Disusun Oleh:
Gambar 1. Kardiovaskular
Sistem kardiovaskuler terdiri dari darah, jantung dan pembuluh
darah. Jantung berada di dalam mediastinum di rongga dada dan
merupakan salah satu organ penting dalam tubuh, yang berfungsi secara
umum untuk bekerja sebagai pemompa. Fungsi dari pemompa ini
adalah berkaitan dengan sistem peredaran tubuh sehingga jantung
ketika bekerja dalam rangka memompakan darah ke seluruh tubuh
(Aspiani, 2015). Jantung ialah sebuah pompa yang memiliki empat bilik
yaitu dua bilik terletak diatas yang disebut atrium dan dua yang
dibawah disebut ventrikel. Jantung juga dapat dibagi menjadi dua
bagian yaitu pada bagian kanan bertugas untuk memompa darah ke
paru-paru dan sebelah kiri untuk memompa darah ke seluruh tubuh
manusia.
Jantung dewasa normal berdetak sekitar 60 sampai 80 kali per
menit, menyemburkan sekitar 70 ml darah dari kedua ventrikel per
detakan dan keluaran totalnya sekitar 5L/menit (Smeltzer dan Bare,
2012). Menurut Aspiani (2015) memiliki beberapa bagian sebagai
berikut :
1. Ukuran, Posisi atau letak Jantung
Jantung terletak dirongga thorax tepatnya di mediastrenum diantara
paru-paru kanan dan kiri, apex terletak disebelah kiri dari mid line
intercosta ke-5 tepatnya di bawah puting susu sebelah kiri.. Bagian atas
jantung terletak di bagian bawah sternal notch, 1/3 dari jantung berada
disebelah kanan dari midline sternum, 2/3nya disebelah kiri dari
midline sternum. Pada orang dewasa ukuran jantung memiliki berat
250-350gram.
Etiologi
Faktor-faktor penyebab dekompensasi akut pada pasien gagal jantung
kronik ialah:
1) Diet yang tidak teratur
2) Putus obat atau reduksi dosis yang tidak tepat untuk terapi gagal
jantung
3) Iskemia miokard/infark
4) Aritmia (takikardia atau bradikardia)
5) Infeksi
6) Insisi terapi yang akan memperburuk gejala-gejala dari gagal jantung
7) Konsumsi alkohol
8) Kehamilan
9) Hipertensi yang semakin parah
10) Insufisiensi valvular
Patofisiologi (Pathway)
Mekanisme yang mendasari gagal jantung meliputi gangguan
kemampuan kontraksi jantung, yang menyebabkan curah jantung lebih
rendah dari curah jantung normal. Konsep curah jantung yaitu CO = HR X
SV. Curah jantung atau cardiac output adalah fungsi frekuensi jantung atau
heart rate X volume sekuncup atau stroke volume (Smeltzer, 2006).
Menurut Muttaqin (2009) bila cadangan jantung untuk berespons
terhadap stres tidak adekuat dalam memenuhi kebutuhan metabolik tubuh,
maka jantung gagal untuk melakukan tugasnya sebagai pompa, akibatnya
terjadilah gagal jantung. Kelainan fungsi otot jantung disebabkan oleh
aterosklerosis koroner, hipertensi arterial dan penyakit otot degeneratif
atau inflamasi. Aterosklerosis koroner mengakibatkan disfungsi
miokardium karena terganggunya aliran darah ke otot jantung. Terjadi
hipoksia dan asidosis (akibat penumpukan asam laktat). Infark
Miokardium biasanya mendahului terjadinya gagal jantung. Hipertensi
sistemik/pulmonal (peningkatan afterload) meningkatkan beban kerja
jantung dan pada gilirannya mengakibatkan hipertrofi serabut otot jantung.
Efek tersebut (hipertrofi miokard) dapat dianggap sebagai mekanisme
kompensasi karena akan meningkatkan kontraktilitas jantung. Hipertrofi
otot jantung menyebabkan jantung tidak dapat berfungsi secara normal,
dan akhirnya terjadi gagal jantung.
