Anda di halaman 1dari 76

PROPOSAL PENELITIAN

PENGARUH SELF-CARE MANAGEMENT EDUCATION TERHADAP


KUALITAS HIDUP PASIEN CHRONIC KIDNEY DISEASE YANG
MENJALANI HEMODIALISA DI RUMAH SAKIT SOEWONDO
KENDAL

Usulan Penelitian untuk Skripsi Sarjana Keperawatan

Oleh :
RATNA HERAWATI
NIM : 1907047

PROGRAM STUDI KEPERAWATAN PROGRAM SARJANA


FAKULTAS KEPERAWATAN, ISNIS DAN TEKNOLOGI
UNIVERSITAS WIDYA HUSADA SEMARANG
MARET 2023
PERSETUJUAN SIAP UJIAN PROPOSAL PENELITIAN

Judul Proposal : Pengaruh self-care management education terhadap

kualitas hidup pasien Chronic Kidney Disease yang

menjalani Hemodialisa di Rumah Sakit Soewondo Kendal

Nama Mahasiswa : Ratna Herawati

NIM : 1907047

Siap dipertahankan di depan Tim Penguji

Pada tanggal 4 Juli 2023

Menyetujui,

Pembimbing Utama Pembimbing Pendamping

Ns. Rahayu Winarti, S.Kep., M.Kep Ns. Arifianto, S.Kep., M.Kep

NIDN : NIDN :

ii
CURICULUM VITAE/RIWAYAT HIDUP

A. Identitas : Ratna Herawati

Nama : Ratna Herawati

Tempat, Tanggal Lahir : Kab. Semarang, 20 Juli 2000

Jenis Kelamin : Perempuan

Agama : Islam

Alamat : Dsn. Kendal RT 29/RW 12. Desa Jetak,

Kec. Getasan, Kab. Semarang

Nomor Telp. : 081358402347

Email : ratnaheraw@gmail.com

B. Riwayat Pendidikan : 1. SDN Kutowinangun 11 Salatiga Tamat

Tahun 2015

2. SMPN 9 Salatiga tamat Tahun 2017

3. SMK Bhakti Nusantara tamat Tahun

2019

iii
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT atas segala rahmat dan
hidayahnya, sehingga penulis dapat menyelesaiakan proposal penelitian ini
dengan judul “Pengaruh self-care management education terhadap kualitas hidup
pasien Chronic Kidney Disease yang menjalani Hemodialisa di Rumah Sakit
Soewondo Kendal”
Proposal penelitian ini disusun dalam rangka memenuhi syarat dalam
pembuatan proposal penelitian. Proposal penelitian ini dapat terselesaikan atas
bantuan dan bimbingan dari berbagai pihak. Oleh karena itu penulis ingin
menyampaikan rasa hormat dan terimakasih kepada :
1. Rektor Universitas Widya Husada Semarang Dr. Hargianti Dini Iswandari,
drg., MM
2. Dekan Fakultas Keperawatan Bisnis dan Teknologi Dr. Ari Dina Permana
Citra, S.KM.,M.Kes
3. Ketua Program Studi Keperawatan Ns. Niken Sukesi, M.Kep
4. Pembimbing Utama Ns. Rahayu Winarti, S.Kep., M.Kep yang telah
memberikan bimbingan dan saran.
5. Pembimbing Pendamping Ns. Arifianto, S.Kep., M.Kep yang telah
memberikan bimbingan dan saran.
6. Tempat penelitian RS Soewondo Kendal yang telah memberikan izin untuk
melakukan penelitian
7. Kedua Orang tua yang telah memberikan motivasi dan dukungan.
Penulis menyadari sepenuhnya bahwa dalam penyusunan proposal penelitian ini
jauh dari kesempurnaa, untuk itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang
bersifat membangun sebagai masukan guna melengkapi dan memperbaiki lebih
lanjut.
Semarang, 4 Juli 2023

Ratna Herawati

iv
DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL i

HALAMAN PERSETUJUAN ii

CURICULUM VITAE iii

KATA PENGANTAR iv

DAFTAR ISI v

DAFTAR TABEL vii

DAFTAR GAMBAR viii

DAFTAR LAMPIRAN ix

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang 1

B. Rumusan Masalah 6

C. Tujuan Penelitian 6

D. Manfaat Penelitian 7

BAB II TINJAUN PUSTAKA

A. Chronic Kidney Disease 9

B. Kualitas Hidup 20

C. Self-Management Education 28

D. Kerangka Teori 36

BAB III METODE PENELITIAN

A. Variabel penelitian 37

B. Hipotesis penelitian 37

v
C. Desain penelitian 38

D. Lokasi penelitian dan waktu penelitian 38

E. Populasi dan sampel 38

F. Definisi operasional 40

G. Prosedur penelitian 41

H. Etika penelitian 45

I. Pengolahan data 47

J. Analisa data 49

DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN

vi
DAFTAR TABEL

Nomor Judul Tabel Halaman

Tabel 2.1 Stadium Chronic Kidney Disease ……………………. 10

Tabel 2.2 Bahan makanan untuk penederita CKD ……………… 18

Tabel 2.3 Dimensi kuesioner KDQOLTM-36 …………………… 26

Tabel 2.4 Skor kuesioner KDQOLTM-36 ………………………. 26

Table 3.1 One group pre test-post test design …………………. 38

Tabel 3.2 Definisi Operasional ……………………………….. 40

Tabel 3.3 Komponen kuesioner KDQOLTM-36 ……………… 41

DAFTAR GAMBAR

vii
Nomor Judul Tabel Halaman

Gambar 2.1 Kerangka teori penelitian ……………………….. 36

Gambar 3.1 Kerangka konsep penelitian …………………….. 37

DAFTAR LAMPIRAN

viii
Nomor Judul Tabel

Lampiran 1 Jadwal Kegiatan Penelitian

Lampiran 2 Permohonan Menjadi Responden

Lampiran 3 Persetujuan Menjadi Responden

Lampiran 4 Quesioner Kualitas Hidup KDQOLTM-36

Lampiran 5 Surat Studi Pendahuluan

ix
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Chronic Kidney Disease merupakan salah satu penyakit kronis yang

menjadi masalah dunia termasuk Indonesia. Chronic Kidney Disease atau

penyakit gagal ginjal kronik merupakan gangguan fungsi ginjal yang bersifat

irreversible dimana terjadi penumpukan zat-zat sisa hasil metabolisme,

kondisi ini disebakan karena kerusakan nefron yang berfungsi menyaring zat-
(Hinkle et al., 2016)
zat sisa hasil metabolisme .

Chronic Kidney Disease mengalami peningkatan kasus setiap tahun.

Prevalensi Chronic Kidney Disease menurut data Wolrd Health Organization

penyakit ginjal kronis membunuh 850.000 orang setiap tahun. Gagal ginjal

kronik di Amerika pada tahun 2019 menempati urutan ke 8 sebagai penyebab


(Sanchez et al., 2021)
kematian dengan jumlah kematian sebanyak 254.028 .

Berdasarkan Riset Kesehatan Dasar, pada tahun 2013 prevalensi

Chronic Kidney Disease di Indonesia sebesar 0,2% dan mengalami

peningkatan menjadi 0,38% pada tahun 2018 atau sebanyak 713.783 jiwa

berdasarkan diagnosis dokter. Prevalensi tertinggi berdasarkan wilayah di

Indonesia ditempati oleh Sulawesi Tengah sebesar 0,52% diikuti oleh Aceh

dan Gorontalo, sedangkan Jawa Tengah 0,4%. Penderita Chronic Kidney

Disease yang melakukan terapi Hemodialisa di Indonesia sebanyak 19,33%


(Kemenkes, 2018)
atau 2.850 jiwa .

1
2

Penderita Chronic Kidney Disease akan mengalami masalah-masalah

yang muncul akibat menumpuknya cairan dan elektrolit serta zat sisa

metabolisme dalam tubuh yang tidak dapat dieksresikan ke keluar tubuh.

Masalah yang muncul seperti peningkatan tekanan darah (hipertensi),

Congestive Heart Failure, Edema Pulmoner, anoreksia, mual dan muntah,

anemia, kejang-kejang hingga mengalami perubahan tingkat kesadaran, sesak

napas, stress, harga diri rendah, depresi hingga penurunan kualitas hidup
(Hinkle et al., 2016)
.

Penatalaksanaan yang bisa dilakukan pada penderita Chronic Kidney

Disease untuk mempertahankan dan meningkatkan derajat kesehatannya

adalah dengan menjalani Hemodialisa. Penumpukan zat sisa metabolism,

cairan dan natrium dapat memahayakan kondisi kesehatan, oleh karena itu

hemodialisa menjadi salah satu penatalaksanaan yang bisa dilakukan.

Hemodialisa adalah prosedur dimana darah difiltrasi dengan sebuah mesin

yang disebut dialiser untuk mengurai zat-zat sisa metabolisme dalam darah
(Cahyaningsih, 2014)
melalui proses difusi dan osmosis .

Penurunan kualitas hidup rentan terjadi pada pasien yang mengalami

Chronic Kidney Disease terutama harus menjalani prosedur hemodialisa

seumur hidup yang harus dilakukan secara rutin. Kualitas hidup sendiri

adalah persepsi individu mengenai posisinya dalam kehidupan dimana dalam

sistem nilai mereka memiliki suatu tujuan, harapan serta standar dalam hidup
(Luyckx et al., 2018)
. Pasien yang mengalami gagal ginjal kronik akan

merasa bahwa kualitas hidupnya mengalami penurunan dimana penderita


3

harus menjalani pengobatan dalam jangka waktu yang panjang. Pengobatan

jangaka panjang dan masalah kesehatan ginjal yang dihadapi memunculkan

rasa cemas dan depresi dalam kegiatan sehari-hari. Gejala-gejala yang

muncul akibat manifestasi masalah pada ginjal seperti tidak nyaman pada

bagian pinggang, bengkak pada badan akibat penumpukan cairan, mudah

lelah dan sesak dapat mmenurunkan kualitas hidup sehari-hari. Kegiatan

hemodialisa yang berkepanjangan dapat menyebabkan munculnya rasa bosan,

sedih, depresi, rasa lelah dengan pengobatan, penurunan kepercayaan diri,

penurunan identitas diri karena terpasangnya alat-alat yang menunjang


(Anggraini & Asnindari, 2021; Wijayanti, 2021)
kehidupannya .

Terdapat beberapa dimensi kualitas hidup yang mengalami masalah

jika terjadi masalah dalam kualitas hidup penderita Chronic Kidney Disease.

Dimensi ini terbagi menjadi 4 bagian yaitu, kesehatan fisik pada dimensi ini

penderita merasakan kelelahan dalam hidup, sensasi nyeri, ketidaknyamanan,

pola tidur dan istirahat yang berubah, moilitas dan kegiatan sehari-hari,

ketergantungan pada obat dan bantuan medis serta perubahan kapasitas kerja
(Ekasari et al., 2018)
.

Dimensi yang kedua adalah dimensi psikologis, pada dimensi ini

seseorang yang mengalami masalah kesehatan seperti Chronic Kidney

Disease akan memiliki kecendrungan masalah terhadap citra dan penampilan

tubuh, perasaan negative, harga diri, perubahan cara berpikir, penurunan


(Ekasari et al., 2018)
konsentrasi dan kemampuan memori .
4

Dimensi yang ketiga adalah dimensi hubungan sosial, pada dimensi

ini penderita Chronic Kidney Disease akan mengalami penurunan dalam

aktivitas sosial dan hubungannya dengan orang lain. Dan dimensi keempat

adalah dimensi hubungan dengan lingkungan yakni seperti sumber daya

keuangan akan mengalami penurunan, kebebasan dan keamanan fisik akan


(Ekasari et al., 2018)
berkurang .

