DISUSUN OLEH :
Putri & Wijaya (2013) di dalam buku Keperawatan Medikal Bedah 1 Secara
fisiologis, jantung adalah salah satu organ tubuh yang paling vital fungsinya di
bandingkan dengan organ tubuh vital lainnya. Dengan kata lain, apabila fungsi jantung
mengalami gangguan amat besar pengaruhnya terhadap organ-organ tubuh lainnya
terutama ginjal dan otak. Karena fungsi utama jantung adalah sebagai single pompa yang
memompakan darah keseluruh tubuh untuk kepentingan metabolisme sel-sel demi
kelangsungan hidup.
Berikut adalah uraian dengan beberapa sub-topik anatomi fisiologi jantung di
bawah ini:
a. Ukuran, posisi atau letak jantung
Jantung manusia mendekati ukuran kepalan tangannya atau dengan ukuran
panjang kira-kira 12cm dan lebar sekitar 9cm, jantung terletak antara tulang sternum,
tepatmya di bawah tulang mediasternum diantara kedua paru-paru dan bersentuhan
dengan diafragma, bagian atas jantung terletak di bawah sternal notch 1/3 dari
jantung berada disebelah kanan dari midline sternum, 2/3 nya disebelah kiri dari
midline sternum. Sedangkan bagian apek jantung di interkostal ke 5 atau tepatnya di
bawah puting susu.
b. Ruang jantung
Jantung kita di bagi menjadi 2 bagian ruang yaitu Atrium (serambi) dan ventrikel
(bilik).Karena atrium hanya memompakan darah dengan jarak yang pendek, yaitu ke
ventrikel. Oleh karena itu otot atrium lebih tipis dibandingkn dengan otot ventrikel.
Ruang atrium dibagi menjadi 2 bagian, yaitu atrium kanan dan atrium kiri. Demikian
halnya dengan ruang ventrikel, di bagi menjadi 2 yaitu ventrikel kanan dan ventrikel
kiri. Jadi kita boleh mengatakan kalau jantung dibagi menjadi 2 yaitu jantung bagian
kanan (atrium kanan dan ventrikel kanan) dan jantung kiri (atrium kiri dan ventrikel
kiri). Kedua atrium memiliki bagian luar organ masing-masing yaitu auricle.
Dimanan kedua atrium dihubungkan dengan satu auricle yang berfungsi menampung
darah apabila kedua atrium memiliki kelebihan volume.
c. Lapisan otot jantung
Syaifuddin (2012) di dalam buku anatomi fisiologi lapisan otot jantung terdiri dari 3
lapisan, yaitu:
1) Perikardium, Lapisan yang merupakan kantong pembungkus jantung, terletak
di mediastinum minus, terletak di belakang korpus streni dan rawan iga II-VI.
2) Perikardium fibrosum (visual): Bagian kantong yang membatasi pergerakan
jantung terikat di bawah sentrum tendinium diafragma, bersatu dengan
pembuluh darah besar, melekat pada sternum melalui ligamentum
sternoperikardial.
3) Perikardium serosum (parietal), dibagi menjadi dua bagian: Perikardium
parietalis membatasi perikardium fibrosum, sering disebut epikardium, dan
perikardium viseral (kavitas perikardialis) yang mangandung sedikit cairan yang
berfungsi melumas untuk mempermudah pergerakan jantung.
4) Miokardium
Lapisan otot jantung menerima darah dari arteri koronaria. Arteri koronaria kiri
bercabang menjadi arteri desending anterior dan arteri sirkumfleks. Arteri
koranaria kanan memberikan darah untuk sinoatrial node, ventrikel kanan,
permukaan diafragma ventrikel kanan. Vena koronaria mengembalikan darah ke
sinus kemudian bersirkulasi langsung ke dalam paru.
Susunan miokardium :
a. Susunan otot atria: Sangat tipis dan kurang teratur, serabut-serabutnya disusun
dalam dua lapisan. Lapisan luar mencakup kedua atria. Serabut Iuar ini paling
nyata di bagian depan atria. Beberapa serabut masuk ke dalam septum
atrioventrikular. Lapisan dalam terdiri dari serabut-serabut berbentuk
lingkaran.
b. Susunan otot ventrikuler: Membentuk bilik jantung dimulai dari cincin
atrioventrikular sampai ke apeks jantung.
c. Susunan otot atrioventrikular merupakan dinding pemisah antara serambi dan
bilik (atrium dan ventrikel).
5) Endokardium (permukaan dalam jantung).
Dinding dalam atrium diliputi oleh membran yang mengilat, terdiri dari jaringan
endotel atau selaput lendir endokardium, kecuali aurikula dan bagian depan
sinus vena kava.
d. Katup jantung
Nazmah A (2012) mengatakan di dalam buku panduan belajar membaca
Elektrokardiografi. Katup jantung adalah pintu penghubung antara kedua atrium
dengan kedua ventrikel dan kedua ventrikel dengan kedua cabang sirkulasinya.
Dimana katup jantung ini berfungsi mencegah aliran darah agar tidak balik ke ruang
jantung yang mempunyai tekanan lebih rendah. Ada 4 katup jantung yang harus kita
ketahui adalah sebagai berikut :
1) Katup trikuspid, yaitu katup yang menghubungkan antara atrium kanan dengan
ventrikel kanan. Katup triskupid ini mempunyai 3 daun katup.
2) Katup pulmonal, yaitu katup yang menghubungkan ventrikel kanan dengan
sirkulasi pulmonal. Katup pulmonal juga memiliki 3 daun katup.
3) Katup Mitral, yaitu katup Yang menghubungkan antara atrium kiri dengan
ventrikel kiri. Katup mitral mempunyai 2 daun katup, makanya sering disebut
dengan katup bicuspid.
4) Katup Aorta, yaitu katup yang menghubungkan antara ventrikel kiri dengan
sirkulasi sistemik. Katup aorta juga memiliki 3 daun katup.
Katup yang menghubungkan kedua atrium dengan kedua ventrikel dinamakan
katup atrioventrikular (katup mitral/biskupid dan katup trikuspid), sedangkan katup
yang menghubungkan antara kedua ventrikel dengan sirkulasi sistemik dan pulmonal
dinamakan katup semilunar (katup aorta dan katup pulmonal).
e. Pembuluh darah besar jantung
Putri & wijaya (2013) di dalam buku Keperawatan Medikal Bedah ada beberapa
pembuluh darah besar yaitu:
1) Vena cava superior, yaitu vena besar yang membawa darah kotor dari bagian
atas diafragma ke atrium kanan.
2) Vena cava inferior, yaitu vena besar yang membawa darah kotor dari bagian
bawah diafragma ke atrium kanan
3) Sinus coronary, yaitu vena besar di jantung yang membawa darah kotor dari
jantung sendiri.