Peradangan dan penyakit miokarium degeneratif berhubungan dengan
gagal jantung karena kondisi ini secara langsung merusak serabut jantung,
menyebabkan kontraktilitas menurun. Ventrikel kanan dan kiri dapat
mengalami kegagalan secara terpisah. Gagal ventrikel kiri murni sinonim
dengan edema paru akut. Karena curah ventrikel berpasangan/ sinkron,
maka kegagalan salah satu ventrikel dapat mengakibatkan penurunan
perfusi jaringan.
Gagal jantung dapat dimulai dari sisi kiri atau kanan jantung. Sebagai
contoh, hipertensi sistemik yang kronis akan menyebabkan ventrikel kiri
mengalami hipertrofi dan melemah. Hipertensi paru yang berlangsung
lama akan menyebabkan ventrikel kanan mengalami hipertofi dan
melemah. Letak suatu infark miokardium akan menentukan sisi jantung
yang pertama kali terkena setelah terjadi serangan jantung.
Ventrikel kiri yang melemah akan menyebabkan darah kembali ke
atrium, lalu ke sirkulasi paru, ventrikel kanan dan atrium kanan, maka
jelaslah bahwa gagal jantung kiri akhirnya akan menyebabkan gagal
jantung kanan. Pada kenyataannya, penyebab utama gagal jantung kanan
adalah gagal jantung kiri. Karena tidak dipompa secara optimum keluar
dari sisi kanan jantung, maka darah mulai terkumpul di sistem vena
perifer. Hasil akhirnya adalah semakin berkurangnya volume darah dalam
sirkulasi dan menurunnya tekanan darah serta perburukkan siklus gagal
jantung. Menurut Muttaqin (2010) keluhan utama pada klien dengan
gangguan system kardiovaskular secara umum antara lain sesak nafas,
nafas pendek, batuk, nyeri dada, pingsan, berdebar-debar, cepat lelah,
odem ekstremitas, dan sebagainya. Dispnea kardiak terjadi secara khas
pada pengerahan tenaga dan disebabkan oleh kenaikan tekanan akhir
diastolik dari ventrikel kiri yang meningkatkan tekanan vena pulmonalis .
Hal ini terjadi karena terdapat kegagalan peningkatan curah darah
ventrikel kiri pada waktu melakukan kegiatan fisik
ADHF
Hipervolemi
Edema paru Penurunan Curah Perfusi Perifer
Jantung Tidakefektif
Proses difusi
terganggu
Gangguan
Pertukaran Gas
Dyspnea, Ph Gangguan
menurun, CO2 Kebutuhan respirasi
menurun Pola Nafas
Tidakefektif
Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan Penunjang yang dapat dilakukan pada pasien dengan
kasus gagal jantung kongestif di antaranya sebagai berikut :
1) Elektrokardiogram : Hiperatropi atrial atau ventrikuler, penyimpangan
aksis, iskemia, disaritmia, takikardia, fibrilasi atrial.
2) Uji stress : Merupakan pemeriksaan non-invasif yang bertujuan untuk
menentukan kemungkinan iskemia atau infeksi yang terjadi
sebelummnya.
3) Ekokardiografi
a. Ekokardiografi model M (berguna untuk mengevaluasi volume
balik dan kelainan regional, model M paling sering dipakai dan
ditanyakan bersama EKG).
b. Ekokardiografi dua dimensi (CT scan)
c. Ekokardiografi dopoler (memberikan pencitraan dan pendekatan
transesofageal terhadap jantung).
4) Katerisasi jantung : Tekanan abnormal merupakan indikasi dan
membantu membedakan gagal jantung kanan dan kiri dan stenosis
katup atau insufisiensi.
5) Radiografi dada : Dapat menunjukkan pembesaran jantung. Bayangan
mencerminkan dilatasi atau hipertropi bilik, atau perubahan dalam
pembuluh darah abnormal.