Pernyataan diatas didukung oleh penelitian Suwanti, Wakhid dan

Taufikurrahman (2017), tentang gambaran kualitas hidup pasien gagal ginjal

kronik yang menjalani hemodialisa. Didapatkan hasil penelitian bahwa

kualitas hidup penderita gagal ginjal yang menjalani hemodialisa dalam

kategori buruk 61%, diikuti berdasarkan dimensi kesehatan fisik 56,1%

kualitas buruk, dimensi kesehatan psikologis 58,5% buruk


(Suwanti et al., 2019)
.

Kualitas hidup penderita Chronic Kidney Disease dipengaruhi oleh

banyak faktor. Beberapa faktor yang berpengaruh terhadap kualitas hidup

pada penderita Chronic Kidney Disease adalah usia, jenis kelamin, tingkat

pengetahuan, penyakit penyerta, lama menderita penyakit, hemodialisa,


(Rustandi et al., 2018)
pekerjaan dan finansial .

Penurunan kualitas hidup penderita Chronic Kidney Disease tentu

harus dicegah. Salah satu tatalaksana yang bisa dilakukan adalah dengan

meningkatkan kualitas hidup itu sendiri. Pendekatan yang bisa dilakukan

adalah dengan melakukan intervensi self-care management education. Self-


5

care adalah perilaku yang dipelajari dan berubah menjadi sebuah tindakan
(A. T. Berman et al., 2022)
sebagai respon terhadap suatu kebutuhan .

Self-care management dapat berarti aktivitas dalam kegiatan atau

kehidupan sehari-hari yang ditujukan untuk memelihara kesehatan dan

kesejahteraan serta menjaga stabilitas fisik dan emosi, pada kasus pasien

dengan gagal ginjal yang menjalani hemodialisis diharapkan mampu untuk

memelihara kesehatannya dengan membatasi asupan cairan dan natrium,

mengontrol makanan, patuh berobat dan rutin menjalani kegiatan hemodialisa


(Prastiwi et al., 2022)
. Melalui pendekatan ini, keluhan yang dirasakan

penderita Chronic Kidney Disease selama menjalani proses hemodialisa dapat

dikurangi, dimana tujuan self-care management adalah untuk untuk

mempertahankan kondisi tubuh dalam hal ini adalah fungsi ginjal yang tersisa

dan homeostasis tubuh selama mungkin untuk mencegah munculnya

komplikasi atau perburukan kondisi (


(A. T. Berman et al., 2022; Ignatavicius et al., 2016)
.

Pernyataan diatas didukung oleh penelitian Ghadam et., al (2016)

tentang Effect of Self-Care Education by Face-to-Face Method on the Quality

of Life in Hemodialysis Patients (Relying on Ferrans and Powers

Questionnaire). Hasil penelitian ini menunjukan ada perbedaan kualitas hidup

sebelum dan sesudah dilakukan Self-Care Education by Face-to-Face Method

dibandingkan dengan kelompok control dengan nilai p-value 0,001


(Ghadam et al., 2015)
. Penelitian Lin dan Wang (2020) menunjukan bahwa dengan self-

care management melalui strategi patient centered memiliki dampak yang


6

baik dan positif terhadap manajemen penyakit ginjal kronis


(Lin & Hwang, 2020)
. Hasil penelitian Vera (2022) juga mendukung hasil penelitian diatas

dengan pendekatan korelasi, tentang hubungan self care dengan kualitas

hidup penderita Gagal ginjal kronik yang menjalani hemodialisis di RSUD Dr

Moewardi. Hasil penelitian ini menunjukan bahwa ada hubungan yang erat

antara self care dengan kualitas hidup penderita gagal ginjal yang sedang

menjalani hemodialisis dengan nilai p-value 0,001 < 0,05, dimana pasien

yang melakukan self care dengan baik memiliki kualitas hidup yang baik
(Vera, 2022)
.

Berdasarkan studi pendahuluan yang dilakukan di Rumah Sakit

Soewondo pada tahun 2022 terdapat 81 pasien tetap yang menjalani

Hemodialisa yang memulai Hemodialisis mulai tahun 2017-2022 sedangkan

pada tahun 2021-2022 terdapat 35 pasien yang menjalani hemodialisis.

Berdasarkan studi pendahuluan pada 6 penderita Chronic Kidney Disease

yang menjalani hemodialisis diukur menggunakan kuesioner KDQOL

didapatkan 3 orang dengan kualitas hidup yang buruk, 2 orang dengan

kualitas hidup sedang dan 1 orang dengan kualitas hidup yang baik,

berdasarkan wawancara dengan para responden selama menjalankan

hemodialisis diberikan tata cara melakukan perawatan diri, motivasi dan

dukungan oleh keluarga dan petugas kesehatan. Berdasarkan latar belakang

ini peneliti tertarik untuk melakukan penelitian tentang pengaruh self-care

management education terhadap kualitas hidup pasien Chronic Kidney

Disease yang menjalani Hemodialisa di Rumah Sakit Soewondo Kendal.


7

B. Rumusan Masalah

Bagaimana pengaruh self-care management education terhadap kualitas

hidup pasien Chronic Kidney Disease yang menjalani Hemodialisa di Rumah

Sakit Soewondo Kendal

C. Tujuan Penelitian

1. Tujuan umum

Mengetahui pengaruh self-care management education terhadap

kualitas hidup pasien Chronic Kidney Disease yang menjalani

Hemodialisa di Rumah Sakit Soewondo Kendal.

2. Tujuan khusus

a. Mendeskripsikan karakteristik responden yang menjalani

Hemodialisa di Rumah Sakit Soewondo,

b. Mendeskripsikan kualitas hidup pasien Chronic Kidney disease yang

menjalani Hemodialisis di Rumah Sakit Soewondo sebelum diberikan

Self-care management education.

c. Mendeskripsikan kualitas hidup pasien Chronic Kidney disease yang

menjalani Hemodialisis di Rumah Sakit Soewondo setelah diberikan

Self-care management education.


8

d. Menganalisis pengaruh self-care management education pada pasien

Chronic Kidney Disease yang menjalani Hemodialisa di Rumah Sakit

Soewondo.h

D. Manfaat Penelitian

1. Bagi Institusi Pendidikan.

Hasil penelitian ini menjadi acuan institusi Pendidikan dalam

mengembangkan kurikulum Pendidikan yang berhubungan dengan

intervensi atau penatalaksanaan pada pasien Chronic Kidney Disease.

2. Bagi Rumah Sakit

Hasil penelitian ini menjadi landasan bagi instansi Kesehatan

terutama Rumah Sakit menjadikan self-care management education

sebagai terapi modalitas dalam meningkatkan kualitas hidup penderita

Chronic Kidney Disease.

3. Bagi Profesi Kesehatan

Hasil penelitian ini menjadi acuan perawat atau tenaga kesehatan

professional lainnya dalam melakukan perawatan pada penderita Chronic

Kidney Disease.

4. Bagi Pasien Hemodialisa

Hasil penelitian ini menjadi salah satu langkah untuk mengurangi

dan mengatasi gejala-gejala yang muncul saat menjalani pengobatan

jangka panjang bagi penderita Chronic Kidney Diseas yang menjalani

hemodialisa.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Chronic Kidney Disease (CKD)

1. Definisi

Chronic Kidney Disease atau Gagal Ginjal Kronik merupakan

gangguan fungsi ginjal yang sifatnya irreversible (tidak dapat pulih

kembali), kondisi ini adalah dimana tubuh tidak mampu memelihara

metabolisme dan menjaga keseimbangan cairan serta elektrolit


(Cahyaningsih, 2014)
.

Gagal ginjal kronik merupakan gangguan fungsi renal yang

progresif dan bersifat irreversible dimana kemampuan tubuh gagal untuk

memperthankan metabolisme dan keseimbangan cairan dan elektrolit,

menyebabkan uremia dimana terjadinya retensi urea dan sampah nitrogen

lain dalam darah. Gagal ginjal sering disebut end stage renal disease
(Hinkle et al., 2016; Smeltzer & Bare, 2013)
(ESRD) .

2. Klasifikasi

Klasifikasi pada pneyakit gagal ginjal kronik didasarkan pada dua

hal yakni berdasarkan derajat (stage) penyakit dan diagnosis etiologi.

Klasifikasi derajat penyakit ditegakkan berdasarkan LFG (laju filtrasi

glomerulus) / GFR (Glomelular Filtration Rate) yang dihitung

menggunakan rumus Kockroft Gault sebagai berikut :

a. Laki-laki : (140-umur) x BB (kg) / 72 x serum kreatinin

b. Perempuan : (140-umur) x BB (kg) / 72 x serum kreatinin x 0,85

9
10

Berdasarkan perhitungan tersebut maka akan didapatkan LFG (laju

filtrasi glomerulus)/GFR (glomerular filtration rate) untuk menentukan


(Hinkle et al., 2016; Smeltzer & Bare, 2013)
stadium gagal ginjal kronik .

Tabel 2.1 Stadium Chronic Kidney Disease


GFR
Stadium Deskripsi
(ml/mnt/1,73 m2)
I Kerusakan ginjal dengan GFR
>90
normal
II Kerusakan ginjal dengan GFR turun
60-89
ringan
III Kerusakan ginjal dengan GFR turun
30-59
sedang
IV Kerusakan ginjal dengan GFR turun
15-29
berat
V Gagal ginjal <15

3. Etiologi

Penyebab gagal ginjal terbagi berdasarkan lokasi pada saluran

perkemihan (tractus urinarius) yang mengalami gangguan yaitu :

a. Pre renal

Prerenal artinya masalah diluar ginjal dapat mempengaruhi ginjal

karena kondisi tersebut berhubungan dengan ginjal, yakni :

1) Hipovolemia atau volume darah yang rendah baik karena

dehidrasi, kehilangan darah, atau luka bakar.

2) Oat-obatan seperti diuretic dapat menyebabkan kehilangan air yang

berlebihan

3) Aliran darah yang abnormal dari dan ke ginjal karena penyumbatan

arteri atau vena ginjal bisa disebakan karena adanya plak pada

pembuluh darah sehingga mengurangi aliran darah ke ginjal,


11

peningkatan tekanan darah yang berlebihan juga dapat

menyebabkan kerusakan pada ginjal.

b. Renal

Penyebab gagal ginjal yang disebabkan oleh kerusakan pada ginjal

itu sendiri, diantaran akibat dari :

1) Trauma ginjal baik akibat benturan atau benda tumpul

2) Sepsis : sistem kekebalan tubuh yang kalah melawan infeksi

sehingga infeksi menyebar ke seluruh tubuh termasuk

menyebabkan peradangan dan kerusakan pada ginjal.

3) Obat-obatan : beberapa obat-obatan bersifat racun bagi ginjal

seperti NSAID (non steroid anti-inflamation drugs), antibiotic

golongan aminoglikosida seperti gentamycin, lithium, dan obat-

obatan yang mengandung yodium seperti zat kontras.

4) Rhabdomyolysis : sistuasi dimana ada kerusakan otot dalam tubuh,

dan serat otot yang rusak menyumbat sistem penyaringan ginjal

biasanya dapat terjadi pada kasus trauma, luka parah, dan luka

bakar. Beberapa obat yang digunakan untuk mengobati kolesterol

tinggi dapat menyebabkan rhadomyolysis.

5) Multiple myeloma : kanker yang terjadi pada sel darah putih dan

menyerang sel-sel dan organ-organ lain seperti ginjal.