4) Pulmonary trunk, yaitu pemuluh darah besar yang membawa darah kotor dari
ventrikel kanan ke arteri pulmonalis
5) Arteri pulmonalis, dibagi menjadi 2 yaitu kanan dan kiri yang membawa darah
kotor dari pulmonary trunk ke kedua paru-paru
6) Vena pulmonalis, dibagi menjadi 2 yaitu kanan dan kiri yang membawa darah
bersih dari kedua paru-paru ke atrium kiri.
7) Assending aorta, yaitu pembuluh darah besar yang membawa darah bersih dari
ventrikel kiri ke arkus aorta ke cabangnya yang bertanggung jawab dengan
organ tubuh bagian atas.
8) Dessending aorta, yaitu bagian aorta yang membawa darah bersih dan
bertanggung jawab dengan organ tubuh bagian bawah.
f. Arteri koroner
Arteri koroner berasal dari bagian proksimal aorta (cabang pertama aorta) sebagai
arteri koronaria kanan dan arteri koronaria kiri. Pembuluh ini tepat terletak tepat di
sebelah dalam terhadap epikardium pada permukaan jantung. Jantung menerima dua
perdarahan yaitu epikardium dan miokardium di perdarahi oleh arteri koronaria dan
cabang-cabangnya, sedangkan endokardium menerima O2 dan nutrien dari kontak
langsung dengan darah di dalam ruang jantung.
Arteri koroner kiri memperdarahi sebagaian terbesar ventrikel kiri, septum dan
atrium kiri. Arteri koroner kanan memperdarahi sisi diafragmatik ventrikel kiri,
sedikit bagian posterior septum dan ventrikel serta atrium kanan. Nodus SA lebih
sering diperdarahi oleh arteri koroner kanan daripada kiri. (cabang sirkumfleks).
Nodus AV 90% diperdarahi oleh arteri koroner kanan dan 10% diperdarahi oleh
arteri koroner kiri (cabang sirkumfleks). Dengan demikian, obstruksi arteri koroner
kiri sering menyebabkan infark anterior dan infark inferior disebabkan oleh obstruksi
arteri koroner kanan.
g. Siklus jantung
Nazmah A, (2012) di dalam buku panduan belajar membaca EKG Secara garis
besar siklus jantung terdiri dari dua 2 komponen yaitu sistolik atau kontraksi dan
diastolic atau relaksasi. Atau sering kita mendengarnya dengan sebutan Lub= Sistolik
dan Dup= Diastolic. Seperti yang sudah saya sampaikan sebelumnya bahwa untuk
mempermudah mempelajari siklus jantung, jantung di bagi menjadi dua bagian yaitu
jantung bagian kanan (Atrium dan Ventrikel Kanan) serta jantung bagian kiri
(Atrium dan Ventrikel Kiri).
Dimana atrium kanan menerima darah yang miskin oksigen dari vena kava
superior, vena kava inferior dan sinus koronarius. Dari atrium kanan darah akan
dialirkan ke ventrikel kanan melalui katup trikuspidalis. Dari ventrikel kanan darah
akan dipompakan ke 4 pulmonary arteri melalui katup pulmonal ke paru-paru kiri
dan kanan untuk di oksigenisasi.
Setelah darah di oksigenisasi di paru-paru, selanjutnya darah akan diteruskan ke
atrium kiri melalui 4 vena pulmonalis. Dari atrium kiri darah akan dialirkan ke
ventrikel kiri melalui katup biskupid atau katup mitral. Kemudian dari ventrikel kiri,
melalui katup aorta darah dipompakan ke seluruh organ tubuh termasuk ke jantung
itu sendiri kernudian setelah darah yang kaya akan oksigen dipakai maka darah akan
dikembalikan lagi ke atrium kanan (Nazmah Abu, 2012)
Nurarif dan Kusuma (2013) mengemukakan bahwa etiologi Infark Miokard Akut
1. Faktor penyebab
a. Suplai oksigen ke miokard berkurang yang disebabkan oleh 3 faktor :
1) Factor pembuluh darah : aterosklerosis, Spasme, Arteritis
2) Factor Sirkulasi : Hipotensi, Stenos aorta, insufisiensi
3) Factor Darah : anemia, Hipoksemia, polisitema
b. Perubahan curah jantung :
1) Aktivitas berlebihan
2) Emosi
3) Makan terlalu banyak
4) Hypertiroidisme
c. Kebutuhan oksigen miokard meningkat pada :
1) Kerusakan miokard
2) Hypertropimiokard
3) Hypertensi diastolic
2. Faktor risiko penyebab IMA
Faktor resiko yang menjadi pencetus terjadinya infark miokard akut adalah:
a. Faktor resiko yang dapat di ubah
- Mayor : merokok, hipertensi, obesitas, hiperlipidemia, hiperkolestrolimia dan
pola makan (diet tinggi lemak dan tinggi kalori)
- Minor : stress, kepribadian tipe A (emosional, agresif, dan ambivalen) dan
aktivitas fisik.
b. Yang tidak dapat diubah
- Hereditas/keturunan
- Usia lebih dari 40 tahun,
- Ras, insiden lebih tinggi orang yang berkulit hitam.
- Sex, pria lebih sering dari pada wanita. Insiden pada pria tinggi, sedangkan
pada wanita meningkat setelah menopause.
E. Patofisiologi IMA
Wijaya & Putri (2013) menjelaskan patofisiologinya adalah Iskemia yang
berlangsung lebih dari 30-45 menit akan menyebabkan kerusakan selular yang ireversibel
dan kematian otot atau neokrosis. Bagian miokardium yang mengalami infark atau
nekrosis akan berhenti berkontraksi secara permanent. Jaringan Yang mengalami infark
dikelilingi oleh suatu daerah iskemik yang berpotensi dapat hidup. Ukuran infark akhir
tergantung dari nasib daerah iskemik tersebut. Bila pinggir daerah ini mengalami nekrosis
maka besar daerah infark akan bertambah besar, sedangkan perbaikan iskemia akan
memperkecil daerah nekrosis.
lnfark miokardium biasanya menyerang ventrikel kiri. lnfark digambarkan lebih
lanjut sesuai letaknya pada dinding ventrikel. Misalnya, infark miokardium anterior
mengenai dinding anterior ventrikel kiri. Daerah lain yang biasanya terserang infark
adalah bagian inferior, lateral, posterior, dan septum.
Otot yang mengalami infark akan mengalami serangkaian perubahan selama
berlangsungnya proses penyembuhan. Mula-mula otot yang mengalami infark tampak
memar dan sianotik akibat terputusnya aliran darah regional. Dalam jangka waktu 24 jam
timbul edema pada selsel, respon peradangan disertai infiltrasi leukosit. Enzim-enzim
jantung akan terlepas dari sel-sel ini. Menjelang hari kedua atau ketiga mulaiproses
degradasi jaringan dan pembuangan semua serabut nekrotik. Selama fase ini dinding
nekrotik relatif tipis. Kira-kira pada minggu ketiga mulai terbentuk jaringan parut.
