Anda di halaman 1dari 88

MAKALAH ASUHAN KEPERAWATAN GANGGUAN

SISTEM PENGELIHATAN PADA LANSIA

DOSEN PENGAMPU: Ns. Thomas Aquino Erjinyuare Amigo, S.Kep.,


M.Kep., Sp.Kep.Kom
DISUSUN OLEH:
KELAS A12.3
1. WAYAN ADI ARWANA (15130096)
2. SETYA PRI HARYANTO (15130091)
3. MUHAMMAD ALIF REZEKI (15130102)
4. APRILINA AWING (15130110)
5. MERRY VETRA (15130111)
6. IKA SUSANTI (15130119)
7. DEVY YUANITA LESTARI (15130120)
8. YULA KRISTIANI (15130128)
9. KOMANG MERRY SETIAWATI (15130129)

PROGRAM STUDI S-1 ILMU KEPERAWATAN


FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS RESPATI YOGYAKARTA
YOGYAKARTA
FEBRUARI 2018
DAFTAR ISI

HALAMAN SAMPUL .......................................................................................i


DAFTAR ISI .......................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN ...................................................................................1
A. Latar Belakang ........................................................................................1
B. Tujuan .......................................................................................................1
1. Tujuan Umum ..................................................................................1
2. Tujuan Khusus .................................................................................2
BAB II TINJAUAN TEORI ..............................................................................3
A. Anatomi Fisiologi ....................................................................................3
B. Definisi .....................................................................................................8
B. Etiologi .....................................................................................................10
C. Manifestasi Klinis ...................................................................................11
D. Patofisiologi .............................................................................................11
E. Pathway....................................................................................................13
F. Pemeriksaan Penunjang .........................................................................14
G. Komplikasi ..............................................................................................15
H. Penatalaksanaan Medis dan Keperawatan ..........................................17
I. Pengkajian Keperawatan ........................................................................18
J. Diagnosa Keperawatan ...........................................................................25
K. Rencana Keperawatan ...........................................................................26
DAFTAR PUSTAKA .........................................................................................66

BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Lansia merupakan akronim dari lanjut usia. Lanjut usia sendiri adalah suatu keadaan
dimana usia seseorang telah mencapai 60 tahun ke atas (Kementerian Kesehatan RI, 2016).
Pada tahun 2010, diperkirakan terdapat 524 juta penduduk dunia yang berusia 65 tahun ke
atas atau sekitar 8% dari seluruh populasi jumlah penduduk dunia (WHO, 2011). Di
Indonesia sendiri estimasi jumlah penduduk lansia pada tahun 2016 berdasarkan hasil survei
Pusat Data dan Informasi Kemenkes RI ada sekitar 22 juta lansia dengan pembagian sebagai
berikut: 8,3 juta (usia 60-64 tahun), 5,7 juta (65-69 tahun), 3,9 juta (usia 70-74 tahun), dan
4,5 juta (75 tahun ke atas) (Kementerian Kesehatan RI, 2017). Sedangkan berdasarkan data
proyeksi penduduk Indonesia, diperkirakan pada tahun 2017 terdapat 23,66 juta jiwa
penduduk lansia atau sekitar 9,03% dari jumlah penduduk di Indonesia. Dengan prevalensi
dari 32 provinsi di Indonesia terdapat 19 provinsi atau sekitar 55,88% provinsi di Indonesia
yang memiliki struktur penduduk tua dengan persentase lansia terbesar di Daerah Istimewa
Yogyakarta (13,81%), Jawa Tengah (12,59%) dan Jawa Timur (12,25%) (Kementerian
Kesehatan RI, 2017).
Peningkatan jumlah lansia dari tahun ke tahun menyebabkan jumlah populasi
dengan angka kesakitan akibat proses menua bertambah. Berbeda dengan usia lain, pada
lansia lebih banyak muncul penyakit tidak menular (PTM) daripada penyakit menular
karena semakin bertambahnya umur maka fungsi fisiologis akan mengalami penurunan
akibat proses penuaan. Adapun prevalensi 10 masalah kesehatan yang sering terjadi pada
lansia (mulai dari usia 55 tahun sampai 75 tahun ke atas) pada tahun 2013 yaitu hipertensi
(167,3 Juta), artritis ( 151,7 juta), stroke (146,1 juta), PPOK (13,6 juta), DM (13,8 juta),
kanker (12,1 juta), penyakit jantung koroner (9,6 juta), batu ginjal (3,6 juta), gagal jantung
(2,7 juta), dan gagal ginjal (1,6 juta) [ CITATION Kem141 \l 1057 ].
Selain 10 masalah kesehatan tersebut, lansia juga rentan mengalami gangguan pada
sistem pengelihatannya. Penyebab utama dari gangguan sistem pengelihatan pada lansia
sendiri biasanya disebabkan oleh penyakit kardiovaskuler dan penyakit yang menyebabkan
terjadinya degenerasi sel dengan cepat.
Menurut WHO ada 180 juta orang tercatat di seluruh dunia, 40-45 juta diantaranya
dinilai mengalami penglihatan kurang baik, mereka tidak dapat berjalan tanpa bantuan.
Diperkirakan 46 dari kasus ini dialami oleh lansia. Beban kebutaan di seluruh dunia
meningkat akibat dari pertumbuhan dan penuaan populasi. Karena masalah dengan sistem
pengelihatan ini berhubungan dengan usia, prevalensinya jugq akan meningkat berlipat ganda
pada tahun 2020. Saat ini di Amerika Serikat terjadi 5000 per juta orang mengalami masalah
pengelihatan dalam setahun. Namun di Afrika tingkat rata-rata penderita masalah penglihatan
38
hanya sekitar 200 kasus per 1 juta orang dalam setahun. Satu-satunya perawatan yang efektif
adalah operasi dan itu mahal.
B. Tujuan
1. Tujuan Umum
Tujuan umum penulisan asuhan keperawatan ini adalah mahasiswa mampu melakukan
asuhan keperawatan pada pasien dengan masalah keperawatan terkait sistem pengelihatan
2. Tujuan Khusus
1. Mengetahui pengkajian keperawatan pada lansia dengan gangguan sistem
pengelihatan
2. Mengetahui diagnosa keperawatan pada lansia dengan gangguan sistem pengelihatan
3. Mengetahui intervensi keperawatan pada lansia dengan gangguan sistem
pengelihatan
4. Mengetahui evaluasi keperawatan pada lansia dengan gangguan sistem pengelihatan.

BAB II
TINJAUAN TEORI

A. Anatomi Fisiologi
Perubahan usia yang terkait di mata itu sendiri juga mempengaruhi kesehatan visual.
Struktur mata tertentu yang berubah seiring dengan bertambahnya usia yaitu kornea, lensa,
iris dan pupil, badan siliaris, vitreous dan retina.
Kornea adalah penutup tembus pandang di mata yang membiaskan cahaya dan
membantu fokus mata sebanyak 65 sampai 75 %. Namun seiring dengan bertambahnya usia
mata, kornea menjadi buram dan kuning, mengganggu arus cahaya, terutama sinar UV ke
retina. Perubahan yang dialami kornea dapat juga disebabkan karena adanya akumulasi
penumpukan lipid yang menyebabkan terjadinya peningkatan hamburan cahaya dan
menyebabkan pengelihatan menjadi kabur. Selain itu, perubahan terkait usia dapat
menyebabkan terjadi masalah di kelengkungan kornea yang mempengaruhi kemampuan
refraktif.
Lensa terdiri dari lapisan konsentris dan avaskular. Lensa tidak memiliki suplai
darah, jadi hanya tergantung pada aquous humor untuk fungsi metabolik dan pendukung.
Serat lensa transparan terus membentuk lapisan baru tanpa menghilangan lapisa tua. Karena
hal itu semakin bertambah tua usia seseorang lensa yang terus membentuk lapisan baru
39
dapatdapat menyebabkann otot siliaris menjadi kaku. Perubahanini juga dapat mengganggu
transmisi cahaya, menyebarkan cahaya yang melewati lensa menuju retina. Perubahan ini
dapat menyebabkan terjadinya masalah dalam menerjemahkan cahaya. Lapisan baru yang
terbentuk menyebabkan lapisan tua menekan saraf dimana akhirnya lapisan ini masuk ke
dalam inti. Jika proses ini terus berlangsung maka secara bertahap dapat menningkatkan
ukuran dan keadatan lensa, dan massa nya meningkat 3 kali lipat saat berusia 70 tahun.
Dengan demikian, lensa secara bertahap akan menjadi lebih kaku, lebih padat,
dan lebih buram.
Iris adalah otot sfingter berpigmen yang melebar dan kontraksi untuk mengendalikan
ukuran pupil dan mengatur jumlah cahaya mencapai retina. Dengan bertambahnya usia, iris
menjadi sklerotik dan kaku, pupil akan menjadi kecil. Perubahan ini mempengaruhi
kemampuan merespon tingkat cahaya yang redup dan dapat menyebabkan jumlah cahaya
yang mencapai retina berkurang.
Badan siliaris adalah massa otot, jaringan ikat,dan pembuluh darah yang
mengelilingi lensa. Otot ini mengatur berlalunya sinar cahaya melalui lensa dengan
mengubahnya bentuk lensa. Badan siliaris bertanggung jawab atas akomodasi,sebuah
proses yang mengendalikan kemampuan seseorang untuk fokus di dekat objek. Selain itu,
badan siliaris menghasilkan cairan. Karena perubahan terkait usia, sel otot diganti dengan
jaringan ikat, dan badan siliaris berangsur-angsur menjadi lebih kecil, lebih kaku, dan
kurang fungsional. Selain itu saat lanjut usia, dapat menyebabkan berkurangnya sekresi
cairan humor mengganggu makanan dan pembersihan lensa dan kornea.
Vitreous adalah massa yang jernih dan berupa gel/agar-agar yang membentuk
substansi dalam dan mempertahankan bentuk bola mata. Perubahan terkait usia
menyebabkan zat agar-agar menyusut dan kenaikan proporsional dalam porsi cairan.
Karena dari perubahan ini, vitreous mendekati ke arah retina, mengakibatkan gejala seperti
floaters, kabur penglihatan, gambar terdistorsi, atau kilatan cahaya. Selain itu, perubahan
ini dapat menyebabkan cahaya menyebar lebih lebar melalui vitreous, serta mengurangi
jumlah cahaya yang mencapai retina. Proses transformasi rangsangan visual menjadi impuls
saraf dimulai di batang dan kerucut, yang merupakan produsen warna sel fotoreseptor di
retina. Batang tidak merasakan warna, tapi mereka bertanggung jawab atas penglihatan
pada Cahaya rendah. Sel kerucut membutuhkan tingkat cahaya yang tinggi untuk berfungsi
secara efektif, dan mereka bertanggung jawab atas persepsi warna dan ketajaman, yang
merupakan kemampuan untuk mendeteksi detail dan membedakan objek. Batang
didistribusikan di seluruh retina perifer dan kerucutnya terkonsentrasi di bagian tengah dan
38
paling sensitif makula, disebut fovea. Meski batang dan kerucut berkurang seiring
bertambahnya usia, dampak dari perubahan ini adalah Minimal karena hilangnya kerucut
terjadi terutama di pinggiran dari retina, dengan hanya sedikit kehilangan pada fovea. Dan
meskipun jumlah batang menurun di retina sentral,Batang yang tersisa bertambah dalam
ukuran dan mempertahankan kemampuannya ambil cahaya Perubahan terkait usia
tambahan pada struktur retina termasuk akumulasi lipofuscin dan penipisan dan sklerosis
pembuluh darah dan epitel pigmen.
Palpebra. Dengan bertabahnya usia akan menyebabkan kekendoran seluruh jaringan
kelopak mata. Perubahan ini yang juga disebut dengan perubahan involusional terjadi
pada :
• M.orbikularis okuli
Perubahan pada m.orbicularis menyebabkan perubahan kedudukan palbera yaitu
terjadi entropion atau ekstropion. Entropion /Ekstropion yang terjadi pada usia lanjut
disebut entropion/ektropion senilis/involusional. Adapun proses terjadinya mirip,
namun yang membedakan adalah perubahan pada m.orbicularis preseptal dimana pada
entropion, musculus tersebut berpindah posisi ke tepi bawah tarsus, sedangkan pada
ektropion musculus tersebut relatif stabil.
• Retraktor palpebra inferior
Kekendoran retraktor palpebra inferior mengakibatkan tepi bawah tarsus rotasi
/berputar kearah luar sehingga memperberat terjadinya entropion.
• Tarsus
Bila tarsus kurang kaku oleh karena proses atropi akan menyebabkan tepi atas lebih
melengkung ke dalam sehingga entropion lebih nyata.
• Tendo kantus medial/lateral
Perubahan involusional juga mengenai tendon kantus media/lateral sehingga secara
horizontal kekencangan palpebra berkurang.
Perubahan pada jaringan palpebra juga di perberat dengan keadaan dimana bola mata
pada usia lanjut lebih enoftalmus karena proses atropi lemak peri orbita. Akibatnya
keken¬cangan Palpebra secara horizontal relatif lebih nyata. Jadi apakah proses
involusional tersebut menyebabkan margo palpebra menjadi inversi atau eversi
tergantung pada peru¬bahan–perubahan yang terjadi pada m.orbicularisoculi, retraktor
palpebra inferior dan tarsus.
• Aponeurosis muskulus levator palpebra

39
Aponeurosis m.levator palpebra mengalami disinsersi dan terjadi penipisan,
akibatnya terjadi blefaroptosis akuisita.
Glandula lakrimalisPada usia lanjut sering dijumpai keluhan nrocos, ini di¬sebab¬kan
kegagalan fungsi pompa sistem kanalis lakrimalis oleh karena kelemahan palpebera, eversi
punctum atau malposisi pal¬pebra. Namun sumbatan sistim kanalis lakrimalis yang
sebenarnya atau dacryostenosis sering juga dijumpai, dimana dikatakan bahwa
dacryostenosis akuisita tersebut lebih banyak dijumpai pada wanita dibanding pria. Adapun
patogenesis yang pasti terjadinya sumbatan ductus nasolakrimalis masih belum jelas, namun
diduga oleh karena terjadi proses fibrotik dan berakibat terjadinya sumbatan.
Setelah usia 40 tahun khususnya pada wanita pasca meno¬pause sekresi basal kelenjar
lakrimal tak menunjukkan gejala epifora oleh karena volume air matanya sedikit. Akan
tetapi bilamana sumbatan sistim lakrimalis tak nyata akan memberi keluhan mata kering
yaitu adanya rasa tidak enak seperti terdapat benda asing atau seperti ada pasir, mata terasa
lelah dan kering bahkan kabur. Sedangkan gejala obyektif yang didapatkan adalah
konjungtiva bulbi kusam dan menebal kadang hiperaemi, pada kornea didapatkan erosi dan
filamen. Pemeriksaan yang perlu dilakukan adalah Schirmer, Rose Bengal, “Tear film break
up time”.

3. Kornea (Cornea)
Arkus Senilis (Gerontoxon, Arcus Cornea)
Merupakan manifestasi proses penuaan pada kornea yang sering dijumpai. Keberadaan arcus
senilis ini tidak memberikan keluhan, hanya secara kosmetik sering menjadi masalah.
Kelainan ini berupa infiltrasi lemak yang berwarna keputihan, berbentuk cincin dibagian tepi
kornea. Mula-mula timbulnya dibagian inferior kemudian diikuti bagian superior
berlangsung luas dan akhirnya berbentuk cincin (anulus senilis).
Etiologi arkus senilis diduga ada hubungannya dengan peningkatan kolesterol dan low
density lipoprotein (LDL). Bahan yang membentuk cincin tersebut terdiri dari ester
kolesterol, kolesterol dan gliserid. Arkus senilis mulai dijumpai pada usia 40–60 tahun dan
terjadi pada hampir pada semua orang yang berusia diatas 80 tahun dimana laki-laki lebih
awal timbulnya dibanding wanita.

4. Muskulus siliaris (Musculus Ciliaris)


Dengan bertambahnya usia, bentuk dari muskulus siliaris mengalami perubahan. Pada masa
kanak-kanak muskulus tersebut cenderung datar, namun semakin bertambah usia seseorang
38
serabut otot dan jaringan ikatnya bertambah sehingga muskulus tersebut menjadi lebih tebal,
terutama bagian inferior. Proses tersebut berlanjut dan mencapai tebal maksimal pada usia
lebih kurang 45 tahun. Setelah itu terjadi proses degenerasi dimana maskulus tersebut
mengalami proses atropi, juga hialinisasi. Tampak peningkatan jaringan ikat diantara
serabut-serabut muskulus siliaris dan nukleusnya menipis. Tampak pula butiran lemak dan
deposit kalsium diantara serabut muskulus tersebut.
Dengan bertambahnya usia terjadi penurunan amplitudo akamodasi dengan manifestasi klinis
yaitu presbiopia. Penurunan amplitudo akomodasi ini dikaitkan dengan perubahan serabut
lensa yang menjadi padat dan kapsulnya kurang elastis, sehingga lensa kurang dapat
menyesuaikan bentuknya. Untuk mengatasi hal tersebut muskulus siliaris mengadakan
kompensasi sehingga menga¬lami hipertropi. Proses ini terus berlanjut dengan semakin
bertam¬bahnya usia sehingga terjadi manifestasi presbiopia.

5. Humor Aqueous
Pada mata sehat dengan pemeriksaan fluorofotometer diper¬kirakan produksi H.Aqueous 2,4
l+/_ 0,06 micro liter/menit. Beberapa faktor berpengaruh pada pada produksi H.Aqueous.
Dengan pemeriksaan fluorofotometer menunjukkan bahwa dengan bertambahnya usia terjadi
penurunan produksi H.Aqueous 2% (0,06 micro liter/menit) tiap dekade.
A. PROSES MENUA
1. Definisi Lansia
Usia lanjut dikatakan sebagai tahap akhir perkembangan pada daur
kehidupan manusia. Sedangkan menurut Pasal 1 ayat (2), (3), (4) UU No. 13 Tahun
1998 tentang kesehatan dikatakan bahwa usia lanjut adalah seseorang yang telah
mencapai usia lebih dari 60 tahun (Maryam dkk, 2008).
Berdasarkan definisi secara umum, seseorang dikatakan lanjut usia (lansia)
apabila usianya 65 tahun ke atas. Lansia bukan suatu penyakit, namun merupakan
tahap lanjut dari suatu proses kehidupan yang ditandai dengan penurunan
kemampuan tubuh untuk beradaptasi dengan stres lingkungan. Lansia adalah
keadaan yang ditandai oleh kegagalan seseorang untuk mempertahankan
keseimbangan terhadap kondisi stres fisiologis. Kegagalan ini berkaitan dengan
penurunan daya kemampuan untuk hidup serta peningkatan kepekaan secara
individual (Efendi, 2009).
Penetapan usia 65 tahun ke atas sebagai awal masa lanjut usia (lansia)
dimulai pada abad ke-19 di negara Jerman. Usia 65 tahun merupakan batas minimal
39
untuk kategori lansia. Namun, banyak lansia yang masih menganggap dirinya berada
pada masa usia pertengahan. Usia kronologis biasanya tidak memiliki banyak
keterkaitan dengan kenyataan penuaan lansia. Setiap orang menua dengan cara yang
berbeda-beda, berdasarkan waktu dan riwayat hidupnya. Setiap lansia adalah unik,
oleh karena itu perawat harus memberikan pendekatan yang berbeda antara satu
lansia dengan lansia lainnya (Potter & Perry, 2009).

2. Klasifikasi Lansia
AGE CLASIFICATION
65-74 Young Old
75-84 Old
85-94 Old-old
95 And Older Elite Old.chronologicaly gifted
Data from Mauk, K. L. (2006). Introduction to gerontological
nursing. In K. L. Mauk (Ed.), Gerontological nursing:
Competencies for care. Boston:
Jones & Bartlett.
Menurut Badan Pusat Statistik (2015), penduduk lansia dapat digolongkan
menjadi tiga yaitu:
a) Lansia muda: 60-69 tahun,
b) Lansia madya: 70-79 tahun,
c) Lansia tua: 80 tahun ke atas.
Sedangkan klasifikasi lansia menurut Mauk (2006), lansia dibagi menjadi 4 yaitu:
a) Lansia muda: 65-74 tahun,
b) Lansia pertengahan: 75-84 tahun,
c) Lansia tua: 85 tahun ke atas.
Di Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 13 Tahun 1998, lansia dibagi
menjadi dua berdasarkan kemampuan lansia dalam melakukan kegiatan sehari-hari yaitu:
a) Lanjut usia potensial: lanjut usia yang masih mampu melakukan pekerjaan dan
atau kegiatan yang menghasilkan barang dan/atau jasa,
b) Lanjut usia tidak potensial: lanjut usia yang tidak berdaya mencari nafkah
sehingga hidupnya bergantung pada bantuan orang lain.