6) Glomerulonefritis : peradangan pada glomerulus atau sistem

penyaringan ginjal, biasanya disebabkan oleh Lupus Eritematosus

Sistemik (SLE), Wegener granulomatosis, dan sindrom

Goodpasture.
12

c. Post renal

Gagal ginjal yang disebabkan oleh saluran kencing setelah ginjal,

dimana hal ini dapat mempengaruhi aliran urin.

1) Obstruksi atau penyumbatan kandung kemih atau ureter yang

biasanya disebabkan oleh batu ginjal, tumor dan menyebabkan

tekanan balik ke ginjal karena ginjal terus menghasilkan urin dan

menyebabkan bendungan (hidronefrosis), peningkatan tekanan ini

dapat menyebabkan kerusakan dan kematian ginjal.

2) Hipertropi prostat atau kanker prostat dapat menghalangi uretra

sehingga urin pada kandung kemih tidak dapat dikeluarkan dan

dapat menyebabkan penumpukan cairan hingga ke ginjal.

3) Tumor abdomen yang mengelilingi dan menekan ureter.

4. Patofisiologi

Gagal ginjal kronis dimulai pada fase awal gangguan

keseimbangan cairan, pengaturan garam, serta penimbunan zat-zat sisa

metabolisme masih bervariasi dan bergantung pada bagian ginjal yang

sakit. Sampai fungsi ginjal mengalami penurunan kurang dari 25%

normal, manifestasi atau gejala klinis ginjal kronik mungkin minimal

karena again nefron yang masih sehat dan dapat berfungsi mengambil alih

fungsi nefron yang mengalami kerusakan. Nefron yang tersisa

meningkatkan kecepatan filtrasi, reabrosbsi dan sekresi, serta mengalami

hipertrofi. Semakin bertambahnya nefron yang mengalami kerusakan dan

kematian maka nefron yang masih berfungsi akan mengahadapi beban


13

yang berat dalam proses filtrasi sehingga semakin lama neferon-nefron

tersebut akan mengalami kerusakan dan mati.

Sebagian dari siklus kematian ini tampaknya berkaitan dengan

tuntutan pada nefron-nefron yang ada untuk meningkatkan reabsorpsi

protein. Saat penyusutan progresif nefron-nefron, terjadi pembentukan

jaringan parut dan aliran darah ginjal akan mengalami penurunan dan

berkurang. Kondisi akan bertambah buruk dengan semakin banyak

terbentuk jaringan parut sebagai respons dari kerusakan nefron dan secara

progresif fungsi ginjal turun drastis dengan manifestasi penumpukan zat

sisa metabolisme yang seharusnya dikeluarkan dari sirkulasi sehingga

akan terjadi sindrom uremia berat yang memberikan banyak manifestasi

pada setiap organ tubuh.

Pelepasan renin akan meningkat bersama dengan kelebihan beban

cairan sehingga dapat menyebabkan hipertensi. Hipertensi akan

memperburuk kondisi gagal ginjal, dengan tujuan agar terjadi peningkatan

filtrasi protein-protein plasma


(Harmilah, 2020; Hinkle et al., 2016; Smeltzer & Bare, 2013)
.

5. Manifestasi Klinis

Pada penderita CKD (chronic kidney disease) setiap sistem dan

organ tubuh dipengaruhi oleh kondisi ureum, sehingga akan menimbulkan


(Hinkle et al., 2016)
bermacam-macam tanda dan gejala .

a. Kardiovaskuler

1) Hipertensi, yang diakibatkan oleh retensi cairan dan natrium dari

aktifitas RAA (rennin-angiotensin-aldosteron)


14

2) Gagal jantung kongestif, akibat peningkatan tekanan darah yang

dapat menyebabkan gangguan pada pompa jantung.

3) Edema pulmoner, akibat cairan yang berlebihan.

b. Gastrointestinal

1) Anoreksia

2) Mual dan muntah

3) Perdarahan gastrointestinal

4) Ulserasi

5) Nafas bau ammonia

6) Anemia, karena terganggunya proses eritropoesis atau sekresi

eritropoetin yang mengalami defisiensi sehingga mengakibatkan

penurunan hemoglobin.

c. Neurologis

1) Perubahan tingkat kesadaran karena uremia yang berlebihan

hingga mencapai otak

2) Kedutan otot sampai kejang.

d. Integument

1) Pruritis atau penumpukan urea pada lapisan kulit

2) Perubahan warna kulit

3) Kelembaban kulit berkurang kulit menjadi kering dan bersisik.

e. Pulmoner

1) Adanya sputum kental dan liat

2) Penafasan cepat dan dangkal, kusmaul

3) Edema pulmonal.
15

f. Musculoskeletal

1) Dapat terjadi fraktur karena kekurangan kalsium dan pengeroposan

tulang akibat terganggunya hormone dihidroksi kolekalsiferon.

2) Kram otot

3) Kehilangan kekuatan otot.

g. Psikologis

1) Penurunan tingkat kepercayaan diri

2) Harga diri rendah

3) Penurunan kualitas hidup

4) Stress

5) Ansietas

6) Depresi

6. Penatalaksanaan Gagal ginjal kronik

a. Hemodialisa

Salah satu terapi atau penatalaksanaan yang bisa dlakukan pada

pasien dengan gagal ginjal adalah hemodialisis. Hemodialisis (HD)

adalah suatu prosedur dimana darah dikeluarkan dari tubuh penderita

dan beredar dalam sebuah mesin diluar tubuh yang disebut dialiser.

Hemodialisis merupakan terapi pengganti untuk mengeluarkan sisa-

sisa metabolisme atau racun tertentu dari peredaran darah manusia

seperti air, natrium, kalium, hidrogen, urea, kreatinin, asam urat, dan

zat-zat lain melalui membran semi permeabel sebagai pemisah darah

dan cairan dialisat pada ginjal buatan dimana terjadi proses difusi,

osmosis dan ultra filtrasi.


16

Frekuensi tindakan hemodialisis bervariasi tergantung fungsi ginjal

yang tersisa, rata–rata penderita menjalani 2 sampai 3 kali dalam

seminggu, sedangkan untuk lama pelaksanaan hemodialisis paling


(Cahyaningsih, 2014)
sedikit 3-4 jam tiap sekali tindakan terapi .

Inisiasi hemodialisa dilakukan apabila ada keadaan sebagai berikut :

1) Kelebihan (overload) cairan ekstraseluler yang sulit dikendalikan

dan / atau hipertensi.

2) Hiperkalemia yang refrakter terhadap restriksi diit dan terapi

farmakologis.

3) Asidosis metabolic yang refrakter terhadap pemberian terapi

bikarbonat.

4) Hiperfosfatemia yang refrakter terhadap restriksi diit dan terapi

pengikat fosfat

5) Anemia yang refrakter terhadap pemberian eritropoietin dan besi.

6) Adanya penurunan kapasitas fungsional atau kualitas hidup tanpa

ada penyebab yang jelas.

7) Penurunan berat badan atau malnutrisi, terutama apabila disertai

gejala mual, muntah, atau adanya ukti lain gastroduodenitis.

8) Indikasi lain segeranya dilakukan hemodialisa adalah gangguan

neurologis seperti neuropati, ensefalopati, gangguan psikiatri,

peluritis atau perikarditis yang tidak disebabkan oleh penyebab

lain, serta diathesis dengan pemanjangan waktu perdarahan.


17

b. Pembatasan cairan

Asupan cairan pada kondisi normal pada orang dewasa adalah ±

2.500 cc/hari. Kebutuhan cairan pada orang dewaasa jika berdasarkan

berat badan adalah 50cc/kgBB/24jam atau dengan menggunakan

rumus kebutuhan cairan/24 jam : IWL (insesibel water loss : 500 cc) +
(Isroin, 2016)
total produksi urin dalam waktu 24 jam .

Pada pasien gagal ginjal kronik asupan cairan harus disesuaikan

dengan jumlah produks urin selama 24 jam. Jika pengeluaran urin

hanya 1 liter, maka penderita GGK hanya boleh minum 1,5 liter dalam

24 jam. Perbedaan 500 cc air untuk mengatasi pembuangan air lewat


(Isroin, 2016)
keringat dan uap air dari pernapasan .

c. Diet

Penataaksanaan pasien CKD tahap akhir selain dengan tindakan

hemodialisa, untuk janka panjang diperlukan diet pembatasan cairan.

Berdasarkan hal itu pasien penderita CKD perlu memahami tujuan dari

pembatasan diet adalah untuk mengurangi percepatan terjadinya

perburukan fungsi ginjal. Diet rendah protein bertujuan untuk

mengurangi penumpukan zat sisa nitrogen dan dapat mengurangi

gejala yang muncul.

Diet adalah penatalaksanaan yang bersifat merubah gaya hidup dan

seringnya tidak disukai oleh pasien yang menderita penyakit kronis


(Rahayu, 2019)
karena prosesnya akan berjalan lama . Diet bergantung

pada frekuensi dialysis, sisa fungsi ginjal dan berat adan. Tujuan dari

diet adalah untuk menghindari penumpukan zat sisa metabolisme


18

protein, menjaga keseimbangan cairan dan elektrolit serta memenuhi


(Mailani & Andriani, 2017)
kebutuhan gizi .

1) Jenis

Berikut termasuk jenis makanan yang dianjurkan dan harus

dibatasi untuk penderita gagal ginjal kronik dengan hemodialisa


(Mailani & Andriani, 2017; Relawati et al., 2018; Widiana, 2020)
.

Tabel 2.2 Bahan makanan untuk penderita CKD


Tidak
Sumber Dianjurkan
dianjurkan/dibatasi
Karbodirat Nasi, bihun, mie, jagung, Kentang, havermut,
macaroni, tepung- singkong, ubi
tepungan
Protein Telur, daging, ikan, , Kacang-kacangan,
ayam, susu tahu, tempe, ikan
asin
Lemak Minyak jagung, minyak Minyak hewan,
kelapa sawit, minyak kelapa,
mentega/margarine rendah mentega dan
garam margarine biasa
Vitamin Semua sayuran rendah Semua sayuran
kalium dan sedang seperti tinggi kalium seperti
wortel, labu siam, jamur, asparagus, tomat,
terong, labu kuning, kubis, bayam matang,
peterseli, seledri, dan kangkung dan semua
semua buah rendah kalium buah dengan kadar
seperti papaya, apel, kalium yang tinggi
anggur, nanas, strowberi, seperti pisang, jeruk,
ceri melon, kiwi, blewah,
alpukat, buah bit

2) Jumlah

a) Kebutuhan energi

Diit harus mempertimbangkan jumlah kalori, sebab bila

makanan mengandung sedikit kalori akan mengganggu

keseimbangan nitrogen dan menyebabkan kehilangan massa


19

otot. Diet dengan 35 kkal/kgBB/hari diperlukan untuk

mempertahankan keseimbangan nitrogen pada pasien Chronic


(Widiana, 2020)
Kidney Disease .

b) Kebutuhan protein

Modifikasi diet protein pada pasien penderita CKD terbagi

menjadi diet protein sangat rendah <0,3 g/kgBB, diet protein

rendah 0,6-0,8 g/kgBB, diet protein normal 1-1,2 g/kgBB


(Widiana, 2020)
.

