Anda di halaman 1dari 25

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Anatomi Fisiologi Jantung

1. Definisi jantung

Jantung adalah organ tubuh yang terdiri dari otot-otot yang

berbentuk kerucut terbalik (Mahadevan, 2018). Jantung adalah pusat

dari sistem peredaran darah yang memiliki dua fungsi. Pertama untuk

mengumpulkan darah mengandung karbon dioksida dari jaringan

tubuh dan dipompakan ke paru-paru, kedua untuk mengumpulkan

darah yang kaya oksigen dari paru-paru dan dipompakan ke seluruh

jaringan tubuh (Weinhaus & Roberts, 2005).

Jantung terletak diantara paru-paru di mediastinum tengah, bagian

basis jantung mengarah ke kanan atas dan terdapat pembuluh darah

utama, perkiraan basis terletak di kartilago costae ke 2 ,dan bagian

apeks terletak mengarah ke bawah dan ke arah kiri, diperkirakan

berada di costae 5 atau 6. Ukuran jantung diperkirakan sebesar kepalan

tangan dengan berat antara 250-350 gram (Curran & Sheppard, 2011)

2. Anatomi Jantung

a. Dinding jantung

Secara umum dinding jantung terdiri dari tiga lapisan yang

memiliki fungsi dan ketebalan yang berbeda.

1. Perikardium

Jantung dilapisi oleh kantung yang disebut perikardium,

perikardium berfungsi melindungi dan mencegah jantung

6
7

mengembang secara berlebihan (Jarvis & Saman, 2018).

Perikardium terdiri dari :

a) Perikardium fibrosa: jaringan ini dibentuk oleh

jaringan ikat padat dan tidak teratur (Jarvis & Saman,

2018).

b) Perikardium Serosa: Jaringan yang terdiri dari 2

lapisan, bagian luar dari kedua lapisan ini melekat

kuat pada bagian dalam permukaan perikardium

fibrosa, lapisan ini disebut sebagai lapisan pariental.

Lapisan pariental dipantulkan disekitar pembuluh

darah besar dan terbentuk lapisan viseral (Mahadevan,

2018).

c) Rongga Perikardial: Diantara dinding perikardium

serosa terdapat rongga perikardial, rongga ini diisi

dengan cairan perikardial sekitar 10-15 mililiter yang

disekresikan oleh membran serosa. Cairan ini berfngsi

untuk mengurangi gesekan antar membran saat

jantung berdetak (Curran & Sheppard, 2011).

2. Myocardium

Myocardium (myo=Muscle/Otot, Cardio=jantung). Lapisan

dinding jantung yg berada ditengah dan paling tebal karena

terdapat banyak lapisan serat otot disebut myocardium (Curran

& Sheppard, 2011). Myocardium terdiri dari otot-otot jantung

berbentuk spiral yang bekerja memompakan darah keluar dari


8

jantung (Weinhaus & Roberts, 2005). Myocardium pada

verntrikel kiri terdapat otot yang lebih tebal dibandingkan

ventrikel kanan dikarenakan kerja dari myocardium ventrikel

kiri lebih berat dibandingkan ventrikel kanan (Weinhaus &

Roberts, 2005). Jenis otot yang terdapat pada myocardium

adalah otot jantung yang setiap miositnya mengandung satu

nukleus yang terletak ditengah, otot ini berserat dan bercabang

diperkirakan memiliki diameter 10-20 mikrometer (Curran &

Sheppard, 2011).

3. Endocardium

Endocardium (endo=didalam, cardio=jantung), yang berarti

endocardium merupakan lapisan terdalam dari dinding jantung.

Endocardium adalah lembaran epitel yang disebut endotelium,

terletak pada lapisan membran basal jaringan ikat (Weinhaus &

Roberts, 2005). Jaringan ini menutupi katup jantung dan

berlajut dengan endotelium yang melapisi pembuluh darah

utamana yang menempel pad jantung (Curran & Sheppard,

2011).