3. Teori Lansia
a. Teori Penuaan
Penuaan adalah proses kompleks biologis ,psikososial, budaya dan perubahan
pengalaman. Tidak ada satu teori pun mencakup dan menjelaskan semua aspek

38
penuaan. Berikut adalah diskusi tentang beberapa teori biologis dan psikososial
yang menawarkan kerangka refrensi untuk memberikan asuhan keperawatan
lansia
b. Teori Biologis
Ada beberapa teori biologis yang membahas fisik perubahan penuaan teori
stress menunjukan bahwa iraversibel perubahan struktural dan kimiawi terjadi
tubuh akibatnya stres sepanjang rentang hidup dan individu harus
melakukannya, belajar menyesuaikan diri dengan perubahan ini. Teori ini
menggambarkan kemunduran jaringan dan organ sebagai penyebab kehilangan
fleksibilitas dan mobilitas fungsional yang terjadi dengan penuaan. Teori mutasi
somatik menyatakan bahwa perubahan pada DNA yang tidak diperbaiki
menyebabkan replikasi mutasi sel, yang menyebabkan penurunan fungsi seluler
dan kehilangan efisiensi organ.
c. Teori Psikososial
Teori ini mengemukakan tentang penuaan hadir pada posisi itu, banyak
faktor selain genetik berkontribusi terhadap proses penuaan. Teori pelepasan
menyatakan bahwa sebagai individu, mereka pasti menarik diri dari masyarakat
dan masyarakat mengundurkan diri dalam proses pemisahan. Kontinuitas teori
menunjukan bahwa nilai dan kepribadian sesorang berkembang selama dan
bahwa tujuan karakteristik individu akan tetap konstan sepanjang hidup.seorang
individu dengan demikian belajar menyesuaikan diri dengan perubahan dan
cenderung berulang reaksi dan perilaku yang menyebabkan kesuksesan dimasa
lalu. (Fundamental Of Nursing: fourth Edition)

B. PENUAAN SISTEM TERKAIT


Perubahan sistem Indera pada pengelihatan lansia

Perubahan Morfologis Perubahan Fisiologis


Penurunan jaringan lemak Penurunan penglihatan jarak
sekitar mata dekat
Penurunan elastisitas dan tonus Penurunan koordinasi gerak
39
jaringan bola mata
Penurunan kekuatan otot mata Distorsi bayangan
Penurunan ketajaman kornea Pandangan biru-merah
Degenerasi pada sklera, pupill Gangguan penglihatan pada
dan iris malam hari
Peningkatan frekuensi proses Penurunan ketajaman
terjadinya penyakit mengenali warna hijau, biru
dan ungu
Peningkatan densitas dan Kesulitan mengenali benda
rigiditas lensa yang bergerak
Perlambatann proses informasi
dari sistem saraf pusat.

C. FAKTOR RISIKO YANG MEMPENGARUHI FUNGSI SISTEM TERKAIT


1. Gaya hidup
Gaya hidup yang tidak sehat dapat mempercepat proses degenerasi pada sel yang
dapat mempengaruhi sistem dalam tubuh. Gaya hidup tidak sehat yang paling
banyak menyebabkan proses degenerasi makin cepat adalah pada seorang perokok
baik aktif maupun pasif, mengkonsumsi alkohol, dan penelitian terbaru juga
menemukan bahwa gizi buruk juga dapat meningkatkan degenerasi semakin cepat.
2. Nutrisi
Malnutrisi dapat berisiko katarak, dan kekurangan vitamin A juga dapat berisiko
mengalami mata kering karena berkurangnya produksi air mata. Studi juga
menemukan bahwa gizi buruk dapat meningkatkan degenerasi matula terkait usia.
3. Umur
Umur merupakan salah satu penyebab yang tidak bisa dicegah. Seiring dengan
bertambah nya usia akan terjadi banyak perubahan baik dari struktur anatomis yang
berpengaruh pada fisiologis pasien.
4. Lingkungan
Lingkungan yang memiliki pencahayaan berlebih dapat menyebabkan silau,
pencahayaan redup dan kontras yang buruk dapat dengan cepat mempengaruhi
kesehatan mata seseorang. selain itu terpapar cahaya uv jangka panjang (sinar
matahari) dalam jangka panjang dapat memicu terjadinya katarak dan kehilangan sel
fotoreseptor, terutama sel kerucut. . Pada usia dewasa tua mata lebih rentan

38
mengalami kerusakan akibat sinar matahari karena usia mengubah respon
perlindungan mata. Kondisi lingkungan yang berangin juga dapat mempengaruhi
kesehatan mata, yaitu bisa menyebabkan mata kering. Kelembapan udara juga
berpengaruh pada kondisi kesehatan mata
5. Faktor Lain
Penyakit kronis seperti alzheimer atau parkinson dapat menyebabkan kelemahan
visual di tahap awal. orang dengan diabetes lebih berisiko mengalami katarak,
glukoma, dan diabetes retinopati. Orang dengan hipertensi atau hiperkolesterolemia
beresiko tinggi mengalami amd (age-related macular degeneration)..efek samping
obat seperti aspirin, haloperidol, antiinflamasi nonsteroid agen, antidepresan
trisiklik, digitalis, antikolinergik, fenotiazin, isoniazid, tamoxifen, amiodarone,
sildenafil, dan kortikosteroid oral atau inhalasi juga dapat mengganggu kesehatan
mata. Katarak biasanya ditemukan pada orang yang mengidap glukoma karena obat
antikolinesterase yang digunakan pada pengobatan glaukoma. Obat yang dapat
menyebabkan atau berkontribusi mata kering meliputi estrogen, diuretik,
antihistamin, antikolinergik, fenotiazin, beta-blocker, dan agen antiparkinson.

D. KONSEKUENSI FUNGSIONAL SISTEM TERKAIT


Kelainan penglihatan yang paling serius yang mempengaruhi orang dewasa yang lebih
tua terkait dengan kondisi patologis, seperti katarak,
glaukoma, atau AMD, yang semuanya cenderung terjadi terjadi pada usia lanjut.
Kelainan visual dikategorikan sebagai "fungsional" ketika ketajaman 20/50 atau lebih
buruk lagi, sebagai "low vision" ketika antara 20/70 dan 20/200, dan sebagai "kebutaan"
ketika 20/400 atau lebih buruk lagi. Kesulitan melihat, bahkan dengan koreksi lensa,
mempengaruhi 13,6% orang berusia antara 65 dan 74 tahun, 20% terjadi pada mereka
yang berusia antara 75 dan 84 tahun, dan 26,5% pada mereka yang berusia 85 tahun ke
atas (Federal Interagency Forum Statistik Penuaan, 2008). Berikut konsekuensi
fungsional yang terkait dengan jenis gangguan penglihatan yang paling mungkin terjadi
terjadi pada orang dewasa yang lebih tua.
1. Efek pada Keselamatan dan Fungsi
Karena gangguan penglihatan dikaitkan dengan banyak aspek keselamatan dan
fungsi, orang-orang yang tunanetra cenderung lebih tergantung pada aktivitas
kehidupan sehari-hari mereka. Perubahan penglihatan terkait usia paling
berpengaruh secara langsung kegiatan berikut:
39
● Keluar rumah
● Mengendarai kendaraan
● Berbelanja
● Naik turun tangga
● Masuk dan keluar dari tempat tidur atau kursi
●Berpindah dengan aman di lingkungan yang gelap atau lingkungan baru
● Melihat tanda pada jam, radio, termostat, peralatan, dan televisi
● Membaca koran, buku, poster, dan label pada makanan dan obat-obatan.
Sebagian besar kegiatan ini tidak hanya dipengaruhi oleh perubahanketerampilan
visual tapi juga oleh kondisi lingkungan, seperti saat kondisi silau dan kurangnya
pencahayaan.
Kelainan visual mengancam fungsi dan keamanan karena dapat mempengaruhi
keseimbangan, dan stabilitas postural. Hal itu juga dapat meningkatkan risiko jatuh,
patah tulang, dan cedera serius lainnya.
Studi telah menemukan sebuah asosiasi antara gangguan penglihatan dan
peningkatan risiko dari semua hal berikut: jatuh, mortalitas, patah tulang pinggul,
ketidakpatuhan obat, kecelakaan mobil, dan penurunan kualitas hidup (Kalinowski,
2008).
Secara spesifik, perubahan pengelihatan terkait usia dapat meningkatkan risiko
terjatuh termasuk berkurangnya ketajaman penglihatan, berkurangnya lapang
pandang, sensitivitas kontras terganggu dan kepekaan yang meningkat terhadap
silau. Satu Studi baru menemukan korelasi kuat antara kontras yang berkurang
kepekaan dan perubahan gaya berjalan dan ketidakstabilan postural (Kayu et al.,
2009). Selain itu, pemrosesan informasi visual tertunda dapat mengganggu
tanggapan cepat yang diperlukan menghindari jatuh
2. Efek pada Kualitas Hidup
Perubahan penglihatan terkait usia berkembang secara bertahap dan sering tanpa
disadari selama bertahun-tahun. Seiring perubahan usia juga turut mempengaruhi
perubahan penglihatan. Kejadian ini dapat menyebabkan orang dewasa yang lebih
tua dapat menarik diri dari aktivitas yang biasa dilakukan dan cenderung tidak
mengakui ada masalah pengelihatan ataupun melakukan penyesuaian diri terhadap
perubahan yang dialami.

38
Studi terbaru menemukan bahwa gangguan penglihatan dapat menyebabkan cemas,
depresi dan tingkat psikologis dan kesejahteraan yang rendah (Mabuchi et al.,
2008). Satu studi menemukan bahwa kehilangan penglihatan kedua mata merupakan
prediktor kuat dari kejadian depresi (Chou, 2008)
Studi ini juga tetap meyakini bahwa gaya hidup seseorang memang biasa
mempengaruhi setiap dampak psikososial yang terkait perubahan penglihatan. Orang
dewasa dan lansia cenderung merasa bosan dan tertekan karena perubahan
pengelihatan. Apalagi jika terbiasa melakukan aktivitas yang membutuhkan visual
yang baik, seperti membaca, menjahit dan menonton acara hiburan merupakan
kegiatan penting, berkurangnya visual fungsi dapat mengganggu kualitas hidup
seseorang.
Sebaliknya, efek masalah penglihatan akan minimal bagi orang yang lebih memilih
musik atau kegiatan lainnya yang kurang bergantung pada kemampuan visual.
Lingkungan hidup seseorang dan sistem pendukungnya adalah hal lain yang menjadi
faktor penentu konsekuensi psikososial dari perubahan penglihatan.
Pada beberapa orang lansia yang mengalami/ merasakan penurunan penglihatan
yang semakin parah akan merasa takut yang akan berdampak negatif pada kualitas
hidup mereka. Respon negatif atau
Sikap putus asa karena perubahan penglihatan bisa menyebabkan seorang lansia
tidak mengakui adanya masalah atau mencari bantuan.
Selain rasa putus asa tidak dapat melihat, rasa takut jatuh adalah sumber kecemasan
yang sering dialami. Hal ini juga menyebabkan lansia sering menabrak benda dan
merasa tidak aman di lingkungan sekitarnya bahkan lingkungan tempat tinggal lansia
yang sudah bertahun-tahun ditempati. Dan jika lansia mengalami cidera akibat
terjatuh maka itu akan meningkatkan kecemasan lansia tersebut.
3. Efek pada kemampuan Mengemudi
Konsekuensi gangguan penglihatan yang berkaitan dengan mengemudi adalah
sebagai berikut:
● Adaptasi gelap dan terang yang lambat akan menjadi masalah saat mengemudi
terutama saat masuk dan keluar dari terowongan dan saat berkendara di malam hari
jalan dengan pencahayaan bervariasi.
● Pengecilan lapang pandang yang berkurang menyebabkan resiko untuk tabrakan
semakin tinggi.

39
● Kepekaan yang menurun mengganggu persepsi pergerakan benda terutama
kendaraan yang bergerak cepat.
● Akomodasi dan ketajaman yang berkurang akan menjadi masalah ketika lansia
mencoba membaca indikator dasbor setelah fokus di jalan.
● Cahaya matahari terang sesaat setelah matahari terbit atau sebelum matahari
terbenam bisa secara signifikan mengganggu persepsi warna merah dan hijau lampu
lalu lintas karena kepekaan yang meningkat terhadap silau.
● Jika mobil memiliki jendela yang gelap, pencahayaannya berkurang juga dapat
mengganggu kemampuan visual.
Berikut adalah beberapa bentuk perubahan sensori yang diketahui ada 3 jenis, yaitu
deficit sensori, deprivasi sensori, dan beban sensori berlebih
1. Defisit Sensori.
Adalah suatu kerusakan dalam fungsi normal penerimaan dan pesepsi sensori.
Individu tidak mampu menerima stimulus tertentu (misalnya kebutaan atau tuli),
atau stimulus menjadi distorsi (misalnya penglihatan kabur karena katarak).
Kehilangan sensori secara tiba-tiba dapat menyebabkan ketakutan, marah, dan
perasaan tidak berdaya.Pada awalnya individu bersikap menarik diri dengan
menghindari komunikasi atau sosialisasi dengan orang lain dalam suatu usaha
untuk mengatasi kehilangan sensori. Klien yang mengalami deficit sensori dapat
mengubah perilaku dalam cara-cara yang adaptif atau maladaptif
2. Deprivasi Sensori.
Sistem pengaktivasi reticular dalam batang otak menyebabkan semua stimulus
sensori ke korteks serebral, sehingga meskipun saat tidur yang nyenyak, klien
mampu menerima stimulus. Jika seseorang mengalami suatu stimulasi yang tidal
adekuat kualitas dan kuantitasnya seperti stimulus yang monoton atau tidak
bermakna maka akan terjadi deprivasi sensori. Tiga jenis deprivasi sensori
adalah kurangnya input sensori (karena kehilangan penglihatan dan pendengaran
), Eliminasi perintah atau makna dari input ( misal terpapar pada lingkungan
asing ) dan Restriksi dari lingkungan ( misalnya tirah baring atau berkuranya
variasi lingkungan ) yang menyebabkan monoton dan kebosanan.
Efek dari deprivasi sensori adalah:
a. Kognitif
Penurunan kapasitas belajar, ketidakmampuan berpikir atau menyelesaikan
masalah, penampilan tugas buruk, disorientasi, berpikir aneh, regresi.
38
b. Afektif.
Kebosanan, kelelahan, peningkatan kecemasan, kelabilan emosi, dan
peningkatan kebutuhan untuk stimulasi fisik.
c. Persepsi.
Disorganisasi persepsi terjadi pada koordinasi visual, motorik, persepsi warna,
pergerakan nyata, keakuratan taktil, kemampuan untuk mempersepsikan ukiran
dan bentuk, penilaian mengenai ruang dan waktu.
3. Beban Sensori yang berlebihan
Adalah suatu kondisi dimana individu menerima banyak stimulus sensori dan
tidak dapat secara perceptual tidak menghiraukan beberapa stimulus. Pada
kondisi ini dapat mencegah otak untuk berespon secara tepat atau mengabaikan
stimulus tertentu. Sehingga individu tidak lagi mempersepsikan lingkungan
secara rasional. Kelebihan sensori mencegah respon yang bermakna oleh otak,
menyebabkan respon yang berpacu, perhatian bergerak pada banyak arah dan
menjadi lelah.
Kelebihan sensori adalah individual, karena jumlah stimulus yang dibutuhkan
untuk berfungsi sehat bervariasi. Toleransi seseorang pada bebab sensori yang
berlebihan dapat bervariasi oleh tingkat kelelahan, sikap, dan kesehatan
emodional dan fisik. Perubahan perilaku yang berhubungan dengan beban
sensori yang berlebihan dapat dengan mudah menjadi bingung atau disorientasi
sederhana.
(Friedman, 2010).
E. MACAM-MACAM GANGGUAN (PENYAKIT) PADA SISTEM TERKAIT
1. Penyakit Katarak
a. Definisi
Katarak adalah gangguan penglihatan yang tidak dapat kembali ke
keadaan semula atau normal yang dapat mempengaruhi sekitar 50%
orang berusia 80 tahun dan lebih tua. Katarak disebabkan oleh
perkembangan usia yang terkait pada perubahan pada lensa yang
dimulai sekitar usia 40 dan akhirnya bisa maju ke total opacification.
Dala perkembangannya, lensa yang biasanya jernih menjadi keruh,
transmisi cahaya ke retina berkurang, dan penglihatan terganggu.
Selain disebabkan oleh perubahan terkait usia, Faktor risiko juga

39
meliputi penyakit sistemik, obat-obatan, dan lingkungan. Katarak
cenderung terjadipada seseorang yang telah melakukan operasi
glaukoma atau jenis operasi mata lainnya. Yang paling bisa
dimodifikasi dari faktor risiko yang dapat dicegah untuk katarak
adalah merokok dan paparan sinar matahari.
Katarak biasanya terjadi di kedua mata, tapi tidak selalu memiliki
tingkat keparahan yang sama. Katarak dapat diklasifikasikan menurut
lokasi nya: katarak korteks terjadi di korteks, katarak nuklir terjadi di
nukleus, dan posterior. Katarak subkapsular terjadi di bagian belakang
membran yang mengelilingi lensa. Lokasi katarak secara signifikan
mempengaruhi dampaknya. Katarak nuklir paling mengganggu
penglihatan.
Pada tahap awal, katarak tidak selalu mempengaruhi ketajaman
visual/pengelihatan. Tapi seiring dengan berjalannya waktu hal itu
menyebabkan kesulitan beraktivitas seperti membaca dan mengemudi
malam

b. Etiologi
Kondisi Faktor resiko Gejala Penatalaksanaan
Katarak Usia lanjut dan proses Meningkatnya Operasi pengangkatan
penuaan, terpapar sinar sensitivitas terhadap lensa dan implamtasi
matahari, merokok, DM, cahay, menurunnya lensa intraokuler
malnutrisi, trauma radiasi sensitivitas kontras,
pada mata , obat-obatan penglihatan kabur,
(kortikosteroid, gambar terdistorsi,
fenotiazin, amiodaron, penglihatan ganda,
benzodiazepin, warna berkurang
antikolinesterase) persepsi, perubahan
pada ukuran frekuensi
kecamata
Degenerasi macula Usia lanjut, non-Hispanik Kemunduran Program rehabilitas
terkait usia (AMD) putih etnisitas, sejarah progresif bertahap penglihatan, terapi
keluarga AMD, merokok, dari visi pusat, laser argon jenis
hipertensi, garis lurus yang basah, pengobatan

38
hiperlipidemia, obat- terdistorsi, perawatan kesehatan
obatan(tamoxifen, penglihatan kabur jiwa dibawah
fenotiazin, klorokuin) pemeriksaan untuk
dua tipe
Glaukoma Usia lanjut,ras afrika- Kronik : pada Kronis : Terapi
amerika, riwayat mulanya terjadinya medis dengan miotik,
keluarga glaukoma, DM, secara lambat, agonis adrenergic,
obat-obatan berkurangnya karbonat penghambat
(antikolinergik, poenglihatan dalam anhidrase, beta-
kortikosteroid) cahaya yang redup, bloker, dan
kepekaan meningkat prostaglandin
untuk silau, (diberikan sebagai
sensitivitas kontras obat tetes mata)
menurun, Akut : Pengobatan
berkurangnya segera dengan obat
sekeliling atau fungsi untuk mengurangi
pada area penglihatan. tekanan, diikuti
Akut : Terjadi secara dengan operasi laser
mendadak, nyeri
hebat, penglihatan
kabur, mual dan
muntah

c. Manifestasi Klinik
● Penglihatan redup atau kabur
● Distorted atau double images
● Sering terjadi perubahan pada lensa korektif
● Sensitiv terhadap cahaya
● Kebutuhan cahaya saat membaca meningkat
● Persepsi "film" di atas mata
● Kemampuan yang berkurang untuk membedakan kontras
● Munculnya persepsi seperti terdapat lingkaran cahaya di sekitar
lampu yang terang.

39
● Perbedaan persepsi warna yang menyimpang atau berkurang (mis.,
Biru muncul tumpul, dan merah, kuning, dan oranye tampil lebih
cerah).
d. Patofisiologi
Katarak adalah kondisi berawan yang biasanya terlihat di lensa mata
pasien dengan katarak. Lensa tersebut terletak di dalam kantung
tertutup atau kapsul. Dalam proses penuaan sel tua di lensa akan mati
dan terjebak di dalamnya. Selanjutnya sel-sel ini akan menumpuk dan
membuat lensa terlihat berawan atau keruh. Hal ini menghasilkan
penglihatan menjadi buram atau kabur. Katarak juga disebabkan oleh
Rumpun protein yang mengurangi ketajaman gambar hingga mencapai
retina. Dengan bertambahn tua nya seseorang maka lensa mata akan
kekurangan air dan menjadi lebih padat. Adapun lensa akan menjadi
padat pada bagian tengahnya, sehingga kemampuan mata untuk fokus
pada suatu benda dekat berkurang. Pada orang tua, lensa perlahan
berubah warnanya menjadi kuning atau kecoklatan. Ini akan
menambahkan sebuah warna kecoklatan pada penglihatan.
2. Penyakit Glaukoma
a. Definisi
Glaukoma adalah suatu kondisi dimana sel ganglion saraf optik
rusak karena produksi Aqueous humour yang tidak normal. Aqueous
humour adalah cairan yang encer yang dihasilkan di ruang anterior
yang fungsinya mempertahankan tekanan mata antara 10 dan 20
mmHg.
Jika cairan tidak bisa mengalir dari ruang anterior mata melalui
saluran iris dan kornea, maka akan menumpuk dan mendorong saraf
optik. Dorongan pada saraf optik ini dapat menyebabkan kerusakan
pada saraf optik yang menyebabkan hilangnya penglihatan tepi. Jika
tidak diobati, maka kerusakan bisa berkembang menjadi kebutaan.
(National eye institute,2007)
b. Jenis Glaukoma
1.) Primary Open-Angle Glaucoma (POAG)/ Glaukoma Kronik
Sederhana

38
2.) Glaukoma Sudut Terbuka Sekunder
3.) Glaukoma Kongenital
c. Etiologi
a. Primary Open-Angle Glaucoma (POAG) / Glaukoma Kronik
Sederhana
Penyebab dari Glaukoma Kronik Sederhana ini sering dikaitkan
dengan mutasi gen MYOC di saraf optikus dan berbagai jaringan
segmen yang menghasilkan myocilin.
b. Glaukoma Sudut Terbuka Sekunder
Penyebab dari Glaukoma sudut terbuka ini karena terjadinya
obstruksi jalan menuju trabekula yang disebabkan oleh tertutupnya
membran. Tertutupnya memberan ini berupa jaringan
fibrovaskular., proliferasi epitel membran.
Penyebab berikutnya adalah penyumbatan trabekular meshwork
oleh berbagai materi seperti protein lensa yang berat molekulnya
lebih tinggi dari sel darah merah yang mati setelah trauma, granula
pigmen epitel iris (pigmentary glaucoma), fragmen serat oxytalan
(exfoliation glaucoma), tumor nekrotik (melanomaltyc glaucoma)
dapat pula diakibatkan oleh perubahan serat-serat trabekular
sendiri, misalnya edema(herpes zoster iritis/trabekulitis) dan
pembentukan scar/jaringan parut.
Penyebab yang lain bisa di bagian post trabekula dimana disini
terjadi peningkatan tekanan pada permukaan mata (peningkatan
tekanan vena episklera) dengan sudut yang masih terbuka
menyebabkan aliran aquos humor terhambat yang dapat
diasosiasikan dengan:
 Malformasi pada Sturge-Weber syndrome
 Trauma/spontan arterialisasi vena.
 Obstruksi vena kava superior
d. Manifestasi Klinik
Manifestasi klinis glaukoma meliputi sakit kepala, mata
lelah,gangguan penglihatan tepi, pupil tetap dan melebar dan persepsi
ada nya cahaya yang melingkar. (Miller)

39
e. Patofisiologi
Dapat dijelaskan berdasarkan klasifikasi di bawah ini:
1. Glaukoma sudut terbuka
Glaukoma yang sering ditemukan adalah glaukoma sudut
terbuka.Glaukoma sudut terbuka terjadi karena pembendungan
terhadap aliran keluaraqueous humor, sehingga menyebabkan
penimbunan. Hal ini dapat memicuproses degenerasi
trabecularmeshwork, termasuk pengendapan materi ekstra sel di
dalam anyaman dan di bawah lapisan endotel kanalis Schlemm
(Salmon, 2009). Mekanisme kerusakan neuron pada glaukoma
sudut terbuka dan hubungannya dengan tingginya tekanan
intraokular masih belum begitu jelas. Teori utama
memperkirakan bahwa adanya perubahan-perubahan elemen
penunjang struktural akibat tingginya tekanan intraokular di
saraf optikus, setinggi dengan lamina kribrosa atau pembuluh
darah di ujung saraf optikus. Teori lainnya memperkirakan terjadi
iskemia pada mikrovaskular diskus optikus (Kanski, 2007).
Kelainan kromosom 1q-GLC1A(mengekspresikan myocilin)
juga menjadi faktor predisposisi (Kwon et al, 2009).
2. Glaukoma Sudut Terbuka Sekunder
Timbul akibat adanya penyakit mata yang mendahuluinya.
Beberapa jenis glaukoma sekunder antara lain glaukoma
pigmentasi, pseudoeksfoliasi, dislokasi lensa, intumesensi
lensa,fakolitik, uveitis, melanoma traktus uvealis,
neovaskular, steroid, trauma danpeningkatan tekanan
episklera (Salmon, 2009).
3. Glaukoma Kongenital
Secara genetik, keluarga yang memiliki glaukoma tekanan-
normal memiliki kelainan pada gen optineurin kromosom 10.
Sering pula dijumpai adanya perdarahan diskus, yang
menandakan progresivitas penurunan lapangan pandang
(Salmon,2009).
3. Penyakit AMD (IKA)
a. Definisi
38
Degenerasi makula terkait usia (AMD) adalah penyebab
utama terjadinya kebutaan atau kehilangan penglihatan yang parah
pada orang tua usia lebih 55 tahun di Amerika Serikat dan negara
maju lainnya (Coleman, Chan, Ferris, & Chew, 2008). AMD, di
berbagai tahap, mempengaruhi 18% orang antara usia 70 dan 74
tahun, dan 47% orang berusia 85 tahun ke atas. AMD dapat
dihubungkan dengan faktor risiko yang telah dirangkum dalam Tabel
17-2. Studi longitudinal menemukan bahwa AMD memiliki
hubungan yang sangat signifikan dengan konsekuensi fungsi serius,
termasuk tingkat yang lebih tinggi pada kebutaan, depresi, patah
tulang pinggul, dan tinggal dalam jangka panjang dalam perawatan
fasilitas (Wysong, Lee, & Sloan, 2010). Pencegahan AMD berfokus
pada pengendalian faktor risiko yang dapat dimodifikasi, sepertii
merokok, dan penggunaan suplemen gizi yang terkandung semua
berikut ini: vitamin C 500 mg, vitamin E 400 IU, beta karoten 15
mg, seng oksida 80 mg, dan oksida cupric 2 mg (Coleman et al.,
2008).
b. Patofisiologi
Pada awal penyakit, hasil endapan kuning dari retina
pigmen, disebut drusen, terbentuk di makula, terdapat di tengah
retina dimana memiliki ketajaman penglihatan yang baik. Seiring
perkembangan penyakit ini, penyakit ini dapat diklasifikasikan
sebagai salah satu tipe kering , yang mana terdapat 80% sampai 90%
kasus kejadian, atau tipe basah (eksudatif) . Pada tipe kering,
kerusakan disebabkan oleh kematian dari fotoreseptor, yang terlihat
pada fundusopi kecil daerah atrofi epitel pigmen retina. Jenis AMD
kering biasanya berlangsung lambat dan tidak menimbulkan
kebutaan total; Namun, jika tipe basah berkembang, kehilangan
penglihatan dapat terjadi secara cepat dan parah. Pada tipe basah,
kerusakan terjadi dengan pembentukan pembuluh darah baru di
koroid, proses tersebut disebut dengan neovaskularisasi choroidal,
diikuti oleh perdarahan ke dalam ruang subretinal.
Pada tahap awal AMD, seseorang akan mengalami
penglihatan yang kabur dan kesulitan dalam membaca, terutama
39
dalam cahaya yang redup. Mirip dengan kebanyakan kondisi mata
lainnya, AMD terjadi pada kedua mata, namun pada awalnya bisa
muncul hanya pada satu mata, dan tentu saja mungkin berbeda di
setiap mata. Seiring kemajuan AMD, hal itu mempengaruhi pusat
visi dan secara signifikan mengganggu aktivitas seperti membaca,
mengemudi, menonton televisi, mengenal orang, dan menampilkan
lebih banyak aktivitas perawatan diri (lihat Gambar 17-2). Tujuan
pengobatan primer untuk pasien dengan kedua tipe AMD adalah
mengurangi risiko kehilangan penglihatan lebih lanjut.
Laser photocoagulation dan terapi photodynamic adalah dua
intervensi yang digunakan untuk mengobati neovaskularisasi koroid
yang terjadi pada tipe basah AMD untuk seseorang yang telah
memenuhi kriteria medis untuk kedua perawatan ini. Banyak pasien
yang tidak mengalami efek jangka panjang yang signifikan dari
kerugian perawatan tersebut. Beberapa proses perkembangan sedang
terjadi dibuat dengan memperhatikan agen biologis atau
farmakologis yang dapat menghentikan proses penyakit, sehingga
perawat bisa mendorong siapa saja pasien AMD mendapatkan
informasi tentang uji klinis dan perkembangan baru melalui sumber
seperti National Eye Institute dan organisasi terpercaya lainnya.
Perawat bisa melayani dan mendukung orang dengan AMD dengan
mendorongnya berpartisipasi dalam program rehabilitasi visi
sehingga mereka bisa belajar cara paling efektif untuk
mengkompensasi penurunan penglihatan. Orang dengan AMD
biasanya diajarkan untuk menguji mata mereka setiap hari dengan
menggunakan grid Amsler sehingga mereka akan sadar dari
perubahan mendadak dalam perawatan jangka panjang dan untuk
yang lebih tua orang dewasa dengan masalah memori, perawat
mungkin harus menyediakan pengingat harian. Perawat juga perlu
mendorong orang dengan AMD untuk menerima evaluasi
berkelanjutan oleh praktisi perawatan mata untuk mendeteksi aspek
perawatan yang bisa dilakukan untuk penyakit ini.
F. PATHWAY PENUAAN SISTEM TERKAIT

38
(terlampir)

G. Pemeriksaan Penunjang
Adanya pemeriksaan fisik sistem sensori bertujuan sebagai berikut.
1. Menentukan derajat gangguan sensori dalam hubungannya dengan gangguan gerak
2. Sebagai acuan untuk re-edukasi sensori
3. Mencegah terjadinya komplikasi sekunder
4. Menyusun sasaran dan rencana terapi (Pudjiastuti & Utomo, 2002)
Persyaratan Pemeriksaan Mata
1. Intensitas cahaya adekuat
2. Tersedia alat dan obat diagnostik
3. Dilakukan secara sistematik
4. Mengenal anatomi, fisiologi dan patologi mata
5. Membuat catatan medis yang rapih dan mudah dibaca.
Sistem pemeriksaan Mata
A. Anamnesa
1. Dilakukan dengan ramah
2. Mencatat identitas pasien/klien
3. Menggali
a. Keluhan utama
b. Keluhan tambahan
c. Perjalanan penyakit
4. Mengetahui riwayat pengobatan dan penyakit terdahulu
B. Pemeriksaan visus dan refraksi
1. Pemeriksaan visus (tajam pengelihatan)
Menentukan visus tiap mata
a. Optotip snellen : 6/50 – 6/6
b. Menghitung jari : 1/60 – 6/60
c. Gerakan tangan : 1/300
Pemeriksaan proyeksi cahaya dari arah atas, bawah, nasal, temporal.
d. Membedakan terang gelap
Tujuannya untuk menilai fungsi retina.
2. Pemeriksaan Refraksi sederhana
Tentukan jarak antara pupil mata kanan dan kiri:
39
1.) Pegang penggaris di depan kedua mata.
2.) Sinar senter diarahkan ke tengah-tengah antara kedua bola mata pasien. Perhatikan
reflek cahaya pada kedua kornea mata.
3.) Ukur jarak antara kedua reflek tersebut dalam mm, maka di dapat PD jarak dekat.
Tambah 2 mm untuk PD jarak jauh.
C. Memeriksa organ mata secara sistematis.
1. Bentuk posisi dan gerak bola mata, alis, bulu mata dan kelopak mata atas dan bawah.
Area lakrimalis konjungtiva bulbi harus mampu melipat kelopak mata untuk menilai
konjungtiva tarsalis.
2. Sistem optik mata (bisa pakai kaca pembesar bisa pakai senter)
a. Sinari kornea
Perhatikan reflek kornea yaitu reflek cahaya pada permukaan kornea yang
berbentuk bintik cahaya.
1) Cerah / mengkilat:
a. Kornea jernih
b. Jaringan parut (putih)
2) Suram: erosi kornea, radang kornea, atau edema kornea. Perhatikan reflek
cahaya pada kedua permukaan kornea (Tes Hirschberg)
a) Masing-masing ditengah pupil : orthofori
b) Salah satu tidak ditengah pupil : heterofori (juling)
b. Bilik mata depan (BMD)
Iris yang baik memiliki cekungan-cekungan radier (kripti)
Kejernihan BMD perhatikan kripti iris.
a.) Kripti iris terlihat jelas : jernih
b.) Kripti iris tidak terlihat jelas : keruh
Kedalaman BMD: sinari iris dari samping, lalu perhatikan luasnya permukaan iris
yang mendapat penyinaran.
a.) Sebagian kecil permukaan iris mendapat sinar :BMD dangkal
b.) Seluruh/ sebagian besar iris mendapat sinar : BMD dalam.
Iris dan pupil normal : gambaran Kripti iris jelas pupil bulan konsentris.
3. Lensa
Pemeriksaan katarak :
1. Sinari pupil dari depan. Perhatikan warna pupil
a.) Pupil berwarna hitam
38
1) Lensa jernih
2) Aphakia
b.) Pupil berwarna abu-abu/putih : keruh/ katarak
2. Ubah sinar dari samping (kurang lebih 45%), dan sinari iris. Kemudian kembali
lihat pupil.
Perhatikan kekeruhan lensa :
a.) Seluruh pupil tetap putih : katarak matura (tes bayangan -)
b.) Sebagian pupil menjadi hitam : katarak imature (tes bayangan +)
4. Funduskopi
Sebaiknya dilakukan di ruangan yang relatif gelap.
Bila mata kanan yang diperiksa, pemeriksa akan berdiri di sisi kanan pasien,
oftalmoskop dipegang dengan tangan kanan, pemeriksaan dengan mata kanan.
Bila mata kiri yang diperiksa pemeriksa beridri di sisi kiri pasien, pemeriksaan dengan
mata kiri.
1.) Perhatikan reflek fundus melalui oftalmoskop, dilihat dari pupil dengan jarak
pemeriksaan : 30 cm
Bila media refraksi jernih : reflek fundus berwarna merah kekuningan pada
seluruh lingkaran pupil.
Bila media refraksi keruh : (kornea, lensa, badan siliaris) terlihat adanya bercak
hitam di depan latar belakang yang merah kekuningan. Penilaian reflek fundus
penting untuk membedakan katarak matura dan imatura.
Katarak matura reflak fundus negatif. Selanjutnya untuk melihat retina dan pupil
oftalmoskop di dekatkan sedekat mungkin ke mata pasien.
D. Pemeriksaan lapang pandang
Pemeriksaan lapang pandangan sentral dan perifer dipergunakan untuk tiga alasan:
• Mendeteksi kelainan tajam penglihatan
• Mencari lokasi kelainan disepanjang jaras saraf penglihatan
• Melihat besar kelainan mata dan perubahannya dari waktu ke waktu/ follow up

Pemeriksaan ini dipergunakan untuk mengeliminir defferential diagnosis dan


dipergunakan untuk melihat progresifitas penyakit, dan biasanya menyertai pemeriksaan
lain misalnya: pemeriksaan ketajaman penglihatan, penglihatan warna atau pemeriksaan
mata lainnya.

39
Pemeriksaan lapang pandangan dapat dilakukan dengan berbagai cara, dari yang sangat
sederhana bahkan tanpa alat, sampai dengan pemakaian alat canggih. Pemeriksaan ini
selalu dilakukan pada satu mata baru kemudian dilakukan pada mata yang lain.
Pemeriksaan lapang pandangan bisa dilakukan dengan cara yaitu dengan uji konfrontasi
dan kisi Amsler, atau dengan cara yang lebih canggih (dengan perimeter Goldmann).
Pemeriksaan lapang pandangan sederhana apabila dikerjakan dengan benar dan didukung
dengan pemahaman teori yang memadai, akan dapat mengungkapkan berbagai kelainan
lintasan visual.
Dibawah ini akan dijelaskan secara singkat teknik pemeriksaan lapang pandangan:
• Melihat wajah pemeriksa
Dengan salah satu mata, pasien diminta mengarahkan pandangannya kehidung pemeriksa
kemudian diminta menerangkan mengenai perasaan penglihatannya misalnya:
1. pasien mengatakan hidung tampak tertutup kabut bulat sedangkan disekitarnya jelas.
Ini menunjukkan skotoma sentral yang bersifat positif. Keadaan ini sering terjadi pada
retinopati serosa sentralis
2. Pasien mengatakan ujung hidung hilang seperti terhapus sedangkan disekitarnya
tampak jelas. Ini menunjukkan skotoma sentral yang bersifat negatif. Keadaan ini sering
terjadi pada neutritis retrobulbaris
3. Pasien mengatakan bagian bawah hidung tampak kabur sedangkan bagian atas hidung
tampak lebih jelas. Ini menunjukkan adanya hemianopia altitudinal inferior. Keadaan ini
sering terjadi pada neuropati optik iskhemik anterior akuta.

• Melihat tutup botol Midriatikum (merah)


Dengan salah satu mata yang diperiksa pasien disuruh memfiksasi tutup botol yang tepat
berada didepan mata.
• Melihat tutup botol Midriatikum (merah?) di Nasal dan Temporal
Pada mata yang diperiksa dokter memperlihatkan dua tutup botol sekaligus satu nasal satu
temporal. Pasien diminta meluruskan pandangannya tepat diantara dua botol mengarah
hidung pemeriksa
• Uji seperti nomor 3 dengan jari tangan pemeriksa
Pemeriksa menggerak-gerakkan jari pada setiap kuadran dan pasien diminta mendeteksi
atau menghitung jari.
• Menetapkan batas tepi lapang pandang

38
Pada buku-buku lama, khususnya buku-buku neurologi, penetapan batas tepi lapang
pandangan pasien dilakukan dengan membandingkan lapang pandangan pasien dengan
lapang pandangan dokter, dengan asumsi bahwa lapang pandangan dokter normal.
E. Tonometri dengan tonometer Sciotz
pa itu tonometri?
Tes tonometri mengukur tekanan di dalam mata pasien. yang disebut tekanan intraokular
(TIO). Tes ini digunakan untuk memeriksa glaukoma, penyakit mata yang dapat
menyebabkan kebutaan dengan merusak saraf di bagian belakang mata (saraf optik).
Kerusakan saraf optik dapat disebabkan oleh penumpukan cairan yang tidak mengalir
dengan benar keluar dari mata.

Tes tonometri mengukur TIO dengan merekam perlawanan kornea pasien terhadap
tekanan (lekukan). Obat tetes mata untuk membuat permukaan mata pasien kaku
digunakan dengan sebagian besar metode berikut.

Applanation (Goldmann) Tonometri

Jenis tonometri ini menggunakan probe kecil dengan lembut dan meratakan bagian
kornea pasien untuk mengukur tekanan mata dan menggunakan lampu celah mikroskop
untuk melihat mata pasien. Tekanan di mata pasien diukur dengan berapa banyak
kekuatan yang dibutuhkan untuk meratakan kornea. Jenis tonometri ini sangat akurat dan
sering digunakan untuk mengukur TIO setelah tes skrining sederhana (seperti tonometri
hisapan udara) ditemukan peningkatan IOP.

Tonometri Lekukan Elektronik


Tonometri elektronik saat ini lebih sering digunakan untuk memeriksa peningkatan IOP.
Meskipun sangat akurat, hasil tonometri elektronik dapat berbeda dari applanation
tonometri. Prosedur ini dilakukan dengan mempatkan sebuah alat lembut dengan ujung
membundar yang terlihat seperti pena langsung pada kornea. Pembacaan TIO ditunjukkan
pada panel komputer kecil.

Tonometri Non-Kontak (Pneumotonometri)

39
Jenis tonometri ini tidak menyentuh mata pasien, tetapi menggunakan hembusan udara
untuk meratakan kornea pasien. Jenis tonometri ini bukan cara terbaik untuk mengukur
tekanan intraokular, tapi metode ini sering digunakan sebagai cara sederhana untuk
memeriksa IOP tinggi dan merupakan cara termudah untuk melakukan pengujian pada
anak-anak. Jenis tonometri ini tidak menggunakan obat tetes mata.
Pemeriksaan objektif
Ialah pemeriksaan yang didapat melalui hasil penelitian pada penderita misalnya mata
penderita merah, palpebra odema dan lain-lain.
Pemeriksaan obyektif pada palpebra. Tanda-tanda yang perlu diperhatikan adalah
bengkak pada satu atau kedua palpebra bengkak dan nyeri pada satu kelopak mata
menandakan kemungkinan adanya abses sedangkan jika bila terjadi bilateral
kemungkinan ialah alergi atau adanya infeksi pada kelopak mata yang disebut blefaritis
(radang pada kelopak mata) atau pada penderita dengan hipertiroid (suatu kelainan
gondok)
Warna. Perubahan warna pada mata atau jaringan kelopak mata dapat terjadi karena
infeksi misalnya konjuntivitis dan dan keratitis (radang pada konjungtiva ) dan ( radang
pada kornea). Glaukoma adalah penyakit akibat adanya tekanan bola mata yang
meningkat. Perubahan warna dapat juga kita lihat pada penyakit kuning (hepatitis) tetapi
tidak yang semua berwarna kuning akibat hepatitis namun bisa juga akibat keracunan
obat malaria. Warna merah selain karena infeksi pada mata dapat pula terjadi karena
resapan udara konjungtiva karena trauma atau batuk-batuk yang hebat yang disebut
konjungtiva bliding. Trauma mata dapat menyebabkan terdapatnya darah dalam bilik
mata depan yang disebut Hifema. Adanya nanah/pus dalam bilik mata depan
disebut Hipopion. Bilik mata depan (camera okuli anterior). Ruangan pada bagian sentral
biasanya disebut katarak (kekeruhan pada lensa). Warna putih juga dapat dilihat pada
bagian kornea sebagai jaringan parut akibat luka atau infeksi kornea yang telah sembuh
(Sipatriks yang berwarna putih).
Sekresi. Sekresi pada mata harus diketahui macam dan jumlah sekresi yang terjadi jika
sekresi berair tanpa mata merah dan nyeri biasanya disebut Epifora (produksi air mata
yang belebihan). Sekret purulen (sekret yang bernanah) disebabkan karena infeksi
bakteri.
Sekret akibat alergi biasanya banyak Eosinofil. Untuk itu pemeriksaan Lab diperlukan
untuk menegakkan diagnosa. Pemeriksaan sekret mata biasanya dilakukan dengan 2 cara
yaitu:

38
 Pemeriksaan secara langsung
 Pembiakan kuman
Pemeriksaan saluran air mata dapat diadakan dengan irigasi dari kanakuli lakrimalis
(saluran air mata) dan ductus lakrimalis (kantong air mata). Untuk melihat tanda-tanda
yang lain dilakukan insfeksi selanjutnya dengan melihat kelopak mata, kornea, sklera dan
aparatus lakrimalis. Pemisahan pertama yaitu melihat kulit kelopak mata apakah ada
kelainan misalnya bengkak, dan merah, abses, hordeolum eksterna (mata merah dan
benjol keluar), dan yang lainnya proptosis (mata menonjol kedepan) atau biasa juga
disebut exoftalmus. Proptosis bisa juga disebabkan oleh tumor dalam bola mata, penyakit
gondok pada hipertiroid. Bola mata yang kempes disebut Ptisis bulbi.
Kelopak mata. Silia dan kelopak mata harus pula diperiksa kemungkinan adanya
trichiasis ( silia yang terputar kedalam bola mata) atau Distichiasis (bulu mata tumbuh
bukan pada tempatnya). Entropion (selain bola mata kelopak mata juga masuk kedalam).
Ektropion (selain bola mata kelopak mata juga melipat keluar). Ptosis (kelopak mata
turun kebawah). Lagostalmus (kelopak mata terbuka terus).
Kornea. Yang perlu diperhatikan pada kornea adalah diameter dan kejernihannya.
Diameter yang lebih dari 12 mm (normal 9 – 12 mm) disebut megalokornea. Sebaliknya
kornea yang kecil pada orang dewasa kurang  dari 9 mm disebut mikrokornea. Kornea
yang normal permukaannya licin, teratur dan menyerupai cermin, iris dapat dilihat dari
segala arah dengan jelas.
Camera okuli anterior (COA) atau bilik mata depan, ruangan ini dibatasi  pada bagian
depan oleh kornea dan bagian belakang oleh iris. Pada keadaan  normal jarak antara
kornea dan iris adalah 3 mm. Pada pemeriksaan harus diperhatikan kedalaman dari COA,
bila kurang dari 2 mm dan iris kelihatan cembung, maka kemungkinan adanya penyakit
glaukoma yaitu penyakit yang ditandai peninggian tekanan bola mata. Tekanan bola
mata yang normal 10 – 20 mm air raksa (10 – 20 mm Hg).
Iris dan Pupil. Iris dan pupil harus dilihat dengan jelas. Kekeruhan dari kornea akan
menghambat pandangan tersebut. Yang perlu diperhatikan adalah warna, apakah ada
perlengketan antara iris dan kornea (sinekia anterior), iris melengket pada lensa disebut
(sinekoa posterior). Dengan adanya sinekia ini pupil tidak bulat, tidak berada
ditengah,reaksi terhadap cahaya kurang.
Lensa. Lensa mata merupakan media refraksi penting pada mata dan merupakan organ
bening tembus cahaya. Katarak dapat menyebabkan  lensa menjadi keruh, terlihat warna

39
abu-abu atau warna putih pada pupil. Untuk pemeriksaan lensa ini biasanya
digunakan Slitlamp Biomikroskop, dan untuk melihat sampai retina
digunakan Oftalmoskop.
Corpus pitreus adalah media refraksi yang penting bening agak kental yang berada
dibelakang lensa. Kelainan pada corpus pitreus dapat berupa mencirnya, bisa akibat
trauma atau terdapat sel-sel dan darah didalamnya yang melayang-layang akibat infeksi
atau trauma dari jaringan disekitarnya yang menyebabkan adanya muscae volientes.
Retina. Bagian retina yang penting diperiksa adalah; Discus optik (papila nervus
optikus), Makula, dan pembuluh-pembuluh darah. Kelainan yang terdapat pada retina
dapat merupakan tanda khusus pada beberapa penyakit tertentu, misalnya hipertensi,
DM, miopia, pada ibu hamil yang terjadi eklampsi.
Posisi mata. Posisi mata perlu diperiksa ukuran matanya. Bila ukuran itu lebih kecil
dari normal disebut mikroftalmus atau bola mata agak masuk kedalam ruangan orbita
disebut enoftalmus atau yang menonjol disebut exsoftalmus. Demikian pula dengan
pergerakan mata kesegala arah perlu diperiksa.
Konfrontasi tes adalah suatu cara yang paling praktis untuk memeriksa lapang
pandang penderita dengan membandingkan dengan lapang pandang pemeriksa.
Hasilnya belum terlalu teliti. Untuk pemeriksaan yang paling teliti
digunakan Perimeter. Untuk pemeriksaan tekanan bola mata
digunakan Tonometer. Untuk pengukuran visus sentral dekat yaitu dengan
menggunakan optotip Aegger. Untuk test pengenalan warna bisa digunakan Ishihara
tes.
H. ASUHAN KEPERAWATAN (TEORI)
1. Biodata
A. Identitas Pasien
Nama
Tanggal Lahir/ Umur
Jenis Kelamin
Agama
Alamat
Pekerjaan
Status perkawinan

38
B. Identitas Penanggung Jawab
Nama
Tanggal Lahir/Umur
Jenis Kelamin
Agama
Alamat
Pekerjaan
Status Perkawinan
Hub. Dengan pasien
1. Keluhan utama :

Keluhan melihat objek disekitarnya

2. Riwayat Kesehatan :

1. Riwayat Penyakit Sekarang :

Mengalami penurunan kemampuan melihat .

2. Riwayat Penyakit Dahulu :


Riwayat DM, Skizofrenia, hipertensi dan cidera kepala

2) Riwayat Penyakit Keluarga :

DM, hipertensi, gangguan psikis dan riwayat kesehatan terkait mata.


1. Pengkajian Keperawatan ( 11 Pola Gordon)
I. Pola Persepsi kesehatan dan pemeliharaan kesehatan
1) Kehilangan sebagian keterampilan perawatan diri khususnya berpakaian,
berdandan.
2) Ketidakmampuan mengambil perlengkapan mandi
3) Ketidakmampuan mengatur air mandi
4) Ketidakmampuan menjangkau sumber air
5) Ketidakmampuan melakukan higiene eleminasi secara komplit
6) Ketidakmampuan bertanggung jawab untuk memenuhi praktik kesehatan dasar
7) Pola perilaku kurang mencari bantuan kesehatan
8) Tidak menunjukkan perilaku adaptif terhadap perubahan lingkungan
9) Sumberdaya tidak cukup (mis, finansial,sosial, pengetahuan)

39
10) Ketidakakuratan melakukan tes
11) Ketidakakuratan mengikuti perintah
12) Kurang pengetahuan
13) Kurang sumber pengetahuan

II. Pola Nutrisi – Metabolik


1) Ketidakmampuan menempatkan makanan ke alat makan
2) Ketidakmampuan mengambil cangkir
3) Ketidakmampuan mengambil makanan dan memasukkan ke mulut
4) Ketidakmampuan menghabiskan makanan secara mandiri
5) Diabetes
6) Agen farmaseutikal
7) Dehidrasi

III. Pola Eliminasi


1) Ketidakmampuan mencapai toilet
2) Ketidakmampuan menyiram toilet
3) Ketidakmampuan naik ke toilet
4) Ketidakmampuan duduk di toilet
5) Ketidakmampuan melakukan higiene eleminasi secara komplit

IV. Pola Aktivitas – Latihan


1) Berkurangya gerakan
2) Penurunanmobilitas
V. Pola Istirahat – Tidur
VI. Pola Kognitif – Perseptual
1) Disorientasidan konfusi
2) Hambatan pengambilan keputusan
3) Strategi koping tidak efektif
4) Cedera otak (mis, gangguan serebrovaskuler, penyakit neurologis, trauma, tumor)
VII. Pola Persepsi diri – Konsep Diri
1) Depresi
2) Gangguan citra tubuh

38
3) Penarikan diri
4) Isolasi
5) Rasaasing
6) Hilang nya harga diri
7) Gelisah
8) Salah pengertian terhadap orang lain

VIII. Pola Peran – Hubungan


1) Hambatan fungsi sosial
IX. Pola Seksual – Reproduksi
X. Pola Koping – Toleransi stress
1) Distres spiritual
2) Strategi koping tidak efektif
XI. Pola nilai-kepercayaan

39
Diagnosa Keperawatan Komunitas
Sasaran Domain Kelas Kode Rumusan Diagnosa
Keperawatan
Individu Domain 4 : Kelas 5 : 00109 - Defisit Perawatan Diri :
Aktivitas/ Perawatan Diri Berpakaian
Istirahat
Domain 6 : Kelas 3 : Citra 00118 - Gangguan Citra Tubuh
Persepsi Diri Tubuh

Domain 9 : Kelas 2 : Respons 00146 - Ansietas


Koping/ Koping
Toleransi Stres
Domain 11 : Kelas 2 : Cedera 00155 - Resiko Jatuh
Keamanan/ Fisik
Perlindungan
Domain 12 : Kelas 1 : 00053 - Isolasi Sosial
Kenyamanan Kenyamanan Fisik

38
Integrasi Dokumentasi Asuhan Keperawatan dengan NANDA, NOC, NIC
Data Diagnosa NOC NIC
Keperawatan
Kode Dianosa Kod Hasil Kode Intervensi
e
Data Pendukung masalah Individu/komunitas : Gangguan Penglihatan
- 00109 Defisit 0302 - Perawatan 6480 - Manajemen
Perawatan Lingkungan
Diri :
diri : 1805 - Bantuan
berpakaian 2109 berpakaian Perawatan Diri :
IADL
- Tingkat 1630 - Berpakaian
1616 ketidaknyaman 5606 - Pengajaran :
0200 Individu
an
- Peningkatan :
3007 - Penampilan Latihan
mekanik tubuh
- Kepuassan
2009
klien :
Lingkungan
fisik
- Status
kenyamanan :
Lingkungan
00118 Gangguan 1200 - Citra tubuh 5220 - Peningkatan citra
Citra Tubuh tubuh
1205 - Harga diri 5820 - Peningkatan harga
1503 - tingkat 5450 diri
5240 - Pengurangan
kecemasan
kecemasan
1302 sosial - Terapi kelompok
- konseling
1305 - Koping
- Pengaturan
psikososial :
perubahan
kehidupan
00146 Ansietas 1211 - Tingkat 6040 - Terapi Relaksasi
5230 - Peningkatan
kecemasan
1212 5820 koping
2008 - Tingkat Stress 4400 - Pengurangan
- Status 5960 kecemasan
Kenyamanan - Terapi music
0007

39
- Tingkat - Fasilitasi Meditasi
kelelahan
00155 Resiko 1912 - Kejadian Jatuh 6490 - Pencegahan Jatuh
Jatuh 6610 - Identifikasi resiko
1913 - Keparahan 6486 - Manajemen
Cedera Fisik lingkungan :
Keselamatan
1909 - Perilaku 4978 - Peningkatan
pencegahan komunikasi :
Penglihatan
1908 jatuh
- Deteksi Resiko
1828
- Pengetahuan
pencegahan
jatuh
00053 Isolasi 1203 - Keparahan 5100 - Peningkatan
Sosial 5240 sosialisasi
Kesepian 5220 - Konseling
1503 - Keterlibatan 4310 - Peningkatan Citra
5450 tubuh
1211 sosial
- Terapi Aktivitas
- Tingkat - Terapi Kelompok
1502 kecemasan
social

2006 - Ketrampilan
interaksi social
- Status
ksesehtan
pribadi

38
LAMPIRAN NOC
Keterlibatan sosia 1503
Defini: interaksi sosialn denagan orang,kelompok,atau organisasi
Skala target outcome : di pertahankan pada____ di tingkatkan ke_____
Tidak jarang kadang sering secara
Pernah menunjuk- kadang menunjuk- konsisten
Menunjukan kan menunjuk- kan menunjuk-
kan kan

Skala outcome keseluruhan 1 2 3 4 5


Indikator:
150301 berinteraksi dengan dekat 1 2 3 4 5 NA
150302 berinteraksi dengan tetangga 1 2 3 4 5 NA
150303 berinteraksi dengan anggota keluarga 1 2 3 4 5 NA
150304 berinteraski dengan anggota kelompok
kerja 1 2 3 4 5 NA
150305 berpartisipasi sebagai anggota gereja 1 2 3 4 5 NA
150306 berpartisipasi dalam aktivitas gereja 1 2 3 4 5 NA
150307 berpartisipasi dalam aktivitas yang organisasi 1 2 3 4 5 NA
150308 berpartsipasi sebagai petugas dalam organisasi 1 2 3 4 5 NA
150309 berpartisiasi sebagai relawan 1 2 3 4 5 NA
150311 berpartisipasi dalam akifitas waktu luang
dengan orang lain 1 2 3 4 5 NA

39
150313 berpartisipasi sebagai tim olahraga 1 2 3 4 5 NA

Domain – kesehatan psikologi (III) kelas-interaksi sosial (p) Edisi pertama 1997; revisi 2004.

Tingkat kecemasan sosial


Definisi : keparahan menarik diri dan penghindaran yang tidak rasional serta adanya distress
dalam mengantisipasi situasi sosial
SKALA OUTCONE: dipertahankan pada_____ ditingkatkan ke_______
berat Cukup sedan Ringan Tidak NA
berat g ada
SKALA OUTCOME 1 2 3 4 5 NA
KESELURUHAN
121601 Menghindari situasi sosial 1 2 3 4 5 NA
121602 Menghindari orang yang 1 2 3 4 5 NA
tidak dikenal
121603 Menghindari pergikeluar 1 2 3 4 5 NA
rumah
121604 Antisipasi cemas pada 1 2 3 4 5 NA
situasi sosial
121605 Antisipasi cemas dalam 1 2 3 4 5 NA
menghadapi orang yang
tidak dikenal
121606 Respon aktivitas sistem 1 2 3 4 5 NA
syaraf simpatis
121607 Persepsi diri negative pada 1 2 3 4 5 NA
keterampilan sosial
121608 Persepsi diri yang negative 1 2 3 4 5 NA
pada penerimaan pada
orang lain
121609 Takut diawasi oleh 1 2 3 4 5 NA
oranglain
121610 Takut berinteraksi dengan 1 2 3 4 5 NA
anggota jenis kelamin yang
beda
121611 Takut berinteraksi dengan 1 2 3 4 5 NA
orang yang lebih unggul
121612 Tidak nyaman selama 1 2 3 4 5 NA
menghadapi sosial

38
121613 Tidak nyaman dengan 1 2 3 4 5 NA
perubahan yang rutin
121614 Memperhatikan tentang 1 2 3 4 5 NA
penilain orang setelh
penilaian sosial
121615 Gejala panik dalam status 1 2 3 4 5 NA
sosial
121616 Gangguan dengan fungsi 1 3 4 5 NA
sosial
121617 Gangguan dengan 1 3 4 5 NA
hubungan

Kterampilan Interaksi sosial


Definisi: perilaku seseorang yang dapat meningkatkan hubungan yang efektif
SKALA TARGET OUTCOME: Dipertahan pada_____ ditingkatkan ke_____
Tidak Jarang Kadang Sering Secara
pernah menunju menunj menunju konsisten
SKALA OUTCOME menunj kan ukan kan menunju
KESELURUHAN ukan kan
150201 Menggunakan 1 2 3 4 5 NA
pembukaan/discosu
re secara tepat
150202 Menunjukan 1 2 3 4 5 NA
penerimaan
150203 Bekerja sama 1 2 3 4 5 NA
dengan orang lain
150204 Menjukan 1 2 3 4 5 NA
sensitivikasi
kepada orang lain
150205 Mengguanakan 1 2 3 4 5 NA
perilaku asertif
secara cepat
150206 Menggunakan 1 2 3 4 5 NA
konfrontasi dengan
tepat
150207 Menunjukan 1 2 3 4 5 NA
perhatian
150208 Menunjukan
ketulusan 1 2 3 4 5 NA
150209 Menunjukan
kehangatan
150210 Menunjukan sikap 1 2 3 4 5 NA
yang tenang

39
150211 Tampak santai 1 2 3 4 5 NA
150212 Terlibat dengan 1 2 3 4 5 NA
orang lain
150213 Menunjukan 1 2 3 4 5 NA
kepercayaan
150214 Menggunakan
kompromi dengan 1 2 3 4 5 NA
tepat
150215 Menggunakan 1 2 3 4 5 NA
strategi pemecahan
konflik
Domain-kesehatan psikososial (III) kelas – interaksi sosial (P) edisi pertama 1997;revisi 2004

Status kesehatan pribadi


Definisi: keseluruhan fungsi fisik,psikologis, sosial, dan spiritual dari orang dewasa usia 18
tahun atau lebih
SKALA TARGET OUTCOME:: Dipertahankan pada____ditingkatka pada_____
Sang Banya Cuku Sediki Tidak
at k p t tergan
terga tergan tergan tergan ggu
nggu ggu ggu ggu
SKALA OVERING RATING
200601 Kebugaran fisik 1 2 3 4 5 NA
200602 Tingkat mobilitas fisik 1 2 3 4 5 NA
200603 Tingkat energi 1 2 3 4 5 NA
200604 Tingkat kenyaman 1 2 3 4 5 NA
200605 Penampilan aktivitas hidup 1 2 3 4 5 NA
sehari hari
200606 Penampilan kualitas hidup 1 2 3 4 5 NA
instrumen sehari hari
200607 Resistensi terhadap infeksi 1 2 3 4 5 NA
200608 Penyembuhan jaringan 1 2 3 4 5 NA
200609 Pola tidur istirahat 1 2 3 4 5 NA
200610 Fungsi gastrointestinal 1 2 3 4 5 NA
200611 Fungsi jantng 1 2 3 4 5 NA
200612 Fungsi jaringan perifer 1 2 3 4 5 NA
200613 Fungsi neurologi 1 2 3 4 5 NA
200614 Fungsi paru 1 2 3 4 5 NA
200615 Fungsi ginjal 1 2 3 4 5 NA
200616 Fungsi sensori 1 2 3 4 5 NA
200617 Fungsi seksual 1 2 3 4 5 NA
200618 Fungsi endokrin 1 2 3 4 5 NA
200619 Berat badan 1 2 3 4 5 NA
200620 Status nutrisi 1 2 3 4 5 NA
200621 Status kognitif 1 2 3 4 5 NA
200622 Kesehatan mental 1 2 3 4 5 NA
200623 Kontrol gejala 1 2 3 4 5 NA
200624 Kontrol nyeri 1 2 3 4 5 NA

38
200625 Keseimbangan alam perasaan 1 2 3 4 5 NA
200626 Kehidupan spritual 1 2 3 4 5 NA
200627 Kemampuan mengatasi masalah 1 2 3 4 5 NA
200628 Penyelsaian pada kondisi kronik 1 2 3 4 5 NA
200629 Kemampuan untuk 1 2 3 4 5 NA
200609 berkomunikasi 1 2 3 4 5 NA
200609 Kemampuan untuk 1 2 3 4 5 NA
2006024 mengekspresikan emosi 1 2 3 4 5 NA
2006025 Hubungan sosial 1 2 3 4 5 NA

Koping
Definisi : Tindakan pribadi untuk mengelola stress yang membebani kemampuan individu
SKALA TARGET OUTCOME : Dipertahankan pada : Ditingkatkan ke :
Tidak Jarang Kadang Sering Secara
Pernah Menunj - Menunj konsisten
Menunju uk Kadang ukKan Menunju
k kan Menunj k
kan uk kan
kan
SKALA OUTCOME KESELURUHAN
130201 Mengidentifikasi pola 1 2 3 4 5 N
koping yang efektif A
130202 Mengidentifikasi pola 1 2 3 4 5
koping yang tidak N
efektif A
130203 Menyatakan perasaan 1 2 3 4 5
akan kontrol (diri)
130204 Melaporkan 1 2 3 4 5 N
pengurangan stress A
130205 Menyatakan 1 2 3 4 5
penerimaan terhadap N
situasi A
130220 Mencari informasi 1 2 3 4 5
terpercaya tentang N
diagnosa A
130221 Mencari informasi 1 2 3 4 5
terpercaya tentang
pengobatan N
130207 Modifikasi gaya 1 2 3 4 5 A
hidup untuk
mengurangi stress
130208 Adaptasi perubahan 1 2 3 4 5 N
hidup A
130222 Menggunakan sistem 1 2 3 4 5
dukungan personal
130210 Menggunakan 1 2 3 4 5 N
perilaku untuk A
mengurangi stress
130211 Mengidentifikasi 1 2 3 4 5

39
beberapa strategi N
koping yang efektif A
130212 Menghindari situasi 1 2 3 4 5
stress yang terlalu N
banyak A
130213 Menyatakan butuh 1 2 3 4 5
bantuan N
130214 Mendapatkan bantuan 1 2 3 4 5 A
dari profesional
kesehatan
130223 Melaporkan 1 2 3 4 5 N
penurunan gejala fisik A
130216 akibat stress 1
Melaporkan
130217 penurunan perasaan 1 2 3 4 5 N
negatif A
Melaporkan
peningkatan
kenyamanan N
psikologis A

N
A

N
A

N
A

38
Citra tubuh
Definisi: persepsi terhadap penampilan dan fungsi tubuh sendiri
Skala target outcome : di pertahankan pada_____ di tingkat ke ______
Skala outcome keseluruhan Tidak Jarang Kadang Sering Konsiste
pernah positif Kadang positif n
positif positif positif
Skala outcame keseluruhan 1 2 3 4 5
Indikator
120001 Gambaran internal diri 1 2 3 4 5 NA
120002 Kesesuaian antara 1 2 3 4 5 NA
realitas tubuh dan
ideal tubuh dengan
penampilan tubuh
120003 Deskripsi bagian 1 2 3 4 5 NA
tubuh yang terkena
120016 ( dampak) 1 2 3 4 5 NA
Sikap terhadap
menyentuh bagian
120017 tubuh yang terkena 1 2 3 4 5 NA
( dampak).
Sikap terhadap
penggunaan strategi
120005 untuk meningkatkan 1 2 3 4 5 NA
penampilan
120018 Kepuasaan dengan 1 2 3 4 5 NA
penampilan tubuh
Sikap terhadap
penggunaan startegi
120006 untuk meningkatkan 1 2 3 4 5 NA
fungsi (tubuh)
120007 Kepuasaan dengan 1 2 3 4 5 NA
fungsi tubuh
120008 Penyesuaian terhadap 1 2 3 4 5 NA
perubahan tampilan
fisik
120009 Penyesuaian terhadap 1 2 3 4 5 NA
perubahan tampilan
fungsi tubuh
120013 Penyesuaian terhadap 1 2 3 4 5 NA
perubahan status
kesehehatan
120014 Penyesuaian terhadap 1 2 3 4 5 NA
perubahan tubuh
akibat cedara
120015 Peneyesuaian terhadap 1 2 3 4 5 NA
perubahan akibat
proses penuaan

39
Penyesuaian terhadap
perubahan tubuh
akibat proses penuaan.

Harga Diri (1205)


Definisi: Penilaian Harga diri sendiri
SKALA TARGET OUTCOME: Dipertahankan Ditingkatkan ke__
pada__
Tidak Jarang Kadang- Sering Konsiste
pernah positif kadang positif n positif
positif positif
SKALA OUTCOME 1 2 3 4 5
KESELURUHAN
Indikator
120501 Verbalisasi penerimaan 1 2 3 4 5 N
A
Penerimaan terhadap 1 2 3 4 5 N
120502 keterbatasan diri A
120503 Mempertahankan posisi 1 2 3 4 5 N
tegak A
120504 Mempertahankan kontak 1 2 3 4 5 N
mata A
120505 Gambaran diri 1 2 3 4 5 N
A
120506 Menghargai orang lain 1 2 3 4 5 N
A
120507 Komunikasi terbuka 1 2 3 4 5 N
A
12508 Pemenuhan peran yang 1 2 3 4 5 N
signifikan secara pribadi A
12509 Mempertahankan 1 2 3 4 5 N
penampilan dan A
kebersihan diri
12510 Keseimbangan dalam 1 2 3 4 5 N
beerpartisipasi dan A
mendengarkan dalam
kelompok
12511 Tingkat kepercayaan diri 1 2 3 4 5 N
A
12512 Penerimaan terhadap 1 2 3 4 5 N
pujian orang lain A
12513 Respon yang diharapkan 1 2 3 4 5 N
orang lain A
12514 Penerimaan terhadap 1 2 3 4 5 N
kritik yang membangun A
12515 Keinginan untuk 1 2 3 4 5 N
berhadapan muka dengan A
orang lain
12521 Gambaran tentang sukses 1 2 3 4 5 N
dalam pekerjaan A

38
12522 Gambaran tentang sukses 1 2 3 4 5 N
di sekolah A
12517 Gambaran tentang sukses 1 2 3 4 5 N
di kelompok sosial A
12518 Gambaran tentang 1 2 3 4 5 N
bangga pada diri sendiri A
12519 Perasaan tentang nilai 1 2 3 4 5 N
diri A

39
Pengaturan psikososial: perubahan kehidupan
Definisi: respon psikososial adaptif dari individu terhadap perubahan kehidupan yang signifikan
Skala target outcome : di pertahankan pada_____ di tingkat ke ______
Skala outcome Tidak Jarang Kadang Sering Secara
keseluruhan pernah menunjuka Kadang menunjukan Konsisten
menunjuka n Menunjukan n Menunjukan
n
Skala outcame 1 2 3 4 5
keseluruhan
Indikator
13050 Menetapkan 1 2 3 4 5 NA
1 tujuan yang
realistis
Menjaga harga 1 2 3 4 5 NA
13050 diri
2 Mempertahankan 1 2 3 4 5 NA
produktifitas
13050 Melaporkan 1 2 3 4 5 NA
3 perasaan berguna
Verbalisasi 1 2 3 4 5 NA
13050 optimisme
4 mengenai saat ini
Verbalisasi 1 2 3 4 5 NA
13050 optimisme
5 terhadap masa
depan
Melaporkan 1 2 3 4 5 NA
13050 perasaan di
6 berdayakan
Identifikasi 1 2 3 4 5 NA
strategi dari
berbagai koping
13050 Menggunakan 1 2 3 4 5 NA
7 strategi koping
yang efektif NA
Menggunakan 1 2 3 4 5
13050 strategi
8 manajemen
finansial yang
efektif
13050 Menggunalan 1 2 3 4 5 NA
9 dukungan sosial
yang tersedia
Partisipasi dalam 1 2 3 4 5 NA
13051 aktivitas di
0 waktu luang.
Mengespresikan 1 2 3 4 5 NA
kepuasan hidup

Melaporkan 1 2 3 4 5 NA

38
12051 persaan terlibat
3 secara sosial

13051
4

13051
1

13051
2

Status kenyamanan
Definisi: keseluruhan rasa nyamandan kenyamanan individu secara fisik,psikospiritual,sosial budaya,dan
lingkungan
Skala target outcome: di pertahankan___ di tingkatkan ke___
Sangat banyak cukup sedikit tidak
Tergangu tergangg tergangu terganggu tergangu
Skala outcome keseluruhan 1 2 3 4 5
Indikator :
200801 kesejahteran fisik 1 2 3 4 5 NA
200802 kontrol terhadap gejala 1 2 3 4 5 NA
200803 kesejahteraan psikologis 1 2 3 4 5 NA
200804 lingkungan fisik 1 2 3 4 5 NA
200805 suhu ruangan 1 2 3 4 5 NA
200806 dukungan sosia dari keluarga 1 2 3 4 5 NA
200807 dukungan sosial dari teman-
Teman 1 2 3 4 5 NA
200808 hubungan sosial 1 2 3 4 5 NA
200809 kehidupan spiritual 1 2 3 4 5 NA
200810 perawatan sesuai dengan
Keyakinan budaya 1 2 3 4 5 NA
200811 perawatan sesuai dengan
Kebutuhan 1 2 3 4 5 NA
200812 mampu mengkomunikasi
Kebutuhan 1 2 3 4 5 NA

DOMAIN-kondisi kesehatan yang di rasakan (v)kelas-kualitas kesehatan & kehidupan (u) edisi keempat 2008

39
Tingkat Stress
Definisi : Keparahan sebagai manifestasi dari tekanan fisik atau mental dari factor-faktor yang
menggangngu keseimbangan yang ada
SKALA TARGET OUTCOME: Dipertahankan pada : Di tingkatkan ke :
Berat Besar Sedan Ringan Tidak
g ada
SKALA OUTCOME KESELURUHAN
121201 Peningkatan tekanan darah 1 2 3 4 5 NA
121202 Peningkatan denyut nadi radialis 1 2 3 4 5 NA
121203 Peningkatan laju pernapasan 1 2 3 4 5 NA
121204 Pelebaran pupil 1 2 3 4 5 NA
121205 Peningkatan ketegangan otot di 1 2 3 4 5 NA
leher, bahu dan panggung
121206 Sakit kepala berat 1 2 3 4 5 NA
121207 Telapak tangan berkeringat 1 2 3 4 5 NA
121208 Diare 1 2 3 4 5 NA
121209 Sering buang air urin 1 2 3 4 5 NA
121210 Perubahan dalam asupan makanan 1 2 3 4 5 NA
121211 Gangguan perut 1 2 3 4 5 NA
121212 Kegelisahan 1 2 3 4 5 NA
121213 Gangguan tidur 1 2 3 4 5 NA
121214 Terputusnya proses berpikir 1 2 3 4 5 NA
121215 Pelupa 1 2 3 4 5 NA
121216 Kekeliruan kognitif yang sering 1 2 3 4 5 NA
121218 Ketidakmampuan konsentrasi pada 1 2 3 4 5 NA
tugas
121219 Ledakan emosi 1 2 3 4 5 NA
121221 Depresi 1 2 3 4 5 NA
121221 Kecemasan 1 2 3 4 5 NA
121226 Memisahkan diri 1 2 3 4 5 NA

38
Tingkat Kelelahan
Definisi : Keparahan kelelahan secara umum berdasarkan pengamatan atau laporan
SKALA TARGET OUTCOME : Dipertahankan pada : Ditingkatkan ke :
Berat Cukup sedang ringan Tidak
berat Ada
SKALA OUTCOME KESELURUHAN
Indikator
: Kelelahan 1 2 3 4 5 NA
000710 Kelesuan 1 2 3 4 5 NA
000702 Alam perasaan depresi 1 2 3 4 5 NA
000703 kehilangan selera makan 1 2 3 4 5 NA
000704 Penurunan libido 1 2 3 4 5 NA
000705 Gangguan konsentrasi 1 2 3 4 5 NA
000706 Penurunan motivasi 1 2 3 4 5 NA
000707 Sakit kepala 1 2 3 4 5 NA
000708 Sakit tenggorokan 1 2 3 4 5 NA
000709 Nyeri otot 1 2 3 4 5 NA
000711 Nyeri sendi 1 2 3 4 5 NA
000712 Gejala sindrom kelelahan kronis 1 2 3 4 5 NA
000713 Tingkat stress 1 2 3 4 5 NA
000714
Sangat Banyak Cukup Sedikit Tidak
Ter- ter- ter- ter- Ter-
ganggu ganggu gangg ganggu gangg
u u
000715 Kegiatan sehari-hari 1 2 3 4 5 NA
000716 Alat bantu sehari-hari 1 2 3 4 5 NA
000718 Performa gaya hidup 1 2 3 4 5 NA
000719 Kualitas istirahat 1 2 3 4 5 NA
000720 Kualitas tidur 1 2 3 4 5 NA
000721 Keseimbangan antara kegiatan 1 2 3 4 5 NA
dan istirahat
000722 kesadaran 1 2 3 4 5 NA

39
Tingkat Stress
Definisi : Keparahan sebagai manifestasi dari tekanan fisik atau mental dari factor-faktor yang
menggangngu keseimbangan yang ada
SKALA TARGET OUTCOME: Dipertahankan pada : Di tingkatkan ke :
Berat Besar Sedan Ringan Tidak
g ada
SKALA OUTCOME KESELURUHAN
121201 Peningkatan tekanan darah 1 2 3 4 5 NA
121202 Peningkatan denyut nadi radialis 1 2 3 4 5 NA
121203 Peningkatan laju pernapasan 1 2 3 4 5 NA
121204 Pelebaran pupil 1 2 3 4 5 NA
121205 Peningkatan ketegangan otot di 1 2 3 4 5 NA
leher, bahu dan panggung
121206 Sakit kepala berat 1 2 3 4 5 NA
121207 Telapak tangan berkeringat 1 2 3 4 5 NA
121208 Diare 1 2 3 4 5 NA
121209 Sering buang air urin 1 2 3 4 5 NA
121210 Perubahan dalam asupan makanan 1 2 3 4 5 NA
121211 Gangguan perut 1 2 3 4 5 NA
121212 Kegelisahan 1 2 3 4 5 NA
121213 Gangguan tidur 1 2 3 4 5 NA
121214 Terputusnya proses berpikir 1 2 3 4 5 NA
121215 Pelupa 1 2 3 4 5 NA
121216 Kekeliruan kognitif yang sering 1 2 3 4 5 NA
121218 Ketidakmampuan konsentrasi pada 1 2 3 4 5 NA
tugas
121219 Ledakan emosi 1 2 3 4 5 NA
121221 Depresi 1 2 3 4 5 NA
121221 Kecemasan 1 2 3 4 5 NA
121226 Memisahkan diri 1 2 3 4 5 NA

38
Tingkat Kelelahan
Definisi : Keparahan kelelahan secara umum berdasarkan pengamatan atau laporan
SKALA TARGET OUTCOME : Dipertahankan pada : Ditingkatkan ke :
Berat Cukup sedang ringan Tidak
berat Ada
SKALA OUTCOME KESELURUHAN
Indikator
: Kelelahan 1 2 3 4 5 NA
000710 Kelesuan 1 2 3 4 5 NA
000702 Alam perasaan depresi 1 2 3 4 5 NA
000703 kehilangan selera makan 1 2 3 4 5 NA
000704 Penurunan libido 1 2 3 4 5 NA
000705 Gangguan konsentrasi 1 2 3 4 5 NA
000706 Penurunan motivasi 1 2 3 4 5 NA
000707 Sakit kepala 1 2 3 4 5 NA
000708 Sakit tenggorokan 1 2 3 4 5 NA
000709 Nyeri otot 1 2 3 4 5 NA
000711 Nyeri sendi 1 2 3 4 5 NA
000712 Gejala sindrom kelelahan kronis 1 2 3 4 5 NA
000713 Tingkat stress 1 2 3 4 5 NA
000714
Sangat Banyak Cukup Sedikit Tidak
Ter- ter- ter- ter- Ter-
ganggu ganggu gangg ganggu gangg
u u
000715 Kegiatan sehari-hari 1 2 3 4 5 NA
000716 Alat bantu sehari-hari 1 2 3 4 5 NA
000718 Performa gaya hidup 1 2 3 4 5 NA
000719 Kualitas istirahat 1 2 3 4 5 NA
000720 Kualitas tidur 1 2 3 4 5 NA
000721 Keseimbangan antara kegiatan 1 2 3 4 5 NA
dan istirahat
000722 kesadaran 1 2 3 4 5 NA

39
NOC:Tingkat kecemasan (1211)

Definisi: keparahan dari tanda-tanda ketakutan ketegangan atau kegelisahan yang berasal dari
sumber yang tidak dapat diidentifikasi

Kriteria hasil Berat Cukup Sedang Ringan Tidak ada


berat

Tidak dapat beristirahat 1 2 3 4 5

Berjalan mondar 1 2 3 4 5
mandir

Meremas-remas tangan 1 2 3 4 5

Distres 1 2 3 4 5

Perasaan gelisah 1 2 3 4 5

Otot tegang 1 2 3 4 5

Wajah tegang 1 2 3 4 5

Iritabilitas 1 2 3 4 5

Tidak bisa mengambil 1 2 3 4 5


keputusan

Mengeluarkan rasa 1 2 3 4 5
marah secara
berlebihan

Masalah prilaku 1 2 3 4 5

Kesulitan 1 2 3 4 5
berkonsentrasi

Kesulitan dalam belajar 1 2 3 4 5


atau memahami sesuatu

Kesulitan dalam 1 2 3 4 5
penyelesaian masalah

Serangan panik 1 2 3 4 5

38
Rasa takut yang 1 2 3 4 5
disampaikan secara
lisan

Rasa cemas yang 1 2 3 4 5


disampaikan secara
lisan

Perhatian yang 1 2 3 4 5
berlebihan terhadap
kejadian-kejadian
dalam pergerakan

Peningkatan tekanan 1 2 3 4 5
darah

Peningkatan frekuensi 1 2 3 4 5
nadi

Peningkatan frekuensi 1 2 3 4 5
pernapasan

Dilatasi pupil 1 2 3 4 5

Berkeringat dingin 1 2 3 4 5

Pusing 1 2 3 4 5

Fatigue 1 2 3 4 5

Penurunan 1 2 3 4 5
produktifitas

Penurunan prestasi 1 2 3 4 5
sekolah

Menarik diri 1 2 3 4 5

Gangguan tidur 1 2 3 4 5

Perubahan pada pola 1 2 3 4 5


BAB

Perubahan pola makan 1 2 3 4 5

39
NOC: Penampilan Tidak Jarang Kadang- Sering Secara
Mekanik Tubuh (1616) pernah menunju kadang menunjuk konsisten
Definisi: tindakan menunjukka kkan menunjukka kan menunjukka
pribadi untuk menjaga n n n
keselarasan tubuh yang
tepat dan untuk
mencegah ketegangan
muskuloskeletal
indikator:
Menggunakan postur
tubuh yang benar untuk
berdiri 1 2 3 4 5
Menggunakan postur
tubuh yang benar untuk
duduk 1 2 3 4 5

38
Menggunakan postur
tubuh yang benar untuk
berbaring 1 2 3 4 5
Melakukan teknik
mengangkat yang tepat 1 2 3 4 5
Melakukan teknik
membawa barang yang
tepat 1 2 3 4 5
Melakukan teknik
mendorong yang tepat 1 2 3 4 5
Menggunakan alat bantu
dengan tepat 1 2 3 4 5
Memperoleh bantuan
terkait dengan muatan
yang berat 1 2 3 4 5
Mempertahankan
kekuatan otot 1 2 3 4 5
Mempertahankan
fleksibilitas sendi 1 2 3 4 5
Melakukan latihan yang
dianjurkan untuk
mencegah cedera 1 2 3 4 5
Menggunakan mekanika
tubuh yang tepat 1 2 3 4 5

NOC: kepuasaan klien: lingkungan fisik (3007)


Definisi : tingkat persepsi positif terhadap lingkungan tempat tinggal , perawatan lingkungan dan
suplai perawatan dalam tatanan perawatan akut dan perawatan jangka panjang.
Skala Tidak puas Agak Cukup puas Sangat Sepenuhnya
puas puas puas
Kebersihan kamar 1 2 3 4 5
Kebersihan kamar mandi 1 2 3 4 5
Kebersihan peralatan 1 2 3 4 5
Kontrol pencahyaan 1 2 3 4 5
ruangan
Kontrol suhu ruangan 1 2 3 4 5
Mengontrol bau-bauan 1 2 3 4 5
Suhu kamar mandi yang 1 2 3 4 5
nyaman

39
Kenyamanan suhu 1 2 3 4 5
ruangan perawatan
Kenyamanan 1 2 3 4 5
kelembaban ruangan
Kontrol terhadap suara 1 2 3 4 5
ribut
Kontrol terhadap jumlah 1 2 3 4 5
orang diruangan
Suplay dan peralatan 1 2 3 4 5
dalam jangkauan
Lampu pengambil dalam 1 2 3 4 5
jangkauan
Akses ke telepon 1 2 3 4 5
Akses ke televisi 1 2 3 4 5
Akses ke radio 1 2 3 4 5
Ruangan yang menarik 1 2 3 4 5
Ketersediaan kursi untuk 1 2 3 4 5
keluarga dan pengunjung
Ketersediaan ruang 1 2 3 4 5
terdekat untuk keluarga
dan pengunjung
Mengorientasikan 1 2 3 4 5
keluarga dan pengunjung
terhadap fasilitas
Ruang didalam kamar 1 2 3 4 5
untuk barang-barang
pribadi

NOC: status kenyamanan: lingkungan (2009)


Definisi: kenyamanan dan keamanan lingkungan sekeliling.
Skala Sangat Banyak Cukup Sedikit Tidak
terganggu terganggu terganggu terganggu terganggu
Suplay dan peralatan 1 2 3 4 5
yang dibutuhkan berada
dalam jangkauan
Suhu ruangan 1 2 3 4 5
Lingkungan kondusif 1 2 3 4 5
untuk tidur
Kepuasaan dengan 1 2 3 4 5
lingkungan fisik
Ketertiban lingkungan 1 2 3 4 5
Kebersihan lingkungan 1 2 3 4 5

38
Tidak ada yang 1 2 3 4 5
berserakan dilantai
Perangkat keselamatan 1 2 3 4 5
digunakan dengan tepat
Pencahayaan ruangan 1 2 3 4 5
Privasi 1 2 3 4 5
Ketersediaan ruang 1 2 3 4 5
untuk pengunjung
Tempat tidur yang 1 2 3 4 5
nyaman
Perabotan rumah yang 1 2 3 4 5
nyaman
Adaptasi lingkungan 1 2 3 4 5
yang dibutuhkan
Lingkungan yang damai 1 2 3 4 5
Kontrol terhadap suara 1 2 3 4 5
ribut
Mengontrol bau-bauan 1 2 3 4 5

NOC: tingkat ketidaknyamanan (2109)


Definisi: keparahan ketidaknyamanan mental atau fisik yang diamati atau dilaporkan
Skala berat Cukup sedang ringan Tidak ada
berat
Nyeri 1 2 3 4 5
Cemas 1 2 3 4 5
Mendesah 1 2 3 4 5
Menderita 1 2 3 4 5
Memukul 1 2 3 4 5
Stres 1 2 3 4 5
Rasa takut 1 2 3 4 5
Depresi 1 2 3 4 5
Halusinasi 1 2 3 4 5
Delusi 1 2 3 4 5

39
Pikiran bersifat paranoid 1 2 3 4 5
Hiperaktivitas 1 2 3 4 5
Tidak adapat beraktivitas 1 2 3 4 5
Sindrom restless 1 2 3 4 5
legs(kondisi dimana
tubuh tidak merasa
nyaman baik dalam
keadaan dudukl maupun
berdiri)
Rasa gatal 1 2 3 4 5
Otot pegal 1 2 3 4 5
Meringis 1 2 3 4 5
Ketegangan wajah 1 2 3 4 5
Nyeri lepas 1 2 3 4 5
Menyentak 1 2 3 4 5
Posisi tubuh yang buruk 1 2 3 4 5
Sesak napas 1 2 3 4 5
Merasa kehilangan 1 2 3 4 5
bernapas
Kehilangan nafsu makan 1 2 3 4 5
Mengigil 1 2 3 4 5
Hipotermia 1 2 3 4 5
Mual 1 2 3 4 5
Muntah 1 2 3 4 5
Diare 1 2 3 4 5
Inkontinensia usus 1 2 3 4 5
Konstipasi 1 2 3 4 5
Inkontensia urin 1 2 3 4 5
Ketidakmampuan untuk 1 2 3 4 5
berkomunikasi
Pikiran bunuh diri 1 2 3 4 5
Kehilangan kenyakinan 1 2 3 4 5
Merasa ditinggalkan 1 2 3 4 5

Perawatan diri: berpakaian(0302)


Definisi: tindakan seseorang untuk berpakaian secara mandiri dengan atau tanpa alat bantu.
Kriteria hasil Sangat Banyak Cukup Sedikit Tidak
terganggu tergangg terganggu terganggu terganggu
u
mengambil pakaian 1 2 3 4 5
dilemari
memakai pakaian bagian 1 2 3 4 5
atas
mengancingkan baju 1 2 3 4 5
Menggunakan ikat 1 2 3 4 5
pinggang
Menutup retleting 1 2 3 4 5
Memakai kaos kaki 1 2 3 4 5
Memakai sepatu 1 2 3 4 5

38
Memasang tali sepatu 1 2 3 4 5
Membuka baju bagian 1 2 3 4 5
atas
Membuka baju bagian 1 2 3 4 5
bawah
Memilih pakaian 1 2 3 4 5
Mengambil pakaian dari 1 2 3 4 5
lemari dinding
Mengambil pakaian 1 2 3 4 5
Memakai pakaian bagian 1 2 3 4 5
bawah
Membuka pakaian 1 2 3 4 5
bagian bawah

NOC : Perilaku pencegahan jatuh (1909)


Defenisi : Tindakan pribadi atau pengasuh dari keluarga untuk meminimalkan
faktor resiko yang mungkin memicu kejadian jatuh dilingkungan sendiri
Indikator Tidak Jarang Kadang- Sering Secara
pernah menunjuk kadang menunjuk konsisten
menunjukka kan menunjukka kan menunjukka
n n n
Meminta bantuan 1 2 3 4 5
Menempatkan 1 2 3 4 5
penghalang untuk
mencegah jatuh
Menggunakan batang 1 2 3 4 5
pegangan seperti yang
diperlukan
Menggunakan tikar 1 2 3 4 5
karet di bak
mandi/siraman
Menggunakan sepatu 1 2 3 4 5
bertali yang pas
Menggunakan alat 1 2 3 4 5
bantu dengan benar
Menggunakan 1 2 3 4 5
perangkat koreksi
penglihatan
Menyediakan bantuan 1 2 3 4 5

39
untuk bergerak
Menggunakan prosedur 1 2 3 4 5
pemindahan yang aman
Memberikan 1 2 3 4 5
pencahayaan yang
memadai
Menggunakan bangku 1 2 3 4 5
dan tangga dengan
aman
Menghilangkan pasir, 1 2 3 4 5
tumpahan, dan [benda-
benda] berbahaya dari
lantai
Melepas karpet 1 2 3 4 5
Melakukan 1 2 3 4 5
pembersihan es dan
salju ditempat yang
dilewati orang
Menyesuaikan 1 2 3 4 5
ketinggian toilet sesuai
yang diperlukan
Menyesuaikan 1 2 3 4 5
ketinggian kursi sesuai
yang diperlukan

NOC : Deteksi Risiko (1908)


Defenisi : Tindakan individu untuk mengidentifikasi ancaman kesehatan diri
Indikator Tidak Jarang Kadang- Sering Secara
pernah menunjuk kadang menunjuk konsisten
menunjukka kan menunjukka kan menunjukka
n n n
Mengenali tanda dan 1 2 3 4 5
gejala yang
mengindikasi resiko
Mengidentifikasi 1 2 3 4 5
kemungkinan resiko
kesehatan
Memvalidasi resiko 1 2 3 4 5
kesehatan yang ada
Melakukan 1 2 3 4 5

38
pemeriksaan mandiri
sesuai waktu yang
dianjurkan
Melakukan skrining 1 2 3 4 5
sesuai waktu yang
dianjurkan
Mengetahui riwayat 1 2 3 4 5
penyakit dalam
keluarga
Selalu memperbaharui 1 2 3 4 5
data tentang riwayat
penyakit dalam
keluarga
Selalu memperbahrui 1 2 3 4 5
data tentang kesehatan
diri
Memanfaatkan sumber- 1 2 3 4 5
sumber untuk
mengetahui resiko
kesehatan pribadi
Memonitor perubahan 1 2 3 4 5
status kesehatan
Menggunakan fasilitas 1 2 3 4 5
kesehatan yang sesuai
dengan kebutuhan
Mendapatkan informasi 1 2 3 4 5
terkait perubahan gaya
hidup untuk kesehatan

NOC : Kejadian Jatuh (1912)


Defenisi: Jumlah banyaknya pasien jatuh
Indikator 10 dan lebih 7-9 4-6 1-3 Tidak ada
Jatuh saat berdiri 1 2 3 4 5
Jatuh saat berjalan 1 2 3 4 5
Jatuh saat duduk 1 2 3 4 5
Jatuh dari tempat tidur 1 2 3 4 5
Jatuh saat dipindahkan 1 2 3 4 5
Jatuh saat naik tangga 1 2 3 4 5
Terjun saat turun tangga 1 2 3 4 5
Jatuh saat ke kamar 1 2 3 4 5
mandi
Jatuh saat membungkuk 1 2 3 4 5

39
NOC : Pengetahuan : pencegahan jatuh (1828)
Definisi: tingkat pemahaman yang disampaikan tentang pencegahan jatuh
Tidak ada Pengetahua Pengetahua Pengetahu Pengetahua
pengetahua n terbatas n sedang an banyak n sangat
n banyak
1 2 3 4 5
Penggunaan alat 1 2 3 4 5
bantu yang benar
Penggunaan 1 2 3 4 5
perangkat
keselamatan yang
benar
Alas kaki yang tepat 1 2 3 4 5

Penggunaan batang 1 2 3 4 5
penggenggam / grab
bars yang benar
Penggunaan gerbang 1 2 3 4 5
keamanan yang benar
Penggunaan jendela 1 2 3 4 5
penjagaan yang benar

Penggunaan 1 2 3 4 5
pencahayaan
lingkungan yang
benar
Tahu kapan meminta 1 2 3 4 5
bantuan profisional
Penggunaan prosedur 1 2 3 4 5
perpindahan yang
aman
Alasan pengekangan 1 2 3 4 5

Latihan untuk 1 2 3 4 5
mengurangi risiko
jatuh
1 2 3 4 5
Obat yanng
diserapkan yang
meningkatkan resiko
jatuh

Kondisi kronis yang 1 2 3 4 5


meningkatkan resiko
jatuh

38
Penyakit akut yang 1 2 3 4 5
meningkatkan risiko
jatuh
Perubahan tekanan 1 2 3 4 5
darah yang
meningkatkan resiko
jatuh
Obat yang tidak 1 2 3 4 5
diresepkan yang
meningkatkan resiko
jatuh
Strategi untuk 1 2 3 4 5
ambulasi yang aman

Pentingnya menjaga 1 2 3 4 5
alur jalan yang jelas
Penggunaan yang 1 2 3 4 5
aman dari bangku dan
tangga
Penggunaan tikar 1 2 3 4 5
karet
Strategi untuk 1 2 3 4 5
menjaga permukaan
lantai tetap aman

NOC : Keparahan cedera fisik (1913)


Defenisi : Keparahan dari tanda dan gejala dari cedera tubuh
Indikator Berat Cukup Sedang Ringan Tidak ada
berat
Lecet pada kulit 1 2 3 4 5
Memar 1 2 3 4 5
Luka gores 1 2 3 4 5
Luka bakar 1 2 3 4 5
Ekstermitas keseleo 1 2 3 4 5
Keseleo tulang punggung 1 2 3 4 5
Fraktur ekstermitas 1 2 3 4 5
Fraktur pelvis 1 2 3 4 5
Fraktur panggul 1 2 3 4 5
Fraktur tulang punggung 1 2 3 4 5
Fraktur tulang tengkorak 1 2 3 4 5

39
Fraktur muka 1 2 3 4 5
Cedera gigi 1 2 3 4 5
Cedera kepala terbuka 1 2 3 4 5
Cedera kepala tertutup 1 2 3 4 5
Gangguan imobilitas 1 2 3 4 5
Kerusakan kognisi 1 2 3 4 5
Penurunan tingkat 1 2 3 4 5
kesadaraan
Trauma liver 1 2 3 4 5
Limfah pecah 1 2 3 4 5
Perdarahan 1 2 3 4 5
Trauma perut 1 2 3 4 5

LAMPIRAN NIC
NIC :Manajemen lingkungan (6480)
Defenisi :manipulasi lingkungan pasien untuk kepentingan terapi daya tarik sensori, dan
kesejahteraan psikologis
1. Ciptakan lingkungan yang aman bagi pasien
2. Identifkasi kebutuhan keselamatan pasien berdasarkan fungsi fidik dan kognitif serta riwayat
perilaku di masa lalu
3. Singkirkan bahaya dari lingkungan
4. Lindungi pasien dengan pegangan pada sisi atau bantalan di sisi ruangan
5. Dampingi pasien selama tidak ada kegiatan bangsal, dengan tepat
6. Sediakan tempat tidur dengan ketinggian yang rendah, yang sesuai

38
7. Sediakan perangkat-perangkat adaptif (misalnya., bangku pijakan atau pegangan)
8. Tempatkan furniture di kamar dengan peraturan terbaik untuk mengakomodasi disabilitas
pasien atau keluarga
9. Tempatkan furniture dikamar dengan pengaturan terbaik untuk mengakomodasi distabilitas
pasien atau keluarga
10. Sediakan selang yang cukup panjang untuk memungkinkan kebebasan pasien untuk bergerak,
yang sesuai
11. Letakkan benda yang sering digunakan dalam jangkauan pasien
12. Berikan kamar terpisah, seperti diindikasikan
13. Pertimbangkan estetika lingkungan nketika memilih teman sekamar
14. Sediakan tempat tidur dan lingkungan yang bersih dan nyaman
15. Sediakan kasur yang kokoh
16. Sediakan linen dan pakaian dalam dengan kondisi baik, bebas dari residu dan noda
17. Tempatkan saklar di posisi tempat tidur yang mudah dijangkau
18. Atur persediaan dan linen dengan rapi yang harus tetap ada dalam jangkauan pandangan
pasien
19. Halangi pandangan pasien pada kamar mandi, toilet, atau peralatan lain yang digunakan
untuk eliminasi
20. Singkirkan bahan-bahan yang digunakan selama penggantian pakaian dan eliminasi, serta
bahu apapun yang tersisa, sebelum kunjungan dan waktu makan
21. Kurangi rangsangan lingkungan, yang sesuai
22. Hindari dari paparan dan aliran udara yang tidak perlu, terlalu panas, atau terlalu dingin
23. Sesuaikan suhu lingkungan dengan kebutuhan pasien, jika suhu tubuh berubah
24. Kendalikan atau cegah kebisingan yang tidak diinginkan atau berlebihan, bila memungkinkan
25. Berikan musik pilihan
26. Sediakan hanpone untuk mendengar musik dapat mengganggu orang lain
27. Manipulasi pencahayaan untuk manfaat terapeutik
28. Sediakan dan atur makanan ringan menarik
29. Bersihkan tempat dan peralatan yang digunakan untuk makan dan minum sebelum digunakan
pasien
30. Batasi pengunjung
31. Individualisasikan pembatasan kunjungann untuk memenuhi kebutuhan pasien atau orang
terdekat
32. Individualisasikan rutinitas sehari-hari untuk memenuhi kebutuhan pasien
39
33. Bawah benda-benda yang tidak asing dari rumah
34. Vasilitasi penggunaan barang-barang pribadi, jubah, dan perlengkapan mandi
35. Jaga konsistensi tugas tahap dari waktu ke waktu
36. Sediakan sarana langsung dan berkesinambungan untuk memangil perawat, dan
menginformasikan bahwa mereka akan dijawab dengan segera
37. Ijinkan keluarga atau orang terdekat untuk tinggal dengan pasien
38. Edukasi pasien dan pengunjung mengenai perubahan atau tindakan pencegahan, sehingga
mereka tidak akan dengan sengaja mengganggu lingkungan yang direncanakan
39. Sediakan keluarga atau orang terdekat dengan informasi mengenai membuat lingkungan yang
aman bagi pasien
40. Tingkatkan keselamatan terhadap terjadinya kebakaran yang sesuai
41. Kendalikkan hama lingkunga, yang sesuai
42. Sediakan pengharum ruangan, jika diperlukan
43. Berikan perawatan untuk bungan atau tanaman
44. Bantu pasien atau keluarga untuk mengatur kartu ucapan bunga, dan hadiah untuk
menigkatkan apresiasi visual pasien

NIC : Bantuan perawatan diri : IADL (1805)


Defensini : Membantu dan menginstrusikan seseorang untuk melakukan aktivitas instrumental
sehari-hari (IADL) yang diperlukan untuk memenuhi fungsi di rumah dan komunitas
1. Tentukan kebutuhan individu terkait dengan bantuan dalam hal IADL (misalnya., belanja,
masak, membersihkan rumah, mencuci, menggunakan transportasi, mengelolah uang,
mengelolah pengobatan, menggunakan komunikasi dan menggunakan waktu)
2. Tentukan kebutuhan keamanan terkait adanya perubahan-perubahan di rumah (misalnya.,
daun pintu yang lebih luas yang akan membuat kursi roda dapat masuk ke kamar mandi,
memindahkan karpet)
3. Tentukan peningkatan kebutuhan dirumah untuk mengatasi disibiltas (misalnya., nomor
telepon yang besar, mengeraskan bunyi telepon, fasilitas mencuci tanga dan lainnya
diletakkan di lantai utama, pegangan tangan di kamar mandi)
4. Sediakan metode untuk menghubungi orang yang bisa mendukung dan membantu
5. Instrusikan individu mengenai alternatif metode transportasi (misalnya., bis dan jadwal bis,
taksi, transportasi kota, untuk orang dengan kecacatan)

38
6. Memberikan teknik peningkatan kognitif (misalnya., kalender yang masih berlaku, daftar
yang masih berlaku dan bisa di mengerti, jam yang mudah di lihat)
7. Dapatkan peningkatan transportasi untuk membantu orang dengan kecacatan (misalnya.,
kontrol tangan dalam mobil, kaca lebar untuk melihat dibelakang)
8. Dapatkan alat-alat untuk membantu dalam aktivitas sehari-hari (misalnya., kemampuan untuk
mencapai barang di atas lemari, di kamar mandi, posssi di tempat tinggi, bagian atas dari
kompor, dan dalam lemari es)
9. Tentukan sumber-sumber keuangan dan apa yang menjadi kesenangan pribadi terkait dengan
memodifikasi rumah atau mobil
10. Instrusikan individu untuk memakai pakaian yang pendek atau ketat saat memasak
11. Cek kembali kecukupan pencahayaan di rumah, khususnya di area tempat kerja
12. Instrusikan individu untuk tidak merokok di kasur atau saat rileks di tempat tidur, atau setelah
mengkonsumsi obat yang mempengharui pikiran
13. Cek kembali alat-alat untuk keamanan di rumah (misalnya., pendeteksi asap, detektor
karbonmonoksida, pemadam kebakaran)
14. Tentukan apakiah pendapatan individu setiap bulan cukup untuk semua pengeluaran
15. Dapatkan alat pengaman visual teknik yang bisa dilihat (misalnya., warna kuning terang pada
akhir tangga, mengatur kembali perabotan untuk keamanan saat berjalan)
16. Bantu individu dalam menetapkan metode dan rutinitas untuk memasak, bersih-bersih,
berbelanja
17. Instrusikan individu dan kergiver mengenai apa yang bisa dilakukan pada saat individu sakit
karena jatuh atau cedera lain
18. Pertimbagkan apakah pasien stabil secara fisik atau kognitif, atau ada penurunan dan
berespon pada perubahan-perubahan yang ada
19. Konsultasikan denga terapi okupasi dan atau fisik yang mengenai distabilitas secara fisik
20. Instrusikan membantu seseorang untuk menyelesaikan dengan tepat tugas yang telah
direncanakan sehingga individu dapat menyelesaikan tugas
21. Sediakan wadah yang tepat untuk meletakan barang yang tajam, dengan cepat
22. Instruisikan individu untuk menyimpan pengobatan dengan tepat dan aman
23. Instrusikan individu untuk menggunakan alat monitor yang tepat
24. Cek kembali apakah individu dapat membuka kantaner pengobatan
25. Rujuk ke pelayanan keluarga komunit as, sesuai kebutuhan

39
NIC:Berpakaian (1630)
Definisi: memilih, memakaikan, dan melepaskan pakaian seseorang yang tidak bisa melakukannya
sendiri.
INTERVENSI:
1. Identifikasi area dimana pasien membutuhkan bantuan dalam berpakaian
2. Monitor kemampuan pasien untuk berpakaian sendiri
3. Pakaikan pasien setelah membersihkan diri diselesaikan
4. Dukung pasien untuk berpartisipasi dalam memilih pakaian
5. Pakaikan dulu pakaian pada bagian ekstermitas yang terkena (dampak/masalah) denga tepat
6. Pakaikan pakaian pribadi yang tidak ketat
7. Ganti pakaian pasien pada saat waktu tidur (tiba)
8. Pilih sepatu/ sandal yang kondisif untuk berjalan dan ambulasi yang aman
9. Berikan bantuan sampai pasien sepenuhnya mampu memikul tanggung jawab untuk
berpakaian sendiri
10. Dukung penggunaan perangkat perawatan diri dengan tepat
11. Pakaikan pakaian pribadi dengan tepat
12. Tawari untuk mencuci pakaian bila perlu

38
NIC: Peningkatan Latihan (0200)
Definisi: memfasilitasi aktivitas fisik secara teratur untuk meningkatkan atau mempertaruhkan
kesehatan dan tingkat kebugaran
INTERVENSI:
1. Hargai keyakinan individu terkait latihan fisik
2. Gali pengalaman individu sebelumnya mengenai latihan
3. Pertimbangkan motivasi individu untuk memulai atau melanjutkan program
4. Gali hambatan untuk melakukan latihan
5. Dukung ungkapan perasaan mengenai latihan atau kebutuhan untuk melakukan latihan
6. Dukung individu untuk memulai atau melanjutkan latihan
7. Dampingi dalam mengidentifikasi tokoh panutan dalam melakukan latihan
8. Dampingi individu pada saat mengembangkan program latihan untuk memenuhi
kebutuhannya
9. Dampingi individu dalam menentukan tujuan jangka pendek dan jangka panjang dari latihan
yang dilakukan
10. Dampingi individu pada saat menjadwalkan latihan secara rutin setiap minggunya
11. Lakukan latighan bersama individu, jika diperlukan
12. Libatkan keluarga/orang yang memberi perawatan dalam merencanakan dan meningkatkan
program latihan
13. Instruksikan individu terkait dengan tipe aktivitas fisik yang sesuai dengan derajat
kesehatannya, kolaborasikan dengan dokter atau ahli terapi fisik
14. Informasikan individu mengenai manfaat kesehatan dan efek fisiologis latihan
15. Instryksikan individu terkait frekuensi, durasi, dan intensitas program latihan yang di
inginkan
16. Monitor kepatuhan individu terhadap program latihan
17. Dampingi individu dalam mempersiapkan dan meningkatkan catatan perkembangan untuk
memotivasi kepatuhan dala melakukan latihan
18. Instruksikan individu mengenai kondisi yang mengharuskan berhenti atau mengubah
program latihan
19. Instruksikan individu untuk melakukan pemanasan dan pendinginan denga cukup pada saat
latihan
20. Instruksikan individu terkait teknik yang digunakan untuk menghindar cedera selama latihan
21. Instruksikan individu terkait teknik pernafasan yang digunakan untuk menghindari cedera
selama latihan
22. Beri penguatan terjadwal untuk meningkatkan motivasi individu (misalnya, meningkatkan
perkiraan terhadap keetahanan, timbangan mingguan)
23. Monitor respon individu terhadap program latihan
24. Sediakan umpan baik positf atas usaha yang dilakukan individu

Pengajaran : Individu Kode 5606


Definisi : Perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi program pengajaran yang dirancang untuk
mengatasi kebutuhan khusus pasien
Aktivitas-aktivitas :
1. Bina hubungan baik

39
2. Bina kredibilitas guru, dengan tepat
3. Pertimbangkan kebutuhan pembelajaran pasien
4. Pertimbangkan kesiapan pasien untuk belajar
5. Nilai tingkat pengetahua dan pemahaman pasien saat ini
6. Nilai tingkat pendidikan pasien
7. Nilai kemampuan/ ketidakmampuan pasien secara kognitif, psikomotor, dan afektif
8. Tentukan kemampuan pasien untuk mempelajari informasi tertentu (yaitu, tingkat
perkembvangan, status fisiologis, orientasi, nyeri, kelelahan, kebutuhan yang dasar yang
tidak terpenuhi, keadaan emosi, dan adaptasi terhadap penyakit)
9. Tentukan motivasi pasien untuk mempelajari informasi tertentu (yaitu, keyakinan terhadap
kesehatan, ketidakpatuhan masa lalu, pengalaman buruk dengan perawatan kesehatan atau
belajar, dan tujuan yang saling bertentangan )
10. Tingkatkan kesiapan pasien untuk belajar
11. Atur bersama, tujuan pembelajaran yang realistis dengan pasien
12. Identifikasi tujuan yang diperlukan untuk mencapai tujuan pembelajaran
13. Tentukan urutan untuk menyajikan informasi
14. Nilai gaya belajar pasien
15. Pilih metode dan strategi pengajaran yang tepat
16. Pilih material pendidikan yang sesuai
17. Berikan pamphlet intruksional, video, dan sumber (pembelajaran) secara online
18. Sesuaikan isi (pembelajaran) dengan kognitif, psikomotor, dan afektif, serta kemampuan
maupun kecacatan pasien
19. Sesuaikan intruksi untuk memfasilitasi pembelajaran, yang sesuai
20. Berikan lingkungan yang konduisf untuk belajar
21. Instruksikan pasien, pada saat yang tepat
22. Evaluasi prestasi pasien terkait dengan tujuan yang dinyatakan
23. Puji perilaku, dengan tepat
24. Korekasi informasi yang salah
25. Berikan waktu bagi pasien untuk bertanya dan membahas masalah
26. Pilih metode pengjaaran baru atau strategi, jika yang sebelumnya (ternyata) tidak efektif
27. Rujuk pasien ke spesialis atau instansi lain untuk memenuhi tujuan pembelajaran, dengan
tepat
28. Dokumentasikan konten yang disajikan, bahan tertulis yang diberikan, dan penerimaan pasien
untuk dan pemahaman mengenai informasi atau perilaku pasien yang menunjukkan
pembelajaran, pada catatan medis permanen
29. Sertakan keluarga dengan cara yang tepat

NIC: TERAPI MUSIK


Terapi Musik (4400)
Definis: penggunaan musik untuk perubahan spesifik perilak, persaan dan fisiologi
Aktivitas-aktivitas
 Definisikan perubahan spesifik perilaku dan fisiologi seperti yang diinginkan
 Pertimbangkan minat klien pada musik
 Identifikasi musik yang disukai klien
 Informasikankepada klien mengenai tujuan

38
 Bantu individu memilih posisi yang nyman
 Batasi stimuli eksternal
 Pastikan volume musik adekuat dan tidak terlalu keras
 Hindari menghidupkan musik dan dibiarkan dalam waktu yang lama
 Fasilitasi partispan aktif klien (misalnya bermain musik,atau bernyanyi)
 Hindari stimulasi musik setelah injuri kepala

Fasilitasi meditasi
Definisi: memfasilitasi seseorang untuk mengubah tingkat kesadarannya dengan fokus
khusus pada gambar atau pikirannya
Aktivitas-aktivitas
 Siapkan lingkungan yang tenang
 Anjurkan pasien duduk dalamposisi yang nyaman
 Anjurkan pasien menutup mata
 Anjurkan pasien merelaksasikan semua otot dan tetap santai
 Bantu pasienuntuk memilih perangkat mental bagi pengulangan selama prosedur
 Lanjutkan dengan latihan pernafasan
 Setelah selasai, anjurkan pasien untuk dudukdiam selama beberapa menit mata
terbuka
 Beritahu pasien untuk mengabaiakan pikiran yang mengganggudengan kembali fokus
dengan meditasi
 Beritahu pasien untuk melakukan prosedur sekali atau dua kali sehari ,tapi tidak
dalam waktu 2 jam setelah makan

39
Peningkatan harga diri
Definisi:membantu pasien untuk meningkatkan penilaian pribadi mengenai harga diri
Aktivitas-aktivitas
 Monitor pernyataan klien mengenai harga diri
 Tentukan lokus kontrol klien
 Tentukan kepercayaan diri klien dalam hal penilaian diri
 Dukung klien untuk bisa mengidentifikasi kekuatan
 Bantu pasien untuk menemukan penerimaan diri
 Kuatkan kekuatan pribadi yang yang diidentifkasi pasien
 Dukung pasien untuk terlibat dalam memberikan afirmasi positif melalui pembicaraan
pada diri sendiridan secara verbal terhadap diri setiap hari
 Berikanpengalaman yang akanmeningkatkanotonom pasiendengan tepat
 Bantu pasien untuk mengidentifikasi respon positif dari oranglain
 Jangan mengkritisi secara negative
 Eksplorasipencapaian keberhasilan sebelumnya
 Dukung pasien untuk menevaluasi perilakunya sendiri
 Fasilitasi lingkungan dan aktivitas yang akan meningkatkan harga diri
 Monitor verbalisasi negative terhadap diri
 Monitor kurangnya tindak lanjut terkait dengan pencapaian tujuan
 Monitor tingkat harga diri dari waktu ke waktu dengan tepat
 Buat pernyataan positif mengenai pasien

Pencegahan jatuh (6490)


Definisi: melaksanakan pencegahan khusus dengan pasien yang memiliki risiko cedera karena jatuh.

38
NIC:
1. Identifikasi kekurangan baik kognitif atau fisik dari pasien yang mungkin meningkatkan
potensi jatuh pada lingkungan tertentu
2. Identifikasi perilaku dan faktor yang mempengaruhi resiko jatuh
3. Kaji ulang riwayat jatuh bersama pasien dan keluarga
4. Identifikasi karakteristik dari lingkungan yang mungkin meningkatkan potensi
5. Monitor gaya berjalan , keseimbangan dan tingkat kelelahan dengan ambulasi
6. Tanyakaan pasien mengenai persepsi keseimbangan dengan tepat
7. Berbagi dengan pasien terkait hasil observasi pada gaya berjalan tertama kecepatan dan
pergerakan
8. Sarankan perubahan pada gaya berjalan terutama kecepatan pada pasien
9. Ajarkan pasien untuk beradaptasi terhadap modifikasi gaya berjalan yang telah disarankan
terutama kecepatan
10. Bantu ambulasi individu yang memiliki ketidak seimbangan
11. Sediakan alat bantu misalnya tongkat dan walker
12. Dukung pasien untuk menggunakan tongkata atau walker dengan tepat
13. Instruksikan pasien untuk mengenai penggunaan tongkat atau walker
14. Kunci kursi roda , tempat tidur atau branker selama melakukan pemindahan pasien
15. Letakkan benda-benda dlam jangkauan yang mudah bagi pasien
16. Instruksikan pasien untuk memanggil bantuan terkait pergerakan dengan tepat
17. Ajarkan pasien bagaimana jika jatuh, untuk meminimalkan cedera
18. Berikan tanda untuk mengingatkan pasien agar meminta bantuan saat keluar dari tempat tidur
19. Monitor kemampuan untuk berpindah dari tempat tidur kekursi dan sebaliknya
20. Gunakan teknik yang tepat untuk memindahkan pasien dari kursi roda,tempat tidur, toilet dan
lain-lain
21. Sediakan tempat duduk toilet yang ditindihkan untuk memudahkan perpindahan
22. Sediakan kursi dengan ketinggian yang tepat , dengan sandaran tangan , dan punggung yang
mudah dipindahkan
23. Sediakan matras tempat tidur dengan pinggiran yang lurus untuk memudahkan pemindahan
24. Gunakan pegangan tangan dengan panjang dan tinggi yang tepat untuk mencegah jatuh dari
tempat tidur, sesuai kebutuhan
25. Sediakan tempat duduk dengan kursi bean bag untuk mencegah pergerakan dengan tepat
26. Tempatkan busa ditempat duduk pasien untuk mencegah pasien terjatuh, dengan tepat
27. Gunakan tempat tidur setelah isi air ditempat tidur untuk membatasi pergerakan dengan tepat
39
28. Sediakan pasien yang memiliki ketergantungan suatu alat untuk meminta pertolongan
misalnya penyediaan bel/lampu panggil
29. Jawab panggilan lampu memanggil segera
30. Bnatu eliminasi dengan frekuensi dan interval terjadwal
31. Gunakan alarm tempat tidur untuk meperingatkan orang yang merawat bahwa individu keluar
dari tempat tidur
32. Tandai ambang pintu dan dari batas jalan sebelum tangga
33. Pindahkan barang-barang yang diletakkan rendah
34. Hindari meletakkan sesuatu secra tidak teratur dipermukaan lantai
35. Sediakan pencahayaan yang cukup dalam rangka meningkatkan pandangan
36. Sediakan lampu malam hari disisi tempat tidur
37. Sediakan pegangan pada tangga dan pegangan tangan yang dapat dilihat
38. Tempatkan pagar dipintu keluar yang mengarah ke tangga
39. Sediakan permukaan lantai yang tidak licin pada bak mandi dna pancuran
40. Sediakan alas kaki yang tidak licin untuk memfasilitasi kemudahan menjangkau
41. Sediakan area penyimpanan dengan jangkauan yang mudah
42. Orientasikan pasien pada lingkungan fisik
43. Hindari pengaturan ulang lingkungan fisik yang tidak perlu
44. Pastikan bahwa pasien menggunakan sepatu yang pas, terikat dengan aman,dan soal antiselip
45. Instruksikan pasien untuk memakai kacamata yang diresepkan dengan tepat pada saat keluar
dari tempat tidur
46. Ajarkan anggota keluarga mengenai faktor-faktor resiko yang berkontribusi terhadapa adanya
kejadian jatuh dan bagaimana menurunkan resiko ini
47. Anjurkan adaptasi dirumah untuk meningkatkan keamanan
48. Instruksikan akan pentingnya pegangan tangan untuk tangga , kamar mandi dan jalur untuk
berjalan
49. Bantu keluarga mengidentifikasi bahaya dirumah dan memodifikasi bahaya tersebut
50. Sarankan menggunakana alas kaki yang aman
51. Instruksikan pasien untuk menghindari permukaan es dan permukaan lain yang licin
52. Kembangkan cara untuk pasien berpartisipasi secara aman dalam mengisi waktu luang
53. Lakukan program latihan fisik rtin yang meliputi berjalan
54. Berkolaborasi dengan anggota tim kesehatan untuk meminimalkan efek samping dari
pengobatan yang berkontribusi pada kejadian jatuh
55. Sediakan pengawasan ketat/alat pengikatan misalnya kursi dengan sabuk pengaman
38
56. Jaga posisi sisi rel dalam posisi yang tinggi saat caregiver tidak ada dengan tepat
57. Sediakan gelembung atas pada pengamanan pasien pediatrik dirumah sakit yang mungkin
memanjat melalui sisi pengaman yang tinggi
58. Kencangkan palang pengamanan pada akses pannel inkubator saat meninggalkan ditempat
tidur

Identifikasi resiko (6610) hal 115


Definisi : analisis faktor resiko potensial pertimbangan resiko-resiko kesehatan dan memprioritaskan
strategi pengurangan resiko bagi individu atau kelompok.
NIC:
1. Kaji ulang riwayat kesehatan masa lalu dan dokumentasikan bukti yang menunjukkan adanya
penyakit medis, diagnosa keperawatan serta perawatannya
2. Kaji ulang data yang didapatkan dari pengkajian resiko secara rutin
3. Pertimbangkan ketersediaan dan kualitas sumber-sumber yang ada (misalnya, psikologis,
finansial, tingkat pendidikan, keluarga, dan komunitas)
4. Identifikasi adanya sumber-sumber agensi untuk membantu menurunkan faktor resiko
5. Pertahankan pencatatan dan statistik yang akurat
6. Identifikasi resiko biologis lingkungan, dan perilaku serta hubungan timbal balik
7. Identifikasi strategi koping yang digunakan atau khas
8. Pertimbangkan fungsi dimasa lalu dan saat ini
9. Pertimbangkan status pemenuhan kebutuhan sehari-hari
10. Pertimbangkan sumber di komunitas yang sesuai dengan kebutuhan kesehatan dan
pemenuhan kebutuhan sehari-hari
11. Pertimbangkan pemenuhan terhadap perawatan dan medis dan keperawatan
12. Intruksikan faktor resiko dan rencana untuk mengurangi faktor resiko

39
13. Gunakan rancangan tujuan yang saling menguntungkan dengan tepat
14. Pertimbangkan kriteria yang berguna dalam memprioritaskan area-area untuk mengurangi
faktor resiko (misalnya, tingkat kesadaran dan motivasi, efektifitas, biaya kelayakan, pilihan-
pilihan, kesetaraan, stigma dan keparahan hasil jika faktor resiko masih belum terselesaikan)
15. Diskusikan dan rencanakan aktifitas-aktifitas pengurangan resiko berkolaborasi dengan
individu atau kelompok
16. Implementasikan aktifitas-aktifitas pengurangan resiko
17. Inisiasi rujukan kepada personil kesehatan dan atau agensi dengan tepat
18. Rencanakan monitor resiko kesehatan dalam jangka panjang
19. Rencanakan tindak lanjut strategi dan aktifitas pengurangan resiko jangka panjang

Manajemen lingkungan: keselamatan (6486)

Definisi: Memonitor dan memanipulasi lingkungan fisik untuk meningkatkan keamanan.

NIC:
1. identifikasi kebutuhan keamanan pasien berdasarkan fungsi fisik dan kognitif serta riwayat
perilaku di masa lalu
2. identifikasi hal-hal yang membahayakan di lingkungan (misalnya,[bahaya]fisik,biologi dan
kimiawi)
3. singkir bahan berbahaya dari lingkungan jika diperlukan
4. modifikasi lingkungan untuk meminimalkan bahan berbahaya dan berisiko
5. sediakan alat untuik beradaptasi (misalnya,kursi untuk pijakan dan pegangan tangan)
6. gunakan alat perlindungan (misalnya,pengekangan,pegangan pada sisi,konci pintu,pagar,dan
gerbang)umtuik membatasi mobilitas fisik atau akses pada situwasi yang membahayakan
7. beritahukab kepada lembaga yang berwenang untuk melakukan perlindungan lingkungan
(misalnya,dinas kesehatan,pelayanan lingkungan,badan lingkungan hidup dan polisi)
8. siapkan nomor telepon emergensi untuk pasien (misalnya, [nomor] polisi,dinas kesehatan
lokal dan pusat kontrol racun)
9. monitor lingkungan terhadap terjadinya perubahan status keselamatan
10. bantu pasien saat melakukan perpindahan ke lingkungan yang lebih aman (misalnya,rujukan
untuk mempunyai asisten rumah tangga)

38
11. inisiasi dan atau lakukan program skrining terhadap bahan yang membahayakan lingkungan
(misalnya,logam berat dan radon)
12. edukasi individu dan kelompok yang berisiko tinggi terhadap bahan berbahaya yang ada di
lingkungan
13. kolaborasikan dengan lembaga lain untuk meningkatkan keselamatan lingkungan
(misalnya,dinas kesehata,polisi dan badan perlindungan lingkungan)

Peningkatan komunikasi: Kurang penglihatan (4978) hal 336


Definisi: Gunakan strategi meningkatkan kemampuan berkomunikasi untuk orang yang kurang
dalam penglihatannya. NIC:
1. Lakukan atau atur pengkajian dan sreaning penglihatan secara rutin
2. Monitor aplikasi terhadap fungsional pasien dengan penglihatan yang berkurang (misalnya,
resiko cedera, depresi, kecemasan, dan kemampuan untuk melakukan aktifitas-aktifitas
sehari-hari dan kegiatan yang dihargai)
3. Kenalkan diri anda saat memasuki ruangan pasien
4. Bantu pasien untuk meningkatkan stimulasi indra-indra lainnya (misalnya, menikmati aroma,
rasa, dan tekstur makanan)
5. Pastikan kacamata atau lensa konta yang pasien miliki mempunyai resep terbaru, dibersihkan
dan disimpan dengan benar jika tidak digunakan
6. Sediakan ruangan dengan pencahayaan yang mewadai
7. Minimalkan cahaya silau (yaitu dengan menawarkan kacamata atau memasang penutup
jendela)
8. Sediakan literatur dengan huruf cetakaan yang benar
9. Gambarkan lingkungan pada pasien
10. Jaga lingkungan tetap rapi
11. Hindari menata ulangn item-item dilingkungan sekitar pasien tanpa memberitahu pasien
12. Berikan alat bantu untuk hidup sehari-hari (misalnaya, jam, dan telepon dengan angka-angka
yang besar)
13. Terapkan penggunaan label untuk membedakan item yang sering digunakan (yaitu kode
berwarna pada tombol peralatan, tandai botol obat dengan menggunakan warna-warna yang

39
sangat kontras atau penggunaan karet gelang dan lebel pin keselamatan pada pakaian yang
berwarna mirip
14. Gunakan warna-warna terang, kontras dilingkungan sekitar
15. Bacakan surat, koran, informasi terkait dengan lainnya untuk pasien
16. Identifikasi posisi item-item pada nampan makanan yang sama posisinya dengan arah posisi
angka pada sebuah jam
17. Lipat uang kertas dengan cara yang berbeda untuk memudahkan identifikasi
18. Sediakan perangkat-perangkat besar (misalnya, kaca pembesar dengan pegangan, stand, dan
vidio)
19. Berikan pengganti penglihatan (misalnya, huruf braille, buku dengan audio, jam tangan yang
bisa bersuara dan penanda taktil)
20. Bantu orang tua, keluarga, pendidik dan pengasuh yang terlibat dengan anak yang memiliki
penglihatan yang kurang untuk mendapatkan kebutuhan-kebutuhan terkait berbagai informasi
(misalnya, bagaimana mengajari anak, bimbingan antisifatif, dan pertimbangan-pertimbangan
terkait dengan perkembangan anak)
21. Instruksikan orang tua keluarga pendidik dan pengasuh untuk mengenali dan menanggapi
bentuk ekspresif nontradisional dari komunikasi (misalnya, gerakan dan ekspresi wajar)
22. Instruksikan orang tua keluarga pendidik dan pengasuh untuk mengembangkan sistem
komunikasi fungsional dan reliabel (misalnya microswitches atau perangkat output bicara)
23. Bantu pasien atau keluarga untuk mengidentifikasi sumber daya yang tersedia terkait dengan
kebutuhan untuk rehabilitasi penglihatan
24. Berikan rujukan bagi pasien yang membutuhkan pembedahan atau pengobatan medis lainnya
25. Sediakan rujukan pada layanan pendukung (misalnya sosial, okupasional, dan psikologis

38
Peningkatan sosialisasi
Definisi:fasilitas kemampuan orang untuk berinteraksi dengan orang lain
Aktivitas-aktivitas
 Anjurkan keterlibatan dalam hubungan yang sudah mapan
 Anjurkan kesabaran dalam pengembangan hubungan
 Anjurkan kegiatan sosial dan masyarakat
 Tingkatkan keterlibatan dalam minat yang sama sekali baru
 Anjurkan partisipasi dalam kelompok
 Minta dan harapkan komunikasiverbal
 Tingkatkan berbagai masalah umum dengan orang lain
 Fasilitasi penggunaan alat bantu defisit sensorik seperti kacamata dan alat bantu
dengar
 Berikan umpan balik positif saat pasien menjangkau orang lain
 Berika model peran yang mengekspresikan kemarahan dengan tepat
 Anjurkan pasien mengubah lingkungan,seperti pergikeluaruntuk jalan-jalan
 Rujuk pasien pada kelompok keterampilan intrapersonal atau program diamana
pemahaman transaksi dapat ditingkatkan dengan tepat

Terapi aktivitas (4310)


Definisi: presepsan terkait dengan menggunakan bantuan aktivitas fisik,kognisi, sosial dan
spritual untuk meningkatkan frekuensi dan durasi dari aktivitas kelompok
Aktivitas-aktivitas
 Pertimbangkan kemampuan klien dalam partisipasi melalui aktivitas spesifik

39
 Berkolaborasi dengan terapis fisik, okupasi dan terapis rekresional dalam perencanaan
dan pemantauan program aktivitas, jika memag diperlukan
 Pertimbangkan komitmen klien untuk meningkatkan frekuensi dua jarak aktivitas
 Bantu klien untuk mengeksplorasi tujuan personal dari aktivitas-aktivitas yang biasa
dilakukan
 Dorong aktivitas kreatif yang tepat
 Bantu klien memperoleh transportasi untuk dapat mengikuti aktivitas , jika memang
diperlukan
 Bantu klien mengidentifikasi aktivitas yang diinginkan
 Bantu klien mengidentivikasi aktivitas-aktivitas yang bermakna
 Bantu klien untuk menjadwalkan waktu-waktu spesifik terkait dengan aktivitas harian
 Bantu klien dan kluarga untuk mengidentifikasi kelemahan dalam level aktifitas
tertentu
 Identifikasi strategiuntuk meninkatkan aktivitas yang diinginkan
 Faslitasi aktivitas pengganti pada saat klien keterbatasan waktu
 Dorong keterlibatan dalam aktivitas kelompok maupun terapi, jika diperlukan

Konseling
Definisi: penggunaan proses membantu interaktif yang berfokus pada kebutuhan, masalah
atau perasaan klien dan SO untuk meningkatkan atau mendukung koping, penyelsaian
masalah dan hubungan interpesonal
Aktivitas-aktivitas
 Bangun hubungan terapeutik yang didasarkan pada rasa saling percaya dan saling
menghormati
 Tujukan empati, kehangatan, dan ketulusan
 Tetapkan lama hubungan konseling
 Tetapkan tujuan-tujuan
 Sediakan privasi dan berikan jaminan kerahasiaan
 Sediakan informasi faktual yang tepat dan sesuai kebutuhan
 Dukung ekspresi perasaan
 Gunakan tehnik refleksi dan klarifikasi untuk memfasilitasi ekspresi yang menjadi
perhatian
 Minta pasien untuk mengidentifikasi masalah mereka terkait dengan peristiwa yang
terjadi
 Bantu pasien untuk membuat daftar dan memprioritaskan kemungkinan alternatif

38
 Sampaikan secara verbal perbedaan antara perasaan pasien dengan perilaku
 Dukung keterampilan baru

Peningkatan citra tubuh


Definisi:meninhkatkan persepsi dan sikap pasien baik yang didasari maupun tidak didasari
terhadap tubuhnya
Aktivitas-aktivitas
 Tentukan harapan citra diri pasien didasari pada tahap perkembangan
 Gunakan bimbingan antipasif menyiapkan pasien yang terkait dengan perubahan
perubahan citra tubuh yang diperidiksi
 Bantu pasien mendiskusikan perubahan-perubahan tubuh
 Identifikasi dampak dari budaya pasien, agama, ras, jenis kelamn, terkait dengan citra
diri
 Monitor frekuensi dari pernyataan mengkritisi diri
 Monitor apakah pasien bisa melihat bagian tubuh mana yang berubah
 Tentukan persepsi pasien dan keluarga terkait dengan perubahan citra diri
 Identifikasi strategi-strategi penggunaan koping dan respon terhadap perubahan

39
Pengajaran : Individu Kode 5606
Definisi : Perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi program pengajaran yang dirancang untuk
mengatasi kebutuhan khusus pasien
Aktivitas-aktivitas :
 Bina hubungan baik
 Bina kredibilitas guru, dengan tepat
 Pertimbangkan kebutuhan pembelajaran pasien
 Pertimbangkan kesiapan pasien untuk belajar
 Nilai tingkat pengetahua dan pemahaman pasien saat ini
 Nilai tingkat pendidikan pasien
 Nilai kemampuan/ ketidakmampuan pasien secara kognitif, psikomotor, dan afektif
 Tentukan kemampuan pasien untuk mempelajari informasi tertentu (yaitu, tingkat
perkembvangan, status fisiologis, orientasi, nyeri, kelelahan, kebutuhan yang dasar yang tidak
terpenuhi, keadaan emosi, dan adaptasi terhadap penyakit)
 Tentukan motivasi pasien untuk mempelajari informasi tertentu (yaitu, keyakinan terhadap
kesehatan, ketidakpatuhan masa lalu, pengalaman buruk dengan perawatan kesehatan atau
belajar, dan tujuan yang saling bertentangan )
 Tingkatkan kesiapan pasien untuk belajar
 Atur bersama, tujuan pembelajaran yang realistis dengan pasien
 Identifikasi tujuan yang diperlukan untuk mencapai tujuan pembelajaran
 Tentukan urutan untuk menyajikan informasi
 Nilai gaya belajar pasien
 Pilih metode dan strategi pengajaran yang tepat
 Pilih material pendidikan yang sesuai
 Berikan pamphlet intruksional, video, dan sumber (pembelajaran) secara online
 Sesuaikan isi (pembelajaran) dengan kognitif, psikomotor, dan afektif, serta kemampuan
maupun kecacatan pasien
 Sesuaikan intruksi untuk memfasilitasi pembelajaran, yang sesuai
 Berikan lingkungan yang konduisf untuk belajar
 Instruksikan pasien, pada saat yang tepat
 Evaluasi prestasi pasien terkait dengan tujuan yang dinyatakan
 Puji perilaku, dengan tepat
 Korekasi informasi yang salah
 Berikan waktu bagi pasien untuk bertanya dan membahas masalah
 Pilih metode pengjaaran baru atau strategi, jika yang sebelumnya (ternyata) tidak efektif
 Rujuk pasien ke spesialis atau instansi lain untuk memenuhi tujuan pembelajaran, dengan tepat
 Dokumentasikan konten yang disajikan, bahan tertulis yang diberikan, dan penerimaan pasien
untuk dan pemahaman mengenai informasi atau perilaku pasien yang menunjukkan
pembelajaran, pada catatan medis permanen
 Sertakan keluarga dengan cara yang tepat

38
NIC Peningkatan Koping (5230)
Fasilitas usaha kognitif perilaku untuk mengelola stressor yang dirasakan, perubahan , aatau
ancaman yang mengganggu dan rangka memenuhi kebutuhan hidup dan peran
Intervensi
1. Bantu pasien dalam mengidentifikasi tujuan jangka pendek dan jangka panjang yang tepat
2. Bantu pasien untuk memecahkan tujuan yang komplek s menjad lebih kecil, dengan langkah
yang dapat dikelola
3. Bantu pasien untuk menyelesaikan masalah dengan cara yang konstruktif
39
4. Beri penilaian [kemempuan] penyesuaian pasien terhadap perubahan-perubahan dalam citra
tubuh, sesuai dengan indikasi
5. Gunakan pendekatan yang tenangdan memberika jaminan
6. Berikan suasana penerimaan
7. Sediakan informasi aktual mengenai diagnosis, penanganan, dan prognosis
8. Dukung sikap[pasien] terkait dengan harapan realistis sebagai upaya untuk mengatasi
perasaan ketidakberdayaan
9. Dukung kemampuan mengatasi situasi secara berangsur-angsur
10. Dukug sumber-sumber spiritual, jika diinginkan
11. Atur situasi yang mendukung otonomi pasien
12. Dukung pasien meng identifikasi kekuatan dan kemampuan diri
13. Dukung keterlibatan keluarga yang tepat
14. Berikan keterampilan sosial
15. Instruksikan pasien untuk menggunakan teknik relaksasi sesuai dengan kebutuhan
16. Bantu pasien mengklarifikasi kesalahpahaman
17. Dukung pasien untuk meng evaluasi perilakunya sendiri

NIC: Terapi kelompok (5450)


Aplikasi dari teknik psikoterapi pada grup, meliputi peggunaan interaksi antar grup
Intervensi
1. Tentukan tujuan kelompok (misal memelihara testing realita memfasilitasi komunikasi,
memeriksa ketrampilan interpersonal, dan lingkungan)
2. Bentuk kelompok denga optimal dengan jumlah optimal: 5-12 amggota
3. Pilih anggota kelompok yang bersedia untuk berpartisipasi aktif dan mengambil tanggung
jawab pada masalahnya sendiri
4. Tentukan apakah tingkat dari motivasi cukup tinggi untuk memberi keuntungan pada terapi
kelompok
5. Gunakan co leader dengann cara yang tepaat
6. Sampaikan isu untuk kewajiban hadir

38
7. Tetepkan waktu dan tempat pertemuan kelompok
8. Buat pertemuan daam 1-2 jam setiap sesi denga cara yang tepat
9. Gerakkann kelompok untuk kerja sesuai tahap kerja secepat mungkin
10. Beri kelompok arahan yang memungkinkan mereka untuk mengidentifikasi menyelesaikan
smasalah setiap perkembangan
11. Identifikasi ketidakpuasan dan/konflik
12. Bantu keluarga memprioritaskan dan menyeleksi masalah yang paling di prioritaskan
13. Berikan pendidikan dan informasi
14. Bantu angota keluarga untuk merubah bagaimana mereka berhubungan dengan anggota
keluarga lain
15. Rencanakan strategi terminasi dan evaluasi

Terapi Relaksasi
Definisi : Pengunaan tekhnik-tekhnik untuk mendorong dan memperoleh relaksasi demi tujuan
mengurangi tanda dan gejala yang tidak diinginkan seperti nyeri, kaku otot dan ansietas
Aktivitas-aktivitas :
 Gambarkan rasionalisasi dan manfaat serta jenis relakssasi yang tersedia (misalnya, music,
meditasi, bernafas dengan ritme, relaksasi rahang dan relaksasi otot progresif)
 Uji penurunan tingkat energy saat ini , ketidakmampuan untuk konsentrasi, atau gejala lain
yang mengiringi yang mungkin mempengaruhi kognisi untuk berfokus pada tekhnik relaksasi
 Tentukan apakah ada intervensi relaksasi dimasa lalu yang sudah memberikan manfaat
 Pertimbangkan keinginan individu untuk untuk berpartisipasi, kemampuan berpartisipasi,
pilihan, pengalaman masa lalu, dan kontraindikasi sebelum memilih strategi relaksasi tertentu
 Berikan deskripsi detail terkait intervensi relaksasi yang dipilih
 Ciptakan lingkungan yang tenang dan tanpa distraksi dengan lampu yang redup dan suhu
lingkungan yang nyaman, jika memungkinkan
 Dorong klien untuk mengambil poisisi yang nyaman dengan pakaian longgar dan mata tertutup
 Spesifikasikan isi intervensi relaksasi (misanya, dengan meminta saran perubahan)
 Dapatkan perilaku yang menunjukkan terjadinya relaksasi, misalnya bernafas dalam, menguap,
bernafas perut, atau bayangan yang menenangkan
 Minta klien untuk rileks dan merasakan sensasi yang terjadi
 Gunakan suara yang lembut dengan irama yang lambat untuk setiapo kata
 Tunjukkan dan praktikan tekhnik relaksasi pada klien

39
 Dorong klein untuk mengulang praktik tekhnik relaksasi, jika memungkinkan
 Antisipasi kebutuhan penggunaan relaksasi
 Berikan informasi tertulis mengenai persiapan dan keterlibatan didalam tekhnik relaksasi
 Dorong pengulangan tekhnik praktik-praktik tertentu secara berkala
 Berikan waktu yang tidak terganggu karena mungkin saja klien tidur
 Dorong control sendiri ketika relaksasi dilakukan
 Evaluasi lapora individu terkait dengan relaksasi yang dicapai secara teratur, dan monitor
keteganagn otot secara periodic, denyut nadi, tekanan darah dan suhu tubuh dengan tepat
 Kembangkan kaset tekhnik relaksasi untuk digunakan individu dengan tepat
 Gunakan relaksasi sebagai strategi sebagai tambahan dengan (penggunaan) obat-obatan nyeri
atau sejalan dengan terapi lainnya dengan tepat
 Evaluasi dan dokumentasi respon terhadap terapi relaksasi

Pengurangan kecemasan
Definisi : mengurangi tekanan, ketakutan, firasat, maupun ketidaknyamanan terkait dengan
sumbber-sumber bahaya yang tidak teridentifikasi
Aktivitas-aktivitas :
 Gunakan pendekatan yang tenang dan menyakinkan
 Nyatakan dengan jelas harapan terhadap peerilaku klien
 Jelaskan semua prosedur termasuk sensasi yang akan dirasakan yang mungkin akan dialami
klien selama prosedur (dilakukan)
 Pahami situasi krisis yang terjadi dari perspektif klien
 Berikan informasi factual terkait diagnose, perawatan dan prognosis
 Berada di sisi klien untuk meningkatkan rasa aman dan mengurangi ketakutan
 Dorong keluarga untuk mendampingi klien dengan cara yang tepat
 Berikan objek yang menunjukkan perasaan aman
 Lakukan usapan pada punggung/leher dengan cara yang tepat
 Dorong aktivitas yang tidak kompetitif secara tepat
 Ciptakan atmosfer rasa aman untuk meningkatkan kepercayaan
 Dorong verbalisasi perasaan, persepsi dan ketakutan
 Identifikasi pada saat terjadi perubahan tingkat kecemasan
 Berikan aktivitas pengganti yang bertujuan untuk mengurangi tekanan
 Bantu klien mengidentifikasi situasi yang memicu kecemasan
 Control stimulus untuk kebutuhan klien secara tepat
 Dukung penggunaan mekanisme koping yang sesuai
 Bantu klien untuk mengartikulasikan deskripsi yang realistis mengenai kejadian yang akan
datang
 Atur penggunaan obat-obatan untuk mengurangi kecemasan secara tepat
 Pertimbangkan kemampuan klien dalam mengambil keputusan
 Instruksikan klien untuk menggunakan tekhnik relaksasi
 Kaji untuk tanda verbal dan non-verbal kecemasan

38
39

Anda mungkin juga menyukai