c) Kebutuhan kalium

Laju filtrasi glomerulus yang mengalami penurunan

menyebabkan kemampuan tubulus untuk mensekresikan

kalium mengalami penurunan, sehingga perlu restrikso kalium

untuk mempertahankan kadar kalium dalam batas normal yakni

3,5-5,0 mEq/L. ada beberapa obat-obatan yang juga

berpengaruh terhadap meningkatnya kadar kalium seperti ACE

inhibitor, ARB, alosterone reseptor blocker. Konsumsi kadar

kalium pada pasien yang menjalani hemodialisa adalah 2000-

3000 mg/hari (50-80 mmol/hari), sedangkan pada asien dengan

CAPD dapat mengkonsumsi lebih banyak yaitu 3000-4000


(Widiana, 2020)
mg/hari (80-105 mmol/hari) .

d) Kebutuhan natrium

Garam atau natrium dapat menyebabkan peningkatan hipertensi

sehingga perlu untuk di restriksi untuk mencegah terjadinya

peningkatan tekanan darah dan mengatasi edema. Restriksi


20

sodium bergantung pada status rehidrasi pasien, eksresi natrium

urine, ada atau tidaknya hipertensi. Pada pasien gagal ginjal

batasan konsumsi garam adalah 1,5-2 gram/hari


(Widiana, 2020).

d. Perawatan akses Hemodialisa

Pasien hemodialisis membutuhkan akses vascular untuk

mempertahankan hemodialisis. Akses vaskuler adalah istilah yang

berarti jalan untuk memudahkan mengeluarkan darah dari

pembuluhnya untuk keperluan tertentu, dalam kasus gagal ginjal

terminal adalah untuk proses hemodialisis. Darah harus keluar dan

masuk ke tubuh engan kecepatan 200 sampai 400 ml/menit. Akses


(Lawson et al., 2020; Segal & Qaja, 2022)
hemdodialisa terbagi menjadi :

1. Akses Vaskuler Eksternal (sementara)

a) Pirau Arterivenosa/Shunt External/AV Shunt Scribner

Shunt Scribner dibuat dengan memasang selang silastic

dengan ujung teflon yang sesuai ke dalam arteri radialis dan

vena sefalika pada pergelangan tangan atau ke dalam arteri

tibialis posterior dan vena saphenousus pada pergelangan kaki.

Bila shunt ingin digunakan, maka selang silastic dihubungkan

secara langsung dengan selang darah dan mesin dialisa, jika

tidak digunakan maka selang dihubungkan dengan konektor

teflon. Adapun kerugian karena pemakaian shunt Scribner

adalah trombosis, mudah tercabut dan perdarahan. Karena


21

banyaknya kekurangan shunt Scribner tersebut, maka shunt ini

sekarang sudah jarang dipakai untuk hemodialisis.

b) Catheter Double Lumen (CDL)

CDL adalah sebuah alat yang terbuat dari bahan plastic

PVC yang mempunyai 2 cabang, selang merah (arteri) untuk

keluarnya darah dari tubuh ke mesin dan selang biru (vena)

untuk masuknya darah dari mesin ke tubuh. Lokasi penusukan

kateter dobel lumen dapat dilakukan dibeberapa tempat yaitu

vena femoralis, vena subclavia, vena jugularis internal.

2. Akses Vaskuler Internal (Permanen)

a) AV Shunt atau AV Fistula

AV Shunt adalah penyambungan pembuluh darah vena dan

arteri dengan tujuan untuk memperbesar aliran darah vena

supaya dapat digunakan untuk keperluan hemodialisis. -

Keuntungan pemakaian AV Shunt dapat digunakan untuk waktu

beberapa tahun, sedikit terjadi infeksi, aliran darahnya tinggi

dan memiliki sedikit komplikasi seperti thrombosis. Sedangkan

kerugiannya adalah memerlukan waktu cukup lama sekitar 6

bulan atau lebih sampai fistula siap dipakai dan dapat gagal

karena fistula tidak matur atau karena gangguan masalah

kesehatan lainnya.

b) AV Graft

AV Graft adalah suatu tindakan pembedahan dengan

menempatkan graft polytetrafluoroethylene (PRFE) pada lengan


22

bawah atau lengan atas (arteri brachialis ke vena basilica

proksimal). Keuntungannya graft ini dapat dipakai dalam waktu

lebih kurang 3 minggu untuk bias dipakai. Kerugiannya dapat

terjadi thrombosis dan infeksi lebih tinggi daripada pemakaian

AV Shunt. Akhir-akhir ini di temukan bahwa graft PTFE

dilakukan pada dinding dada (arteri aksilaris ke vena aksilaris

atau arteri aksilaris ke vena jugularis) atau pada paha (arteri

femoralis ke vena femoralis).

3. Perawatan Akses

Bila pasien menggunakan arteriovenous fistula (AVF) atau yang

disebut Cimino sebagai akses vaskuler, berikut beberapa cara

merawat AV Fistula
(Instalasi Dialisis RSUP Sardjito, 2015; Lawson et al., 2020)
:

a) Mencuci tangan dengan sabun dan air sebelum dan sesudah

menyentuh AV Shunt yang bertujuan untuk mengurangi infeksi

b) Menjaga kulit di area AV Shunt agara tetap bersih, terutama

sebelum dialisis. Bersihkan dengan cara memcuci dan

menepuknya dengan lembut.

c) Pantau getaran di AV Shunt 3 kali sehari (pagi, siang dan

malam) dengan mendengarkan AV Shunt dan merasakan

getaran dan pantau perubahan suara yang untuk dilaporkan ke

dokter.

d) Pantau tanda kemerahan atau bengkak disekitar area AV Shunt

e) Hindari luka pada lengan dan lindungi


23

f) Pastikan nutrisi yang tepat agar kesehatan tetap optimal

g) Jangan menggunakan perhiasan atau baju yang sempit pada

lengan yang terdapat akses agar aliran darah tetap lancer.

h) Cimino jangan tertindih saat tidur.

B. Kualitas Hidup

1. Definisi

Kualitas hidup (Quality of life) merupakan suatu ukuran konseptual

untuk menilai dampak dari suatu pengobatan atau terapi yang sedang

diterima oleh pasien yang mengalami penyakit kronik


(Behboodi Moghadam et al., 2018)
. Dimensi pengukuran kualitas hidup meliputi

kesejahteraan, kelangsungan hidup, serta kemampuan seseorang untuk

melakukan aktivitas secara mandiri dalam kegiatan sehari-hari.

Kualitas hidup menurut World Health Organization Quality Of Life

atau WHOQOL adalah persepsi individu mengenai posisinya dalam

kehidupan dimana dalam konteks budaya dan sistem nilai mereka

memiliki suatu tujuan, harapan serta standar dalam hidup. Masalah yang

mencakup kualitas hidup sangat luas dan kompleks termasuk masalah

kesehatan fisik, status psikologis, tingkat kebebasan, hubungan sosial dan


(WHO, 2020)
lingkungan .

2. Dimensi-dimensi kualitas hidup

Kualitas hidup terbagi menjadi 4 domain yang menjadi parameter dalam

menilai kualitas hidup seseorang dan terdapat aspek dalam setiap

domainnya. Menurut WHO dalam Ekasari, Riasmini dan Hartini (2018),


24

penilaian kualitas hidup berdasarkan domain tersebut disebut WHOQOL-

BREF (World Health Organization Quality of Life Bref Version) yang


(Ekasari et al., 2018)
terbagi menjadi :

a. Kesehatan fisik

Domain ini memiliki berbagai aspek yang terbagi menjadi energi dan

kelelahan, nyeri dan ketidaknyamanan, tidur dan istirahat, mobilitas,

aktivitas sehari-hari, ketergantungan pada obat dan antuan medis serta

kapasitas kerja.

b. Kesehatan psikologis

Domain psikologis memiliki berbagai aspek yang meliputi citra dan

penampilan tubuh, perasaan negative, perasaan positif, harga diri,

berfikir, belajar, memori dan konsentrasi, agama/spiritualitas dan

keyakinan pribadi.

c. Hubungan sosial

Hubungan sosial adalah hubungan interpersonal seseorang atau

individu yang satu dengan individu yang lain. Aspek dalam hubungan

social meliputi hubungan pribadi, dukungan sosial dan aktivitas sosial.

d. Hubungan dengan lingkungan

Aspek dalam domain ini meliputi sumber daya keuangan, kebebasan,

keselamatan dan keamanan fisik, perawatan kesehatan dan sosial:

aksesibilitas dan kualitas, lingkungan rumah, peluang untuk

memperolah informasi baru.

3. Faktor-faktor yang mempengaruhi kualitas hidup

a. Faktor yang mempengaruhi kualitas hidup secara umum


25

Menurut Raeburn & Rootman dalam Green et al., dalam Alligood

(2017) terdapat 8 faktor yang mempengaruhi kualitas hidup yaitu


(Alligood, 2018)
:

1) Kontrol adalah bagaimana individu mengambil sikap dalam

menghadapi perilaku dan melakukan pembatasan kegiatan dalam

menjaga kondisi tubuh.

2) Potensi dan peluang adalah kemampuan dan kemauan seseorang

dalam melihat peluang yang dapat dia raih.

3) Sumber daya berkaitan dengan kemampuan dan kondisi yang

dimiliki oleh seseorang atau individu.

4) Sistem dukungan adalah sistem yang didapat dari berbagai pihak

seperti keluarga, masyarakat yang menunjang jalannya kehidupan.

5) Keterampilan berkaitan dengan kapabilitas atau kemampuan

individu dalam melakukan sesuatu.

6) Kejadian dalam hidup berkaitan dengan perkembangan dan stress

yang dapat timbul dan kemampuan individu dalam melakukan

tugas atau fungsi dibawah tekanan.

7) Perubahan politik berkaitan dengan masalah negara misalnya krisis

moneter yang dapat menghilangkan mata pencaharian.

8) Perubahan lingkungan berkaitan dengan perubahan yang terjadi

pada lingkungan seperti bencana alam yang dapat merusak tempat

tinggal.

b. Faktor yang mempengaruhi kualitas hidup pasien gagal ginjal kronik

1) Usia
26

Pasien CKD yang berusia dibawah 47 tahun memiliki kapasitas

fungsional yang lebih baik dibandingkan usia diatas 55 tahun.

Pasien dengan CKD pada usia lanjut mengalami kemunduran atau

defisit kognitif dan defisit fungsional dan dapat mengurangi


(Balogun et al., 2017)
kemampuan dalam pengambilan keputusan .

2) Jenis kelamin

Rustandi, Tranado dan Pransasti menjelaskan bahwa dalam

penelitian terdapat perbedaan kualitas hidup berdasarkan jenis

kelamin dimana kualitas hidup wanita lebih baik dibandingkan

laki-laki dikarenakan perbedaan pekerjaan, gaya hidup, dan kondisi


(Rustandi et al., 2018)
fisiologis .

3) Tingkat pengetahuan

Pengetahuan menjadi landasan seseorang dalam mengambil

keputusan, dengan memiliki pengetahuan seseorang dapat

menentukan mana keuntungan dan kerugian bagi kesehatannya.

Penelitian Kartini pada tahun 2015 menunjukan bahwa terdapat

hubungan yang signifikan antara pengetahuan dengan kemampuan

pasien dalam mematuhi diit cairan terutama pada kasus CKD


(Kartini et al., 2015)
.

4) Penyakit penyerta

Penyakit dapat mempengaruhi kualitas hidup seseorang terutama

pada kasus CKD. Salah satunya adalah anemia pada CKD dimana

terjadi penurunan hemoglobin yang akan mempengaruhi energi

dan akan berdampak pada aktivitas sehari-hari.


27

5) Lama menderita

Penderita gagal ginjal yang baru didiagnosis yang telah dinyatakan

harus menjalani dialysis akan memiliki kualitas hidup yang kurang

baik dikarenakan perubahan kondisi kesehatan secara tiba-tiba dan

harus menjalani pengobatan seumur hidup.