Lambat laun jaringan penyambung fibrosa menggantikan otot yang nekrosis dan
mengalami penebalan yang progresif. Pada minggu keenam parut sudah terbentuk dengan
jelas. infark miokardium jelas akan mengurangi fungsi ventrikel karena otot yang
nekrosis kehilangan daya kontraksi sedangkan otot yang iskemia di sekitarnya juga
mengalami gangguan daya kontraksi. Secara fungsional infark miokardium akan
menyebabkan perubahan-perubahan seperti pada iskemia : (1) Daya kontraksi menurun,
(2) Gerakan dinding abnormal, (3) Perubahan daya kembang dinding ventrikel, (4)
Pengurangan curah sekuncup, (5) Pengurangan fraksi ejeksi, (6) Peningkatan volume
akhir sistolik dan akhir diastolik ventrikel dan (7) Peningkatan tekanan akhir diastolik
ventrikel kiri.
Peningkatan frekuensi jantung dan daya kontraksi oleh refleks simpatik dapat
memperbaiki fungsi ventrikel. Penyempitan arteriola menyeluruh akan mempertinggi
resistensi perifer total, dengan demikian tekanan rata-rata arter akan meningkat.
Penyempitan pembuluh vena akan mengurangi kapasitas vena, akan meningkatkan alir
balik vena ke jantung dan pengisian ventrikel. Pengisian ventrikel yang meningkat akan
meningkatkan daya kontraksi dan volume ejeksi. Dengan menurunnya fungsi ventrikel
maka dipadukan tekanan pengisian diastolik yang lebih tinggi agar curah sekuncup dapat
dipertahankan. Peningkatan tekanan pengisian diastolik dan volume ventrikel akan
menegangkan serabut miokardium, dan dengan demikian meningkatkan
kekuatan kontraksi sesuai hukum Starling. Tekanan pengisian sirkulasi dapat
ditingkatkan lebih lanjut lewat retensi natrium dan air oleh ginjal. Akibatnya, infark
miokardium biasanya disertai pembesaran ventrikel kiri sementara akibat dilatasi
kompensasi jantung. Bila perlu, dapat terjadi hipertrofi kompensasi jantung sebagai usaha
untuk meningkatkan daya kontraksi dan pengosongan ventrikel (Price, Silvia. 2006).
Dua jenis kelainan yang terjadi pada IMA adalah komplikasi hemodinamik dan
aritmia. Segera setelah terjadi IMA daerah miokard setempat akan memperlihatkan
penonjolan sistolik (diskinesia) dengan akibat penurunan ejection fraction, isi sekuncup
(stroke volume) dan peningkatan volume akhir distolik ventrikel kiri. Tekanan akhir
diastolik ventrikel kiri naik dengan akibat tekanan atrium kiri juga naik. Peningkatan
tekanan atrium kiri di atas 25 mmHg yang lama akan menyebabkan transudasi cairan ke
jaringan interstisium paru (gagal jantung). Pemburukan hemodinamik ini bukan saja
disebakan karena daerah infark, tetapi juga daerah iskemik di sekitarnya. Miokard yang
masih relatif baik akan mengadakan kompensasi, khususnya dengan bantuan
rangsangan adrenergeik, untuk mempertahankan curah jantung, tetapi dengan akibat
peningkatan kebutuhan oksigen miokard. Kompensasi ini jelas tidak akan memadai bila
daerah yang bersangkutan juga mengalami iskemia atau bahkan sudah fibrotik. Bila
infark kecil dan miokard yang harus berkompensasi masih normal, pemburukan
hemodinamik akan minimal. Sebaliknya bila infark luas dan miokard yang harus
berkompensasi sudah buruk akibat iskemia atau infark lama, tekanan akhir diastolik
ventrikel kiri akan naik dan gagal jantung terjadi. Sebagai akibat IMA sering terjadi
perubahan bentuk serta ukuran ventrikel kiri dan tebal jantung ventrikel baik yang
terkena infark maupun yang non infark. Perubahan tersebut menyebabkan remodeling
ventrikel yang nantinya akan mempengaruhi fungsi ventrikel dan timbulnya aritmia
(Guyton, 2010 ).
Perubahan-perubahan hemodinamik IMA ini tidak statis. Bila IMA makin
tenang fungsi jantung akan membaik walaupun tidak diobati. Hal ini disebabkan karena
daerah-daerah yang tadinya iskemik mengalami perbaikan. Daerah-daerah diskinetik
akibat IMA akan menjadi akinetik, karena terbentuk jaringan parut yang kaku. Miokard
sehat dapat pula mengalami hipertropi. Sebaliknya perburukan hemodinamik akan
terjadi bila iskemia berkepanjangan atau infark meluas. Terjadinya penyulit mekanis
seperti ruptur septum ventrikel, regurgitasi mitral akut dan aneurisma ventrikel akan
memperburuk faal hemodinamik jantung (Guyton, 2010).
Aritmia merupakan penyulit IMA tersering dan terjadi terutama pada menit-
menit atau jam-jam pertama setelah serangan. Hal ini disebabkan oleh perubahan-
perubahan masa refrakter, daya hantar rangsangan dan kepekaaan terhadap rangsangan.
Sistem saraf otonom juga berperan besar terhadap terjadinya aritmia. Pasien IMA
inferior umumnya mengalami peningkatan tonus parasimpatis dengan akibat
kecenderungan bradiaritmia meningkat, sedangkan peningkatan tonus simpatis pada
IMA inferior akan mempertinggi kecenderungan fibrilasi ventrikel dan perluasan infark
(Guyton, 2010 ).
F. Pathway
Aterosklerosis
Trombosis
Konstriksi arteri
Pelepasan zat
Oksigen turun Merangsang
histamine, bradikinin,
Nosiseptor
prostaglandin, dll
Nyeri akut
penurunan curah
Kontraktilitas turun
jantung/cardiac output
Fatique
Ansieta
s/
Nilai Kembali
Cardiac Meningka
rujukan Puncak ke Keterangan
marker t
baseline
Overdosis alcohol Efek toksik alkohol pada otot rangka dan otot jantung
Lead I : merekam beda potensial antara tangan kanan (RA) dengan tangan
kiri (LA) yang mana tangan kanan bermuatan (-) dan tangan kiri
bermuatan (+)
Lead II : merekam beda potensial antara tangan kanan (RA) dengan kaki
kiri (LF) yang mana tangan kanan bermuatan (-) dan kaki kiri bermuatan
(+)
Lead III : merekam beda potensial antara tangan kiri (LA) dengan kaki kiri
(LF) yang mana tangan kiri bermuatan (-) dan kaki kiri bermuatan (+)
2) Lead unipolar : merekam beda potensial lebih dari 2 elektode
Dibagi 2 : lead unipolar ekstremitas dan lead unipolar prekordial
1) Lead unipolar ekstremitas
Lead aVR : merekam beda potensial pada tangan kanan (RA) dengan
tangan kiri dan kaki kiri yang mana tangan kanan bermuatan (+)
Lead aVL : merekam beda potensial pada tangan kiri (LA) dengan
tangan kanan dan kaki kiri yang mana tangan kiri bermuatan (+)
Lead aVF : merekam beda potensial pada kaki kiri (LF) dengan tangan
kanan dan tangan kiri yang mana kaki kiri bermuatan (+)
2) Lead unipolar prekordial : merekam beda potensial lead di dada dengan
ketiga lead ekstremitas. Yaitu V1 s/d V6.