Gambar 2. 1 Dinding Jantung (Curran & Sheppard, 2011)


9

b. Ruang Jantung

Jantung Terdiri empat ruang yaitu dua ruang atrium yang

berada bagian atas jantung dan dua ruang ventrikel yang berada

dibawah jantung. Atrium memiliki fungsi sebagai ruang yang

menerima darah dari luar jantung dan memompa darah ke

ventrikel. Ventrikel memiliki fungsi utama sebagai pompa jantung,

yaitu memompakan darah ke paru-paru dan ke seluruh tubuh. Pada

setiap sisi kiri dan kanan jantung terhubungkan antara atrium dan

ventrikel melalui lubang atrio-ventrikuler dan pada setiap lubang

tersebut terdapat katup (Movahed et al., 2009).

c. Katup Jantung

Terdapat empat katup yang mempertahankan aliran darah

pada jantung agar tetap searah yaitu :

1) Katup pulmonalis

Katup pulmonalis berada di arteri pulmonal

berfungsi sebagai pengontrol aliran darah yang membawa

karbon dioksida dari jantung ke paru-paru. Katup

pulmonalis terdapat di ventrikel kanan.

2) Katup aorta

Katup aorta berada pangkal aorta berfungsi sebagai

pengontrol aliran darah yang membawa oksigen dari

jantung ke seluruh tubuh. Katup aorta terdapat di ventrikel

kiri.

3) Katup bicuspidalis/mitral
10

Katup bicuspidalis/ mitral ini terdapat di

anteroventrikular kiri, ,katup ini dikatakan bicuspidalis

karena terdapat dua penutup atau flaps yang mengontrol

aliran darah dari atrium kiri ke ventrikel kiri (Curran &

Sheppard, 2011).

4) Katup tricuspidalis

Katup tricuspidalis terdapat di anteroventrikular

kanan, dikatakan tricuspidalis karena terdapat tiga penutup

atau flaps yang mengontrol aliran darah dari atrium kanan

ke ventrikel kanan (Curran & Sheppard, 2011).

Katup berada diantara disetiap atrium dan ventrikel dan di

dua arteri yang berfungsi untuk mengalirkan darah keluar jantung

(Curran & Sheppard, 2011). Katup pada jantung selalu mengarah

ke bawah untuk mencegah darah yang telah dipompa kembali ke

ruang atrium ataupun ventrikel dan bunyi dari jantung normal

adalah hasil dari aposisi cups katup yang merespon terhadap

perubahan tekanan yang terjadi diventrikel selama siklus jantung

dan dapat dideteksi dengan auskultasi (Mahadevan, 2018). Katup

terbentuk dari jaringan ikat fibrosa yang berasal dari dinding

jantung, bagian luar katup dilapisi oleh endokardium (Curran &

Sheppard, 2011).
11

Gambar 2. 2 Katup Jantung (Curran & Sheppard, 2011)

d. Pembuluh Darah

Jantung membutuhkan suplai darah yang kaya akan oksigen

untuk melakukan tugasnya. Suplai darah dihantarkan melalui arteri

koroner kanan dan kiri, yang terletak di epikardium dan menembus

miokardium. Arteri koroner kanan dan kiri muncul dari lubang

vaskular di dasar aorta. Arteri koroner kiri berjalan menuju sisi kiri

jantung, terbagi menjadi arteri desendens anterior kiri dan arteri

sirkumfleksi kiri. Arteri koroner kanan berjalan di sisi kanan

jantung membagi menjadi arteri marginal (bagian lateral sisi kanan

jantung) dan arteri desendens posterior (menyuplai bagian

posterior jantung). Arteri koroner memberikan suplai darah secara

berkala ke jantung, terutama saat jantung berelaksasi, dikarenakan

katup terbuka (Jarvis & Saman, 2018).


12

Gambar 2. 3 Arteri Koroner (Jarvis & Saman, 2018)

Pada vena koroner, mengikuti jalur yang mirip dengan

arteri koroner. Sinus koroner adalah kumpulan vena koroner (vena

kecil, tengah, besar dan oblik, vena marginal kiri dan vena

ventrikel posterior kiri) yang mengalir ke atrium kanan pada aspek

posterior jantung. Dua pertiga dari darah vena jantung

dikembalikan ke jantung melalui sinus koroner, sementara

sepertiga dikembalikan langsung ke jantung dengan melalui vena

jantung anterior memiliki katup yang langsung ke atrium kanan

(Jarvis & Saman, 2018).


13

Gambar 2. 4 Vena Jantung (Curran & Sheppard, 2011)

Sebagian besar aliran vena dari jantung memasuki sinus

koroner (2-3 cm sepanjang bagian posterior sulkus

atrioventrikular). Sinus koroner mengalir ke bagian posterior

atrium kanan melalui sebuah lubang yang berdekatan dengan

muara vena cava inferior (Weinhaus & Roberts, 2005). Sinus

koroner dilalui oleh vena berikut:

1) Vena jantung besar (yang awalnya menyertai arteri

interventrikular anterior dan kemudian arteri

sirkumfleksi

2) Vena jantung tengah (yang menyertai arteri

interventrikular posterior)

3) Vena jantung kecil (yang menyertai arteri marginal

kanan)

4) Vena posterior ventrikel kiri

5) Vena oblik atrium kiri.


14

Dua pertiga dari darah vena jantung dikembalikan ke

jantung melalui sinus koroner, sementara sepertiga dikembalikan

langsung ke jantung melalui vena jantung anterior langsung ke

atrium kanan dan vena jantung kecil lansung ke keempat bilik

(Jarvis & Saman, 2018).

3. Fisiologi jantung

Jantung adalah kunci utama dari sistem kardiovaskular yaitu sistem

yang mengatur transportasi darah didalam tubuh. Otot yang

berkontraksi secara ritmis dan otonom bekerja sama dengan pembuluh

darah untuk memastikan sirkulasi darah yang berjalan secara terus

menerus didalam tubuh (Jarvis & Saman, 2018). Fisiologi pada

jantung dijelaskan melalui beberapa poin, yaitu:

3.1. Sirkulasi Peredaran Darah

Sirkulasi peredaran darah menyalurkan oksigen dan nutrisi

ke Jaringan tubuh dan membawa karbon dioksida untuk

dikeluarkan dari tubuh melalui paru-paru. Sirkulasi pada paru-

paru dan sistemik bersama-sama membantu dalam memenuhi

peran utama jantung. Darah yang membawa karbon dioksida

dari vena cava superior (dari ekstremitas atas, kepala, dan

dinding dada), vena cava inferior ( organ perut dan ekstremitas

bawah) dan sinus koroner (dari miokardium) masuk ke atrium

kanan, lalu tekanan di ruang atrium meningkat. Ketika tekanan

atrium kanan melebihi tekanan di ventrikel kanan, maka katup

trikuspidalis terbuka memungkinkan darah untuk masuk ke


15

ventrikel kanan. Sebagai hasil dari pengisian ini, tekanan di

ventrikel kanan menumpuk dan memaksa katup trikuspidalis

untuk menutup dan katup pulmonalis untuk membuka,

sehingga darah keluar ke paru-paru melalui arteri pulmonalis

(Movahed et al., 2009). Darah yang mengandung oksigen dari

paru-paru mencapai atrium kiri melalui vena pulmonalis dan

mengakibatkan, tekanan di atrium kiri meningkat dan ketika

tekanan melebihi ventrikel kiri maka, katup mitral terbuka, dan

memungkinkan darah masuk ke ventrikel kiri. Darah mulai

mengisi ventrikel kiri, dan saat ventrikel kiri mulai

berkontraksi, dan terjadi peningkatan tekanan ruang ventrikel

kiri memaksa katup mitral untuk menutup dan katup aorta

terbuka, sehingga darah dikeluarkan melalui aorta, untuk

didistribusikan ke seluruh tubuh (Movahed et al., 2009).

Gambar 2. 5 Sirkulasi Peredaran Darah (Curran & Sheppard, 2011)


16

3.2. Elektrofisiologi Jantung

Jalur listrik pada jantung dimulai pada simpul Sinoatrial,

atau disebut SA node , yang terletak di atrium kanan. SA node

ini adalah kumpulan sel yang mengalami pergerakan secara

otomatis. sel-sel ini memiliki kecepatan depolarisasi yang tidak

tergantung pada sel-sel lain di jantung. Saat SA node

mengalami depolarisasi, sinyal listrik secara bersamaan

disalurkan dari atrium kanan ke atrium kiri melalui kumpulan

sel yang disebut "Bachman's Bundle" Mengikuti konduksi SA

node, arus mengalir ke nodus Atrioventrikular, atau AV node.

AV node terletak lebih rendah pada Atrium Kanan. AV node

membuat jeda kecil di jalur listrik jantung. Jeda ini sangat

penting karena menunda ventrikel untuk berkontraksi, sehingga

membentuk kontraksi yang terjadi secara berturut-turut dari

atrium lalu ventrikel. Jika jeda ini tidak terjadi, maka atrium

dan ventrikel akan berkontraksi secara bersamaan, dan darah

tidak dapat mengalir dengan baik melalui jantung. Arus

meninggalkan AV node menuju ke seikat sel bernama "Bundle

of His" yang terletak di bawah AV node di septum

interventrikular. Bundel His kemudian menyalurkan konduksi

ke dua cabang berkas yang melingkari kedua ventrikel yang

disebut cabang bundel kanan dan kiri. Cabang berkas kanan

dan kiri memiliki banyak fasikulus yang membelah dan


17

mensuplai sebagian besar ventrikel (Oberman & Bhardwaj,

2021).

Gambar 2. 6 Kelistrikan Jantung (Jarvis & Saman, 2018)

B. Gagal Jantung

1. Definisi Gagal Jantung

Gagal jantung merupakan sindrom kompleks yang diakibatkan

oleh adanya kerusakan secara struktural maupun fungsional jantung

yang dimana fungsi utama jantung adalah sebagai pompa darah tidak

dapat memenuhi kebutuhan tubuh akan oksigen dan nutrisi untuk

metabolisme. Menurut Inamdar & Inamdar (2016), Gagal jantung

adalah sindrom klinis yang disebabkan oleh adanya cacat struktural

maupun fungsional pada miokardium yang mengakibatkan gangguan

pada jantung pada saat pengisian ventrikel atau saat pemompaan darah.

Gagal jantung didefinisikan oleh European Society of Cardiology

(ESC) sebagai sindrom klinis yang ditandai dengan gejala seperti sesak

nafas, batuk dan mengi yang terus-menerus, kelelahan,

pembengkakakan pada pergelangan kaki, yang dapat disertai dengan


18

tanda-tanda seperti: tekanan vena jugularis, suara paru crackles,

peningkatan denyut jantung dan edema perifer (Lainscak et al., 2017).

Namun tanda-tanda tersebut mungkin tidak muncul pada tahap awal

dan pada pasien yang menjalani pengobatan diuretik. ketika tanda dan

gejala semakin jelas hal tersebut dikarenakan oleh kelainan struktural

atau fungsi jantung yang menyebabkan disfungsi ventrikel sistolik dan

atau diastolik, sehingga terjadinya penurunan curah jantung saat

istirahat atau selama stres.

2. Epidemiologi

Gangguan pada kardiovaskular merupakan salah satu masalah

kesehatan yang memiliki angka dengan kasus paling tinggi dinegara

maju dan berkembang. Penyakit akibat gangguan kardiovaskular juga

merupakan penyebab kematian nomer satu di dunia, dan angka

kematian akibat gangguan kardiovaskular setiap tahunnya lebih tinggi

dibandingkan dengan kematian pada kasus lainnya. Menurut data yang

diambil dari WHO (World Health Organization) Penyakit

kardiovaskular mewakili 31% kematian didunia yaitu diperkirakan

angka kematian sebesar 17,9 juta jiwa pada tahun 2016. Menurut

Global Health Data Exchange (GHDx) prevalensi kasus gagal jantung

didunia saat ini diperkirakan 64,34 juta kasus dengan diantaranya 29%

kasus gagal jantung ringan, 19% kasus gagal jantung sedang, dan 51%

gagal jantung berat (Lippi & Sanchis-Gomar, 2020).

Prevalensi gagal jantung di Asia berkisar 1,26-6,7%. Di Cina,

gangguan kardiovaskular juga merupakan penyebab kematian utama


19

dan 4,2 juta orang menderita gagal jantung dengan terdapat 500.000

kasus baru setiap tahunnya. Di Malaysia terdapat 6,7% atau setara

dengan 1.435 pasient dengan gagal jantung yang dirawat inap di rumah

sakit umum Kuala Lumpur. Di Jepang diperkirakan 1 juta orang

menjalani rawat inap dikarenakan menderita gagal jantung dengan

disfungsi ventrikel kiri dan jumlah ini diperkirakan akan meningkat

secara bertahap dari 979.000 pada tahun 2005 menjadi 1,3 juta pada

tahun 2030 (Sakata & Shimokawa, 2013). Di indonesia data dari Riset

Kesehatan Dasar (Riskesdas) di tahun 2018, prevalensi penyakit

jantung yang telah didiagnosa oleh dokter pada semua umur di

Indonesia sebesar 1,5%. Paling tinggi terdapat di provinsi Kalimantan

Utara yaitu sebesar 2,2%, dan provinsi yang memiliki prevalensi

paling rendah adalah NTT yaitu sebesar 0,7%.

3. Klasifikasi

Berdasarkan dari lokasi terjadinya permasalahan pada jantung,

gagal jantung dapat terjadi pada ventrikel kiri, ventrikel kanan, dan

biventrikular. Terdapat dua macam gagal jantung yang diklasifikasikan

menurut waktu terjadinya yaitu, gagal jantung akut dan kronik. Gagal

jantung akut yaitu adanya serangan cepat dari tanda dan gejala gagal

jantung akibat dari fungsi jantung yang abnormal. Gagal jantung

kronik adalah gagal jantung yang dimana adanya penurunnya fungsi

kerja jantung untuk memompa darah secara perlahan (Imaligy, 2014).


20

Menurut NYHA (New York Heart Association) gagal jantung

diklasifikasikan menjadi 4 kelas berdasarkan gejala dan penurunan

aktivitas fungsional tubuh.

a. Kelas I : pasien dengan penyakit jantung tetapi tidak

mengalami keterbatasan aktivitas fisik. Aktivitas fisik biasa

tidak menimbulkan gejala.

b. Kelas II : pasien dengan penyakit jantung mengalami sedikit

keterbatasan aktivitas fisik dikarenakan muncul gejala saat

melakukan aktivitas yang biasa. Tetapi dapat merasa nyaman

saat beristirahat.

c. Kelas III : pasien dengan penyakit jantung mengalami

keterbatasan aktivitas fisik yang ringan dikarenakan munculnya

gejala. Tetapi dapat merasa nyaman saat beristirahat.

d. Kelas IV : pasien dengan penyakit jantung yang tidak mampu

melakukan aktivitas fisik yang ringan sekalipun dan gejala

dapat timbul bahkan pada saat beristirahat.(Lainscak et al.,

2017)

4. Etiologi

Menurut Rachma,(2014) Penyebab terjadinya kegagalan pada

pemompaan jantung terbagi menjadi dua yaitu adanya disfungsi

sistolik dan disfungsi diastolik.

a. Gangguan sistolik

Gangguan sistolik terjadi ketika otot jantung kesulitan

untuk memompakan darah yang mengandung oksigen ke seluruh


21

tubuh. penyebab tersering dari gangguan sistolik adalah beberapa

penyakit jantung seperti iskemik, kardiomiopati, penyakit katup

jantung, dan hipertensi.

b. Gangguan diastolik

Gangguan diastolik terjadi ketika jumlah darah yang

dipompa saat jantung istirahat ke s eluruh tubuh tidak mencukupi

atau tidak sesuai dengan kebutuhan. Penyebab tersering dari

gangguan diastolik adalah yang menyebabkan sistolik yaitu

hipertensi, jantung iskemik, hipertrofi, kardiomiopati, dan restriktif

kardiomiopati.

5. Faktor Risiko

Pada penelitian yang dilakukan oleh Purbianto & Agustanti,

(2015) terdapat beberapa faktor yang dapat mempengaruhi terjadinya

gagal jantung yaitu:

a. Usia

Usia merupakan salah satu dari faktor risiko dikarenakan

dengan bertambahnya usia seorang maka jantung dan pembuluh

darah akan mengalami perubahan pada struktural maupun

fungsional. Dengan bertambahnya usia sistem aorta dan arteri

dapat menjadi lebih kakuh dah lurus, perubahan ini akibat dari

hilangnya serat elastis dalam lapisan medial arteri.

b. Jenis kelamin

Berdasarkan hasil penelitian Purbianto & Agustanti,(2015)

gagal jantung lebih rentan terjadi pada pria dibandingkan wanita,


22

dikarenakan pada wanita terdapat hormon estrogen yang dapat

melindungi wanita dari penyakit degeneratif sampai dengan wanita

mengalami monopouse. Hormon estrogen dapat mengurangi

kolestrol sehingga meminimalisir kemungkinan terjadinya

penyumbatan dipembuluh darah.

c. Genetik

Faktor genetik dapat menurunkan risiko dari terjadinya

penyakit kardiovaskular. Seorang yang memiliki keluarga dengan

riwayat penyakit gagal jantung akan lebih berisiko terkena gagal

jantung dibandingkan dengan yang tidak memiliki riwayat kelurga

gagal jantung.

d. Merokok

Merokok merupakan penyebab utama penyakit arteri

koroner, yang dimana arteri korener merupakan salah satu

penyebab terjadinya gagal jantung. Sehingga semakin tinggi

kebiasaan seorang untuk merokok maka semakin berisiko terkena

gagal jantung.

e. Hipertensi

Semakin lama seorang terkena hipertensi maka semakin

besar pula kemungkinan untuk terkena gagal jantung. Dikarenakan

hipetensi menyebabkan kebutuhan suplai oksigen meningkat.

6. Patofisiologi

Gagal jantung diakibatkan karena adanya ketidakmampuan jantung

untuk memompa darah ke seluruh tubuh. Gagal jantung dapat terjadi


23

pada jantung kiri, kanan, maupun keduanya. Gagal jantung kiri terjadi

akibat adanya gangguan pada ventrikel kiri sehingga tidak dapat

memompakan darah ke seluruh tubuh, gagal jantung kiri menyebabkan

curah jantung kiri menurun, sehingga tekanan diastol dalam ventrikel

kiri meningkat. Hal ini mengakibatkan terjadinya kenaikan tekanan

pada atrium kiri yang kesulitan dalam mengisi ventrikel kiri saat

diastol, dan terjadi hambatan aliran darah dari vena pulmonalis ke

atrium kiri. Jika tekanan dalam sirkulasi terus meninggi dan

berlansung lama maka dapat mengakibatkan terjadi penumpukan

cairan pada paru-paru sehingga terjadinya edema paru yang

mengakibatkan penderita mengalami kesulitan dalam bernafas. Jika

tekanan masih berlanjut maka gagal jantung kiri dapat menurun

menjadi gagal jantung kanan maupun keduanya. Hal ini terjadi bila

beban di ventrikel kanan terus bertambah dan mengakibatkan ventrikel

kanan mengalami hipertropi sampai melebihi batas

kemampuannya.(Rachma, 2014).

Selain itu gagal jantung kanan juga dapat terjadi akibat dari adanya

gangguan pada ventrikel kanan yang memompakan darah ke paru-paru

tanpa mendahului ventrikel kiri. Gagal jantung kanan mengakibatkan

adanya tekanan pada atrium kanan dalam pengisian ventrikel kanan

pada waktu diastol. Dikarenakan semakin meningginya tekanan pada

atrium menyebabkan hambatan aliran darah masuk dalam jantung

melalui vena cava superior dan inferior sehingga terbentuknya


24

penumpukan cairan pada vena-vena sistemik dan terjadinya edema

pada tumit dan tungai bawah. (Rachma, 2014)

Dalam penelitian Kupper et al., (2016) mengatakan sesak nafas

yang terjadi pada pasien gagal jantung dikarenakan oleh penumpukan

cairan pada rongga interstisial dan alveoli paru, sehingga menghambat

dari pengembangan paru-paru dan penderita mengalami kesulitan

bernafas. Gangguan dari fungsi paru akibat penumpukan cairan akan

berdampak pada penurunan saturasi oksigen. Saturasi oksigen

merupakan kadar oksigen yang dibawa oleh sel darah merah untuk

disalurkan ke seluruh tubuh. kadar oksigen yang kurang dari 95-100%

akan mengakibatkan sesak nafas (Sepdianto, 2013).

7. Manifestasi klinis

Gagal jantung menyebabakan timbulnya berbagai manifestasi

klinis yang dapat diamati. Menurut American Heart Association (2012

dalam Rubiah, 2019) berikut adalah manifestasi klinis yang terdapat

pada penderita gagal jantung :

a. Dispnea atau sesak nafas

Sesak nafas biasanya dirasakan oleh penderita gagal

jantung saat melakukan kegiatan, saat beristirahat, bahkan saat

tidur. Hal ini dikarenakan pada paru-paru terdapat adanya

penumpukan cairan atau bendungan darah yang tidak dapat

disalurkan ke jantung.
25

b. Batuk mengi

Batuk mengi juga disebabkan oleh adanya penumpukan

cairan pada paru-paru.

c. Nyeri dada

Nyeri dada yang dirasakan seperti rasa sakit tertekan,

panas, dan dapat menjalar ke bahu ataupun lengan. Nyeri berasal

dari dinding dada, otot pernafasan, saluran pernafasan, dan

diafragma. Nyeri dapat tiba-tiba terjadi dan berhenti dengan

sendirinya.

d. Kelelahan dan Penurunan kualitas hidup

Kelelahan merupakan hal yang biasa didapatkan pada

penderita gagal jantung. Hal tersebut dikarenkan ketidakmampuan

jantung memompakan darah untuk memenuhi kebutuhan tubuh,

dan terjadi kekurangan saturasi oksigen dalam tubuh.

e. Peningkatan denyut nadi.

Pada penderita gagal jantung sering terjadi adanya palpitasi

atau jantung berdebar-debar, hal ini dikarenkan adanya kompensasi

jantung terhadap gangguan yang terjadi.

f. Oedema perifer

Oedema perifer pada gagal jantung sering ditemui pada

vena jugularis, dan tungkai bawah. Hal ini disebabkan oleh adanya

cairan yang menumpuk pada jaringan. Kerusakan ginjal sehingga

tidak mampu mengeluarkan natrium dan air menyebabkan retensi

cairan dalam jaringan.


26

g. Anoreksia dan mual

Penderita gagal jantung sering mengalami mual dan tidak

adanya nafsu makan karena adanya gangguan pada sistem

pencernaan yang disebabkan oleh kurangnya nutrisi yang

disalurkan ke sistem pencernaan. Mual dan anoreksia juga dapat

disebabkan oleh asites yang menekan lambung.

C. Intervensi Fisioterapi

Program rehabilitasi pada pasien gagal jantung terbukti efektif falam

meningkatkan kapasitas fungsional dan kualits hidup pasien. Penurunan

kapasitas fungsional pada gagal jantung sebagian besar dikarenakan oleh

aliran darah yang dialirkan ke otot rangka yang aktif tidak mencukupi hal

ini akibat dari gangguan curah jantung (Piña et al., 2003).

Latihan olahraga adalah salah satu komponen utama dari program

rehabilitasi jantung yang komprehensif. Latihan olahraga pada pasien

gagal jantung didefinisikan sebagai olahraga yang dilakukan secara

berulang untuk meningkatkan kinerja dari sistem kardiovaskular. Beberapa

penelitian mengatakan bahwa latihan olahraga yang dilakukan oleh pasien

gagal jantung dapat dikatakan aman dan dikaitkan dengan penurunan pada

angka rawat inap dan kematian. Hal yang perlu diperhatikan dari program

rehabilitasi ada beberapa seperti jenis latihan yang akan diberikan, durasi

latihan (dari 2 minggu hingga 3 bulan), intensitas latihan (dari rendah

hingga sedang), tingkatan intoleransi pasien terhadap latihan (Alvarez et

al., 2016). Beberapa latihan yang dapat dilakukan oleh pasien gagal

jantung seperti: Aerobik yang merupakan latihan yang dilakukan secara


27

berulang, dan terstruktur, untuk meningkatkan kapasitas sistem

kardiovakular seperti peningkatan volume darah dan paru. Breathing

exercise adalah latihan yang berfungsi untuk meningkatkan pernafasan dan

kinerja fungsional tubuh. Breathing exercise juga dapat meningkatkan

kemampuan dari otot-otot pernafasan sehingga dapat meningkatkan

ventilasi paru dan memperbaiki oksigenisasi (Nirmalasari, 2017).

Resistence Exerice dapat meningkatkan meningkatkan VO2 puncak,

kapasitas latihan dan kualitas hidup pada pasien gagal jantung. Program

resistance exercise dapat dilakukan menggunakan band sebagai

alternatif. Sebuah band resisten adalah band elastis dengan resistensi yang

dapat disesuaikan, yang memungkinkan dapat memvariasikan panjangnya

untuk mencapai tingkat kekuatan maksimal di berbagai kelompok otot

(Pranata et al., 2018).

D. Telerehabilitation

Beberapa penelitian mengatakan bahwa program rehabilitasi pada

pasien gagal jantung aman dan efektif dalam meningkatkan kapasitas

fungsional, dan kualitas hidup pasien, Telerehabilitation atau

telerehabilitasi adalah bentuk telemedicine yang memanfaatkan teknologi

telekomunikasi untuk memberikan layanan rehabilitasi kepada pasien

dengan jarak jauh untuk meminimalkan hambatan, jarak, waktu, dan biaya

(D Leochico, 2020). Sehingga dengan menggunakan telerehabilitasi

memungkinkan pasien untuk menerima intervensi dirumah tanpa

kehadiran terapis ditempat. Telerehabilitasi mencangkup berbagai hal

dalam rehabilitasi seperti evaluasi, penilaian, pemantauan, pencegahan,


28

intervensi, pengawasan, edukasi, dan konsultasi (Cox et al., 2018).

Telerehabilitasi dilakukan dengan latihan intensif di rumah di bawah

pengawasan dokter atau terapis melalui web. Telerehabilitasi memberikan

kesempatan yang adil kepada orang-orang yang tinggal di daerah terpencil

atau daerah yang tidak dapat menjangkau layanan kesehatan setempat

dikarenakan keterbatasan fisik atau saat terjadinya pembatasan layanan

kesehatan seperti saat pandemi untuk mengakses layanan rehabilitasi

(Maggio et al., 2020).

E. Instrumen Pengukuran Dyspnea

a. Medical Research Council (MRC)

Medical Research Council adalah salah satu skala yang

digunakan untuk mengetahui tingkatan dari sesak nafas

mempengaruhi mobilitas atau mengukur disabilitas pernafasan

(Bestall et al., 1999). MRC memiliki 5 tingkatan

1. Sasak nafas tidak mengganggu kecuali saat sedang melakukan

olahraga berat.

2. Sesak nafas saat terburu-buru atau mendaki sedikit bukit.

3. Berhenti berjalan lebih lambat dari kebanyakan orang.

Contohnya berhenti setelah berjalan 15 menit dengan

kecepatannya sendiri.

4. Berhenti untuk bernafas untuk setelah beberapa menit berjalan

ditanah yang datar.

5. Sesak nafas bahkan saat berpakaian dan melepaskan palaian.


29

b. Cardiopulmonary Exercise Test (CPET)

CPET adalah tes global kapasitas kardiorespirasi pasien,

karena mencerminkan seluruh sistem transportasi oksigen. CPET

memberikan penilaian dari respon latihan integratif yang

melibatkan paru, kardiovaskular, hematopoietik, neuropsikologi,

dan sistem otot rangka, yang tidak cukup tercermin melalui

pengukuran fungsi sistem organ individu. CPET dapat mengukur

Gejala intoleransi latihan pada gagal jantung, seperti sesak napas,

kelelahan, atau keduanya, merupakan hasil dari interaksi

mekanisme yang kompleks yang berasal dari komponen pusat dan

perifer dari sistem transportasi oksigen (Albouaini et al., 2007).

c. 6-Minute Walking Test (6MWT)

6MWT adalah tes yang dilakukan untuk menilai tingkat

kapasitas fungsional submaksimal seseorang saat berjalan di

permukaan yang datar dan keras dalam periode 6 menit. 6MWT

dapat digunakan sebagai alat untuk pengukuran status fungsional

pasien terutama dalam kasus penyakit lanjut dengan beberapa

komorbiditas yang tidak dapat melakukan tes latihan yang lebih

kompleks, seperti pasien dengan gagal jantung, penyakit paru

obstruktif kronik atau cystic fibrosis (Giannitsi et al., 2019)

F. Instrumen Pengukuran Quality of life

a. Minnesota Living with Heart Failure Questionnaire (MLHFQ)

Minnesota Living with Heart Failure Questionnaire

(MLHFQ) adalah salah satu instrumen yang sering digunakan


30

untuk mengukur kualitas hidup pada pasien dengan gagal jantung.

Pertanyaan yang terdapat dalam MLHFQ terbagi menjadi 2 poin

yaitu pertanyaan fisik dan emosional (Bilbao et al., 2016).

b. Short Form Health Survey questionnaire (SF-36)

Dalam penelitian Lins & Carvalho, 2016 Short Form Health

Survey questionnaire (SF-36) adalah salah satu instrumen dar

penilaian kualitas hidup pada pasien terkait masalah kesehatan. SF-

36 dapat mengukur delapan skala: fungsi fisik (PF), peran fisik

(RP), nyeri tubuh (BP), kesehatan umum (GH), vitalitas (VT),

fungsi sosial (SF), peran emosional (RE), dan kesehatan jiwa

(MH).

c. Kansas City Cardiomyopathy Questionnaire (KCCQ)

Kansas City Cardiomyopathy Questionnaire (KCCQ)

adalah kuesioner dengan 23 item yang dikembangkan untuk

memberikan deskripsi peningkatan kualitas hidup yang lebih baik

pada pasien dengan gagal jantung. KCCQ memiliki 23 item yang

di bagi menjadi 7 bagian yaitu : frekuensi gejala, beban gejala,

stabilitas gejala, keterbatasan fisik, keterbatasan sosial, kualitas

hidup, dan self-efficacy (pemahaman pasien tentang bagaimana

mengelola gagal jantung mereka) (Green et al., 2000).

Anda mungkin juga menyukai