6) Elektrolit yang terkait (Natrium, Kalium) : Mungkin berubah karena
perpindahan cairan/penurunan fungsi ginjal terapi diuretik.
7) Oksimetri : Saturasi oksigen (SaO2) mungkin rendah terutama jika
gagal jantung kongestif akut menjadi kronis.
8) Analisa gas darah : Gagal ventrikel kiri ditandai dengan alkalosis
respiratory ringan (dini) atau hipoksemia dengan peningkatan PCO2
(akhir).
9) Blood ureum nitrogen (BUN) dan kreatinin : Peningkatan BUN
menunjukkan penurunan fungsi ginjal. Kenaikan baik BUN dan
kreatinin merupakan indikasi
10) Pemeriksaan tiroid : Peningkatan aktifitas tiroid menunjukkan
hiperaktifitas tiroid sebagai pencetus gagal jantung.
Penatalaksanaan
Penatalaksanaan terhadap pasien gagal jantung harus dilakukan agar
tidak terjadi perburukkan kondisi. Tujuan penatalaksanaan adalah untuk
menurunkan kerja otot jantung, meningkatkan kemampuan pompa
ventrikel, memberikan perfusi adekuat pada organ penting, mencegah
bertambah parahnya gagal jantung dan merubah gaya hidup (Wijaya &
Putri, 2013). Penatalaksanaan dasar pada pasien gagal jantung meliputi
dukungan istirahat untuk mengurangi beban kerja jantung, pemberian
terapi farmakologis untuk meningkatkan kekuatan dan efisien kontraksi
jantung, dan pemberian terapi diuretik untuk menghilangkan penimbunan
cairan tubuh yang berlebihan (Smeltzer & Bare, 2010).
1) Menurunkan Kerja Otot Jantung Penurunan kerja otot jantung
dilakukan dengan pemberian diuretik, vasodilator dan beta-adrenergic
antagonis (beta bloker). Diuretik merupakan pilihan pertama untuk
menurunkan kerja otot jantung. Terapi ini diberikan untuk memacu
ekskresi natrium dan air melalui ginjal (Smeltzer & Bare, 2010).
Diuretik yang biasanya dipakai adalah loop diuretic, seperti
furosemid, yang akan menghambat reabsorbsi natrium di ascending
loop henle. Hal tersebut diharapkan dapat menurunkan volume
sirkulasi, menurunkan preload, dan meminimalkan kongesti sistemik
dan paru (Wijaya & Putri, 2013). Efek samping pemberian diuretik
jangka panjang dapat menyebabkan hiponatremi dan pemberian dalam
dosis besar dan berulang dapat mengakibatkan hipokalemia (Smeltzer
& Bare, 2010). Hipokalemia menjadi efek samping berbahaya karena
dapat memicu terjadinya aritmia (Wijaya & Putri, 2013). Pemberian
vasodilator atau obat-obat vasoaktif dapat menurunkan kerja
miokardial dengan menurunkan preload dan afterload sehingga
meningkatkan cardiac output. Sementara itu, beta bloker digunakan
untuk menghambat efek system saraf simpatis dan menurunkan
kebutuhan oksigen jantung. Pemberian terapi diatas diharapkan dapat
menurunkan kerja otot jantung sekaligus (Wijaya & Putri, 2013).
2) Elevasi Kepala Pemberian posisi fowler/semi fowler bertujuan untuk
mengurangi kongesti pulmonal dan mengurangi sesak napas. Kaki
pasien sebisa mungkin tetap diposisikan dependen atau tidak
dielevasi, meski kaki pasien edema, karena elevasi kaki dapat
meningkatkan venous return yang akan memperberat beban awal
jantung (Black & Hawks, 2014).
3) Mengurangi Retensi Cairan Mengurangi retensi cairan dapat
dilakukan dengan mengontrol asupan natrium dan pembatasan cairan.