b. Kertas EKG
Kertas EKG merupakan kertas grafik yang terdiri dari garis horisontal dan
vertikal berbentuk bujur sangkar dengan jarak 1 mm. Garis yang lebih tebal
(kotak besar) terdapat pada setiap 5 mm. Garis horizontal menggambarkan waktu
(detik) yang mana 1 mm (1 kotak kecil) = 0,04 detik, 5 mm (1 kotak besar) = 0,20
detik. Garis vertical menggambarkan voltase yang mana 1 mm (1 kotak kecil) =
0,1 mV.
c.Kurva EKG
Kurva EKG menggambarkan proses listrik yang terjadi di atrium dan ventrikel.
Proses listrik terdiri dari :
1) Depolarisasi atrium (tampak dari gelombang P)
2) Repolarisasi atrium (tidak tampak di EKG karena bersamaan dengan
depolarisasi ventrikel)
3) Depolarisasi ventrikel (tampak dari kompleks QRS)
4) Repolarisasi ventrikel (tampak dari segmen ST)
Kurva EKG normal terdiri dari gelombang P,Q,R,S dan T kadang-kadang tampak
gelombang U.
d. EKG 12 Lead
Lead I, aVL, V5, V6 menunjukkan bagian lateral jantung
Lead II, III, aVF menunjukkan bagian inferior jantung
Lead V1 s/d V4 menunjukkan bagian anterior jantung
Lead aVR hanya sebagai petunjuk apakah pemasangan EKG sudah benar
e.Aksis jantung
Sumbu listrik jantung atau aksis jantung dapat diketahui dari bidang frontal dan
horisontal. Bidang frontal diketahui dengan melihat lead I dan aVF sedangkan
bidang horisontal dengan melihat lead-lead prekordial terutama V3 dan V4.
Normal aksis jantung frontal berkisar -30 s/d +110 derajat.Deviasi aksis ke kiri
antara -30 s/d -90 derajat, deviasi ke kanan antara +110 s/d -180 derajat.
1) Gelombang P
Nilai normal :
Lebar ≤ 0,12 detik
Tinggi ≤ 0,3 mV
Selalu (+) di lead II
Selau (-) di lead aVR
2) Interval PR
Diukur dari permulaan gelombang P sampai permulaan gelombang QRS.
Nilai normal berkisar 0,12-0,20 detik.
3) Gelombang QRS (kompleks QRS)
Nilai normal : lebar 0,04 - 0,12 detik, tinggi tergantung lead.
Gelombang Q : defleksi negatif pertama gelombang QRS
Nilai normal : lebar < 0,04 detik, dalam < 1/3 gelombang R. Jika dalamnya >
1/3 tinggi gelombang R berarti Q patologis.
Gelombang R adalah defleksi positif pertama pada gelombang QRS.
Umumnya di Lead aVR, V1 dan V2, gelombang S terlihat lebih dalam, dilead
V4, V5 dan V6 makin menghilang atau berkurang dalamnya.
4) Gelombang T
Merupakan gambaran proses repolirisasi Ventrikel. Umumnya gelombang T
positif, di hampir semua lead kecuali di aVR
5) Gelombang U
Adalah defleksi positif setelah gelombang T dan sebelum gelombang P
berikutnya. Penyebabnya timbulnya gelombang U masih belum diketahui,
namun diduga timbul akibat repolarisasi lambat sistem konduksi
Interventrikuler.
6) Interval PR
Interval PR diukur dari permulaan gelombang P sampai permulaan gelombang
QRS. Nilai normal berkisar antara 0,12 – 0,20 detik ini merupakan waktu
yang dibutuhkan untuk depolarisasi Atrium dan jalannya implus melalui
berkas His sampai permulaan depolarisasi Ventrikuler
7) Segmen ST
Segmen ST diukur dari akhir gelombang QRS sampai permulaan gelombang
T. segmen ini normalnya isoelektris, tetapi pada lead prekkordial dapat
berpariasi dari – 0,5 sampai +2mm. segmen ST yang naik diatas garis
isoelektris disebut ST eleveasi dan yang turun dibawah garis isoelektris
disebut ST depresi
g. Cara menilai EKG
a) Tentukan apakah gambaran EKG layak dibaca atau tidak
b) Tentukan irama jantung ( “Rhytm”)
c) Tentukan frekwensi (“Heart rate”)
d) Tentukan sumbu jantung (“Axis”)
e) Tentukan ada tidaknya tanda tanda hipertrofi (atrium / ventrikel)
f) Tentukan ada tidaknya tanda tanda kelainan miokard (iskemia/injuri/infark)
g) Tentukan ada tidaknya tanda tanda gangguan lain (efek obat obatan, gangguan
keseimbangan elektrolit, gangguan fungsi pacu jantung pada pasien yang
terpasang pacu jantung)
h. Menentukan frekwensi jantung
Cara menentukan frekwensi melalui gambaran EKG dapat dilakukan dengan 3
cara yaitu :
300 dibagi jumlah kotak besar antara R – R’
1500 dibagi jumlah kotak kecil antara R – R’
Ambil EKG strip sepanjang 6 detik, hitung jumlah gelombang QRS dalam 6
detik tsb kemudian dikalikan 10 atau ambil dalam 12 detik, kalikan 5
i. Menentukan irama jantung
Dalam menentukan irama jantung urutan yang harus ditentukan adalah sebagai
berikut :
Tentukan apakah denyut jantung berirama teratur atau tidak
Tentukan berapa frekwensi jantung (HR)
Tentukan gelombang P ada/tidak dan normal/tidak
Tentukan interval PR normal atau tidak
Tentukan gelombang QRS normal atau tidak
Irama EKG yang normal implus (sumber listrik) berasal dari Nodus SA, maka
irmanya disebut dengan Irama Sinus (“Sinus Rhytem”)
a) EKG Normal
o Iramanya teratur
o Frekwensi jantung (HR) 60 – 100 x/menit
o Gelombang P normal, setiap gelombang P selalu diikuti gel QRS, T
o Gelombang QRS normal (0,06 – <0,12 detik)
o PR interval normal (0,12-0,20 detik)
o Tidak ada elevasi atau depresi pada segmen ST
Perubahan EKG yang terjadi pada fase awal adanya gelombang T tinggi
dan simetris. Setelah ini terdapat elevasi segmen ST. Perubahan yang terjadi
kemudian ialah adanya gelombang Q/QS yang menandakan adanya nekrosis.