6) Hemodialisa

Pengobatan secara berkepanjangan seperti kegiatan hemodialisa

dapat berpengaruh terhadap kualitas hidup penderita gagal ginjal

kronik, dimana harus melalui semua kegiatan, jika tdak

dilaksanakan akan mengalami masalah sampai mengancam nyawa.

Kegiatan hemodialisa yang dilakukan secara rutin dapat

memunculkan perasaan lelah, lemah, penurunan kepercayaan diri,

gangguan konsep diri, depresi, stress, perubahan gaya hidup,

perubahan konsep hidup dibandingkan dengan kondisi kesehatan


(Anggraini & Asnindari, 2021; Wijayanti, 2021)
sebelumnya .

7) Sistem dukungan

Dukungan atau support system sangat berpengaruh terhadap

kualitas hidup seseorang. Dukungan dari orang terdekat, keluarga,

masyarakat, petugas kesehatan dan lingkungan dapat berpengaruh

terhadap kualitas hidupnya


(Arfianto., Aini, K., & Wibowo, 2017; Kartini et al., 2015)
.

8) Penatalaksanaan spiritual

Pendekatan spiritual dapat berpengaruh terhadap ketentraman

pikiran sehingga membuat seseorang menjadi lebih tenang dalam


28

menghadapi masalah kehidupan, hal ini berdampak positif terhadap


(Bahri, 2017; Giawa et al., 2019)
kualitas hidup seseorang .

9) Pekerjaan dan finansial

Pasien CKD yang memiliki penghasilan tinggi memilki kualitas

hidup lebih aik dalam aspek peranan sosial dimana pasien tersebut

tidak terlalu memikirkan masalah materi yang harus dikeluarkan

dalam setiap pengobatan yang akan dilakukan. Penelitian Priyanti

pada tahun 2016, menjelaskan bahwa penderita CKD yang

memiliki pekerjaan dan fokus terhadap pekerjaannya akan

cenderung tidak terbebani dengan penyakit yang dideritanya


(Priyanti, 2016)
.

10) Perawatan diri (self-care)

Perawatan diri secara mandiri dapat mempengaruhi kualitas hidup.

Penderita gagal ginjal kronik yang mampu melakukan perawatan

secara mandiri akan mampu meningkatakan kualitas hidupnya


(Vera, 2022)
.

4. Pengukuran Kualitas Hidup

Pengukuran kualitas hidup pada penderita Chronic Kidney Disease

menggunakan pengukuran terstandar. Pengukuran kualitas hidup penderita

gagal ginjal kronis menggunakan KDQOLTM-36 (Kidney Disease Quality

Of Life). Kualitas hidup penderita Chronic Kidney Disease diharapkan

minimalnya dalam kondisi kualitas hidup baik dengan target kualitas

hidup terbaik atau excellent.


29

KDQOLTM-36 merupakan instrumen yang dikembangkan oleh

Research and Development (RAND) dan Universitas Arizona yang

digunakan untuk mengukur kualitas hidup pada pasien gagal ginjal kronik

yang menjalani tindakan hemodialisis.

Instrumen KDQOLTM-36 ini terdiri dari 36 pertanyaan dimana

terdapat rentang nilai/ skor disetiap item pertanyaan. Kuesioner ini telah

diterjemahkan dan di uji validitas oleh Supriyadi et al., (2019) dengan nilai

r = 0,815 untuk gejala, 0,798 untuk efek penyakit ginjal, 0,785 untuk

beban karena penyakit ginjal, 0,647 untuk Komponen kesehatan fisik dan

0,701 untuk komponen kesehatan mental. Nilai realibilitas alpha Cronbach

= 0.886 untuk gejala, 0,736 untuk efek penyakit ginjal, 0,733 untuk beban

karena penyakit ginjal, 0,706 untuk Komponen kesehatan fisik dan 0,721

untuk komponen kesehatan mental, yang artinya instrument ini telah valid
(Supriyadi et al., 2019)
dan reliabel untuk di gunakan dalam penelitian .

a. Dimensi atau sub variabel kuesioner KDQOLTM-36

Tabel 2.3 Dimensi/sub varibel kuesioner KDQOLTM-36


No Sub variabel Jumlah Nomor
pertanyaan pertanyaan
1 Generic Core (SF-12)
Komponen Fisik 6 2,3,4,5,8,12
Komponen Mental 6 1,6,7,9,10,11
2 Beban penyakit ginjal 4 13,14,15,16
3 Gejala/masalah 12 17,18,19,20,21,22
,23,24,25,26,27,
28
4 Efek penyakit ginjal 8 29,30,31,32,33,34
,35,36

b. Skor kuesioner KDQOLTM-36


30

Tabel 2.4 Skor dari setiap pertanyaan KDQOL-SF 36

Nomor pertanyaan Jumlah/skor jawaban Skor


1 0
4,5,6,7
2 100
1 0
2,3 2 50
3 100
1 0
2 25
Favorable
3 50
12,13,14,15,16
4 75
5 100
1 100
Unfavorable 2 75
1,8,17,18,19,20,21,22,23 3 50
,24,25,26,27,28a,28b,29, 4 25
20,31,32,33,34,35,36 5 0
1 0
2 20
Favorable 3 40
11 4 60
5 80
6 100
1 100
2 80
Unfavorable 3 60
9,10 4 40
5 20
6 0

Cara perhitungan hasil kusioner

Jumlah pertanyaan : 36 soal

Nilai maksimal : 36x100 = 3.600

Nilai minimal : 36x 0 = 0

Jumlah nilai akhir seluruh pertanyaan : jumlah pertanyaan = nilai

kualitas hidup

c. Interpretasi kuesioner
31

Menurut Theofilou, 2013 kualitas hidup terbagi menjadi 3 kategori :

1) Kategori buruk bila skor < 60.

2) Kategori sedang bila skor 60-75.

3) Kategori baik bila skor 76-100 (Theofilou, 2013).

Interpretasi kualitas hidup berdasarkan American Journal of

Kidney Diseases yakni :

1) Kualitas hidup buruk skor 0-24.

2) Kualitas hidup pasien sedang skor 25-60.

3) Kualitas hidup baik skor 61-83.

4) Kualitas hidup sangat baik skor 84-99.

5) Kualitas hidup excellent/terbaik skor 100 (Peipert et al., 2018).

C. Self-care Management Education

1. Definisi

Self-care adalah teori yang dikemukakan oleh Dorothea E. Orem pada

tahun 1971 yang dikenal dengan teori defisit perawatan diri (Self-Care

Deficit Theory). Pada konsep self-care atau perawatan diri seseorang harus

bertanggung jawa terhadap perawatan dirinya secara mandiri dan terlibat

dalam setiap pengambilan keputusan untuk kesehatannya, hal ini

dititikberatkan oleh Dorothea Orem dalam teorinya


(Alligood, M.R., & Fawcett, 2017)
. Self-care merupakan wujud perilaku individu dalam

menjaga kehidupan, kesehatan, perkembangan dan kehidupan di


(Martínez et al., 2021)
sekitarnya .
32

Kozier menjelaskan bahwa perawatan diri adalah kemampuan individu

dalam melakukan aktifitas perawatan diri untuk mempertahankan,

meningkatkan dan memelihara kesehatan serta kesejahteraannya


(A. Berman et al., 2021)
.

Self-care merupakan sutu kemampuan individu, keluarga dan

masyarakat untuk meningkatkan derajat kesehatan, mencegah penyakit

dan kecacatan dengan atau tanpa dukungan dari penyedia pelayanan


(Djamaludin et al., 2018)
kesehatan .

Manajemen diri (self-management) adalah merupakan aktivitas dalam

kegiatan atau kehidupan sehari-hari yang ditujukan untuk memelihara

kesehatan dan kesejahteraan serta menjaga stabilitas fisik dan emosi, pada

kasus pasien dengan gagal ginjal yang menjalani hemodialisis diharapkan

mampu mampu untuk memelihara kesehatannya dengan membatasi

asupan cairan dan natrium, mengontrol makanan, patuh berobat dan rutin
(Riegel et al., 2019)
menjalani kegiatan hemodialisa .

Berdasarkan konsep diatas maka dapat diambil sebuah kesimpulan

bahwa self-care management atau manajemen perawatan diri didefinisikan

sebagai aktifitas individu untuk mengontrol gejala, melakukan perawatan

baik aspek fisik dan psikologis serta merubah gaya hidup yang disesuaikan

dengan penyakit yang diderita dengan tujuan memanajemen kesehatannya

secara berkelanjutan.

2. Teori defisit perawatan diri (self-care deficit theory)

Berdasarkan teori self-care Dorothea Orem terbagi menjadi 3 bentuk


(Alligood, M.R., & Fawcett, 2017)
teori yang saling berhubungan yakni :
33

a. Teori perawatan diri (self-care theory) yaitu teori yang

mendeskripsikan dan menjelaskan tujuan dan cara individu melakukan

perawatan dirinya.

b. Teori defisit perawatan diri (self-care deficit theory) yaitu

mendeskripsikan dan menjelaskan keadaan individu yang

membutuhkan bantuan dalam melakukan perawatan diri.

c. Teori sistem keperawatan (nursing system theory) mendeskripsikan

dan menjelaskan hubungan interpersonal yang dciptakan oleh perawat

untuk dipertahankan oleh pasien.

3. Tujuan Self-care Management

Tujuan self-care management pada pasien gagal ginjal adalah

untuk mempertahankan kondisi tubuh dalam hal ini adalah fungsi ginjal

yang tersisa dan homeostasis tubuh selama mungkin untuk mencegah

munculnya komplikasi atau perburukan kondisi


(A. Berman et al., 2021; Ignatavicius et al., 2016)
.

4. Manfaat self-care

Menurut Alligood manfaat self-care diantaranya adalah


(Alligood, M.R., & Fawcett, 2017)
:

a) Memenuhi kebutuhan dasar manusia untuk meningkatkan derajat

kesehatan.

b) Mempertahankan kualitas hidup, kesehatan, dan kesesejahteraan baik

dalam keadaan sehat maupun sakit.

c) Membantu individu dan keluarga dalam mempertahankan perawatan

diri.
34

5. Self-care management education

Konsep self-care management education adalah pemberian edukasi

terkait manajemen perawatan diri pada pasien penderita chronic kidney

disease. Manajemen perawatan diri pada kasus pasien dengan gagal ginjal

yang menjalani hemodialisis diharapkan mampu mampu untuk

memelihara kesehatannya dengan membatasi asupan cairan dan natrium,

mengontrol makanan, patuh berobat dan rutin menjalani kegiatan


(Riegel et al., 2019)
hemodialisa . Berdasarkan teori ini menjadi dasar

dalam pemberian edukasi tentang manajemen perawatan diri pada pasien

gagal ginjal. Griva et al., (2018) melakukan penelitian randomized

controlled trial tentang self-management program diberikan selama 4 sesi

dengan total waktu 8 jam dan menunjukan pengaruh pemberian self-

management program terhadap self-management skill penderita gagal


(Griva et al., 2018)
ginjal . Penelitian Barus dan Zainaro yang dilakukan

selama 15 menit tiap sesinya menunjukan bahwa pemberian Booklet

Konseling terhadap pengetahuan self-care management pasien gagal ginjal

kronik yang menjalani hemodialisa mengalami peningkatan


(Barus & Zainaro, 2019)
. Penelitian Prastiwi tentang self-care management education

increase quality of life of patient chronic kidney disease undergoing

hemodialysis, intervensi pada penelitian ini dilakukan 2 kali dalam satu

minggu dengan waktu 30 menit per sesi yang terdiri dari 4 sesi,

menunjukkan hasil bahwa dengan pemberian self-care management

education meningkatkan kualitas hidup penderita Chronic Kidney Disease


(Prastiwi et al., 2022)
yang sedang menjalani Hemodialisis .
35

Self-care management education dilakukan 4 sesi selama 1 minggu

sesuai dengan jadwal hemodialisis pasien dimana pada 1 hari yang sama

dilakukan 2 sesi edukasi. Self-care management education pada pasien

chronic kidney disease difokuskan pada pembatasan cairan dan natrium,

pengaturan makanan, hemodialisa dimana tiap materi dilakukan dua kali

dengan tahap sebagai berikut:

a) Sesi I

Kebutuhan cairan dan pembatasan cairan dengan waktu 30 menit

b) Sesi II

Kebutuhan natrium dan pembatasan natrium dengan waktu 30 menit

c) Sesi III

Pengaturan makanan dan pembatasan makanan dengan waktu 30 menit

d) Sesi IV

Hemodialisa, perawatan akses dan keutungannya dengan waktu 30

menit.

