Anda di halaman 1dari 160

ASUHAN KEPERAWATAN GERONTIK PADA TN.

S DENGAN
DIAGNOSA MEDIS HIPERTENSI DI BPSTW BUDI LUHUR

DosenPengampu :Ns. Thomas Aquino Erjinyuare Amigo, S.Kep., M.Kep., Sp. Kep. Kom

Disusunoleh :
Kelompok II
Kelas A.12.4
Ni WayanVilsa (15130143)
Helya Della (15130164)
Kornelia Dewi Lestari (15130138)
Ida Ayu Gede Cita L (15130169)
Luh Dewi Purnami (15130172)
Mariana H Boger (15130146)
Arian Fitralena (15130180)
Dewa Ayu Giska Mahastari (15130161)
A.A Mas Aristya Sukma Dewi (15130177)
A.A Istri Sintya Devi (15130153)
DewiMeilindaWati (15130156)

PRODI S1-ILMU KEPERAWATAN


FAKULTAS ILMU KESEHATAN UNIVERSITAS RESPATI YOGYAKARTA
TAHUN AJARAN 2017/2018
BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Seseorang dikatakan sebagai lansia apabila sudah mencapai usia 60 tahun (Kholifah, 2016). Pada
tahun 2014, jumlah penduduk di Indonesia yang lanjut usia sekitar 18,781 juta jiwa dan tahun
2025 diperkirakan akan terjadi peningkatan 2 kali lipat, yaitu 36 juta jiwa (Kholifah, 2016).
Sistem kardiovaskuler membantu menjaga homeostasis dalam membawa oksigen dan
nutrisi ke organ dan jaringan dengan mentransportasikan karbondioksida dan sisa metabolisme
dari dalam tubuh untuk dibuang. Karena sistem kardiovaskuler memiliki kapasitas adaptasi,
lansia yang sehat tidak akan mengalami perubahan yang signifikan terhadap kerja kardiovaskuler
akibat penuaan (Miller, 2012).
Beberapa hasil penelitian menemukan perubahan patologis sampai penuaan normal. Dari
penelitian Cademartiri, LaGrutta, De Feyer, dan Kresstin (2008) menggunakan teknik diagnosis
terbaru ditemukan 36% dan 39% dari laki-laki dan perempuan mempunyai penyakit jantung
koroner dan hanya 12,6% dari orang yang berusia 85 tahun keatas juga mempunyai penyakit
klinis dan subklinis (Miller, 2012).
B. TUJUAN
1. Tujuan Umum
Mahasiswa mampu memahami konsep teori dan asuhan keperawatan yang tepat untuk
lansia dengan gangguan sistem kardiovaskuler.
2. Tujuan Khusus
a. Mahasiswa mampu memahami anatomi dan fisiologi sistem kardiovaskuler.
b. Mahasiswa mampu memahami proses menua.
c. Mahasiswa mampu memahami penuaan sistem kardiovaskuler.
d. Mahasiswa mampu memahami faktor –faktor yang mempengaruhi fungsi sistem
kardiovaskuler.
e. Mahasiswa mampu memahami konsekuensi fungsional sistem kardiovaskuler.
f. Mahasiswa mampu memahami macam-macam gangguan sistem kardiovaskuler.
g. Mahasiswa mampu memahami pathway penuaan sistem kardiovaskuler.
h. Mahasiswa mampu memahami asuhan keperawatan (teori) sistem kardiovaskuler.
BAB II

TINJAUAN TEORI

A. ANATOMI DAN FISIOLOGI SISTEM KARDIOVASKULER


1. Jantung
Jantung berada di antara paru-paru dalam mediastinum. Sekitar dua pertiga jantung
berada di sebelah kiri dari garis tengah tubuh. Bentuk jantung kerucut tumpul dengan
ukuran sebesar kepalan tangan atau sekitar 12 cm panjangnya, lebar 9 cm, dan ketebalan
6 cm. Di bagian luar jantung terdapat membran yang disebut selaput perikardial. Selaput
perikardial terdiri dari 2 lapisan, yaitu perikardial fibrosa (selaput paling luar) dan
perikardial serosa (Rizzo, 2016).
Perikardial fibrosa dibentuk dari jaringan ikat dan menghubungkan pembuluh
darah besar yang masuk dan keluar dari jantung (vena cava, aorta, arteri dan vena
pulmonalis), ke otot diafragma, dan ke dalam dinding toraks. Hal tersebut dilakukan
untuk mencegah terjadinya distensi yang berlebihan pada saat jantung memompa dan
melindungi area sekitar jantung. Perikardial serosa merupakan selaput yang tipis dan
halus. Selaput ini kelanjutan dari lapisan dinding jantung paling luar, yang disebur
epikardium. Selaput ini juga kelanjutan dari pembuluh darah besar dari jantung dan
disebut sebagai lapisan parietal dari selaput perikardial (Rizzo, 2016).
Lapisan dinding jantung paling luar disebut epikardium. Bentuknya tipis,
lapisannya transparan, yang terbuat dari jaringan serosa dan mesentelium (salah satu jenis
jaringan epitelium). Antara epikardium jantung dan selaput perikardial serosa terdapat
ruang yang disebut sebagai ruang perikardial, yang berisi cairan perikardial. Fungsi
cairan ini untuk mengurangi gesekan dan erosi jaringan antara membran saat jantung
berkontraksi dan berelaksasi (Rizzo, 2016).
Lapisan dinding jantung bagian tengah yang terdiri atas jaringan otot jantung
disebut myokardium. Pada lapisan jaringan ini bekerja saat jantung berkontraksi. Lapisan
dinding jantung yang paling dalam disebut endokardium. Lapisan ini tipis yang terdiri
dari endotelium (jenis jaringan epitelial) yang sebagian besar terdiri dari jaringan ikat
yang ditembus oleh pembuluh darah kecil dan sekumpulan otot polos. Epikardium
melapisi katup jantung dan korda tendinae dari katup (Rizzo, 2016).
Di dalam jantung dibagi menjadi 4 ruang, yang menerima darah dari berbagai
bagian tubuh. Dua ruang pada jantung atas disebut atrium, atrium kanan dan atrium kiri.
Setiap atrium mempunyai tambahan eksternal yang disebut aurikel, yang berfungsi
memperbesar volume atrium. Kedua atrium dipisahkan oleh septum inter atrial. Dua
ruang jantung dibagian bawah disebut ventrikel, yaitu ventrikel kanan dan kiri. Kedua
ventrikel tersebut dipisahkan oleh septum interventrikuler. Jaringan otot dari atrium dan
ventrikel dipisahkan oleh jaringan ikat yang juga membentuk katup jantung (Rizzo,
2016).
Katup jantung dibuat untuk mencegah darah mengalir balik saat jantung
memompa. Terdapat 2 katup atrioventrikuler yang berada di antara atrium dan ventrikel.
Katup yang berada di antara atrium kanan dan ventrikel kanan disebut katup trikuspidalis
karena memiliki 3 daun katup. Katup ini dibuat dari jaringan ikat fibrosa yang berasal
dari dinding jantung dan ditutupi oleh endokardium. Pada ujung dari katup terdapat korda
yang mengarah turun ke arah ventrikel, yang disebut korda tendineae yang terhubung
dengan otot yang berada pada bagian dalam ventrikel yang disebut otot papilari (Rizzo,
2016).
Katup antara atrium kiri dan ventrikel kiri disebut sebagai katup mitral atau
bikuspidalis karena mempunyai 2 daun katup. Pada ujung katup memiliki struktur yang
sama dengan katup trikuspidalis. Dua arteri yang meninggalkan jantung (aorta asenden
dan arteri pulmonalis) juga memiliki katup yang mencegah aliran balik darah. Katup ini
disebut katup semilunaris. Katup semilunaris yang berada di antara ventrikel kanan dan
arteri pulmo disebut katup semilunaris pulmonar dan yang berada di antara ventrikel kiri
dan aorta disebut katup semilunaris aorta. Kedua katup memiliki 3 daun katup agar darah
mengalir satu arah (Rizzo, 2016).

2. Pembuluh Darah
Pembuluh darah dapat dikategorikan menjadi arteri, arteriol, vena, venula, dan kapiler.
Arteri dan vena mempunyai komposisi dinding 3 lapisan, yaitu tunika intima yang terdiri
dari satu lapisan sel endotelial, tunika media yang terdiri dari otot polos, dan tunika
adventitia yang terdiri dari jaringan ikat putih. Arteri mempunyai dinding yang terdiri
dari 3 lapisan ini atau tunika yang mengelilingi inti berongga yang disebut lumen
sepanjang aliran darah. Arteri lebih tebal dibandingkan vena dengan 2 kelebihan, yaitu
elastisitas dan kontraktilitas. Hal ini diperlukan karena ketika 2 ventrikel berkontraksi,
pembuluh darah dibebankan dengan sejumlah besar darah ke aorta dan arteri pulmonalis.
Arteri juga bisa melebar untuk memudahkan kelebihan darah. Kemudian selama ventrikel
berelaksasi, pengembangan elastis dari arteri mendorong darah. Sebagian besar menerima
percabangan dari satu arteri. Arteriol adalah arteri kecil yang mengantar darah ke kapiler.
Kapiler pembuluh darah mikroskopis yang terdiri dari sel epitel skuamosa sederhana,
yang disebut endotelium. Sel ini ditemukan pada hampir semua sel yang ada pada tubuh.
Kapiler menghubungkan arteriol dengan venula. Fungsi utama kapiler yaitu
memungkinkan terjadinya pertukaran nutrisi dan oksigen dengan bahan sisa dan
karbondioksida antara darah dan jaringan. Struktur dinding kapiler sangat unik karena
hanya terdiri dari 1 lapisan sel yang memungkinkan terjadinya difusi. Substansi dalam
darah dapat melewati sebuah membran plasma untuk mencapai sel jaringan. Venula
adalah pembuluh vena kecil yang menghubungkan kapiler dan vena. Vena juga terdapat
katup yang menjaga aliran darah saru arah menuju jantung (Rizzo, 2016).
3. Sirkulasi Darah
Jantung sebenarnya memompa darah dengan cara yang sedikit berbeda. Caranya yaitu
kedua atrium berkontraksi secara bersamaan, sementara ventrikel relaksasi. Kemudian
ketika ventrikel berkontraksi bersamaan, sementara atrium berelaksasi. Kemudian semua
ruang beristirahat sebelum siklus selanjutnya dimulai kembali (Rizzo, 2016).
Darah yang kaya karbondioksida kembali dari tubuh bagian atas melewati vena
cava superior dan darah dari tubuh bagian bawah kembali melewati vena cava inferior
menuju atrium kanan jantung. Darah kemudian dipompa akibat kontraksi atrium kanan
melewati katup trikuspidalis ke dalam ventrikel kanan. Ketika ventrikel kanan
berkontraksi, darah dipompakan ke pembuluh arteri pulmonalis melewati katup
semilunaris pulmonar. Alveoli paru-paru dikelilingi ole kapiler, darh melepaskan
karbondioksida dan mengambil oksigen. Darah yang kaya karbondioksida berwarna
gelap, walaupun vena pada buku teks digambarkan berwarna biru. Darah yang kaya
oksigen berwarna merah cerah, walaupun arteri biasanya berwarna merah pada buku teks.
Darah kaya oksigen kembali ke atrium kiri jantung melewati 4 vena pulmonar. Ketika
atrium kiri berkontraksi, menyebabkan darah dipompa melewati katup bikuspidalis ke
dalam ventrikel kiri. Pada ventrikel kiri, dinding otot yang tebal ini berkontraksi,
menyebabkan darah dipompakan melewati katup semilunaris aorta menuju aorta asenden,
yang kemudian darah yang kaya oksigen didistribusikan ke seluruh tubuh (Rizzo, 2016).
4. Sistem Kelistrikan pada Jantung
Sistem kelistrikan jantung dimulai pada sinoatrial node atau yang sering disebut SA node
atau pacemaker, yang memulai setiap siklus jantung dan mengatur kecepatan denyut
jantung. Lokasi SA node berada di dinding atrium kanan bagian superior. Impuls saraf
yang berasal dari sistem saraf otonom, impuls simpatik akan mempercepat kecepatan
denyut jantung dan impuls parasimpatik akan mengembalikan atau memperlambat
kecepatan denyut jantung. Hormon tiroid dan epinefrin yang dibawa oleh darah akan
berdampak pada pacemaker. Setiap impuls yang dihasilkan oleh SA node, impuls
tersebut disebarkan ke kedua atrium, yang menyebabkan kontraksi secara bersamaan.
Pada waktu yang sama, atrioventrikuler node (AV node) mengalami depolarisasi. Lokasi
AV node berada di bagian bawah atrium kanan (Rizzo, 2016).
Dari AV node, terdapat serat konduksi yang disebut Bundle His yang meneruskan
impuls melewati massa jantung pada bagian atas septum interventrikuler. Kemudian
bercabang dan melajutkannya ke kedua sisi septum sebagai bagian kanan dan kiri bundle
branches. Bundle His yang mendistribusikan listrik melalui permukaan ventrikel.
Kontraksi yang sebenarnya dari ventrikel distimulasi oleh serabut purkinje yang disebut
juga sebagai miofiber konduksi, yang meneruskan impuls dari cabang bundle his ke sel
miokardium ventrikel (Rizzo, 2016; Sherwood, 2011).

B. PROSES MENUA
1. Definisi Lansia
Lansia adalah seseorang yang usianya antara 65-75 tahun (Potter & Perry, 2005).
Hampir pada semua negara berkembang, mendefinisikan lansia sebagai orang yang
berusia lebih dari 65 tahun. Pada usia 65 tahun, sebagian besar orang berfikiran untuk
pensiun dari pekerjaan (Carmody & Forster, 2003). Lansia adalah seseorang yang telah
mencapai usia 60 tahun ke atas (Kholifah, 2016). Menurut Depkes RI, seseorang
dikatakan lansia apabila usianya sudah mencapai lebih dari 65 tahun (Aspiani, 2014).
2. Klasifikasi Lansia
Kelompok usia tua dibagi menjadi young old yang berusia antara 65-74 tahun, middle old
yang berusia antara 75-84 tahun, dan very old diatas 85 tahun (Mauk, 2006; Wallace,
2008). Lansia diklasifikasikan menjadi 2 yaitu young old yang berusia antara 55-74 tahun
dan usia sangat tua berusia diatas 75 tahun (Carmody & Forster, 2003). Batasan lansia
menurut Depkes RI dibagi menjadi 3, yaitu usia presenilis (usia antara 45-59 tahun), usia
lanjut (usia 60 ke atas), usia lanjut berisiko yaitu usia 70 tahun ke atas atau usia 60 tahun
ke atas yang memiliki masalah kesehatan atau penyakit (Kholifah, 2016).

C. PENUAAN SISTEM KARDIOVASKULER


1. Myokardium dan Mekanisme Neurokonduksi
Perubahan miokardium yang berkaitan dengan usia seperti cadangan amiloid,
penumpukan lipofusin, degenerasi basofil, atrofi atau hipertrofi miokardium, penebalan
dan kekakuan katup, dan peningkatan jumlah jaringan ikat. Dinding ventrikel kiri sedikit
membesar pada lansia yang sehat, tetapi atrofi miokardium yang signifikan terjadi akibat
proses patologis. Atrium kiri membesar juga pada lansia yang sehat. Perubahan lain
terkait dengan usia yaitu penebalan endokardium atrium, penebalan katup
atrioventrikular, dan kalsifikasi pada bagian kecil anulus mitral pada katup aorta.
Perubahan ini mengganggu kemampuan jantung dalam berkontraksi optimal. Dengan
kontraktilitas yang kurang, maka semakin banyak waktu yang diperlukan untuk siklus
pengisian diastolis dan pengosongan sistolik. Akibatnya, miokardium semakin mudah
iritasi dan kurang responsif terhadap impuls yang berasal dari sistem saraf simpatik
(Miller, 2012).
Perubahan fisiologi jantung berkaitan dengan usia sebenarnya minimal, dan
perubahan tersebut berakibat pada kerja jantung hanya pada kondisi stress fisiologis.
Walaupun pada kondisi stress, jantung pada lansia yang sehat bisa beradaptasi, tetapi
mekanisme adaptasi mungkin berbeda dari mereka yang masih muda atau sedikit kurang
efisien. Perubahan akibat usia yang berdampak pada fungsi primer elektrofisiologi
jantung (neurokonduksi sistem). Perubahan akibat usia pada sistem neurokonduksi
meliputi penurunan jumlah sel pacemaker, peningkatan ketidakteraturan bentuk dari sel
pacemaker, dan peningkatan cadangan lemak, kolagen, dan serat elastis di sekitar
sinoatrial node (Miller, 2012; Wallace, 2008).
2. Vaskularisasi
Perubahan terkait usia mempengaruhi pada 2 atau 3 lapisan pembuluh darah dan
berdampak pada fungsional yang berbeda, tergantung pada lapisan mana yang terganggu.
Contohnya, perubahan pada tunika intima (lapisan terdalam) mempunyai fungsi yang
paling berpengaruh terhadap terjadinya aterosklerosis, dan perubahan pada tunika media
akan menyebabkan hipertensi. Lapisan terluar (tunika adventitia) sepertinya tidak
terpengaruh oleh perubahan usia. Pada lapisan ini terdiri dari jaringan adiposa yang
berikatan lemah dan jaringan ikat, sehingga membantu serabut saraf dan vasa vasorum ,
mensuplai darah ke tunika media (Miller, 2012).
Tunika media mempunyai 1 lapisan sel endotelial diatas lapisan jaringan ikat. Hal
tersebut mengontrol masuknya lipid dan substansi lain dari darah ke dalam dinding arteri.
Keutuhan sel ndotelial memungkinkan darah untuk mengalir dengan bebas tanpa adanya
clot atau bekuan darah, walaupun ketika sel endotelial rusak, sel endotelial berfungsi
dalam proses pembekuan darah. Dengan peningkatan usia, tunika intima semakin
menebal karena terjadinya fibrosis, proliferasi seluler, dan penumpukan lipid dan
kalsium. Akibatnya, sel endotelial memiliki bentuk dan ukuran yang tidak beraturan.
Oleh karena itu, dinding arteri rentan mengalami aterosklerosis (Miller, 2012).
Tunika media terdiri dari satu atau lebih lapisan sel otot polos yang dikelilingi
oleh jaringan elastin dan kolagen. Sel otot polos terlibat dalam pembentukan jaringan
pembangun untuk memproduksi kolagen, proteoglikan, dan serat elastin. Karena hal
tersebut untuk menyediakan struktur yang mendukung, lapisan ini mengontrol ekspansi
dan kontraksi arteri. Perubahan usia berdampak pada tunika media seperti peningkatan
kolagen dan penipisan dan kalsifikasi serat elastin, yang menyebabkan kekakuan
pembuluh darah. Perubahan ini terutama terjadi pada aorta, yang mana diameter lumen
meningkat untuk mengkompensasi kekakuan arteri akibat penuaan (Miller, 2012).
Penuaan pada tunika media menyebabkan peningkatan tahanan perifer, gangguan
pada fungsi abroreseptor, dan berkurangnya kemampuan untuk meningkatkan aliran
darah ke organ vital. Walaupun pada perubahan ini, tidak berdampak serius pada
kesehatan lansia, hal tersebut meningkatkan tahanan aliran darah dari jantung sehingga
ventrikel kiri dipaksa untuk bekerja lebih berat. Meskipun, baroreseptor pada ateri besar
menjadi kurang efektif dalam mengontrol tekanan darah, terutama selama perubahan
postur. Secara keseluruhan, peningkatan kekakuan pembuluh darah menyebabkan sedikit
meningkatnya tekanan darah sistolik (Miller, 2012).
Vena mengalami perubahan yang mirip dengan arteri, tetapi derajatnya lebih
rendah. Vena menjadi lebih tebal, lebih melebar, dan kurang elastis. Katup pada vena
besar di kaki menjadi kurang efisien mengembalikan darah ke jantung. Sirkulasi perifer
lebih lanjut dipengaruhi oleh penuaan menyebabkan penurunan massa otot dan
bersamaan dengan penurunan kebutuhan oksigen (Miller, 2012).
3. Mekanisme Baroreflek
Mekanisme baroreflek merupakan proses yang fisiologis yang mengatur tekanan darah
dengan meningkatkan atau menurunkan denyut jantung dan tahanan pembuluh darah
perifer untuk mengkompensasi peningkatan atau penurunan tekanan arteri sementara.
Penuaan yang mengubah mekanisme baroreflek termasuk kekauan arterial dan penurunan
respon kardiovaskular terhadap stimulasi adrenergik. Perubahan ini menyebabkan respon
kompensasi menjadi lambat terhadap stimulasi hipertensi dan hipotensi pada lansia,
sehingga denyut jantung mereka tidak meningkat atau menurun seperti halnya dengan
orang dewasa (Miller, 2012).

D. FAKTOR RISIKO YANG MEMPENGARUHI FUNGSI SISTEM KARDIOVASKULER


Banyak faktor risiko yang mempengaruhi fungsi kardivaskuler. Penyakit pada kardiovaskuler
mengarah ke semua proses patologis yang berdampak pada sistem jantung dan pembuluh darah,
termasuk penyakit spesifik contohnya penyakit jantung koroner, aritmia, aterosklerosis, infark
miokard, gagal jantung, penyakit pembuluh darah perifer, tromboembolisme vena, stroke, dan
serangan iskemik sementara tergantung dengan kondisi kardiovaskuler, karena berdasarkan
patologi masing-masing (Miller, 2012).
Beberapa penelitian menemukan faktor risiko yang paling banyak menyebabkan penyakit
kardiovaskuler, seperti stress, obesitas, lipid, diabetes, tekanan darah, tidak beraktivitas fisik,
merokok, kurang asupan buah dan sayur, dan konsumsi alkohol berlebihan. Beberapa faktor
risiko seperti usia, ras, jenis kelamin, dan keturunan, yang tidak dapat diubah tetapi berperan
penting dalam mempengaruhi riwayat risiko seseorang secara keseluruhan. Beberapa tahun
belakangan, meningkatnya ras dan jenis kelamin yang keduanya berdampak pada penyakit
kardiovaskuler dan kesempatan untuk hasil yang merugikan. Contohnya, terdapat bukti yang
kuat terhadap perbedaan kesehatan yang berhubungan dengan peningkatan prevalensi dan
manajemen yang kurang terhadap penyakit jantung dan faktor risiko wanita. Walaupun usia,
jenis kelamin, dan ras tidak dapat diubah, tetapi sangat penting dalam pengenalan manifestasi
penyakit dan manajemen penyakit kardiovaskuler yang terjadi pada beberapa kelompok khusus.
Faktor sosial ekonomi dan psikososial juga berdampak pada riwayat risiko penyakit jantung dan
faktor ini terkait dengan asuhan keperawatan holistik pada lansia (Miller, 2012).
1. Aterosklerosis
Perubahan aterosklerotik yang dimulai saat masa kanak-kanak dan dapat berkembang
menjadi bentuk plak. Lesi akibat plak yang dapat ruptur, tetap stabil, atau berlanjut
tumbuh berdasarkan penyebab penyakit jantung yang paling berpengaruh. Beberapa
penelitian menyebutkan siklus asimtomatik multipel dari plak yang erosi dan
penyembuhan terjadi sekitar 60% pada kematian jantung mendadak sebelum kejadian
yang fatal. Hal tersebut penting untuk mengidentifikasi dan mengenali faktor risiko
sebelum pasien mengalami gejala. Semua faktor risiko yang berkaitan dengan penyakit
kardiovaskuler tersebut yang dapat berkembang menjadi aterosklerosis (Miller, 2012).
2. Tidak Aktif Fisik
Tidak aktif fisik merupakan salah satu faktor yang tidak hanya meningkatkan risiko
penyakit kardiovaskuler pada semua orang tetapi juga mengurangi fungsi jantung pada
lansia yang sehat. Dengan tanpa adanya proses patologi, pola tidak adekuat dari aktivitas
fisik akan menganggu dengan kemampuan lansia untuk beradaptasi terhadap perubahan
kardiovaskuler terkait penuaan. Berdasarkan guideline, tingkat tidak beraktivitas fisik
yang meningkatkan risiko penyakit kardiovaskuler adalah kurang dari 30 menit pada
aktivitas fisik yang sedang, paling tidak 5 hari seminggu atau 20 menit pada aktivitas
fisikyang berat 3 hari seminggu. Kondisi yang sering terjadi pada lansia dan yang
menyebabkan tidak beraktivitas fisik seperti penyakit akut, gaya hidup yang tidak
beraturan, pergerakan yang terbatas, kondisi kronis yang dapat menganggu aktivitas fisik,
dan mempengaruhi psikososial seperti depresi atau kurang motivasi (Miller, 2012).
3. Merokok
Merokok merupakan penyebab yang paling tidak dapat dihindari dari penyakit
kardiovaskuler, penelitian yang dilakukan oleh Surinach et al (2009) baik perokok aktif
maupun perokok pasif, meningkatkan risiko terjadinya penyakit kardiovaskuler dengan
gejala 10 tahun lebih awal dan kematian terjadi 13 tahun lebih awal pada perokok
dibandingkan yang tidak merokok. Data nasional yang diperoleh oleh Lloyd-Jones et al
(2009) 35% merokok berhubungan dengan kematian akibat penyakit kardiovaskuler.
Efek merokok pada sistem kardiovaskuler termasuk terjadinya proses aterosklerosis,
peningkatan tekanan darah sistolik, peningkatan tingkat kolesterol LDL, dan penurunan
tingkat kolesterol HDL. Walaupun terpapar rokok dalam waktu yang singkat perokok
pasif meningkatkan serangan jantung akibat efek langsung pada jantung, darah dan
pembuluh darah. Seseorang yang tidak merokok tetapi terpapar asap rokok di rumah atau
di tempat kerja (perokok pasif) mempunyai risiko 25-30% risiko tinggi berkembanya
penyakit jantung. Hal tersebut dibuktikan dengan efek kardiovaskuler dengan
menambahkan efek nikotin pada fungsi respirasi dan aspek kesehatan lainnya seperti
peningkatan terjadinya beberapa jenis kanker (Miller, 2012).
4. Kebiasaan Diet atau Pola Makan
Beberapa kebiasaan yang dapat meningkatkan risiko pada penyakit kardiovaskuler,
termasuk peningkatan berat badan, tekanan darah, kadar glukosa, kadar lipoprotein dan
trigliserida. Beberapa penelitian menyatakan bahwa terdapat hubungan antara kebiasaan
makan dan kesehatan kardiovaskuler seperti :
a. Asupan lemak total kurang penting dibandingkan jenis lemak yang dikonsumsi,
mengganti lemak jenuh dengan lemak tak jenuh, yang dapat mengurangi risiko
kardiovaskuler sebesar 24%.
b. Setiap 2% kalori dari lemak jenuh meningkatkan risiko 23% lebih tinggi terhadap
penyakit jantung koroner.
c. Asupan 2,5 penyajian harian grain utuh dapat mengurangi risiko penyakit
kardiovaskuler 21% dibandingkan dengan penyajian sebanyak 0,2%.
d. Konsumsi sepertiga penyajian minyak ikan setiap minggu dapat mengurangi
risiko kematian akibat penyakit kardiovaskuler sebesar 35%
e. Intervensi rendah garam dapat mengurangi risiko 25% setelah 10-15 tahun folow
up (Miller, 2012)
5. Obesitas
Obesitas adalah indeks masa tubuh ≥30 kg/m2. Obesitas dapat meningkatkan risiko pada
banyak kondisi patologis termasuk stroke, diabetes, disorder lipid, aterosklerosis,
hipertensi, penyakit jantung koroner. Analisa data penelitian yang ditemukan oleh Zhang,
Rexrode, Van Dam, Li, dan Hu (2008) bahwa lingkar pinggul yang lebih tinggi
merupakan faktor risiko kematian akibat penyakit kardiovaskuler bahkan pada wanita
dengan berat badan normal (Miller, 2012).
6. Faktor risiko lain
Terdapat faktor risiko lain yang dapat meningatkan risiko penyakit kardiovaskuler, yaitu
hipertensi, lipid disorder, sindrom metabolik, faktor psikososial, faktor keturunan dan
sosial ekonomi (Miller, 2012).

E. KONSEKUENSI FUNGSIONAL SISTEM KARDIOVASKULER


Pengalaman kesehatan lansia tidak signifikan mempengaruhi kardiovaskuler ketika lansia
beristirahat, tetapi ketika lansia mulai melakukan latihan fungsi kardiovaskuler semakin kurang
efisien. Walaupun lansia mempunyai faktor risiko penyakit kardiovaskuler yang berdampak
negatif pada proses patologis (Miller, 2012).
1. Pengaruh terhadap Fungsi Jantung
Curah jantung, sejumlah darah yang dipompakan oleh jantung per menit, merupakan
pemeriksaan yang penting pada kerja jantung karena hal tersebut menunjukan
kemampuan jantung dalam memasok oksigen ke tubuh. Walaupun penurunan curah
jantung merupakan hal yang biasa bagi lansia, hal tersebut secara primer menyebabkan
patologis daripada akibat kondisi penuaan. Kecuali sedikit penurunan curah jantung saat
wanita lansia beristirahat, lansia yang sehat tidak mengalami penurunan curah jantung
(Miller, 2012).
2. Pengaruh terhadap Nadi dan Tekanan Darah
Rata-rata nadi normal bagi lansia yang sehat sedikit lebih rendah dibandingkan dewasa
muda tetapi lansia mempunyai ventrikuler dan supraventrikuler aritmia yang tidak
membahayakan karena akibat penuaan yang berdampak pada mekanisme konduksi
jantung. Atrial fibrilasi (aritmia yang lebih parah) biasanya terjadi pada lansia, tetapi hal
ini terkait dengan kondisi patologis seperti hipertensi, penyakit jantung koroner
dibandingkan dengan penuaan. Sebagian besar populasi di dunia, penuaan berbanding
lurus dengan peningkatan tekanan darah sistolik dari usia 30 sampai 40 tahun, dan
perubahan ini lebih banyak terjadi pada perempuan dibandingkan laki-laki. Menurut
Williams et al (2008), terdapat juga penurunan progresif pada tekanan diastolik yang
dimulai sekitar usia 50 tahun (Miller, 2012).
3. Pengaruh terhadap Respon Latihan
Dampak fungsional negatif yang berdampak pada kerja kardiovaskuler pada lansia yang
sehat merupakan respon adaptif yang tumpul terhadap latihan fisik. Stres fisiologis
seperti hal yang terkait dengan latihan, peningkatan tergantung pada sistem
kardiovaskuler oleh 4 sampai 5 kali tingkat basal. Adaptif respon melibatkan berbagai
aspek fungsi fisiologis, termasuk respirasi, kardiovaskuler, muskuloskeletal, dan sistem
saraf otonom. Denyut jantung maksimal yang dicapai selama latihan ternyata menurun,
dan kapasitas latihan maksimal dan konsumsi oksigen menurun pada lansia. Penurunan
kondisi fisik dan sejumlah faktor risiko lainnya berpengaruh terhadap penurunan tersebut.
Sama halnya dengan penelitian yang dilakukan oleh McGavock et al (2009), yang
membuktikan oksigen maksimum yang dihirup selama latihan menurun akibat penuaan
tetapi tidak lebih besar terpengaruh oleh faktor risiko seperti lamanya bedrest (Miller,
2012).
4. Pengaruh terhadap Sirkulasi
Dampak fungsional juga terpengaruh oleh sirkulasi ke otak dan ekstremitas bawah.
Contohnya penuaan pada kardiovaskuler dan mekanisme baroreflek dapat menurunkan
aliran darah ke otak yang meningkat pada lansia yang sehat dan semakin meningkat pada
lansia dengan diabetes, hipertensi, disorder lipid, dan penyakit jantung. Selain tiu,
peningkatan yang tidak beraturan dan dilatasi vena bersamaan dengan penurunan efiensi
katup, yang mengarah ke gangguan pengembalian vena dari ekstremitas bawah.
Akibatnya, lansia rentan mengalami stasis edema pada kaki dan pergelangan, yang bisa
menyebabkan luka stasis vena (Miller, 2012).
F. MACAM-MACAM GANGGUAN PADA SISTEM KARDIOVASKULER
Gangguan yang terjadi pada sistem kardiovaskuler akibat penuaan lansia yaitu hipertensi, gagal
jantung kongestif, angina dan infark miokard, stroke.
1. Hipertensi
a. Definisi
Menurut kriteria JNC-VII, hipertensi didefinisikan sebagai tekanan darah 140/90
mmHg atau lebih pada 3 kali pemeriksaan yang dilakukan (Wallace, 2008).
b. Etiologi
Hipertensi disebabkan oleh berbagai faktor risiko yang dapat diubah dan tidak dapat
diubah (seperti usia, keturunan) dan perilaku gaya hidup (diet tinggi sodium, lemak,
kurang aktivitas isik, obesitas, stress), serta faktor risiko yang parah yang
berkembang menjadi beberapa jenis penyakit kardiovaskuler dan ginjal(Smeltzer &
Bare, 2001; Wallace, 2008).
c. Manifestasi Klinis
Hipertensi dipertimbangkan sebagai pembunuh secara diam-diam karena penyakit
tersebut tidak mempunyai tanda dan gejala. Beberapa lansia mengalami pusing
sampai tekanan darah meningkat, lansia dengan gangguan ini mungkin tidak
memperhatikan hal tersebut jika tidak dilakkan pemeriksaan tekanan darah.
Faktanya, sekitar sepertiga orang dengan hipertensi tidak sadar kalau mereka
menderita hipertensi (Wallace, 2008).
d. Patofisiologi
Pertambahan usia maka tekanan darah akan meningkat. setelah umur 45 tahun,
dinding arteri akan mengalami penebalan oleh karena adanya penumpukan zat
kolagen pada lapisan otot, sehingga pembuluh darah akan berangsur-angsur
menyempit dan menjadi kaku. Tekanan darah sistolik meningkat karena kelenturan
pembuluh darah besar yang berkurang pada penambahan usia sampai dekade
ketujuh, sedangkan tekanan darah diastolik meningkat sampai dekade kelima dan
keenam, kemudian menetap atau cenderung menurun. Peningkatan umur akan
menyebabkan beberapa perubahan fisiologis, pada usia lanjut terjadi peningkatan
resistensi perifer dan aktivitas simpatik. Pengaturan tekanan darah, yaitu baroreseptor
reflek pada usia lanjut sensitivitasnya sudah berkurang, sedangkan pean ginjal juga
sudah berkurang dimana aliran darah ginjal dan laju filtrasi glomerulus menurun
(Kumar, Abbas, & Fausto, 2005).
2. Gagal Jantung Kongestif (Congestive Heart Failure)
a. Definisi
Gagal jantung kongestif adalah penyakit yang terjadi ketika kemampuan jantung
memompa darah terganggu dan tidak dapat mengalirkan darah secara adekuat untuk
mensuplai kebutuhan metabolisme tubuh. Gagal jantung kongestif digunakan jika
terjadi gagal jantung sisi kiri dan sisi kanan (Smeltzer & Bare, 2001; Wallace, 2008).
b. Etiologi
1) Kelainan otot jantung
Gagal jantung paling sering terjadi pada kelainan otot jantung, menyebabkan
penurunan kontraktilitas jantung. Kelainan fungsi otot jantung disebbabkan
oleh aterosklerosis kororer, hipertensi, penyakit otot degeneratif (Smeltzer &
Bare, 2001).
2) Aterosklerosis koroner
Mengakibatkan disfungsi miokard karena terganggunya aliran darah ke otot
jantung. Terjadi hipoksia dan asidosis akibat penumpukan asam laktat. Infark
miokard biasanya mendahului terjadinya gagal jantung (Smeltzer & Bare,
2001).
3) Hipertensi sistemik atau pulmonal
Hipertensi menyebabkan peningkatan beban kerja jantung dan menyebabkan
hipertrofi serabut otot jantung. Efek tersebut dapat dianggap sebagai
mekanisme kompensasi karena akan meninggalkan kontraktilitas jantung
(Smeltzer & Bare, 2001).
4) Peradangan dan penyakit miokardium degeneratif
Hal ini berhubungan dengan gagal jantung karena kondisi secara langsung
merusak serabut jantung, yang menyebabkan kontraktilitas menurun (Smeltzer
& Bare, 2001).
5) Penyakit jantung lain
Gagal jantung dapat disebabkan oleh penyakit jantung lain namun tidak secara
langsung mempengaruhi jantung. Mekanisme yang biasanya terjadi
mencangkup gangguan aliran darah melalui jantung (misalnya stenosis katup
semilunaris), ketidakmampuan jantung untuk mengisi darah (misalnya
tamponade perikardium), perikarditis konstriktif, stenosis katup ata
pengosongan jantung abnormal. Peningkatan mendadak afterload akibat
meningkatnya tekanan darah sistemik dapat menyebabkan gagal jantung
meskipun tidak ada hipertrofi miokardial (Smeltzer & Bare, 2001).
6) Faktor sistemik
Terdapat sejumlah faktor yang menyebabkan perkembangan dan beratnya
gagal jantung, laju metabolisme, hipoksia, anemia memerlukan peningkatan
curah jantung untuk memenuhi kebutuhan oksigen sistemik. Hipoksia atau
anemia juga dapat menurunkan suplai oksigen ke jantung. Asidosis
(respiratorik dan metabolik) dan abnormalitas elektrolit dapat menurunkan
kontraktilitas jantung. Disritmia jantung akibat gagal jantung menurunkan
efisiensi keseluruhan fungsi jantung (Smeltzer & Bare, 2001).
c. Manifestasi Klinis
Gejala CHF yaitu kesulitan bernafas, kelelahan dan kelemahan, ortopnea dan dipsnea
paroximal nokturnal. Pada lansia juga terjadi kehilangan memori, kebingungan,
diaporesis, takikardia, palpitasi, anoreksia, insomnia. Selain itu juga ditemukan edma
pedal dan penumpukan cairan pada paru-paru, nyeri dada, dan batuk yang tidak
produktif (Wallace, 2008).
Turunnya curah jantung pada gagal jantung dimanifestasikan secara luas
karena darah tidak dapat mencapai jaringan dan organ (perfusi rendah) untuk
menyampaikan oksigen yang dibutuhkan. Beberapa efek yang timbul akibat perfusi
rendah adalah pusing, konfusi, ekstremitas dingin, dan haluaran urin berkurang
(oliguri). Tekanan perfusi ginjal menurun mengakibatkan pelepasan renin dari ginjal,
yang menyebabkan sekresi aldosteron, retensi natrium dan cairan, serta peningkatan
volume intravaskuler (Smeltzer & Bare, 2001).
Apabila gagal jantung kiri terjadi, manifestasi yang muncul dipsnu, batuk,
mudah lelah, takikardi, kecemasan, dankegelisahan. Dipsnu terjadi akibat
penimbunan cairan dalam alveoli yang mengganggu pertukaran gas. Dipsnu bahkan
dapat terjadi saat istirahat atau dicetuskan oleh gerakan yang minimal atau sedang.
Dapat terjadi ortopnea atau kesulitan bernafas saat berbaring, sehingga biasanya
pasien akan menggunakan bantal agar bisa tegak di tempat tidur atau duduk di kursi
bahkan saat tidur (Smeltzer & Bare, 2001).
Batuk berhubungan dengan gagal ventrikel kiri, bisa kering dan tidak
produktif. Mudah lelah terjadi akibat curah jantung yang kurang yang menghambat
jaringan dari sirkulasi normal dan oksigen serta menurunnya pembuangan sisa hasil
katabolisme. Juga terjadi akibat meningkatnya energi yang digunakan untuk bernafas
dan insomnia yang terjadi akibat distress pernapasan dan batuk (Smeltzer & Bare,
2001).
Kegelisahan dan kecemasan terjadi akibat gangguan oksigenasi janringan,
stress akibat kesakitan bernafas dan pengetahuan bahwa jantung tidak berfungsi
dengan baik. begitu terjadi kecemasan, terjadi juga dipsnea, yang pada gilirannya
memperberat kecemasan (Smeltzer & Bare, 2001).
Apabila terjadi gagal jantung kanan, yang sering dikeluhkan yaitu edema
ekstremitas bawah, biasanya pitting edema, pertambahan berat badan, hepatomegali,
distensi vena jugularis, asites, anoresia, mual, nokturia, dan lemah. edema dimulai
pada kaki dan tumit (edema dependen) dan secara bertahap bertambah ke atas tungkai
dan paha dan akhirnya ke genetalia eksterna dan tubuh bagian bawah. Edema sakral
sering terjadi pada pasien yang berbaring lama karena daerah sakral menjadi daerah
yang dependen. Pitting edema terjadi setelah terjadi retensi cairan paling tidak
sebanyak 4,5 kg (Smeltzer & Bare, 2001).
Hepatomegali dan nyeri tekan pada kuadran kanan atas abdomen terjadi akibat
pembesaran vena hepar. Bila proses ini berkembang maka tekanan dalam pembuluh
portal meningkat sehingga cairan terdorong keluar rongga abdomen, yang disebut
asites. Pengumpulan cairan dalam rongga abdomen ini dapat menyebabkan tekanan
pada diafragma dan distress pernafasan. Anoreksia dan mual terjadi akibat
pembesaran vena dan stasis vena dalam rongga abdomen (Smeltzer & Bare, 2001).
Nokturia terjadi karena perfusi pada ginjal didukung oleh posisi pasien saat
berbaring. Diuresis terjadi paling sering terjadi pada malam hari karena curah jantung
akan membaik dengan istirahat. Lemah menyertai gagal jantung sisi kanan
disebabkan oleh menurunnya curah jantung, gangguan sirkulasi, dan pembuangan
produk sampah katabolisme yang tidak adekuat jaringan (Smeltzer & Bare, 2001).
d. Patofisiologi
Gangguan kemampuan kontraktilitas jantung yang menyebabkan curah jantung lebih
rendah dari curah jantung normal. Billa curah jantung berkurang, sistem saraf
simpatis akan mempercepat frekuensi jantung untuk mempertahankan curah jantung.
Bila kompensasi gagal untuk mempertahankan perfusi jaringan yang memadai, maka
volume sekuncup jantunglah yang harus menyesuaikan diri untuk mempertahankan
curah jantung (Smeltzer & Bare, 2001).
Pada gagal jantung, jika satu atau lebih dari ketiga faktor tersebut terganggu,
hasilnya curah jantung berkurang. Kemudahan dalam menentukan pengukuran
hemodinamika melalui prosedur pemantauan invasif untuk mempermudah diagnosa
gagal jantung kongestif dan mempermudah penerapan terapi farmakologis efektif
(Smeltzer & Bare, 2001).
3. Infark Miokard
a. Definisi
Menurut AHA (2007) mendefinisikan infark miokard sebagai kerusakan atau
kematian area otot jantung akibat blokade aliran darah pada area tersebut (Wallace,
2008).
b. Etiologi
Ada beberapa faktor penyebab infark miokard yaitu penyakit jantung koroner,
trombosis koroner, sumbatan pada koroner, dan spasme pada koroner. Selain itu,
infark miokard juga dapat disebabkan oleh syok dan perdarahan (Smeltzer & Bare,
2001; Wallace, 2008).
c. Manifestasi Klinis
Nyeri dada yang tiba-tiba dan berlangsung terus-menerus pada bagian bawah strenum
dan perut atas. Nyeri akan terasa makin berat sampai tidak tertahankan. Rasa nyeri
yang tajam dan berat menyebar ke bahu dan lengan kiri. Tidak seperti nyeri pada
angina, nyeri ini muncul secara spontan dan menetap selama beberapa jam bahkan
hari, tidak akan hilang dengan dengan istirahat maupun nitrogliserin. Nyeri juga
disertai nafas pendek, pucat, berkeringat dingin, pusing, dan mual muntah. Pada
lansia mungkin tidak mengalami nyeri tajam akibat infark miokard karena
menurunnya respon neurotransmiter yang terjadii seiring proses menua. Sering terjadi
nyeri yang tidak khas seperti nyeri pada dagu, pingsan juga dapat terjadi (Smeltzer &
Bare, 2001).
d. Patofisiologi
Infark miokard mengacu pada proses rusaknya jaringan jantung akibat suplai darah
yang tidak adekuat sehingga aliran darah koroner berkurang. Penyebab penurunan
suplai darah mungkin akibat penyempitan kritis arteri koroner karena aterosklerosis
atau penyumbatan total arteri oleh emboli atau trombus. Penurunan aliran darah
koroner juga bisa diakibatkan oleh syok atau perdarahan, sehingga terjadi
ketidakseimbangan antar suplai oksigen dengan kebutuhan jantung. Miokard infark
lebih lanjut berdasarkan lokasi terjadinya di dinding miokard: inferior (posterior) atau
lateral. Meskipun ventrikel kiri merupakan tempat cedera yang paling sering
ditemukan, namun ventrikel kanan juga dapat mengalami infark (Smeltzer & Bare,
2001).
4. Aterosklerosis Koroner
a. Definisi
Aterosklerosis koroner kondisi patologis arteri koroner yang ditandai dengan
penimbunan jumlah lipid yang abnormal dan jaringan fibrosa pada dinding pembuluh
darah yang mengakibatkan struktur fungsi arteri berubah dan terjadi penurunan alian
darah ke jantung (Smeltzer & Bare, 2001).
b. Etiologi
Aterosklerosis disebabkan oleh kelainan metabolisme lipid, koagulasi darah, dan
keadaan biofisika serta biokimia dinding arteri. Tetapi pada lansia, penuaan
menyebabkan perubahan pada integritas lapisan dinding arteri (ateroskerosis),
sehingga menghambat aliran darah dan nutrisi jaringan. Perubahan tersebut kadang
begitu besar sampai menurunkan oksigenasi dan meningkatkan konsumsi oksigen
jantung. Akibatnya dapat terjadi angina pektoris berat dan diikuti gagal jantung
kongesti. Selain itu, terdapat juga faktor risiko yang dapat menimbulkan
aterosklerosis yaitu merokok, hipertensi, kolesterol darah tinggi, dan hiperglikemi
(Smeltzer & Bare, 2001).
c. Manifestasi Klinis
Aterosklerosis koroner menimbulkan gejala akibat penyempitan lumen arteri dan
penyumbatan aliran darah ke jantung. Akibat sumbatan tersebut, suplai darah menjadi
tidak adekuat (iskemia) yang menimbulkan sel-sel otot jantung kekurangan oksigen.
Akibat iskemia, kemudian muncul nyeri dada (angina pektoris) yang hilang timbul,
tidak disertai kerusakan yang irreversibel sel-sel jantung. Manifestasi lain yaitu dapat
berupa perubahan pola EKG, aneurisma ventrikel, disritmia, dan kematian mendadak
(Smeltzer & Bare, 2001).
d. Patofisiologi
Aterosklerosis berawal ketika lemak kolesterol tertimbun dalam tunika intima
pembuluh darah, yang disebut sebagai ateroma atau plak, yang dapat mengganggu
penyerapan nutrien oleh sel-sel endotel yang menyusun lapisan intima pembuluh
darah. Plak tersebut kemudian menyumbat aliran darah karena plak menonjol ke
lumen pembuluh darah. Akibatnya, endotel pembuluh darah mengalami nekrosis dan
menjadi jaringan parut, sehingga lumen menyempit dan dinding menjadi kasar, dan
cenderung terjadi pembentukan bekuan darah (Smeltzer & Bare, 2001).
Pembentukan trombus pada permukaan plak, kemudian terjadi konsolidasi
trombus akibat efek fibrin, yang menyebabkan perdarahan ke dalam plak, dan
penimbunan lemak terus terjadi. Jika fibrosa pembungkus plak pecah, maka debris
lipid akan ikut aliran darah dan menyumbat arteri dan kapiler di sebelah distal plak
yang pecah. Struktur anatomi arteri koroner menyebabkan rentan terjadi
aterosklerosis. Arteri berbentuk pilin-pilin dan berkelok-kelok saat memasuki
jantung, yang menimbulkan kondisi yang rentan untuk terbentuknya ateroma
(Smeltzer & Bare, 2001).
5. Angina Pectoris
a. Definisi
Angina pectoris adalah suatu sindrom klinis yang ditandai dengan nyeri tertekan di
dada depan (Smeltzer & Bare, 2001).
b. Etiologi
Penyebabnya diperkirakan berkurangnya aliran darah koroner, menyebabkan suplai
oksigen ke jantung tidak adekuat atau suplai kebutuhan jantung meningkat. Faktor
risiko yang dapat menyebabkan angina pektoris yaitu : latihan fisik yang berat,
makan-makanan yang berat, pajanan dingin yang menimbulkan vasokonstriksi yang
dapat meningkatkan peningkatan tekanan darah, stress dan berbagai emosi akibat
situasi yang menegangkan. Pada saat terpajan suhu dingin, lansia akan lebih cepat
memperlihatkan gejala angina akibat berkurangnya lemak subkutan untuk
mengisolasi rasa dingin (Smeltzer & Bare, 2001).
c. Manifestasi Klinis
Iskemia otot jantung menyebabkan rasa nyeri yang bervariasi, mulai dari rasa tertekan
pada dada atas, sampai nyeri hebat yang disertai dengan rasa takut atau rasa akan
menjelang ajal. Nyeri sangat terasa pada dada di daerah belakang sternum atas atau
retrosternal. Nyeri menyebar ke leher, dagu, bahu, dan aspek dalam ekstremitas atas.
Pasien biasanya mengalami sesak, tercekik dengan kualitas yag terus-menerus. Rasa
lemah atau baal pada lengan atas, pergelangan tangan, dan tangan akan menyertai
rasa nyeri. Selama terjadinya nyeri fisik, pasien akan merasa segera meningggal.
Karakteristik utama nyeri angina adalah akan berkurang apbila faktor presipitasinya
dihilangkan. Nyeri pada lansia ditampilkan dalam bentuk kelemahan atau pingsan
(Smeltzer & Bare, 2001).
d. Patofisiologis
Angina pektoris disebabkan oleh aliran darah koroner yang berkurang akibat
sumbatan aterosklerosis, sehingga suplai oksigen ke jantung tidak adekuat, atau
dengan kata lain suplai kebutuhan oksigen ke jantung meningkat. Stress emosi akibat
situasi yang menegangkan menyebabkan frekuensi jantung meningkat, akibat
pelepasan adrenalin dan meningkatnya tekanan darah sehingga beban kerja jantung
meningkat. Makan makanan yang berat akan meningkatkan aliran darah ke daerah
mesenteris untuk pencernaan sehingga menurnkan ketersediaan darah untuk suplai
jantung (Smeltzer & Bare, 2001).
G. PATHWAY PENUAAN SISTEM KARDIOVASKULER

H. ASUHAN KEPERAWATAN TEORITIS


1. Pengkajian
Pengkajian keperawatan yang berokus pada fungsi kardiovaskuler dengan
mengidentifikasi risiko penyakit kardiovaskuler dan pengetahuan lansia terkait riwayat
risiko, karena terdapat banyak risiko yang dapat ditangani dengan intervensi edukasi
kesehatan. Bahkan, ketika lansia mendapat keuntungan dari penigkatan kesehatan terkait
perilaku seperi diet dan latihan, perawat perlu mengkaji kesiapan untuk mengubah
perilaku. Aspek pengkajian fisik pada fungsi kardiovaskuler seperti denyut jantung,
tekanan darah, mirip dengan yang dilakukan pada dewasa, tetapi perawat perlu mengkaji
hipotensi. Pengkajian keperawatan perlu memepertimbangkan kemungkinan lansia
memiliki manifestasi yang tidak normal dari penyakit kardiovaskuler (Miller, 2012).
a. Pengkajian Dasar Fungsi Kardiovaskuler
1) Lakukan auskultasi bunyi jantung ke-4
2) Lakukan auskultasi ejeksi murmur pada sistolik
3) Kesuliatan perkusi batas jantung
4) Hilangnya atau jarak bunyi jantung
5) Perubahan EKG seperti aritmia, deviasi aksis kiri, blok pada cabang
bundle his, perubahan gelombang ST, dan interval PR semakin panjang
(Miller, 2012).

Aritmia mungkin disebabkan oleh penyakit jantung, elektrolit yang tidak


seimbang, gangguan fisiologis, atau efek medikasi yang berlawanan. Murmur
dapat disebabkan oleh usia atau penyakit terkait kondisi.

b. Pengkajian Tekanan Darah


Pengkajian tekanan darah secara akurat pada lansia mungkin lebih sulit
dibandingkan pada dewasa karena beberapa alasan. Pertama, tekanan darah pada
lansia lebih bervariasi dan mempunyai peningkatan yang cenderung fluktuatif
pada perubahan portural dan faktor lainnya. Lansia umumnya mempunyai
pseudohipertensi, yaitu fenomena peningkatan tekanan darah sistolik yang
dihasilkan dari ketidakmampuan memompa manset eksternal arteri pada lansia
dengan aterosklerosis. Fenomena ini menjelaskan bahwa peningkatan tekanan
darah sistolik yang ekstrim tanpa adanya bukti kerusakan organ dan dengan
tekanan darah diastolik (Miller, 2012).
c. Mengidentifikasi Risiko Penyakit Kardiovaskuler
Hipertensi, lipid disorder, dan merokok adalah kondisi penting yang dapat
diperbaiki oleh lansia dengan faktor risiko ini. Selain itu, obesitas, tidak
beraktivitas fisik, dan kebiasaan diet tertentu adalah faktor risiko yang dapat
ditangani dengan peningkatan perilaku kesehatan (Miller, 2012).
d. Pengkajian Tanda dan Gejala Penyakit Kardiovaskuler
Pengkajian penyakit jantung pada lansia sebenarnya rumit karena gejala biasanya
berbeda dengan ekspektasi manifestasi. Gagal jantung kongestif contohnya, sering
dimulai dengan halus, dan manifestasi dini mungkin perubahan mental sekunder
sampai stres fisiologis. lansia dengan angina dan miokard infark akut memiliki
manifestasi yang halus dan tidak biasa, disebut gambaran yang tidak khas
(atypical presentation), daripada gejala klasik seperti nyeri dada. Antara
seperempat dan dua pertiga dari semua miokard infark tidak ditemukan secara
klinis seperti pada wanita dan lansia memiliki tingkat yang lebih tinggi pada
atypical presentation (Miller, 2012).
e. Pengkajian Pengetahuan tentang Penyakit Jantung
Selain untuk mengkaji tanda dan gejala, perawat perlu mengkaji pengetahuan
lansia terkait manifestasi penyakit jantung. Hal ini penting karena perhatian medis
sedang adalah faktor mayoritas dalam menentukan outcome serangan jantung,
dan semua orang perlu lebih waspada terhadap tanda peringatan sehingga mereka
dapat mencari bantuan. Oleh karena itu, perawat perlu menanyakan paling tidak 1
pertanyaan untuk menentukan pengetahuan lansia terkait tanda dan gejala
penyakit jantung. Perawat juga perlu menambahkan pertanyaan tentang seseorang
yang harus dihubungi jika mereka terkena serangan jantung (Miller, 2012).
f. Pengkajian Pola Gordon Terkait Sistem Kardiovaskuler
1) Pola Aktivitas dan Latihan
Subjektif :
 Penurunan aktivitas lansia meliputi jenis aktivitas (terutama jenis
aktivitas berat), frekuensi, sampai lamanya lansia beraktivitas juga
mengalami penurunan.
 Keluhan lansia yaitu mudah lelah dan sesak nafas saat beraktivitas.
 Hambatan dalam beraktivitas lansia berupa sesak, nyeri dada, nyeri
tengkuk, pusing.
 Terdapat gangguan keseimbangan lansia saat beraktivitas.
 Aktivitas yang lansia lakukan cenderung tidak tuntas.
 IADLs dibantu sebagian oleh keluarga.
Objektif :
 Aktivitas lansia dibantu oleh keluarga.
 Ada hipotensi ortostatik.
 Postur berjalan sempoyongan.
 ADL dibantu keluarga
 Ada tanda takikardi dan diaporesis.
 Pada pemeriksaan Jantung terdapat bunyi murmur, pada pemeriksaan
Rontgent thoraks dan abdomen terdapat kardiomegali, hepatomegali,
efusi pleura.
 pitting edema pada ekstremitas bawah.
 Pada pemeriksaan EKG bisa ditemukan ST elevasi, ST depresi, jarak
interval PR yang jauh. Hasil Lab: CKMB melebihi kadar normal,
Troponin melebihi normal.
 Tekanan darah melebihi batas normal
 Nadi takikardi, respirasi takipnea dan dipsnea
2) Pola Nutrisi –metabolik
Subjektif :
 Lansia mengalami anoreksia akibat penyakit
 Biasanya terjadi kesulitan makan akibat mual muntah
Objektif
 Pada pemeriksaan abdomen terdapat hepatomegali
 Pemeriksaan Hb rendah
3) Pola Istirahat – Tidur
Subjektif :
 Lansia sering tebangun karena sesak saat berbaring atau tidur
 Lansia mengalami gangguan tidur akibat gejala penyakit

Objektif

 Lansia terlihat lesu akibat kurang tidur

2. Diagnosis Keperawatan, NOC, dan NIC


Jika pengakajian keperawatan mengidentifikasi faktor risiko penyakit kardiovaskuler,
diagnosa keperawatan Ketidakefektifan Pemeliharaan Kesehatan mungkin dapat muncul.
Faktor umum yang berhubungan dengan lansia termasuk kurangnya aktivitas fisik dan
insufisiensi pengetahuan tentang pemeriksaan preventif. Lansia dengan gangguan fungsi
kardiovaskuler, diagnosa keperawatan yang mungkin muncul seperti Intoleransi
Aktivitas, Penurunan Curah Jantung, Ketidakefektifan Perfusi Jaringan Perifer, Nyeri
Akut, dan Ketidakefektifan Pemeliharaan Kesehatan. Diagnosa keperawatan Risiko
Cedera mungkin dapat muncul pada lansia dengan ortostatik atau postprandial hipotensi,
yang dapat menyebabkan jatuh dan fraktur, seperti osteoporosis, disorder neurologis, dan
efek samping medikasi (Herdman & Kamitsuru, 2015; Miller, 2012).

Tabel NANDA, NOC, dan NIC

No Diagnosa Keperawatan NOC NIC


.
1. Intoleransi Aktivitas a. Toleransi terhadap a. Perawatan jantung
aktivitas b. Manajemen energi
b. Keefektifan pompa c. Terapi aktivitas
jantung d. Manajemen nyeri
c. Tingkat kelelahan
d. Manajemen diri :
penyakit jantung
2. Penurunan curah jantung a. Keefektifan pompa a. Perawatan jantung
jantung b. Manajemen pengobatan
b. Status jantung paru c. Perawatan jantung akut
c. Tingkat kelelahan
d. Pengetahuan Manajemen
Penyakit Jantung
e. Pengetahuan Manajemen
Gagal Jantung
f. Manajemen diri
Penyakit Jantung
3. Ketidakefektifan perfusi a. Perfusi jaringan perifer a. Manajemen syok :
jaringan perifer b. Tingkat nyeri jantung
c. Tanda-tanda Vital b. Manajemen pengobatan
d. Keefektifan pompa c. Manajemen asam-basa
jantung
4. Risiko cedera a. Kejadian jatuh a. Pencegahan jatuh
b. Keparahan cedera fisik b. Manajemen lingkungan
c. Keseimbangan : keselamatan
d. Pengetahuan jatuh c. Manajemen energi
d. Terapi latihan :
ambulasi
5. Ketidakefektifan a. Pengetahuan promosi a. Peningkatan koping
pemeliharaan kesehatan kesehatan b. Scrining kesehatan
b. Pengetahuan manajemen c. Pengajaran proses
gagal jantung penyakit
c. Pengetahuan hipertensi d. Konseling
d. Pengetahuan manajemen
penyakit jantung
6. Nyeri akut a. Kontrol nyeri a. Pemberian analgesik
b. Tingkat nyeri b. Pengurangan
c. Tanda-tanda vital kecemasan
d. Pengetahuan manajemen c. Manajemen nyeri
nyeri d. Peresepan obat
e. Monitor TTV
f. Pengurangan
kecemasan
(Bulecheck, Butcher, Dochterman, & Wagner, 2013; Herdman & Kamitsuru, 2015; Moorhead,
Johnson, Maas, & Swanson, 2013)

3. Evaluasi
Mengukur efektivitas intervensi promosi kesehatan memperpanjang untuk memperbaiki
informasi lansia secara verbal terkait dengan faktor risiko. Pada lansia mungkin mengemukakan
untuk mengubah faktor risiko yang dapat meningkatkan gangguan fungsi kardiovaskuler.
Contohnya, lansia setuju dalam mengikuti program latihan dan mengikuti pengukuran diet untuk
mengurangi kadar kolesterol serum. Lansia dengan gangguan fungsi kardiovaskuler , perawat
dapat mengevaluasi tanda dan gejala dan informasi tentang lansia memanajemen kondisinya
sendiri. Selain itu juga dievaluasi terkait dengan aktivitas dan latihan pasien serta modifikasi diet
(Miller, 2012).

DAFTAR PUSTAKA

Aspiani, R. Y. (2014). Buku Ajar Asuhan Keperawatan Gerontik. Jakarta: Trans Info Media.

Bulecheck, G. M., Butcher, H. K., Dochterman, J. M., & Wagner, C. M. (2013). Nursing
Interview Clasification (NIC). St. Louis: Elsevier.

Carmody, S., & Forster, S. (2003). Aged care nursing : a guide practice. Melbourne: Ausmed
Publication Pty Ltd.

Herdman, T. H., & Kamitsuru, S. (2015). Nanda International Diagnosis Keperawatan : Definisi
dan Klasifikasi 2015-2017 (10th ed.). Jakarta: EGC.
Kholifah, S. N. (2016). Keperawatan Gerontik. Jakarta: Kemenkes RI.

Kumar, V., Abbas, A. K., & Fausto, N. (2005). Pathologic Basis of Disease Robbin and Catron
(7th ed.). Philadelphia: Elsevier.

Mauk, K. L. (2006). Gerontological Nursing : Competencies for Care. Sudbury: Jones and
Bartlett Publishers.

Miller, C. A. (2012). Nursing for Wellness in Older Adults. Philadelphia: Lippincott Williams
and Wilkins.

Moorhead, S., Johnson, M., Maas, M. L., & Swanson, E. (2013). Nursing Outcomes
Classification (NOC). St. Louis: Elsevier.

Potter, P. A., & Perry, A. G. (2005). Buku Ajar Fundamental Keperawatan (4th ed.). Jakarta:
EGC.

Rizzo, D. C. (2016). Fundamentals of Anatomy and Physiology (4th ed.). Michigan: Cencage
Learning.

Sherwood, L. (2011). Fisiologi Manusia : dari sel ke sistem (6th ed.). Jakarta: EGC.

Smeltzer, S. C., & Bare, B. G. (2001). Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah. (A. Waluyo &
M. Ester, Eds.) (8th ed.). Jakarta: EGC.

Wallace, M. (2008). Essentials of Gerontological Nursing. New York: Springer Publishing


Company LLC.

Pengetahuan : Promosi Kesehatan

(1823)

Definisi : Tingkat pemahaman yang disampaikan tentang informasi yang dibutuhkan untuk medapatkan
dan mempertahankan kesehatan yang optimal
Skala target outcome : Dipertahankan pada …. Ditingkatkan ke :
Tidak Penget Penget Penge Penget
ada ahuan ahuan tahua ahuan
penget terbata sedang n sangat
ahuan s banya banyak
k
Skala Outcome Keseluruhan 1 2 3 4 5
Indikator :
182308 Perilaku yang meningkatkan kesehatan 1 2 3 4 5 Na
182309 Strategi mengelola stres 1 2 3 4 5 Na
182310 Pemeriksaan kesehatan yang 1 2 3 4 5 Na
direkomendasikan
182311 Imunisasi yang direkomendasikan 1 2 3 4 5 Na
182321 Skrining deteksi kanker sendiri yang 1 2 3 4 5 Na
direkomendasikan
182312 Sumber perawatan kesehatan terkemuka 1 2 3 4 5 Na
182313 Pencegahan dan pengendalian infeksi 1 2 3 4 5 Na
182314 Perilaku untuk mencegah cedera yang tidak 1 2 3 4 5 Na
disengaja
182315 Perilaku untuk melindungi kulit dari 1 2 3 4 5 Na
paparan sinar matahari
182316 Manajemen keamanan obat-obatan 1 2 3 4 5 Na
182322 Efek kesehatan yang merugikan akibat 1 2 3 4 5 Na
penggunan alkohol
182323 Efek kesehatan yang merugikan dari 1 2 3 4 5 Na
penggunaan tembakau
182324 Efek kesehatan yang merugikan akibat 1 2 3 4 5 Na
penggunaan obat
182318 Praktik gizi yang sehat 1 2 3 4 5 Na
182319 Strategi untuk manajemen berat bada 1 2 3 4 5 Na
182320 Latihan rutin yang efektif 1 2 3 4 5 Na
182325 Hubungan antara diet, olahraga, dan berat 1 2 3 4 5 Na
badan
182326 Strategi untuk menghindari paparan bahaya 1 2 3 4 5 Na
lingkungan
182327 Risiko penyakit yang diturunkan 1 2 3 4 5 Na
182328 Sumber informasi peningkatan kesehatan 1 2 3 4 5 Na
terkemuka

Pengetahuan : Manajemen Gagal Jantung

(1835)

Definisi : Tingkat pemahaman yang disampaikan tentang gagal jantung, pengobatan, pencegahan
perkembangan penyakit dan komplikasinya
SKALA TARGET OUTCOME: Dipertahankan pada …. Ditingkatkan ke :
Tidak Pengeta Pengeta Penget Pengeta
ada huan huan ahuan huan
pengeta terbatas sedang banya sangat
huan k banyak
Skala Outcome Keseluruhan 1 2 3 4 5
Indikator :
183501 Faktor-faktor penyebab dan faktor yang 1 2 3 4 5 Na
berkontribusi
183502 Tanda dan gejala awal penyakit 1 2 3 4 5 Na
183503 Manfaat manajemen penyakit 1 2 3 4 5 Na
183530 Peran tes diagnostic untuk penanganan 1 2 3 4 5 Na
penyakit
183504 Tindakan dasar jantung 1 2 3 4 5 Na
183505 Tanda dan gejala gagal jantung progresif 1 2 3 4 5 Na
183538 Tanda dan gejala komplikasi 1 2 3 4 5 Na
183507 Tanda dan gejala anemia 1 2 3 4 5 Na
183539 Hambatan untuk perawatan diri 1 2 3 4 5 Na
183540 Strategi untuk mengelola dyspnea 1 2 3 4 5 Na
183541 Strategi untuk mengelola edema 1 2 3 4 5 Na
183512 Hubungan stress fisik dan emosional 1 2 3 4 5 Na
dengan kondisi
183513 Efek psikososial gagal jantung 1 2 3 4 5 Na
183515 Strategi untuk mengontrol kecemasan 1 2 3 4 5 Na
183543 Tanda dan gejala depresi 1 2 3 4 5 Na
183544 Konseling yang tersedia untuk depresi 1 2 3 4 5 Na
183516 Perawatan untuk meningkatkan kinerja 1 2 3 4 5 Na
jantung
183545 Perilaku kesehatan untuk meningkatkan 1 2 3 4 5 Na
stabilitas fisiologis
183517 Strategi untuk meningkatkan sirkulasi 1 2 3 4 5 Na
perifer
183546 Manfaat istirahat yang cukup 1 2 3 4 5 Na
183547 Manfaat olahraga teratur 1 2 3 4 5 Na
183548 Aktivitas fisik yang direkomendasikan 1 2 3 4 5 Na
183511 Tanda dan gejala kelelahan 1 2 3 4 5 Na
183549 Strategi untuk pencegahan kelelahan 1 2 3 4 5 Na
183519 Strategi untuk menyeimbangkan aktivitas 1 2 3 4 5 Na
dan istirahat
183521 Strategi untuk meningkatkan daya tahan 1 2 3 4 5 Na
terhadap infeksi.
183550 Imunisasi yang direkomendasikan 1 2 3 4 5 Na
183523 Strategi untuk mengelola edema 1 2 3 4 5 Na
183524 Faktor-faktor yang berkontribusi terhadap 1 2 3 4 5 Na
perubahan berat badan.
183525 Strategi untuk mengatur berat badan 1 2 3 4 5 Na
183551 Diet yang dianjurkan 1 2 3 4 5 Na
183526 Strategi meningkatkan kepatuhan diet 1 2 3 4 5 Na
183552 Intake cairan yang direkomendasikan 1 2 3 4 5 Na
183553 Pentingnya pantang tembakau 1 2 3 4 5 Na
183554 Strategi untuk berhenti merokok 1 2 3 4 5 Na
183555 Pentingnya pembatasan alcohol 1 2 3 4 5 Na
183527 Efek terapeutik obat 1 2 3 4 5 Na
183528 Fek samping obat 1 2 3 4 5 Na
183529 Efek lanjut obat 1 2 3 4 5 Na
183531 Teknik pemantauan sendiri 1 2 3 4 5 Na
183556 Cara penggunaan tekanan oksimetri 1 2 3 4 5 Na
183557 Penggunaan oksigen yang benar 1 2 3 4 5 Na
183532 Efek pada gaya hidup 1 2 3 4 5 Na
183533 Adaptasi untuk kinerja peran 1 2 3 4 5 Na
183558 Resiko yang terkait dengan perjalanan 1 2 3 4 5 Na
183559 Adaptasi untuk perjalanan 1 2 3 4 5 Na
183534 Efek pada seksualitas 1 2 3 4 5 Na
183535 Adaptasi untuk kemampuan seksual 1 2 3 4 5 Na
183536 Kelompok dukungan yang tersedia 1 2 3 4 5 Na
183537 Tahu kapan untuk mendapatkan bantuan 1 2 3 4 5 Na
dari seseorang professional kesehatan
Pengetahuan : Hipertensi

(1837)

Definisi : Tingkat pengetahuan yang disampaikan tentang tekanan darah tinggi, pengobatan dan
pencegahan komplikasinya.
SKALA TARGET OUTCOME : Dipertahankan pada …. Ditingkatkan ke :
Tidak Penget Penget Penge Penget
ada ahuan ahuan tahua ahuan
penget terbata sedang n sangat
ahuan s banya banyak
k
Skala Outcome Keseluruhan 1 2 3 4 5
Indikator :
183701 Kisaran normal untuk tekanan darah sistolik 1 2 3 4 5 Na
183702 Kisaran normal unuk tekanan darah 1 2 3 4 5 Na
diastolik
183703 Target tekanan darah 1 2 3 4 5 Na
183704 Metode untuk mengukur tekanan darah 1 2 3 4 5 Na
183705 Komplikasi potensial hipertensi 1 2 3 4 5 Na
183706 Pilihan pengobatan yang tersedia 1 2 3 4 5 Na
183707 Manfaat pengobatan jangka panjang 1 2 3 4 5 Na
183708 Tanda dan gejala eksaserbasi hipertensi 1 2 3 4 5 Na
183709 Penggunaan yang benar dari obat yang 1 2 3 4 5 Na
diresepkan
183710 Efek terapeutik obat 1 2 3 4 5 Na
183711 Efek samping obat 1 2 3 4 5 Na
183712 Efek lanjut obat 1 2 3 4 5 Na
183713 Pentingnya mematuhi pengobatan 1 2 3 4 5 Na
183714 Pentinya menginformasikan professional 1 2 3 4 5 Na
kesehatan semua obat saat ini
183715 Pentingnya menepati janji tindak lanjut 1 2 3 4 5 Na
183716 Manfaat pemantauan sendiri secara terus 1 2 3 4 5 Na
menerus
183717 Jadwal yang direkomendasikan untuk 1 2 3 4 5 Na
pemantauan tekanan darah
183718 Manfaat penurunan berat badan 1 2 3 4 5 Na
183719 Manfaat modifikasi gaya hidup 1 2 3 4 5 Na
183720 Strategi mengelola stress 1 2 3 4 5 Na
183721 Diet yang dianjurkan 1 2 3 4 5 Na
183722 Strategi untuk mengubah kebiasaan diet 1 2 3 4 5 Na
183723 Strategi untuk membatasi intake sodium 1 2 3 4 5 Na
183724 Strategi untuk meningkatkan kepatuhan diet 1 2 3 4 5 Na
183725 Efek kesehatan yang merugikan akibat 1 2 3 4 5 Na
penggunaan alcohol
183726 Pentingnya pantang tembakau 1 2 3 4 5 Na
183727 Manfaat olahraga teratur 1 2 3 4 5 Na
183728 Sumber informasi hipertensi terprcaya 1 2 3 4 5 Na
183729 Kelompok dukungan yang tersedia 1 2 3 4 5 Na
183730 Tahu kapan untuk mendapatkan bantuan 1 2 3 4 5 Na
dari seseorang
183731 Manfaat manajemen penyakit 1 2 3 4 5 Na
Pengetahuan : Manajemen Penyakit Jantung

Definisi : Tingkat pemahaman yang disampaikan tentang penyakit jantung, pengobatan, serta
pencegahan perkembangan penyakit dan komplikasinya
SKALA TARGET OUTCOME : Dipertahankan pada …. Ditingkatkan ke :
Tidak Penget Penget Penge Penget
ada ahuan ahuan tahua ahuan
penget terbata sedang n sangat
ahuan s banya banyak
k
Skala Outcome Keseluruhan 1 2 3 4 5
Indikator :
1 2 3 4 5 Na
183001 Perjalanan penyakit biasanya 1 2 3 4 5 Na
183002 Tanda dan gejala awal penyakit 1 2 3 4 5 Na
183003 Tanda dan gejala memburuknya penyakit 1 2 3 4 5 Na
183004 Manfaat manajemen penyakit 1 2 3 4 5 Na
183005 Strategi untuk mengurangi faktor risiko 1 2 3 4 5 Na
183028 Strategi untuk mengurangi efek samping 1 2 3 4 5 Na
pengobatan
183006 Pentingnya menyelesaikan rehabilitasi 1 2 3 4 5 Na
jantung
183007 Peran keluarga dalam rencana pengobatan 1 2 3 4 5 Na
183008 Metode untuk mengukur tekanan darah 1 2 3 4 5 Na
183029 Metode untuk memantau detak jantung 1 2 3 4 5 Na
183009 Strategi untuk membatasi intake sodium
183010 Manfaat mendampingkan diet rendah
kolesterol dan rendah lemak
183011 Strategi untuk meningkatkan kepatuhan diet 1 2 3 4 5 Na
183012 Strategi untuk membatasi intake cairan 1 2 3 4 5 Na
183013 Pentingnya memantau berat badan 1 2 3 4 5 Na
183014 Pentingnya membatasi alcohol 1 2 3 4 5 Na
183015 Pentingnya pantang tembakau 1 2 3 4 5 Na
183030 Aktivitas kerja direkomendasikan 1 2 3 4 5 Na
183031 Aktivitas fisik yang direkomendasikan 1 2 3 4 5 Na
183032 Aktivitas waktu yang direkomendasikan 1 2 3 4 5 Na
183017 Manfaat olahraga teratur 1 2 3 4 5 Na
183018 Teknik konservasi energy 1 2 3 4 5 Na
183019 Pedomana aktivitas seksual 1 2 3 4 5 Na
183020 Kesulitas aktivitas seksual potensial 1 2 3 4 5 Na
183021 Efek terapeutik obat 1 2 3 4 5 Na
183033 Efek samping obat 1 2 3 4 5 Na
183034 Efek lanjut obat 1 2 3 4 5 Na
183022 Strategi untuk mengelola stress 1 2 3 4 5 Na
183038 Pentingnya mendapatkan vaksin influenza 1 2 3 4 5 Na
musiman
183039 Pentingnya pendapat vaksin pneumonia 1 2 3 4 5 Na
183035 Tahu kapan untuk mendapatkan bantuan 1 2 3 4 5 Na
dari seseorang professional kesehatan
183025 Pilih-pilih rawatan untuk bantuan darurat 1 2 3 4 5 Na
medis
183026 Pentingnya pembelajaran keluarga akan 1 2 3 4 5 Na
resusitasi jantung paru
183027 Pengaruh budaya akan kepatuhan pada 1 2 3 4 5 Na
regimen pengobatan
183036 Kelompok dukungan yang tersedia 1 2 3 4 5 Na
183037 Sumber informasi terpercaya terkait 1 2 3 4 5 Na
penyakit jantung.
Kontrol Nyeri

(1605)

Definisi : Tindakan pribadi untuk mengontrol nyeri


SKALA TARGET OUTCOME : Dipertahankan pada …. Ditingkatkan ke :
Tidak Jarang Kadan Sering Secara
pernah menun g- menu konsist
menun jukkan kadang njukk en
jukkan menun an menun
jukkan jukkan
Skala Outcome Keseluruhan 1 2 3 4 5
Indikator :
1 2 3 4 5 Na
160502 Mengenali kapan nyeri terjadi 1 2 3 4 5 Na
160501 Menggambarkan faktor penyebab 1 2 3 4 5 Na
160510 Menggunakan jurnal harian untuk 1 2 3 4 5 Na
memonitor gejala dari waktu ke waktu
160503 Menggunakan tindakan pencegahan 1 2 3 4 5 Na
160504 Menggunakan tindakan pengurangan (nyeri) 1 2 3 4 5 Na
tanpa analgesik
160505 Menggunakan analgesik yang 1 2 3 4 5 Na
direkomendasikan
160513 Melaporkan perubahan terhadap gejala 1 2 3 4 5 Na
nyeri pada professional kesehatan
160507 Melaporkan gejala yang tidak terkontrol 1 2 3 4 5 Na
pada professional kesehatan
160508 Menggunakan sumber daya yang tersedia 1 2 3 4 5 Na
160509 Mengenali apa yang terkait dengan gejala 1 2 3 4 5 Na
nyeri
160511 Melaporkan nyeri yang terkontrol 1 2 3 4 5 Na
Perfusi Jaringan: Perifer

(0407)

Definisi : Kecukupan aliran darah melalui pembuluh kecil di ujung kaki dan tangan untuk mempertahankan
fungsi jaringan.

SKALA TARGET OUTCOME : Dipertahankan pada ______ Ditingkatakn ke______

Deviasi Deviasi Deviasi Deviasi Tidak


berat dari yang sedang ringan ada
kisaran cukup dari dari deviasi
normal besar dari kisaran kisaran dari
kisaran normal normal kisaran
normal normal

SKALA OUTCOME KESELURUHAN 1 2 3 4 5

Indikator :

04071 Pengisian kapiler jari 1 2 3 4 5 N


5 A
04071 Pengisian kapiler jari kaki 1 2 3 4 5 N
6 A
04071 Suhu kulit ujung kaki dan 1 2 3 4 5 N
0 kanan A
04073 Kekuatan denyut nadi karotis 1 2 3 4 5 N
0 (kanan) A
Deviasi Deviasi Deviasi Deviasi Tidak N
berat dari yang cukup sedang dari ringan ada A
kisaran besar dari kisaran dari deviasi
normal kisaran normal kisaran dari
normal normal kisaran
normal

04073 Kekuatan denyut nadi karotis 1 2 3 4 5 N


1 (kiri) A
04073 Kekuatan denyut brakialis 1 2 3 4 5 N
2 (kanan) A
04073 Kekuatan denyut brakialis (kiri) 1 2 3 4 5 N
3 A
04073 Kekuatan denyut radial (kanan) 1 2 3 4 5 N
4 A
04073 Kekuatan denyut radial (kiri) 1 2 3 4 5 N
5 A
04073 Kekuatan denyut femoralis 1 2 3 4 5 N
6 (kanan) A
04073 Kekuatan denyut femoralis 1 2 3 4 5 N
7 (kiri) A
Berat Cukup Sedang Ringan Tidak N
Berat ada A
04073 Kekuatan denyut pedal (kanan) 1 2 3 4 5 N
8 A
04073 Kekuatan denyut pedal (kiri) 1 2 3 4 5 N
9 A
04072 Tekanan darah sistolik 1 2 3 4 5 N
7 A
04072 Tekanan darah diastolik 1 2 3 4 5 N
8 A
04074 Nilai rata-rata tekanna darah 1 2 3 4 5 N
0 A
Berat Cukup Sedang Ringan Tidak N
berat ada A
04071 Bruit di ujung kaki dan tangan 1 2 3 4 5 N
1 A
04071 Edema perifer 1 2 3 4 5 N
2 A
04071 Nyeri di ujung kaki dan tangan 1 2 3 4 5 N
3 yang terlokalisasi A
04072 Nekrosis 1 2 3 4 5 N
9 A
04074 Mati rasa 1 2 3 4 5 N
1 A
04074 Tingling 1 2 3 4 5 N
2 A
04074 Muka pucat 1 2 3 4 5 N
3 A
04074 Kelemahan otot 1 2 3 4 5 N
4 A
04074 Kram otot 1 2 3 4 5 N
5 A
04074 Kerusakan kulit 1 2 3 4 5 N
6 A
04074 Rubor 1 2 3 4 5 N
7 A
04074 Parestesia 1 2 3 4 5 N
8 A
Tingkat Nyeri

(2102)

Definisi : Keparahan dari nyeri yang diamati atau dilaporkan

SKALA TARGET OUTCOME : Dipertahankan pada ______ Ditingkatakn ke______

Berat Cukup Sedang Ringan Tidak


Berat ada

SKALA OUTCOME KESELURUHAN 1 2 3 4 5

Indikator :

21020 Nyeri yang dilaporkan 1 2 3 4 5 N


1 A
21020 Panjangnya episode nyeri 1 2 3 4 5 N
4 A
21022 Menggosok area yang terkena 1 2 3 4 5 N
1 dampak A
21021 Mengerang dan menangis 1 2 3 4 5 N
7 A
21020 Ekspresi nyeri wajah 1 2 3 4 5 N
6 A
21020 Tidak bisa beristirahat 1 2 3 4 5 N
8 A
21022 Agitasi 1 2 3 4 5 N
2 A
21022 Iritabilitas 1 2 3 4 5 N
3 A
21022 Mengerinyit 1 2 3 4 5 N
4 A
21022 Mengeluarkan keringat 1 2 3 4 5 N
5 A
21022 Berkeringat berlebihan 1 2 3 4 5 N
6 A
21021 Mondar mandir 1 2 3 4 5 N
8 A
21021 Fokus menyempit 1 2 3 4 5 N
9 A
21020 Ketegangan otot 1 2 3 4 5 N
9 A
21021 Kehilangan nafsu makan 1 2 3 4 5 N
5 A
21022 Mual 1 2 3 4 5 N
7 A
21022 Intoleransi makanan 1 2 3 4 5 N
8 A
Deviasi Deviasi Deviasi Deviasi Tidak N
berat dari yang sedang ringan ada A
kisaran cukup dari dari deviasi
normal cukup kisaran kisaran dari
berat dari normal normal kisaran
kisaran normal
normal
21021 Frekuensi nafas 1 2 3 4 5 N
0 A
21021 Denyut janyung apikal 1 2 3 4 5 N
1 A
21022 Denyut nadi radial 1 2 3 4 5 N
0 A
21021 Tekanan darah 1 2 3 4 5 N
2 A
21021 Berkeringat 1 2 3 4 5 N
4 A

Tanda-Tanda Vital

(0802)

Definisi : Tingkat suu, denyut nadi, respirasi, dan tekanan darah berada dalam kisaran normal

SKALA TARGET OUTCOME : Dipertahankan pada ______ Ditingkatakn ke______

Berat Cukup Sedang Ringan Tidak


Berat ada

SKALA OUTCOME KESELURUHAN 1 2 3 4 5

Indikator :

08020 Suhu tubuh 1 2 3 4 5 N


1 A
08020 Denyut jantung apikal 1 2 3 4 5 N
2 A
08020 Irama jantung apikal 1 2 3 4 5 N
8 A
08020 Denyut nadi apikal 1 2 3 4 5 N
3 A
08020 Tingkat pernapasan 1 2 3 4 5 N
4 A
08021 Irama pernapasan 1 2 3 4 5 N
0 A
08020 Tekanan darah sistolik 1 2 3 4 5 N
5 A
08020 Tekanan darah diastolik 1 2 3 4 5 N
6 A
08020 Tekanan nadi 1 2 3 4 5 N
9 A
08021 Kedalaman aspirasi 1 2 3 4 5 N
1 A

Kejadian Jatuh

(1912)

Definisi : Jumlah banyaknya pasien jatuh

SKALA TARGET OUTCOME : Dipertahankan pada ______ Ditingkatakn ke______

10 dan 7-9 4-6 1-3 Tidak


lebih ada

SKALA OUTCOME KESELURUHAN 1 2 3 4 5

Indikator :

19120 Jatuh saat berdiri 1 2 3 4 5 N


1 A
19120 Jatuh saat berjalan 1 2 3 4 5 N
2 A
19120 Jatuh saat duduk 1 2 3 4 5 N
3 A
19120 Jatuh dari tempat tidur 1 2 3 4 5 N
4 A
19120 Jatuh saat dipindahkan 1 2 3 4 5 N
5 A
19120 Jatuh saat naik tangga 1 2 3 4 5 N
6 A
19120 Terjun saat turun tangga 1 2 3 4 5 N
7 A
10 kali dan 7-9 4-6 1-3 Tidak N
lebih ada A
Skala Outcome Keseluruhan 1 2 3 4 5 N
A
Indikator :
19120 Jatuh saat ke kamarmandi 1 2 3 4 5 N
9 A
19121 Jatuh saat membungkuk 1 2 3 4 5 N
0 A
Keparahan Cedera Fisik

(1913)

Definisi : Keparahan dari nyeri yang diamati atau dilaporkan

SKALA TARGET OUTCOME : Dipertahankan pada ______ Ditingkatakn ke______

Berat Cukup Sedang Ringan Tidak


Berat ada

SKALA OUTCOME KESELURUHAN 1 2 3 4 5

Indikator :
19130 Lecet pada kulit 1 2 3 4 5 N
1 A
19130 Memar 1 2 3 4 5 N
2 A
19130 Luka gores 1 2 3 4 5 N
3 A
19130 Luka bakar 1 2 3 4 5 N
4 A
19130 Ekstermitas keselo 1 2 3 4 5 N
5 A
19130 Keseleo tulang punggung 1 2 3 4 5 N
6 A
19130 Fraktur ekstermitas 1 2 3 4 5 N
7 A
19130 Fraktur pelvis l N
8 A
19130 Fraktur panggul 1 2 3 4 5 N
9 A
19131 Fraktur tulang punggung 1 2 3 4 5 N
0 A
19131 Fraktur tulang tengkorak 1 2 3 4 5
1
19131 Fraktur muka 1 2 3 4 5 N
2 A
19131 Cedera gigi 1 2 3 4 5 N
3 A
19131 Cedera kepala terbuka 1 2 3 4 5 N
4 A
19131 Cedera kepala tertutup 1 2 3 4 5 N
5 A
19131 Gangguan imobilitas 1 2 3 4 5 N
6 A
19131 Kerusakan kognisi 1 2 3 4 5 N
9 A
19132 Penurunan tingkat kesadaran 1 2 3 4 5 N
0 A
19132 Trauma liver 1 2 3 4 5 N
1 A
19132 Limfa pecah 1 2 3 4 5 N
2 A
19132 Perdarahan 1 2 3 4 5 N
3 A
19132 Trauma perut 1 2 3 4 5 N
4 A

Keseimbangan

(0202)

Definisi : Kemampuan untuk menjaga keseimbangan tubuh

SKALA TARGET OUTCOME : Dipertahankan pada ______ Ditingkatakn ke______

Sangat Banyak Cukup Sedikit Tidak


terganggu terganggu terganggu tergangg ada
u

SKALA OUTCOME KESELURUHAN 1 2 3 4 5

Indikator :

02020 Mempertahankan 1 2 3 4 5 N
2 keseimbangan saat duduk tanpa A
sokongan pada punggung
02021 Mempertahankan 1 2 3 4 5 N
2 keseimbangan dari posisi A
duduk ke posisi berdiri
02020 Mempertahankan 1 2 3 4 5 N
1 keseimbangan ketika berdiri A
02020 Mempertahankan 1 2 3 4 5 N
3 keseimbangan ketika berjalan A
02020 Mempertahankan 1 2 3 4 5 N
9 keseimbangan ketika berdiri A
dengan satu kaki
02021 Mempertahankan 1 2 3 4 5 N
0 keseimbangan sementara A
menggeser berat badan dari
satu kaki ke kaki lain
02021 Mempertahankan 1 2 3 4 5 N
3 keseimbangan saat berputar A
360 derajat
02021 Postur 1 2 3 4 5 N
1 A
Berat Cukup sedang Ringan Tidak
berat ada
02020 Terpelintir 1 2 3 4 5 N
5 A
02020 Pusing
6
02020 Goyah 1 2 3 4 5 N
7 A
02020 Tersandung 1 2 3 4 5 N
8 A

Pengetahuan : Manajemen Nyeri

(1843)

Definisi :Tingkat pemahaman yang disampaikan tentang penyebab, gejala, dan perawatan nyeri
SKALA TARGET OUTCOME : Dipertahankan pada ______ Ditingkatakn ke______

Tidak ada Pengetahu Pengetahu Pengetah Pengeta


pengetahu an an sedang uan huan
an terbatas banyak sangat
banyak

SKALA OUTCOME KESELURUHAN 1 2 3 4 5

Indikator :

18430 Faktor-faktor penyebab dan 1 2 3 4 5 N


1 faktor berkontribusi A
18430 Tanda dan gejala nyeri 1 2 3 4 5 N
2 A
18430 Strategi untuk mengontrol nyeri 1 2 3 4 5 N
3 A
18430 Strategi untuk mengelola nyeri 1 2 3 4 5 N
4 kronis A
18430 Rejimen obat yang di resepkan 1 2 3 4 5 N
5 A
18430 Penggunaan yang benar dari 1 2 3 4 5 N
6 obat yang di resepkan A
18430 Penggunaan yang benar dari 1 2 3 4 5 N
7 obat-obat tanpa resep A
18430 Pemakaian yang aman dan 1 2 3 4 5 N
8 obat-obatan yang di resepkan A
18430 Pemakaian yang aman dari 1 2 3 4 5 N
9 obat-obatan yang tidak di A
resepkan
18431 Efek terapeutik obat 1 2 3 4 5 N
0 A
18431 Efek samping obat
1
18431 Efek lanjut obat 1 2 3 4 5 N
2 A
18431 Interaksi obat potensial 1 2 3 4 5 N
3 A
18431 Interaksi potensial obat dengan 1 2 3 4 5 N
4 agen lain A
18431 Penyimpanan obat yang benar 1 2 3 4 5 N
6 A
18431 Cara pembuangan obat yang 1 2 3 4 5 N
7 benar A
18431 Pentingnya kepatuhan terhadap 1 2 3 4 5 N
8 rejimen obat A
18431 Pentingnya menginformasikan 1 2 3 4 5 N
9 profesional kesehatan semua A
obat saat ini
18432 Pembatasan aktivitas 1 2 3 4 5 N
0 A
18432 Tindakan-tindakan pencegahan 1 2 3 4 5 N
1 A
18432 Teknik posisi yang efektif 1 2 3 4 5 N
2 A
18432 Teknik relaksasi yang efektif 1 2 3 4 5 N
3 A
18432 Imajinasi terbimbing yang 1 2 3 4 5 N
4 efektif A
18432 Distraksi yang efektif 1 2 3 4 5 N
5 A
18432 Aplikasi panas/dingin yang 1 2 3 4 5 N
6 efektif A
18432 Stimulasi elektrik yang efektif 1 2 3 4 5 N
7 A
18432 Teknik meditasi yang efektif 1 2 3 4 5 N
8 A
18432 Manfaat stimulasi elektrik 1 2 3 4 5 N
9 syaraf transkutaneus A

18433 Manfaat hipnosis 1 2 3 4 5 N


0 A

Tidak ada Pengetahu Pengetahu Pengetah Pengeta N


pengetahu an an sedang uan huan A
an terbatas bnayak sangat
banyak
Skala Outcome keseluruhan 1 2 3 4 5 N
A
Indikator :
18433 Manfaat akupuntur 1 2 3 4 5 N
1 A
18433 Manfaat biofeedback 1 2 3 4 5 N
2 A
18433 Manfaat pemijatan 1 2 3 4 5 N
3 A
18433 Manfaat pemantauan sendiri 1 2 3 4 5 N
4 secara terus-menerus A
18433 Manfaat modifikasi gaya hidup 1 2 3 4 5 N
5 A
18433 Manfaat penurunan berat badan 1 2 3 4 5 N
6 A
18433 Strategi pencegahan nyeri 1 2 3 4 5 N
7 A
18433 Tahu kapan untuk mendapatkan 1 2 3 4 5 N
8 bantuan dari seseorang
profesional kesehatan A
18433 Kelompok dukungan yang 1 2 3 4 5 N
9 tersedia A
18434 Sumber daya komunitas yang 1 2 3 4 5 N
0 tersedia A
18434 Sumber informasi terpercaya 1 2 3 4 5 N
1 terkait kontrol terhadap nyeri A
Pengetahuan : Pencegahan Jatuh

(1828)

Definisi : Tingkat pemahaman yang disampaikan tentang pencegahan jatuh

SKALA TARGET OUTCOME : Dipertahankan pada ______ Ditingkatakn ke______

Berat Cukup Sedang Ringan Tidak


Berat ada

SKALA OUTCOME KESELURUHAN 1 2 3 4 5

Indikator :

18280 Penggunaan alat bantu yang 1 2 3 4 5 N


1 benar A
18280 Penggunaan perangkat 1 2 3 4 5 N
2 keselamatan yang benar A
18380 Alas kaki yang tepat 1 2 3 4 5 N
3 A
18380 Penggunaan batang 1 2 3 4 5 N
4 penggenggam/ grab bars yang A
benar
18280 Penggunaan gerbang keamanan 1 2 3 4 5 N
5 yang benar A
18280 Penggunaan pencahayaan 1 2 3 4 5 N
7 lingkungan yang benar A
18280 Tahu kapan meminta bantuan 1 2 3 4 5 N
8 profesional A
18280 Penggunaan prosedur 1 2 3 4 5 N
9 perpindahan yang aman A
18281 Alasan pengekangan 1 2 3 4 5 N
0 A
18281 Latihan untuk mengurangi 1 2 3 4 5 N
1 risiko jatuh A
18281 Obat yang diresepkan yang
2 meningkatkan risiko jatuh
18281 Kondisi kronis yang 1 2 3 4 5 N
3 meningkatkan risiko jatuh A
18281 Penyakit akut yang 1 2 3 4 5 N
4 meningkatkan risiko jatuh A
18281 Perubahan tekanan darah yang 1 2 3 4 5 N
5 meningkatkan risiko jatuh A
18281 Obat yang tidak diresepkan 1 2 3 4 5 N
6 yang meningkatkan risiko jatuh A
18281 Strategi untuk ambulasi yang 1 2 3 4 5 N
7 aman A
18281 Pentingnya menjaga alur jalan 1 2 3 4 5 N
8 yang jelas A
18281 Penggunaan yang aman dari 1 2 3 4 5l N
9 bangku dan tangga A
18282 Penggunaan tikar karet 1 2 3 4 5 N
0 A
18282 Strategi untuk menjaga 1 2 3 4 5 N
1 permukaan lantai tetap aman A
Keefektifan Pompa Jantung

(0400)

Definisi: kecukupan volme darah yang di pompakan sari ventrikel kiri untuk mendukung tekanan perfusi
sistemik

SKALA TARGET OTCOME: Dipertahankan pada________ Ditingkatkan ke___________

Devisi Devisi Devisi Devisi Tidak


berat dari yang sedang ringan ada
kesiaran cukup dari dari devisi
normal berat kisaran kisaran dari
dari normal normal kisaran
kisaran normal
normal

SKALA OUTCOME KESELURUHAN 1 2 3 4 5

Indicator:
04000 Tekanan darah sistol 1 2 3 4 5 N
1 A
04001 Tekanan darah diastol 1 2 3 4 5 N
9 A
04000 Denyut jantung apikal 1 2 3 4 5 N
2 A
04000 Indeks jantung 1 2 3 4 5 N
3 A
04000 Freksi ejeksi 1 2 3 4 5 N
4 A
04000 Denyut jantung perifer 1 2 3 4 5 N
6 A
04000 Ukuran jantung 1 2 3 4 5 N
7 A
04002 Urine output 1 2 3 4 5 N
0 A
04002 Keseimbangan intake dan output 1 2 3 4 5 N
2 dalam 24 jam A
04002 Tekanan vena sentral 1 2 3 4 5 N
5 A

Berat Cukup Sedang Ringan Tidak


berat ada

04000 Distensi vena leher 1 2 3 4 5 N


9 A
04001 Disritmia 1 2 3 4 5 N
0 A
04001 Suara jantung abnormal 1 2 3 4 5 N
1 A
04001 Angina 1 2 3 4 5 N
2 A
04001 Edema perifer 1 2 3 4 5 N
3 A
04001 Edema paru 1 2 3 4 5 N
4 A
04001 Diaphoresis 1 2 3 4 5 N
5 A
04001 Mual 1 2 3 4 5 N
6 A
04001 Kelelahan 1 2 3 4 5 N
7 A
04002 Dypsnea pada saat istirahat 1 2 3 4 5 N
3 A
04002 Dyspnea dengan aktivitas ringan 1 2 3 4 5 N
6 A
04002 Peningkaytan berat badan 1 2 3 4 5 N
4 A
04002 Asites 1 2 3 4 5 N
7 A
04002 Hepatomegali 1 2 3 4 5 N
8 A
04002 Gangguan kognisi 1 2 3 4 5 N
9 A
04003 Intoleransi aktivitas 1 2 3 4 5 N
0 A
04003 Pucat 1 2 3 4 5 N
1 A
04003 Sianosis 1 2 3 4 5 N
2 A
04003 Wajah kemerahan 1 2 3 4 5 N
3 A
Toleransi Terhadap Aktivitas

(0005)

Definisi: Respon fsiologis terhadap pergerakan yang memerlukan energi dalam aktivitas sehari hari

SKALA TARGET OTCOME: Dipertahankan pada________ Ditingkatkan ke___________

Sangat Banyak Cukup Sedikit Tidak


terganggu tergangg tergaagg tergangg tergang
u u u gu

SKALA OUTCOME KESELURUHAN 1 2 3 4 5

Indicator:
00050 Saturasi oksigen ketika 1 2 3 4 5 N
1 beraktivitas A
00050 Frekuensi nadi ketika beraktivitas 1 2 3 4 5 N
2 A
00050 Frekuensi pernapasan ketika 1 2 3 4 5 N
3 beraktivitas A
00050 Kemudahan bernapas saat 1 2 3 4 5 N
8 beraktivitas A
00050 Tekanan darah sistolik ketika 1 2 3 4 5 N
4 beraktivitas A
00050 Tekanan darah sistolik ketika 1 2 3 4 5 N
5 beraktivitas A
00050 Temuan atau hasil EKG 1 2 3 4 5 N
6 (Elektrokardogram) A
00050 Warna kulit 1 2 3 4 5 N
7 A
00050 Kecepatan berjalan 1 2 3 4 5 N
9 A
00051 Jarak berjalan 1 2 3 4 5 N
0 A
00051 Toleransi dalam menaiki tangga 1 2 3 4 5 N
1 A
00051 Kekuatan tubuh bagian atas 1 2 3 4 5 N
6 A
00051 Kekuatan tubuh bagian bawah 1 2 3 4 5 N
7 A

Sangat Banyak Cukup Sedikit Tidak


terganggu tergangg tergangg tergangg tergang
u u u gu

SKALA OUTCOME KESELURUHAN 1 2 3 4 5 N


A

00051 Kemudahan dalam melakukan 1 2 3 4 5 N


8 aktivitas hiduo harian (activites of A
daily living/ ADL)
00051 Kemampuan untuk berbicara 1 2 3 4 5 N
4 ketika melakukan aktivitas visik A
Tingkat kelelahan

(0007)

Definisi: keprahan kelelahan secara umum berdasarkan pengamatan atau laporan


SKALA TARGET OTCOME: Dipertahankan pada________ Ditingkatkan ke___________

Berat Cukup Sedang Ringan Tidak


berat ada

SKALA OUTCOME KESELURUHAN 1 2 3 4 5

Indicator:

00070 Kelelahan 1 2 3 4 5 N
1 A

00070 Kelesuan 1 2 3 4 5 N
2 A
00070 Alam perasaan depresi 1 2 3 4 5 N
3 A
00070 Kehilangan slera makan 1 2 3 4 5 N
4 A
00070 Penurunan libido 1 2 3 4 5 N
5 A
00070 Gangguan konsentrasi 1 2 3 4 5 N
6 A
00070 Penurunan motivasi 1 2 3 4 5 N
7 A
00070 Sakit kepala 1 2 3 4 5 N
8 A
00070 Sakit tenggorokan 1 2 3 4 5 N
9 A
00071 Kelenjar getah bening 1 2 3 4 5 N
0 A
00071 Neri otot 1 2 3 4 5 N
1 A
00071 Neri sendi 1 2 3 4 5 N
2 A
00071 Gejala syndrome kelelahan 1 2 3 4 5 N
3 kronis/ post exetional malaise A
00071 Tengkat steres 1 2 3 4 5 N
4 A

Sangat Banyak Cukup Sedikit Tidak


terganggu tergangg tergaagg tergangg tergang
u u u gu

00071 Kegiatan sehari hari (ADL) 1 2 3 4 5 N


5 A
00071 Alat bantu kegiatan sehari hari 1 2 3 4 5 N
6 (IADL) A
00071 Performa kerja 1 2 3 4 5 N
7 A
00071 Performa gaya hidup 1 2 3 4 5 N
8 A
00071 Kualitas istirahat 1 2 3 4 5 N
9 A
00072 Kualitas tidur 1 2 3 4 5 N
0 A
00072 Keseimbangan antara kegiatan 1 2 3 4 5 N
1 dan istirahat A
00072 Kesadaran 1 2 3 4 5 N
2 A
00072 Hematokrit 1 2 3 4 5 N
3 A
00072 Saturasi oksigen 1 2 3 4 5 N
4 A
00072 Fungsi tirod 1 2 3 4 5 N
5 A
00072 Fungsi imun 1 2 3 4 5 N
6 A
00072 Fungsi neorologis 1 2 3 4 5 N
7 A
00072 metabolisme 1 2 3 4 5 N
8 A
Manajemen Diri: Penakit Jantung

(1617)

Definisi: Tindakan untuk mengelola penyakitbjantung, pengobtannya dan untuk mencegah perkembangan
penakit dan komplikasiyna

SKALA TARGET OTCOME: Dipertahankan pada________ Ditingkatkan ke___________

Tidak Jarang Kadang Sering Secara


pernah menunju kadan menunju konsiste
menunju kan menunju kan n
kan kan menunj
ukan

SKALA OUTCOME KESELURUHAN 1 2 3 4 5

Indicator:

16170 Menerima diagnose 1 2 3 4 5 N


1 A
16170 Mencari informasi tenteng 1 2 3 4 5 N
2 metode untuk mempertahankan A
kesehatan kardiovaskuler
16170 Berpartisipasi dalam pengambilan 1 2 3 4 5 N
3 keputusan terkait kesehatan A
16170 Berpatisipasi dalam rehabilitas 1 2 3 4 5 N
4 jantung yang diresepkan A
16170 Melakukan aturan pengobatan 1 2 3 4 5 N
5 yang di resepkan A
16170 Memantau gejala awal 1 2 3 4 5 N
6 A
16170 Memantau gejala yang menetap 1 2 3 4 5 N
7 A

Tidak Jarang Kadang Sering Secara


pernah menunju kadan menunju konsiste
menunju kan menunju kan n
kan kan menunj
ukan

SKALA OUTCOME KESELURUHAN 1 2 3 4 5

Indicator:

16170 Membantntu bertanya gejala 1 2 3 4 5 N


8 A
16179 Memantau frekuensi gejala 1 2 3 4 5 N
A
16171 Memlaporkan gejala dari 1 2 3 4 5 N
0 perubahan penyakit A
16171 Melaporkan tanda gejala depresi 1 2 3 4 5 N
1 A
16171 Menggnakan buku harian untk 1 2 3 4 5 N
2 memantau gejala dari waktu ke A
waktu
16171 Menggnakan ukran pencegahan 1 2 3 4 5 N
3 untk mengrangi resiko komplikasi A
16171 Menggunakan metode untuk 1 2 3 4 5 N
4 meringankan gejala A
16174 Mendapatkan perawatan 1 2 3 4 5 N
4 kesehatan ketika tanda peringatan A
muncl

16171 memantau denyut dan irama nadi 1 2 3 4 5 N


6 A
16171 Memantau tekanan darah 1 2 3 4 5 N
7 A
16171 Mengatasi asupan darah 1 2 3 4 5 N
8 A
16171 Membatasi asupan lemak dan 1 2 3 4 5 N
9 kolestrol A
16172 Mengikuti program yang di 1 2 3 4 5 N
0 rekomendasikan A
16172 Mengikuti pemnbatasan cairan 1 2 3 4 5 N
1 A
16172 Memantau efek obat perangsang 1 2 3 4 5 N
2 A
16172 Memantau berat badan 1 2 3 4 5 N
3 A
16172 Menggunakan strategi 1 2 3 4 5 N
4 pengontrolan berat bada yang A
efektif
16172 Mempertahankan berat badan 1 2 3 4 5 N
5 yang optimal A
16172 Mngikuti rekomendasi 1 2 3 4 5 N
6 penggunaan alcohol A
16172 Berpartisipasi dalam aturany 1 2 3 4 5 N
7 pemberhentian merokok A
16172 Berpartisipasi dalam olahraga 1 2 3 4 5 N
8 yang di rekomendasikan A
16172 Menggunakan teknik konvervasi 1 2 3 4 5 N
9 energy A
16173 Menyeimbangkan aktifitas 1 2 3 4 5 N
0 dengan istirahat A
16173 Melakuan kehidupan rutin seperti 1 2 3 4 5 N
1 biasa A
16173 Mengikuti rekomedasi untuk 1 2 3 4 5 N
2 aktivitas seksual A
16173 Mandapatkan obat yang di 1 2 3 4 5 N
3 butuhkan A
16173 Menggunakan obat sesuai resep 1 2 3 4 5 N
4 A
16173 Memantau efek terapi obat yang 1 2 3 4 5 N
5 di resepkan A
16173 Menggunakan obat yang tidak di 1 2 3 4 5 N
6 resepkan hanya dengan A
persetujuan fresional kesehatan
16173 Menggunakan strtegi 1 2 3 4 5 N
7 pengololahan stress A
16174 Mendapatkan vaksin influenza 1 2 3 4 5 N
6 musiman A
16174 Mendapatjan vaksin penomonia 1 2 3 4 5 N
7 A
16173 Menggunakan pelayanan 1 2 3 4 5 N
9 kesehatan sesuai kebutuhan A
16174 Berpatisipasi dalam skrining 1 2 3 4 5 N
0 kolestrol A
16174 Melaporkan kebutuhan untuk 1 2 3 4 5 N
1 bantuan finansial A
16174 Menetapi janji dengan 1 2 3 4 5 N
2 professional kesehatan A
16174 Mempertahankan rencana untuk 1 2 3 4 5 N
3 kegawatan medis A
16174 Menyesuaikan kehidupan rutin 1 2 3 4 5 N
5 kesehatan yang optimal A

Status Jantung Paru

(0414)

Definisi: kecukupan volume darah yang di pompa dari ventrikel dan pertukaran karbondiosida dan oksegen
pada tingkat alveolar

SKALA TARGET OTCOME: Dipertahankan pada________ Ditingkatkan ke___________

Deviasi Deviasi Devisiasi Devisiasi Tidak


berat dari yang sedang ringan ada
kisaran cukup dari dari devisias
normal besar kisaran kisaran i dari
dari normal normal kisaran
kisaran normal
normal

SKALA OUTCOME KESELURUHAN 1 2 3 4 5

Indicator:
14140 Tekanan darah sistol 1 2 3 4 5 N
1 A
14140 Tekanan darah diastol 1 2 3 4 5 N
2 A
14140 Denyut nadi perifer 1 2 3 4 5 N
3 A
14140 Denyt nadi apical 1 2 3 4 5 N
4 A
14140 Itama jantung 1 2 3 4 5 N
5 A
14140 Tingkat pernapasan 1 2 3 4 5 N
6 A
14140 Irama oernapasan 1 2 3 4 5 N
7 A
14140 Kedalaman inspirasi 1 2 3 4 5 N
8 A
14140 Ekspulasi udara 1 2 3 4 5 N
9 A
14141 Urine output 1 2 3 4 5 N
0 A
14141 Indeks jantung 1 2 3 4 5 N
1 A
14141 Saturasi oksegen 1 2 3 4 5 N
2 A
14141 Pergeakan seputum dari saluran 1 2 3 4 5 N
3 napas A

Berat Cukup sedang Ringan Tidak


berat ada
14141 Intoleransi aktivitas 1 2 3 4 5 N
4 A
14141 Gangguan kognisi 1 2 3 4 5 N
5 A
14141 Pucat 1 2 3 4 5 N
6 A
14141 sinosis 1 2 3 4 5 N
7 A
14141 Wajah kemerahan 1 2 3 4 5 N
8 A
14141 Distensi vena leher 1 2 3 4 5 N
9 A
14142 Retraksi dada 1 2 3 4 5 N
0 A
14142 Pernafasan lewat mulut 1 2 3 4 5 N
1 A
14142 Edema perifer 1 2 3 4 5 N
2 A
14142 Edema paru 1 2 3 4 5 N
3 A
14142 Dyspnea pada saat istirahat 1 2 3 4 5 N
4 A
14142 Dyspnea dengan aktivitas ringan 1 2 3 4 5 N
5 A
14142 Kelelahan 1 2 3 4 5 N
6 A
14142 Tidak bisa istirahat 1 2 3 4 5 N
7 A
14142 Somnolen 1 2 3 4 5 N
8 A
14142 Peningkatan berat badan 1 2 3 4 5 N
9 A
14143 Kehilangan berat badan 1 2 3 4 5 N
0 A
14143 Diaphoresis 1 2 3 4 5 N
1 A

Pengetahuan: manajemen penyakit jantung

Definisi: Tingkat pemahaman yang disiapkan tentang penyakit jantung, pengobatan, serta pencegahan
perkmbangan penyakit dan komplikasi

SKALA TARGET OTCOME: Dipertahankan pada________ Ditingkatkan ke___________

Tidak Pengetah Pengetah Pengetah Pengeta


ada uan uan uan huan
pngetahu terbatas sedang banyak sangat
an banyak

SKALA OUTCOME KESELURUHAN 1 2 3 4 5

Indicator:
18300 Perjalanan penyakit biasanya 1 2 3 4 5 N
1 A
18300 tanda dan gejala awal penyakit 1 2 3 4 5 N
2 A
18300 Tanda dan gejala memburuknya 1 2 3 4 5 N
3 penyakit A
18300 Manfaat manajemen penyakit 1 2 3 4 5 N
4 A
18300 Strategi untuk mengrangi faktor 1 2 3 4 5 N
5 resiko A
18302 Strategi untuk mengurangi efek 1 2 3 4 5 N
8 samping pengobatan A
18300 Pentingna menyelesaikan efek 1 2 3 4 5 N
6 samping pengobatan A
18300 Pentingna menyelesaikan 1 2 3 4 5 N
7 rehabilitas jantung A
18300 Perang keluarga dalam rencana 1 2 3 4 5 N
8 pengobatan A
18302 Metode untuk mengukr tekanan 1 2 3 4 5 N
9 darah A
18300 Metode untuk memantau detak 1 2 3 4 5 N
9 jantung A
18301 Manfaat mendampingkan diet 1 2 3 4 5 N
0 rendah kolestrol dan rendah A
lemak
18301 Strategi untuk meningkatkan 1 2 3 4 5 N
1 kepatuhan diet A
18301 Strategi untuk membatasi intake 1 2 3 4 5 N
2 cairan A
18301 Pentingnya pemantauan berat 1 2 3 4 5 N
3 badan A
18301 Pentingnya pemantauan alcohol 1 2 3 4 5 N
4 A
18301 Pentingnya pantang tembakau 1 2 3 4 5 N
5 A
18303 Aktivitas kerja direkomendasikan 1 2 3 4 5 N
0 A
18303 Aktivitas fisik yang di 1 2 3 4 5 N
1 rekomendasikan A
18303 Aktivitas waktu luang yang di 1 2 3 4 5 N
2 rekomendasikan A
18301 Manfaat olahraga teratur 1 2 3 4 5 N
7 A
18301 Teknik konservasi energy 1 2 3 4 5 N
8 A
18301 Pedoman aktivitas seksual 1 2 3 4 5 N
9 A
18302 Kesulitan aktivitas seksual 1 2 3 4 5 N
0 potensial A
18302 Efek trapeutik obat 1 2 3 4 5 N
1 A
18303 Efek samping obat 1 2 3 4 5 N
3 A
18303 Efek lanjut obat 1 2 3 4 5 N
4 A
18302 Strategi untuk mengelola stress 1 2 3 4 5 N
2 A
18303 Pentingnya mendapatkan vaksin 1 2 3 4 5 N
8 influenza musiman A
18303 Pentingnya mendapatkan vaksin 1 2 3 4 5 N
9 pneumonia A
18303 Tahu kapan untuk mendapatkan 1 2 3 4 5 N
5 bantuan dari seseorang A
professional kesehatan
18302 Pilihan pilihan rawatan untuk 1 2 3 4 5 N
5 bantuan darurat medis A
18302 Pentingnya pembelajaran 1 2 3 4 5 N
6 keluarga akan resusitasi jantung A
paru
18302 Pengaruh budaya akan kepatuhan 1 2 3 4 5 N
7 pada rejimen pengobatan A
18303 Kelompok dukungan yang 1 2 3 4 5 N
6 tersedia A
18303 Sumber informasi terpercaya 1 2 3 4 5 N
7 terkait penyakit jantung A

Pemberian Analgesik

(2210)

Definisi : penggunaan agen farmakologi untuk mengurangi atau menghilangkan nyeri.


Aktifitas-aktifitas :
 Tentukan lokasi, karakteristik, kualitas  Berikan kebutuhan kenyamanan dan
dan keparahan nyeri sebelum mengobati aktifitas lain ynag dapat membantu
pasien relaksasi untuk memfasilitasi
 Cek perintah pengobatan meliputi obat, penurunan nyeri
dosis, dan frekuensi obat analgesic yang  Berikan analgesic sesuai waktu
diresepkan paruhnya, terutama pada nyeri yang
 Cek adanya riwayat alergi obat berat
 Evaluasi kemampuan pasien untuk  Susun harapan yang positif mengenai
berperan serta dalam pemeliharaan keefektifan analgesic untuk
analgesic, rute dan dosis dan keterlibatan mengoptimalkan respon pasien
pasien, sesuai kebutuhan  Berikan analgesik tambahan dan/
 Pilih analgesic atau kombinasi analgesic atau pengobatan jika diperlukan
yang sesuai ketika lebih dari satu untuk meningkatkan efek
diberikan pengurangan nyeri
 Tentukan pilihan obat analgesic (narkotik,  Pertimbangkan penggunaan infuse
non narkotik, atau NSAID), berdasarkan terus-menerus, baik sendiri atau
tipe dan keparahan nyeri digabungkan dengan opioid bolus,
 Tentukan analgesik sebelumnya, rute untuk mempertahankan level serum
pemberian, dan dosis untuk mencapaia  Jalankan tindakan keselamatan pada
hasil pengurangan nyeri yang optimal pasien yang menerima analgesic
 Pilih rute intervena dari pada rute narkotika, sesuai kebutuhan
intramuscular, untuk injeksi pengobatan  Mintakan pengobatan nyeri PRN
nyeri yang sering, jika memungkinkan sebelum nyeri menjadi parah
 Tinggalkan narkotik dan obat-obat lain  Informasikan pasien yang
yang dibatasi, sesuai dengan aturan rumah mendapatkan narkotika bahwa rasa
sakit mengantuk kadang terjadi selama 2-3
 Monitor tanda vital sebelum dan setelah hari pertama pemberian dan
memberikan analgesic narkotik pada selanjutnya akan menghilang
pemberian dosis pertama kali atau jika  Perbaiki kesalahan pengertian/mitos
ditemukan tanda-tanda yang tidak yang dimiliki pasien dan anggota
biasanya keluarga yang mungkin keliru
tentang analgesik
 Evaluasi keefektifan analgesik
dengan interval yang teratur pada
saat setelah pemberian khususnya
setelah pemberian pertama kali, juga
observasi adanya tanda dan gejala
efek samping (misalnya, depresi
pernafasan, mual dan muntah, mulut
kering dan kostipasi)
 Dokumentasikan respon terhadap
analgesik dan adanya efek samping
 Evaluasi dan dokumentasikan tingkat
sedasi dari pasien yang menerima
opioid
 Lakukan tindakan-tindakan untuk
menurunkan efek samping analgesic
(misalnya, konstipasi dan iritasi
lambung)
 Kolaborasikan dengan dokter apakah
obat, dosis, rute pemberian, atau
perubahan interval dibutuhkan, buat
rekomondasi khusus berdasarkan
prinsip analgesic
 Ajarkan tentang penggunaan
analgesic, setrategi untuk
menurunkan efek samping, dan
harapan terkait dengan keterlibatan
dalam keputusan pengurangan nyeri
Pengurangan Kecemasan

(5820

Definisi : mengurangi tekanan, ketakutan, firasat, maupun ketidaknyamanan terkait dengan


sumber-sumber bahaya yang tidak teridentifikasi.
Aktifitas-aktifitas :
 Guanakn pendekatan yang tenang dan  Bantu klien mengidentifikasi situasi
meyakinkan yang memicu kecemasan
 Nyatakan dengan jelas harapan  Kontrol stimulus untuk kebutuhan
terhadap perilaku klien klien secara tepat
 Jelaskan semua prosedur termasuk  Dukung penggunaan mekanisme
sensasi yang akan dirasakan yang koping yang sesuai
mungkin akan dialami klien selama  Bantu klien untuk mengartikulasikan
prosedur (dilakukan) deskripsi yang realistis mengenai
 Pahami situasi krisis yang terjadi dari kejadian yang akan dating
perspektif klien  Pertimbangka kemampuan klien dalam
 Berikan informasi factual terkait mengambil keputusan
diagnosis, perawatan dan prognosis  Instruksikan klien untuk menggunakan
 Berada disisi klien untuk teknik relaksasi
meningkatkan rasa aman dan  Atur penggunaan obat-obatan untuk
menguraangi ketakutan mengurangi kecemasan secara tepat
 Dorong keluarga untuk mendampingi  Kaji untuk tanda verbal dan non verbal
klien dengan cara yang tepat kecemasan
 Berikan objek yang meunjukkan
perasaan aman
 Lakukan usapan pada punggung/ leher
dengan cara yang tepat
 Dorong aktifitas yang tidak kompetitif
yang tepat
 Ciptakan atmosfer rasa aman untuk
meningkatkan kepercayaan
 Dorong verbalisasi perasaan, persepsi
dan ketakutan
 Indentifikasi pada saat terjadi
perubahan tingkat kecemasan
 Berikan aktifitas pengganti yang
bertujuan untuk mengurangi tekanan
Peresepan Obat

(2390)

Definisi : peresepan obat untuk masalah kesehatan


Aktifitas-aktifitas
 Evaluasi tanda dan gejala dari  Ajarkan pasien dan keluarga terkait reaksi
masalah kesehatan saat ini yang diharapkan dan efek samping dari
 Kaji riwayat kesehatan dan obat
peggunaan obat-obatan  Berikan alternatif waktu pemberian dan
 Identifikasi alergi yang diketahui modalitas dalam pemberian obat secara
 Kaji kemampuann keluarga dalam mandiri untuk meminimalkan perubahan
pemberian obat-obatan gaya hidup
 Identifikasi obat-obbatan yang  Ajarkan pasien dan keluarga mengenai
memiliki indikasi untuk masalah bagaimana cara menebus kembali obat
kesehatan saat ini yang diresepkan sesuai keperluan
 Resepkan obat-obatan sesuai dengan  Ajarkkan pasien/ keluarga kapan waktu
otoritas peresepan obat dan atau untuk mencari bantuan tambahan
sesuai protokol  Monitor efek trapeutik dan efek samping
 Tuliskan resep, menggunakan nama dari obat yang diberikan, sesuai
termasuk dosis dan petunjuk kebutuhan
pemberian obat  Pertahankan pengetahuan mengenai obat-
 Ucapkan dengan jelas singkatan obat yang digunakan dalam praktik
yang sulit yang dapat dengan mudah keperawatan, termasuk indikasi
menimbulan kesalah pahama penggunaan, tindakan pencegahan, efek
(misalnya : microgram, milligram, samping, efek toksik, dan informasi dosis
unit) yang seperti dipersyaratkan oleh otoritas
 Periksa bahwa angka desimal dalam peresepan obat dan undang-undang.
dosis terlihat jelas dengan
menggunakan awalan angka nol
(misalnya: 0.2 vs .2)
 Hindari penggunaan angka nol
dibelakang koma (misalnaya., 2 vs
2.0)
 Gunakan metode peresepan
elektronik jika tersedia
 Gunakan singkatan, akronim dan
simbol yang terstandarisasi
 Periksa bahwa semua obat yang
diresepkan telah ditulis dengan
benar, lengkap dan sesuai dengan
keperluan dan tujuan penggunaannya
 Ikuti rekomondasi untuk penggunaan
obat (misalnya) .,
milligram/kilogram berat badan, luas
permukaan tubuh, atau dosis efektif
terendah)
 Konsultasikan dengan dokter atau
petugas farmasi sesuai kebutuhan
 Konsultasikan kepada referensi
pemberian obat untuk dokter dan
referensi lainnya jika diperlukan
 Konsultasikan pada perwakilan dari
perusahaan penyedia obat sesuai
kebutuhamn
 Ajarkan pasien dan/ atau keluarga
metode pemberian obat sesuai
kebutuhan
Monitor Tanda-Tanda Vital

(6680)

Definsi : pengumpulan dan analisa data kardiovaskuler, peernapasan, dan suhu tubuh untuk
menentukan dan mencegah komplikasi.
Aktifitas-aktifitas :
 Monitor tekanan darah, nadi, suhu dan  Monitor warna kulit, suhu dan
status pernafasan dengan tepat kelembapan
 Catat gaya dan flaktuasi yang luas pada  Monitor sianosis sentral dan perifer
tekanan darah  Monitor akan adanya kuku (dengan
 Monitor tekanan darah saat pasien bentuk) clubbing
berbaring, duduk, dan berdiri sebelum  Monitor terkait dengan adanya tiga
setelah perubahan posisi tanda cushing reflek (misalnya,
 Monitor tekanan darah setelah pasien tekanan nadi lebar, bradikardi, dan
minum obat jika memungkinkan peningkatan tekanan darah sistolik)
 Auskultasi tekanan darah di kedua  Identifiksi kemungkinan penyebab
lengan dan bandingkan perubahan tanda-tanda vital
 Monitor tekanan darah, denyut nadi, dan  Periksa secara berkala keakuratan
pernapasan sebelum, selama, dan setelah instrument yang digunakan untuk
beraktifitas dengan tepat perolehan data pasien.
 Inisiasi dan pertahankan perangkat
pemantauan suhu tubuh secara terus-
menerus dengan tepat
 Monitor dan laporkan tanda dan gejala
hipotermia dan hipertermia
 Monitor keberadaan dan kualitas nadi
ambil nadi apical dan radial secara
simultan dan perhatikan perbedaanya
dengan tepat
 Monitor terkait dengan nadi paradoksus
 Monitor terkait dengan nadi alternative
 Monitor tekanan nadi yang melebar atau
menyempit
 Monitor irama dan tekanan jantung
 Monitor nada jantung
 Monitor irama dan laju pernapasan
(misalnya, kedalaman dan kesimetrisan)
 Monitor suara paru-paru
 Monitor oksimetri nadi
 Monitor pola pernapasan abnormal
(misalnya, Cheyne-stokes,kussmaul,
biot, apneustic, ataksia, dan bernafas
berlebihan)

Peningkatan Koping

(5230)

Definisi : fasilitas usaha kognitif dan perilaku untuk mengelola stressor yang dirasakan,
perubahan, atau ancaman yang menggangu dalam rangka memenuhi kebutuhan hidup dan peran
Aktifitas-aktifitas :
 Bantu pasien dalam mengidentifikasi  dukung aktifitas-aktifitas social dan
tujuan jangka pendek dan jangka komunitas (agar bisa dilakukan)
panjang yang tepat  dukung (kemampuan dalam)
 Bantu pasien dalam memeriksa sumber- penerimaan terhadap keterbatasan
sumber yang tersedia untuk memenuhu orang lain
tujuan-tujuannya  kenali latar belakang budaya/spiritual
 Bantu pasien untuk memecah tujuan pasien
yang kompleks menjadi lebih kecil,  Dukun peenggunaan sumber-sumber
dengan langkah yang dapat dikelola spiritual, jika diinginkan
 Dukung hubungan (pasien) dengan  Eksplorasi pencapaian pasien
orang yang memiliki ketertarikan dan sebelumnya
tujuan yang sama  Eksplorasi alasan pasien mengkritik
 Bantu pasien untuk menyelesaikan diri
masalah dengan cara yang konstruktif  Konfrontasi terhadap perasaaan
 Berikan penilaian (kemampuan) ambivalen pasien (kemarahaan atau
penyesuaian pasien terhadap ditekan)
perubahan-perubahan citra tubuh,  Tumbuhkan cara penyaluran
sesuai dengan indikasi kemarahan dan permusuhan yang
 Berikan penilaian mengenai dampak konstruktif
dari situasi kehidupan pasien terhadap  Atur situasi yang mendukung otonomi
peran dan hubungan (yang ada) pasien
 Dukung pasien untuk mengidentifikasi  Baantu pasien dalam mengidentifikasi
deskripsi yang realistik terhadap adanya respon positif dari orang lain.
perubahan dalam peran  Dukung identifikasi nilai hidup yang
 Berikan penilaian mengenai spesifik
pemahaman pasien terhadap proses  Eksplorasi bersama pasien mengenai
penyakit metode sebelumnya ppada saat
 Berikan penilaian dan diskusikan menghadapi masalah kehidupan.
respon alternatif terhadap situasi (yang  Dukung penggunaan mekanisme
ada) defensive yang tepat
 Gunakan pendekatan yang tenang dan  Dukung verbalisasi perasaan, persepsi
memberikan jaminann dan rasa takut.
 Berikan suasana penerimaan  Diskusikan konsekuensi dari tidak
 Bantu pasien dalam mengembangkan mengatasi rasa bersalah dan malu
penilaian terkait dengan kejadian  Dukung pasien untuk mengidentifikasi
dengan lebih obyektif kekuatan dan kemampuan diri.
 Bantu pasien untuk mengidentifikasi  Turunkan stimulus yang dapat diartikan
informasi yang dia paling tertarik untuk sebagai suatu ancaman dalam suatu
dapatkan lingkunngan tertentu
 Sediakan informasi actual mengenai  Berikan penilaian terkait dengan
diagnosis, penanganan, dan prognosis kebutuhan atau keinginan pasien terkait
 Sediakan pasien pilihan-pilihan yang dengan dukungan social
realistis mengenai aspek perawatan  Bantu pasien untuk mengidentifikasi
 dukung sikap (pasien) terkait dengan sistem dukungan yang tersedia
harapan yang realistis sebagai upaya  Pertimbangkan risiko pasien melukai
untuk mengatasi perasaan diri sendiri
ketidakberdayaan  Instruksikan pasien untuk
 evaluasi kemampuan pasien dalam menggunakan teknik relaksasi sesuai
membuat keputusan dengan kebutuhan
 cari jalan untuk memahami perspektif  Bantu pasien untuk [melewati proses]
pasien terhadap situasi yang penuh berduka dan melewati kondisi
setres kehilanngan karena penyakit kronik
 tidak mendukung pembuatan keputusan dan atau kecacatan dengan tepaat
saat pasien berada pada situasi stres  Bantu pasien untuk mengklarifikasi
yang berat kesalahpahaman
 dukung kemampuan mengatasi situasi  Dukung pasien untuk untuk
secara berangsur-angsur mengevaluasi perilakunya sendiri.
 dukung kesabaran dalam
menggembangkan suatu hubungan
Skrining Kesehatan

6520

Definsi : mendeteksi risiko atau masalah kesehatan melalui anamnesis, pemeriksaan, dan
prosedur lainnya.
Aktifitas-aktifitas :
 Tentukan populasi target untuk  Lengkapi [kelengkapan] (catatn yang
[dilakukaannya] pemeriksaan kesehatan. sesuai dengan ) departemen kesehatan
 Iklankan layanan skrining kesehatan atau catatan lain untuk memantau
untuk meningkatkan kesadaran hassil-hasil yang abnormal, misalnya
masyarakat. tekanan darah tinggi
 Sediakan akses yang mudah bagi  Berikan informasi pemeriksaan diri
layanan sskring (misalnya, waktu dan yang tepat selama skrining
tempat.  Rujuk pasien pada penyedia perawatan
 Jadwalkan pertemuan untuk kesehatan lainnya, yang diperlukan.
meningkatkan efisiensi dan perawatan
individual.
 Gunakan instrument sskrining yang
valid dan terpercaya.
 Instruksikan pasien akan rasionalisasi
dan tujuan pemeriksaan kesehatan serta
pemantauan diri
 Dapatkan persetujuan untuk
[dilakukannya] prosedur skrining
kesehatan, yang sesuai
 Berikan privasi dan kerahasiaan
 Berikan kenyamanan selama prosedur
skrining
 Dapatkan riwaayt kesehatan yang sesuai,
termasuk deskripsi kesehatan, factor
resiko, dan obat-obatan
 Dapatkan riwayat kesehatan keluarga
yang sesuai
 Lakukan pengkajian fisik, yang sesuai
 Ukur tekanan darah, tinggi badan, berat
badan, persentase lemak tubuh, kolestrol
dan kadar glukosa darah dan
pemeriksaan urin yang sesuai
 Dapat spessimen untuk analisis

Pengajaraan Proses Penyakit

(5602)

Definsi : membantu pasien untuk memahami informasi yang berhubungan denagn proses pnyakit
secara spesifik.
Aktifitas-aktifitas :
 Kaji tingkat pengetahauan pasien terkait  Diskusikan pilihan terapi/ penanganan
dengan proses penyakit yang spesifik  Jelaskan alasan dibalik manajemen/
 Jelaskan perjalanan penyakit dan terpai/ penanganan yang
bagaimana hubungannya dengan drekomendasikan
anatomi dan fisologi, seuai kebutuhan  Dorong pasien untuk menggali pilihan
 Review pengetahuan pasien mengenai – pilihan mendaptkan pendapat kedua,
kondisinya sesuai kebutuhan atau sesuai yang di
 Kenali pengetahuaan pasien mengenai indikasikan
kondisinya  Jelaskan kommplikasi kronik yang
 Jelaskan tanda dan gejala yang umum mungkin ada sesuia kebutuhan
dari penyaakit, sesuai kebutuhan  Instruksikan pasien mengenai tindakan
 Eksplorasi berssama pasien aapakah dia untuk mencegah / meminimalkan efek
telah melakukan manajemen gejala samping penanganan dari penyakit
 Jelaskaan mengenai proses penyakit, sesuai kebutuhan
sesuai kebutuhan  Edukasi pasien mengenai tindakan
 Identtifikasi kemungkinan penyebab, untuk mengontrol/ meminimalkan
sesuai kebutuhan gejala, sesuai kebutuhan
 Berikan informasi pada pasien mengenai  Edukasi pasien mengenai tanda dan
kondisinya, sesuai kebutuhan gejala yang harus dilaporkan kepada
 Identifikasi perubahan kondisi fisik ptugas kesehatan, sesuai kebutuuhan
pasien  Perkuat informasi yang diberikan
 Hindari memerikan harapan yang dengan anggota tim kesehatan lain,
kosong sesuai kebutuhan
 Beri ketenangan terkaait kondisi pasien,
sesuai kebutuhan
 Beri informasi kepada keluarga / orang
yang penting bagi pasien mengenai
pekembangan pasien, sesuai kebutuhan
 Berikan informasi mengenai
pemeriksaan diagnostic yang tersedia
sesuai kebutuhan
 Diskusikan perubahan gaya hidup yang
mungkin diperlukan untuk mencegah
komplikasi dimasa yang akan dating dan
/ atau mengontrol prose penyakit

Perawatan Jantung (4040)

Definisi : Keterbatasan dari komplikasi sebagai hasil dari ketidakseimbangan antara suplai
oksigen pada otot jantung dan kebutuhan seorang pasien yang memiliki gejala gangguan
fungsi jantung.

Aktifitas-aktifitas
 Secara rutin mengecek pasien baik  Sediakan terapi antiaritmia sesui
secara fisik dan psikologis sesuai kebijakan unit (misalnya ; obat anti
dengan kelebihan tiap ritmia, kardioversi atau devibriilasi)
agen/penyedia layanan. sebagaimana mestinya.
 Pastikan tingkat aktivitas pasien  Monitor respon pasien terhadap obat
yang tidak membahayakan curah aritmia.
jantung atau memprovokasi  Instruksikan pasien dan keluarga
serangan jantung. mengenai terapi modalitas batasan
 Evaluasi episode nyeri dada aktivitas dan kemajuan.
(intensitas, lokasi,radiasi, durasi  Susun waktun latihan dan istirahat
dan faktor yang memicu serta untuk mencegah kelelahan.
meringankan nyeri dada).  Batasi merokok.
 Monitor EKG, adakah perubahan  Monitor toleransi aktivitas pasien.
segmen T, sebagaimana mestinya.  Monitor sesak, kelelaha, takipnea dan
 Dorong [adanya] peningkatan ortopnea.
aktivitas bertahap ketika kondisi  Bangun hubungan saling mendukung
[pasien] sudah distabilkan antara pasien dan keluarga.
(misalnya, dorong aktivitas yang  Identivikasi metode pasien dalam
lebih ringan atau waktu yang lebih menangani setres.
singkat dengan waktu istirahat yang  Berikan dukungan tehnik yang efektif
sering dalam melakukan aktivitas) untuk mengurangi stres.
 Instruksikan pasien tentang  Lakukan terapi relaksasai, sebagaimana
pentingnya untuk segera mestinya.
melaporkan bila merasakan nyeri  Kenali efek psikologis dari kondisi
dada. yang mendasari [penyakit].
 Lakukan penilaian komprehensif  Lindungi pasien dari kecemasan dan
pada sirkulasi perifer (misalnya, cek depresi, anjurkan pengobatan dengan
nadi perifer, edema, pengisian anti depresan yang tepat, jika di
ulang kapiler, warna indikasikan.
 Monitor tanda – tanda fiotal secara  Dorong aktifitas yang tidak
rutin. bersaing/kompetitip pada pasien dengan
 Monitor disretmia jantung, resiko gangguan fungsi jantung.
termasuki gangguan ritme dan  Diskusikan modifikasi pada aktivitas
kondisi jantung. seksual dengan pasien dan pasangan,
 Dokumentasikan disretmia jantung. jika tepat.
 Catat tanda dan gejala penurunan  Instruksikan pasien dan keluarga
curah jantung. mengenai tujuan perawatan dan
 Monitor status pernafasan terkait bagaimana kemajuanya akan di ukur.
dengan adanya gejala gagal jantung.  Yakinkan staf untuk menyadari tuyjuan
 Monitor abdomen jika terdapat dan bekerja sama dalam menyediakan
indikasi penurunan perkusi. perawatyan yang konsisten.
 Monitor keseimbangan cairan  Rujuk ke program gagal jantung untuk
(masukan dan keluaran serta berat dapat mengikuti program edukasi pada
badan cairan). rehabilitas jantung, evaluasi dan
 Monitor nilai labolatorium yang dukungan yang sesui panduan untuk
tepat (enzim jantung dan nilai meningkatkan aktifitas dan membangun
elektrolit). hidup kembali, sebagaimana mestinya.
 Monitor fungsi faculmaker,  Tawarkan dukungan spiritual pada
sebagaimana mestinya. keluarga (misalnya ; menghubungi
 Evaluasi perubahan tekanan darah. nanggota kependetaan), sebagaimana
 Evaluasi respon pasien terhadap mestinya.
ektopi atau disritmia.
Manajemen Energi

(0180)

Definisi : pengaturan energi yang di gunakan untuk menangani atau mencegah kelelahan dan
mengoktimalkan fungsi.
Aktifitas-aktifitas
 kaji status fisiologis pasien yang  Tingkatkan tirah baring atau
menyebabkan kelelahan sesui pembatasan kegiatan (misalnya ;l
dengan konteks usia dan meningkatkan jumlah waktu istirahat
perkembangan. pasien) dengan cakupannya yaitu pada
 Anjurkan pasien mengungkapkan waktu istirahat yang di pilih.
perasaan secara verbal mengenai  Anjurkan periode istirahat secara
keterbatasan yang di alami. bergantian.
 Gunakan instrumen yang falit untuk  Susun pengguanaan fisik cadangan
mengukur kelelahan. oksigen untuk funsi organ vital
 Tentukanm persepsi pasien/orang (misalnya ; menghindari aktivitas
terdekat dengan pasien mengenai segera setelah makan).
penyebab kelelahan.  Lakukan ROM aktif atau pasif untuk
 Perbaiki defisit status fisiologis menghilangkan ketegangan otot.
(misalnya ; kemoterapi yang  Berikan kegiatan penmgalihan yang
menyebabkan anemia) sebagai menenangkan untuk meningkatkan
prioritas utama. relaksasi.
 Pilih intervensi untuk mengurangi  Tawarkan bantuan untuk meningkatkan
kelelahan baik secara varmakologis tidur (musik atau oabat).
maupun non varmakologis dengan  Anjurkan tidur siang bila di perlukan.
tepat.  Bantun pasien untuk menjadwalkan
 Tentukan jenis dan banyaknya periode istirahat.
aktivitas yang di butuhkan untuk  Hindari kegiatan perawatan selama jam
menjaga kesehatan.intake atau istirahat pasien.
asupan nutrisi untuk mengetahui  Rencanakan kegiatan saat pasien
sumber energi yang adekuat. mempunyai banyak energi.
 Konsulkan dengan ahli gizi  Bantu pasien untuk duduk di samping
mengenai cara meningkatkan tempat tidur, jika pasien tidak
asupan energi dari makanan. memungkinkan untuk berpindah atau
 Negosiasikan waktu makan yang berjalan.
sesui dan tidak sesui dengan jadwal  Bantu pasien dalam aktivitas sehari –
di rumah sakit. hari yang teratur sesui kebutuhan
 Monitor sistem kardiorespirasi (ambulasi, berpindah, bergerak dan
pasien selama kegiatan (misalnya ; perawatan diri).
takikardia, disritmia yang lain,  Monitor pemberian dan efek obat
dispnea, diaphoresis, pucar, tekanan stimulan dan depresan.
himodinamik, frekuensi  Anjurkan aktivitas visik (misalnya ;
pernafasan). ambulasi, ADL) sesuai dengan
 Anjurkan senam aerobik sesui kemampuan (energi) pasien.
kemampuan pasien.  Evaluasi secara bertahap kenaikan level
 Monitor atau catat waktu dan lama aktivitas pasien.
istirahat atau tidur pasien.  Monitor respon oksigen pasien
 Monitor lokasi dab ketidak (misalnya ; tekanan nadi, tekanan darah,
nyamanan atau nyeri yang di alami respirasi) saat perawatan maupun saat
pasien selama aktivitas. melakukan perawatan diri secara
 Kurangi ketidaknyamanan fisik mandiri.
yang di alami pasien yang bisa  Bantu pasien untuk mamantau secara
mempengaruhi fungsi kognitif. mandiri dfengan mencatat intake atau
Pemantauan diri dan pengaturan asupan energi dan kalori sesui
aktivitas pasien. kebutuhan.
 Buat batasan untuk aktivitas  Instuksikan pasien atau yang dekat
hiperaktif klien saat menganggu dengan pasien mengenai kelelahan
yang lain atau dirinya sendiri. (gejala yang mungkin muncul dan
 Bantu pasien untuk memahami kekambuhan yang mungkin nanti akan
prinsip konservasi energi muncul kembali).
(misalnya ; kebutuhan untuk
membatasi aktivitas tirah baring).  Instruksikan pasien atau orang yang
 Ajarkan pasien m,engenai dekat dengan pasien m,engenai tehnik
pengelolaan dan tehnik manajemen perawatan diri yang memungkinkan
waktu untuk mencegah kelelahan. penggunaan energi nsehemat mungkin
 Bantu pasien untuk (monitor diri untuk melakukan aktivitas
memprioritaskan kegiatan untuk sehari – hari).
mengakomodasikan energi yang di  Istruksikan pasien atau SO untuk
perlukan. mengenali tanda dan gejala kelelahan
 Bantu pasien untuk menetapkan yang mengurangi gejala kelelahan yang
tujuan aktivitas : yang akan di capai mengurangi kelelahan aktivitas.
secara realistis.  Instruksikan pasien atau mengenai stres
 Bantu pasien mengidentivikasi dan koping intervensi untuk
pilihan aktivitas – aktivitas yang mengurangi kelelahan.
akan di lakukan.  Ajarklan pasien atau SO untuk
 Anjurkan pasien untuk memilih menghubungi tenaga kesehatan jika
aktivitas – aktivitas yang tanda dan gejala tidak berkurang.
membangun ketahanan.  Batasi jumlah dan gangguan
 Bantu pasien untuk mngidentivikasi penggunjung dengan tepat.
tugas atau kegiatan rumah yang bisa
di lakukan oileh keluarga dan teman
di rumah untuk mencegah dan
mengatasi kelelahan.
 Sediakan akses konunikasi yang
tepat bagi pasien (misalnya ; email
atau pesan singkat) untuk menjaga
komunikasi dengan teman pada saat
kunjungan tidak dapat di lakukan
atau tidak di sarankan.
 Bantu pasien untuk membatasi tidur
siang dengan kegiatan yang
mendorong pasien untuk terjaga,
dengan cara yang tepat.
 Batasi stimuli lingkungan yang
menganggu (misalnya ; cahaya atau
bising) untulk memfasilitasi
relaksasi.
Terapi Aktivitas (4310)

Definisi : peresepan terkait dengan menggunakan bantuan aktivitas fisik, kognisi, sosial dan
spiritual untuk meningkatkan frekuensi dan durasi dari aktivitas kelompok.
Aktifitas-aktifitas  Vasilitas aktivitas pengganti pada saat
 Pertimbangkan kemampuan klien memiliki keterbatasan waktu, energi
dalam berpartisipasi melalui maupun dengan cara berkonsultasi pada
aktivitas visik. terapis – terapis fisik okupasi dan
 Berkolaborasi dengan ahli twerapis teraois rekreasi.
fisik, akupasi dan terapis aktivitas,  Dorong keterlibatan dalam aktivitas
jika memang di perlukan. kelompok maupun terapi, jika memang
 Pertimbangkan komitmenn klien di perlukan.
untuk meningkatkan frekuensi dan  Rujuk ke pusat komunitas mapun
jarak aktivitas. program – program komunitas, jika
 Bantu klien untuk mengeksplorasi memang di perlukan.
tujuan personal dari aktivitas –  Bantu dengan aktivitas visik secara
aktivitas yang biasa di lakukan teratur (misalnya ; ambulasi, trasnfer
(misalnya ; bekerja) dan aktivitas – atau pindah, berfutar dan kebersihan
aktivitas yang di sukai. diri) sesui dengan kebersihan
 Bantu klien untuk memilih aktivitas  Sediakan aktivitas ’’motorik kasar’’
dan mencapai tujuan melalui untuk klien yang hiperaktif .
aktivitas yang konstisten dengan  Tingkatkan gaya hidup dengan melalui
kemampuan fisik fisiologis dan aktivitas fisik untuk mencegah
sosial. penambahan berat badan yang
 Bantu klien untuk tetap fokus pada diinginkan.
kekuatan yang di milikinya.  Sarankan metode – metode aktivitas
 Bantu klien untuk mengidentivikasi fisik yang tepat.
dan memperoleh sumber – sumber  Ciptakan lingkungan yang aman untuk
yang di perlukanuntuk aktivitas – dapat melakukan pergerakan otot secara
aktivitas yang di inginkan. berkala sesui dengan indikasi.
 Dorong aktivitas kreatif yang tepat.  Berikan aktivitas motorik untuk
 Bantu klien memperoleh mengurangi kejang otot.
transportasi untuk [dapat  Berikan aktivitas yang memenuhi
mengikuti] aktivitas, jika di komoonen memori dan emosi (misalnya
perlukan. ; ektifitas religius tertentu) untuk klien
 Bantu klien untuk mengidentivikasi dimensia, dengan cara yang tepat.
aktivitas yang di inginkan.  Berikan permainan kelompokj
 Bantu pasien untuk terstruktur non kompetitip dan aktif.
mengidentifikasikan aktivitas yang  Tingkatkanm keterliubatan dalam
bermakna. aktifitas rekreasi dan defersional yang
 Bantu pasien untuk menjadwalkan bertujuan untuk mengurangi kecemasan
waktu – waktu spesifik terkait (misalnya ; bernyanyi kelompok, bola
dengan aktivitas harian. voli, tenis meja, berjalan, berenang,
 Bantu klien dan keluarga untuk tugas – tugas konkrit dan sederhana,
mengidentifikasi kelemahan dalam tugas – tugas rutin, tugas rumah tangga
level aktivitas tertentu. berhias dan permainan kartu atau
 Identifikasi strategi untuk puzzle).
meningkatkan partisipasi terkait  Gunakan terapi dengan menggunakan
dengan aktivitas yang di inginkan.. hewan dengan cara yang tepat.
 Intruksikan klien dan keluarga  Berikan pujian positif karena
untuk mempertahankan fungsi kesediaannya untuk terlibat dalam
kesehatan terkait dengan peran dan kelompok.
aktivitas secara visik, sosial,  Instruksikan keluarga untukm
spiritual dan kognisi. memberikan pujian positif karena
 Instruksikan pasien dan keluarga kesediaannya untuk terlibat dalam
kelompok.
melaksanakan aktivitas yangt  Berikan kesempatan keluarga untuk
diinginkan maupun yang telah di terlibat dalam aktivitas, dengan cara
resapkan. yang tepat.
 Berkoordinasi dalam menyeleksi  Bantu klien untuk meningkatan
pasien sesui dengan umur yang motivasi diri dan penguatan.
sesui dengan aktivitas yang akan di  Monitor respon emosi fisik, sosial dan
lakukan. spiritual terhadap aktivitas.
 Bantu klien dan keluarga untuk  Bantu klien dan keluarga memantau
beradaptasi dengan lingkungan perkembangan klien terhadap
pada saat mengakomodasi aktivitas pencapaian tujuan yang di harapkan.
yang di inginkan.
 Berikan aktivitas untuk
memberikan perhatian dan
berkonsultasi dengan terapis
rekresional mengenai hal ini.

Manajemen nyeri
(1400)

Definisi : pengurangan atau reduksi nyeri pada tingkat kenyamanan yang dapat di terima oleh
pasien.
Aktivitas – aktivitas  Pertimbangan tipe dan sumber nyeri
 Lakukan pengkajian nyeri hiperhesif ketika memilih strategi penurun nyeri.
yang meliputi lokasi, karajteristik,  Dorong pasien untuk memonitor nyeri
konsep atau durasi frekuensi, dan menangani nyerinya dengan
kualitas, intensitas beratnya nyeri nyerinya.
atau faktor pencetus.  Ajarkan penggunmaan tehnik
 Observasi adanya petunjuk nonfarmakologi (seperti, bioeedbacek,
nonverbal mengenai TENS, hypnosis relaksasi, bimbingan
ketidaknyamanan terutama pada antisipatif, terapi musik, terapi
mereka yang tidak dapat bermain, terapi aktivitas akupresur,
berkomunikasi secara efektif. aplikasi panas atau dingin atau pijatan,
 Pastikan perawatan analgesik bagi sebelum sesudah jika memang
pasien di lakukan dengan memungkinkan, ketika melakukan
pemantauan yang ketat. aktifitas yang menimbulkan nyeri ;
 Gunakan strategi komunikasi sebelum nyeri terjadi atau meningkat ;
terapeotik untuk mengetahui dan bersamaan dengan tindakan
pengalaman nyeri dan sampaikan penurun rasa nyeri lainnya.
penerimaan pasien terhadap nyeri.  Galih pengunaan metode farmakologi
 Gali pengetahuan dan kepercayaan yang di pakai pasien saat ini untuk
pasien mengenai nyeri. menurunkan nyeri.
 Pertimbangkan pengaruh budaya  Ajarkan metode farmakologi untuk
terhadap respon nyeri. menurunkan nyeri.
 Tentukan akibat dari pengalaman  Dorong pasien untuk menggunakan
nyeri terhadap kualitas hidup pasien obat – obatan penurun nyeri yang
(misalnya ;tidur, nafsu makan, adekuat.
pengertian, perasaan, hubungan,  Kolaborasi dengan pasien, orang
perfoma kerja dan tanggung jawab). terdekat dan tim kesehatan lainnya
 Gali bersama pasien faktor – faktor untuk memilih dan menginflemasikan
yang dapat menurunbkan atau tindakan penurun nyeri
mkemperberat nyeri. nonfarmakologi, sesui kebutuhan.
 Evaluasi pengalaman nyeri di masa  Berikan individu penurun nyeri yang
lalu yang meliputi riwayat nyeri optimal dengan peresepan analgesik.
kronik individu atau keluarga atau  Implementasikan penggunaan pasien
nyeri yang menyebabkan disability terkontrol analgesik (PCA) jika sesui.
atau ketidak mampuan atau  Gunakan tindakan pengontrol nyeri
kecatatan dengan tepat. sebelum nyeri bertambah berat.
 Evaluasi bersama pasien dan tim  Berikan obat sebelum beraktifitas
kesehatan lainyya mengenai untuk meningkatkan partisipasi, namun
efektivitas tindakan pengontrolan melakukan evaluasi mengenai bahaya
nyeri yang pernah di gunakan dari sedasi,
sebelumnya.  Pastikan pemberian analgesik dan atau
 Bantu keluarga dalam mencari dan strategi nonfarmakologi sebelum di
menyediakan dukungan. lakukan prosedur yang menimbulkan
 Gunakan metode penilaian yang nyeri.
sesui dengan tahapan perkembangan  Priksa tingkat ketidaknyaman pasien,
yang memungkinkan untuk catat perubahan dalam catatan medis
memonitor perubahan nyeri dan pasien, informasikan petugas
akan dapat membantu kesehatan lain yang merawat pasien.
mengidentifikasi faktor pencetus  Evaluasi keefektifan dari tindakan
aktual dan hipotensial (misalnya ; pengontrolan nyeri yang di pakai
catatan perkembangan, catatan selama pengkajian nyeri di lakukan.
harian).  Mulai dan modifikasi tindakan
 Tentukan kebutuhan frekuensi untuk pengontrol nyeri berdasarkan respon
melakukan pengkajian pasien.
ketidaknyamanan pasien dan  Dukung istirahat atau tidur yang
menginflemensikan rencana adekuat untuk membantu penurunan
monitor. nyeri.
 Berikan informasi mengenai nyeri,  Beritahu dokter jika tindakan tidajk
seperti penyebab nyeri, berapa lama berhasil atau jika keluhan pasien saat
nyeri akan di rasakan, dan antisipasi ini berubah siknifikan dari
dari ketidak nyamanan akibat poengalaman nyeri sebelumnya.
prosedur.  Informasikan tim kesehatan lain atau
 Kendalikan faktor lingkungan yang keluarga mengenai strategi
dapat mempengaruhi respon pasien nonfarmakologi yang sedang di
terhadap ketidak nyamanan gunakan untuk mendorong pendekatan
(misalnya ; suhu rungan, prefentif terkait dengan manajemen
pebncahayaan dan suara bising). nyeri.
 Kurangi atau elemenasi faktor –  Gunakan pendekatan multidisiplin
faktor yang dapat mencetuskan atau untuk manajemen nyeri, jika sesui.
meningkatakan nyeri (misalnya ;  Pertimbangkan untuki merujuk pasien,
ketakutan, kelelahan, keadaan keluarga dan orang terdekat pada
monoton dan kurang pengetahuan). kelompok pendukung dan sumber –
 Pertimbangkan keinginan pasien sumber lainya, sesui kebutuhan.
untuk berpartisipasi kemampuan  Berikan informasi yang akuarat untuk
berpartisipasi, kecenderungan, meningkatkanj pengetahuan dan
dukungan dari orang terdekat respon terhadap pengalaman nyeri.
terhadap metodr dan konta indikasi  Libatklan keluarga dalam mobilitas
ketika memilih strategi penurunan penurun nyeri, jika memungkinkan.
nyeri.  Monitor kepuasan pasien terhadap
 Pilih dan implementasikan tindakan manajemen nyeri dalam interfal yang
yang beragam (misalnya ; spesifik.
farmakologi, nonfarmakologi,
interpersonal) untuk memfasilitasi
penurunan nyeri sesui cdengan
kebutuhan.
 Ajarkan prinsip – prinsip manajemen
nyeri.
Manajemen Pengobatan

(2380)

Definisi : fasilitas pengunaan dan efektifitas resep yang aman serta pengunaan obat bebas.
Aktivitas – aktivitas
 Tentukan obat yang di perlukan, dan  Berikan pasien dan anggota keluarga
kelola menurut resep dan atau mengenai informasi tertulis dan
protokol. visual untuk meningkatkan
 Diskusikan masalah keuangan dengan pemahaman diri mengenai pemberian
redmen obat. obat yang tepat.
 Tentukan kemampuan pasien untuk  Kembangkan strategi untuk
mengobati diri sendiri dengan cara mengelola efek samping obat.
yang tepat.  Dapatka resep dokter dari pasien
 Monitor efektifitas pemberian obat yang melakukan pengobatan sendiri
yang sesui. dengan cara yang tepat.
 Monitor pasien mengenai terapeotik  Buat protokol untuk penyimpanan,
obat. penyimpanan ulang, dan pemantauan
 Monitor tanda dan gejala toksisitas obat yang tersisa untuk tujuan
obat. pengobatan sendiri.
 Monitor efek samping obat.  Selidiki sumber – sumber keuwangan
 Monitor level serum darah (misalnya ; yang memungkinkan untuk
elektrolit, protombin, obat – obtan memperoleh obat yang di resepkan
yang sesui). dengan cara yang tepat.
 Monitor intyarsi obat yang non  Tentukan dampak penggunaan obat
teraupeutik. pada gaya hidup pasien.
 Kaji ulang pasien atau keluarga secara  Berikan alternatif mengenai jangka
berkala mengenai jenis dan jumlah waktu dan cara pengobatan mandiri
obat yang di konsumsi. untuk meminimalkan efek gaya
 Buang oabt yang sudah kadalwarsa, hidup.
yang sudah di berhentikan atau yang  Bantu pasien dan anggota keluarga
mempunyai kontrak indikasi obat. dalam membuat penyesuaian gaya
 Fasilitasi perubahan pengobatan hidup yang di perlukan terkait
dengan dokter. dengan pemakaian obat – obatan
 Monitor respon terhadap perubahan tertentu dengan cara yang tepat.
pengobatan dengan cara yang tepat.  Anjurklan pasien mengenai kapan
 Pertimbangkan pengetahuan pasien harus mencari bantuan medis.
mengenai obat-obatan.  Identifikasi jumlah dan jenis obat
 Pantau kepatuhan mengenai rigmen bebas dan bagaimana obat – obatan
obat. tersebut dapat mempengaruhi kondisi
 Pertimbangkan faktor – faktor yang saat ini.
dapat menghalangi pasien untuk  Pertimbangkan apakah pasien
mengonsumsi obat yang di resepkan. menggunakan obat – obatan berbasis
 Kembangkan strategi bersama pasien budaya dan kemungkinan adanya
untuk meniongkatkan kapatuhan efek dari penggunaan obat bebas dan
obat yang di tresepkan.
mengenai regimen obat yang di  Kaji ulang strategi bersama pasien
resepkan. dalam mengelola obat – obatan.
 Konsultasi dengan propesional  Sediakan pasien dengan daftar
perawatan kesehatan lainya unytuk sumber – sumber untuk bisa di
meminimalkan jumlah dan frekuensi hubungi untuk mendapatkan
obat yang di butuhkan agar di informasi lebih lanjut mengenai obat
dapatkan efek terapeutik. – obatan tertentu.
 Ajarkan pasien dan anggoita keluarga  Hubungi pasien dan keluarga setelah
mengenai metode pemberian obat pemulangan pasien untuk menjawab
yang sesui. pertanyaan dan mendiskusikan
 Ajarkan pasien dan atau anggota kekawatiran terkait dengan regimen
keluarga mengenai tindakan dan efek obat.
samping yang di harapkan dari obat.  Dorong pasien untuk bversedia di
Berikan pasien dan anggota keluarga lakukan uju skrining dalam
mengenai informasi tertulis dan visual menentukan efek obat.
untuk meningkatkan pemahaman diri
mengenai pemberian obat yang tepat
Perawatan Jantung : Akut

(4044)

Definisi : keterbatasan terkait dengan komlilasi pada pasien yang mengalami eposode
ketidakseimbangan antara suplai oksigen ke otot jantung dan kebutuhannya sehingga
mengakibatkan terjadinya gangguan fungsi jantung.
Aktivitas – aktivitas  Sediakan makan yang sedikit sedikit
 Evaluasi nyeri dada (intensitas, lokasi, tapi sering.
radiasi, durasi, faktor pemicu dan yang  Sediakan diet jantung yang tepat
mengurangi). (batasi masukan kafein
 Instruksikan pasien akan pentingnya natrium,kolestrol dan makanan
melaporkan segera jika merasakan berlemak).
ketidaknyamanan dalam dada.  Tahan diri untuk memberikan
 Sediakan alat yang segera dan secara stimulan mulut.
kontinyu dapat memanggil perawat  Ganti dengan garam jika tepat.
dan bisa memberi tahu pasien dan  Batasi stimulasi lingkungan.
keluarga bahwa panggilan akan di  Pertahankan lingkungan yang
jawab dengan segera. kondusif untuk istirahat dan
 Monitor EKG sebagaimana mestinya, penyembuhan.
apakah terdapat perubahan segmen  Hindari memicu situasi emosional.
ST.  Identifikasi cara pasien menghadapi
 Lakukan penilaian secara stres.
komperhensif terhadap status jantung  Dukung tehnik afektif untuk
termasuk di dalamnya adalah sirkulasi mengurangi ster.
perifer.  Lakukan terapi relaksasi dengan
 Monitor irama jantung dan kecepatan tepat.
denyut jantung.  Tahan diri untuk berbeda pendapat.
 Auskultasi suara jantung.  Cegah pasien untuk mengambil
 Kenali adanya frustrasi danm keputusan cegah dalam keadaan sters
ketakutan karena ketidak mampuan berat.
berkomuniukasi dan adanya paparan  Hindari pasien terlalu kepanasan atau
mesin atau alat dan lingkungan yang kedinginan.
asing.  Tahan diri untuk memasukan selang
 Auskultasi paru – paru, adakah ronki rektal.
atau suara tambahan lain.  Tahan diri untuk mengukur suhu
 Monitor efektifitas terapi oksigen,
sebagaimana oksigen. rektal.
 Monitor penentu pengantaran oksigen  Tahan diri untuk melakukan
(PaO2 kadar Hb dan curah jantung) pemeriksaan melalu rektal atu
sebagaimana mestinya. vagina.
 Monitor cairan masuk dan keluar, urin  Instruksi pasien untuk menghindari
output, timbang bearat badan harian, aktifitas yang menyebabkan valsafa
sebagaimana mestinya. manufer (misalnya ; mengejan saat
 Pilih lead EKG yang terbaik dalam buang air besar).
rangka untuk memonitor secara terus  Kelola obat yang mencegah episode
menerus sebagaimana mestinya. valsafa manufer (laksatif,anit mual),
 Rekam EKG 12 lead sebagaimana sebagaimana mestinya.
mestinya.  Cegah pembentukan trombus verifer
 Tuliskan nilai SK, LDH, dan AST (perubahan posisi tiap 2 jam dan
serum, sebagaimana mestinya. kelola anti koagulan dosis ringan).
 Monitor fungsi ginjal (nilai BUN dan  Kelola obat-obatan untuk
kreatinin) sebagaimana mestinya. membebaskan atau mencegah nyeri
 Monitor fungsi hatri dengan cara yang dan iskemia, sesui dengan
tepat. kebutuhan.
 Monitor nilai labolatorium elektrolit  Monitor keefektifan pengobatan.
yang dapat meningkatkan resiko  Instruksikan pasien dan keluarga
disritmia (kalium dan magnesiu), tentang tujuan perawatan dan
sebagaimana mestinya. bagaimana perkembangan yang bisa
 Laporkan foto torak sebagaimana diukur yakin kan semua staf
mestinya. menyadari tujuan tersebut dan
 Monitor kecenderungan tekanan darah bekerjasama dalam menyediakan
dan parameter hemodinamik, jika perawatan yang konsisten.
tersedia (tekana vena sentral, tekanan  Tawarkan dukungan spiritual kepada
paruy kapiler, tekanan irisan arteri). pasien.
Manajemen Shok : Jantung

(4254)

Definisi :Peningkatan keadekuatan perfusi jaringan pada pasien yang mengalami penurunan
pompa jantung.
Aktivitas – aktivitas  Persiapkan pasien untuk
 Monitor tanda dan gejala penurunan revaskulerisasi jantung (percutaneus
curah janutng. coronary intervention) PCI atau
 Auskultasi suara nafas terhadap bunyi poronary artery baipasygraft (CABG).
crackles atau suara tambahan lain  Berikan inotropik positif atau
nya. medikasi untuk kontrotilitas sesui
 Catata tanda dan gejala penurunan kebutuhan.
curah jantung.  Tingkatkan reduksi afterlud (misalnya
 Monitor adanya ketidakadekuatan ; fasodilator, angiotensin kovertin
perfusi arteri koroner (perubahan ST enzim meinhibitors, atau balon intra
dalam EKG, peningkatan enzim aorta).
janutng, angina) sesuai kebutuhan.  Tingkatkan preload oktimal sementara
 Monitor pemeriksaan fungsi menurunkan opterlud (misalnya
pembekuaan, termasuk protombintan berikan netrat sementara
(PT, partialtromboplastin), mempertahankan tekanan oklusi arteri
fibrinogen, degradasi atau produk pulmonal dalam rentang yang di
pemecahan, dan nilai platelet sesui anjurkan), sesui yang di butuhkan.
kebutuhan.  Tingkatkan pervusi jaringan yang
 Monitor dan efaluasi indikator adekuat (dengan resusitasi cairan dan
hipoksia jaruingan (saturasi darah atau vasopresor untuk
campuran vena, saturasi oksigen vena mempertahankan tekanan rata – rata
sentral, nilai serum laktat, arteri (MAT) kurang lebih 60 mmHg,
kapnometrisubningual). sesui kebutuhan.
 Berikan oksigen sesui kebutuhan.
 Pertahankan reload oktimal dengan
pemberian cairan IV atau deuretik,
sesui kebutuhan.

Manajemen Pengobatan

(2380)

Definisi : fasilitas pengunaan dan efektifitas resep yang aman serta pengunaan obat bebas
Aktivitas – aktivitas  Berikan pasien dan anggota
 Tentukan o0bat apa yang di perlukan, mengenai informasi tertulis dan
dan kelola menurut resep atau protokol. fisual untuk meningkatkan
 Diskusikan masalah keuwangan yang pemahaman diri mengenai
berkaitan dengan regimen obat. pemberian obat yang tepat.
 Tentukan kemampuan pasien untuk  Kembangkan strategi untuk
mengobati diri sendiri dengan cara yang mengenbangakan strategi untuk
tepat. mengelola efek samping obat.
 Monitor efektifitas cara pemberian obat  Dapatkan resep dokter yang
yang sesui. melakukan pengobatan sendiri
 Monitor pasien mengenai terapeutik dengan cara yang tepat.
obat.  Buat protokol untuk penyimpanan,
 Monitor tanda dan gejala toksitas obat. penyimpanan ulang, dan
 Monitor efek samping obat. pemantauan obat yang tersisa
 Monitor lefel serum darah (misalnya untuk tujuan pengobatan sendiri.
elektrolit, protombin, dan obat – obatan)  Selidiki sumber – sumber
yang sesui. keuangan yang memungkinkan
 Monitor intraksi obat yang nonterapiotik. untuk memperoleh obat yang di
 Kaji ulang pasien atau keluarga secara resepkan dengan cara yang tepat.
berkala mengenai jenis dan jumlah obat  Tentukan dampak pengunaan obat
yang di konsumsi. pada gaya hidup pasien.
 Buang obat yang sudahh kedaluarsa,  Berikan alternatif mengenai jangka
yang sudah di berhentikan atau yang waktu dan cara pengobatan
m,empunyai kontraindikasi obat. mandiri u8ntuk meminimalkan
 Fasilitasi perubahan pengobatan dengan efek gaya hidup.
dokter.  Bantu pasien dan anggota keluarga
 Monitor respon terhadap perubahan dalam membuat penyesuaian gaya
pengobatan dengan cara yang tepat. hidup yang di perlukan sesui gaya
 Pertimbangkan pengetahuan pasienj hidup yang di perlukan terkait
mengenai obat – obatan. dengan pemakaian obat – obat
 Pantau kepatuhan mengenai regimen tertentu dengan cara yang tepat.
obat.  Anjurkan pasien mengenai kapan
 Pertimbangkan faktor – faktor yang harus mencari bantuan medis.
dapat menghalangi pasien untuk  Berikan informasi mengenai
mengkonsumsi obat yang di resepkan. oenggunaan obat bebas dan
 Kembangkan strategi bersama pasien bagaimana obat – obatan tersebut
meningkatkan kepatuhan mengenai dapat mempengaruhi kondoisi saat
regimen obat yang di resepkan. ini.
 Konsultasi dengan profesional perawatan  Pertimbangkan pasien apakah
ksehatan lainnya untuk meminimalkan mendapatkan obat – obatan
jumlah dan frekuansi obat yang di berbasis budaya dan kemungkinan
butuhkan agar di dapatkan efek adanya efek dari penggunaan obat
terapeutik. bebas dan obat yang di resepkan.
 Ajarkan pasien dan atau anggota  Kaji ulang strategi bersama pasien
keluarga mengenai tindakan dan efek tentang mengelola obat – obatan.
samping yang di harapkan dari obat.  Sediakan pasien dengan daftar
 Hubungi pasien dan keluarga setelah sumber – sumber untuk bisa di
pemulangan pasien untuk menjawab hubungi untuk dapat mendapatkan
pertanyaan dan mendiskusikan informasi lebih lanjut mengenai
kekawatiran terkait dengan regimen obat. obat – obatan tertentu.
 Dorong pasien untuk bersedia di lakukan
uji skrining dalam menentukan efek
obat.
Manajemen Asam Basa

(1910)

Definisi : Peningkatan keseimbangan asam basa dan pencegahan komplikasi akibat


ketidakseimbangan asam basa
Aktivitas - aktivitas  monitor pengelolaan yang
 Pertahankan kepatenan jalan nafas. mencampur asam basa (misalnya,
 Posisiskan klien untuk mendapatkan alkalosis respiratorik dan metabolik
ventilasi yang adekuat (misalnya ; asidosis primer).
membuka jalan nafas dan menaikan  Monitor pola pernafasan.
posisi kepala di tempat tidur).  Monitor pengangkuatan oksigen ke
 Pertahankan kepatenan akses selang jaringan (misalnya, PAO2,SAO2 level
IV. hamagoblin, dan kardiakotput), jika
 Monitor kecenderungan pH arteri, tersedia.
PaCO2 HCO3 dalam rangka  Monitor adanya gejala pernafasan
memepertimbangkan jenis ketidak (misalnya, rendahnya , PAO2 dan
seimbangan yang terjadi (misalnya ; meningkatkan level PACO2 dan
despiraktorik atau metabolik) dan kelelahan otot pernafasan).
kompensasi mekanisme fisiologis  Monitor konsumsi oksigen (misalnya,
yang terjadi (misalnya kompensasi tingkat SVO2 dan AvDO2) jika
baru atau ginjal dan penyangga tersedia.
fisiologis atau pisiological buffer).  Monitor intake dan output.
 Pertahankan pemeriksaan berkala  Monitor status hemodinamik meliputi
terhadap pH arteri dan plasma level CVP, PAP, dan PCWP jika
elektrolit untuk membuat perencanaan tersedia.
perbuatan yang akurat.  Monitor kehilangan asam (misalnya,
 Monitor gas darah arteri (ABGs), muntah, pengeluaran nasrogagtrit ,
level serum elektrolit jika di perlukan. diare, dan deuresis) dengan cara yang
 Ambil sepesimen yang di instruksikan tepat.
untuk mendapatkan analisa  Monitor status nerurologi (miusalnya,
keseimbangan asam basa (misalnya tingkat kesadaran dan kebingungan).
analisa gas darah urile dan serm), jika  Sediakan dukungan ventilator
memang di perlukan. mekanik, jika memang di butuhkan.
 Monitor penyebab potensial sebelum  Sediakan hidrasi adekuat dan
memeberikan perawatan ketidak restorasi dari volume cairan normal,
seimbangan asam basa misalnya jika di perlukan.
penurunan dalam respiratori alkalosis  Berikanm pengobatan yang sudah di
klinik karena metabolik asidosisi). resepkan berdasarkan pada trende
 Instruksikan pasien untuk yang ada pada pH, PACO2,HCO3, dan
menghindari kelebihan pengobatan serum elektrolit, dengan cara yang
yang mengandung HCO3 debfab tepat. tepat.
 Sedasikan pasien untuk menurunkan  Berikan terapi oksigen dengan tepat.
hiperventilasi dengan cara yang tepat.  Berikan agen mikrobial dan
 Atasi demam. Dengan tepat. brokondiator, denganh tepat.
 Berikan pengobatan nyeri, dengan  Berikan aliran oksigen yang frendah
teapat. dan monitor untuk nakrosis pada
kasus hiperkapnia kronik.
 Instruksikan pasien dan atau keluarga
mengenai tindakanj yang telah di
sarankan untuk mengatasi ketidak
seimbangan asam basa.
Pencegahan Jatuh

6490

Definisi : melaksanakan pencegahan khusus dengan pasien yang memiliki risiko cedera karena
jatuh
Aktifitas-aktifitas :
 Identifikasi kekurangan baik kongnitif  Gunakan tempat tidur setengah isi air
atau fisik dari pasien yang mungkin ditempat tidur untuk membatasi
meningkatkan potensi jatuh pada pergerakan, dengan tepat
lingkungan tertentu  Sediakan pasien yang memiliki
 Identifikasi perilaku dan faktor yang ketergantungan suatu alat untuk
mempengaruhi risiko jatuh meminta pertolongan (misalnya.,
 Kaji ulang riwayat jatuh bersama [penyediaan] bel atau lampu panggilan)
dengan pasien dan keluarga saat caregifer tidak ada
 Idntifikasi karakteristik dari lingkungan  Jawab pemanggil lampu segera
yang mungkin meningkatkan potensi  Bantu eliminasi dari frekuensi dan
jatuh (misalnya, lantai licin dan tangga intervensi terjadwal
terbuka)  Gunakan alarm tempat tidur untuk
 Monitor gaya berjalan (terutama memperingatkan orang yang merawat
kecepatan) keseimbangan dan tingkat bahwa individu keluar dari tempat
kelelahan dan ambulasi tidur, dengan tepat
 Tanyakan pasien mengenai persepsi  Tandai ambang pintu dan dari batas
keseimbangan, dengan tepat jalan pintu sebelum tangga, sesuai
 Berbagai dengan pasien terkait (hasil) dengan kebutuhan
observasi pada gaya berjalan, (terutama  Pindahkan barang-barang yang
kecepatan) dan pergerakan diletakkan rendah (misalnya., temapt
 Sarankan perubahan pada gaya berjalan menyimpan sepatu dan meja) yang
(terutama kecepatan) pada pasien membahayakan
 Ajarkan pasien untuk beradaptasi  Hindari melakukan sesuatu secara tidak
terhadap modivikasi gaya berjalan yang teratur dipermukaan lantai
(telah) di sarankan (kecepatan)  Sediakan pencahayaan yang cukup
 Bantu ambulasi indiidu yang memiliki dalam rangka meningkatkan pandangan
ketidakseimbangan  Sedikan lampu malam hari disisi
 Sediakan alat bantu (misalnya : tonkat tempat tidur
dan wolker) untuk menyeimbangkan  Sediakan pegangan pada tangga dan
gaya berjalan (terutama kcepatan) pegangan tangga yang dapat dilihat
 Dukung pasien untuk menggunakan (pasien)
tongkat atau walker, dengan tepat  Tempatkan pagar dipintu keluar yang
 Instruksikan pasien mengenai menggarah ke tangga
penggunaan tongkat atau walker  Sediakan permukaan lantai yang tidak
dengan tepat licin dan anti slip
 Rawat alat bantu dalam kondisi yang  Sediakan permukaan yang tidak licin
siap pakai pada bak mandi dan pancuran
 Kunci kursi roda, tempat tidur atau  Sediakan alas kaki yang tidak licin
brankar selama melakukan pemindahan untuk memfasilitasi kemudahan
pasien menjangkau
 Letakkan benda benda dalam jangkauan  Sediakan area penyimpanan dengan
yang mudah bagi pasien jangkauan yang mudah
 Instruksikan pasien untuk  Sediakan barag furniture berat yang
memamanggil bantuan terkait tidak akan terguling jika digunakan
pergerakan, dengan tepat sebagai sandaran
 Ajarkan pasien bagaimana jika jatuh,  Orientasikan pasien pada lingkungan
meminimalkan cedera fisik
 Berikan tanda untuk mengingatkan  Hindari pengatura ulang lingkungan
pasien agar meminta bantuan saat fisik yang tidak perlu
keluar dari tempat tidur, dengan tepat  Pastikan bahwa pasien menggunakan
 Monitor kemampuan untuk berpindah sepatu yang pas, terikat dengan aman,
dari tempat tidur kekursi dan sebaliknya dan sol anti selip
 Gunakan tekhnik yang tepat untuk  Instruksikan pasien untuk memakai
memindahkan pasien dari dan kekursi kacamata yang diresepkan dengan tepat
roda, tempat tidur, toilet dan lainnya pada saat keluar dari tempat tidur
 Sediakan tamapt duduk toilet yang  Ajarkan anggota keluarga megenai
ditinggikan untuk memudahkan faktor resiko yang berkonstribusi
perpindahan terhadap adanya kejadian jatuh dan
 Sediakan kursi dengan ketinggian yang bagaimana keluarga bisa menurunkan
tepat, dengan sandaran tangan dan resiko ini
punggung yang mudah dipindahkan  Anjurkan adaptasi dirumah untuk
 Gunaka peganggan tangan dengan meningkatkan keamanan
panjang dan tinggi yang tepat untuk  Instruksikan keluarga akan pentingnya
mencegah jatuh dari temapt tidur, pegangan tangan untuk tangga, kamar
sesuai dengan kebutuhan mandi dan jalur untuk berjalan
 Sediaa matras tempat tidur dengan  Bantu keluaarga untuk
pinggiran yang lurus untuk mengidentifikasi bahaya dirumah dan
memudahkan pemindahan, letakkkan memodifikasi (bahaya tersebut) yang
tempat tidur mekanik pada posisi yang aman
paling rendah  Sarankan menggunakan alas kaki
 Sediakan permukaan tidur yang dekat  Instruksikan pasien untuk menghindari
dengan lantai, sesuai kebutuhan permukaan es dan permukaan lain di
 Sediakan tempat duduk dengan kursi luar rumah yang licin
bean bag untuk membatasi pergerakan,  Kembangkan cara untuk pasien
dengan tepat berpartisipasi secara aman dalam
 Temaptkan busa ditemapt duduk pasien mengisi waktu luang
untuk mencegah pasien terjatuh, dengan  Lakukan program latihan fisik rutin
tepat yang meliputi berjalan
 Berikan penanda untuk memberikan
peringatan pada staff bahwa pasien
beresiko tinggi jatuh
 Berkolaborasi dengan anggota tim
kesehatan lain untuk menimbulkan efek
samping dari pengobatan yang
berkonstribusi pada kejadian jatuh
(misalnya., hipotensi ortostatisk dan
cara berjalan) trauma kecepatan yang
tidak mantap atau seimbang
 Sediakan pengawasan ketat dan/ atau
alat pengikatan (misalnya., kursi bayi
dengan sabuk pengaman) saat
meletakkan bayi/anak dipermukaan
yang tinggi (misalnay, meja an kursi
yang tinggi)
 Pindahkan obyek yang bisa
menyebabkan anak kecil memanjat
kepermukaan yang tinggi
 Jaga posisi sisi rel dalam posisi tinggi
saat cardiver tidak ada, dengan tepat
 Sediakan “gelembung atau bubble tob”
pada pengamanan pasien pediatric
dirumah sakit yang mungkin memanjat
melalui sisi pengaman yang tinggi,
dengan tepat
 Kencangkan palang pengaman pada
akses vanel incubator saat
meninggalkan tempat tidur bayi dalam
incubator, dengan tepat.
Manajemen Lingkungan : Keselamatan

6486

Definisi : memonitor dan memanipulasi lingkungan fisik untuk meningkatkan keamanan


Aktifitas-aktifitas :
 Identifikasi kebutuhan keamanan  Edukasi individu dan kelompok yang
pasien berdasarkan fungsi fisik dan beresiko tinggi terhadap bahan
kognitif serta riwayat perilaku dimasa berbahaya yang ada dilingkungan
lalu  Kolaborasikan dengan lembaga lain
 Identifikasi hal-hal yang untuk meningkatkan keselamatan
membahayakan lingkungan (misalnya., lingkungan (misalnya, dinas kesehatan,
[bahaya] fisik, biologi, dan kimiawi) s polisi dan badan perlindungan
 Singkirkan bahan berbahaya dari lingkungan)
lingkungan jika diperlukan  Inisiasi dan atau lakukan program
 Modivikasi lingkungan untuk sekring terhadap bahan yang
meminimalkan bahan berbahaya dan menbahayakan lingkungan (misalnya.,
beresiko logam berat dan radon)
 Sediakan alat untuk beradaptasi
(misalnay., kursi untuk pijakan dan
pengangan tangan)
 Guanakan peralatan perlindungan
(misalnaya., pengekangan, tegangan
pada sisi, kunci pintu, agar, dan
gerbang) untuk membatasi mobilitas
fisik atau akses pada sitasi yang
membahayakan
 Beritahukan pada lembaga berwenang
untuk melakukan perlindungan
lingkungan (misalnya., dinas
kesehatan, pelayanan lingkungan,
badan lingkungan dan polisi)
 Siapkan nomor telepon emerjensi
untuk pasien (misalnya [nomer] polisi,
dinas kesehatan lokal dan pusat
kontrol)
 Monitor lingkungan terhadap
terjadinya perubahan setatus
keselamatan
 Bantu psien saat melakukan
perpindahan kelinkungan yang lebih
aman (misalnya., rujukan untuk
mempunyai asisten ruah tangga)

Terapi Latihan : Ambulasi

0221

Definisi : peningkatan dan bantuan perjalanan untuk menjaga ataumengembalikan fungsi tubuh
otonom dan volunteer selama pengobatan dan pemulihan dari penykit atau cedera
Aktifitas-aktifitas :  Bantu pasien untuk berdiri dan ambulasi
 Beri pasien yang tidak mengekang dengan jarak tertentu dan dengan
 Bantu pasien untuk menggunakan alas jumlah syaf tertentu
kaki yang memfasilitasi pasien untuk  Bantu pasien untuk membangun
berjalan dan mencegah cedera pencapaian yang realistis untuk
 Sediakan tempat tidur berketinggia ambulasi jarak
rendah, yang sesuai  Dorong ambulasi independen dalam
 Tempatkan saklar posisi tempat tidur di batas aman
tempat yang mudah di jangkau  Dorong pasien untuk “bangkit sebanyak
 Dorong untuk duduk di tempat tidur, di dan sesering yang di inginkan” (up ad
samping tempat tidur (“menjuntai”), lib), jika sesuai
atau di kursi, sebagaiman yang dapat di  Terapkan / sediakan alat bantu (tongkat,
toleransi [pasien] walker, atau kursi roda) untuk ambulasi,
 Bantu pasien untuk duduk di sisi jika pasien tidak stabil
tempat tidur untik memfasilitasi  Bantu pasien dengan ambulasi dengan
penyesuaian, sesuai kebutuhan awal dan jika di perlukan
 Konsultasikan pada ahli terapi fisik  Instruksikan pasien/caregiver mengenai
mengenai rencana ambulasi, sesuai pemindahan dan teknik ambulasi yang
kebutuhan aman
 Instruksikan ketersediaan perangkat  Monitor penggunaan kruk pasien atau
pendukung, jika sesuai alat bantu berjalan lainnya
 Instruksikan untuk memposisikan diri
sepanjang proses pemindahan
 Gunakan sabuk [untuk] berjalan (gait
belt) untuk membantu perpindahan dan
ambuasi, sesuai kebutuhan
 Bantu pasien untuk perpindahan, sesuai
kebutuhan
 Berikan kartu penanda di kepala
tempat tidur untuk memfasilitasi
belajar berpindah
BAB III
TINJAUAN KASUS

A. PENGKAJIAN ASUHAN KEPERAWATAN INDIVIDU

Tanggal Pengkajian : 12 Februari 2018


Ruang/Wisma/Bangsal : Wisma Dahlia
A. Identitas klien

1. Nama Klien : Mbah. S

2. Umur : 67 Tahun

3. Status perkawinan : Duda

4. Agama/Suku Bangsa : Islam

5. Bahasa yang digunakan : Jawa dan Indonesia

6. Pendidikan : SMA.

7. Pekerjaan : tidak bekerja

8. Alamat : Jl. Parangtritis

B. Penanggung Jawab

1. Nama : Suharti

2. Alamat : Jl. Parangtritis

3. Hubungan dengan klien : Adik

C. Alasan Masuk Rumah Sakit/Panti/Dikunjungi :


Pasien mengatakan alasan datang kepanti yaitu kemauan sendiri, karena tidak ada yang
mengurus. Pasien mengatakan ia memiliki 3 istri tetapi, istri pertama meninggal dan dengan
istri yang lainnya sudah cerai.
D. Diagnosa Medik : Hipertensi
E. Terapi : pasien catrofil 10 mg melalui oral dan diminum ketika merasa sakit kepala dan
tegang pada tengkuk ata saat tekanan darahnya tinggi.

F. Genogram: (terlampir)
G. Pengkajian lansia sebagai individu

1. Pola Persepsi kesehatan dan Pemeliharaan kesehatan


Subyektif:
Pasien mengatakan kesehatan dirinya saat ini baik, pasien mengatakan mampu
mengatasi hal-hal yang mempengaruhi kesehatannya yaitu dengan olahraga ringan secara
rutin di panti, minum air putih dan mengurangi garam. Pasien berkunjung ke dokter setiap
hari rabu dan hari minggu untuk mengecek gula darah. Pasien mengatakan senang dengan
makanan bersantan. Pasien juga mempunyai sumber yang cukup untuk memelihara
kesehatannya yaitu dari pemerintah melalui panti tempat ia tinggal.
Obyektif:
Rambut pasien terlihat bersih dan rapi, kulit pasien mulai keriput, tidak menggunakan gigi
paslu, gigi pasien berlubang dan terdapat karang gigi.

2. Pola Nutrisi – metabolik


Subyektif:
Pasien mengatakan dulu sebelum di panti sering makan gorengan dan semenjak di panti ia
hanya makan makanan yang disediakan oleh panti,dan pasien juga tidak makan makanan
seperti kecap, makanan yang asin ( telur asin, ikan asin) serta minuman yang bersoda.
tetapi pasien mengatakan jika ia menunggu tanggal 31 setiap bulannya untuk mendapatkan
makanan opor ayam yang berisi santan yang ia sukai, dan pasien juga mengatakan makan
makanan yang bersantan 3-4 kali dalam satu minggu. pasien tidak mengkonsumsi
suplemen atau vitamin untuk meningkatkkan nafsu makan. Petugas panti mengatakan
sering masak maskan bersantan. Nafsu makan pasien baik, dan meningkat jika makanan-
makanan yang bersantan. Tidak mengalami nyeri saat menelan, tidak mengalami mual
ketika ingin makan. Tidak mengalami perubahan berat badan akhir – akhir ini. Pasien
mengatakan bahwa garam dapat meningkatkan tekanan darahnya, tetapi pasien
mengatakan tidak mengetahui makanan lain yang menyebabkan hipertens.
Obyektif:
Rambut dan kulit pasien tidak kering, konjungtiva ananemis, tidak terdapat kantong mata,
sklera putih, terdapat lubang pada gigi pasien, rongga mulut dan lidah bersih, perut tidak
kembung, pada saat mengunyah makanan pasien terlihat kuat.
IMT =BB =68 =22,9 (normal)
TB(2)1722

3. Pola Eliminasi
Subyektif:
Pasien mengatakan buang air besar setiap pagi, berwarna coklat kekuningan, tidak
mengalami nyeri saat buang air besar atau buang air kecil. dan pasien mengatakan buang
besar 1 kali sehari dan buang air kecil sebanyak 4 – 5 kali, dan berbau khas

Obyektif :
Pasien tidak terlihat memegang perutnya, tidak ada nyeri ketuk pada bagian ginjal. Vesika
urinaria tidak penuh.

4. Pola Aktivitas – Latihan


Subyektif:
Pasien mengatakan melakukan aktivitas olahraga senam setiap pagi dari jam 07.00-18.15,
pasien mengatakan tidak pernah olahraga berat saat di panti, pasien sering mengalami
pusing dan nyeri tengkuk pada saat beraktivitas. Pengelihatan pasien kabur dan pasien
menggunakan kaca mata agar dapat melihat dengan jelas. pasien tidak pernah mengeluh
nyeri dada, tidak sedang batuk (tidak ada slym). Tidak pernah mengeluh sesak pada saat
beraktivitas, terkadang lelah pada saat beraktivitas.Pasien mengatakan sering merasa nyeri
dibagian tengkuk meskipun tidak sedang melakukan aktvitas. Nyeri sering datang tiba tiba,
berkurang saat pasien istirahat. Lama nyeri sekitar 20-30 menit, nyeri yang dirasakan
seperti tegang, dan terasa berat,
Obyektif:
Activity daily living( makan, mandi, berpakaian, dan toileting) dilakukan secara mandiri,
lingkungan cukup aman bagi pasien untuk beraktivitas karena lantai tidak licin dan barang
yang ada di rumah tertata rapi. Kekuatan otot baik karena pasien tahan terhadap tahanan
yang diberikan pada tangan dan kaki. Postur tubuh sedikit bungkuk. Nadi: 82 X/menit,
Respirasi: 23 X/menit, pasien tidak menggunakan kursi roda, kruk atau alat bantu lain.

5. Pola Istirahat-Tidur
Subyektif :
Pasien mengatakan merasa segar setelah tidur pada malam hari. Pasien mengatakan tidur
malam mulai dari jam 20.00 dan bagun jam 03.00 pagi sedangkan tidur siang dari pukul
13.00 -14.00. danPasien mengatakan tidurnya lelap atau jarang terganggu.
Obyektif :
Pasien tidak terlihat lesu, capek dan tidak terdapat kantung mata

6. Pola Kognitif-Perseptual
Subyektif :
Pasien mengatakan tidak menggunakan alat bantu dengar. Pasien mengatakan
menggunakan kacamata hanya saat membaca. Pasien mengatakan masih mengingat
kejadian jangka waktu dekat atau yang sudah lama terjadi. Pasien mengatakan mampu
mengambil keputusan sendiri. Pasien mengatakan tetap konsentrasi. Pasien mengatakan
tidak pernah merasa gelisah dan tidak pernah marah serta tetap kooperatif karena pasien
merupakan koordinator diruangannya. Pasien mengatakan tidak ada riwayat stroke. Pasien
mengatakan sering merasa nyeri di tengkuk saat tekanan darahnya naik.
Obyektif :
Pasien mengkonsumsi captrofil 10mg. TD : 170/100 mmHg, pasien tidak tampak
binggung, pasien mampu melihat dan mendengar dengan baik.

7. Pola Persepsi Diri-Konsep Diri


Subyektif :
Pasien mengatakan tidak meraskan ketakutan atau kekhawatiran. Pasien mengatakan
merasakan senang dipanti karena kemauannya sendiri dan merasa lebih nyaman karena
banyak teman. Pasien mengatakan tidak pernah berkomentar negative tentang dirinya.
Pasien juga mengatakan tidak pernah menuntut sesuatu pada dirinya sendiri.
Obyektif :
TD : 170/100 mmHg, N : 80 x/menit R : 20 x/menit

8. Pola Peran- Hubungan


Subyektif :
Pasien mengatakan selalu aktif mengikuti kegiatan yang ada dipanti. Pasien mengatakan
hubungannya biasa saja sama teman di satu wisma atau sesama teman di panti. Pasien
mengatakan ada perubahan peran dalam hidupnya yang dulu sebagai kepala keluarga atau
seorang ayah sekarang sudah tidak lagi menjadi kepala keluarga dan yang dulu di
masyarakat berperan sebagai kepala dusun, sekarang sudah tidak menjadi kepala dusun
lagi.
Obyektif :
Pasien tampak berinteraksi dengan lingkungan sekitar, Pasien sebagai koordinator kamar,
sehingga pasien kenal akrab dengan teman - teman di wismanya.

9. Pola Seksual-Reproduksi
Subyektif :
Pasien mengatakan tidak ada keinginan untuk menikah lagi

10. Pola Koping-Toleransi Stress


Subyektif :
Pasien mengatakan tidak pernah merasa emosi. Pasien mengatakan tidak pernah
merasakan stress akhir-akhir ini. Pasien mengatakan upayanya dalam mengelola stress
yaitu diam dan tidak melawan serta dia berusaha mengatasi masalahnya sendiri.
Obyektif :
Pasien tidak tampak gelisah dan kooperatif.

11. Pola Nilai-Kepercayaan


Subyektif :
Pasien mengatakan beragama islam. Pasien mengatakan melaksanaakan ibadah sesuai
dengan aturan diagamanya yaitu 5 waktu. Pasien mengatakan bahwa agamanya tidak
mempengaruhi kesehatannya. Pasien mengatakan sellalu menjadi imam( pemimpin ketika
sholat) ketika sholat berjamaah di mushola panti.
Obyektif :
Didalam kamarnya terdapat alat-alat ibadah seperti peci dan sajadah, pasien juga sebaga
imam pada saat shalat berjamaah, pasien juga ajin mengikuti kegiatan keagamaan.

B. Diagnosa Keperawatan
1. Nyeri Akut
2. Defisiensi pengetahuan

No Data Fokus Etiologi Problem


1. Ds: Tn. S mengatakan sering merasa -agens cedera biologis Nyeri akut
Tegang pada tengkuk dan sakit kepala
P : Pasien mengatakan nyeri datang
tiba tiba, dan berkurang saat
istirahat
Q : Pasien mengatakan nyerinya
sepeti tegang dan terasa berat
R : Pasien mengatakan nyeri dibagian
tengkuk
S : skala nyeri pasien 6 (nyeri sedang)
T : Nyeri dirasakan selama 20-30
menit.
Do:
TD: 170/100 mmHg
N: 80 X/ Menit
RR: 20 X/ menit
Pasien Nampak memegang megang
tengkuk.
2. Ds: Pasien mengatakan suka makan -kurang sumber Defisiensi
makanan yang bersantan dan hal pengetahuan pengetahuan
yang paling ditunggu yaitu tanggal -kurang informasi
31 karena menu yang disediakan
opor ayam. Pasien hanya mengetahui
bahwa garam dan gorengan yang
menyebabkan hpertensi, tidak tahu
penyebab yang lain.
Do : pasien terlihat kurang memahami
tentang makananyang dapat
menimbulkan hepertensi, pasien
hanya menyebutkan garam dan
gorengan saja.
C. Rencana Tindakan Keperawatan

N
DIAGNOSA Rencana Tindakan dan Kriteria Hasil Intervensi
O
1 Neri Akut Kontrol Nyeri 1605 a. Manajemen nyeri 1400
setelah dilakukan tindakan keperawatan 1. lakukan kontrol nyeri komperhensip yang meliputi
selama 1x 2 jam status kontrol nyeri pasien di lokasi, karakteristik, onset/durasi, frekuensi, kualitas,
tingkatkan dari level 3 (kadang-kadang intensitas/beratnya nyeri dan fokus faktor pencetus.
menunjukan) ke level 4 (sering menunjukan) 2. berikan informasi mengenai nyeri seperti penyebab
dengan kriteria hasil: nyeri
1. pasien mampu menggunakan tindakan 3. ajarkan penggunaan teknik nonfarmakologi (manajemen
pencegahan nafas dalam)
2. pasien mampu menggunakan tindakan 4. kolaborasi dengan pasien, orang terdekat dan tim
pengurangan (nyeri) tanpa analgesik kesehatan lain untuk memilih dan
3. pasien mampu menggunakan mengimplementasikan tindakan penurunan nonfarmako
analgesik yang direkomendasikan sesuai kebutuhan
5. berikan individu penurun nyeri yang optimal dengan
peresepan analgesik

b. Relaksasi Otot Progresif


1. Pilih setting (lingkungan) yang tenang dan nyaman
2. Redupkan cahaya
3. Siapkan tindakan-tindakan pencegahan dalam
mengatasi interupsi
4. Dudukkan pasien dikursi malas, atau yang
(kursi)lain untuk menciptakan kenyamanan
5. Instruksikan pasien untuk memakai pakaian yang
nyaman dan tidak ketat
6. Instruksikan pada pasien untuk melakukan latihan
relaksasi rahang
7. Biarkan pasien tegang selama 5 sampai 10 detik
(dengan melibatkan) setiap 8 sampai 16 kelompok
otot utama
8. Regangkan otot kaki tidak lebih dari 5 detik untuk
menghindari kram
9. Instruksikan pasien untuk berfokus pada sensasi
yang terjadi dalam otot ketika (pasien) menjadi
tegang
10. Instruksikan pasien untuk berfokus pada sensasi
otot pada saat rileks
11. Tegangkan kelompok otot pasien lagi, jika
relaksasi tidak terjadi
12. Monitor indicator akan tidak adanya kondisi rileks,
misalnya pergerakan, pernafasan yang sulit, nafas
sulit, bicara dan batuk
13. Instruksikan pada pasien untuk bernafas dalam dan
pelan serta menghembuskan nafas dan
(melepaskan) ketegangan
14. Kembangkan pola rileksasi yang bersifat personal
yang membuat pasien untuk (tetap) focus dan
merasa nyaman
15. Akhiri sesi rileksasi secara berangsur
16. Berikan waktu bagi pasien untuk
menngekspresikan perasaan terkait dengan
intervensi
17. Dukung pasien untuk mempraktikan sesi secara
teratur bersama perawat

2 Defisiensi Pengetahuan a. Pengetahuan: Diet yang sehat yang a. Manajemen Nutrisi 1100
disarankan 1622 1. Tentukan apa yang menjadi preferensi makanan bagi
setelah dilakukan tindakan keperawatan pasien
selama 1x 2 jam status Pengetahuan: Diet 2. Ajarkan pasien terkait dengan kebutuhan diet untuk
yang sehat yang disarankan pasien di kondisi sakit (pembatasan natrium)
tingkatkan dari level 2 (Pengetahuan 3. Ajarka pasien terkait dengan kebutuhan makanan
terbatas) ke level 4 (Pengetahuan banyak) tertentu berdasarkan perkembangan atau usia
dengan kriteria hasil: ( misalnya peningkatan kalsium, protein, cairan, dn
1. Memakan makanan yang sesuai kalori; peningkatan asupan serat untuk mencegah
dengan diet yang ditentukan konstipasi pada orang dewasa yang lebih tua
2. Menghindari makanan dan minuman b. Pengajaran : Proses Penyakit
yang tidak diperbolehkan dalam diet  Kaji tingkat pengetahuan pasien terkait dengan
3. Mengikuti rekomendasi dalam tahap
proses penyakit yang spesifik
diet
 Kenali pengetahuan pasien mengenai kondisinya
b. Pengetahuan : Manajemen Hipertensi
setelah dilakukan tindakan keperawatan  Jelaskan tanda dan gejala yang umum dari penyakit,
selama 1x 2 jam status Pengetahuan: sesuai kebutuhan
Manajemen Hipertensi pasien di
tingkatkan dari level 3 (Pengetahuan  Identifikasi kemungkinan penyebab, sesuai
sedang) ke level 4 (Pengetahuan banyak) kebutuhan
dengan kriteria hasil:
1. mengetahui kisaran normal untuk  Diskusikan perubahan gaya hidup yang mungkin
tekanan darah sistolik
diperlukan untuk mencegah komplikasi di masa yang
2. mengetahui kisaran normal untuk
tekanan darah diastolic akan datang dan/atau mengontrol proses penyakit
3. mengetahui manfaat modifikasi gaya
hidup  Edukasi pasien mengenai tindakan untuk
4. mengetahui strategi mengelola stress mengkontrol/meminimalkan gejala, sesuai kebutuhan
5. mengetahui diet yang dianjurkan
1. Nyeri Akut

NOC :

Kontrol Nyeri (1605)

Definisi : Tindakan pribadi untuk mengontrol nyeri


SKALA TARGET OUTCOME : Dipertahankan pada …. Ditingkatkan ke :
Tidak pernah Jarang Kadang- Sering Secara
menunjukkan menunjukkan kadang menunjukka konsisten
menunjukka n menunjukkan
n
Skala Outcome Keseluruhan 1 2 3 4 5
Indikator :
160502 Mengenali kapan 1 2 3 4 5 NA
nyeri terjadi
160501 Menggambarkan 1 2 3 4 5 NA
faktor penyebab
160510 Menggunakan 1 2 3 4 5 NA
jurnal harian untuk
memonitor gejala
dari waktu ke
waktu
160503 Menggunakan 1 2 3 4 5 NA
tindakan
pencegahan
160504 Menggunakan 1 2 3 4 5 NA
tindakan
pengurangan
(nyeri) tanpa
analgesik
160505 Menggunakan 1 2 3 4 5 NA
analgesik yang
direkomendasikan
160513 Melaporkan 1 2 3 4 5 NA
perubahan terhadap
gejala nyeri pada
professional
kesehatan
160507 Melaporkan gejala 1 2 3 4 5 NA
yang tidak
terkontrol pada
professional
kesehatan
160508 Menggunakan 1 2 3 4 5 NA
sumber daya yang
tersedia
160509 Mengenali apa 1 2 3 4 5 NA
yang terkait dengan
gejala nyeri
160511 Melaporkan nyeri 1 2 3 4 5 NA
yang terkontrol
NIC 1 :

Manajemen Nyeri (1400)

Definisi : Pengurangan atau reduksi nyeri pada tingkat kenyamanan yang dapat di terima
oleh pasien.
Aktivitas – aktivitas :
 Lakukan pengkajian nyeri hiperhesif yang meliputi lokasi, karajteristik,
konsep atau durasi frekuensi, kualitas, intensitas beratnya nyeri atau faktor
pencetus.
 Observasi adanya petunjuk nonverbal mengenai ketidaknyamanan terutama pada
mereka yang tidak dapat berkomunikasi secara efektif.
 Pastikan perawatan analgesik bagi pasien di lakukan dengan pemantauan yang
ketat.
 Gunakan strategi komunikasi terapeotik untuk mengetahui pengalaman nyeri dan
sampaikan penerimaan pasien terhadap nyeri.
 Gali pengetahuan dan kepercayaan pasien mengenai nyeri.
 Pertimbangkan pengaruh budaya terhadap respon nyeri.
 Tentukan akibat dari pengalaman nyeri terhadap kualitas hidup pasien (misalnya
;tidur, nafsu makan, pengertian, perasaan, hubungan, perfoma kerja dan tanggung
jawab).
 Gali bersama pasien faktor – faktor yang dapat menurunbkan atau mkemperberat
nyeri.
 Evaluasi pengalaman nyeri di masa lalu yang meliputi riwayat nyeri kronik individu
atau keluarga atau nyeri yang menyebabkan disability atau ketidak mampuan atau
kecatatan dengan tepat.
 Evaluasi bersama pasien dan tim kesehatan lainyya mengenai efektivitas tindakan
pengontrolan nyeri yang pernah di gunakan sebelumnya.
 Bantu keluarga dalam mencari dan menyediakan dukungan.
 Gunakan metode penilaian yang sesui dengan tahapan perkembangan yang
memungkinkan untuk memonitor perubahan nyeri dan akan dapat membantu
mengidentifikasi faktor pencetus aktual dan hipotensial (misalnya ; catatan
perkembangan, catatan harian).
 Tentukan kebutuhan frekuensi untuk melakukan pengkajian ketidaknyamanan
pasien dan menginflemensikan rencana monitor.
 Berikan informasi mengenai nyeri, seperti penyebab nyeri, berapa lama nyeri
akan di rasakan, dan antisipasi dari ketidak nyamanan akibat prosedur.
 Kendalikan faktor lingkungan yang dapat mempengaruhi respon pasien terhadap
ketidak nyamanan (misalnya ; suhu rungan, pebncahayaan dan suara bising).
 Kurangi atau elemenasi faktor – faktor yang dapat mencetuskan atau
meningkatakan nyeri (misalnya ; ketakutan, kelelahan, keadaan monoton dan
kurang pengetahuan).
 Pertimbangkan keinginan pasien untuk berpartisipasi kemampuan berpartisipasi,
kecenderungan, dukungan dari orang terdekat terhadap metodr dan konta indikasi
ketika memilih strategi penurunan nyeri.
 Pilih dan implementasikan tindakan yang beragam (misalnya ; farmakologi,
nonfarmakologi, interpersonal) untuk memfasilitasi penurunan nyeri sesui cdengan
kebutuhan.
 Ajarkan prinsip – prinsip manajemen nyeri.
 Pertimbangan tipe dan sumber nyeri ketika memilih strategi penurun nyeri.
 Dorong pasien untuk memonitor nyeri dan menangani nyerinya dengan nyerinya.
 Ajarkan penggunmaan tehnik nonfarmakologi (seperti, bioeedbacek, TENS,
hypnosis relaksasi, bimbingan antisipatif, terapi musik, terapi bermain, terapi
aktivitas akupresur, aplikasi panas atau dingin atau pijatan, sebelum sesudah
jika memang memungkinkan, ketika melakukan aktifitas yang menimbulkan
nyeri ; sebelum nyeri terjadi atau meningkat ; dan bersamaan dengan
tindakan penurun rasa nyeri lainnya.
 Galih pengunaan metode farmakologi yang di pakai pasien saat ini untuk
menurunkan nyeri.
 Ajarkan metode farmakologi untuk menurunkan nyeri.
 Dorong pasien untuk menggunakan obat – obatan penurun nyeri yang adekuat.
 Kolaborasi dengan pasien, orang terdekat dan tim kesehatan lainnya untuk
memilih dan menginflemasikan tindakan penurun nyeri nonfarmakologi, sesui
kebutuhan.
 Berikan individu penurun nyeri yang optimal dengan peresepan analgesik.
 Implementasikan penggunaan pasien terkontrol analgesik (PCA) jika sesui.
 Gunakan tindakan pengontrol nyeri sebelum nyeri bertambah berat.
 Berikan obat sebelum beraktifitas untuk meningkatkan partisipasi, namun
melakukan evaluasi mengenai bahaya dari sedasi,
 Pastikan pemberian analgesik dan atau strategi nonfarmakologi sebelum di lakukan
prosedur yang menimbulkan nyeri.
 Priksa tingkat ketidaknyaman pasien, catat perubahan dalam catatan medis pasien,
informasikan petugas kesehatan lain yang merawat pasien.
 Evaluasi keefektifan dari tindakan pengontrolan nyeri yang di pakai selama
pengkajian nyeri di lakukan.
 Mulai dan modifikasi tindakan pengontrol nyeri berdasarkan respon pasien.
 Dukung istirahat atau tidur yang adekuat untuk membantu penurunan nyeri.
 Beritahu dokter jika tindakan tidajk berhasil atau jika keluhan pasien saat ini
berubah siknifikan dari poengalaman nyeri sebelumnya.
 Informasikan tim kesehatan lain atau keluarga mengenai strategi nonfarmakologi
yang sedang di gunakan untuk mendorong pendekatan prefentif terkait dengan
manajemen nyeri.
 Gunakan pendekatan multidisiplin untuk manajemen nyeri, jika sesui.
 Pertimbangkan untuki merujuk pasien, keluarga dan orang terdekat pada kelompok
pendukung dan sumber – sumber lainya, sesui kebutuhan.
 Berikan informasi yang akuarat untuk meningkatkanj pengetahuan dan respon
terhadap pengalaman nyeri.
 Libatklan keluarga dalam mobilitas penurun nyeri, jika memungkinkan.
 Monitor kepuasan pasien terhadap manajemen nyeri dalam interfal yang spesifik.
NIC 2 :

Relaksasi Otot Progresif (1460)

Definisi: Memfasilitasi peregangan dan pelepasan kelompok otot yang akan menghasilkan
perbedaan sensasi

Aktivitas-aktivitas :

 Pilih setting (lingkungan) yang tenang dan nyaman


 Redupkan cahaya
 Siapkan tindakan-tindakan pencegahan dalam mengatasi interupsi
 Dudukkan pasien dikursi malas, atau yang (kursi)lain untuk menciptakan
kenyamanan
 Instruksikan pasien untuk memakai pakaian yang nyaman dan tidak ketat
 Skrining adanya cedera ortopedik leher atau punggung dimana hiperekstensi dari tulang
punggung bagian atas akan menambahkan dasar tidaknyaman dan komplikasi
 Skrining terhadap peningkatan tekanan intracranial, kerapuhann kapiler, kecenderungan
perdarahan, kesulitan kardiak akut parah dengan hipertensi, attau kondisi lain dimana
teganggan otot mungkin menyebabkan adanya cedera fisiologi, dan modifikasi teknik
tersebut dengan tepat
 Instruksikan pada pasien untuk melakukan latihan relaksasi rahang
 Biarkan pasien tegang selama 5 sampai 10 detik (dengan melibatkan) setiap 8
sampai 16 kelompok otot utama
 Regangkan otot kaki tidak lebih dari 5 detik untuk menghindari kram
 Instruksikan pasien untuk berfokus pada sensasi yang terjadi dalam otot ketika
(pasien) menjadi tegang
 Instruksikan pasien untuk berfokus pada sensasi otot pada saat rileks
 Cek pasien secara periodic dalam rangka menjamin agar kelompok otot menjadi rileks
 Tegangkan kelompok otot pasien lagi, jika relaksasi tidak terjadi
 Monitor indicator akan tidak adanya kondisi rileks, misalnya pergerakan,
pernafasan yang sulit, nafas sulit, bicara dan batuk
 Instruksikan pada pasien untuk bernafas dalam dan pelan serta menghembuskan
nafas dan (melepaskan) ketegangan
 Kembangkan pola rileksasi yang bersifat personal yang membuat pasien untuk
(tetap) focus dan merasa nyaman
 Akhiri sesi rileksasi secara berangsur
 Berikan waktu bagi pasien untuk menngekspresikan perasaan terkait dengan
intervensi
 Dukung pasien untuk mempraktikan sesi secara teratur bersama perawat
2. Defisiensi pengetahuan

NOC 1

Pengetahuan: Diet yang sehat yang disarankan 1622


Definisi : Tingkat pribadi untuk mengikuti rekomendasi makanan dan intake cairan oleh seorang
profesional kesehatan untuk kondisi kesehatan tertentu

SKALA TARGET OUTCOME : Dipertahankan pada…….. Ditingkatkan ke………..

Tidak Jarang Kadan Sering Secara


pernah menunj g- menun konsist
menunj ukan kadang jukan en
ukan menun menun
jukan jukan

Skala outcome keseluruhan 1 2 3 4 5

Indicator :

162201 Berpartisipasi dalam menetapkan 1 2 3 4 5 NA


tujuan diet yang bisa dicapai dengan
profesional kesehatan

162202 Memilih makanan dan cairan yang 1 2 3 4 5 NA


sesuai dengan diet yang ditentukan

162203 Menggunakan informasi gizi pada 1 2 3 4 5 NA


label untuk menentukan pilihan

162204 Memilih porsi yang sesuai dengan 1 2 3 4 5 NA


diet yang ditentukan

162205 Memakan makanan yang sesuai 1 2 3 4 5 NA


dengan diet yang ditentukan

162206 Meminum minuman yang sesuai 1 2 3 4 5 NA


dengan diet yang ditentukan

162207 Menghindari makanan dan minuman 1 2 3 4 5 NA


yang tidak diperbolehkan dalam diet
162208 Mengikuti rekomendasi antara 1 2 3 4 5 NA
selingan makanan dan cairan

162209 Menyiapkan makanan dan cairan 1 2 3 4 5 NA


berikut pantangnya

162210 Mengikuti rekomendasi untuk 1 2 3 4 5 NA


jumlah makanan per hari

162211 Rencana makan sesuai dengan diet 1 2 3 4 5 NA


yang ditentukan

162212 Rencana strategi untuk situasi yang 1 2 3 4 5 NA


mempengaruhi asupan makanan dan
cairan

162213 Merubah diet dalam batasan tertentu 1 2 3 4 5 NA


ketika perubahan aktivitas terjadi

162214 Mengikuti rekomendasi dalam 1 2 3 4 5 NA


tahap diet

162215 Menggunakan buku harian untuk 1 2 3 4 5 NA


memantau intake makanan dan
cairan dari waktu ke waktu

162216 Menyelaraskan diet dengan 1 2 3 4 5 NA


keyakinan budaya

162217 Memilih makan yang sesuai dengan 1 2 3 4 5 NA


keyakinan budaya

162218 Menghindari makanan dan cairan 1 2 3 4 5 NA


yang berinteraksi dengan obat

162219 Menghindari makanan dan cairan 1 2 3 4 5 NA


yang berinteraksi dengan obat herbal

162220 Meghindari makanan dan cairan 1 2 3 4 5 NA


yang memicu reaksi alergi
NOC :2

Pengetahuan : Manajemen Hipertensi (1837)

Definisi :Tingkat pemahaman yang disampaikan tentang tekanan darah tinggi, pengobatan dan
pencegahan komplikasinya.
SKALA TARGET OUTCOME : Dipertahankan pada …. Ditingkatkan ke :
Tidak ada Pengetahuan Pengetahuan Pengetahuan Pengetahuan
pengetahuan terbatas sedang banyak sangat banyak
Skala Outcome Keseluruhan 1 2 3 4 5
Indikator :
183701 Kisaran normal 1 2 3 4 5 NA
untuk tekanan
darah sistolik
183702 Kisaran normal 1 2 3 4 5 NA
untuk tekanan
darah diastolic
183703 Target tekanan 1 2 3 4 5 NA
darah
183704 Metode untuk 1 2 3 4 5 NA
mengukur tekanan
darah
183705 Komplikasi 1 2 3 4 5 NA
potensial hipertensi
183706 Pilihan pengobatan 1 2 3 4 5 NA
yang tersedia
183707 Manfaat 1 2 3 4 5 NA
pengobatan jangka
panjang
183708 Tanda dan gejala 1 2 3 4 5 NA
eksaserbasi
hipertensi
183709 Pengguanaan yang 1 2 3 4 5 NA
benar dari obat
yang diresepkan
183701 Efek terapeutik 1 2 3 4 5 NA
0 obat
183701 Efek samping obat 1 2 3 4 5 NA
1
183701 Efek lanjut obat 1 2 3 4 5 NA
2
183701 Pentingnya 1 2 3 4 5 NA
3 mematuhi
pengobatan
183701 Pentingnya 1 2 3 4 5 NA
4 menginformasikan
professional
pengobatan semua
obat saat ini
183701 Pentingnya 1 2 3 4 5 NA
5 menepati janji
tindak lanjut
183701 Manfaat 1 2 3 4 5 NA
6 pemantauan sendiri
secara terus-
menerus
183701 Jadwal yang 1 2 3 4 5 NA
7 direkomendasikan
untuk pemantauan
tekanan darah
183701 Berat badan 1 2 3 4 5 NA
8
183701 Manfaat 1 2 3 4 5 NA
9 modifikasi gaya
hidup
183702 Strategi 1 2 3 4 5 NA
0 mengelola stress
183702 Diet yang 1 2 3 4 5 NA
1 dianjurkan
183702 Strategi untuk 1 2 3 4 5 NA
2 mengubah
kebiasaan diet
183702 Strategi untuk 1 2 3 4 5 NA
3 membatasi intake
sodium
183702 Strategi untuk 1 2 3 4 5 NA
4 meningkatkan
kepatuhan diet
183702 Efek kesehatan 1 2 3 4 5 NA
5 yang merugikan
akibat penggunaan
alcohol
183702 Pentingnya pantang 1 2 3 4 5 NA
6 tembakau
183702 Manfaat olehraga 1 2 3 4 5 NA
7 teratur
183702 Sumber informasi 1 2 3 4 5 NA
8 hipertensi
terpercaya
183702 Kelompok 1 2 3 4 5 NA
9 dukungan yang
tersedia
183703 Tahu kapan untuk 1 2 3 4 5 NA
0 mendapatkan
bantuan dari
seorang
professional
kesehatan
183703 Manfaat 1 2 3 4 5 NA
1 manajeman
penyakit
NIC 1

Manajemen Nutrisi 1100


Definisi : menyediakan dan meningkatkan intake nutrisi yang seimbang
Aktifitas- aktivitas :
 Tentukan status gizi pasien dan kemampuan (pasien) untuk memenuhi kebutuhan gizi
 Identifikasi (adanya) alergi intoleransi makanan yang dimiliki pasien
 Tentukan apa yang menjadi preferensi makanan bagi pasien
 Instruksikan pasien mengenai kebutuhan nutrisi (yaitu : membahas pedoman diet dan
piramida makanan)
 Bantu pasien dalam menentukan pedoman atau piramida makanan yang paling cocok
dalam memenuhi kebutuhan nutrisi dan preferensi (misalnya, piramida makanan
vegetarian, piramida panduan makanan, dan piramida makanan untuk lanjut usia lebih
dari 70 tahun)
 Tentukan jumlah kalori dan jenis nutrisi yang dibutuhkan untuk memenuhi persyaratan
gizi
 Berikan pilihan makanan sambil menawarkan bimbingan terhadap pilihan (makanan)
yang lebih sehat, jika diperlukan
 Atur diet yang diperlukan (yaitu : menyediakan makanan protein tinggi ; menyarankan
menggunakan bumbu dan rempah-rempah sebagai alternative untuk garam, menyediakan
pengganti gula, menambah atau mengurangi kalori, menambah atau mengurangi vitamin,
mineral, atau suplemen)
 Ciptakan lingkungan yang optimal pada saat mengkonsumsi makanan (misalnya, bersih,
berventilasi, santai, dan bebas dari bau yang menyengat)
 Lakukan atau bantu pasien terkait dengan perawatan mulut sebelum makan
 Pastikan pasien menggunakan gigi palsu yang pas, dengan cara yang tepat
 Beri obat-obatan sebelum makan (misalnya, penghilang rasa sakit, antiemetik), jika
diperlukan
 Anjurkan pasien untuk duduk pada posisi tegak dikursi, jika memungkinkan
 Pastikan makanan disajikan dengan cara menarik dan pada suhu yang paling cocok untuk
konsumsi secara optimal
 Anjurkan keluarga untuk membawa makanan favorite pasien sementara (pasien) berada
dirumah sakit atau fasilitas perawatan, yang sesuai
 Bantu pasien membuka kemasan makanan, memotong makanan, dan makan, jika
diperlukan
 Anjurkan pasien mengenai modifikasi diet yang diperlukan (misalnya, NPO, cairan
bening, cairan penuh, lembut, atau diet sesuai toleransi)
 Anjurkan pasien terkait dengan kebutuhan diet untuk kondisi sakit (yaitu : untuk pasien
dengan penyakit ginjal, pembatasan natrium, kalium, protein dan cairan)
 Anjurkan pasien terkait dengan kebutuhan makanan tertentu berdasarkan perkembangan
atau usia (misalnya, peningkatan kalsium, protein, cairan dan kalori untuk wanita
menyusui ; peningkatan asupan serat untuk mencegah konstipasi pada orang dewasa yang
lebih tua)
 Tawarkan makanan ringan yang padat gizi
 Pastikan diet mencakup makanan tinggi kandungan serat untuk mencegah konstipasi
 Monitor kalori dan asupan makanan
 Monitor kecenderungan terjadinya penurunan dan kenaikan berat badan
 Anjurkan pasien untuk memantau kalori dan intake makanan (misalnya ; buku harian
makanan)
 Dorong untuk (melakukan ) bagaimana cara menyiapkan makanan (dengan) aman dan
teknik-teknik pengawetan makanan
 Bantu pasien untuk mengakses program-program gizi komunitas (misalnya, perempuan,
bayi, dan anak, kupon makanan, dan makanan yang diantar ke rumah)
 Berikan arahan, bila diperlukan
NIC 2

Pengajaran : Proses Penyakit 5602


Definisi : membantu pasien untuk memahami informasi yang berhubungan dengan proses penyakit
secara spesifik
Aktivitas-aktivitas :

Kaji tingkat pengetahuan pasien terkait dengan proses penyakit yang spesifik
 Jelaskan patofisiologi penyakit dan bagaimana hubungannya dengan anatomi dan fisiologi,
sesuai kebutuhan
 Review pengetahuan pasien mengenai kondisinya
 Kenali pengetahuan pasien mengenai kondisinya
 Jelaskan tanda dan gejala yang umum dari penyakit, sesuai kebutuhan
 Eksplorasi bersama pasien apakah dia telah melakukan manajemen gejala
 Jelaskan mengenai proses penyakit, sesuai kebutuhan
 Identifikasi kemungkinan penyebab, sesuai kebutuhan
 Berikan informasi pada pasien mengenai kondisinya, sesuai kebutuhan
 Identifikasi perubahan kondisi fisik pasien
 Hindari memberikann harapan yang kosong
 Beri ketenangnan terkait kondisi pasien, sesuai kebutuhan
 Beri informasi kepada keluarga/orang yang penting bagi pasien mengenai pemeriksaan
diagnostic yang tersedian, sesuai kebutuhan
 Diskusikan perubahan gaya hidup yang mungkin diperlukan untuk mencegah
komplikasi di masa yang akan datang dan/atau mengontrol proses penyakit
 Diskusikan pilihan terapi/penanganan
 Jelaskan alasan dibalik manajemen/terapi/penanganan yang direkomendasikan
 Dorong pasien untuk menggali pilihan-pilihan/ mendapatkan pendapat kedua, sesuai
kebutuhan atau sesuai yang diindikasikan
 Jelaskan komplikasi kronik yang mungkin ada, sesuai kebutuhan
 Instruksikan pasien mengenai tindakan untuk mencegah/meminimalkan efek samping
penanganan dari penyakit, sesuai kebutuhan
 Edukasi pasien mengenai tindakan untuk mengkontrol/meminimalkan gejala, sesuai
kebutuhan
 Eksplorasi sumber-sumber dukungan yang ada, sesuai kebutuhan
 Rujuk pasien kepada kelompok pendukung/agen komunitas local, sesuai kebutuhan
 Edukasi pasien mengenai tanda dan gejala yang harus dilaporkan kepada petugas kesehatan,
sesuai kebutuhan
 Berikan normor telepon yang dapat dihubungi jika terjadi komplikasi
 Perkuat informasi yang diberikan dengan anggota tim kesehatan lain, sesuai kebutuhan
Catatan Perkembangan

Diagnosa TGL/ JAM Implementasi Evaluasi paraf


Nyeri akut 14/02/2018 a. Manajemen nyeri 1400 Tanggal 14 februari
(10.00 WIB)
1. Memberikan informasi mengenai nyeri seperti penyebab 2018 pukul 11.20 WIB
nyeri
DS: pasien mengatakan sudah mengerti penyebab dari S: Pasien mengatakan
nyeri nyeri tengkungkuk
DO : Pasien dapat menyebutkan beberapa makanan yang yang dirasakan
dapat meningkatkan tekanan darah sehingga dapat terasa berkurang
menyebabkan nyeri tengkuk setelah diberikan
2. Mengajarkan penggunaan teknik nonfarmakologi terapi relaksasi dan
(manajemen nafas dalam) nafas dalam
DS: Pasien mengatakan sudah pernah diajarkan teknik
nafas dalam tapi sudah lupa O:- tekanan darah
DO: pasien melakukan teknik nafas dalam seperti yang sebelum ROP
diajarkan mahasiswa yaitu menarik nafas lewat 160/90 mmHg
hidung, ditahan selama 3 detik kemudian di -Tekanan darah
hembuskan melalui mulut setelah di lakukan
3. Memberikan individu penurun nyeri yang optimal ROP 150/80mmHg
dengan peresepan analgesik -Nadi: 73X /menit
DS: Pasien mengatakan sudah minum obat( caterofil 10 -RR :16 X/ menit
mg pukul 8 pagi) -pasien mampu
DO: - menggunakan
tindakan
b. Relaksasi Otot Progresif pengurangan (nyeri)
1. Memiilih setting (lingkungan) yang tenang dan nyaman tanpa analgesic
DS: lansia mengatakan relaksasi dilakukan di ruang tamu ( terapi nafas dalam
supaya lebih luas dan ROP)
DO: meminggirkan meja, mengatur kursi membantu
lansia duduk di ruang tamu A: Tujuan tercapai
2. Menyiapkan tindakan-tindakan pencegahan dalam status kontrol nyeri
mengatasi interupsi pasien berada di
DS: Mahasiswa mengatakan jika ada yang merasa level 4 ( sering
kelelahan bisa mengangkat tangan menunjukkan)
DO: Pasien Terlihat memahami yang di katakana oleh P: Hentikan Intervensi
mahasiswa
3. Mendudukkan pasien dikursi malas, atau yang (kursi)lain
untuk menciptakan kenyamanan
DS: pasien mengatakan sudah nyaman duduk dikursi
DO: pasien duduk di kursi, pasien terlihat nyaman dan
santai

4. Menginstruksikan pasien untuk memakai pakaian yang


nyaman dan tidak ketat
DS: pasien mengatakan sudah nyaman dengan pakaian
yang digunakan dan tidak ingin berganti pakaian
DO: pasien terlihat santai, pakaian tidak sempit
5. Menginstruksikan pada pasien untuk melakukan latihan
relaksasi rahang
DS: pasien mengatakan lega, dan tidak capek
DO: pasien mengikuti instruksi yang diberikan, pasien
melakukan relaksasi rahang
6. Meregangkan otot kaki tidak lebih dari 5 detik untuk
menghindari kram
DS: pasien mengatakan kaki nya terasa santai
DO: pasien melakukan peregangan otot kaki seperti yang
dicontohkan
7. Menginstruksikan pasien untuk berfokus pada sensasi
yang terjadi dalam otot ketika (pasien) menjadi tegang
DS: Mahasiswa mengatakan pada pasien untuk
merasakan regangan otot yng sudah diberikan terapi
DO: pasien terlihat fokus melihat Mahasiswa yang
member instruksi
8. Menginstruksikan pasien untuk berfokus pada sensasi
otot pada saat rileks
DS: pasien mengatakan otot-otot yang digerakkan
terasa lebih santai
DO: Pasien terlihat melakukan semua gerakan yang
diajarkan
9. Memonitor indicator akan tidak adanya kondisi rileks,
apergerakan, pernafasan yang sulit, nafas sulit, bicara
dan batuk
DS: Pasien mengatakan tidak sesak dan tidak batuk
DO: pasien tidak sesak RR= 16 x/menit
10. Menginstruksikan pada pasien untuk bernafas dalam
dan pelan serta menghembuskan nafas dan
(melepaskan) ketegangan

DS: pasien mengatakan lega setelah melakukan nafas


dalam
DO: pasien melakukan nafas dalam
11. Mengembangkan pola rileksasi yang bersifat personal
yang membuat pasien untuk (tetap) focus dan merasa
nyaman Akhiri sesi rileksasi secara berangsur
DS: Pasien mengatakan pasien merasa rileks dan lebih
legah karena bisa melakukan nafas dalam
DO: pasien terlihat santai dan tidak ada sesak nafas
12. Memberikan waktu bagi pasien untuk
menngekspresikan perasaan terkait dengan intervensi

DS: pasien mengatakan senang melakukan kegiatan


relaksasi otot progresif karena di panti tersebut
jarang dilakukan
DO: pasien mengikuti terapi dengan antusia dan aktif
13. Mendukung pasien untuk mempraktikan sesi terakhir
secara teratur bersama perawat
DS: -
DO: pasien melakukan nafas biasa seperti yang di
instruksikan

Defisiensi 14/02/201 a. Manajemen Nutrisi 1100 14 Februari 2018 pukul


pengetahuan 8 1. Menentukan apa yang menjadi preferensi makanan 11.25 WIB
(10.30
bagi pasien
WIB)
DS:- S: Pasien Mengatakan
DO: Mahasiswa Menyiapkan Poster yang berisi setelah di berikan
makanan yang disaran dan dihindari bagi pasien penjelasan seputaran
Hipertensi tekanan darah tinggi
2. Mengajarkan pasien terkait dengan kebutuhan diet O: -pasien mampu
untuk kondisi sakit (pembatasan natrium) menjawab kisaran
DS: Pasien mengatakan paham tentang makanan yang normal untuk
perlu dihidari dan diperbanyak untuk dimakan tekanan darah saat
DO: pasien mampu menyebutkan makanan yang perlu ditanya
dikurangi supaya tidak meningkatkan tekanan -Pasien mampu
darah tinggi menjawab makan
3. Mengajarka pasien terkait dengan kebutuhan makanan apa saja yang boleh
tertentu berdasarkan perkembangan atau usia dimakan dan yang
(peningkatan kalsium, protein, peningkatan asupan harus kurangi atau
serat) untuk mencegah konstipasi pada orang dewasa hindari
yang lebih tua A : Tujuan Tercapai
Status Pengetahuan:
DS:pasien mengatakan akan memperbanyak makan manajemen
sayur dan mengurangi makanan yang bersantan hipertensi dan diet
DO: pasien terlihat paham dengan yang disampaikan yang disarankan
oleh mahasiswa berada pada level 4 (
penegetahuan
banyak)
b. Pengajaran : Proses Penyakit
1. Mengkaji tingkat pengetahuan pasien terkait dengan P: Hentikan intervensi
proses penyakit yang spesifik

DS: pasien mengatakan mengetahui tentang


penyakitnya yang di alami yaitu tekanan darah
tinggi
DO: Pasien tidak mengetahui tekanan darah normal
bagi lansia
2. Mengenali pengetahuan pasien mengenai kondisinya
DS: Pasien Mengatakan mengetahui kalau beliau
memiliki tekanan darah tinggi tapi beliu
mengatakan baik-baik saja
DO: pasien Mengetahui beberapa macam makanan
yang dapat menyebabkan tekanan darah tinggi
3. Menjelaskan tanda dan gejala yang umum dari
penyakit, sesuai kebutuhan
DS:-
DO: pasien mampu menyebutkan beberapa tanda dan
gejala hipertensi seperti yang di jelaskan oleh
mahasiswa ( nyeri tengkuk, pusing, lemas)
4. Mengidentifikasi kemungkinan penyebab, sesuai
kebutuhan
DS: Pasien mengatakan sering makan makanan yang
bersantan dan biasa makan makanan bersantan 3-
4 kali seminggu
DO:-
SATUAN ACARA PENYULUHAN

Topik / pokok bahasan : Peran Perawat sebagai edukator

Sub topik/sub pokok bahasan : Edukasi Manajemen Hipertensi

Hari : jumat

Tanggal : 16 Februari 2018

Waktu : 40 menit

Pertemuan ke : Pertama

Sasaran : Keluarga Tn.W

Tempat : di rumah keluarga

I. TUJUAN INSTRUKSIONAL UMUM


Setelah mengikuti penyuluhan lansia yang ada di Wisma Dahlia mampu memahami
mengenai manajemen hipertensi.

II. TUJUAN INSTRUKSIONAL KHUSUS


Setelah mengikuti penyuluhan lansia dapat :
1. Menjelaskan pengertian hipertensi
2. Menjelaskan penyebab hipertensi
3. Menjelaskan tanda dan gejala hipertensi
4. Menjelaskan factor resiko hipertensi
5. Menjelaskan penatalaksanaan hipertensi
6. Menjelaskan makanan yang harus dihindari
7. Menjelaskan makanan yg dianjurkan
8. Menjelaskan cara mengatur diet
III. POKOK-POKOK MATERI
1. Pengertian hipertensi
2. Penyebab hipertensi
3. Tanda dan gejala hipertensi
4. Factor resiko hipertensi
5. Penatalaksanaan hipertensi
6. Makanan yang harus dihindari
7. Makanan yg dianjurkan
8. Cara mengatur diet

IV. METODE
1. Ceramah
2. Diskusi interaktif

V. MEDIA
1. Lembar balik
VI. KEGIATAN PENYULUHAN

NO KEGIATAN WAKTU
PENYULUH LANSIA
1. Pendahuluan 5 Menit
Memberikan salam Menjawab salam
Berdoa Berdoa bersama
Perkenalan Berkenalan
Menjelaskan maksud dan Memperhatikan
tujuan
Kontrak waktu Memperhatikan
Apersepsi Memperhatikan/ berperan serta
2. Materi inti 20 Menit
Menjelaskan Memperhatikan
Diskusi interaktif Menanyakan hal-hal yang
belum dipahami
Menyusun Berperan serta/aktif
kesimpulan/membuat
rangkuman
3. Evaluasi 15 Menit
Mengajukan pertanyaan secara Menjawab secara lisan
lisan
Jumlah 40 Menit

VII. SUMBER BAHAN


Miller, C. A. (2012). Nursing for Wellness in Older Adults. Philadelphia: Lippincott
Williams and Wilkins.
VIII. EVALUASI
Teknik evaluasi : Lisan
Instrumen evaluasi : soal-soal yang digunakan untuk evaluasi
1. Jelaskan rentang tekanan darah normal untuk lansia
2. Sebutkan tanda dan gejala hipertensi
3. Sebutkan makanan yang harus dihindari oleh penderita hipertensi
4. Sebutkan makanan yang dianjurkan untuk penderita hipertensi
5. Sebutkan cara untuk menjaga agar tensi tetap normal

KUNCI JAWABAN

1. Tekanan darah normal pada Lansia usia sistol 140-150 dan diastole 80-85
2. Tanda dan gejala hipertensi:
a. Mengeluh sakit kepala, pusing
b. Terasa berat ditengkuk
c.  Lemas, kelelahan
d.  Sesak nafas
e.  Gelisah
f.  Mual dan muntah
3. Makanan yang harus dihindari oleh penderita hipertensi : jeroan, rupuk, kripik, dan
makanan kering,asin,sarden, sosis, kornet, sayuran dan buah-buahan dalam
kaleng,makanan yang diawetkan : dendeng, abon, ikan asin, ikan pindang, telur asin,
manisan buah mentega dan keju,bumbu –bumbu : kecap asin, terasi, petis, garam,
saus tomat, saus sambel, tauco dan bumbu penyedap, makanan yang mengandung
alcohol : durian, tape
4. Makanan yang dianjurkan untuk penderita hipertensi
a. Makanan yang segar : protein nabati dan hewani, sayuran dan buah-buahan yang
banyak mengandung serat
b. Makanan yang diolah tanpa atau sedikit menggunakan garam natrium, vetsin,
kaldu bubuk
c. Sumber protein hewani : penggunaan daging/ayam/ikan paling banyak 100 gram/
hari. Telur ayam/bebek 1 butir/hari
d. Susu segar 200 ml/hari
5. Cara untuk menjaga agar tensi tetap normal
a. Mengatur menu makanan
1. Diet rendah garam
· Untuk tekanan darah tinggi berat diajurkan untuk tidak
menambahkan garam kedalam makanan
· Untuk tekanan darah tinggi sedang (diastole 100-114 mmHg) dianjurkan hanya
menambahka 1/4 sendok teh garam kedalam makanan
· Untuk tekanan darah tinggi ringan (diastole <100 mmHg) dianjurkan hanya
menambahkan 1/2 sendok teh garam kedalam makanan
2. Diet rendah lemak
Bagi lansia komposisi energy sebaiknya 20-25% berasal dari protein, 20% dari
lemak, dan sisanya dari krbohidrat. Kalori yang dibutuhkan untuk lansia laki-
laki sebanyak 1960 kal, sedang kan untuk lansia wanita 1700 kal.
b. Menghentikan kebiasaan merokok/ mengkonsumsi alcohol
c. Rutin mengecek berat badan
d. Lakukan olahraga secara rutin seperti senam, lansia setiap pagi dan aktivitas
ringan.
e. Cukup istirahat dan menghindari stress
f. Konsumsi makanan yang menurunkan tekanan darah: mentimun, belimbing wuluh,
danbawang putih

IX. HASIL EVALUASI


1. Pengertian hipertensi mampu dijawab oleh lansia dengan tingkat kebenaran 85%
2. Tanda dan gejala hipertensi mampu dijawab oleh lansia dengan tingkat kebenaran
80%
3. Makanan yang harus dihindari oleh penderita hipertensi mampu dijawab oleh lansia
dengan tingkat kebenaran 80%
4. Makanan yang dianjurkan untuk penderita hipertensi mampu dijawab oleh lansia
dengan tingkat kebenaran 80%
5. Cara untuk menjaga agar tensi tetap normal mampu di jawab oleh lansia dengan
tingkat kebenaran 80%
BAB IV

PEMBAHASAN

1. Hipertensi pada Lansia


Pada lansia kerap mengalami hipertensi karena pada lansia terjadi penurunan struktur
dan fungsi kardiovaskuler. Kejadian yang paling sering yaitu arterosklerosis sehingga
menyebabkan penyempitan dan kekakuan pada pembuluh darah. selain itu baroreflek
juga mengalami penurunan respon terhadap stimulasi adrenergik sehingga respon
kompensasi terhadap perubahan tekanan darah menjadi terganggu. Selain itu, juga ada
faktor resiko yang menyebabkan hipertensi pada lansia yaitu stress, obesitas, diabetes,
tidak beraktifitas fisik, merokok, kurang asupan buah dan sayur dan konsumsi alkohol
berlebihan. Salah satu cara sederhana untuk mengontrol hipertensi yaitu dengan
menjaga pola hidup dengan cara menghindari makanan yang bisa meningkatkan
tekanan darah seperti makanan banyak mengandung natrium, bersantan dan yang
lainnya. Dari hasil pengkajian yang di lakukan kepada Mbah S didapatkan mbah S
sangat senang dengan opor ayam dan selalu menunggu tanggal 31 agar mendapatkan
opor, karena untuk opor ayam terjadwal setiap tanggal 31.Hal ini sesuai dengan teori
yang ada dimana salah satu faktor resiko kejadian hipertensi yaitu makanan bersantan.
ii. Relaksasi Otot Progresif
Relaksasi otot progresif sangat efektif untuk relaksasi, menurunkan nyeri, mengurangi
cemas dan stress, meningkatkan kenyamanan dan meningkatkan tidur. Selain itu,
relaksasi otot juga untuk menurunkan tekanan darah. Sebelum diberikan terapi relaksasi
otot progresif yang dikombinasikan dengan nafas dalam, tekanan darah Mbah S
160/100 mmHg, setelah diberikan terapi relaksasi otot progresif tekanan darahnya
menjadi 150/90 mmHg jadi terbukti relaksasi otot progresif, sangat efektif untuk
menurunkan tekanan darah, hal ini sesuai dengan teori yang menyatakan bahwa
relaksasi otot progresif juga dapat menurunkan tekanan darah.
BAB V
PENUTUP

A. Kesimpulan
Pada lansia terjadi penurunan struktur dan fungsi organ khususnya kardiovaskuler.
Banyak faktor resiko yang menyebabkan terjadinya hipertensi pada lansia seperti,
merokok, kurang aktifitas fisik, makanan tinggi natrium, makanan bersantan dan
lainnya. Cara sederhana untuk menurunkan tekanan darah pada lansia yaitu dengan
memperhatikan makan makanan yang akan di konsumsi yaitu dengan menghindari
makanan yang menjadi faktor resiko terjadinya hipertensi pada lansia. Selain itu juga
bisa dilakukan relaksasi otot progresif untuk menurunkan tekanan darah karena
dengan melakukan relaksasi otot progresif membuat pasien menjadi lebih tenang dan
relaks.
B. Saran
Perawat dan tenaga kesehatan lebih memperhatikan kesehatan kardiovaskuler lansia
khususnya masalah hipertensi, dan memperhatikan nutrisi lansia agar makanan yang
di konsumsi oleh lansia tidak menyebabkan terjadinya tekanan darah tinggi. Perawat
juga bisa memberikan terapi tradisional dan tindakan keperawatan terlebih dahulu
tanpa memberikan obat untuk lansia yang mengalami hipertensi agar mengurangi
gangguan ginjal dan hati yang terjadi pada lansia. Salah satu tindakan keperawatan
yang bisa dilakukan untuk menurunkan tekanan darah yaitu relaksasi otot progresif,
yang bisa dikombinasikan dengan nafas dalam dan musik klasik.
Genogram

Keterangan:

Pasien merupakan anak pertama dari 3 bersaudara, pasien menikah dengan istri pertama dan memiliki 1 orang anak perempuan, lalu istri pertama
meninggal karena kecelakaan, lalu pasien menikah lagi dengan istri ke 2 dan memiliki 2 orang anak kemudian bercerai karena konflik dalam rumah
tangga, lalu pasien menikah lagi dengan istri ke 3 kemudian bercerai dan tidak memiliki anak. Riwayat penyakit orang tua pasien ayah menderita
Hipertensi dan Ibu pasien menderita DM.
SOP

RelaksasiOtotProgresif

Definisi Relaksasi Otot Progresif

Relaksasi otot progresif merupakan salah satu terapi relaksasi

Tujuan Relaksasi Otot Progresif

Untuk mengurangi nyeri, kaku otot, ansietas, stress dan untuk meningkatkan kenyamanan

Indikasi

Klien yang mengalami insomnia, klien sering stress, klien yang mengalami kecemasan, klien
yang mengalami depresi, klien yang merasakan nyeri.

Alat

Tensi meter

Stetoskop

Musik klasik

No Tindakan Keterangan
.
Ya Tidak
PraInteraksi
1 Kesiapan diri sebelum terapi, observasi catatan perkembangan klien
2 Persiapan alat
3 Mencuci tangan
Orientasi
4 Memberikan salam dan perkenalan
5 Menjelaskan tujuan, prosedur tindakan secara detail, dan memberikan
kesempatan klien bertanya sebelum kegiatan dimulai
6 Pastikan klien menggunakan pakaian yang longgar dan nyaman
Kerja
7 Mengukur tanda-tanda vital (tekanan darah dan nadi)
8 Posisikan klien dengan posisi yang nyaman (sandaran dengan tulang ekor
tidak menyentuh lantai)
9 Lakukan pernafasan biasa (7 kali)
10 Tarik nafas melalui hidung secara perlahan-lahan, lalu keluarkan melalui
mulut secara perlahan-lahan (7 kali)
11 Tarik nafas melalui hidung secarapelahan-lahan, tahan di dada (hitungan
1,2,3), hembuskan melalui mulut secara perlahan dengan lidah berada di
antara gigi (7 kali)
12 KEPALA dan LEHER (7-8 kali)
Tekuk leher dan kepala kebelakang secara perlahan-lahan sambi ltarik
nafas melalui hidung (tahan 1,2,3) lalu lemaskan dan luruskan kembali
leher dan kepala sambil menghembuskan nafas perlahan-lahan melalui
mulut dengan lidah diantara gigi.

13 Tekuk leher dan kepala anda kedepan secara perlahan-lahans ambil tarik
nafas melalui hidung (tahan 1,2,3) lalu lemaskan dan luruskan kembali
leher dan kepala sambil menghembuskan nafas perlahan-lahan melalui
mulut dengan lidah diantara gigi.

14 KELOMPOK OTOT WAJAH (7-8 kali)


Kerutkan dahi anda diatas sambil tarik nafas dalam melalui hidung (tahan
1,2,3) dan lemaskan otot dahi sambil keluarkan nafas melalui mulut
secara pelahan-lahan

15 Tutup mata sekuat-kuatnya sambil tariknafas dalam melalui hidung (tahan


1,2,3) dan lemaskan otot mata sambil keluarkan nafas melalui mulut
secara pelahan-lahan

16 Katupkan rahang dan gigi sekuat-kuatnya sambil tarik nafas dalam


melalui hidung (tahan 1,2,3) dan lemaskan otot rahang dan gigitan sambil
keluarkan nafas melalui mulut secara pelahan-lahan
17 Kuncupkanbibirkedepansekuat-
kuatnyasambiltariknafasdalammelaluihidung (tahan 1,2,3)
danlemaskanototbibirsambilkeluarkannafasmelaluimulutsecarapelahan-
lahan
18 KELOMPOK OTOT PUNGGUNG DAN DADA (7-8 kali)
Lengkungkanpunggungandakebelakangsambiltariknafasdalammelaluihidu
ng (tahan 1,2,3)
danluruskandanlemaskanpunggungandasambilkeluarkannafasmelaluimulu
tsecarapelahan-lahan
19 Dorong dada andakedepansambiltariknafasdalammelaluihidung (tahan
1,2,3) danlemaskanotot dada
andasambilkeluarkannafasmelaluimulutsecarapelahan-lahan
20 OTOT BAHU, SIKU, DAN LENGAN ATAS (7-8 kali)
Angkatkeduabahukeatasseolah-
olahakanmenyentuhtelingasambiltariknafasdalammelaluihidung (tahan
1,2,3)
danlemaskanbahuandasambilkeluarkannafasmelaluimulutsecarapelahan-
lahan
21 Kepalkantangandantekuksikukeatassehinggaototlenganatasterasakencang
dantegangsambiltariknafasdalammelaluihidung (tahan 1,2,3)
danlemaskandanluruskansikudanjari-jari,
rasakanlenganatasandamenadilemassambilkeluarkannafasmelaluimulutsec
arapelahan-lahan
22 OTOT PERGELANGAN TANGAN DAN TELAPAK TANGAN (7-8
kali)
Kepalkan dan kencangkan kedua pergelangan tangansekuat-kuatnya
sambil tarik nafas dalam melalui hidung (tahan 1,2,3) dan lepaskan
kepalaantangandanrasakanjari-
jaritangandantelapakmenadilemassambilkeluarkannafasmelaluimulutsecar
apelahan-lahan
23 Tekuk telapak tangan keatas dengan jari-jari terbuka sekuat-kuatnya
sambil tarik nafas dalam melalui hidung (tahan 1,2,3) dan lemaskan dan
luruskan telapak tangan, rasakan lengan bawah dan telaak tangan anda
menadi lemas sambil keluarkan nafas melalui mulut secara pelahan-lahan
24 OTOT KAKI DAN PAHA (7-8 kali)
Tekuk pergelangan kaki anda keatas kearah lutut, rasakan ketegangan
pada betis dan paha sambil tarik nafas dalam melalui hidung (tahan 1,2,3)
dan lemaskan pergelangan kaki, rasakan semua ketegangan pada betis dan
paha hilang sambil keluarkan nafas melalui mulut secara pelahan-lahan
25 Tekuk pergelangan kaki kebawah kearah lantai, rasakan ketegangan pada
betis dan paha sambil tarik nafas dalam melalui hidung (tahan 1,2,3) dan
lemaskan pergelangan kaki,dan rasakan semua ketegangan pada betis dan
paha hilang sambil keluarkan nafas melalui mulut secara pelahan-lahan
26 Tarik nafas melalui hidung secara pelahan-lahan, tahan di dada (hitungan
1,2,3), hembuskan melalui mulut secara perlahan dengan lidah berada di
antara gigi (7-8 kali)
27 Tarik nafas melalui hidung secara perlahan-lahan, lalu keluarkan melalui
mulut secara perlahan-lahan (7-8kali)
28 Kembali ke nafas biasa
Terminasi
29 Evaluasi dan dokumentasikan respon terhadap terapi ROP seperti tekanan
darah, nadi dan kenyamanan
30 Dokumentasi kegiatan
SATUAN ACARA PENYULUHAN

Topik / pokok bahasan : Peran Perawat sebagai edukator

Sub topik/sub pokok bahasan : Edukasi Manajemen Hipertensi

Hari : Rabu

Tanggal : 14 Februari 2018

Waktu : 40 menit

Pertemuan ke : Pertama

Sasaran : Lansia

Tempat : di BPSTW Budi Luhur

X. TUJUAN INSTRUKSIONAL UMUM


Setelah mengikuti penyuluhan lansia yang ada di Wisma Dahlia mampu memahami
mengenai manajemen hipertensi.

XI. TUJUAN INSTRUKSIONAL KHUSUS


Setelah mengikuti penyuluhan lansia dapat :
9. Menjelaskan pengertian hipertensi
10. Menjelaskan penyebab hipertensi
11. Menjelaskan tanda dan gejala hipertensi
12. Menjelaskan factor resiko hipertensi
13. Menjelaskan penatalaksanaan hipertensi
14. Menjelaskan makanan yang harus dihindari
15. Menjelaskan makanan yg dianjurkan
16. Menjelaskan cara mengatur diet

XII. POKOK-POKOK MATERI


9. Pengertian hipertensi
10. Penyebab hipertensi
11. Tanda dan gejala hipertensi
12. Factor resiko hipertensi
13. Penatalaksanaan hipertensi
14. Makanan yang harus dihindari
15. Makanan yg dianjurkan
16. Cara mengatur diet
XIII. METODE
3. Ceramah
4. Diskusi interaktif

XIV. MEDIA
2. poster

Anda mungkin juga menyukai