahim dengan syarat rahim dengan keadaan
utuh serta berat janin diatas 500 gram.
SC adalah tindakan pembedahan dengan melakukan sayatan pada
dinding abdomen dan dinding uterus bertujuan untuk mengeluarkan
janin dengan berat diatas 500 gram.
2. Etiologi
Etiologi SC terbagi menjadi dua macam yaitu :
a. Etiologi yang berasal dari ibu
Yaitu pada primigravida dengan kelainan letak, primi para
tua disertai kelainan letak, ada disporprsi srfalo pelvik (disproporsi
janin/panggul), ada sejarah kehamilan persalinan yang buruk,
terdapat kesempitan panggul, plasenta previa terutama
primigravida, solutsio plasenta tingkat 1-2 komplikasi kehamilan
yaitu preklamsi-eklampsia atas permintaan, kehamilan yang
disertai penyakit (Jantung, DM), gangguan perjalanan persalinan
(Kista ovarium, mioma uteri dan sebagainya).

9
10

b. Etiologi yang berasal dari janin


Gawat janin, mal presentasi dan mal posisi, kedudukan
janin, prolapsus tali pusat dengan pembukaan kecil, kegagalan
persalinan vakum atau porseps ekstraksi. Menurut amin dan hardi
(2013) dalam (Verycha 2014).
3. Jenis – Jenis Sectio Caesarea (SC)
Ada dua jenis SC yaitu :
a. Sayatan melintang
Sayatan pembedahan dilakukan dibagian bawah rahim (SBR).
Sayatan melintan dimulai dari ujung atau pinggir selangkangan
diatas batas rambut kemaluan sepanjang sekitar 10-14 cm.
keuntungannya adalah perut pada rahim kuat sehingga cukup kecil
resiko menderita tupture uteri (robek rahim) dikemudian hari. Hari
ini karena pada masa nifas, segemen bawah rahim tidak banyak
menglami kontraksi sehingga luka operasi dapat sembuh lebih
sempurna.
b. Sayatan memanjang
Meliputi sebuah pengirisan memanjang dibagian tangan yang
memberikan suatu ruang yang lebih besar untuk mengeluarkan
bayi namun jenis ini kini jarang dilakukan karena jenis ini rentan
terhadap komplikasi Desriva (2011) dalam (Verycha, 2014).
4. Resiko Dilakukan Tindakan Sectio Caesarea (SC)
Resiko yang mungkin dialami oleh wanita yang melahirkan secara
operasi yang dapat mengakibatkan cedera pada ibu dan bayi :
a. Alergi
Biasanya ini terjadi pada pasien yang alergi terhadap obat
tertentu. Penggunaan obat pada pasien SC lebih banyak dengan
cara melahirkan secara normal. Jenis obat yang diberikan beragam
mulai dari obat antibiotik, obat pembiusan, penghilang rasa sakit
dan beberapa infusan.
11

b. Pendarahan
Pendarahan dapat diakibatkan terbentuknya bekuan –
bekuan darah pada pembuluh darah baik kaki dan rongga panggul.
c. Cedera pada organ lain
Jika tidak dilakukan dengan hati hati, kemungkinan
pembedahan dapat mengakibatkan terlukanya organ lain seperti
rectum atau kandung kemih. Penyembuhan bekas luka yang tidak
sempurna dapat menyebabkan infeksi pada organ rahim atau
kandung kemih.
d. Demam
Kadang demam setelah operasi tidak dapat dijelaskan
penyebabnya, namun biasanya terjadi karena infeksi.
e. Mempengaruhi produksi ASI
Efek pembiusan bisa mempengaruhi ASI jika dilakukan
pembiusan total (narkose). Akibatnya, kolestrum tidak bisa
dinikmati bayi dan bayi tidak dapat segera menyusui begitu iya
dilahirkan namun apabila dilakukan dengan pembiusan regional
tidak banyak mempengaruhi produksi ASI.
f. Sulit pendekatan kepada bayi
Perempuan yang melahikran melalui SC mempunyai
perasaan negatif setelah menjalani SC tanpa memperhatikan
kepuasan terhadap operasi. Sehingga ibu yang melahirkan secara
SC biasanya sulit dekat dengan bayinya bahkan jarang bisa
menyusui dibandingkan dengan melahirkan normal. Karena rasa
tidak akibat tindakan sectio caesarea. Salfariani (2012).
2.2 Konsep Nyeri
1. Pengertian
Nyeri merupakan kondisi beruapa perasaan tidak menyenangkan
bersifat sangat subjektif, karena perasaan nyeri berbeda pada setiap
orang dalam hal skala atau tingkatnya, dan hanya orang tersebutlah
12

yang dapat menjelaskan atau mengebaluasi rasa nyeri yang dialaminya


(Hidayat, 2006 dalam Kiftiyah dan Kurnia, 2017).
2. Proses Nyeri
Proses seseorang dalam menghadapi nyeri terjadi dalam 4 tahap yaitu :
a. Transduksi
Adalah suatu proses dimana akhiran saraf eferen
menerjemahkan stimulus (misalnya tusukan jarum) ke dalam
impuls nosispeptif. Ada tiga tipe serabut saraf yang terlibat dalan
proses ini yaitu serabut A-beta, A-delta, dan C. serabut ini
berespon secara maksimal terhadap stimulasi non noksius
dikelompokkan sebagai serabut penghantar nyeri atau nosiseptor.
b. Tranmisi
Adalah suatu proses dimana impulas disalurkan menuju
kornu dorsalis medulla spinals, kemdian sepanjang traktus
sensorik menuju otak. Neuron aferen primer merupakan pengirim
dan penerima aktif dari sinyal elektrik dan kimiawi. Akosanya
berakhir di kornu dorsalis medula spinalis dan selanjutnya
berhubungan dengan banyak neuron spinal.
c. Modulasi
Adalah proses amplifikasi sinyal neural terkait nyeri (pain
related neural signals). Proses ini terutama terjadi di kornu
dorsalis medula spinalis dan mungkin juga terjadi di level lainnya.
Serangkaian reseptor opioid seperti mu, kappa, dan delta dapat
ditemukan berasal dari korteks frontalis, hipotalamus dan area
otak lainnya ke otak tengah (midbrain) dan medula oblongata
selanjutnya menuju medula spinalis. Hasil dari proses inhibisi
desendens ini adalah penguatan atau bahkan penghambatan (blok)
sinyal nosiseptif di kornu dorsalis.
d. Persepsi nyeri
Adalah kesadaran akan pengalaman nyeri, persepsi
merupakan hasil dari interkasi proses tranduksi, tranmisi,
13

modulasi, aspek prikologis, dan karakteristik individu lainnya.


Reseptor nyeri adalah organ tubuh yang berfungsi untuk menerima
rangsangan nyeri. Organ tubuh yang berperan sebagai reseptor
nyeri adalah ujung syaraf bebas dalam kulit yang berespon hanya
terhadap stimulus kuat yang secara potensial meruksal. Reseptor
nyeri disebut juga Nociseptor. Secara anatomis, reseptor nyeri
(nociseptor) ada bermiyelin dan ada juga yang tidak bermiyelin
dari syaraf eferen (Tamsuri 2006 dalam Badrudin, 2017).
3. Jenis – Jenis Nyeri
Secara umum nyeri dibagi menjadi dua yaitu :
a. Nyeri Akut
Nyeri akut merupakan nyeri yang berlangsung dari
beberapa detik hingga kurang dari 6 bulan biasanya dengan awitan
tiba tiba dan umunya berkaitan dengan cidera fisik. Nyeri akut
mengindikasikan bahwa kerusaksn atau cidera telah terjadi. Jika
kerusakan tidak lama terjadi dan tidak penyakit siskemik, nyeri
akut biasanya menurun sejalan dengan terjadinya penyembuhan.
(Meliala dan Suryamiharha, 2007 dalam Tanjung, 2016).
b. Nyeri Kronis
Nyeri kronik merupakan nyeri konstan atau intermitern
yang menetap sepanjang suatu periode waktu. Nyeri ini
berlangsung diluar waktu penyembuhan yang diperkirakan dan
sering tidak dapat dikatakan dengan penyebab atau cidera fisik.
Nyeri kronik dapat tidak memiliki awitan yang ditetapkan dengan
tepat dan sering sulit untuk diobati karena biasanya nyeri ini sering
tidak memberikan respon terhadap pengobatan yang diarahkan
pada penyebabnya. Nyeri kronik ini juga di definisikan sebagai
nyeri yang berlangsung selama 6 bulan atau lebih, meskipun 6
blan merupakan suatu periode yang dapat berubah untuk
membedakan nyeri akut dan nyeri kronik (Strong, dkk 2002,
Potter & Perry, 2005 dalam Tanjung 2016).
14

Berdasarkan lokasinya dibedakan menjadi 3 yaitu :


1) Nyeri ferifer
Nyeri ini ada tiga macam yaitu :
a) Nyeri superfisial (nyeri yang muncul akibat rangsangan
pada kulit dan mukosa).
b) Nyeri visceral (nyeri yang muncul akibat stimulasi dari
reseptor nyeri di rongga abdomen, cranium dan toraks)
c) Nyeri alih yaitu nyeri yang dirasakan pada daerah lain
yang jauh dari penyebab nyeri.
2) Nyeri sentral, nyeri yang muncul akibat stimulasi pada medulla
spinalis, batang otak dan talamus.
3) Nyeri psikogenik, nyeri yang tidak diketahui penyebab
fisiknya. Dengan kata lain nyeri ini timbul akibat pikiran si
penderita itu sendiri (Sulistyo, 2013).
4. Penilaian Intensitas Nyeri
a. Skala Penilaian Numerik (NRS)
Skala penilaian numerik atau numeric rating scale (NRS) lebih

digunakan sebagai pengganti alat pendeskripsi kata. Klien menilai


nyeri dengan menggunakan skala 0 -10 (Meliala & Suryamiharja,
2007 dalam Tanjung 2016).
Gambar 2.1 Numerical Rating Scale

b. Skala Nyeri Wajah


Skala nyeri wajah terdiri atas enam wajah dengan profil kartun
yang menggambarkan wajah yang sedang tersenyum (tidak merasa
nyeri), kemudian secata bertahap meningkat menjadi wajah kurang
bahagia, wajah yang sangat sedih sampai wajah yang sangat
15

ketakutan (nyeri yang sangat). (Potter & Perry, 2006 dalam


Tanjung 2016).
Gambar 2.2 Skala Nyeri Wajah

c. Skala Nyeri Bourbinais


Berdasarkan penilaian objektif Ellen (2000 dalam Handayani &
Pronamo, 2012). Yaitu :
Gambar 2.3 Skala Nyeri Bourbinais

Keterangan :
Semakin besar nilai, maka semakin besar intensitas nyerinya :
1) Skala 0 = tidak nyeri
2) Skala 1 – 3 = nyeri ringan
Secara objektif klien dapat berkomunikasi dengan baik,
tindakan manual dirasakan sangat membantu
3) Skala 4 – 6 = nyeri sedang
Secara objektif klien mendesis, menyeringi, dapat
menunjukan lokasi nyeri dengan tepat dan dapat
mendeskripsikan nyeri, klien dapat mengikuti perintah dengan
baik dan reponsif terhadap tindakan manual.
4) Skala 7 – 9 = nyeri berat
Secara objektif terkadang klien dapat mengikuti perintah tapi
masih responsif terhadap tindakan manual, dapat menunjukan
lokasi nyeri tapi tidak dapat mendeskripsikannya, tidak dapat
dilatasi dengan alih posisi, nafas panjang destruksi dll.
16

5) Skala 10 = nyeri sangat berat (panik tidak terkontrol)


Secara objektif klien tidak mau berkomunikasi dengan baik
berteriak dan histeris, klien tidak dapat mengikuti perintah
lagi, selalu mengejan tanpa dapat dikendalikan, menarik –
narik apa saja yang tergapai, dan tidak dapat menunjukan
lokasi nyeri.
5. Faktor – faktor yang mempengaruhi nyeri
a. Usia
Usia mempengaruhi seseorang berekasi terhadap nyeri.
Sebagai contoh anak – anak kecil yang belum dapat mengucapkan
kata – kata mengalami kesulitan dalam mengungkapkan secara
verbal dan mengekspresikan rasa nyerinya, sementara lansia
mungkin tidak akan melaporkan nyerinya dengan alasan nyeri
merupakan sesuatu yang harus mereka terima (Potter & Perry,
2006 dalam Andari, 2015).
b. Jenis Kelamin
Secara umum jenis kelamin pria dan wanita tidak berbeda
secara bermakna dalam merespon nyeri. Beberapa kebudayaan
mempengaruhi jenis kelamin misalnya ada yang menganggap
bahwa seseorang anak laki laki harus berani dan tidak boleh
menangis sedangkan seorang anak perempuan boleh menangis
dalam situasi yang sama (Rahadhanie dalam Andari, 2015).
c. Kebudayaan
Keyakinan dan nilai nilai budaya mempengaruhi individu
mengatasi nyeri, individu mempelajari apa yang diajarkan dan apa
yang diterima oleh kebudayaan mereka (Rahadhanie dalam
Andari, 2015).
d. Perhatian
Tingkat seseorang klien memfokuskan perhatiannya pada
nyeri dapat mempengaruhi persepsi nyeri. Perhatian nyeri
meningkat dihubungkan dengan nyeri yang meningkat. Sedangkan
17

upaya penglihatan (distraksi) dihubungkan dengan respon nyeri


yang menurun. Konsep ini merupakan salah satu konsep yang
perawat terapkan di berbagai terapi untuk menghilangkan nyeri,
seperti relaksasi, teknik imajinasi terbimbing (guided imaginary)
dan mesase, dengan memfokuskan perhatian dan konsentrasi klien
pada stimulasi yang lain, misalnya pengalihan pada sitraksi
(Fatmawati, 2011).
e. Ansietas
Ansietas seringkali meningkatkan persepsi nyeri. Namun
nyeri juga dapat menimbulkan ansietas. Stimulus nyeri
mengaktifikan bagian sistem limbik yang diyakini
mengendalikeun emosi seseorang khususnya ansietas (Wijarnoko,
2012).
f. Kelemahan
Kelemahan atau keletihan meningkatkan persepsi nyeri.
Rasa kelelahan menyebabkan sensasi nyeri semakin intensif dan
menurunkan kemampuan koping (Fatmawati, 2011).
g. Pengalaman Sebelumnya
Setiap individu belajar dari pengalaman nyeri. Apabila
individu sejak lama sering mengalami serangkaian episode nyeri
tanpa pernah sembuh maka ansietas atau rasa takut dapat muncul.
Sebaliknya jika individu mengalami jenis nyeri yang sama
berulang ulang tetapi nyeri tersebut dengan berhasil dihilangkan
akan lebih mudah individu tersebut menginterprestasikan sensasi
nyeri (Rahadhanie dalam Andari, 2015).
h. Gaya Koping
Gaya koping mempengaruhi individu dalam mengatasi
nyeri. Sumber koping indivdu diantaranya komunikasi dengan
keluarga, atau melakukan latihan atau menyanyi (Ekowati, 2012).
18

i. Dukungan Keluarga dan Social


Kehadiran dan sikap orang – orang terdekat sangat
mempengaruh untuk dapat memberikan dukungan, bantuan,
perlindungan dan meminimalkan ketakutan akibat nyeri yang
dirasakan, contohnya dukungan keluarga (suami) dapat
menurunkan nyeri kala I. hal ini dikarenakan ibu merasakan tidak
sendiri, diperhatikan dan mempunyai semangat yang tinggi
(Widjanarko, 2012).
j. Makna Nyeri
Individu akan berbeda – beda dalam mengpersepsikan nyeri
apabila nyeri tersebut memberi kesan ancaman, suatu kehialngan
hukuman dan tantangan. Misalnya seorang wanita yang bersalin
akan mempersepsikan nyeri yang berbeda dengan wanita yang
mengalami nyeri cidera kepala akibat dipukul pasanganya. Derajat
dan kualitas nyeri yang diperspsikan klien berhubungan dengan
makna nyeri (Potter & Perry, 2006).
6. Manajemen Nyeri
a. Pendekatan Farmakologi
Teknik farmakologi adalag cara yang paling efektif untuk
menghilangkan nyeri dengan pemberian obat – obatan pereda
nyeri teurtama untuk nyeri yang sangat hebat yang berlangsung
selama berjam – jam atau bahkan berhari – hari. Metode yang
paling umum digunakan untuk mengatasi nyeri adalah analgesic
(Strong, Unruh, Wright &Baxter, 2002). Menurut Smeltzer & Bare
(2002).
Ada tiga jenis alagesic yaitu :
1) Non – narkotik dan anti inflamasi nonsteroid (NSAID) :
menghilangkan nyeri ringan dan sedang. NSAID dapat sangat
berguna bagi pasien yang rentan terhadap efek pendepresi
pernafasan.
19