Nekrosis miokard dilihat dari 12 lead EKG. Selama fase awal miokard infark
akut, EKG pasien yang mengalami oklusi total arteri koroner menunjukkan
elevasi segmen ST. Kemudian gambaran EKG berupa elevasi segmen ST
akan berkembang menjadi gelombang Q. Sebagian kecil berkembang menjadi
gelombang non-Q. Ketika trombus tidak menyebabkan oklusi total, maka
tidak terjadi elevasi segmen ST. Pasien dengan gambaran EKG tanpa elevasi
segmen ST digolongkan ke dalam unstable angina atau Non STEMI.
Infark yang menunjukkan abnormalitas gelombang Q disebut infark
gelombang Q. Pada sebagian kasus infark miokard, hasil rekaman EKG tidak
menunjukkan gelombang Q abnormal. Hal ini dapat terjadi pada infark
miokard dengan daerah nekrotik kecil atau tersebar. Gelombang Q dikatakan
abnormal jika durasinya ≥ 0,04 detik. Namun hal ini tidak berlaku untuk
gelombang Q di lead III, aVR, dan V1, karena normalnya gelombang Q di
lead ini lebar dan dalam.
Pada injury miokard, area yang terlibat tidak berdepolarisasi secara
sempurna. Area tersebut lebih positif dibandingkan daerah yang normal pada
akhir proses depolarisasi. Jika elektroda diletakkan di daerah ini, maka
potensial yang positif akan terekam dalam bentuk elevasi segmen ST. Jika
elektroda diletakkan di daerah sehat yang berseberangan dengan area injury,
maka terekam potensial yang negatif dan ditunjukkan dalam bentuk ST
depresi. ST depresi juga terjadi pada injury subendokard, dimana elektroda
dipisahkan dari daerah injury oleh daerah normal. Vektor ST bergerak
menjauhi elektroda, yang menyebabkan gambaran ST depresi.
Iskemik miokard memperlambat proses repolarisasi. Area iskemik
menjadi lebih negatif dibandingkan area yang sehat pada masa repolarisasi.
Vektor T bergerak menjauhi daerah iskemik. Elektroda yang terletak di daerah
iskemik merekam gerakan ini sebagai gelombang T negatif. Iskemia
subendokard tidak mengubah arah gambaran gelombang T, mengingat proses
repolarisasi secara normal bergerak dari epikard ke arah endokard. Karena
potensial elektrik dihasilkan repolarisasi subendokardium terhambat, maka
gelombang T terekam sangat tinggi.
Sadapan dimana gambaran infark terlihat tergantung pada lokasi.
Berdasarkan gelombang Q patologis dan elevasi ST pada sedapan EKG.
2) NSTEMI
Merek
Jenis Obat Keperluan dan Dosis
Dagang
STREPTOKINASE Indikasi:
Trombosis vena dalam, embolisme paru,
tromboembolisme arterial akut, trombosis lintas
arteriovena; infark miokard akut.
Dosis:
Trombosis vena dalam, embolisme paru,
tromboembolisme arterial akut, vena retina pusat
atau trombosis erfercil: infus intravena, 250.000
unit selama 30 menit, kemudian 100.000 unit setiap
jam selama sampai dengan 24-72 jam menurut
kondisiInfark miokard, 1.500.000 unit selama 60
menit.
KONSEP DASAR ASUHAN KEPERAWATAN
PENGKAJIAN
1. Pengkajian Primer
a. Circulation
1) Nadi lemah, tidak teratur.
2) Capillary refill.
3) Takikardi.
4) TD meningkat / menurun.
5) Edema.
6) Gelisah.
7) Akral dingin.
8) Kulit pucat, sianosis.
9) Output urine menurun.
b. Airways
1) Sumbatan atau penumpukan secret.
2) Wheezing atau krekles.
3) Kepatenan jalan nafas.
c. Breathing
1) Sesak dengan aktifitas ringan atau istirahat.
2) RR lebih dari 24 kali/menit, irama ireguler dangkal.
3) Ronchi, krekles.
4) Ekspansi dada tidak penuh.
5) Penggunaan otot bantu nafas.
d. Disability
Status mental : Tingkat kesadaran secara kualitatif dengan Glascow Coma Scale (GCS)
dan secara kwantitatif yaitu Compos mentis : Sadar sepenuhnya, dapat menjawab semua
pertanyaan tentang keadaan sekelilingnya. Apatis : keadaan kesadaran yang segan untuk
berhubungan dengan kehidupan sekitarnya, sikapnya acuh tak acuh. Somnolen : keadaan
kesadaran yang mau tidur saja. Dapat dibangunkan dengan rangsang nyeri, tetapi jatuh
tidur lagi. Delirium : keadaan kacau motorik yang sangat, memberontak, berteriak-teriak,
dan tidak sadar terhadap orang lain, tempat, dan waktu. Sopor/semi koma : keadaan
kesadaran yang menyerupai koma,reaksi hanya dapat ditimbulkan dengan rangsang nyeri.
Koma : keadaan kesadaran yang hilang sama sekali dan tidak dapat dibangunkan dengan
rangsang apapun.
e. Exposure
Keadaan kulit, seperti turgor / kelainan pada kulit dsn keadaan ketidaknyamanan (nyeri)
dengan pengkajian PQRST.
2. Pengkajian Sekunder
a. Keluhan utama
Keluhan utama biasanya nyeri dada, perasaan sulit bernafas, dan pingsan.
b. Riwayat Penyakit Sekarang
Pengkajia yang mendukung keluhan utama dilakukan dengan mengajukan serangkaian
pertanyaan mengenai nyeri dada pada klien secara PQRST yang meliputi:
a) Provoking incident : nyeri setelah beraktivitas dan tidak berkurang dengan istirahat
dan setelah diberikan nitrogliserin.
b) Quality of pain : seperti apa nyeri yang dirasakan atau digambarkan klien. Sifat nyeri
dapat seperti tertekan, di peras, atau diremas.
c) Region : radiation, relief: lokasi nyeri di daerah substernal atau nyeri di atas
perikardium. Penyebaran nyeri dapat meluas hingga area dada. Dapat terjadi nyeri
dan ketidakmampuan menggerakkan bahu dan tangan.
d) Severity (Scale) of pain : klien ditanya dengan menggunakan rentang 0-4 atau 0-10
(visual analogue scale-VAS) dan klien akan menilai seberapa berat nyeri yang
dirasakan. Biasanya pada saat angina terjadi, skala nyeri berkisar antara 3-4 (skala 0-
4) atau 7-9 (skala 0-10).