Pembatasan natrium digunakan di gunakan dalam diet sehari-hari
untuk membantu mencegah, mengontrol, dan menghilangkan edema.
Restriksi natrium <2 gram/hari membantu diuretic bekerja secara
optimal. Pembatasan cairan hingga 1000 ml/hari direkomendasikan
pada gagal jantung yang berat.
4) Meningkatkan Pompa Ventrikel Jantung, Penggunaan adrenergic
agonist atau obat inotropik merupakan salah satu cara yang paling
efektif untuk meningkatkan kemampuan pompa ventrikel jantung.
Obat-obatan ini akan meningkatkan kontraktilitas miokard sehingga
meningkatkan volume sekuncup. Salah satu inotropik yang sering
digunakan adalah dobutamin. Dobutamin memproduksi reseptor beta
yang kuat dan mampu meningkatkan curah jantung tanpa
meningkatkan kebutuhan oksigen otot jantung atau menurunkan aliran
darah koroner. Pemberian kombinasi dobutamin dan dopamin dapat
mengatasi sindroma low cardiac output dan bendungan paru (Black &
Hawks, 2014).
5) Pemberian Oksigen dan Kontrol Gangguan Irama Jantung, Pemberian
oksigen dengan nasal kanul bertujuan untuk mengurangi hipoksia,
sesak napas dan membantu pertukaran oksigen dan karbondioksida.
Oksigenasi yang baik dapat meminimalkan terjadinya gangguan irama
jantung, salah satunya aritmia. Aritmia yang paling sering terjadi pada
pasien gagal jantung adalah atrial fibrilasi (AF) dengan respon
ventrikel cepat. Pengontrolan AF dilakukan dengan dua cara, yakni
mengontrol rate dan rhythm (Black & Hawks, 2014).
6) Mencegah Miokardial Remodelling, Angiotensin Converting Enzyme
inhibitor atau ACE inhibitor terbukti dapat memperlambat proses
remodeling pada gagal jantung. ACE inhibitor menurunkan afterload
dengan memblok produksi angiotensin, yang merupakan
vasokonstriktor kuat. Selain itu, ACE inhibitor juga meningkatkan
aliran darah ke ginjal dan menurunkan tahanan vaskular ginjal
sehingga meningkatkan diuresis. Hal ini akan berdampak pada
peningkatan cardiac output sehingga mencegah remodeling jantung
yang biasanya disebabkan oleh bendungan di jantung dan tahanan
vaskular. Efek lain yang ditimbulkan ACE inhibitor adalah
menurunkan kebutuhan oksigen dan meningkatkan oksigen otot
jantung (Black & Hawks, 2014).
7) Merubah Gaya Hidup Perubahan gaya hidup menjadi kunci utama
untuk mempertahankan fungsi jantung yang dimiliki dan mencegah
kekambuhan. Ketaatan pasien berobat, pemantauan berat badan
mandiri, asupan cairan, pengurangan berat badan, latihan fisik,
aktvitas seksual (Black & Hawks, 2014).
Pengkajian Fokus Keperawatan
Pengkajian yaitu dimana pemikiran dasar bertujuan yang
mengumpulkan informasi tentang data klien, sehingga bisa
mengidentifikasi, mengenali berbagai macam masalah-masalah kebutuhan
kesehatan klien dan kondisi klien baik pada fisik, mental, maupun sosial
dan lingkungan klien (Muttaqin, 2012). Pengkajian pada pasien ADHF
meliputi:
1) Pengkajian
(a) Identitas Klien meliputi : nama, tempat/tanggal lahir, jenis
kelamin, status kawin, agama, pendidikan, pekerjaan, alamat,
diagnosa medis, No. rekam medik
(b) Keluhan utama, dapat ditemukan pada pasien ADHF dengan
manifestasi respiratori ditemui keluhan utama sesak nafas.
Keluhan utama lainnya ditemui pada pasien penyakit ADHF,
yaitu edema pada ekstremitas, batuk peningkatan/penurunan berat
badan, penurunan nafsu makan/rasa kenyang yang cepat, nocturia,
takipnea, lelah yang ditandai dengan ekstremitas dingin.
(c) Riwayat kesehatan sekarang, dapat ditemukan keluhan yang
biasanya disampaikan pasien ADHF adalah: pasien akan
mengeluhkan napas sesak (dispnea) bagi pasien yang memiliki
manifestasi respiratori, edema pada ekstremitas, dan dingin di
daerah ekstremitasnya.
(d) Riwayat kesehatan dahulu, biasanya pasien pernah dirawat karena
penyakit yang sama dan adanya riwayat hipertensi.
(e) Riwayat kesehatan keluarga, hal yang perlu dikaji dalam keluarga
klien, adakah yang menderita penyakit sama dengan klien,
penyakit jantung, gagal jantung, hipertensi.
2) Pengkajian Primer
(a) Airway, Kepatenan jalan nafas meliputi pemeriksaan obstruksi
jalan nafas, adanya benda asing, adanya suara nafas tambahan.
(b) Breathing, Frekuensi nafas, apakah ada penggunaan otot bantu
nafas, retraksi dada, adanya sesak nafas, palpasi pengembangan
paru, auskultasi suara nafas, kaji adanya suara nafas tambahan.
(c) Circulation, Pengkajian mengenai volume darah dan cardiac
output serta adanya perdarahan. pengkajian juga meliputi status
hemodinamik, warna kulit, nadi.
3) Pengkajian Sekunder
(a) Aktivitas/istirahat, Gejala : Keletihan/kelelahan terus menerus
sepanjang hari, insomnia, nyeri dada dengan aktivitas, dispnea
pada saat istirahat. Tanda : Gelisah, perubahan status mental mis :
letargi, tanda vital berubah pada aktivitas.
(b) Sirkulasi, Gejala : Riwayat HT, IM baru/akut, episode GJK
sebelumnya, penyakit jantung, bedah jantung, endokarditis,
anemia, syok septik, bengkak pada kaki, telapak kaki, abdomen.
Tanda : TD ; mungkin rendah (gagal pemompaan), Tekanan
Nadi; mungkin sempit, Irama Jantung ; Disritmia, Frekuensi
jantung ; Takikardia , Nadi apical ; PMI mungkin menyebar dan
merubah, posisi secara inferior ke kiri, Bunyi jantung ; S3
(gallop) adalah diagnostik, S4 dapat, terjadi, S1 dan S2 mungkin
melemah, Murmur sistolik dan diastolic, Warna ; kebiruan, pucat
abu-abu, sianotik, Punggung kuku ; pucat atau sianotik dengan
pengisian, kapiler lambat, Hepar ; pembesaran/dapat teraba,
Bunyi napas ; krekels, ronkhi, Edema ; mungkin dependen, umum
atau pitting , khususnya pada ekstremitas.
(c) Integritas ego, Gejala : Ansietas, kuatir dan takut. Stres yang
berhubungan dengan penyakit/keperihatinan finansial
(pekerjaan/biaya perawatan medis). Tanda : Berbagai manifestasi
perilaku, mis : ansietas, marah, ketakutan dan mudah tersinggung.
(d) Eliminasi, Gejala : Penurunan berkemih, urine berwana gelap,
berkemih malam hari (nokturia), diare/konstipasi.
(e) Nutrisi, Gejala : Kehilangan nafsu makan, mual/muntah,
penambahan berat badan signifikan, pembengkakan pada
ekstremitas bawah, pakaian/sepatu terasa sesak, diet tinggi
garam/makanan yang telah diproses dan penggunaan diuretic.
Tanda : Penambahan berat badan cepat dan distensi
abdomen (asites) serta edema (umum, dependen, tekanan dan
pitting edema).
(f) Higiene, Gejala : Keletihan/kelemahan, kelelahan selama
aktivitas Perawatan diri. Tanda : Penampilan menandakan
kelalaian perawatan personal.
(g) Neurosensori, Gejala : Kelemahan, pening, episode pingsan.
Tanda : Letargi, kusut pikir, diorientasi, perubahan perilaku dan
mudah tersinggung.
(h) Nyeri/Kenyamanan, Gejala : Nyeri dada, angina akut atau kronis,
nyeri abdomen kanan atas dan sakit pada otot. Tanda : Tidak
tenang, gelisah, focus menyempit dan perilaku melindungi diri.
(i) Pernapasan, Gejala : Dispnea saat aktivitas, tidur sambil duduk
atau dengan beberapa bantal, batuk dengan/tanpa pembentukan
sputum, riwayat penyakit kronis, penggunaan bantuan
pernapasan. Tanda : Pernapasan; takipnea, napas dangkal,
penggunaan otot asesori pernpasan.
Batuk : Kering/nyaring/non produktif atau mungkin batuk
terus menerus dengan/tanpa pembentukan sputum.
Sputum ; Mungkin bersemu darah, merah muda/berbuih
(edema pulmonal)
Bunyi napas ; Mungkin tidak terdengar.
Fungsi mental; Mungkin menurun, kegelisahan, letargi.
Warna kulit ; Pucat dan sianosis.
(j) Interaksi sosial, Gejala : Penurunan keikutsertaan dalam
aktivitas sosial yang biasa dilakukan
Diagnosa Keperawatan
1) Penurunan curah jantung b/d perubahan kontraktilitas,
2) Bersihan jalan nafas tidak efektif b/d sekresi yang tertahan
3) Gangguan pertukaran gas b/d ketidakseimbangan ventilasi-perfusi.
4) Hipervolemi b/d gangguan aliran balik vena
5) Intoleransi aktivitas b/d kelemahan.
Tujuan Keperawatan
No SDKI SIKI
1.
3 Gangguan pertukaran gas b/d Terapi Oksigen ( I.01026)
ketidakseimbangan ventilasi- Monitor kecepatan aliran oksigen
perfusi. Monitor aliran oksigen secara
periodik dan pastikan fraksi yang
diberikan cukup
Monitor tanda-tanda hipoventilasi
Bersihkan sekret pada mulut,
hidung dan trakea, jika perlu
Pertahankan kepatenan jalan
nafas
Ajarkan pasien dan keluarga
caramenggunakan oksigen di
rumah
Kolaborasi penentuan dosis
oksigen.
1.
4 Hipervolemia b/d gangguan Manajemen Hipervolemia
aliran vena balik. (I.03114)
Periksa tanda dan gejala
hipervolemia
Identifikasi penyebab
hipervolemia
Monitor status hemodinamik
Monitor intake dan output cairan
Batasi asupan cairan dan garam
Anjurkan melapor jika haluaran
urin <0,5 mL/kg/jam dalam 6 jam
Ajarkan cara membatasi cairan
No SDKI SIKI
Suddart, & Brunner. 2002. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah.Jakarta: Penerbit
Buku Kedokteran EGC
Moorhead, Sue, et.al. Nursing Outcomes Classification (NOC). Fourth Edition. St.
Louis Missouri: Mosby Elsevier Price, SA. 2005. Patofisiologi, Konsep
Klinis Proses-Proses Penyakit. Jakarta: EGC
Soeparman, Waspadji S. 1990. Ilmu Penyakit Dalam, Jilid II. Jakarta: Balai
Penerbit FKUI.
Disusun Oleh:
Afni Anggraini 11194692210129
Ahmad Habibi 11194692210130
Nur Aisah 11194692210148
Siti Irma Nur Aina 11194692210156
I. Pengkajian
Hari/Tanggal pengkajian : Minggu, 25 September 2022
A. Identitas
Riwayat Kesehatan
Pemeriksaan Fisik