2) Analgesic narkotik atau opiad : analgesic ini umumnya


diresepkan untuk nyeri yang sedang sampai berat, seperti
nyeri pasca operasi. Efek samping dari opiad ini dapat
menyebabkan depresi pernafasan, sedasi, konstipasi, mual
muntah.
b. Pendekatan Non Farmakologi
Pendekatan non farmakologi yang di maksud adalah
intervensi keperawatan mandiri. Menurut Bangun & Nuraeni
(2013), yaitu dengan memberikan tindakan pereda nyeri yang
dapat dilakukan perawat secara mandiri tanpa tergantung pada
petugas medis lain dimana dalam pelaksanaaanya perawat dengan
peritmbangan dan keputusannya sendiri. Banyak pasien dan
anggota tim kesehatan cenderung untuk memandang obat sebagai
satu-satunya metode untuk menghilangkan nyeri. Namun banyak
aktivitas keperawatan nonfarmakologi yang dapat membantu
menghilangkan nyeri, metode pereda nyeri nonfarmakologi
memiliki resiko yang sangat rendah. Meskipun tindakan tersebut
bukan merupakan pengganti obat – obatan (Smeltzer & Bare, 2002
dalam Tanjung, 2016).
2.3 Asuhan Keperawatan pada Pasien Post SC
1. Pengkajian
Data saat pengkajian pada pasien dengan post SC, meliputi data
subjektif yang diperoleh melalui wawancara baik dari pasien maupun
keluarga dan data objektif yang diperoleh melalui observasi,
pemeriksaan fisik dengan teknik inspeksi, palpasi, perkusi dan
aulkustasi, pemeriksaan laboratorium dan pemeriksaan penunjang
lainnya.
a. Identititas klien
Meliputi nama, umur, agama, jenis kelamin, alamat, suku
bangsa, status perkawinan, pekerjaan, pendidikan, tanggal masuk
rumah sakit nomor register dan diagnosa keperawatan
20

b. Identitas Penanggung Jawab


Meliputi nama, umur, jenis kelamin, pendidikan, pekerjaan,
alamat serta hubungan dengan klien
c. Keluhan utama
Meliputi keluhan yang berhubungan dengan gangguan atau
penyakit saat ini keluhan yang dirasakan setelah operasi, keluhan
yang diungkapkan saat dilakukan pengkajian biasanya mengeluh
nyeri pada daerah perut. Keluhan ini dengan metode PQRST
d. Riwayat kesehatan
Riwayat pada saat sebelum inpartu didapatkan cairan ketuban
yang keluar pervaginam secara spontan kemudian tidak dikuti
tanda tanda persalinan.
e. Riwayat kesehatan dahulu
Penyakit kronis atau menular dan menurun seperti jantung,
hipertensi, DM, TBC, hepatitis, penyakit kelamin dan abortus.
f. Riwayat kesehatan keluarga
Adakah penyakit keturunan dalam keluarga seperti jantung, DM,
HT, TBC, penyakit kelamin, abortus, yang mungkin penyakit
tersebut diturunkan kepada klien.
g. Pola Aktivitas Sehari - Hari
1) Pola Nutrisi
a) Makan
Menanyakan pola makan klien sebelum dan sesudah masuk
rumah sakit dari mulai frekuensi makan, porsi makan, ada
alergi makanan atau tidak, ada makanan pantangan tidak
dan gangguan dalam makan
b) Minum
Menanyakan pola minum klien sebelum dan sesudah
masuk rumah sakit dari mulai frekuensi minum, jumlah
yang diminum, jenis minuman apa aja yang diminum,
gangguan dalam minum
21

2) Eliminasi
a) Eliminasi BAB
Menanyakan pola eliminasi BAB klien sebelum dan
sesudah masuk rumah sakit dari mulai frekuensi BAB
dalam 1 hari berapa kali, Konsistensinya bagaimana cair
atau padat, warna, bau nya bagaimana dan gangguan dalam
BAB
b) Eliminasi BAK
Menanykan pola eliminasi BAK klien sebelum dan
sesudah masuk rumah sakit dari mulai frekuensi BAK
dalam 1 hari berapa kali, jumlah nya berapa, warna,
kekeruhannya dan ada gangguan atau tidak dalam BAK
3) Istirahat dan Tidur
Menanyakan Istirahat dan Tidur pada klien sebelum dan
sesudah masuk rumah sakit dari mulai Tidur siang jam lama,
Tidur malam jam lama, ada pengantar tidurnya atau tidak dan
ada gangguan atau tidak dalam mau istirahat tidur.
4) Personal Hygiene
a) Mandi
Frekuensi mandi dalam 1 hari berapa kali
b) Gosok Gigi
Frekuensi gosok gigi dalam 1 hari berapa kali
c) Cuci Rambut
Frekuensi cuci rambut dalam 1 minggu berapa kali
d) Gunting Kuku
Frekuensi gunting kuku dalam 1 minggu berapa kali
5) Aktivitas Secara Keseluruhan
Dibantu atau mandiri
h. Data Psikologis menurut RUBIN
Ada tiga adaptasi menurut RUBIN (2010) sebagai berikut :
1) Fase taking-in
22

Fase ini difokuskan pada ibu kebutuhan makanan, cairan


dan tidur. Tingkah laku ibu adalah pasif saat menerima
perawtaan fisik dan perhatian dari orang lain. Ibu tergantung
pada orang lain untuk memenuhi kebutuhannya. Rubin
menggambarkan ini sebagai fase pengasuhan dan perawatan
protektif yang bertahan lama 2 sampai 3 hari. Meningkatnya
perilaku ketergantungan ibu, ingin merawat dirinya sendiri.
Ibu banyak bertanya dan berbicara banyak tentang
pengalaman malehirkan.
Pada fase ini ciri ciri ibu seperti frekuensi tidur yang cukup,
nafsu makan berubah menjadi meningkat, mnceritakan
pengalaman kelahirnnya secara berulang ulang menunggu apa
yang disarankan dan apa yang diberikan. Disebut fase taking-
in karena selama waktu ini, ibu yang baru melahirkan masih
membutuhkan perlindungan dan perawatan pada orang lain
seperti perawat, fokus perhatian ibu terutama pada diri sendiri.
Pada fase ini ibu lebih mudah tersinggung dan cenderung
pasif terhadap lingkungannya disebabkan karena salah satu
fokus kelelahan
2) Fase Taking – hold
Fase ini timbul kebutuhan ibu untuk mendapatkan
perawatan dan penerimaan dari orang lain dan keinginan
untuk bisa melakukan segala sesuatu secara mandiri. Ibu
mulai terbuka untuk menerima pendidikan kesehatan bagi
dirinya dan juga bagi bayinya. Fase ini ibu merespon dengan
penuh semangat untuk memperoleh kesempatan berlajar dan
berlatih tentang cara perawatan bayi dan ibu memiliki
keinginan untuk merawat bayi secara langsung. Ibu akan
mulai fokus pada kebutuhan bayi melepaskan peran hamil,
mengambil peran sebagai ibu, tertarik untuk belajar merawat
bayi, mengalami periode kelelahan yang tinggi dan tuntutan
23

yang meningkat oleh bayi, mungkin mengalami baby blues


pada 3 hingga 4 hari persalinan selama fase ini
3) Fase Letting go
Fase Letting go (berjalan sendiri dilingkungannya), fase ini
merupakan fase menerima tanggung jawab akan peran
barunya yang berlangsung setelah 10 hari postpartum. Periode
ini biasanya setelah pulang ke rumah dan sangat dipengaruhi
oleh waktu dan perhatian yang diberikan oleh keluarga. Pada
saat ini ibu mengambil tugas dan tanggung jawab terhadap
perawatan bayi sehingga ia harus beradaptasi terhadap
kebutuhan bayi yang menyebabkan berkurangnya hak ibu
kebebasan dan hubungan sosial.
Komponen yang perlu dikaji pada adaptasi psikososial
yaitu pola pikir dan persepsi ibu postpartum seperti
pengetahuan cara pemberian ASI dan merawat bayi, rencana
pemberian ASI. Jenis kelamin yang diharapkan, siapa yang
akan membantu merawat bayi dirumah, kehamilan ini
diharpakan. Persepsi diri seperti apa yang dipikirkan saat ini,
harapan setelah menjalani perawatan, perubahan yang dirasa
setelah hamil. Konsep diri seperti gambaran diri bahasa sehari
hari, kejelasan bicara, relavan, mampu mengerti orang lain
(Sugiyono, 2017).
i. Data Pengetahuan Ibu Tentang Masa Nifas
1) Nutrisi
Ibu nifas membutuhkan nutrisi yang cukup, gizi seimbang,
terutama kebutuhan protein dan karbohidrat. Gizi pada ibu
menyusui sangat erat kaitannya dengan produksi air susu.
2) Ambulasi
Karena lelah setelah melahirkan, ibu harus istirahat, tidur
terlentang selama 8 jam pasca persalinan. Kemudian boleh
miring kiri kanan untuk mencegah terjadinya trombosis dan
24

tromboembli. Pada hari kedua dibolehkan duduk, hari ke


ketiga jalan jalan, dan hari ke empat dan lima sudah boleh
pulang. Mobilisasi diatas mempunyai variasi, bergantung pada
komplikasi persalinan, nifas dan sembuhnya luka-luka.
3) Eliminasi
a) Miksi
Pengeluaran air seni (urine) akan meningkat pada
24-28 jam peratama sampai sekitar hari ke lima setelah
melahirkan. Dalam 6 jam pertama postpartum, pasien
sudah harus buang air kecil.
b) Defekasi
Dalam 24 jam pertama, pasien juga sudah harus
buang air besar karena semakin lama feses bertahan dalam
usus maka akan semakin sulit baginya untuk buang air
besar secara lancar.
4) Menjaga Kebersihan Diri
a) Kebersihan alat genetalia
Setalah melahirkan biasanya perieum menjadi agak
bengkak/memar dan mungkin ada luka jahitan bekas
epiiotomi. Oleh sebab itu alat genetalita harus rajin untuk
dibersihkan sehabis BAK dan BAB.
b) Pakaian
Sebaiknya pakaian tersebut dari bahan yang mudah
menyerap keringat karena produksi keringat menjadi
banyak. Sebaiknya pakaian agak longgar dibagian dada
sehingga payudara tidak tertekan dan kering, demikian pula
pada pakaian dalam agar tidak terjadi iritasi pada daerah
sekitarnya karena lochea.
c) Kebersihan Rambut
Setelah melahirkan, ibu biasanya akan mengalami
kerontokan rambut akibat perubahan hormon sehingga
25

rambut lebih tipid. Perawatan rambut seperti kramas sangat


diperlukan dan menyisir rambut menggunakan sisir yang
halus dan lembut untuk mengurangi kerontokan.
d) Kebersihan kulit
Setelah persalinan, ekstra cairan tubuh akan dikeluarkan
lewat air seni dan keringat untuk menghilangkan
pembekakan. Ibu akan merasa jumlah keringet yang
berlebihan. Oleh sebab itu usahakan ibu untuk menjadi
lebih sering agar kulit ibu tetap kering.
5) Istirahat
Ibu postpartum sangat membutuhkan istirhat yang
berkualitas untuk memulihkan kembali keadaan fisiknya.
Keluarga disarankan untuk memberikan kesempatan kepada
ibu untuk beristirahat yang cukup sebagai persiapan untuk
energy menyusui bayinya nanti.
6) Seksual
Secara fisik, aman untuk melakukan hubungan seksual begitu
darah merah berhenti dan ibu dapat memasukan satu atau dua
jarinya kedalam vagina tanpa rasa nyeri. Banyak budaya dan
agama yang melarang untuk melakukan hubungan seksual
sampai masa waktu tertentu. Misalnya setelah 40 hari atau 6
minggu setelah kelahiran. Keputusan bergantung pada
pasangan yang bersangkutan.
e) Pemilihan pil KB
(1) Metode Amenorhea Laktasi (Mal)
MAL adalah kontrasepsi yang mengendalikan
pemberian ASI. MAL dapat dikatakan sebagai
kontrasepsi bla terdapat keadaan keadaan berikut :
(a) Menyusui secara penuh, tanpa susu formula dan
makanan pendamping
(b) Belum haid sejak masa nifas selesai
26

(c) Umur bayi kurang dari 6 bulan


(2) Pil Progestin (Mini Pil)
Metode ini cocok untuk digunakan oleh ibu menyusui
yang ingin memakai pil KB karena sangat efektif pada
masa laktasi. Efek samping utama adalah gangguan
perdarahan (perdarahan bercak atau perdarahan tidak
teratur).
(a) Mulai hari 1-5 siklus haid
(b) Diminum setai hari pada saat yang sama
(c) Bila ibu minum pil terhambat leboh dari 3 jam,
minumlah pil tersebut begitu diingat dan gunakan
metode pelindung selama 48 jam
(d) Bila ibu lupa 1-2 pil, minum segera pil yang
terlupa dan gunakan metode pelindung sampai
akhir bulan
(e) Bila tidak haid, mulailah paket baru sehari setelah
paket terakhir habis.
(3) Suntikan Progestin
Metode ini sangat efektif dan aman, dapat diapakai
oleh semua perempuan dalam usia produksi,
kembalinya keseuburan lebih lambat (rata rata 4
bulan), serta cocok untuk masa laktasi karena tidak
menekan produksi ASI.
(4) Kontrasepsi Implan
Kontrasepsi ini dapat dipakai oleh semua perempuan
dalam usia reproduksi dan efektif sampai pemasangan
5 tahun. Pemasangan dan pencabutan perlu pelatihan.
Kesuburan segera kembali setelah implan dicabut.
(5) AKDR
(a) Efektifitas tinggi
27

(b) Metode jangka panjang yaitu selama 10 tahun


pemasangan
(c) Tidak mempengaruhi hubungan seksual dan
meningkatkan kenyamanan seksual karena tidak
perlu takut hamil
(d) Tidak mempengaruhi produksi ASI
(e) Dapat dipasang setelah melahirkan dan sesudah
abortus
(f) Dapat digunakan sampai monopouse
(g) Tidak ada interaksi dengan obat obatan
(h) Reversible
(i) Dapat dipakai oleh semua perempuan usia
reproduksi

Beberapa kerugian dari pemakaian kontrasepsi ini


adalah sebagai berikut :

(a) Efek umum yang sering terjadi yaitu perubahan


siklus haid, haid lebih ama dan banyak
perndarahan spotting antramenstruasi saat haid
terjadi nyeri yang lebih
(b) Komplikasi lain seperti merasakan sakit dan
kejang selama 3-5 hari setelah pemasangan,
perforasi dinding uterus, pendarahan berat pada
waktu haid yang memungkinkan penyebab anemia
(c) Tidak mencegah IMS termasuk HIV/AIDS
(d) Tidak bisa digunakan pada perumpuan dengan
IMS atau perempuan yang sering gonta ganti
pasangan
(6) Senam Nifas
Ibu post partum dianjurkan untuk melakukan senam
nifas agar fungsi tubuh cepat kembali ke keadaan
28

sebelum hamil. Selain itu dapat mencegah tubuh ibu


dari keadaan yang tidak diinginkan seperti pendarahan
masa nifas dan tromboplebitis.
(7) Perawatan Payudara
Tujuan dari perawatan payudara adalah untuk merawat
payudara agar tudak terjadi pembekakan dan
bendungan ASI. Selain itu juga digunakan untuk
memperlancar produksi ASI.
(8) Bording Attachment
Suatu proses dimana sebagai hasil dari suatu interaksi
terus menerus antara bayi dan orang tua yang bersifat
saling mencintai, memberikan keduanya pemenuhan
emosional dan saling membutuhkan.
j. Pemeriksaan umum
Pemeriksaan umum menurut (Yuli, 2017) meliputi :
1) Keadaan umum
2) Keadaan umum biasanya lemah
3) Tingkat kesadaran
Apatis
4) Tanda tanda vital
a) Tekanan darah : Normal atau menurun <120/90 mmHg
b) Nadi : Nadi meningkat >80 x/menit
c) Respirasi : Respirasi meningkat
d) Suhu : Meningkat >37,5 ℃
k. Pemeriksaan Head to toe
Pemeriksaan fisik menurut (Yuli, 2017) adalah :
1) Kepala : meliputi bentuk wajah apakah simetris atau tidak,
keadaan rambut dan kedaan kulit kepala
2) Muka : terlihat pucat dan tampak menahan sakit
3) Mata : anemis atau tidak, dengan melihat konjungtiva
merah segar atau merah pucat, sklera putih atau kuning
29

4) Hidung : ada polip atau tidak, bersih atau kotor


5) Gigi : bersih atau kotor, ada karies atau tidak
6) Lidah : bersih atau kotor
7) Bibir : lembab atau kering
8) Telinga : bersih atau kotor, ada benjolan kelenjar tiroid atau
tidak
9) Dada : perlu dikaji kesimetrisan dada, ada tidaknya
retraksi intercosta, pernafasan tertinggal suara wheezing
ronchi bagaimana irama dan frekuensi pernafasan, bunyi
jantung
10) Payudara : perlu dikaji simetris atau tidak, kebersihan,
Bengkak atau tidak, nyeri tekan ada atau tidak, hipegmentasi
aerola, putting susu menonjol atau tidak, pengeluaran ASI.
11) Abdomen : ada tidaknya distensi abdomen, bagaiman dengan
luka operasi adakah kemerahan, edema, eqimosis, adakah
cairan yang keluar dan bagaimana penyatuan jaringan, berapa
tinggi fundus uterinya bagaimana kontraksi uterus, adakah
distensi kandung kemih, bagaimana dengan bising usus,
adakah nyeri tekan.
12) Genetalia : ada oedema atau tidak, adakah pengeluaran lochea
dan bagaimana warnanya
13) Ekstermitas: simetris atau tidak ada oedema atau tidak, tanda
homan refleks patella
2. Diagnosa Keperawatan
a. (D.0077) Nyeri Akut b/d Agen pencedera fisik d/d
Gejala dan Tanda Mayor
Subjektif : -
Objektif :
1) Tampak meringis
2) Bersikap protektif (mis waspada posisi menghindari nyeri)
3) Gelisah
30

4) Frekuemsi nadi meningkat


5) Sulit tidur
Gejala dan Tanda
Minor Subjektif : -
Objektif :
1) Tekanan darah meningkat
2) Pola nafas berubah
3) Nafsu makan berubah
4) Proses berpikir terganggu
5) Menarik diri
6) Berfokus pada diri sendiri
7) Diaforesis
b. (D.0111) Defisit Pengetahuan b/d Kurang terpapar informasi
d/d Gejala dan Tanda Mayor
Subjektif :
Menanyakan masalah yang dihadapi
Objektif :
1) Menunjukan perilaku tidak sesuai anjuran
2) Menunjukan persepsi yang keliru terhadap masalah
Gejala dan Tanda Minor
Subjektif : -
Objektif :
1) Menjalani pemeriksaan yang tidak tepat
2) Menunjukan perliaku berlebihan (mis apatis, bermusuhan,
agitasi, histeria)
c. (D.0029) Menyusui Tidak Efektif b/d Ketidakadekuatan suplai
ASI d/d
Gejala dan Tanda Mayor
Subjektif :
1) Kelalahan maternal
2) Kecemasan maternal
31

Objektif :
1) Bayi tidak mampu melekat pada payudara ibu
2) ASI tidak menetes/memancar
3) BAK bayi kurang dari 8 kali dalam 24 jam
4) Nyeri dan/atau lecet terus menerus setelah minggu
kedua Gejala dan Tanda Minor
Subjektif : -
Objektif :
1) Intake bayi tidak adekuat
2) Bayi menghisap tidak terus menerus
3) Bayi menangis saat disusui
4) Bayi rewel dan menangis dalam jam jam pertama setelah
menyusui
5) Menolak untuk menghisap
d. (D.0028) Menyusui Efektif b/d putting menonjol d/d
Gejala dan Tanda Mayor
Subjektif :
Ibu merasa percaya diri selama proses menyusui
Objektif :
1) Bayi melekat pada payudara ibu dengan benar
2) Ibu mampu memposisikan bayi dengan benar
3) Miksi bayi lebih dari 8 kali dalam 24 jam
4) Berat badan bayi meningkat
5) ASI menetes dan memancar
6) Suplai ASI adekuat
7) Putting tidak lecet setelah minggu
kedua Gejala dan Tanda Minor
Subjektif : -
Objektif :
1) Bayo tidur setelah menyusui
2) Payudara ibu kosong setelah menyusui
32

Objektif :
5) Bayi tidak mampu melekat pada payudara ibu
6) ASI tidak menetes/memancar
7) BAK bayi kurang dari 8 kali dalam 24 jam
8) Nyeri dan/atau lecet terus menerus setelah minggu
kedua Gejala dan Tanda Minor
Subjektif : -
Objektif :
6) Intake bayi tidak adekuat
7) Bayi menghisap tidak terus menerus
8) Bayi menangis saat disusui
9) Bayi rewel dan menangis dalam jam jam pertama setelah
menyusui
10) Menolak untuk menghisap
e. (D.0028) Menyusui Efektif b/d putting menonjol d/d
Gejala dan Tanda Mayor
Subjektif :
Ibu merasa percaya diri selama proses menyusui
Objektif :
1) Bayi melekat pada payudara ibu dengan benar
2) Ibu mampu memposisikan bayi dengan benar
3) Miksi bayi lebih dari 8 kali dalam 24 jam
4) Berat badan bayi meningkat
5) ASI menetes dan memancar
6) Suplai ASI adekuat
7) Putting tidak lecet setelah minggu
kedua Gejala dan Tanda Minor
Subjektif : -
Objektif :
3) Bayo tidur setelah menyusui
4) Payudara ibu kosong setelah menyusui
33

3. Perencanaan
Perencanaan tindakan keperawatan berdasarakan diagnosa yang muncul menurut Tim Pokja DPP PPNI (2017), dan Tim
Pokja DPP PPNI (2018) sebagai berikut :
Diagnosa Keperawatan Tujuan dan Kriteria Intervensi Keperawatan
No (SDKI) Hasil (SLKI) (SIKI)
(D.0077) Nyeri Akut b/d Tingkat Nyeri (L.08066) Intervensi Utama
Agenpencedera fisik d/d Setelah berikan asuhan keperawatan Manajemen Nyeri
Gejala dan Tanda selama (I.08238)
MayorSubjektif : - … x 24 jam diharapkan Tingakt Nyeri Observasi
Objektif : menurun dengan 1. Identifikasi lokasi, karakteristik,
a. Tampak meringis Kriteria Hasil : durasi,frekuensi, kualitas skala nyeri
b. Bersikap protektif (mis 1. Kemmapuan menuntaskan 2. Identifikasi skala nyeri
waspadaposisi menghindari aktivitasmeningkat (5) 3. Identifikasi respon nyerin non verbal
nyeri) 2. Keluhan nyeri menurun (5) 4. Identifikasi faktor yang memperberat
c. Gelisah 3. Meringis menurun (5) danmemperingan nyeri
d. Frekuemsi nadi meningkat 4. Sikap protektif menurun (5)
5. Identifikasi penegtahuan dan
1. e. Sulit tidur 5. Gelisah menurun (5)
6. Kesulitan tidur menurun (5) keyakinantentang nyeri
Gejala dan Tanda 6. Identifikasi pengaruh budaya
7. Menarik diri menurun (5)
MinorSubjektif : - terhadaprespon nyeri
8. Berfokus pada diri sendiri
Objektif : 7. Identifikasi pengaruh nyeri pada
a. Tekanan darah meningkat
menurun (5)
9. Diaforesis menurun (5) kualitashidup
b. Pola nafas berubah
10. Perasaan depresi menurun (5) 8. Monitor keberhasilan terapi
c. Nafsu makan berubah
d. Proses berpikir terganggu 11. Perasaan takut mengalami komplementeryang sudah dikerjakan
e. Menarik diri cederaberulang menrun (5) 9. Monitor efek samping
f. Berfokus pada diri sendiri 12. Pernierum terasa tertekan penggunaananalgetik
g. Diaforesis
menurun (5) Terapeutik
13. Uterus teraba membulat menuruj (5) 1. Berikan teknik nonfarmakologis untuk
14. Ketegangan otot menurun (5) mengurangi rasa nyeri (mis, TENS,
15. Frekuensi nadi membaik (5)
16. Pola nafas membaik (5)
hipnotis, akupresure, terapi musik,
17. Proses berpikir membaik (5) biofeedback, terapi pijat,
aromaterapi,
teknik imajinasi terbimbing,
kompres
34

18. Tekanan darah membaik (5) hangat atau dingin, terapi bermain)
2. Kontrol lingkungan yang memperberat
rasa nyeri (mis suhu ruangan,
Luaran Tambahan pencahayaan, kebisingan)
Kontrol nyeri meningkat dengan 3. Fasilitasi istrihat dan tidur
Kriteria Hasil : 4. Pertimbangkan jenis dan sumber nyeri
1. Melaporkan nyeri terkontrol dalam pemilihan strategi meredakan
meningkat (5) nyeri
2. Kemampuan mengenali onset Edukasi
nyeri meningkat (5) 1. Jelaskan penyebab periode dan pemicu
3. Kemampuan menggunakan teknik nyeri
non- farmakologis meningkat (5) 2. Jelaskan strategi meredakan nyeri
4. Dukungan orang terdekat meningkat (5) 3. Anjurkan memonitor nyeri secara mandiri
5. Keluhan nyeri menuurn (5) 4. Anjurkan menggunakan analgetik secara
6. Penggunaan analgesik menurun (5) tepat
5. Ajarkan teknik nonfarmakologis untuk
mengurango rasa nyeri
Kolaborasi
Kolaborasi pemberi analgetik, jika perlu

Intervensi Pendukung
Terapi Relaksasi (I.09326)
Observasi
1. Identifikasi penurunan tingkat energi,
ketidakmampuan berkonsentrasi atau
gejala yang menganggu kemampuan
kognitif
2. Identifikasi teknik relaksasi yang
pernah efektif digunakan
3. Identifikasi kesediaan, kemampuan
dan penggunaan teknik sebelumnya
4. Periksa ketagangan oto, frekuensi
nadi, tekanan darah dan suhu sebelum
dan sesudah latihan
5. Monitor respon terhadap terapi relaksasi
Terapeutik
1. Ciptakan lingkungan tenang dan tanpa
gangguan dengn pencahayaan dan satu
35
ruang nyaman jika memungkinkan
2. Berikan informasi tertulis tentang persiapan
36
dan prosedur teknik relaksasi
3. Gunakan pakaian longgar
4. Gunakan nada suara lembut dengan
irama lambat dan berirama
5. Gunakan relaksasi sebagai strategi
penunjang dengan analgetik atau
tindakan media lain jika sesuai
Edukasi
1. Jelaskan tujuan, manfaat batasan dan
jenis relaksasi yang tersedia (misal
musik, meditasi, nafas dalam, relaksasi
otot progresif)
2. Jelaskan secara rinci intervensi
relaksasi yang di pilih
3. Anjurkan mengambil posisi yang nyaman
4. Anjurkan rileks dan merasakan
sensasi relaksasi
5. Anjurkan sering mengulangi atau
melatih teknik yang dipilih
6. Demontrasikan dan latih teknik relaksasi
(misa nafas dalam, peregangan, atau
imajinasi terbimbing)
(D.0111) Defisit Pengetahuan b/d Tingkat Pengetahuan (L.12111) Intervensi Utama
Kurang terpapar informasi d/d Setelah berikan asuhan keperawatan selama Edukasi Kesehatan (I.12383)
Gejala dan Tanda … x 24 jam diharapkan Tingkat Observasi
Mayor Subjektif : pengetahuan membaik dengan 1. Identifikasi kesiapan dan kemampuan
Menanyakan masalah yang dihadapi Kriteria Hasil : menerima informasi
Objektif : 1. Perilaku sesuai anjuran verbalisasi 2. Identifikasi faktor faktor yang dapat
2. a. Menunjukan perilaku tidak sesuai minat dalam belajar meningkat (5) meningkatkan dan menurunkan motivasi
anjuran 2. Kemampuan menjelaskan pengetahuan perilaku hidup bersih dan sehat
b. Menunjukan persepsi yang keliru tentang suatu topik meningkat (5) Terapeutik
terhadap masalah 3. Kemampuan menggambarkan 1. Sediakan materi dan media pendidikan
Gejala dan Tanda pengalaman sebelumnya yang seusai kesehatan
Minor Subjektif : - dengan topik meningkat (5) 2. Jadwalkan pendidikan kesehatan sesuai
Objektif : 4. Perilaku sesuai dengan pengetahuan kesepakatan
3. Berikan kesempatan untuk bertanya
37

a. Menjalani pemeriksaan yang tidak meningkat (5) Edukasi


tepat 5. Pertanyaan tentang masalah yang 1. Jelaskan faktor resiko yang dapat
b. Menunjukan perliaku berlebihan dihadapi menurun (5) mempengaruhi kesehatan
(mis apatis, bermusuhan, agitasi, 6. Persepsi yang keliru terhadap masalah 2. Aharkan perlaku hidup bersih dan sehat
histeria) menrun (5) 3. Ajarkan srategi yang dapat digunakan
7. Menjalani pemeriksaan yang tidak untuk meningkatkan perilaku hidup bersih
tepat menurun (5) dan sehat

Intervensi Pendukung
Luaran Tambahan Manajemen Nyeri (I.08238)
Motivasi meningkat dengan Observasi
Kriteria Hasil : 1. Identifikasi lokasi, karakteristik, durasi,
1. Pikiran fokus masa depan frekuensi, kualitas skala nyeri
meningkat (5) 2. Identifikasi skala nyeri
2. Upaya menyusun rencana tindakan 3. Identifikasi respon nyerin non verbal
meningkat (5) 4. Identifikasi faktor yang memperberat dan
3. Upata mencari sumber memperingan nyeri
sesuai kebutuhan meningkat 5. Identifikasi penegtahuan dan keyakinan
(5) tentang nyeri
4. Upaya mencari dukungan 6. Identifikasi pengaruh budaya terhadap
sesuai kebutuhan meningkat (5) respon nyeri
5. Prilaku bertujuan meningkat (5) 7. Identifikasi pengaruh nyeri pada kualitas
6. Inisiatif meningkat (5) hidup
7. Harga diri positif meningkat (5) 8. Monitor keberhasilan terapi komplementer
8. Keyakinan positif meningkat (5) yang sudah dikerjakan
9. Berani mencari pengalaman baru 9. Monitor efek samping penggunaan
meningkat (5) analgetik
10. Penyelesaian tugas meningkat (5) Terapeutik
11. Pengambilan kesempatan 1. Berikan teknik nonfarmakologis untuk
meningkat (5) mengurangi rasa nyeri (mis, TENS,
12. Bertanggung jawab meningkat (5) hipnotis, akupresure, terapi musik,
biofeedback, terapi pijat,
aromaterapi, teknik imajinasi
terbimbing, kompres
hangat atau dingin, terapi bermain)
2. Kontrol lingkungan yang memperberat
38
rasa nyeri (mis suhu ruangan,
pencahayaan, kebisingan)
3. Fasilitasi istrihat dan tidur
4. Pertimbangkan jenis dan sumber nyeri
dalam pemilihan strategi meredakan
nyeri
Edukasi
1. Jelaskan penyebab periode dan pemicu
nyeri
2. Jelaskan strategi meredakan nyeri
3. Anjurkan memonitor nyeri secara mandiri
4. Anjurkan menggunakan analgetik secara
tepat
5. Ajarkan teknik nonfarmakologis untuk
mengurango rasa nyeri
Kolaborasi
Kolaborasi pemberi analgetik, jika perlu
(D.0029) Menyusui Tidak Efektif b/d Status Menyusui (L.03029) Intervensi Utama
Ketidakadekuatan suplai ASI d/d Setelah berikan asuhan keperawatan selama Edukasi Menyusui (I.12393)
Gejala dan Tanda Mayor … x 24 jam diharapkan Status menyusui Observasi
Subjektif : membaik dengan 1. Identifikasi kesiapan dan kemampuan
a. Kelalahan maternal Kriteria Hasil : menerima infromasi
b. Kecemasan maternal 1. Perlekatan bayi pada payudara ibu 2. Identifikasi tujuan atau keinginan
Objektif : meningkat(5) menyusui
a. Bayi tidak mampu melekat pada 2. Kemampuan ibu memposisikan bayi Terapeutik
payudara ibu dengan benar meningkat (5) 1. Sediakan materi dan media pendidikan
b. ASI tidak menetes/memancar 3. Miksi bayi lebih dari 8 jam per 24 jam kesehatan
c. BAK bayi kurang dari 8 kali dalam menigkat (5) 2. Jadwalkan pendidikan kesehatan sesuai
24 jam 4. Berat badan bayi tetesan/pancaran ASI kesepakatan
3.
d. Nyeri dan/atau lecet terus menerus meningkat (5) 3. Berikan kesempatan untuk bertanya
setelah minggu kedua 5. Suplai ASI adekuat meningkat (5) 4. Dukung ibu meningkatkan kepercayaan
Gejala dan Tanda 6. Putting tidak lecet setalah 2 minggu diri dalam menyusui
Minor Subjektif : - melahirkan meningkat (5) 5. Libatkan sistem pendukung suami,
Objektif : 7. Kepecayaan diri ibu meningkat (5) keluarga, tenaga kesehatan dan masyarakat
a. Intake bayi tidak adekuat 8. Bayi tidur setelah menyusu meningkat Edukasi
b. Bayi menghisap tidak terus (5) 1. Berikan konseling menyusui
menerus 9. Payudara ibu kosong setelah menyusu 2. Jelaskan manfaat menyusui bagi ibu dan
c. Bayi menangis saat disusui meningkat (5) bayi
d. Bayi rewel dan menangis dalam 10. Intake bayi meningkat (5) 3. Jelaskan 4 posisi menyusui dan perlekatan
jam jam pertama setelah 11. Hisapan bayi meningkat (5) (Lacth on) dengan benar
menyusui 12. Lecet pada putting menurun (5) 4. Ajarkan perawatan payudara anterpartum
39
e. Menolak untuk menghisap
40
13. Kelalahan maternal menurun (5) dengan mengkompres dengan kapas yang
14. Kecemasan maternal menurun (5) telah diberikan minyak kelapa
15. Bayi rewel menurun (5) 5. Ajarkan perawatan payudara postpartum
16. Bayi menangis setelah (mis memerah ASI, pijat payudara, pijat
menyusuimenurun (5) oksitosin)
Luaran Tambahan Intervensi Pendukung
Perlekatan meningkat dengan Promosi Kesiapan Penerimaan Informasi
Kriteria Hasil :
1. Mempraktekan prilaku sehat (I.12470)
selama hamil meningkat (5) Observasi
2. Menyiapkan perlengkapan bayi 1. Identifikasi informasi yang akan
sebelum lahiran meningkat (5) di sampaikan
3. Verbalisasi perasaan positif i 2. Identifikasi pemhaman tentang
terhadap bayi meningkat (5) kondisi kesehatan saat ini
4. Mencium bayi meningkat (5) 3. Identifikasi kesiapan menerima informasi
5. Tersenyum kepada bayi meningkat (5) Terapeutik
6. Melakukan kontaj mata dengan 1. Lakukan penguatan potensi pasien
bayi meningkat (5) dan keluarga untuk menerika
7. Berbicara kepada bayi meningkat (5) informasi
8. Bermain dengan bayi meningkat (5) 2. Libatkan pengambilan keputusan dalam
9. Berespon sarat pada bayi meningkat (5)
keluarga untuk menerima informasi
10. Menghibur bayi meningkat (5)
3. Fasilitasi mengenali kondisi tubuh yang
11. Menggoda bayi untuk menyusui
meningkat (5) membutuhkan layanan keperawatan
12. Mempertahankan bayi bersih 4. Dahulukanm menyampaikan informasi
meningkat (5) baik (positif) sebelum menyampaikan
13. Bayi menatap orang tua meningkat (5) informasi baik (negatif) terkait
14. Kehwatiran menjalankan peran orang kondisi pasien
tua menurun (5) 5. Berikan nomor kontak yag dapat di
15. Konflik hubungan orang tua dan hubungkan jika membutuhkan
bayi menurun (5) bantuan
16. Khawatir akibat hospitalisasi 6. Catat identtas dan nomor kontak
menurun (5) pasien untuk mengingatkan atau
17. Penghalang fisik menurun (5) follow up kondisi pasien
18. Penyalahgunaan zat menurun (5) 7. Fasilitasi akses pelayanan pada saat
dibutuhkan
Edukasi
1. Berikan informasi berupa alur, leafleat
atau gambar untuk memudahkan
pasien mendapatkan informasi
kesehatan
2. Anjurkan keluarga mendampingi asien
41
selama fase akut progresif atau terminal
jika memungkinkan
42

(D.0028) Menyusui Efektif b/d putting Status Menyusui (L.03029) Intervensi Utama
menonjol d/d Setelah berikan asuhan keperawatan selama Konseling Laktasi (I.03093)
Gejala dan Tanda … x 24 jam diharapkan Status menyusui Observasi
Mayor Subjektif : membaik dengan 1. Identifikasi keadaan emosional ibu saat
Ibu merasa percaya diri selama proses Kriteria Hasil : akan dilakukan konseling menyusui
menyusui 17. Perlekatan bayi pada payudara ibu 2. Identifikasi keinginan dan tujuan menyusui
Objektif : meningkat(5) 3. Identifikasi permasalahan yang ibu alami
a. Bayi melekat pada payudara ibu 18. Kemampuan ibu memposisikan bayi selama proses menyusui
dengan benar dengan benar meningkat (5) Terapeutik
b. Ibu mampu memposisikan bayi 19. Miksi bayi lebih dari 8 jam per 24 jam 1. Gunakan teknik mendengarkan aktif (mis
dengan benar menigkat (5) duduk sama tinggi, dengarkan
c. Miksi bayi lebih dari 8 kali dalam 20. Berat badan bayi tetesan/pancaran ASI permasalahan ibu)
24 jam meningkat (5) 2. Beriakan pujian terhadap perilaku ibu yang
4. d. Berat badan bayi meningkat 21. Suplai ASI adekuat meningkat (5) benar
e. ASI menetes dan memancar 22. Putting tidak lecet setalah 2 minggu Edukasi
f. Suplai ASI adekuat melahirkan meningkat (5) Ajarkan teknik menyusui yang tepat sesuai
g. Putting tidak lecet setelah minggu 23. Kepecayaan diri ibu meningkat (5) kebutuhan ibu
kedua 24. Bayi tidur setelah menyusu meningkat
Gejala dan Tanda (5) Intervensi Pendukung
Minor Subjektif : - 25. Payudara ibu kosong setelah menyusu Pijat Laktasi (I.03134)
Objektif : meningkat (5) Observasi
a. Bayo tidur setelah menyusui 26. Intake bayi meningkat (5) 1. Monitor kondisi mamae dan puting
b. Payudara ibu kosong setelah 27. Hisapan bayi meningkat (5) 2. Identifikasi keinginan ibu untuk menyusui
menyusui 28. Lecet pada putting menurun (5) 3. Identifikasi pengetahuan ibu tentang
c. Bayi tidak rewel dan menangis 29. Kelalahan maternal menurun (5) menyusui
setelah menyusui 30. Kecemasan maternal menurun (5) Terapeutik
31. Bayi rewel menurun (5) 1. Posisikan ibu dengan nyaman
32. Bayi menangis setelah 2. Pijat mlai dari kepala, leher,
menyusuimenurun (5) bahu, punggung dan payudara
3. Pijat dengan lembut
Luaran Tambahan
Status Nutri Bayi membaik dengan 4. Pijat secara melingkar
Kriteria Hasil : 5. Pijat secara rutin setiap hari
1. Berat badan bayi meningkat (5) 6. Dukung ibu mrningkatkan kepercayaan
2. Panjang baik meningkat (5) diri dalam menyusui dengan memberikan
3. Kulit kuning menurun (5) pujian terhadap perilaku positif ibu
4. Membran mukosa menurun (5) 7. Libatkan suami dan keluarga
43
5. Bayi cengeng menurun (5) Edukasi
6. Kesulitan makan menurun (5) 1. Jelaskan tujuan dan prosedur tindakan
7. Alergi makanan menurun (5) 2. Jelaskan manfaat tindakan
8. Pola makan membaik (5)
9. Tebal lipatan kulit membaik (5)
10. Proses tumbuh kembang membaik (5)
11. Lapisan lemak membaik (5)
(D.0142) Resiko Infeksi dibuktikan Tingkat Infeksi (L.14137) Intervensi Utama
dengan faktor efek prosedur invasif Setelah berikan asuhan keperawatan selama Pencegahan Infeksi (I.14539)
… x 24 jam diharapkan Tingkat infeksi Observasi
dengan Monitor tanda dan gejala infeksi lokal dan
Kriteria Hasil : sistemik
1. Kebersihan tangan meningkat (5) Terapeutik
2. Kebersihan badan meningkat (5) 1. Batasi jumlah pengunjung
3. Nafsu makan meningkat (5) 2. Berikan perawatam kulit pada area edema
4. Demam menurun (5) 3. Cuci tangan sebelum dan sesudah kontak
5. Kemerahan menurun (5) dengan pasien dan lingkungan pasien
5. 6. Nyeri menurun (5) 4. Pertahankan teknik aseptik pada pasien
7. Bengkak menurun (5) berisiko tinggi
8. Vesikal menurun (5) Edukasi
9. Cairan berbau busuk menurun (5) 1. Jelaskan tanda dan gejala infeksi
10. Kadar sel darah putih membaik (5) 2. Ajarkan cara mencuci tangan dengan benar
11. Kultur darah membaik (5) 3. Ajarkan teknik batuk
12. Kultur area luka membaik (5) 4. Ajarkan cara memeriksa kondisi luka atau
13. Kadar sel darah putih membaik (5) luka operasi
5. Anjurkan meningkatkan asupan nutrisi
Luaran Tambahan 6. Anjurkan meningkatkan asupan cairan
Integritas kulit dan jaringan meningkat Kolaborasi
dengan Kriteria Hasil : Kolaborasi pemberian imunisasi, jika perlu
1. Elastisitas meningkat (5)
2. Hidrasi meningkat (5) Intervensi Pendukung
3. Perfusi jaringan meningkat (5) Manajemen imunisasi/vaksin
4. Kerusakan lapisan kulit menurun (5) Observasi
1. Identifikasi riwayat kesehatan dan
5. Nyeri menurun (5) riwayat alergi
6. Pendarahan menurun (5) 2. Identifikasi kontraindikasi pemberian
7. Kemerahan menurun (5) imunisasi (misa reaksi anafilaksis
8. Hematoma menurun (5) terhadao vaksin sebelumnya dan sakit
9. Pigmentasi abnormal menurun (5) parah dengan tanpa demam)
10. Abrasi kornea menurun (5) 3. Identifikasi status imunisasi setiap
11. Nekrosis menurun (5) kunjungan ke pelayanan kesehatan
44
12. Suhu kulit membaik (5) Terapeutik
13. Sensasi membaik (5) 1. Berikan suntikan pada bayi dibagian
14. Tekstur membaik (5) paha anterolateral
15. Pertumbuhan rambut membaik (5) 2. Dokumentasikan informasi vaksinasi
(mis, nama produsen, tanggal kedaluarsa)
3. Jadwalkan imunisasi pada interval
waktu yang tepat
Edukasi
1. Jelaskan tujuan manfaat rekasi yang
terjadi jadwal dan efek samping
2. Informasikan imunisasi yang diwajibkan
pemerintah (misa hepatitis B, BCG,
difteri, tetanus, pertusis, H, influenza,
polio, campak measles, rubela)
3. Informasikan imunisasi melindungi
terhadap penyakit namun saat ini
tidak diwajibkan pemerintah
(influensa)
4. Informasikan penundaan pemberian
imunisasi tidak berarti mengulang
jadwal imunisasi kembali
5. Informasikan penyedia layanan pekan
imunisasi nasional yang menyediakan
vaksin gratis
45

4. Implementasi
Implementasi keperawatan yaitu serangkaian kegiatan yang
dilakukan oleh perawat untuk membantu klien dari masalah status
kesehatan baik yang menggambarkan kriteria hasil yang diharapkan.
Intervensi keperawatan yang diberikan kepada klien terkait dengan
dukungan, pengobatan dan tindakan untuk memperbaiki kondisi dan
mencegah masalah kesehatan yang muncul dikemudian hari (Safitri,
2019).
5. Evaluasi
Evaluasi merupakan suatu usaha untuk mengukur, memberi nilai
secara objektif pencapaian hasil yang telah direncanakan sebelumnya.
Eveluasi keperawatan merupakan kegiatan dalam menilai tindakan
keperawatan yang telah ditentukan untuk mengetahui pemenuhan
kebutuhan klien secara optimal dan mengukur hasil proses
keperawatan kemudian hari menggunakan SOAPIER (Sitanggang,
2018).
2.4 Teknik Relaksasi Genggam Jari
1. Pengertian Teknik Relaksasi Genggam Jari
Terapi genggam jari merupakan cara mudah untuk mengelola
emosi dan mengembangkan keceerdasan emosional. Di sepanjang jari
jari tangan kita terdapat saluran atau energi yang terhubung dengan
berbagai organ dan emosi (Puwahang, 2011).
Terapi genggam jari dapat mengendalikan dan mengembalikan
emosi yang akan membuat tubuh menjadi rileks. Ketika tubuh dalam
keadaan rileks, maka ketegangan otot berkurang dan kemudian akan
mengurangi kecemasan atau rasa nyeri (Yuliastuti, 2015).
2. Manfaat Teknik Relaksasi Genggam Jari
Menurut Liana (2008) relaksasi genggam jari dapat memberi manfaat :
a. Mengurangi nyeri, perasaan takut dan cemas
b. Mengurangi perasaan panic dan khawatir
c. Memberikan perasaan yang nyaman pada tubuh
46

d. Menenangkan pikiran dan dapat mengontrol emosi


e. Melancarkan aliran dalam darah
3. Mekanisme Teknik Relaksasi Genggam Jari
Tangan merupakan alat sederhana dan ampuh untuk menyelaraskan
dan membawa tubuh menjadi seimbang. Mengenggam jari sambil
menarik nafas dalam – dalam dapat mengurangi bahkan
menyembuhkan ketegangan fisik atau emosi, teknik relaksasi genggam
jari ini nantinya akan dapat menghangatkan titik – titik keluar dan
masuknya energi pada meridian (jalan energi dalam tubuh) yang
terletak pada jari – jari tangan, sehingga nantinya mampu
memberikan sebuah efek rangsangan secara spontan pada saat
dilakukan genggam, kemudian dilanjutkan ke saraf pada organ tubuh
yang mengalami gangguan, sehingga diharapkan sumbatan dijalur
energi menjadi lancar (Indrawati, 2017).
Pada fase infalamasi akibat luka bekas operasi, manifestasi yang
sering dirasakan adalah nyeri. Nyeri tersebut apabila dibiarkan akan
membuat pasien post operasi sectio caesarea menjadi tidak nyaman.
Teknik relaksasi genggam jari terbukti dapat menurunkan intensitas
nyeri, teknik tersebut merangsang meridian jari akan menghasilkan
implus yang dikirim melalui serabut saraf aferen nonnosiseptor.
Serabut saraf nonnosiseptor mengakibatkan “pintu gerbang” tertutup
sehingga stimulus nyeri terhambat dan berkurang. Apabila relaksasi
tersebut dilaksanakan secara rutin maka hasil yang diharapkan akan
lebih baik dengan turunnya nyeri yang terjadi (Pinandita, 2012).
Relaksasi genggam jari diberikan setelah pasca operasi dan
dilakukan selama 15 menit dalam satu kali sehari dan diberikan
minimal selama 3 hari. Teknik relaksasi genggam jari mampu
menurunkan nyeri pada semua klien pasca operasi, kecuali pada klien
yang mengalami luka didaerah telapak tangan dan telapak kaki tidak
diperbolehkan untuk diberikan terapi (Indriani S, 2020).
47

4. Prosedur Pelaksanaan Teknik Relaksasi Genggam Jari


a. Posisi pasien dalam keadaan berbaring lurus ditempat tidur dan
meminta pasien untuk mengatur nafas dan merileksasikan otot
b. Duduk disamping pasien, relaksasi dimulai dengan mengenggam
ibu jari pasien dengan tekanan lembut, genggam hingga nadi
pasien terasa berdenyut.
c. Pasien diminta untuk mengatur nafas dengan lembut
d. Genggam ibu jari selama 2-3 menit dengan nafas secara teratur
dan kemudian seterusnya satu persatu beralih ke jari berikutnya
dengan rentang waktu yang sama
e. Setelah kurang lebih 10-15 menit, alihkan tindakan untuk tangan
yang lain.
BAB III
LAPORAN KASUS
3.1 PENGKAJIAN

A. Identitas Klien
1. Nama : Ny. A
2. Usia : 03-09-1999 (23 Tahun)
3. Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga (IRT)
4. Pendidikan Terakhir : SMA
5. Agama : Islam
6. Suku : Sunda
7. Alamat : Cilembang RT 03/04 Kel.
Cilembang Kec. Cihideng Kota Tasikmalaya Provinsi Jawa
Barat
8. Tanggal Masuk : 28 – Januari – 2023, 10.00 WIB
9. Tanggal Pengkajian : 30 – Januari – 2023, 09.00 WIB
10. Diagnosa Medis : Post SC + CPD
11. No Rekam Medik 17087492
B. Identitas Penanggung Jawab
1. Nama : Tn U
2. Usia : 26 September 1997 (26 Tahun)
3. Pendidikan Terakhir : SD
4. Pekerjaan : Buruh Harian Lepas
5. Alamat : Cilembang RT 03/04 Kel.
Cilembang Kec. Cihideng Kota Tasikmalaya Provinsi Jawa
Barat
6. Agama : Islam
7. Suku : Sunda
8. Hubungan dengan Klien : Suami
C. Keluhan Utama
Klien mengeluh nyeri pada luka jahitan post SC

41
42

D. Riwayat Kesehatan Sekarang


Pada saat dilakukan pengkajian pada tanggal 30 januari 2023
pukul 09.00 WIB. Klien mengatakan nyeri pada luka jahitan
operasi, nyeri dirasakan seperti disayat sayat. Nyeri bertambah
bergerak dan berkurang bila tidur terlentang sehingga aktivitas
klien terganggu harus dibantu oleh keluarga, nyeri tidak menyebar
kebagian lain, dengan skala nyeri 5 (1-10), nyeri dirasakan hilang
timbul. Kesadaran klien compas mentis TD : 120/80 mmHg, N :
100 x/menit, R : 20 x/menit, S : 36.0 ℃.
E. Riwayat Kesehatan Dahulu
Klien mengatakan sebelumnya tidak memiliki riwayat penyakit
kronis seperti Hipertensi, Diabetes Militus, Asma, TB dan lainnya.
F. Riwayat Kesehatan Keluarga
Klien mengatakan tidak ada anggota keluarganya yang memiliki
penyakit menular seperti HIV, Hepatitis, DM dan lainnya.
G. Riwayat Kehamilan, Persalinan, Nifas Sekarang
Klien mengatakan ini adalah kehamilan anak pertama, belum
pernah mengalami keguguran, selama hamil klien selalu
memeriksa kandungannya ke Bidan terdekat sebanyak >5 Kali,
Perkiraan usia kehamilan 9 Bulan dan telah mengikuti Imunisasi
TT dengan lengkap.
H. Riwayat
Psikososial
1. Pola konsep diri
Identitas diri klien adalah seorang ibu ruamh tangga
Harga diri : klien mengatakan pasrah dan menerima dengan
keadaannya saat ini
Gambaran diri : klien mengatakan keadaan yang dialaminya
sekarang merupakan takdir yang seharusnya ia jalani.
2. Pola interkasi : selama interaksi klien menunjukan sikap
kooperatif dan prilaku bersahabat baik dengan perawat.
43

I. Riwayat Obsetri
Riwayat Menstruasi
1. Usia haid pertama 14 tahun
2. Siklus haid teratur
3. Lama haid ± 6 hari
4. Banyaknya darah haid 3 kali ganti pembalut
5. Haid pertama hari terakhir 13 April 2022
6. Tafsiran persalinan 20 Januari 2023
J. Riwayat Perkawinan
1. Perkawinan Ke : 1
2. Lama perkawinan 2 tahun
3. Usia ibu saat menikah 22 tahun
4. Usia suami saat menikah 25 tahun
K. Riwayat KB
Sebelumnya klien tidak memakai KB apa pun
L. Pola Aktivitas Sehari – Hari
Tabel 3.1
Activity Daily Living Ny. A
No Aktivitas Sebelum Sakit Ketika Sakit
Makan
- Frekuensi 3 x sehari 3 x sehari
- Porsi 1 porsi habis 1 porsi habis
1.
- Jenis makanan Nasi Nasi
- Makanan pantangan Tidak ada Pedas & Asam
- Gangguan Tidak ada Tidak ada
Minum
- Frekuensi 5 x sehari 4 x sehari
2. - Jumlah ± 1000 cc ± 1.200 cc
- Jenis Air mineral Air mineral
- Gangguan Tidak ada Tidak ada
Eliminasi, BAB
3.
- Frekuensi 1 x sehari 1 x sehari
44

- Konsistensi Padat Padat


- Warna Kuning Kuning
- Bau Khas feses Khas feses
- Gangguan Tidak ada Tidak ada
Eliminasi Urine
- Frekuensi 3 x sehari 5 x sehari
- Jumlah Tidak tentu Tidak tentu
- Warna Kuning jernih Kuning jernih
- Gangguan Tidak ada Tidak ada
Istirahat Tidur
- Tidur siang jam, lama Tidak teratur Tidak teratur
4. - Tidur malam jam, lama 7-8 jam 7-8 jam
- Pengantar tidur Do’a Do’a
- Gangguan Tidak ada Tidak ada
Personal hygiene
- Mandi
Frekuensi 2 x sehari 1 x sehari
- Gosok Gigi
5. Frekuensi 2 x sehari 1 x sehari
- Cuci Rambut
Frekuensi 2 x seminggu Belum
- Gunting Kuku
Frekuensi 1 x seminggu Belum
Aktivtas secara
6. Keseluruhan (Mandiri, Mandiri Dibantu
dibantu)
M. Pemeriksaan Fisik Head To Toe/Persistem
Kesadaran : Compas
Mentis GCS 15
Tanda – Tanda Vital
1. Tekanan Darah : 120/80 mmHg
2. N adi : 100 x/menit
3. Respirasi : 20 x/menit
45

4. Suhu : 36.0 ℃
a. Kepala
Rambut berwarna hitam dengan distribusi baik, tidak
rontok, lurus dan berkeringat
b. Mata
Mata tampak simetris. Konjungitva merah muda, klien
mampu membaca nama perawat dengan jarak 60 cm dan
tidak menggunakan kacamata
c. Hidung
Hidung tampak simetris, tidak ada lesi, tidak ada nyeri
tekan, tidak ada sinusitis, penciuman baik ditandai dengan
klien mampu menyebutkan bau minyak telon dengan
mata terpejam.
d. Telinga
Telinga simetris, tidak ada lesi, tidak ada benjolan. Klien
mampu mendengarkan detik jarum jam
e. Leher
Tidak ada lesi, tidak ada nyeri menelan, tidak ada
pembesaran kelenjar tiroid dan pembesaran JVP
(Jugularis Venous Pressure).
f. Dada
Bentuk dada simteris, tidak ada bunyi nafas tambahan,
frekuensi nafas R : 20 x/menit, bunyi jantung S1,S2
murni.
g. Payudara
Payudara tampak simetris, sedikit bengkak, tidak ada
lesi, putting menonjol sedikit, aerola hiperpigmentasi,
tidak ada benjolan, ASI sedikit.
46

h. Abdomen
Terdapat luka post op sc horizontal sepanjang ± 12 cm
pada abdomen, (REDDA) Redness : tidak ada kemerahan
pada luka, Edema : tidak ada pembekakan pada luka,
Ekimosis : tidak ada kebiru biruan seperti memar,
Disharge : luka masih sedikit basah dan Aprokimasi :
penyatuan jaringan bagus bising usus normal 18x/menit,
nyeri tekan abdomen post sc dengan skala nyeri 5 (0-10)
TFU 1 jari diatas pusat. Blass kosong, kontraksi uterus
baik, diastasis rectus abdominis 3 jari, tidak ada distensi
abdomen.
i. Ektermitas Atas
Terpasang infus RL ditangan sebelah kiri, tidak ada
edema dan CRT < 3 detik
j. Ektermitas Bawah
Tidak ada edema, tidak ada varises, hormon sign negatif
k. Genetalia
Lochea serosa warna merah muda bercampur kecoklatan
N. Data Psikologis Menurut Rubin
Klien berada pada fase taking in (ketergantungan) 1-2 hari setelah
melahirkan, pasien masih membutuhkan perawatan dari orang
lain, perlindungan dan bergantung pada orang lain
O. Data Pengetahuan Pasien Tentang Masa Nifas
Klien mengatakan ini merupakan kelahiran anak pertama, klien
mengatakan tidak tahu penanganan nyeri pada luka post SC dan
tidak tahu bagaimana cara merawat payudaranya dengan benar.
P. Pemeriksaan
Diagnostik/Laboratorium
Laboratorium
Nama : Ny. A
No RM 17087492
Tanggal Pemeriksaan : 27 Januari 2023 (12 : 21 WIB)
47

Jenis Nilai
Hasil Satuan Hasil
Pemeriksaan Rujukan
Hematology

Hemoglobin 12.0 12-16 g/dl Normal


Hemaktokrit 35 35-45 % Normal
Leukosite 11.900 5000-10000 /mm³ Normal
Trombosit 253.000 150000-350000 /mm³ Normal
Waktu pendarahan -
2.00 1.00-3.00 Normal
(bt)
Waktu pembekuan -
4.00 1.00-7.00 Normal
(ct)

Nama : Ny. A
No RM 17087492
Tanggal Pemeriksaan : 27 Januari 2023 (13.26 WIB)
Jenis Nilai
Hasil Metode
Pemeriksaan Rujukan
Serologi
Anti Treponema Palidum Non Reaktif Non Reaktif Immunochromatograph
Anti HIV : Non Reaktif Non Reaktif Immunochromatograph
Anti HIV I Non Reaktif Non Reaktif Immunochromatograph
Kesimpulan Non Reaktif Non Reaktif Immunochromatograph
Hbsag Rapid Non Reaktif Non Reaktif Immunochromatograph

Nama : Ny. A
No RM 17087492
Tanggal Pemeriksaan : 30 Januari 2023 (06.14 WIB)
Jenis Nilai
Hasil Satuan Hasil
Pemeriksaan Rujukan
Hematology

Hemoglobin 13.5 12-16 g/dl Normal


Hemaktokrit 39 35-45 % Normal
Leukosite 22.200 5000-10000 /mm³ Normal
Trombosit 273.000 150000-350000 /mm³ Normal
48

Q. Terapi yang diberikan


Nama Obat Dosis Manfaat
Ceftriaxon 2x1 Antibiotik
Metronidazol 2x1 Mengobati infeksi bakteri (Antibiotik)
Ranitidine 2x1 Menurunkan produksi asam lambung
Vitamin C 1x1 Meningkatkan kekebalan tubuh
R. Analisa Data
Tabel 3.4 Analisa Data
Masalah
No Data Interpretasi Data Keperawatan
Data Subjektif : Op Sectio Caesarea
a. Klien mengeluh nyeri
perut (bekas operasi)
b. Nyeri di rasakan hilang Terputusnya kontinuitas
timbul jaringan
c. Nyeri seperti di sayat
sayat
Data Objektif : Merangsang area
a. Skala nyeri 5 (0-10)
b. Klien tampak meringis Nyeri Akut
1.
c. Luka post op sc sensori Nyeri (D.0077)
horizontal sepanjang ±
12 cm
d. Klien tampak protektif akut
e. Tanda – Tanda Vital
1) TD : 120/80
mmHg
2) N : 100 x/menit
3) R : 20
x/menit 4) S :
36.0 ℃
Data Subjektif Adaptasi post CS
a. Klien mengatakan
Asinya keluar (sedikit) Fisiologis
b. Klien mengatakan
terasa bengkak pada Laktasi Menyusui
payudaranya. Tidak Efektif
2.
Data Objektif Porlactin meningkat (D.0029)
a. Asi tidak
menetes/memencar Ketidakadekuatan
b. Bayi menangis saat Suplai ASI
disusui.
Menyusui Tidak Efektif
49

3.2 DIAGNOSA KEPERAWATAN


A. (D.0077) Nyeri Akut b/d Agen pencedera fisik (Luka Invansif)
ditandai dengan :
Data Subjektif :
1. Klien mengeluh nyeri perut (bekas operasi)
2. Nyeri di rasakan hilang timbul
3. Nyeri seperti di sayat sayat
Data Objektif :
1. Skala nyeri 5 (0-10)
2. Klien tampak meringis
3. Luka post op sc horizontal sepanjang ± 12 cm
4. Klien tampak protektif
5. Tanda – Tanda Vital
a) Tekanan Darah : 120/80 mmHg
b) Nadi : 80 x/menit
c) Respirasi : 20 x/menit
d) Suhu : 36.0 ℃
B. (D.0029) Menyusui tidak efektif b/d Ketidakadekuatan suplai ASI
ditandai dengan :
Data Subjektif
1. Klien mengatakan Asinya keluar (sedikit)
2. Klien mengatakan terasa bengkak pada payudaranya.
Data Objektif
1. Asi tidak menetes/memencar
2. Bayi menangis saat di susui
50

3.3 PROSES KEPERAWATAN

Tujuan &
Diagnosa Intervensi
No Kriteria Hasil Implementasi Paraf Evalusi
(SIKI)
(SDKI) (SLKI)
(D.0077) Nyeri Akut b/d (L.08066) Tingkat (I.08238)Manajemen Nyeri 30/01/ 23 (10.00 WIB) ARNI Subjektif :
Agen pencedera fisik Nyeri Observasi 1. Mengidentifikasi lokasi, 1. Klien mngeluh masih
(Luka Invansif) ditandai Setelah dilakukan 1. Identifikasi lokasi, karakteristik, durasi, frekuensi, nyeri perut
dengan : tindakan 1 x 6 jam, karakteristik, durasi, kualitas, intensitas nyeri 2. Klien mengatakan
Data Subjektif : diharapkan Tingkat frekuensi, kualitas, Hasil : Klien mengeluh nyeri nyeri dirasakan saat
1. Klien mengeluh nyeri nyeri berkurang dengan intensitas nyeri perut.. Nyeri dirasakan hilang bergerak
perut (bekas operasi) KriteriaHasil : 2. Identifikasi skala nyeri timbul seperti disayat sayat 3. Klien mengatakan nyeri
2. Nyeri di 1. Kamampuan 3. Identifiksi faktor 2. Mengidentifikasi skala nyeri dirasakan hilangtimbul
rasakanhilang menuntaskan memperberat dan Hasil : Nyeri berada di skala 5 4. Nyeri dirasakan 5
timbul aktivitas meningkat memperingan nyeri 3. Mengidentifikasi faktor menjadi 4
3. Nyeri seperti di sayat (5) 4. Monitor keberhasilan memperberat dan memperingan Objektif :
1. sayat 2. Keluhan nyeri terapi komplemneter nyeri 1. Klien masih tampak
4. Skala nyeri 5 (0-10) menurun (5) yang sudah diberikan Hasil : Nyeri bertambah saat meringis
Data Objektif : 3. Meringis menurun Terapeutik bergerak dan berkurang saat 2. TTV
1. Klien tampak meringis (5) 1. Berikan teknik non istirahat - TD : 120/80 mmHg
2. Luka post op sc 4. Sikap protektif farmakologis untuk 4. Menjelaskan penyebab periode - N : 80 x/menit
horizontal sepanjang menurun (5) mengurangi nyeri dan pemicu nyeri - R : 20 x/menit
±12 cm (teknik relaksasi Hasil : pasien mengerti apa yang - S : 36.0 ℃
3. Klien tampak protektif genggam jari) dijelaskan
4. Tanda – Tanda Vital 2. Kontrol lingkingan yang 5. Menjelaskan strategi meredakan Assesment :
- TD : 120/80 mmHg memperberat rasa nyeri nyeri Nyeri Akut Teratasi
- N : 80 x/menit (mis suhu ruangan, Hasil : pasien ikut berdiskusi Sebagian
- R : 20 x/menit pencahayaan, dengan perawat Planning :
kebisingan) 6. Mengukur TTV pasien Manajemen nyeri lanjutkan
- S : 36.0 ℃
Hasil :
Edukasi - TD : 120/80 mmHg
1. Jelaskan penyebab, - N : 80 x/menit
periode dan pemicu - R : 20 x/menit
nyeri - S : 36.0 ℃
2. Jelaskan stategi
meredakan nyeri
3. Ajarkan teknik non
51
farmakologis (teknik 30/01/ 23 (11.00 WIB) ARNI
relaksasi genggam jari) 1. Memberikan teknik
nonfarmakologis untuk
mengurangi nyeri (pemberian
teknik relaksasi genggam jari)
Hasil : pasien tampak terbantu
2. Mengajarkan teknik non
farmakologis untuk mengurangi
rasa nyeri pada keluarga pasien
(teknik relaksasi genggam jari)
Hasil : keluarga pasien
mengatakan terbantu
ARNI
30/01/ 23 (12.00 WIB)
1. Momonitor keberhasilan terapi
komplementer yang sudah
diberikan
Hasil : pasien mengatakan sudah
berkurang nyerinya dari skala
nyeri 5 menjadi skala nyeri 4
52

(D.0029) Menyusui tidak (L.03029) (I.12393) Edukasi 30/01/ 23 (12.00 WIB) ARNI Subjektif :
efektif b/d Status Menyusui Menyusui 1. Mengidentifikasi 1. Klien mengatakan
Ketidakadekuatan Setelah dilakukan Observasi kesiapan dan kemampuan asinya masih keluar
suplaiASI ditandai dengan tindakan 1 x 6 jam, menerima informasi (sedikit)
: diharapkan status 1. Identifikasi kesiapan dan 2. Klien mengatakan
Data Subjektif menyusui membaik kemampuan menerima informasi Hasil : payudaranya masih
1. Klien mengatakan dengan 2. Identifikasi tujuan dan keinginan2. Menyediakan materi dan bengkak
Asinya keluar KriteriaHasil : menyusui media pendidikan Objektif :
(sedikit) 1. Suplai ASI adekuatTerapeutik kesehatan 1. Asi masih
2. Klien mengatakan meningkat (1) Hasil : pendidikan tidak
terasa bengkak pada 1. Sediakan materi dan media menetes/memancar
2. Tetesan/pancaran kesehatan tentang pijat
2. payudaranya. pendidikan kesehatan 2. Bayi menangis saat di
ASI meningkat (1) 2. Jadwalkan pendidikan kesehatan oksitosin yang di rasakan
Data Objektif : oleh pasien susui
1. Asi tidak 3. Bayi menangis bagi ibu dan bayi Assesment :
menetes/memancar setelah menyusui 3. Menjadwalkan Menyusui Tidak Efektif
3. Berikan kesempatan untuk pendidikan kesehatan
2. Bayi menangis saat di menurun (5) Belum Teratasi
bertanya sesuai kesepakatan
susui Planning :
Edukasi Hasil : pasien Edukasi Menyusui Lanjutkan
Ajarkan perawatan payudara mengatakan sesudah pijat
postpartum (pijat oksitosin) oksitosin
4. Memberikan kesempatan
untuk bertanya
Hasil : pasien tampak
paham dan mengerti
53

3.4 CATATAN PERKEMBANGAN


Tgl/Jam Diagnosa Keperawatan Catatan Perkembangan Paraf
Subjektif :
1. Klien mengatakn masih nyeri dibagian perut (bekas operasi)
2. Nyeri dirasakan hilang timbul
3. Skala nyeri 3 (0-10)
Objektif :
1. Klien tampak masih meringis
2. Luka post op sc horizontal sepanjang ± 12 cm
3. Tanda – Tanda Vital
- TD : 120/80 mmHg
- N : 88 x/menit
- R : 21 x/menit
- S : 36.6 ℃
31/01/2023 Asesment :
08.00 (D.0077) Nyeri Akut b/d Agen Nyeri Akut b/d Agen pencedera fisik (Luka Invansif) teratasi sebagian
ARNI
WIB pencedera fisik (Luka Invansif) Planning :
Manajemen Nyeri
Implementasi :
1. Mengkaji nyeri secara komprehensif.
Hasil : klien mengeluh nyeri perut. Nyeri bertambah saat bergerak dan
berkurang saat istirahat. Nyeri seperti di sayat sayat dengan skala nyeri 3 (0-
10). Nyeri dirasakan hilang timbul
2. Memonitor TTV
Hasil :
- T : 120/80 mmHg
- N : 88 x/menit
- R : 21 x/menit
- S : 36.6℃
3. Mengkaji respon verbal tentang ketidaknyamanan
54

Hasil :
Klien mengeluh nyeri membuatnya tidak nyaman dan menganggu aktivitas
4. Mengajarkan teknik non farmakologi pengurangan nyeri, dengan teknik
relaksasi genggam jari
Hasil :
Klien mengatakan lebih rileks setelah dilakukan teknik relaksasi genggam
jari.
Evaluasi :
1. Klien mengatakan nyeri berkurang dari skala 3 menjadi 2
2. Klien mengatakan masing ada nyeri apabila ingin bergerak
3. Klien tampak meringis pada saat dikaji kembali luka post sc
Resassesment :
Intervensi Lanjutkan
Subjektif :
1. Klien mengatakan Asinya keluar (sedikit)
2. Klien mengatakan terasa bengkak pada payudaranya.
Objektif :
1. Asi tidak menetes/memancar
2. Bayi menangis saat di susui
Asesment :
Menyusui tidak efektif b/d Ketidakadekuatan suplai ASI
09.00 (D.0029) Menyusui tidak efektif Planning :
WIB ARNI
b/d Ketidakadekuatan suplai Edukasi Menyusui
ASI Implementasi :
1. Mengidentifikasi kesiapan dan kemampuan menerima informasi
Hasil :
Klien siap menerima informasi apapun
2. Berikan konseling menyusui
Hasil :
Klien sangat kooperatif mendengarkan
3. Menjelaskan manfaat menyusui bagi ibu dan bayi
55

Hasil :
Klien sangat kooperatif mendengarkan
4. Mengajarkan 4 posisi menyusui dan perlekatan dengan benar
Hasil :
Klien sangat kooperatif, mengikuti arahan
5. Memberikan perawatan payudara post partum (pijat Oksitosin)
Hasil :
Klien sangat kooperatif, dan menikmati
pijatannya ASI mulai menetes/memancar
6. Mengajarkan senam nifas
Hasil :
Klien sangat kooperatif, mengikuti arahan
Evaluasi :
1. Klien mengatakan ASI nya sudah mulai menetes/memancar banyak
2. Klien mengatakan mengeluh masih sedikit bengkak dibagian payudaranya
3. Klien mengatakan bayinya sudah tidak menangis saat disusui
Resassesment :
Lanjutkan Intervensi
Subjektif :
1. Klien mengatakan nyeri berkurang dibagian perut (bekas operasi)
2. Masih ada nyeri apabila ingin bergerak
3. Skala nyeri 1 (0-10)
Objektif :
01/02/2023
1. Klien tampak lebih tenang
10.00 (D.0077) Nyeri Akut b/d Agen
2. Luka post op sc horizontal sepanjang ± 12 cm ARNI
WIB pencedera fisik (Luka Invansif)
3. Tanda – Tanda Vital
- TD : 120/80 mmHg
- N : 90 x/menit
- R : 20 x/menit
- S : 36.5 ℃
Asesment :
56

Nyeri Akut b/d Agen pencedera fisik (Luka Invansif) teratasi sebagian
Planning :
Manajemen Nyeri
Implementasi :
1. Mengkaji nyeri secara komprehensif.
Hasil : Klien mengatakan nyeri berkurang dibagian perut (luka sc), Nyeri
dirasakan apabila ingin bergerak, Skala nyeri 1 (0-10)
2. Memonitor TTV
Hasil :
- T : 120/80 mmHg
- N : 90 x/menit
- R : 20 x/menit
- S : 36.5℃
3. Mengkaji respon verbal tentang ketidaknyamanan
Hasil :
Klien mengatakan sudah tenang dan nyaman
4. Mengajarkan teknik non farmakologi pengurangan nyeri, dengan teknik
relaksasi genggam jari
Hasil :
Klien mengatakan lebih rileks setelah dilakukan teknik relaksasi genggam
jari.
Evaluasi :
1. Klien mengatakan nyeri berkurang dari skala 2 menjadi 1
2. Klien mengatakan masing ada nyeri apabila ingin bergerak
3. Klien tampak tenang pada saat dikaji kembali luka post sc
Resassesment :
Intervensi Dihentikan
Subjektif :
11.00
(D.0029) Menyusui tidak efektif 3. Klien mengatakan Asinya mulai memancar banyak
WIB ARNI
b/d Ketidakadekuatan suplai 4. Klien mengatakan payudaranya sudah tidak bengkak
ASI Objektif :
57

3. Asi sudah menetes/memancar banyak


4. Bayi tidak menangis saat disusui
Asesment :
Menyusui tidak efektif b/d Ketidakadekuatan suplai ASI
Planning :
Edukasi Menyusui
Implementasi :
7. Mengidentifikasi kesiapan dan kemampuan menerima informasi
Hasil :
Klien siap menerima informasi apapun
8. Berikan konseling menyusui
Hasil :
Klien sangat kooperatif mendengarkan
9. Menjelaskan manfaat menyusui bagi ibu dan bayi
Hasil :
Klien sangat kooperatif mendengarkan
10. Mengajarkan 4 posisi menyusui dan perlekatan dengan benar
Hasil :
Klien sangat kooperatif, mengikuti arahan
11. Memberikan perawatan payudara post partum (pijat Oksitosin)
Hasil :
Klien sangat kooperatif, dan menikmati
pijatannya ASI mulai memancar banyak sampai
rembes
12. Mengajarkan senam nifas
Hasil :
Klien sangat kooperatif, mengikuti arahan
Evaluasi :
1. Klien mengatakan ASI nya sudah mulai memancar banyak sampai rembes
2. Klien mengatakan payudaranya sudah tidak bengkak
3. Klien mengatakan bayinya sudah tidak menangis lagi saat disusui
Resassesment : Intervensi Dihentikan
BAB IV
PEMBAHASAN
4.1 Asuhan Keperawatan pada Ny. A P1A0 Post SC Hari Kedua
Asuhan keperawatan pada Ny. A 23 tahun P1A0 Post SC hari
kedua dilakukan mulai dari tanggal 30 Januari 2023. Hasil pengkajian Ny.
A mengeluh nyeri pada luka jahitan operasi, nyeri dirasakan seperti disayat
sayat. Nyeri bertambah bergerak dan berkurang bila tidur terlentang
sehingga aktivitas klien terganggu harus dibantu oleh keluarga, nyeri
tidakmenyebar kebagian lain, dengan skala nyeri 5 (1-10), nyeri dirasakan
hilang timbul. Sejalan dengan Reeder (Cembun, 2020) yang menyatakan
pasien menjalani persalinan dengan metode SC biasanya merakasakan
berbagai ketidaknyamanan salah satunya adalah nyeri yang berasal dari
insisi abdominal. Pada hari kedua didapatkan yakni data subjektif Ny. A
mengatakan pengeluaran ASI keluar (sedikit), payudara juga sedikit
bengkak data objektif ASI masih tidak memancar/menetes, bayi masih
suka menangis saat disusui.

Diagnosa keperawatan yang muncul pada Ny. A berdasarkan data


subjektif, objektif dan pemeriksaan penunjang berdasarkan prioritas adalah
Nyeri Akut b/d Agen Pencedera Fisik (luka invansif) d/d klien mengeluh
nyeri perut (bekas operasi, nyeri dirasakan hilang timbul, nyeri seperti di
sayat sayat, skala nyeri 5 (0-10), luka post operasi SC horizontal sepanjang
± 12 cm, klien tampak meringis dan tampak protektif, Tekanan darah
120/80 mmHg, Nadi 80x/menit, Respirasi 20x/menit dan Suhu 36,0 ℃ .
dan Menyusui Tidak Efektif b/d Ketidakadekuatan Suplai ASI d/d klien
mengatakan Asinya keluar (sedikit), payudarannya terasa bengkak, Asi
tidak menetes/memancar dan bayi menangis saat disusui. Terdapat
perbedaan dalam penegakan diagnosa diantara askep teori dengan hasil
pengkajian langsung pada Ny. A. Dimana diagnosa yang diangkat dari
masalah Ny. A yaitu Nyeri Akut dan Menyusui Tidak efektif sedangkan
diagnosa yang tidak diangkat yaitu Defisit pengetahuan, Menyusui efektif,

58
59

resiko infeksi, Kenapa tidak diangkat itu karena pada saat dilakukan
pengkajian tidak terdapat data mayor maupun minor yang muncul dalam
diagnosa tersebut.
Pada hari kedua setelah dilakukan pengkajian ulang didapatkan
data subjektif dan objektif yang mengarah pada diganosa menyusui tidak
efektif, maka penulis membawa diagnosa menyusui tidak efektif b.d
ketidakadukatan suplai ASI karena data data yang dikaji terdapat pada
tanda mayor dan minor pada SDKI.
Pada tahap perencanaan penulis menyusun perencanaan tujuan dan
kriteria hasil serta intervensi berdasarkan SLKI dan SIKI oleh Tim DPP
PPNI (2020). Tujuan dan Kriteria yang diharapkan untuk mengatasi
masalah nyeri akut, luaran utamaa tingkat nyeri dengan intervensi
utamanya manajemen nyeri sedangkan masalah menyusui tidak efektif,
luaran utama status menyusui dan intervensi edukasi menyusui. Khusus
untuk diagnosa nyeri akut memberikan teknik nonfaramakologis yakni
untuk mengurangi nyeri dengan terapi teknik relaksasi genggam jari pada
intervensi manajemen nyeri, karena terapi relaksasi genggam jari ini dapat
menurunkan intensitas nyeri, teknik yang diberikan menghasilkan impuls
yang dikirim melalui serabut saraf aferen yang mengakibatkan pintu
gerbang tertutup sehingga stimulus nyeri terhambat dan berkurang.
Menurut Penelitian Laila Ani (2021). Bahwa sesudah diberikan terapi ini
dapat memberikan ketenangan pikiran, mengontrol emosi, melancarkan
aliran dalam darah, serta memberikan pengontrolan diri pada individu
ketika terjadi rasa tidak nyaman atau nyeri. Menurut penelitian Yulyana
Nispi, Liansyi Yunia, Savitri Wewet (2020).
Implementasi keperawatan yang dilakukan berdasarkan rencana
keperawatan yang telah disusun selama 3 hari dimulai tanggal 30 Januari
2023 – 01 Februari 2023. Tindakan keperawatan pada Ny. A khusus untuk
mengatasi nyeri yaitu dilakukan tidakan keperawatan nonfarmakologis
terapi teknik relaksasi genggam jari yang dilakukan selama ± 30 menit
dengan bernapas secara teratur, untuk kemudian seterusnya satu persatu
beralih ke jari selanjutnya dengan rentang waktu yang sama.
60
Setelah kurang lebih 15 menit, alihkan tindakan untuk tangan yang lain
dan lakukan juga selama 15 menit yang dilakukan selama 2 hari tampa
hambatan dan sesuai dengan jurnal yang diambil.
Hasil penelitian ini relavan dengan hasil penelitian menggunakan
teknik yang sama dalam mengatasi nyeri yang telah dilakukan sebelumnya
oleh beberapa peneliti. Salah satunya penelitian yang dilakukan oleh
Wiyajanti Endah, dkk (2022), dalam penelitian tersebut, bahwa teknik
relaksasi genggam jari dapat menurunkan intensitas nyeri pada post SC.
Dapat disimpulkan bahwa teknik relaksasi genggam jari
mempunyai pengaruh untuk mengatasi nyeri yang dilakukan pada pasien
post SC di Ruang Melati 2A RSUD dr Soekardjo Kota Tasikmalaya pada
tanggal 30 Januari 2023 di dapatkan hasil sebelum terapi relaksasi
genggam jari dilakukan tingkat nyeri sebelum diberikan terapi intervensi
adalah skala 5 dan tingkat nyeri sesudah diberikan terapi adalah 4 Pada
tanggal 31 Januari 2023 didapatkan hasil sebelum diberikan terapi
intervensi dengan skala 4 setelah diberikan intervensi skala 3 dan pada
tanggal 01 Januari 2023 yang dilakukan ketika home visit sebelum
diberikan intervensi 3 dan sesudah diberikan intervensi 1
4.2 Penerapan Teknik Relaksasi Genggam Jari
Penerapan teknik relaksasi genggam jari pada pasien post SC untuk
menurunkan intensitas nyeri. Teknik relaksasi genggam jari menjadi
pilihan salah satu alternative penanganan nyeri non farmakologis karena
dapat melancarkan aliran darah, mengontrol diri dan memberikan
ketenangan pikiran (Tyas Ayuningsih 2019)

Pelaksanaan Intervensi Teknik Relaksasi Genggam Jari dimulai


pada tanggal 30 Januari 2023 yang sampai 31 Januari 2023 yang
dilaksakan di Rumah Sakit dr Soekardjo dan pada tanggal 01 Februari
2023 dilaksanakan di Rumah klien/home visite. Peneliti melakukan
prosedur Teknik Relaksasi Genggam Jari selama 3 hari dengan durasi 30
Menit dan dilakukan penilian nyeri 1 jam sesudah dilakukan intervensi
sesuai penelitian Tyas Ayuning Dina dan Sadanoer Maulina Ira (2019).
61

Prosedur yang dijalankan peneliti sesuai dengan teori SOP yang


sudah disepakati dengan pembimbing, dimana langkah – langkah sebagai
berikut :
1. Posisi klien dalam keadaan berbaring lurus ditempat tidur dan meminta
klien untuk mengatur nafas dan merileksasikan otot
2. Duduk disamping klien, relaksasi dimulai dengan mengenggam ibu jari
klien dengan tekanan lembut, genggam hingga nadi pasien terasa
berdenyut.
3. Klien diminta untuk mengatur nafas dengan lembut
4. Genggam ibu jari selama 2-3 menit dengan nafas secara teratur dan
kemudian seterusnya satu persatu beralih ke jari berikutnya dengan
rentang waktu yang sama
5. Setelah kurang lebih 10-15 menit, alihkan tindakan untuk tangan yang
lain
4.3 Analisis Terapi Teknik Relaksasi Genggam Jari
Hasil analisis yang di dapat pada penerapan Teknik Relaksasi
Genggam Jari pada Ny. A berhasil menurunkan nyeri yang dirasakan
sesudah dilakukan nya post sc. Pada hari pertama klien mengeluh nyeri
dengan skala 5 yang di rasakan menganggu pada aktivitas klien, pada saat
sesudah dilakukan Teknik Relaksasi Genggam Jari selama 30 menit klien
mengatakan nyeri berkurang menjadi skala 4 pada saat dilakukan hal yang
sama di hari ke -2 klien mengatakan nyeri berkurang menjadi skala nyeri 3
dimana klien sudah mulai rileks dan terakhir dilakukan di rumah klien
pada hari ke-3 klien mengatakan nyeri sudah mulai jarang timbul dan
sudah mulai bisa beraktivitas. Hal ini sependapat dengan penelitian
Mariene, Dolang Wiwin, Valencia Diana Pattipeilohy (2018) yang
mengatakan Teknik relaksasi genggam jari yang diberikan selama ± 30
menit dengan mengenggam seluruh jari mulai dari ibu jari hingga jari
kelingking dan sambil menarik napas dalam dapat memberikan
62

ketenangan pikiran, mengontrol emosi, melancarkan aliran dalam darah,


serta memberikan pengontrolan diri pada individu ketika terjadi rasa tidak
nyaman atau nyeri.
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan

Asuhan keperawatan yang dilakukan pada Ny. A dengan post SC


selama 3 hari dapat disimpulkan bahwa :
1. Mampu melakukan asuhan keperawatan secara komprehensif pada Ny.
A mulai dari pengkajian didapatkan data focus keluhan utama nyeri
pada luka pos SC, kemudian muncul diagnosa keperawatan nyeri akut
b.d agen pendera fisik (luka invansif) dengan rencana keperawatan
menerapkan teknik relaksasi genggam jari, penerapan dilakukan dalam
waktu 30 menit selama 2 hari. Pada saat evaluasi adanaya skala nyeri
sebelum dilakukan intervensi skala 5 (1-10) menjadi 1 (1-10).
2. Mampu menerapkan teknik relaksasi genggam jari dalam menurunkan
nyeri post SC pada Ny. A dengan riwayat post SC hari ke 2 diruang
Melati 2A RSUD dr Soekardjo Kota Tasikmalaya, teknik relaksasi
genggam jari dilakukan dengan durasi 30 menit selama 3 hari berturut
turut mulai tanggal 30 Januari 2023 sampai 31 Januari 2023.
3. Mampu menganilisis teknik relaksasi genggam jari pada Ny. A dengan
nyeri post SC di ruang Melati 2A RSUD dr Soekardjo Kota
Tasikmalaya dapat menurunkan intensitas nyeri post SC dari skala 5
(1-10) menjadi 1 (1-10). Hal ini dikarenakan teknik relaksasi genggam
jari dapat memberikan ketenangan pikiran, mengontrol emosi dan
melancarkan aliran darah.
5.2 Saran
1. Bagi RSUD dr Soekardjo Tasikmalaya
Penerapan teknik relaksasi genggam jari yang diterapkan oleh
penulis ini bisa dijadikan bagian dari dokumen SOP rumah sakit yang
dapat diterapkan pada pasien post SC yang mengalami nyeri

63
64

2. Bagi FIKES Univeristas Muhammadiyah Tasikmalaya


Teknik relaksasi genggam jari dapat dilakukan sebagai salah satu
alternative tindakan non farmakologis untuk menurunkan nyeri
terutama oada pasien post SC, ketika praktek di lapangan rumah sakit
maupun komunitas, bahkan dapat sebagai bahan pembelajaran dan
salah satu materi yang dapat dilakukan ada kegiatan pengabdian
kepada masyarakat
3. Bagi Profesi Perawat
Teknik relaksasi genggam jari dapat diberikan salah satu
alternative tindakan keperawatan secara nonfarmakologis dalam
menangani nyeri melalui asuhan keperawatan. Dalam pelaksanaan
harus dilakukan dalam kondisi lingkungan yang nyaman dan dijaga
privacy pasienya sambil terus berkomunikasi selama intervensi
sehingga paien rileks.
DAFTAR PUSTAKA

Amin, H. 2013. Aplikasi Asuhan Keperawatan Berdasarkan Medis


& NANDA, NIC-NOC Jilid 1.
Andarmoyo, S. (2013). Konsep & proses keperawatan nyeri. Jogjakarta. Penerbit
Buku Ar-Ruzz Media
Dolang, M. 2019. Pengaruh Teknik Relaksasi Genggam Jari Terhadap Intensitas
Nyeri Pasien Post Operasi Sectio Caesarea. Pasapua Health Journal, 1(1),
14-17.
Evrianasari, N., Yosaria, N., & Ermasari, A. 2019. Teknik Relaksasi Genggam
Jari Terhadap Nyeri Post Sectio Caesarea. Jurnal Kebidanan, 5(1), 86-91
Farida, L. I., & Widyaningsih, A. 2022. Gambaran Pengetahuan Ibu Tentang
Teknik Relaksasi Nafas dalam Terhadap Pengurangan Nyeri
Persalinan. Jurnal Kebidanan: Jurnal Ilmu Kesehatan Budi Mulia, 12(1), 51-
62
Jitowiyono, S., & Kristiyanasari, W. 2010. Asuhan keperawatan post
operasi. Yogyakarta: Nuha Medika, 63-64.
Kiftiyah, M., & Purnamasari, K. I. 2017. Perbedaan sekala nyeri pada ibu
inpartukala I fase aktif dengan masase punggung dan tanpa mesase
punggung. Jurnal Keperawatan dan Kebidanan, 6(1).
Laila, A., Novita, Y., Sartika, Y., & Susanti, A. 2021. Pengaruh teknik relaksasi
genggam jari terhadap intensitas nyeri pada pasien post sectio caesarea di
rsud arifin achmad provinsi riau. JOMIS (Journal of Midwifery
Science), 5(1), 36-41.
Rosiska, M. 2021. Pengaruh Pemberian Teknik Relaksasi Genggam Jari Terhadap
Penurunan Nyeri pada Pasien Post Op di Ruang Bedah Rsu Mayjen HA
Thalib Kerinci. Jurnal Ilmu Kesehatan Dharmas Indonesia, 1(2), 51-56.
Salfariani M, I., & Nasution, S. S. 2012. Faktor pemilihan persalinan sectio
caesarea tanpa indikasi medis di RSU Bunda Thamrin Medan.
Tyas, D. A. 2020. Pengaruh Teknik Relaksasi Genggam Jari terhadap Penurunan
Tingkat Nyeri pada Pasien Post Operasi Sectio Caesarea. Jurnal Bidan
Komunitas, 3(2), 86-92.
Tamsuri, A. 2006. Komunikasi dalam keperawatan. Jakarta: Penerbit Buku
Kedokteran EGC
Tim pokja SDKI, 2017. Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia. Edisi III.
Jakarta : DPP PPNI.
Tim pokja SLKI, 2019. Standar Luaran Keperawatan Indonesia. Edisi III. Jakarta
: DPP PPNI
Tim pokja SIKI, 2018. Standar Intervensi Keperawatan Indonesia. Edisi III
Jakarta : DPP PPNI.
Putra, I. B. G. S., Wandia, I. M., & Harkitasari, S. 2021. Indikasi Tindakan Sectio
Caesarea di RSUD Sanjiwani Gianyar Tahun 2017-2019. Gianyar
Wijayanti, e., ts, r. F., & supriyadi, b. 2022. Effektifitas teknik relaksasi genggam
jari (finger hold) terhadap penurunan intensitas nyeripada pasien 6 jam
postoperasi sectio caesaria di rsud dr kanujoso djatiwibowo balikpapan
tahun 2020. Journal Of Midwifery, 10(1), 83-90.

65
66

Yulyana, N., Liansyi, Y., & Savitri, W. 2020. Pengaruh Teknik Relaksasi
Genggam Jari terhadap Penurunan Nyeri Ibu Post Operasi Sectio
Caesarea. Jurnal Kebidanan Besurek, 5(1), 36-
67

LAMPIRAN
68

LEMBAR KONSULTASI
NAMA MAHASISWA : Arni Sri Wahyuni
JUDUL KIAN :Penerapan Relaksasi Genggam Jari Terhadap
Penurunan Intensitas Nyeri Post Sectio Caesarea Di Ruang Melati Lantai 2A
RSUD dr Soekardjo Kota Tasikmalaya
PEMBIMBING : Neni Nuraeni, M.Kep.,Ns.Sp.Kep.Mat.
Tanda
No Tanggal Materi Masukan Tangan
Latar belakanghasil penelitian tidak
usah ditulis angka semuanya yang
terpenting ada penurun atau tidak
berapa penurunannya kenapa hal
17 Maret
1 BAB I tersebut dapat terjadi
2023
Bagaimana genggam jari yang
dilakukan dari tiap hasil penelitian

Rumusan masalah dan tujuan perbaiki


Pada konsep asuhan
keperawatanuntuk keluhan utama
lebih diprioritaskan keluhan pa yang
dirasakan pasien dnegan post SC
BAB II
Istilah di EBP apakah Tehnik atau
teknik silahkan mana yang benar
harus konsisten mulai dari awal
sampai akhir nnt
Point2 di bab 3 mulai dari pengkajian
sama dengan yag ada di bab 2 ttg
askep pada pasien dengan post SC jgn
jad beda kan teori di aplikasikan di
bab 3
BAB III
Lihat lagi keluhan utama yang
biasanya diraskan pada pasien dnegan
post SC itu apa
Perbaiki sesaui dengan petnjuk
Latar belakang pada data RSUD
disimpan sebelum peran perawat dan
24 Maret uraikan saat observasi ibu dengan post
2 BAB I
2023 SC itu bagaimana apa yang
dikeluhkan trus bagaiamna nyeri yang
dirasakan dsb
Tambahakan data pengetahuan pasien
BAB II
pada masa nifas setelah data
69

psikologis menurut Rubin

Cek lagi untu tahun referensi anatara


SDKI, SLKI dan SIKI
Tambhakan data Psikologis menurut
29 Maret Rubin
3 BAB III
2023 Data pengetahuan psien tenatang
masa nifas
Pada point b penerapan tehnik
genggam jari itu uraikan bagaiamna
anda menlakukan tehnik genggam jari
pada pasien, apa yang mendukung
adakah hambatannya iuraiakan dan
solusinya saat melakukan intervensi
apa

Sedangkan pada point c analisis


BAB IV
intervensi tehnik gengangam jari
bukan table PICOT, tapi silahkan
uriakan dari ketiga artikel yang
dijadukan referensi seperti apa
kemudian bandingakn dengan apa
yang anda lakukan pada pasien
adakah sama atau berbeda kenapa
berbeda bila ada kemudian diakhir
manga bade memasukkan SOP juga
Kesimpulanpoint2 sesuaikan
dengan tujuan khusus di abab 1
BAB V Saranlebih operasional bukan
kalimat manfaat t papa yang harus
dilakukan oleh pihak terkait
Silahakn dicek kemablai terkait
penulisan EYD nya dan sistematika
penulisan dipanduan KIAN
2 April
4 BAB 1-5
2023 Kesimpulan dipoint belum diperbaiki

Perbaiki sesuai petunjuk

BAB 1-5 Lihat di buku panduan ada manfaat,


tambahakan bila ada
8 April
5 Cek lagi cara penulsian penomoran di
2023
buku panduan KIAN muali dari bab 1
sampai sub bab dan anak-anaknya
70

Harus operasional mengacu kepada


hasil yang didapatkan saat penerapan
intervensi
SARAN
Silahkan buat abstrak, dafatr pustaka
dilampirkan
Perbaiki sedikit dan cek daftra
pustaka karena masih ada referensi
21 mei
6 DRAFT yang belum dicantumkan dan
2023
perhatikan cara penulisan sumber dari
buku maupun jurnal

7 1 Juni 2023 DRAFT ACC SIDANG KIAN


71

JURNAL PENELITIAN KIAN

JUDUL PENULIS P I C O T
Pengaruh Teknik Relaksasi Mariene, Wiwin Populasi penelitian ini Jenis Penelitian yang Teknik relaksasi Dari hasil analisis
Genggam Jari Terhadap Dolang, Valencia pasien post operasi digunakan adalah Pra genggam jari yang diketahui bahwa ada
Intensitas Nyeri Post Diana sectio caesarea Eksperiment dengan diberikan selama ± 30 pengaruh pemberian
Operasi Sectio Caesarea Pattipeilohy dimana lokasi pendekatan The One menit dengan teknik relaksasi jari
penelitian di Group Pratest Posttest. mengenggam seluruh tangan terhadap
laksanakan di Ruang Intervensi yang jari mulai dari ibu jari intensitas nyeri pada
Nifas RSUD Dr. M. diberikan adalah hingga jari kelingking pasien pasca operasi
Haulussy Ambon Relakasasi Genggam dan sambil menarik seksio sesarea (0,000).
selama 1 bulan dari 21 Jari di Ruang Nifas napas dalam dapat Dianjurkan untuk ibu
September – 21 RSUD Dr. M. memberikan post partum melakukan 2018
Oktober Dengan Haulussy Ambon. ketenangan pikiran, teknik relaksasi genggam
Jumlah Sample 20 mengontrol emosi, jari tangan untuk
Orang. melancarkan aliran mengurangi nyeri pasca
dalam darah, serta operasi sectio caesarea
memberikan
pengontrolan diri pada
individu ketika terjadi
rasa tidak nyaman atau
nyeri.
Pengaruh Teknik Relaksasi Dina Ayuning Populasi penelitian ini Jenis penelitian yang Teknik genggam jari Kesimpulan: Sebagian
Genggam Jari Terhadap Tyas, Ira Maulina pasien post operasi digunakan adalah adalah diberikan selama besar dari responden
Penurunan Tingkat Nyeri Sadanoer2 sectio caesarea. quasi experimental ± 10 menit salah satu memiliki tingkat
2019
Pada Pasien Post Operasi Lokasi penelitian di dengan rancangan teknik relaksasi serta intensitas nyeri berat,
Sectio Caesarea ruang rawatan Two group pretest- cara yang mudah untuk nyeri setelahnya
kebidanan RSUD posttest design. mengelola emosi dan diketahui bahwa
72

Pariaman dengan Intervensi yang mengembangkan sebagian besar dari


Jumlah sampel 40 diberikan adalah kecerdasan emosional. responden memiliki
Orang dimana 20 Relakasasi Genggam Emosi adalah seperti intensitas nyeri sedang,
responden kelompok Jari Di ruang Rawatan gelombang energi yang sebagian besar dari
kasus dan 20 kebidanan RSUD mengalir di dalam responden memiliki
responden kelompok Pariaman tubuh, pikiran, dan tingkat intensitas nyeri
kontrol jiwa. Saat kita berat, setelahnya
merasakan perasaan diketahui bahwa
yang berlebihan, aliran sebagian besar dari
energi di dalam tubuh responden memiliki
kita menjadi tersumbat intensitas nyeri berat,
atau tertahan sehingga adanya pengaruh teknik
akan menghasilkan rasa relaksasi genggam jari
nyeri atau kemampatan. terhadap penurunan
Di sepanjang jari-jari tingkat nyeri pada pasien
tangan kita terdapat post operasi sectio
saluran atau meridian caesarea di ruang
energi yang rawatan kebidanan
terhubungkan dengan RSUD Pariaman
berbagai organ dan
emosi, dengan
memegang setiap jari
sambil bernafas dalam-
dalam, kita dapat
memperlancar aliran
energi emosional dan
perasaan kita untuk
membantu pelepasan
73

jasmani dan
penyembuhan
Pengaruh Teknik Relaksasi Nispi Yulyana, Populasi penelitian ini Jenis penelitian yang Teknik relaksasi Data dianalisis
Genggam Jari Terhadap Yunia Liansyi, pasien post operasi digunakan adalah genggam jari atau juga menggunakan Uji T-Test.
Penurunan Nyeri Ibu Post Wewet Savitri sectio caesarea. Quasy Experiment teknik magic hold Rerata skala nyeri
Operasi Sectio Caesarea Lokasi di Ruang dengan two group finger merupakan salah sebelum intervensi pada
Anggrek RSUD pretest and posttest satu teknik kelompok intervensi
Mukomuko, design. Intervensi penyembuhan yang 6.44. Rerata skala nyeri
Bengkulu. Dengan yang diberikan adalah berasal dari Jepang dan sesudah pemberian
jumlah sample 18 Relakasasi Genggam terkenal dengan teknik intervensi pada
Orang Jari di Ruang Anggrek jin shin jyutsu. Cara ini kelompok intervensi
RSUD Mukomuko, hanya membutuhkan 3.39. terdapat perbedaan
Bengkulu. waktu sekitar ± 5 menit. yang bermakna pada
Teknik relaksasi penurunan skala nyeri
genggam jari membuat antara sebelum dan
2020
ibu lebih nyaman, lebih sesudah intervensi pada
tenang sehingga nyeri kelompok intervensi
yang dirasakan ibu dengan p value = 0.000
berkurang, ibu menjadi (α = 0.05). Terdapat
lebih semangat dan pengaruh teknik relaksasi
berusaha untuk lebih genggam jari terhadap
cepat sembuh tingkat nyeri pada pasien
post sectio caesarea.
Disarankan bagi tenaga
kesehatan khususnya
bidan agar melakuan
teknik relaksasi genggam
jari sebagai salah satu
74

alternativ penurunan
nyeri pada ibu post sectio
caesarea.
Pengaruh Teknik Relaksasi Ani Laila, Yessi Populasi penelitian ini Jenis penelitian yang Teknik relaksasi Hasil penelitian
Genggam Jari Terhadap Novita, Yan pasien post operasi digunakan adalah pre- genggam jari akan menunjukkan rata-rata
Intensitas Nyeri Pada Sartika , Ari sectio caesarea. eksperimen dengan menghasilkan impuls intensitas nyeri sebelum
Pasien Post Sectio Susanti Lokasi di ruang rancangan one group yang dikirim melalui dilakukan teknik
Caesarea Di Rsud Arifin Camar I RSUD Arifin pretest – postest serabut saraf aferen relaksasi genggam jari
Achmad Provinsi Riau Achmad Provinsi Riau design Intervensi yang yang mengakibatkan adalah 6,05 dan sesudah
Penelitian ini diberikan adalah pintu gerbang tertutup dilakukan teknik
dilakukan pada bulan Relakasasi Genggam sehingga stimulus nyeri relaksasi genggam jari
Maret sampai dengan Jari di ruang Camar I terhambat dan adalah 1,50. Hasil yang
Juni 2018. dengan RSUD Arifin Achmad berkurang. Impuls didapatkan adalah ada
jumlah sample 20 Provinsi Riau berupa sentuhan, pengaruh teknik relaksasi
Orang tekanan, genggaman genggam jari terhadap
jari pada telapak tangan intensitas nyeri pada 2021
akan merangsang pasien post sectio
neuron-neuron caesarea di ruang Camar
substansia gelatinosa I RSUD Arifin Achmad
inhibitorik menghambat Provinsi Riau dengan p
sel transmiter dalam value 0,000 (α < 0,05).
mentransmisikan Hasil penelitian ini
impuls nyeri ke otak diharapkan dapat
(menutup gerbang) digunakan sebagai
Cara ini hanya metode untuk
membutuhkan waktu mengurangi nyeri pada
sekitar ± 10 menit. pasien post sectio
caesarea di RSUD Arifin
75

Achmad Provinsi Riau.


Effektifitas Teknik Endah Wijayanti, Populasi penelitian ini Jenis penelitian yang Teknik relaksasi yang Hasil penelitian
Relaksasi Genggam Jari Riezky Furry Ts, pasien post operasi digunakan adalah sangat sederhana dan menunjukkan sebagian
(Finger Hold) Terhadap Supriyadi B sectio caesarea. Quasi Eksperiment mudah dilakukan oleh besar dari responden
Penurunan Intensitas Lokasi di RSUD dr one group pre test and siapapun yang mengalami nyeri sedang
Nyeripada Pasien 6 Jam Kanujoso post test design. berhubungan dengan sebelum dilakukan teknik
Postoperasi Sectio Djatiwibowo Intervensi yang jari tangan serta aliran relaksasi genggam jari
Caesaria Di Rsud Dr Balikpapan periode diberikan adalah energi di dalam tubuh. yaitu sebanyak 21
Kanujoso Djatiwibowo Januari-Oktober 2019 Relakasasi Genggam Yaitu teknik genggam responden (65,6%).
Balikpapan Tahun 2020 dengan jumlah sample Jari di RSUD dr jari atau finger hold. Setelah dilakukan teknik
32 Orang Kanujoso Relaksasi genggam jari relaksasi genggam jari
Djatiwibowo dapat mengendalikan berubah menjadi
Balikpapan emosi yang akan sebagian besar responden
membuat tubuh menjadi mengalami nyeri ringan
rileks. Teknik relaksasi yaitu sebanyak 19 2022
ini diberikan selama 30 responden (59,4%).p
menit yaitu 15 menit value = 0,000 ≤ α = 0,05.
dijari-jari tangan kanan Dapat disimpulkan
dan 15 menit dijari-jari bahwa terdapat
tangan kiri untuk perbedaan yang
mengetahui perubahan signifikan antara
intensitas nyeri post intensitas nyeri sebelum
operasi sectio caesarea. dan sesudah diberikan
intervensi teknik
relaksasi genggam jari
pada pasien 6 jam post
sectiocaesarea. di RSUD
dr Kanujoso
76

Djatiwibowo Balikpapan
Teknik Relaksasi Nita Evrianasari, Populasi penelitian ini Jenis penelitian yang Tekhnik genggam jari Hasil penelitian
Genggam Jari Terhadap Nova Yosaria pasien post operasi digunakan adalah pra dilakukan dengan cara menunjukan rata-rata
Nyeri Postsectio Caesarea Anissa Ermasari sectio caesarea. eksperimen dengan Genggam ibu jari nyeri sebelum intervensi
Lokasi di RSUD A. pendekatan one group selama kurang lebih 3 sebesar 6.30, rata-rata
Yani Kota Metro pretest posttest. menit dengan bernapas nyeri setelah intervensi
tahun 2018 dengan Intervensi yang secara teratur, untuk sebesar 4.25. Ada
jumlah sample 20 diberikan adalah kemudian seterusnya pengaruh teknik relaksasi
Orang Relakasasi Genggam satu persatu beralih ke genggam jari terhadap
Jari di RSUD A. Yani jari selanjutnya dengan nyeri Post Sectio
Kota Metro rentang waktu yang Caesarea di RSUD A.
sama, setelah kurang Yani Kota Metro 2019
lebih 15 menit, alihkan berdasarkan hasil uji t
tindakan untuk tangan didapat p value 0,000 < α
yang lain danlakukan (0,05). Disarankan bagi
juga selama 15 menit. tenaga kesehatan
Pengukuran tingkat khususnya bidan agar
nyeri dengan melakukan teknik
menggunakan skala relaksasi genggam jari
nyeri numerik (0-10) sebagai salah satu
alternative penurunan
nyeri pada ibu post SC.
77

STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR (SOP)


TEKNIK RELAKSASI GENGGAM JARI PADA PASIEN POST
OPERASI SECTIO CAESAREA
Teknik genggam jari adalah tindakan relaksasi otot rangka
yang dapat dipercaya dapat menurunkan nyeri dengan
Pengertian merelaksasikan ketegangan otot yang mendukung rasa nyeri.
Teknik relaksasi genggam jari merupakan teknik relaksasi
dengan jari tangan serta aliran energi di dalam tubuh.
Untuk mengurangi nyeri dan dapat memperbaiki aspek emosi
Manfaat ketika terjadi perasaan yang tidak nyaman atau stres
Waktu Selama 10-15 menit
1. Mengurangi nyeri, perasaan takut dan cemas
2. Mengurangi perasaan panic dan khawatir
Tujuan 3. Memberikan perasaan yang nyaman pada tubuh
4. Menenangkan pikiran dan dapat mengontrol emosi
5. Melancarkan aliran dalam darah
1. Pengukur waktu (Jam tangan)
Peralatan 2. Catatan Observasi Klien
3. Pena dan Buku catatan kecil
1. Indentifikasi tingkat nyeri pasien
2. Berikan penjelasan tentang teknik relaksasi genggam jari
Persiapan 3. Atur posisi yang nyaman bagi pasien
Klien dan 4. Pasien dalam kondisi sadar
Lingkungan 5. Melakukan pemeriksaan tanda tanda vital
6. Melakukan tes awal dengan menggunakan numeric rating
scale
Tahap 1. Memberikan salam dan memperkenalkan diri
Orientasi 2. Menjelaskan tujuan dan prosedur
Langkah – langkah
1. Posisi pasien dalam keadaan berbaring lurus ditempat
tidur dan meminta pasien untuk mengatur nafas dan
merileksasikan otot
2. Duduk disamping pasien, relaksasi dimulai dengan
mengenggam ibu jari pasien dengan tekanan lembut,
Prosedur genggam hingga nadi pasien terasa berdenyut.
3. Pasien diminta untuk mengatur nafas dengan lembut
4. Genggam ibu jari selama 2-3 menit dengan nafas secara
teratur dan kemudian seterusnya satu persatu beralih ke
jari berikutnya dengan rentang waktu yang sama
5. Setelah kurang lebih 10-15 menit, alihkan tindakan untuk
tangan yang lain
1. Berikan reinforcement positif kepada pasien setelah
Terminasi melakukan teknik relaksasi genggam jari
2. Setelah tindakan dilakukan melakukan pemeriksaan tanda
78

tanda vital
3. Melakukan tes akhir dengan menggunakan numeric rating
scale
Dokumentasi Catat dan dokumentasikan hasil observasi yang dilakukan
79

DOKUMENTASI

Anda mungkin juga menyukai