6. SOP Self-Care Mamangement Education

a) Definisi : Suatu proses berkelanjutnan yang dilakukan dalam bentuk

Pendidikan kesehatan mengenai pengelolaan Kesehatan pada pasien

gagal ginjal yang menjalani hemodialisis dalam upaya

mempertahankan atau meningkatkan perawatan diri secara mandiri.

b) Alat : Booklet, Catatan dan Alat Tulis

c) Cara Kerja

1) Beri salam terapeutik kepada pasien dan keluarga

2) Perkenalkan diri sebaik mungkin


36

3) Tanyakan kondisi dan perasaan pasien saat ini

4) Inform Concent/Jelaskan tujuan, prosedur dan lamanya tindakan

5) Diskusikan mengenai waktu dan tempat pembelajaran

6) Berikan Self-Care Management Education menurut materi tiap sesi

7) Sesi 1: Pegetahuan dasar tentang asupan cairan dan pembatasan

cairan. Pada kondisi Normal pada orang dewasa adalah ± 2.500

cc/hari. Kebutuhan cairan pada orang dewasa jika berdasarkan

berat badan adalah 50cc/kgBB/24jam atau dengan menggunakan

rumus kebutuhan cairan/24 jam : IWL (Insesibel Water Loss : 500

cc) + total produksi urin dalam waktu 24 jam. Pada pasien gagal

ginjal kronik asupan cairan harus disesuaikan dengan jumlah

produksi urin selama 24 jam. Jika pengeluaran urin hanya 1 liter,

maka penderita GGK hanya boleh minum 1,5 liter dalam 24 jam.

Perbedaan 500 cc air untuk mengatasi pembuangan air lewat

keringat dan uap air dari pernapasan. Melakukan penakaran jumlah


(Prastiwi et al., 2022)
konsumsi air/24 jam .

8) Sesi 2: Pengetahuan dasar tentang pengaturan diit natrium/garam.

Garam atau natrium dapat menyebabkan peningkatan hipertensi

sehingga perlu untuk di restriksi untuk mencegah terjadinya

peningkatan tekanan darah dan mengatasi edema. Restriksi sodium

bergantung pada status rehidrasi pasien, eksresi natrium urine, ada

atau tidaknya hipertensi. Pada pasien gagal ginjal batasan konsumsi

garam adalah 1,5-2 gram/hari atau sama dengan 0.3-0.4 sendok


(Prastiwi et al., 2022)
tee/hari .
37

9) Sesi 3: Pengetahuan dasar tentang diit yang dianjurkan dan tidak


(Prastiwi et al., 2022)
dianjurkan pada penderita gagal ginjal . Diit

seperti, tinggi protein, tinggi garam, tinggi karbohidrat, tinggi

kalium tidak dianjurkan.

10) Sesi 4: Pengetahuan dasar tentang hemodialisis dan perawatan akes

Hemodialisis yakni akses double lumen, CDL atau Cimino dengan

menjaga kebersihan menjaga kepatenan akses


(Prastiwi et al., 2022)
.

11) Evaluasi program Self-care management education.

12) Berikan kesempatan kepada pasien dan keluarga untuk bertanya di

setiap sesi.

13) Lakukan follow up terhadap kondisi pasien, diskusi dan review

program di tiap sesi.

14) Menanyakan perasaan pasien setelah mengikuti Self-care

Management Education .

7. Pengaruh Self-Care terhadap peningkatan kualitas hidup penderita

Chronic Kidney Disease.

Kualitas hidup penderita Chronic Kidney Disease dipengaruhi oleh

banyak faktor. Beberapa faktor yang berpengaruh terhadap kualitas hidup

pada penderita Chronic Kidney Disease adalah usia, jenis kelamin, tingkat

pengetahuan, penyakit penyerta, lama menderita penyakit, hemodialisa,


(Rustandi et al., 2018)
pekerjaan dan finansial .

Penurunan kualitas hidup penderita Chronic Kidney Disease tentu

harus dicegah. Salah satu tatalaksana yang bisa dilakukan adalah dengan
38

meningkatkan kualitas hidup itu sendiri. Pendekatan yang bisa dilakukan

adalah dengan melakukan intervensi self-care management education.

Self-care adalah perilaku yang dipelajari dan berubah menjadi sebuah

tindakan sebagai respon terhadap suatu kebutuhan


(A. T. Berman et al., 2022)
.

Self-care management dapat berarti aktivitas dalam kegiatan atau

kehidupan sehari-hari yang ditujukan untuk memelihara kesehatan dan

kesejahteraan serta menjaga stabilitas fisik dan emosi, pada kasus pasien

dengan gagal ginjal yang menjalani hemodialisis diharapkan mampu

mampu untuk memelihara kesehatannya dengan membatasi asupan cairan

dan natrium, mengontrol makanan, patuh berobat dan rutin menjalani


(Prastiwi et al., 2022)
kegiatan hemodialisa .

Melalui pendekatan ini, keluhan yang dirasakan penderita Chronic

Kidney Disease selama menjalani proses hemodialisa dapat dikurangi,

dimana tujuan self-care management adalah untuk untuk mempertahankan

kondisi tubuh dalam hal ini adalah fungsi ginjal yang tersisa dan

homeostasis tubuh selama mungkin untuk mencegah munculnya

komplikasi atau perburukan kondisi (


(A. T. Berman et al., 2022; Ignatavicius et al., 2016)
.

Penelitian Prastiwi tentang self-care management education

increase quality of life of patient chronic kidney disease undergoing

hemodialysis, menjelaskan bahwa dilakukan intervensi 2 kali dalam satu

minggu dengan waktu 30 menit per sesi yang terdiri dari 4 sesi,

menunjukkan hasil bahwa dengan pemberian self-care management


39

education meningkatkan kualitas hidup penderita Chronic Kidney Disease

yang sedang menjalani Hemodialisis dengan nilai p-value 0,024 < 0,05
(Prastiwi et al., 2022)

D. Kerangka Teori

Gambar 2.1 Kerangka teori penelitian

Manifestasi klinis pasien Faktor-faktor yang


chronic kidney disease : mempengaruhi kualitas hidup
1. Kardiovaskular Chronic Kidney Disease :
a. Hipertensi 1. Usia
b. CHF 2. Jenis kelamin
2. Gastrointestinal 3. Tingkat pengetahuan
a. Anemia 4. Penyakit penyerta
b. anoreksia 5. Lama menderita
3. Neurologis 6. Hemodialisa
a. Kejang 7. Sistem dukungan
b. Penurunan kesadaran 8. Spiritual
4. Integument 9. Self-care management
a. Pruritis 10. Pekerjaan dan financial
5. Pulmoner
a. Edema pulmonal
Kualitas hidup
6. Musculoskeletal
a. Fraktur
b. Kram otot Penatalaksanaan chronic kidney
7. Psikologis disease :
a. Harga diri rendah 1. Hemodialisa
b. Stress 2. Pembatasan cairan dan
c. Penurunan kualitas hidup natrium
3. Diet

Keterangan :

: Diteliti

Sumber : Berman et al., 2021; Cahyaningsih, 2014; Hinkle et al., 2016;

Smeltzer & Bare, 2013; Suwanti et al., 2019.


BAB III

METODE PENELITIAN

A. Variabel Penelitian

1. Variabel bebas (independen)

Variabel bebas dalam penelitian ini adalah self-care management

education.

2. Variabel terikat (dependen)

Variabel terikat dalam penelitian ini adalah kualitas hidup pasien Chronic

Kidney Disease yang menjalani Hemodialisa.

Variabel Independen Variabel Dependen

Self-care management
Kualitas hidup pasien
education

Gambar 3.1 Kerangka Konsep

B. Hipotesis Penelitian

1. Ha : ada pengaruh self-care management education terhadap kualitas

hidup pada pasien Chronic Kidney Disease yang menjalani Hemodialisa di

Rumah Sakit Soewondo Kendal.

40
41

2. H0 : Tidak ada pengaruh self-care management education terhadap

kualitas hidup pada pasien Chronic Kidney Disease yang menjalani

Hemodialisa di Rumah Sakit Soewondo Kendal.

C. Desain Penelitian

Desain penelitian merupakan cara-cara yang dipergunakan untuk

mengumpulkan data penelitian sehingga hasil penelitian dapat dibuktikan.

Metode penelitian eksperimen tebagi atas 3 kelompok besar yaitu pre

eksperiment, eksperiment dan eksperimen semu (quasi experiment). Arikunto

mengatakan bahwa metode penelitian terbagi menjadi dua jenis berdasarkan

baik buruknya eksperimen, atau sempurna tidaknya eksperiemnt terbagi

menjadi dua yakni pre-experimental design dan true experimental design. Pre-

experimen juga sering disebut quasi experiment, karena desain ini masih

merupakan eksperimen yang belum menerapkan kelompok control sehingga

memungkinkan ada faktor lain yang mempengaruhi hasil penelitian


(Arikunto, 2017)
. Penelitian ini merupakan jenis penelitian Quasi Experiment dengan

pendekatan one group pre test-post test design. Desain penelitian ini adalah

penelitian eksperimen yang dilaksanakan pada satu kelompok saja dengan

menggunakan pre test yang dilakukan sebelum diberikan perlakuan dan pos

test setelah diberikan perlakuan tanpa kelompok kontrol.

Tabel 3.1 One group pre test-post test design


Pretest Perlakuan Posttest
Kelompok Eksperimen 01 X 02

Keterangan :
42

01 : Kualitas Hidup Penderita Chronic Kidney Disease Pre test


(sebelum diberikan intervensi)
X : Self-care management education
02 : Kualitas Hidup Penderita Chronic Kidney Disease Post test
(setelah diberikan intervensi)

D. Lokasi Penelitian dan Waktu Penelitian

Penelitian ini akan dilakukan di Rumah Sakit Soewondo Kendal Jawa

Tengah selama 4 minggu pada bulan Juli-Agustus 2023.

E. Populasi dan Sampel

1. Populasi

Populasi dalam penelitian ini adalah penderita Chronic Kidney

Disease sebanyak 81 pasien di Rumah Sakit Soewondo Kendal Jawa

Tengah.

2. Sampel

a. Besar Sampel

Sampel yang baik adalah sampel yang representatif atau mewakili

populasi. Agar diperoleh hasil penelitian yang lebih baik, diperlukan

sampel yang baik pula, yakni benar-benar mencerminkan populasi.

Notoatmodjo menguraikan rumus yang mudah atau sederhana

berdasarkan Slovin dimana populasi kurang dari 10.000 yaitu :

N
n= 2
1+ N (d )

N
n= 2
1+ N (d )
43

60
n=
1+60 ¿ ¿

n=¿ 67,35

n=¿ 67

Berdasarkan perhitungan diatas besaran sampel menggunakan

67 penderita Chronic Kidney Disease.

b. Teknik sampel

Teknik sampling yang digunakan pada penelitian ini adalah

Purposive Sampling, peneliti mennggunakan tehnik sampel ini dengan

pertimbangan semua data-data homogen, dimana semua penderita

Chronic Kidney Disease dengan masalah kualitas hidup, dengan syarat

mempunyai semua jumlah data populasi dan sample reponden.

Dalam penelitian terdapat kriteria sampel yang dipilih atau

ditentukan agar hasil penelitian tidak menghasilkan bias. Kriteria

sampel terbagi menjadi dua yakni keriteria inklusi adalah kriteria yang

memenuhi syarat dari sampel penelitian sehingga dapat dijadikan

sampel, sedangkan yang kedua adalah kriteria ekslusia adalah kriteria

sampel yang tidak memenuhi syarat untuk dijadikan sampel karena

dapat mempengaruhi hasil penelitian. Kriteria sampel dalam penelitian

keperawatan meliputi kriteria inklusi dan eksklusi, sebagai berikut:

a. Kriteria inklusi dalam penelitian ini antara lain:

1) Penderita Chronic Kidney Disease dengan kualitas hidup

buruk atau sedang.


44

2) Penderita Chronic Kidney Disease yang menjalani hemodialisa

di Rumah Sakit Soewondo

3) Penderita Chronic Kidney Disease yang menjalani hemodialisa

lebih dari 1 tahun.

b. Adapun kriteria eksklusi dalam penelitian ini adalah sebagai

berikut:

1) Penderita Chronic Kidney Disease yang mempunyai penyakit

neurologis, karena gangguan neurologis dapat berpengatuh

besar terhadap perasaan seperti depresi, cemas dan kualitas

hidup salah. Contoh penyakitnya adalah stroke, Alzheimer,

Parkinson.

2) Mempunyai riwayat disabilitas seperti post amputasi dan

ketergantungan aktifitas fisik lainnya. Riwayat diasbilitas

menjadi faktor interverning (perancu) yang dapat

mempengaruhi suasana perasaan pasien, sehingga dapat

mempengaruhi kualitas hidup pasien.

F. Definisi Operasional

Tabel 3.2 Definisi Operasional


Cara Skala
Variabel Definisi Operasional Hasil ukur
ukur ukur
Pemberia Pemberian self-care Standar - -
n self- management education operasiona
care selama 4 sesi meliputi l Prosedur
manage pembatasan cairan dan
ment natrium, pengaturan diit
educatio dan hemodialisis.
n
45

Cara Skala
Variabel Definisi Operasional Hasil ukur
ukur ukur
Kualitas Penilaian terhadap Mengguna Hasil ukur Ordinal
hidup persepsi penderita kan kualitas
Chronic Kidney Disease KDQOLT hidup
M
terahadap pengobatan -36 a. Buruk : 0-
atau terapi yang sedang 24
diterima b. Sedang :
25-60
c. Baik : 61-
83
d. Sangat
baik : 84-
99
e. Excellent/
terbaik :
100

G. Prosedur Penelitian

1. Alat pengumpulan data

Penelitian ini menggunakan KDQOLTM-36 yang terdiri dari 8

komponen pertanyaan yang terbagi menjadi 36 pertanyaan yang

menggambarkan tentang kualitas hidup.

Tabel 3.3 Komponen dan nomor pertanyaan KDQOL SF-36


No Subvariabel Nomor pertanyaan
Favorable Unfavorable
1 SF-12
Komponen 2,3,4,5,12 8
Fisik
Komponen 6,7,11 1,9,10
Mental
2 Beban 13,14,15,16
penyakit ginjal
3 Gejala/masalah 17,18,19,20,21,22,23,24,
25,26,27,28
4 Efek penyakit 30 29,31,32,33,34,35,36
ginjal
46

2. Uji Validitas

Uji validitas adalah derajat ketepatan antara data yang terjadi pada

obyek penelitian dengan daya yang dapat dilaporkan oleh peneliti, dengan

demikian data yang valid adalah data “yang tidak berbeda” antar data yang

dilaporkan oleh peneliti dengan data yang sesungguhnya terjadi pada

obyek penelitian (Sugiyono, 2016). Uji validitas pada instrument ini tidak

dilakukan karena sudah pernah diuji validitas dan diadaptasi ke dalam

Bahasa Indonesia dan telah di uji validitas dan reliabilitas dan dinayatakan

baku untuk digunakan dalam penelitiain.

Instrumen KDQOLTM-36 ini terdiri dari 36 pertanyaan dimana

terdapat rentang nilai/ skor disetiap item pertanyaan. Kuesioner ini telah

diterjemahkan dan di uji validitas oleh Supriyadi et al., (2019) dengan nilai

r = 0,815 untuk gejala, 0,798 untuk efek penyakit ginjal, 0,785 untuk

beban karena penyakit ginjal, 0,647 untuk Komponen kesehatan fisik dan
(Supriyadi et al., 2019)
0,701 untuk komponen kesehatan mental .

Hasil uji validitas instrumen KDQOLTM-36 ini terdiri dari 36

pertanyaan dimana terdapat rentang nilai/ skor disetiap item pertanyaan.

Kuesioner ini telah diterjemahkan dan di uji validitas Supriyadi et al.,

(2019) dengan nilai r atau pearson correlation > 0,44 artinya instrument
(Supriyadi et al., 2019)
ini telah valid untuk di gunakan dalam penelitian .

3. Uji Reliabilitas

Reliabilitas adalah kesamaan hasil pengukuran atau pengamatan

bila fakta atau kenyataan hidup diukur atau diamati berkali-kali dalam
47

waktu yang berlainan. Alat dan cara mengukur atau mengamati sama-sama

memegang peranan yang penting dalam waktu yang bersamaan

(Notoatmodjo, 2018). Rumus yang digunakan untuk mencari reliabilitas

instrumen dengan jumlah butir pertanyaan ganjil dan cocok untuk

mengukur kepatuhan aktifitas fisik adalah rumus Kruder Richarson-20.

Instrumen penelitian dinyatakan reliabel jika diperoleh nilai Alpha

Cronbach > 0,60 (Sugiyono, 2016).

Instrumen KDQOLTM-36 ini terdiri dari 36 pertanyaan dimana

terdapat rentang nilai/ skor disetiap item pertanyaan. Nilai realibilitas

alpha Cronbach = 0.886 untuk gejala, 0,736 untuk efek penyakit ginjal,

0,733 untuk beban karena penyakit ginjal, 0,706 untuk Komponen

kesehatan fisik dan 0,721 untuk komponen kesehatan mental, yang

artinya instrument ini telah reliabel untuk di gunakan dalam penelitian.

Kuesioner ini telah diterjemahkan dan di uji realibilitas dengan nilai

alpha cronbach > 0,60 yang artinya instrument ini telah reliabel untuk di
(Supriyadi et al., 2019)
gunakan dalam penelitian .

4. Proses penelitian

a. Peneliti mengajukan judul penelitian ke pembimbing utama dan

pembimbing pendamping dosen Keperawatan Universitas Widya

Husada.

b. Peneliti melakukan konsultasi substansi proposal penelitian hingga

disetujui oleh pembimbing.


48

c. Peneliti melakukan ujian Proposal Penelitian dihadapan penguji,

pembimbing utama dan pembimbing pendamping Universitas Widya

Husada.

d. Peneliti melakukan perbaikan Proposal penelitian dan menentukan

jadwal penelitian.

e. Peneliti mengurus surat perizinan dari Universitas Widya Husada

f. Peneliti mengajukan surat permohonan izin penelitian dari institusi

kepada Direktur dan Humas Rumah Sakit Soewondo Kendal

g. Peneliti mendapat izin dari Direktur dan Humas Rumah Sakit

Soewondo Kendal.

h. Penelitian dilakukan di ruang Hemodialisis Rumah Sakit Soewondo

Kendal.

i. Peneliti melakukan pemilihan sampel dengan cara menentukan

karakteristik responden berdasarkan kriteria inklusi dan ekslusi

kemudian responden yang memenuhi kriteria inklusi dipilih (purposive

sampling), berdasarkan data responden yang sebelumnya sudah ada di

peneliti.

j. Peneliti menjelaskan tujuan & manfaat, prosedur penelitian, durasi

keterlibatan responden, dan hak-hak responden kepada calon

responden. Responden yang bersedia untuk berpartisipasi, diminta

untuk menandatangani informed consent.

k. Peneliti memberikan perlakuan


49

1) Melakukan pengukuran kualitas hidup penderita chronic kidney

disease sebelum diberikan intervensi self-care management

education pada hari pertama.

2) Melakukan pemberian self-care management education selama 4

sesi dengan waktu 30 menit per sesi selama 4 minggu.

3) Melakukan pengukuran kualitas hidup penderita chronic kidney

disease setelah pemberian self-care management education pada

minggu ke empat.

l. Data yang dikumpulkan oleh peneliti kemudian di entry kedalam tabel

excel dan kemudian ditabulasi.

m. Data yang telah ditabulasi dilihat kelengkapannya dan mengecek data

yang belum di entry.

n. Data yang telah ditabulasi di Analisa menggunakan SPSS 16.0

Version.

o. Data yang telah dianalisa kemudian disusun dalam hasil penelitian.

H. Etika Penelitian

Peneliti melakukan pertimbangan etik untuk memenuhi hak responden

dalam penelitian antara lain:

1. Informed consent (lembar persetujuan)

Dalam penelitian ini sebelum dilakukan pengambilan data

penelitian calon responden diberi penjelasan tentang tujuan dan manfaat

penelitian yang dilakukan. Semua responden yang bersedia berpartisipasi


50

dengan sukarela dimohon memberikan tanda tangannya dilembar

persetujuan.

2. Anonimity (tanpa nama)

Peneliti tidak mencantumkan namanya pada lembar pengumpulan

data, cukup dengan memberikan inisial atau kode pada masing-masing

lembar tersebut.

3. Confidentiality (kerahasiaan)

Semua informasi yang telah dikumpulkan dijamin kerahasiaannya

oleh peneliti. Peneliti menjelaskan prosedur penelitian dan bahwa peneliti

menyimpan data dalam tempat khusus yang hanya bisa dibuka oleh

peneliti dan bahwa semua bentuk data ini hanya digunakan untuk

kepentingan penelitian, apabila data sudah tidak diperlukan akan di

musnahkan.

4. Justice (keadilan)

Untuk memenuhi hak mendapatkan penanganan yang adil peneliti

memberi self-care management education pada kelompok kontrol setelah

pengumpulan data selesai.

5. Beneficence (bermanfaat)

Keuntungan bagi responden adalah responden bisa menerapkan

atau mengalami peningkatan kualitas hidup setelah diberikan self-care

management education.

6. Nonmalefisiency (tidak membahayakan)


51

Peneliti melindungi responden dengan untuk menjamin

minimalnya bahaya yang akan diterima responden.

7. Freedom from Discomfort (ketidaknyamanan atau kerugian)

Dalam penelitian, peneliti mempertimbangkan kenyamanan

responden. Dalam hal ini, peneliti melakukan penelitian di ruangan yang

dianggap responden ruangan yang nyaman.

I. Pengolahan Data

Beberapa kegiatan yang dilakukan oleh peneliti dalam pengolahan data

sebelum data dianalisis anatara lain:

1. Editing

Hasil akan dilakukan penyuntingan (editing) terlebih dahulu.

Peneliti melakukan editing untuk meneliti kembali atau mengkoreksi

kesalahan-kesalahan yang ditemui. Hal ini dilakukan di tempat

pengambilan data sehingga apabila ada kekurangan peneliti bisa segera

melengkapi. Pada penelitian ini data yang dimasukkan yaitu hasil

pengukuran KDQOLTM-36.

2. Scoring

Memberi skor atau nilai pada masing-masing jawaban responden.

Penilaian dan jawaban responden pada variabel kualitis tidur yaitu:

a. Kualitas hidup Buruk : skor 0-24

b. Kualitas hidup Sedang : skor 25-60

c. Kualitas hidup Baik : skor 61-83

d. Kualitas hidup Sangat baik : skor 84-99


52

e. Kualitas hidup Excellent/terbaik : skor 100

3. Coding

Coding dilakukan untuk mempermudah proses pengolahan data.

Pemberian kode adalah sebagai berikut: :

Kode untuk kelompok intervensi = 1, sedangkan kelompok kontrol adalah

= 2, kemudian hasil ukur dicoding dengan coding sebagai berikut :

a. Kualitas hidup Buruk : kode 1

b. Kualitas hidup Sedang : kode 2

c. Kualitas hidup Baik : kode 3

d. Kualitas hidup Sangat baik : kode 4

e. Kualitas hidup Excellent/terbaik : kode 5

4. Tabulating

Tabulating adalah pekerjaan membuat tabel. Jawaban-jawaban

yang diberi kode kemudian dimasukkan kedalam tabel. Data- data yang

diberi kode kemudian dimasukkan kedalam tabel, agar mudah dijumlah,

disusun atau ditata untuk disajikan.

5. Entry Data

Entry data yaitu mengisi kolom-kolom atau kotak-kotak lembar

kode atau kartu kode sesuai dengan jawaban masing-masing pertanyaan.

Entry data dalam penelitian ini yaitu dengan memasukkan data dalam

computer untuk selanjutnya dilakukan analisa menggunakan SPSS.

6. Cleansing

Data-data yang sudah dimasukkan ke program SPSS kemudian

dilakukan pembersihan agar seluruh data yang diperoleh terbebas dari


53

kesalahan sebelum dilakukan analisis. Peneliti memeriksa kembali semua

data dan mencocokkan satu persatu data yang telah dimasukkan ke dalam

program yang digunakan.

J. Analisa Data

Setelah data diolah kemudian dilanjutkan dengan melakukan analisa

data yang meliputi:

1. Analisis Univariat

Analisis univariat dilakukan untuk mengetahui distribusi frekuensi,

kecenderungan tengah dan penyebaran. Variabel yang dianalisis dalam

penelitian ini adalah kualitas hidup pada kelompok eksperimen sebelum

dan sesudah diberikan self-care management education pada kelompok

perlakuan. Analisa univariat pada penelitian ini adalah untuk mengetahui

distribusi frekuensi kualitas hidup untuk skala data kategorik. Dan

penyampain data dalam bentuk tendensi sentral untuk penyampaian data

dalam bentuk numerik.

2. Analisis Bivariat

Untuk mengetahui apakah terjadi perbedaan yang bermakna antara

variabel independen dan variabel dependen, maka p value dengan tingkat

kesalahan (α) = 0,05. Apabila nilai p value < α maka Ho ditolak yang

berarti ada pengaruh yang bermakna antara variabel independen dengan

variabel dependen, dan apabila p value > 0,05 maka Ha diterima yang

berarti tidak ada pengaruh yang bermakna antara variabel independen

dengan variabel dependen.


54

Uji Wilcoxon Signet Test adalah sebuah uji hipotesis non-parametrik

yang digunakan untuk membandingkan hasil dua sapel yang berhubungan

yang bertujuan untuk mengetahui perbedaan diantara sampel berpasangan

tersebut. Untuk menguji hipotesa dilakukan analisa statistik dengan uji

Wilcoxon pada tingkat kemaknaan 95% ( p value ≤ α, dimana α = 0,05).

Sehingga dapat diketahui perbedaan tidaknya yang bermakna secara

statistik, dengan menggunakan program khusus SPSS for windows.

Keterangan :

N : Banyak data yang berubah setelah diberi perlakuan

T : Jumlah ranking positif atau jumlah ranking negative terkecil

Melalui perhitungan uji Wilcoxon selanjutnya ditarik suatu

kesimpulan:

a. Bila nilai p value ≤ α (0,05), maka H0 ditolak dan Ha diterima, atau

ada pengaruh self-care management education terhadap kualitas

hidup penderita Chronic Kidney Disease di RS Soewondo.

b. Bila nilai p value ≥ α (0,05), maka H0 diterima dan Ha ditolak, atau

tidak ada pengaruh self-care management education terhadap

kualitas hidup penderita Chronic Kidney Disease di RS Soewondo.


55

DAFTAR PUSTAKA

Alligood, M. (2018). Nursing theorists and their work. In Journal of Hospital Librarianship (Vol.
18, Issue 1).

Alligood, M.R., & Fawcett, J. (2017). The theory of the art of nursing and the practice
of human care quality. Art of Nursing and High Quality Care, 23(May).

Anggraini, R., & Asnindari, L. N. (2021). Faktor-faktor yang mempengaruhi kualitas


hidup pasien penyakit Ginjal Kronik yang menjalani Hemodialisa Literatur
Review. Universitas ’Aisyiyah Yogyakarta.

Arfianto., Aini, K., & Wibowo, T. (2017). Hubungan Dukungan Keluarga dan Peran
Perawat dengan Harga Diri pada Pasien Gagal Ginjal Kronis di Ruang
Hemodialisa Rsud Kabupaten Batang. STIKES Widya Husada Semarang.

Arikunto, S. (2017). Metodologi Penelitian Suatu Pendekatan Proposal. 2017.

Bahri, S. , B. B. , & N. R. (2017). Hubungan Aktivitas Spiritual dengan Kualitas Hidup


Pasien Muslim dengan Gagal Ginjal Kronik yang Menjalani Hemodialisis Di
Rumah Sakit Islam Ibnu Sina Pekanbaru. Jurnal Online Mahasiswa (JOM)
Bidang Ilmu Keperawatan.

Balogun, S. A., Balogun, R., Philbrick, J., & Abdel-Rahman, E. (2017). Quality of
Life, Perceptions, and Health Satisfaction of Older Adults with End-Stage Renal
Disease: A Systematic Review. Journal of the American Geriatrics Society, 65(4).
https://doi.org/10.1111/jgs.14659

Barus, S. B., & Zainaro, M. A. (2019). Booklet Konseling Terhadap Peniingkatan


Pengetahuan Self-Care Management pada Pasien Gagal Ginjal Kronik (GGK)
56

dengan Hemodialisa. Holistik Jurnal Kesehatan, 13(2).


https://doi.org/10.33024/hjk.v13i2.1360

Behboodi Moghadam, Z., Fereidooni, B., Saffari, M., & Montazeri, A. (2018).
Polycystic ovary syndrome and its impact on Iranian women’s quality of life: A
population-based study. BMC Women’s Health, 18(1).
https://doi.org/10.1186/s12905-018-0658-1

Berman, A., Snyder, S., & Frandsen, G. (2021). Kozier & Erb’s Fundamentals of
Nursing Concepts, Process, and Practice ELEVENTH EDITION. In The
American Journal of Nursing (Vol. 82, Issue 6).
Berman, A. T., Snyder, C., & Frandsen MSN, RN, G. E. (2022). Kozier & Erb’s
Fundamentals of Nursing, Global Edition. In Kozier & Erb’s Fundamentals of
Nursing, Global Edition.

Cahyaningsih, Niken. D. (2014). Hemodialisis (Cuci Darah): Panduan Praktis


Perawatan Gagal Ginjal. (Cahyaningsih, Ed.). Mitra Cendikia Press.

Djamaludin, D., Tua, R., & Deria, D. (2018). Hubungan Self Care Terhadap Kulitas
Hidup di Provinsi Lampung Tahun 2017. Holistik Jurnal Kesehatan, 12(3).

Ekasari, M. F., Riasmini, N. M., & Hartini, T. (2018). Meningkatkan Kualitas Hidup
Lansia Konsep Dan Berbagai Strategi Intervensi. In Wineka Media (Vol. 5, Issue
3).

GARCIA SANCHEZ, J. J., Tangri, N., Abdul Sultan, A., Batista, M. C., Cabrera, C.,
Chadban, S., Chertow, G., Kanda, E., Li, G., Nolan, S., Retat, L., Xin, S., Webber,
L., Wish, J., & Xu, M. (2021). POS-322 INSIDE CKD: Projecting The Future
Burden Of Chronic Kdiney Disease In The Americas And The Asia-Pacific
Region Using Microsimulation Modelling. Kidney International Reports, 6(4).
https://doi.org/10.1016/j.ekir.2021.03.338

Ghadam, M. S., Poorgholami, F., Badiyepeymaie Jahromi, Z., Parandavar, N., Kalani,
N., & Rahmanian, E. (2015). Effect of Self-Care Education by Face-to-Face
Method on the Quality of Life in Hemodialysis Patients (Relying on Ferrans and
Powers Questionnaire). Global Journal of Health Science, 8(6).
https://doi.org/10.5539/gjhs.v8n6p121

Giawa, A., Novalinda Ginting, C., Arniwati Tealumbanua, Laia, I., & Cristian Manao,
T. (2019). Peningkatan Kualitas Hidup pada Penderita Gagal Ginjal Kronik yang
Menjalani Terapi Hemodialisa Melalui Strategi Koping di RSU Royal Prima
Tahun 2019. Jurnal Ilmiah Keperawatan Imelda, 5(2).
https://doi.org/10.52943/jikeperawatan.v5i2.319

Griva, K., Nandakumar, M., Ng, J. H., Lam, K. F. Y., McBain, H., & Newman, S. P.
(2018). Hemodialysis Self-management Intervention Randomized Trial (HED-
57

SMART): A Practical Low-Intensity Intervention to Improve Adherence and


Clinical Markers in Patients Receiving Hemodialysis. American Journal of
Kidney Diseases, 71(3), 371–381. https://doi.org/10.1053/j.ajkd.2017.09.014

Harmilah. (2020). suhan Keperawatan Pada Pasien Dengan Gangguan Sistem


Perkemihan (Harmilah, Ed.). Pustaka baru press.

Hinkle, J. L., Cheever, K. H., Brunner, & Suddarth’s. (2016). Textbook of Medical-
surgical Nursing, 14 edition. In New York, NY: Lippincott, Williams and Wilkins
Publishing.
Ignatavicius, D. D., Workman, M. L., Blair, M., Rebar, C. R., & Winkelman, C.
(2016). Medical-surgical nursing : patient-centered collaborative care / [edited by]
Donna D. Ignatavicius, M. Linda Workman . In Patient-centered collaborative
care.

Instalasi Dialisis RSUP Sardjito. (2015). Perawatan Akses Vaskuler. Kementerian


Kesehatan RI Direktorat Jenderal Bina Upaya Kesehatan RSUP Dr. Sardjito.
Isroin, L. (2016). Manajemen cairan pada pasien hemodialisis untuk meningkatkan
kualitas hidup. Journal Umy.

Kartini, A., Ismonah, & Shobirun. (2015). Analisis Faktor yang Mempengaruhi
Kepatuhan Pembatasan Diit Cairan Pasien Chronic Kidney Disease yang
Menjalani Hemodialisa di RSUD Tugurejo Semarang. Journal of Chemical
Information and Modeling, 53(9).

Kemenkes. (2018). