Anda di halaman 1dari 35

LAPORAN PENDAHULUAN ACUTE DECOMPENSATED

HEART FAILURE (ADHF) DI RUANG TULIP II C


RSUD ULIN BANJARMASIN

Untuk Menyelesaikan Tugas Profesi Keperawatan dasar Profesi


Program Profesi Ners

Disusun Oleh:

Afni Anggraini 11194692210129


Ahmad Habibi 11194692210130
Nur Aisah 11194692210148
Siti Irma Nur Aina 11194692210156

PROGRAM STUDI PROFESI NERS


FAKULTAS KESEHATAN
UNIVERSITAS SARI MULIA
BANJARMASIN
2022
LAPORAN PENDAHULUAN PA
LAPORAN PENDAHULUAN PADA PASIEN DENGAN ACUTE
DECOMPENSATED HEART FAILURE (ADHF)

1. Konsep Anatomi dan Fisiologi Sistem


Anatomi Sistem

Gambar 1. Kardiovaskular
Sistem kardiovaskuler terdiri dari darah, jantung dan pembuluh
darah. Jantung berada di dalam mediastinum di rongga dada dan
merupakan salah satu organ penting dalam tubuh, yang berfungsi secara
umum untuk bekerja sebagai pemompa. Fungsi dari pemompa ini
adalah berkaitan dengan sistem peredaran tubuh sehingga jantung
ketika bekerja dalam rangka memompakan darah ke seluruh tubuh
(Aspiani, 2015). Jantung ialah sebuah pompa yang memiliki empat bilik
yaitu dua bilik terletak diatas yang disebut atrium dan dua yang
dibawah disebut ventrikel. Jantung juga dapat dibagi menjadi dua
bagian yaitu pada bagian kanan bertugas untuk memompa darah ke
paru-paru dan sebelah kiri untuk memompa darah ke seluruh tubuh
manusia.
Jantung dewasa normal berdetak sekitar 60 sampai 80 kali per
menit, menyemburkan sekitar 70 ml darah dari kedua ventrikel per
detakan dan keluaran totalnya sekitar 5L/menit (Smeltzer dan Bare,
2012). Menurut Aspiani (2015) memiliki beberapa bagian sebagai
berikut :
1. Ukuran, Posisi atau letak Jantung
Jantung terletak dirongga thorax tepatnya di mediastrenum diantara
paru-paru kanan dan kiri, apex terletak disebelah kiri dari mid line
intercosta ke-5 tepatnya di bawah puting susu sebelah kiri.. Bagian atas
jantung terletak di bagian bawah sternal notch, 1/3 dari jantung berada
disebelah kanan dari midline sternum, 2/3nya disebelah kiri dari
midline sternum. Pada orang dewasa ukuran jantung memiliki berat
250-350gram.

2. Lapisan jantung dan lapisan otot jantung

Gambar 3. Lapisan jantung dan lapisan otot jantung


Dinding jantung terutama terdiri dari serat-serat otot jantung yang
tersusun secara spiral dan saling berhubungan melalui diskus
interkalatus. Lapisan jantung itu sendiri terdiri dari Perikardium,
Miokardium, dan Endokardium. Berikut ini penjelasan ketiga lapisan
jantung yaitu menurut Aditya & Safrudin (2020):
a. Perikardium (Epikardium)
Epi berarti “di atas”, cardia berarti “jantung”, yang mana bagian
ini adalah suatu membran tipis di bagian luar yang membungkus
jantung yang berfungsi untuk melindungi dan mencegah jantung
mengembang secara berlebihan. Perikardium terdiri dari:
1) Perikardium fibrosa, jaringan yang dibentuk oleh jaringan ikat
padat dan tidak teratur
2) Perikardium serosa, jaringan yang terdiri dari dua lapisan yaitu
bagian luar dari kedua lapisan ini melekat kuat pada bagian
dalam permukaan perikardium fibrosa yang disebut sebagai
lapisan pariental. Lapisan pariental dipantulkan di sekitar
pembuluh darah besar dan terbentuk lapisan viseral.
3) Rongga perikardial, diantara dinding perikardium serosa
terdapat rongga perikardial yang dimana rongga ini diisi
dengan cairan perikardial sekitar 10-15 mililiter yang
disekresikan oleh membran serosa. Cairan ini berfungsi untuk
mengurangi gesekan antara membran saat jantung berdetak.
b. Miokardium
Myo berarti "otot" dan kardio berarti “jantung”, merupakan
lapisan dinding jantung yang berada di bagian tengah dan paling
tebal karena terdapat banyak lapisan serat otot. Serat-serat otot ini
tersusun secara spiral yang bekerja memompakan darah keluar
dari jantung. Miokardium pada ventrikel kiri terdapat otot yang
lebih tebal dibandingkan pada ventrikel kanan dikarenakan kerja
dari miokardium ventrikel kiri lebih berat dibandingkan ventrikel
kanan. Jenis otot yang terdapat pada miokardium adalah otot
jantung yang setiap miosit nya mengandung satu nukleus yang
terletak di tengah, otot ini berserat dan bercabang diperkirakan
memiliki diameter 10-20 mikrometer.
c. Endokardium
Endo berarti "di dalam", adalah lapisan terdalam dari dinding
jantung. Endokardium ialah lembaran epitel yang disebut
endotelium yang terletak pada lapisan membran basal jaringan
ikat. Jaringan ini menutupi katup jantung dan berlanjut dengan
endotelium yang melapisi pembuluh darah utama yang menempel
pada jantung.
3. Katup jantung

Gambar 4. Katup Jantung


Katup jantung berfungsi untuk mempertahankan aliran darah searah
melalui bilik jantung. Ada dua jenis katup jantung yaitu katup
atrioventrikular dan katup semilunar.
a) Katup atrioventrikular, memisahkan antara atrium dan ventrikel.
Katup ini memungkinkan darah mengalir dari masing–masing
atrium ke ventrikel saat diastole ventrikel dan mencegah aliran
balik ke atrium saat sistole ventrikel. Katup atrio ventrikuler ada
dua, yaitu katup triskupidalis dan katup biskuspidalis.
b) Katup semilunar, memisahkan antara arteri pulmonalis dan aorta
dan ventrikel. Katup semilunar yang membatasi ventrikel kanan
dan arteri pulmonalis, disebut katup semilunar pulmonal.
Fisiologi Sistem
Jantung berbentuk seperti pir/kerucut seperti piramida terbalik dengan
apeks (superior-posterior: C-II) berada di bawah dan basis (anterior-
inferior ICS – V) berada di atas. Pada basis jantung terdapat aorta, batang
nadi paru, pembuluh balik atas dan bawah dan pembuluh balik. Jantung
sebagai pusat sistem kardiovaskuler terletak di sebelah rongga dada (cavum
thoraks) sebelah kiri yang terlindung oleh costae tepatnya pada mediastinum
(Starry, 2014).
Katup  jantung berfungsi  untuk  mempertahankan  aliran darah searah
melalui bilik jantung. ada dua jenis katup, yaitu katup atrioventrikular dan
katup semilunar (Dinarti, 2017).
1) Katup atrioventrikular (AV) memisahkan antara atrium dan ventrikel.
Katup ini memungkinkan darah mengalir dari masing –masing atrium
ke ventrikel saat diastole ventrikel dan mencegah aliran balik ke atrium
saat sistole ventrikel. Katup atrioventrikuler ada dua, yaitu katup
triskupidalis dan katup biskuspidalis. Katup triskupidalis memiliki 3
buah daun katup yang terletak antara atrium  kanan  dan  ventrikel 
kanan.  Katup biskuspidalis atau katup mitral memiliki 2 buah katup
dan terletak di antara atrium kiri dan ventrikel kiri.
2) Katup Semilunar memisahkan antara arteri pulmonalis dan aorta dan
ventrikel. Katup semilunar yang membatasi ventrikel kanan dan arteri
pulmonalis, disebut katup semilunar pulmonal.
Siklus jantung adalah rangkaian kejadian dalam satu irama jantung,
dalam bentuk yang paling sederhana, siklus jantung adalah kontraksi
bersamaan kedua atrium yang mengikuti suatu fraksi pada detik berikutnya
karena kontraksi bersamaan kedua ventrikel (Songja, 2017). Siklus jantung
merupakan periode ketika jantung berkontraksi dan relaksasi. Satu kali
jantung sama dengan satu periode sistole (saat ventrikel kontraksi) dan satu
periode diastole (saat ventrikel relaksasi). Normalnya, siklus jantung
dimulai dengan depolarisasi  spontan  sel  pacemarker  dari  SA  node  dan 
berakhir dengan keadaan relaksasi ventrikel (Bonis et al, 2016).
Pada siklus jantung, sistole (kontraksi) atrium di ikuti sistole ventrikel
sehingga ada perbedaan yang berarti antara pergerakan darah dari ventrikel
ke arteri. Kontraksi atrium akan diikuti relaksasi  atrium dan ventrikel mulai
ber kontraksi. Kontraksi ventrikel menekan darah melawan daun katup
atrioventrikuler kanan dan kiri dan menutupnya. Tekanan darah juga
membuka katup semilunar aorta dan pulmonalis. Kedua ventrikel 
melanjutkan  kontraksi,  memompa darah  ke  arteri. Ventrikel kemudian
relaksasi bersamaan dengan pengaliran kembali darah ke atrium dan siklus
kembali (Bonis et al, 2016).
Singkatnya, vena cava superior dan vena cava inferior mengalirkan
darah ke atrium dekstra yang datang dari seluruh tubuh. Arteri pulmonalis
membawa darah dari ventrikel dekstra masuk ke paru-paru (pulmo). Antara
ventrikel sinistra dan arteri pulmonalis terdapat katup vlavula semilunaris
arteri pulmonalis. Vena pulmonalis membawa darah dari paru-paru masuk
ke atrium sinitra. Aorta (pembuluh darah terbesar) membawa darah dari
ventrikel sinistra dan aorta terdapat sebuah katup valvulasemilunaris aorta,
peredaran darah jantung terdiri dari 3 yaitu (Bonis et al, 2016): 
1) Arteri koronaria kanan: berasal dari sinus anterior aorta berjalan ke depan
antara trunkus pulmonalis dan aurikula memberikan cabang-cabang ke
atrium dekstra dan ventrikel kanan. 
2) Arteri koronaria kiri: lebih besar dari arteri koronaria dekstra.
3) Aliran vena jantung: sebagian darah dari dinding jantung mengalir ke
atrium kanan melalui sinus koronarius yang terletak di bagian belakang
sulkus atrioventrikularis merupakan lanjutan dari vena.

Kebutuhan Dasar Penyakit


1) Teori Kebutuhan Dasar Manusia

Abraham Maslow seorang psikolog dari Amerika


mengembangkan teori tentang kebutuhan dasar manusia yang lebih
dikenal dengan istilah Hierarki Kebutuhan Dasar Maslow. Hierarki
kebutuhan Maslow merupakan teori interdisiplin yang berguna untuk
membuat prioritas asuhan keperawatan. Hirarki kebutuhan dasar
manusia termasuk lima tingkat prioritas. Dasar paling bawah atau
tingkat pertama termasuk kebutuhan fisiologis, seperti udara, seks, air
dan makanan. Tingkat kedua yaitu kebutuhan keamanan dan
perlindungan, termasuk juga keamanan fisik dan psikologis. Tingkat
ketiga berisi kebutuhan akan cinta dan memiliki, termasuk di dalamnya
hubungan pertemanan, hubungan sosial, dan hubungan cinta. Tingkat
keempat yaitu kebutuhan akan penghargaan diri termasuk juga
kepercayaan diri dan nilai diri. Tingkat terakhir merupakan kebutuhan
untuk aktualisasi diri yaitu keadaan pencapaian potensi dan mempunyai
kemampuan untuk menyelesaikan masalah dan beradaptasi dengan
kehidupan (Potter dan Perry 2009).
Ada lima tingkatan kebutuhan dasar menurut Abraham Maslow
yaitu:
a) Kebutuhan Fisiologis (Phisiological Needs) adalah kebutuhan yang
memiliki prioritas tertinggi dalam Hirarki Maslow. Sehingga
seseorang yang belum memenuhi kebutuhan dasar lainnya akan
lebih dulu memenuhi kebutuhan fisiologisnya. Kebutuhan ini
memiliki delapan macam seperti: kebutuhan oksigen, cairan,
makanan, eliminasi urin, istirahat, aktivitas, kesehatan temperatur
tubuh, dan seksual (Mubarak & Chayatin, 2007).
b) Keselamatan dan Rasa Aman (Safety and Security Needs) adalah
kebutuhan yang perlu mengidentifikasi jenis ancaman yang bisa
membahayakan bagi manusia. Maslow memberi contoh hal-hal
yang bisa memuaskan kebutuhan keselamatan dan keamanan
seperti tempat dimana orang dapat merasa aman dari bahaya
misalnya tempat penampungan seperti rumah yang memberikan
perlindungan dari bencana cuaca (Robbert J, et.al, 2013).
c) Kebutuhan akan rasa cinta setelah seseorang memenuhi kebutuhan
fisiologis dan keamanan, mereka menjadi termotivasi oleh
kebutuhan akan cinta seperti keinginan untuk berteman, keinginan
untuk mempunyai pasangan dan anak, kebutuhan untuk menjadi
bagian sebuah keluarga, sebuah perkumpulan, dan lingkungan
masyarakat. Cinta dan keberadaan mencakup beberapa aspek dari
seksualitas dan hubungan dengan manusia lain dan juga kebutuhan
untuk memberi dan mendapatkan cinta (Feist Jess & Feist Gregory,
2010).
d) Kebutuhan harga diri memiliki dua komponen yaitu:
(a) Menghargai diri sendiri (self respect) adalah kebutuhan yang
memiliki kekuatan, penguasaan, kompetensi, prestasi,
kepercayaan diri, kemandirian, dan kebebasan. Orang
membutuhkan pengetahuan tentang dirinya sendiri, bahwa
dirinya berharga mampu mengusai tugas dan tantangan hidup.
(b) Mendapat penghargaan dari orang lain (respect from others)
adalah kebutuhan penghargaan dari orang lain, ketenaran,
dominasi, menjadi orang penting, kehormatan dan apresiasi.
Kebutuhan harga diri apabila tidak terpuaskan maka akan
menimbulkan canggung, lemah, pasif, tergantung pada orang
lain, penakut, tidak mampu mengatasi tuntutan hidup dan
rendah diri dalam bergaul. Menurut Maslow penghargaan diri
dari orang lain hendaknya diperoleh berdasarkan penghargaan
diri kepada diri sendiri. Orang seharusnya memperoleh harga
diri dari kemampuan diri sendiri, bukan dari ketenaran
eksternal yang tidak dapat dikontrolnya, yang membuatnya
tergantung kepada orang lain (Alwisol, 2004).
(c) Kebutuhan aktualisasi diri adalah keinginan untuk memperoleh
kepuasan dengan diri sendiri (Self fulfiment), untuk menyadari
semua potensi dirinya, untuk menjadi apa saja yang dia dapat
melakukannya dan untuk menjadi kreatif dan bebas mencapai
puncak prestasi potensinya. Kebutuhan aktualisasi diri ini yaitu
kebutuhan untuk ingin berkembang, ingin berubah, ingin
mengalami transformasi menjadi lebih bermakna (Alwisol,
2004). Kebutuhan ini merupakan puncak dari hirarki
kebutuhan manusia yaitu perkembangan atau perwujudan
potensi dan kapasitas secara penuh. Maslow berpendapat
bahwa manusia dimotivasi untuk menjadi segala sesuatu yang
dia mampu untuk menjadi yang diinginkan. Walaupun
kebutuhan lainnya terpenuhi, namun apabila kebutuhan
aktualisasi diri tidak terpenuhi maka seseorang akan
mengalami kegelisahan, ketidaksenangan atau frustrasi
(Syamsu & Juntika, 2007).

Hirarki kebutuhan yang diungkapkan Maslow beranggapan


bahwa kebutuhan-kebutuhan dilevel rendah harus terpenuhi atau paling
tidak kebutuhan yang lain terpenuhi sebelum kebutuhan level tinggi
menjadi hal yang memotivasi. Lima kebutuhan yang membentuk hirarki
adalah kebutuhan konatif (conative needs), yang berarti bahwa
kebutuhan-kebutuhan ini memiliki karakter mendorong atau
memotivasi (Feist Jess & Feist Gregory, 2010).

Menurut pandangan Maslow, kebutuhan tertinggi adalah


kebutuhan untuk mengaktualisasikan diri. Dalam model hirarki ini,
kebutuhan manusia yang lebih rendah harus terpuaskan sebelum
mementingkan kebutuhan yang lebih tinggi (Howard & Miriam, 2006).
Teori kepribadian Maslow dibuat berdasarkan beberapa asumsi dasar
mengenai motivasi. Motivasi biasanya kompleks atau terdiri dari
beberapa hal (motivation is usually complex) yang berati bahwa tingkah
laku seseorang dapat muncul dari beberapa motivasi yang terpisah.
Contohnya: keinginan untuk berhubungan seksual dapat termotivasi
tidak hanya oleh adanya kebutuhan yang berkaitan dengan alat kelamin,
tetapi juga oleh kebutuhan akan kebersamaan, cinta dan harga diri.
Selain itu motivasi untuk melakukan sebuah tingkah laku dapat disadari
maupun tidak disadari oleh orang melakukan. Contohnya motivasi
seseorang mahasiswa untuk mendapat nilai tinggi dengan memperoleh
kekuasaan (Feist Jess & Feist Gregory, 2010).
Salah satu teori dari kebutuhan dasar manusia dari Abraham
Maslow adalah kebutuhan Fisiologis (Physiologic Needs). Kebutuhan
ini meliputi, kebutuhan oksigenasi dan pertukaran gas, kebutuhan
cairan dan elektrolit, kebutuhan makanan, kebutuhan istirahat dan tidur,
kebutuhan kesehatan temperatur tubuh. Manusia akan memenuhi
kebutuhan fisiologis terlebih dahulu sebelum ia beranjak ke kebutuhan
berikutnya. Sebab, kebutuhan fisiologis merupakan kebutuhan yang
paling kuat dan mendesak pemenuhannya. Oksigen merupakan
kebutuhan bertahan hidup dasar yang paling penting. Kebutuhan
oksigenasi merupakan kebutuhan dasar manusia yang digunakan untuk
kelangsungan metabolisme sel tubuh bagi individu dan untuk
mempertahankan hidupnya serta aktivitas berbagai organ atau sel.

2. Konsep Dasar Penyakit


Definisi
Acute Decompensated Heart Failure (ADHF) atau disebut dengan
gagal jantung dekompensasi adalah kondisi perburukkan dengan latar
belakang gagal jantung kronik yang dapat terjadi secara akut, sub-akut
maupun indolen dengan gejala yang memburuk secara bertahap dalam
beberapa hari atau minggu. Fraksi ejeksi bisa normal atau menurun, namun
curah jantung umumnya normal atau tekanan darah dalam batas normal
(Yuniadi, 2017).
Pasien dengan gagal jantung sering mengeluhkan berbagai jenis
gejala, salah satunya sesak napas (dyspnea) yang semakin berat dan
biasanya tidak hanya dikaitkan dengan peningkatan tekanan pengisian
jantung, tetapi juga mempresentasikan keterbatasan curah jantung. Pada
pasien yang tdur dengan kepala yang di elevasi untuk mengurangi dyspnea
yang muncul secara spesifik dalam keadaan telentang, terlebih lagi jika
erlebih lagi jika dyspnea yang muncul dalam keadaan telentang pada sisi
kiri (trepopnea), paroxysmal nocturnal dyspnea adalah salah satu indikator
yang paling dapat di percaya dari gagal jantung (Yuniadi, 2017).

Etiologi
Faktor-faktor penyebab dekompensasi akut pada pasien gagal jantung
kronik ialah:
1) Diet yang tidak teratur
2) Putus obat atau reduksi dosis yang tidak tepat untuk terapi gagal
jantung
3) Iskemia miokard/infark
4) Aritmia (takikardia atau bradikardia)
5) Infeksi
6) Insisi terapi yang akan memperburuk gejala-gejala dari gagal jantung
7) Konsumsi alkohol
8) Kehamilan
9) Hipertensi yang semakin parah
10) Insufisiensi valvular

Patofisiologi (Pathway)
Mekanisme yang mendasari gagal jantung meliputi gangguan
kemampuan kontraksi jantung, yang menyebabkan curah jantung lebih
rendah dari curah jantung normal. Konsep curah jantung yaitu CO = HR X
SV. Curah jantung atau cardiac output adalah fungsi frekuensi jantung atau
heart rate X volume sekuncup atau stroke volume (Smeltzer, 2006).
Menurut Muttaqin (2009) bila cadangan jantung untuk berespons
terhadap stres tidak adekuat dalam memenuhi kebutuhan metabolik tubuh,
maka jantung gagal untuk melakukan tugasnya sebagai pompa, akibatnya
terjadilah gagal jantung. Kelainan fungsi otot jantung disebabkan oleh
aterosklerosis koroner, hipertensi arterial dan penyakit otot degeneratif
atau inflamasi. Aterosklerosis koroner mengakibatkan disfungsi
miokardium karena terganggunya aliran darah ke otot jantung. Terjadi
hipoksia dan asidosis (akibat penumpukan asam laktat). Infark
Miokardium biasanya mendahului terjadinya gagal jantung. Hipertensi
sistemik/pulmonal (peningkatan afterload) meningkatkan beban kerja
jantung dan pada gilirannya mengakibatkan hipertrofi serabut otot jantung.
Efek tersebut (hipertrofi miokard) dapat dianggap sebagai mekanisme
kompensasi karena akan meningkatkan kontraktilitas jantung. Hipertrofi
otot jantung menyebabkan jantung tidak dapat berfungsi secara normal,
dan akhirnya terjadi gagal jantung.
Peradangan dan penyakit miokarium degeneratif berhubungan dengan
gagal jantung karena kondisi ini secara langsung merusak serabut jantung,
menyebabkan kontraktilitas menurun. Ventrikel kanan dan kiri dapat
mengalami kegagalan secara terpisah. Gagal ventrikel kiri murni sinonim
dengan edema paru akut. Karena curah ventrikel berpasangan/ sinkron,
maka kegagalan salah satu ventrikel dapat mengakibatkan penurunan
perfusi jaringan.
Gagal jantung dapat dimulai dari sisi kiri atau kanan jantung. Sebagai
contoh, hipertensi sistemik yang kronis akan menyebabkan ventrikel kiri
mengalami hipertrofi dan melemah. Hipertensi paru yang berlangsung
lama akan menyebabkan ventrikel kanan mengalami hipertofi dan
melemah. Letak suatu infark miokardium akan menentukan sisi jantung
yang pertama kali terkena setelah terjadi serangan jantung.
Ventrikel kiri yang melemah akan menyebabkan darah kembali ke
atrium, lalu ke sirkulasi paru, ventrikel kanan dan atrium kanan, maka
jelaslah bahwa gagal jantung kiri akhirnya akan menyebabkan gagal
jantung kanan. Pada kenyataannya, penyebab utama gagal jantung kanan
adalah gagal jantung kiri. Karena tidak dipompa secara optimum keluar
dari sisi kanan jantung, maka darah mulai terkumpul di sistem vena
perifer. Hasil akhirnya adalah semakin berkurangnya volume darah dalam
sirkulasi dan menurunnya tekanan darah serta perburukkan siklus gagal
jantung. Menurut Muttaqin (2010) keluhan utama pada klien dengan
gangguan system kardiovaskular secara umum antara lain sesak nafas,
nafas pendek, batuk, nyeri dada, pingsan, berdebar-debar, cepat lelah,
odem ekstremitas, dan sebagainya. Dispnea kardiak terjadi secara khas
pada pengerahan tenaga dan disebabkan oleh kenaikan tekanan akhir
diastolik dari ventrikel kiri yang meningkatkan tekanan vena pulmonalis .
Hal ini terjadi karena terdapat kegagalan peningkatan curah darah
ventrikel kiri pada waktu melakukan kegiatan fisik
ADHF

Gagal Jantung Kiri Gagal Jantung Kanan

Ventrikel tidak Penurunan aliran darah


mampu sistemik Darah dari atrium kanan tidak
Suplai darah ke Volume darah dari
memompa darah jaringan menurun atrium ke ventrikel dapat masuk ke ventrikel
menurun Suplai O2 ke tubuh
menurun
Tekanan ventrikel
Penurunan nutrisi COP menurun
kiri meningkat Tekanan atrium kanan meningkat
dan O2 sel Dispnea dan Fatique

Permeabilitas kapiler Aktivitas dan Istirahat


paru meningkat Edema di ekstermitas
Intoleransi Aktivitas

Cairan masuk Sirkulasi Nutrisi dan Cairan


intravaskuler

Hipervolemi
Edema paru Penurunan Curah Perfusi Perifer
Jantung Tidakefektif
Proses difusi
terganggu
Gangguan
Pertukaran Gas
Dyspnea, Ph Gangguan
menurun, CO2 Kebutuhan respirasi
menurun Pola Nafas
Tidakefektif

Sumber: Anggi, Fitriani (2021); PPNI (2017)


Manifestasi Klinik
Gejala dan tanda umum gagal jantung dekompensasi (Wijaya & Putri,
2013):
1) Dispnea (saat aktivitas, paroxysmal nocturnal dyspnea, orthopnea, atau
saat istirahat) yang ditandai adanya ronci dan efusi paru.
2) Takipnea
3) Batuk
4) Berkurangnya kapasitas aktivitas fisik.
5) Nokturia
6) Peningkatan /penurunan berat badan
7) Odem (ektremitas, skrotum atau daerah lainnya)
8) Penurunan nafsu makan atau rasa kenyang yang cepat
9) Nafas Cheyne- stokes.
10) Gangguan pada abdomen (kembung, begah atau sulit makan) yang
ditandai dengan asites/lingkar perut bertambah, kuadran kanan atas
nyeri/tidak nyaman, hepatomegaly/splenomegaly, sklera icterus, berat
badan bertambah, tekanan vena jugularis meningkat, bunyi jantung S3
meningkat.
11) Lelah yang ditandai dengan ekstremitas dingin.
12) Perubahan status mental, mengantuk disiang hari, kebingungan, sulit
berkonsentrasi yang ditandai dengan pucat, kulit agak kelabu,
perubahan warna kulit, hipotensi.
13) Pusing, hampir pingsan, pingsan.
14) Depresi.
15) Gangguan tidur.
16) Palpitasi.

Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan Penunjang yang dapat dilakukan pada pasien dengan
kasus gagal jantung kongestif di antaranya sebagai berikut :
1) Elektrokardiogram : Hiperatropi atrial atau ventrikuler, penyimpangan
aksis, iskemia, disaritmia, takikardia, fibrilasi atrial.
2) Uji stress : Merupakan pemeriksaan non-invasif yang bertujuan untuk
menentukan kemungkinan iskemia atau infeksi yang terjadi
sebelummnya.
3) Ekokardiografi
a. Ekokardiografi model M (berguna untuk mengevaluasi volume
balik dan kelainan regional, model M paling sering dipakai dan
ditanyakan bersama EKG).
b. Ekokardiografi dua dimensi (CT scan)
c. Ekokardiografi dopoler (memberikan pencitraan dan pendekatan
transesofageal terhadap jantung).
4) Katerisasi jantung : Tekanan abnormal merupakan indikasi dan
membantu membedakan gagal jantung kanan dan kiri dan stenosis
katup atau insufisiensi.
5) Radiografi dada : Dapat menunjukkan pembesaran jantung. Bayangan
mencerminkan dilatasi atau hipertropi bilik, atau perubahan dalam
pembuluh darah abnormal.
6) Elektrolit yang terkait (Natrium, Kalium) : Mungkin berubah karena
perpindahan cairan/penurunan fungsi ginjal terapi diuretik.
7) Oksimetri : Saturasi oksigen (SaO2) mungkin rendah terutama jika
gagal jantung kongestif akut menjadi kronis.
8) Analisa gas darah : Gagal ventrikel kiri ditandai dengan alkalosis
respiratory ringan (dini) atau hipoksemia dengan peningkatan PCO2
(akhir).
9) Blood ureum nitrogen (BUN) dan kreatinin : Peningkatan BUN
menunjukkan penurunan fungsi ginjal. Kenaikan baik BUN dan
kreatinin merupakan indikasi
10) Pemeriksaan tiroid : Peningkatan aktifitas tiroid menunjukkan
hiperaktifitas tiroid sebagai pencetus gagal jantung.

Penatalaksanaan
Penatalaksanaan terhadap pasien gagal jantung harus dilakukan agar
tidak terjadi perburukkan kondisi. Tujuan penatalaksanaan adalah untuk
menurunkan kerja otot jantung, meningkatkan kemampuan pompa
ventrikel, memberikan perfusi adekuat pada organ penting, mencegah
bertambah parahnya gagal jantung dan merubah gaya hidup (Wijaya &
Putri, 2013). Penatalaksanaan dasar pada pasien gagal jantung meliputi
dukungan istirahat untuk mengurangi beban kerja jantung, pemberian
terapi farmakologis untuk meningkatkan kekuatan dan efisien kontraksi
jantung, dan pemberian terapi diuretik untuk menghilangkan penimbunan
cairan tubuh yang berlebihan (Smeltzer & Bare, 2010).
1) Menurunkan Kerja Otot Jantung Penurunan kerja otot jantung
dilakukan dengan pemberian diuretik, vasodilator dan beta-adrenergic
antagonis (beta bloker). Diuretik merupakan pilihan pertama untuk
menurunkan kerja otot jantung. Terapi ini diberikan untuk memacu
ekskresi natrium dan air melalui ginjal (Smeltzer & Bare, 2010).
Diuretik yang biasanya dipakai adalah loop diuretic, seperti
furosemid, yang akan menghambat reabsorbsi natrium di ascending
loop henle. Hal tersebut diharapkan dapat menurunkan volume
sirkulasi, menurunkan preload, dan meminimalkan kongesti sistemik
dan paru (Wijaya & Putri, 2013). Efek samping pemberian diuretik
jangka panjang dapat menyebabkan hiponatremi dan pemberian dalam
dosis besar dan berulang dapat mengakibatkan hipokalemia (Smeltzer
& Bare, 2010). Hipokalemia menjadi efek samping berbahaya karena
dapat memicu terjadinya aritmia (Wijaya & Putri, 2013). Pemberian
vasodilator atau obat-obat vasoaktif dapat menurunkan kerja
miokardial dengan menurunkan preload dan afterload sehingga
meningkatkan cardiac output. Sementara itu, beta bloker digunakan
untuk menghambat efek system saraf simpatis dan menurunkan
kebutuhan oksigen jantung. Pemberian terapi diatas diharapkan dapat
menurunkan kerja otot jantung sekaligus (Wijaya & Putri, 2013).
2) Elevasi Kepala Pemberian posisi fowler/semi fowler bertujuan untuk
mengurangi kongesti pulmonal dan mengurangi sesak napas. Kaki
pasien sebisa mungkin tetap diposisikan dependen atau tidak
dielevasi, meski kaki pasien edema, karena elevasi kaki dapat
meningkatkan venous return yang akan memperberat beban awal
jantung (Black & Hawks, 2014).
3) Mengurangi Retensi Cairan Mengurangi retensi cairan dapat
dilakukan dengan mengontrol asupan natrium dan pembatasan cairan.
Pembatasan natrium digunakan di gunakan dalam diet sehari-hari
untuk membantu mencegah, mengontrol, dan menghilangkan edema.
Restriksi natrium <2 gram/hari membantu diuretic bekerja secara
optimal. Pembatasan cairan hingga 1000 ml/hari direkomendasikan
pada gagal jantung yang berat.
4) Meningkatkan Pompa Ventrikel Jantung, Penggunaan adrenergic
agonist atau obat inotropik merupakan salah satu cara yang paling
efektif untuk meningkatkan kemampuan pompa ventrikel jantung.
Obat-obatan ini akan meningkatkan kontraktilitas miokard sehingga
meningkatkan volume sekuncup. Salah satu inotropik yang sering
digunakan adalah dobutamin. Dobutamin memproduksi reseptor beta
yang kuat dan mampu meningkatkan curah jantung tanpa
meningkatkan kebutuhan oksigen otot jantung atau menurunkan aliran
darah koroner. Pemberian kombinasi dobutamin dan dopamin dapat
mengatasi sindroma low cardiac output dan bendungan paru (Black &
Hawks, 2014).
5) Pemberian Oksigen dan Kontrol Gangguan Irama Jantung, Pemberian
oksigen dengan nasal kanul bertujuan untuk mengurangi hipoksia,
sesak napas dan membantu pertukaran oksigen dan karbondioksida.
Oksigenasi yang baik dapat meminimalkan terjadinya gangguan irama
jantung, salah satunya aritmia. Aritmia yang paling sering terjadi pada
pasien gagal jantung adalah atrial fibrilasi (AF) dengan respon
ventrikel cepat. Pengontrolan AF dilakukan dengan dua cara, yakni
mengontrol rate dan rhythm (Black & Hawks, 2014).
6) Mencegah Miokardial Remodelling, Angiotensin Converting Enzyme
inhibitor atau ACE inhibitor terbukti dapat memperlambat proses
remodeling pada gagal jantung. ACE inhibitor menurunkan afterload
dengan memblok produksi angiotensin, yang merupakan
vasokonstriktor kuat. Selain itu, ACE inhibitor juga meningkatkan
aliran darah ke ginjal dan menurunkan tahanan vaskular ginjal
sehingga meningkatkan diuresis. Hal ini akan berdampak pada
peningkatan cardiac output sehingga mencegah remodeling jantung
yang biasanya disebabkan oleh bendungan di jantung dan tahanan
vaskular. Efek lain yang ditimbulkan ACE inhibitor adalah
menurunkan kebutuhan oksigen dan meningkatkan oksigen otot
jantung (Black & Hawks, 2014).
7) Merubah Gaya Hidup Perubahan gaya hidup menjadi kunci utama
untuk mempertahankan fungsi jantung yang dimiliki dan mencegah
kekambuhan. Ketaatan pasien berobat, pemantauan berat badan
mandiri, asupan cairan, pengurangan berat badan, latihan fisik,
aktvitas seksual (Black & Hawks, 2014).
Pengkajian Fokus Keperawatan
Pengkajian yaitu dimana pemikiran dasar bertujuan yang
mengumpulkan informasi tentang data klien, sehingga bisa
mengidentifikasi, mengenali berbagai macam masalah-masalah kebutuhan
kesehatan klien dan kondisi klien baik pada fisik, mental, maupun sosial
dan lingkungan klien (Muttaqin, 2012). Pengkajian pada pasien ADHF
meliputi:
1) Pengkajian
(a) Identitas Klien meliputi : nama, tempat/tanggal lahir, jenis
kelamin, status kawin, agama, pendidikan, pekerjaan, alamat,
diagnosa medis, No. rekam medik
(b) Keluhan utama, dapat ditemukan pada pasien ADHF dengan
manifestasi respiratori ditemui keluhan utama sesak nafas.
Keluhan utama lainnya ditemui pada pasien penyakit ADHF,
yaitu edema pada ekstremitas, batuk peningkatan/penurunan berat
badan, penurunan nafsu makan/rasa kenyang yang cepat, nocturia,
takipnea, lelah yang ditandai dengan ekstremitas dingin.
(c) Riwayat kesehatan sekarang, dapat ditemukan keluhan yang
biasanya disampaikan pasien ADHF adalah: pasien akan
mengeluhkan napas sesak (dispnea) bagi pasien yang memiliki
manifestasi respiratori, edema pada ekstremitas, dan dingin di
daerah ekstremitasnya.
(d) Riwayat kesehatan dahulu, biasanya pasien pernah dirawat karena
penyakit yang sama dan adanya riwayat hipertensi.
(e) Riwayat kesehatan keluarga, hal yang perlu dikaji dalam keluarga
klien, adakah yang menderita penyakit sama dengan klien,
penyakit jantung, gagal jantung, hipertensi.
2) Pengkajian Primer
(a) Airway, Kepatenan jalan nafas meliputi pemeriksaan obstruksi
jalan nafas, adanya benda asing, adanya suara nafas tambahan.
(b) Breathing, Frekuensi nafas, apakah ada penggunaan otot bantu
nafas, retraksi dada, adanya sesak nafas, palpasi pengembangan
paru, auskultasi suara nafas, kaji adanya suara nafas tambahan.
(c) Circulation, Pengkajian mengenai volume darah dan cardiac
output serta adanya perdarahan. pengkajian juga meliputi status
hemodinamik, warna kulit, nadi.
3) Pengkajian Sekunder
(a) Aktivitas/istirahat, Gejala : Keletihan/kelelahan terus menerus
sepanjang hari, insomnia, nyeri dada dengan aktivitas, dispnea
pada saat istirahat. Tanda : Gelisah, perubahan status mental mis :
letargi, tanda vital berubah pada aktivitas.
(b) Sirkulasi, Gejala : Riwayat HT, IM baru/akut, episode GJK
sebelumnya, penyakit jantung, bedah jantung, endokarditis,
anemia, syok septik, bengkak pada kaki, telapak kaki, abdomen.
Tanda : TD ; mungkin rendah (gagal pemompaan), Tekanan
Nadi; mungkin sempit, Irama Jantung ; Disritmia, Frekuensi
jantung ; Takikardia , Nadi apical ; PMI mungkin menyebar dan
merubah, posisi secara inferior ke kiri, Bunyi jantung ; S3
(gallop) adalah diagnostik, S4 dapat, terjadi, S1 dan S2 mungkin
melemah, Murmur sistolik dan diastolic, Warna ; kebiruan, pucat
abu-abu, sianotik, Punggung kuku ; pucat atau sianotik dengan
pengisian, kapiler lambat, Hepar ; pembesaran/dapat teraba,
Bunyi napas ; krekels, ronkhi, Edema ; mungkin dependen, umum
atau pitting , khususnya pada ekstremitas.
(c) Integritas ego, Gejala : Ansietas, kuatir dan takut. Stres yang
berhubungan dengan penyakit/keperihatinan finansial
(pekerjaan/biaya perawatan medis). Tanda : Berbagai manifestasi
perilaku, mis : ansietas, marah, ketakutan dan mudah tersinggung.
(d) Eliminasi, Gejala : Penurunan berkemih, urine berwana gelap,
berkemih malam hari (nokturia), diare/konstipasi.
(e) Nutrisi, Gejala : Kehilangan nafsu makan, mual/muntah,
penambahan berat badan signifikan, pembengkakan pada
ekstremitas bawah, pakaian/sepatu terasa sesak, diet tinggi
garam/makanan yang telah diproses dan penggunaan diuretic.
Tanda : Penambahan berat badan cepat dan distensi
abdomen (asites) serta edema (umum, dependen, tekanan dan
pitting edema).
(f) Higiene, Gejala : Keletihan/kelemahan, kelelahan selama
aktivitas Perawatan diri. Tanda : Penampilan menandakan
kelalaian perawatan personal.
(g) Neurosensori, Gejala : Kelemahan, pening, episode pingsan.
Tanda : Letargi, kusut pikir, diorientasi, perubahan perilaku dan
mudah tersinggung.
(h) Nyeri/Kenyamanan, Gejala : Nyeri dada, angina akut atau kronis,
nyeri abdomen kanan atas dan sakit pada otot. Tanda : Tidak
tenang, gelisah, focus menyempit dan perilaku melindungi diri.
(i) Pernapasan, Gejala : Dispnea saat aktivitas, tidur sambil duduk
atau dengan beberapa bantal, batuk dengan/tanpa pembentukan
sputum, riwayat penyakit kronis, penggunaan bantuan
pernapasan. Tanda : Pernapasan; takipnea, napas dangkal,
penggunaan otot asesori pernpasan.
 Batuk : Kering/nyaring/non produktif atau mungkin batuk
terus menerus dengan/tanpa pembentukan sputum.
 Sputum ; Mungkin bersemu darah, merah muda/berbuih
(edema pulmonal)
 Bunyi napas ; Mungkin tidak terdengar.
 Fungsi mental; Mungkin menurun, kegelisahan, letargi.
 Warna kulit ; Pucat dan sianosis.
(j) Interaksi sosial, Gejala : Penurunan keikutsertaan dalam
aktivitas sosial yang biasa dilakukan
Diagnosa Keperawatan
1) Penurunan curah jantung b/d perubahan kontraktilitas,
2) Bersihan jalan nafas tidak efektif b/d sekresi yang tertahan
3) Gangguan pertukaran gas b/d ketidakseimbangan ventilasi-perfusi.
4) Hipervolemi b/d gangguan aliran balik vena
5) Intoleransi aktivitas b/d kelemahan.
Tujuan Keperawatan

No SDKI SIKI

1 Penurunan curah jantung b/d Perawatan jantung I.02075


perubahan kontraktilitas.

 Identifikasi tanda/gejala primer


penurunan curah jantung
 Monitor tekanan darah
 Monitor intake dan output cairan
 Monitor EKG 12 sadapan
 Berikan diet jantung yang sesuai
 Berikan terapi relaksasi untuk
mengurangi stess
Anjurkan beraktivitas fisik secara
bertahap
2 Pola nafas tidak efektif b/d Manajemen jalan nafas (I.010111)
hambatan upaya nafas.  Monitor pola nafas
 Monitor bunyi nafas
 Posisikan semi fowler atau fowler
 Lakukan fisioterapi dada
 Berikan oksigen
 Anjurkan asupan cairan 2000
ml/hari
 Ajarkan teknik batuk efektif
 Kolaborasi pemberian
bronkodilator, ekspektoran,
mukolitik jika perlu.
No SDKI SIKI

1.
3 Gangguan pertukaran gas b/d Terapi Oksigen ( I.01026)
ketidakseimbangan ventilasi-  Monitor kecepatan aliran oksigen
perfusi.  Monitor aliran oksigen secara
periodik dan pastikan fraksi yang
diberikan cukup
 Monitor tanda-tanda hipoventilasi
 Bersihkan sekret pada mulut,
hidung dan trakea, jika perlu
 Pertahankan kepatenan jalan
nafas
 Ajarkan pasien dan keluarga
caramenggunakan oksigen di
rumah
 Kolaborasi penentuan dosis
oksigen.
1.
4 Hipervolemia b/d gangguan Manajemen Hipervolemia
aliran vena balik. (I.03114)
 Periksa tanda dan gejala
hipervolemia
 Identifikasi penyebab
hipervolemia
 Monitor status hemodinamik
 Monitor intake dan output cairan
 Batasi asupan cairan dan garam
 Anjurkan melapor jika haluaran
urin <0,5 mL/kg/jam dalam 6 jam
 Ajarkan cara membatasi cairan
No SDKI SIKI

5 Intoleransi aktivitas b/d Manajemen energi( I.05178)


kelemahan  Monitor kelelahan fisik dan
emosional
 Monitor pola dari jam tidur
 Berikan aktivitas distraksi yang
menenangkan
 Fasilitasi duduk di sisi tempat
tidur, jika tidak dapat berpindah
atau berjalan
 Anjurkan tirah baring
 Anjurkan menghubungi perawat
apabila tanda dan gejala kelelahan
tidak berkurang
 Kolaborasi dengan ahli gizi
terkait cara meningkatkan asupan
nutrisi
Rencana Tindakan Keperawatan
No SDKI SLKI

1 Penurunan curah jantung b/d Curah jantung L.02008


perubahan kontraktilitas. Setelah dilakukan tindakan keperawatan
diharapkan curah jantung meningkat dengan
kriteria hasil :

1. Keluhan lelah dari skala 5 (menurun) ke


skala 2 (cukup meningkat)
2. Dispnea dari skala 3 (sedang) ke skala 2
(cukup meningkat)
3. Suara jantung S3 dari skala 3 (sedang) ke
skala 2 (cukup meningkat)
4. Suara jantung S4 dari skala 3 (sedang) ke
skala 2 (cukup meningkat)
5. Batuk dari skala 3 (sedang) ke skala 2
(cukup meningkat)
2 Pola nafas tidak efektif b/d Pola nafas L.01004
hambatan upaya nafas Setelah dilakukan tindakan keperawatan
diharapkan pola nafas membaik dengan kriteria
hasil :

1. Penggunaan otot bantu nafas dari skala 3


(sedang) ke skala 4 (cukup menurun)
2. Frekuensi nafas dari skala 3 (sedang) ke
skala 5 (membaik)
3. Dispnea dari skala 3 (sedang) ke skala 4
(cukup menurun)
4. Kedalaman nafas dari skala 3 (sedang) ke
skala 4 (cukup membaik)
5. Pemanjangan fase ekspirasi dari skala 3
(sedang) ke skala 4 (cukup membaik)
3 Gangguan pertukaran gas b/d Pertukaran Gas L.01003
ketidakseimbangan ventilasi- Setelah dilakukan tindakan keperawatan
perfusi. diharapkan pertukaran gas meningkat dengan
kriteria hasil :

1. Pusing dari skala 4 (cukup meningkat) ke


skala 2 (cukup menurun)
2. Takikardia dari skala 3 (sedang) ke skala 2
(cukup menurun)
3. Nafas cuping hidung dari skala 3 (sedang) ke
skala 4 (cukup membaik)
4. Bunyi nafas tambahan dari skala 3 (sedang)
ke skala 4 (cukup menurun)
5. Penglihatan kabur dari skala 3 (sedang) ke
skala 4 (cukup menurun)
4 Hipervolemia b/d gangguan aliran Keseimbangan cairan L.03020
vena balik
Setelah dilakukan tindakan keperawatan
diharapkan keseimbangan cairan membaik
dengan kriteria hasil :

1. Edema dari skala 3 (sedang) ke skala 5


(menurun)
2. Asupan makanan dari skala 3 (sedang) ke
skala 5 (meningkat)
3. Asupan cairan dari skala 3 (sedang) ke skala
5 (meningkat)
4. Turgor kulit dari skala 3 (sedang) ke skala 4
(cukup membaik)
5. Output urin dari skala 3 (sedang) ke skala 4
(cukup meningkat)

5 Intoleransi aktivitas b/d kelemahan Toleransi aktivitas L.05047


Setelah dilakukan tindakan keperawatan
diharapkan toleransi aktivitas meningkat dengan
kriteria hasil :

1 Keluhan lelah dari skala 5 (menurun) ke


skala 2 (cukup meningkat)
2 Dispnea sat aktivitas dari skala 3 (sedang) ke
skala 2 (cukup meningkat)
3 Aritmia saat beraktivitas dari skala 3
(sedang) ke skala 2 (cukup meningkat)
4 Tekanan darah dari skala 3 (sedang) ke skala
5 (membaik)
5 Perasaan lemah dari skala 3 (sedang) ke
skala 5 (membaik)
DAFTAR PUSTAKA

Suddart, & Brunner. 2002. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah.Jakarta: Penerbit
Buku Kedokteran EGC

Doengoes, Marilynn E. 2000. Rencana Asuhan Keperawatan. Jakarta :Penerbit Buku


Kedokteran EGC

Arif. M. 2009. Asuhan Keperawatan Klien dengan Gangguan Sistem


Kardiovaskuler dan Hematologi. Jakarta: Salemba Medika

Dochterman, Joanne McCloskey and Bulechek, Gloria M. 2004. Nursing


Intervention Classification (NIC). Fourth Edition. St. Louis Missouri:
Mosby Elsevier

Doenges, Marilynn E. 2007. Rencana Asuhan Keperawatan: Pedoman untuk


Perencanaan dan Pendokumentasian Perawatan Pasien Edisi 3. Jakarta:
EGC

Herdman, T. Heather. 2015. Diagnosa keperawatan: Definisi dan Klasifikasi


2015-2017 oleh NANDA International. Jakarta: EGC

Moorhead, Sue, et.al. Nursing Outcomes Classification (NOC). Fourth Edition. St.
Louis Missouri: Mosby Elsevier Price, SA. 2005. Patofisiologi, Konsep
Klinis Proses-Proses Penyakit. Jakarta: EGC

Soeparman, Waspadji S. 1990. Ilmu Penyakit Dalam, Jilid II. Jakarta: Balai
Penerbit FKUI.

Smeltzer, Suzanne C, dkk. 2002. Keperawatan Medikal-Bedah Brunner &


Suddarth, Edisi 8, Volume 3. Jakarta: EGC Suddart, & Brunner. 2002.
Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah. Jakarta: Penerbit Buku
Kedokteran EGC
ASUHAN KEPERAWATAN DENGAN ACUTE
DECOMPENSATED HEART FAILURE (ADHF) DI RUANG
TULIP IIC RSUD ULIN BANJARMASIN

Untuk Menyelesaikan Tugas Profesi Keperawatan Dasar Profesi


Program Profesi Ners

Disusun Oleh:
Afni Anggraini 11194692210129
Ahmad Habibi 11194692210130
Nur Aisah 11194692210148
Siti Irma Nur Aina 11194692210156

PROGRAM STUDI PROFESI NERS


FAKULTAS KESEHATAN
UNIVERSITAS SARI MULIA
BANJARMASIN
2022
FORMAT ASUHAN KEPERAWATAN
PROGRAM PROFESI NERS
FAKULTAS KESEHATAN
UNIVERSITAS SARI MULIA
BANJARMASIN

I. Pengkajian
Hari/Tanggal pengkajian : Minggu, 25 September 2022
A. Identitas
Riwayat Kesehatan

Pemeriksaan Fisik

Kebutuhan Fisik, Psikologi, sosial dan sp

Anda mungkin juga menyukai