e) Time : sifat mula timbunya (onset). Biasanya gejala nyeri timbul mendadak. Lama
timbulnya (durasi) nyeri dada umumnya dikeluhkan lebih dari 15 menit. Nyeri oleh
Infark Miokardium dapat timbul pada waktu istirahat, nyeri biasanya dirasakan lebih
berat dan berlangsung lebih lama. Gejala-gejala yang menyertai infark miokardium
meliputi dispnea, berkeringat, ansietas, dan pingsan.
c. Riwayat Penyakit Dahulu
Pengkajian riwayat penyakit dahulu akan sangat mendukung kelengkapan data kondisi
daaat ini. Data ini ddiperoleh dengan mengkaji apakah sebelumnya klien pernah
menderita nyeri dada, hipertensi, DM, hiperlipidemia. Cara mengkaji sebaiknya sekuens
dan terinci. Tanyakan mengenai obat-obatan yang biasa diminum oleh klien pada masa
yang lalu yang masih relevan dengan obat-obatan antiangina seperti nitrat dan
penghambat beta serta obat-obatan antihipertensi. Catat adanya efek samping yang terjadi
di masa lalu, alergi obat, dan reaksi alergi yang timbul. Seringkali klien menafsirkan
suatu alergi sebagai efek samping obat.
1) Riwayat Keluarga
Perawat senantiasa harus menanyakan tentang penyakit yang pernah di alami oleh
keluarga, anggota keluarga yang meninggal, dan penyebab kematian. Penyakit
jantung iskemik pada orang tua yang timbunya pada usia muda merupakan faktor
resiko utama terjadinya penyakit jantung iskemik pada keturunannya.
2) Riwayat pekerjaan dan pola hidup
3) Perawat menanyakan situasi tempat bekerja dan lingkungannya. Demikian pula
dengan kebiasaan sosial dengan menanyakan kebiasaan dan pola hidup misalnya
minum alkohol atau obat tertentu. Kebiasaan merokok dikaji dengan menanyakan
kebiasaan merokok sudah berapa lama, berapa batang perhari, dan jenis rokok.
Disamping pertanyaan-pertanyaan diatas, data biografi juga merupakan data yang
perlu diketahui seperti nama, umur, jenis kelamin, tempat tinggal, suku, dan agama
yang dianut oleh klien. Dalam mengajukan pertanyaan kepada klien, hendaknya
perhatikan kondisi klien. Bila klien dalam keadaan kritis, maka pertanyaan yang
diajukan bukan pertanyaan terbuka tetapi pertanyaan tertutup, yaitu pertanyaan yang
jawabannya adalah “ya” dan “tidak”. Atau pertanyaan yang dapat dijawab dengan
gerakan tubuh seperti mengangguk atau menggelengkan kepala sehingga tidak
memerlukan energi yang besar.
d. AMPLE
1) Alergi : Riwayat pasien tentang alergi yang dimungkinkan pemicu terjadinya
penyakitnya.
2) Medikasi : Berisi tentang pengobatan terakhir yang diminum sebelum sakit terjadi
(Pengobatan rutin maupun accidental).
3) Past Illness : Penyakit terakhir yang diderita klien, yang dimungkinkan menjadi
penyebab atau pemicu terjadinya sakit sekarang.
4) Last Meal : Makanan terakhir yang dimakan klien.
5) Environment/ Event : Pengkajian environment digunakan jika pasien dengan kasus
Non Trauma dan Event untuk pasien Trauma.
e. Pemeriksaan Fisik
1) Aktifitas
Data Subyektif :
a) Kelemahan.
b) Kelelahan.
c) Tidak dapat tidur.
d) Pola hidup menetap.
e) Jadwal olah raga tidak teratur.
Data Obyektif :
a) Takikardi.
b) Dispnea pada istirahat atau aktifitas.
2) Sirkulasi
Data Subyektif : riwayat IMA sebelumnya, penyakit arteri koroner, masalah tekanan
darah, diabetes mellitus.
Data Obyektif :
a) Tekanan darah : Dapat normal / naik / turun, perubahan postural dicatat dari tidur
sampai duduk atau berdiri.
b) Nadi : Dapat normal, penuh atau tidak kuat atau lemah / kuat kualitasnya dengan
pengisian kapiler lambat, tidak teratus (disritmia).
c) Bunyi jantung : Bunyi jantung ekstra : S3 atau S4 mungkin menunjukkan gagal
jantung atau penurunan kontraktilits atau komplain ventrikel.
d) Murmur
Bila ada menunjukkan gagal katup atau disfungsi otot jantung :
Friksi ; dicurigai Perikarditis.
Irama jantung dapat teratur atau tidak teratur.
Edema : Distensi vena juguler, edema dependent , perifer, edema
umum,krekles mungkin ada dengan gagal jantung atau ventrikel.
Warna : Pucat atau sianosis, kuku datar , pada membran mukossa atau bibir.
3) Integritas ego
Data Subyektif : menyangkal gejala penting atau adanya kondisi takut mati, perasaan
ajal sudah dekat, marah pada penyakit atau perawatan, khawatir tentang keuangan,
kerja, keluarga.
Data Obyektif : menoleh, menyangkal, cemas, kurang kontak mata, gelisah, marah,
perilaku menyerang, focus pada diri sendiri, koma nyeri.
4) Eliminasi
Data Obyektif : normal, bunyi usus menurun.
5) Makanan atau cairan
Data Subyektif : mual, anoreksia, bersendawa, nyeri ulu hati atau terbakar.
Data Obyektif : penurunan turgor kulit, kulit kering, berkeringat, muntah, perubahan
berat badan.
6) Hygiene
Data Subyektif atau Data Obyektif : Kesulitan melakukan tugas perawatan.
7) Neurosensori
Data Subyektif : pusing, berdenyut selama tidur atau saat bangun (duduk atau
istrahat).
Data Obyektif : perubahan mental, kelemahan.
8) Nyeri atau ketidaknyamanan
Data Subyektif :
a) Nyeri dada yang timbulnya mendadak (dapat atau tidak berhubungan dengan
aktifitas), tidak hilang dengan istirahat atau nitrogliserin (meskipun kebanyakan
nyeri dalam dan viseral).
b) Lokasi : Tipikal pada dada anterior, substernal , prekordial, dapat menyebar ke
tangan, rahang, wajah. Tidak tertentu lokasinya seperti epigastrium, siku, rahang,
abdomen, punggung, leher.
c) Kualitas : “Crushing ”, menyempit, berat, menetap, tertekan, seperti dapat dilihat.
d) Intensitas : Biasanya 10 (pada skala 1 -10), mungkin pengalaman nyeri paling
buruk yang pernah dialami.
e) Catatan : nyeri mungkin tidak ada pada pasien pasca operasi, diabetes
mellitus, hipertensi, lansia.
9) Pernafasan:
Data Subyektif :
a) Dispnea tanpa atau dengan kerja.
b) Dispnea nocturnal.
c) Batuk dengan atau tanpa produksi sputum.
d) Riwayat merokok, penyakit pernafasan kronis.
Data Obyektif :
a) Peningkatan frekuensi pernafasan.
b) Nafas sesak / kuat.
c) Pucat, sianosis.
d) Bunyi nafas (bersih, krekles, mengi), sputum.
10) Interaksi social
Data Subyektif :
a) Stress.
b) Kesulitan koping dengan stressor yang ada misal : penyakit, perawatan di RS.
Data Obyektif :
a) Kesulitan istirahat dengan tenang.
b) Respon terlalu emosi (marah terus-menerus, takut).
c) Menarik diri.
DAFTAR PUSTAKA
Amin Huda Nurarif & Hardhi Kusuma. (2015). Nanda nic-noc aplikasi jilid 1. Jakarta:
Mediaction
Aspiani Reny Y. 2015. Buku Ajar Asuhan Keperawatan Klien Gangguan Kardiovaskular.
Jakarta: EGC
Canadian Cardiovascular Society. (1976). Canadian Cardiovascular Society grading of angina
pectoris. Retrieved Agustus 4, 2019, from Canadian Cardiovascular Society:
https://www.ccs.ca/images/Guidelines/Guidelines_POS_Library/Ang_Gui_1976.pdf
Darma, Surya. 2009. Sistematika Interpretasi EKG Pedoman Praktis. Jakarta: EGC.
Guyton, Arthur C. 2010. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran, Edisi 11. Jakarta: EGC.
Jeffrey M.C.& Scott K. (2012). Master Plan Kedaruratan Medik. Tangerang Selatan: Binarupa
Aksara
Kasron. 2012, Penyakit jantung penceghan serta Pengobatannya. Yogyakarta: Nuha Medika
Kasron. 2012. Kelainan dan Penyakit Jantung Pencegahan Serta Pengobatannya. Yogyakarta:
Nuha Medika
Mosby (2011). medical surgical nursing. Edisi 1.United States Of America
Muttaqin, A & nurachmach. Eds. (2012) Asuhan Keperawatan Klien dengan Gangguan Sistem
Kardiovaskular. Jakarta: Salemba Medika
Nazmah A. 2012. Panduan Belajar Membaca EKG. Jakarta: CV. Trans Info Media.
Nurarif AH & Hardi, K. 2013. Aplikasi Asuhan Keperawatan Berdasarkan Diagnosa Medis &
Nanda.Jilid 1. Jakarta: EGC
Priharjo. Robert. 2012. Pengkajian Fisik Keperawatan, edisi 2. Jakarta : EGC
Putri & Wijaya. 2013. Keperawatan Medikal Bedah 1. Yogyakarta: Nuha Medika.
Smeltzer C, dan Brenda G, Bare. 2012. Keperawatan Bedah. Jakarta : EGC
Suzane C Smeltzer & Brenda G Bare. 2013. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Brunner
& Suddarth Edisi 8. Jakarta: EGC.
Thibodeau, P (2013). Anatomy & Pysiology. Edisi 8. United States Of America
Udjianti Wajan Juni. 2011. Keperawatan Kardiovaskular. Jakarta: salemba medika.
Udjianti,Wajan Juni.2010. Kesiswaan Kardiovaskuler. Jakarta: Salemba Medika.
Wijaya Andra S & Putri Yessie P. 2013. Keperawatan Medikal Bedah Keperawatan Dewasa
Teori dan Contoh ASKEP. Yogyakarta: Nuha Medika
ASUHAN KEPERAWATAN PADA Ny. A DENGAN INFARK MIOKARD AKUT
A. Pengkajian
Nama : Ny. A
Usia : 65 Tahun
1. Primary Survey
GCS : 15 E : 4 M : 6 V: 5 = Composmentis
TD : 90/70 mmHg
HR : 52 x/menit
S : 35,0 oC
RR : 26 x/menit
SpO2 : 99 %
BB : 50 Kg
a) Circulation
TD : 90/70 mmHg
Nadi : 52 x/menit, denyut lemah, irama reguler
b) Airway
Tidak ada secret, tidak ada obstruksi jalan nafas, tidak ada wheezing, tidak ada krekels,
jalan napas paten.
c) Breathing
RR : 26x/menit, irama regular, pernapasan orthopnea, merasa sesak saat beraktifitas, I :
E = 2: 1, ekspansi paru penuh, napas cepat dan dalam, penggunaan otot bantu napas,
tidak ada penurunan ekspansi paru. Auskultasi bunyi napas vesikuler, perkusi (sonor).
d) Disability
Kesadaran : GCS 15 (E4M6V5) compos mentis, tidak ada lateralisasi, pupil isokor :
3/3, tidak ada kaku kuduk.
e) Exposure
Tidak ada jejas, tidak ada lesi, tidak ada fraktur, tidak ada piting oedema.
f) Provoking incident : nyeri setelah beraktivitas dan tidak berkurang dengan istirahat.
g) Quality of pain : Sifat nyeri dapat seperti tertekan, di peras, atau diremas.
h) Region : radiation, relief: lokasi nyeri di daerah substernal atau nyeri di atas
perikardium. Penyebaran nyeri dapat meluas hingga area dada dan kebahu
belakang.
i) Severity (Scale) of pain : Skala Nyeri 8 (visual analogue scale-VAS).
j) Time : Biasanya gejala nyeri timbul mendadak. Lama timbulnya (durasi) nyeri
dada dikeluhkan lebih dari 15 menit. Nyeri dapat timbul pada waktu istirahat, nyeri
biasanya dirasakan lebih berat dan berlangsung lebih lama. Keringat dingin dada
berdebar-debar (Palpitasi)
2. Secondary Survey
a) Keluhan utama
Nyeri dada sebelah kiri menjalar ke punggung belakang
d) AMPLE
1) A (Alergi) : Tidak ada riwayat alergi
2) M (Medikasi) : Amlodipin 10 mg P.O
3) P (Past Illness) : Sakit jantung, Hipertensi
4) L (Last Meal) : Bubur ± 4 sendok
5) E (Event/Environment) : Keluhan dirasakan saat naik tangga dan tiba-tiba pasien
merasa sesak, keringat dingin dan nyeri dada kiri menjalar ke punggung
e) Pemeriksaan fisik (Head to Toe)
1) Tanda-tanda vital
a. TD : 90/70 mmHg
b. N : 52 x/menit
c. S : 35 o C
d. RR : 26 x/menit
e. SpO2 : 99%
f. BB : 50 Kg
g. TB : 155 Cm
2) Kepala dan rambut
Tidak ada lesi, tidak ada benjolan tidak ada luka terbuka, rambut erwarna hitam dan
ada yang beruban
3) Wajah
Tidak ada luka, tidak ada benjolan, wajah simetris
4) Mata
Pupil isokhor : 3/3, konjungtiva tidak anemis, sclera anikterik, retina warna jernih,
visus 12/12
5) Hidung
Tidak ada luka, tidak ada benjolan, tidak polif, fungsi pernapasan baik
6) Mulut
Mukosa bibir tampak kering, tidak ada lesi, tidak benjolan, tidak ada stomatitis
7) Telinga
Tidak ada luka, tidak ada benjolan fungsi pendengaran masih baik
8) Leher
Tidak ada luka, tidak ada benjolan, tidak ada distensi vena jugularis
9) Paru-paru
a. Inspeksi : Bentuk dada normal, ekspansi paru penuh, Inspirasi : Ekspirasi
(2:1), Tidak ada jejas, tidak ada luka terbuka, pernapasan cepat dan dalam
penapasan orthopnea, otot bantu pernapasan
b. Palpasi : Tidak ada krepitasi, tidak ada benjolan
c. Perkusi : Perkusi paru di bagian apeks, mid, dan inferior sonor di kedua sisi
d. Auskultasi : Vesikuler di kedua sisi pada bagian apeks, mida dan inferior
10) Jantung
a. Inspeksi : Denyut ictus cordis tampak di IC 5 mid clavicule
b. Palpasi : Ictus cordis teraba di IC 5 mid clavicule
c. Perkusi : Pekak (redup)
d. Auskultasi : Irama regular, SI dan S1 reguler, tidak ada bunyi jantung
tambahan
11) Abdomen
a. Inspeksi : Bentuk supel, tidak ada luka atau benjolan
b. Auskultasi : Bising usus 15x/menit
c. Perkusi : Timphany
d. Palpasi : Tidak ada nyeri tekan, tidak ada pembesaran organ
12) Ekstremitas : Tidak ada pitting oedema di ke empat ekstremitas, akral dingin di
keempat ekstremitas, tidak ada clubbing figure, CRT > 2 dtk
13) Genetalia : Terpasang cathteter
f) Pemeriksaan penunjang
1) Laboratorium
2) EKG
EKG 1 : Pukul 04.10 WIB
Irama : Reguler
HR : 46 x/menit (Bradikardi)
QRS : 0,12
Segment ST : Elevasi di lead II, III, AVF, V4, V5, V6 dan Depresi di AVR, AVL,
V1, V2
HR : 53 x/menit
QRS : 0,08
Segment ST : Elevasi di lead II, III, AVF, V4,V5, V6 dan Depresi di AVR, V1, V2
3) Rontgen Thorax
Interpretasi : CTR < 50% tida tampak kardiomegali
B. ANALISA DATA
No Analisa Data Etiologi Problem
Penurunan Curah
Jantung
C. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Nyeri Akut berhubungan dengan agen cedera Fisiologis (Infark Miokard) (D.0077)
2. Penurunan curah jantung berhubungan dengan perubahan kontraktilitias jantung
(STEMI) (D.0008)
D. INTERVENSI KEPERAWATAN
N Diagnosa Luaran Keperawatan Intervensi Keperawatan
o Keperawatan
Terapeutik
- Berikan teknik
nonfarmakologis untuk
mengurangi rasa nyeri
(Relaksasi nafas dalam,
massage, distraksi)
- Kontrol lingkungan
yang memperberat rasa
nyeri
- Fasilitasi istirahat dan
tidur
Edukasi
- Jelaskan strategi
meredakan nyeri
- Anjurkan memonitor
nyeri secara mandiri
- Anjurkan teknik non
farmakologis untuk
mengurangi rasa nyeri
Kolaborasi
- Kolaborasi pemberian
analgetik jika perlu
2 Penurunan curah Setelah dilakukan Perawatan jantung akut
jantung (D.0008) tindakan keperawatan 1x2 (I.02076)
Jam diharapkan Curah
jantung meningkat 1. Observasi
(L.02008) dengan kriteria
─ Identifikasi karakteristik
hasil :
nyeri dada (meliputi faktor
─ Kekuatan nadi
perifer meningkat pemicu dan dan pereda,
─ Palpitasi menurun kualitas, lokasi, radiasi,
─ Tidak ada
bradikardi/ skala, durasi dan
takikardia frekuensi)
─ Tekanan darah
meningkat ─ Monitor EKG 12 sadapan
─ Tidak ada sianosis untuk perubahan ST dan T
perifer ─ Monitor Aritmia( kelainan
─ Urine output 0,5 irama dan frekuensi)
cc/kgBB ─ Monitor elektrolit yang
dapat meningkatkan resiko
aritmia( mis. kalium,
magnesium serum)
─ Monitor enzim jantung
(mis. CK, CK-MB,
Troponin T, Troponin I)
─ Monitor saturasi oksigen
─ Identifikasi stratifikasi
pada sindrom koroner
akut(mis. Skor TIMI,
Killip, Crusade)
2. Terapeutik
─ Pertahankan tirah baring
minimal 12 jam
─ Pasang akses intravena
─ Puasakan hingga bebas
nyeri
─ Berikan terapi relaksasi
untuk mengurangi
ansietas dan stres
─ Sediakan lingkungan
yang kondusif untuk
beristirahat dan
pemulihan
─ Siapkan menjalani
intervensi koroner
perkutan, jika perlu
─ Berikan dukungan
spiritual dan emosional
3. Edukasi
─ Anjurkan segera
melaporkan nyeri dada
─ Anjurkan menghindari
manuver Valsava (mis.
Mengedan sat BAB atau
batuk)
─ Jelaskan tindakan yang
dijalani pasien
─ Ajarkan teknik
menurunkan kecemasan
dan ketakutan
4. Kolaborasi
─ Kolaborasi pemberian
antiplatelat, jika perlu
─ Kolaborasi pemberian
antiangina (mis.
Nitrogliserin, beta
blocker, calcium channel
bloker)
─ Kolaborasi pemberian
morfin, jika perlu
─ Kolaborasi pemberian
inotropik, jika perlu
─ Kolaborasi pemberian
obat untuk mencegah
manuver Valsava (mis.,
pelunak, tinja,
antiemetik)
─ Kolaborasi pemberian
trombus dengan
antikoagulan, jika perlu
─ Kolaborasi pemeriksaan
x-ray dada , jika perlu
E. IMPLEMENTASI
Hari/tanggal Jam Implementasi Rasional & Respon
Minggu, 03.45 Memberikan O2 Nasal Canule 3 Lpm Membantu pemenuhan oksigen
12/06/2022
03.45 Memberikan posisi yang nyaman (Semi Membantu pengembangan
Fowler) ekspansi paru agar
pengembangan paru maksimal
dan inspirai O2 maksimal
F. Evaluasi
No Hari/tgl/jam Perkembangan
1 12/06/2022 S : Nyeri berkurang dibandingkan sebelumnya, skala 5
08.10 O : Tampak lebih rileks dibandingkan saat datang, tidak memegang area
nyeri , tidak meringis, RR : 24 x/menit, N : 71x/menit
P:
P: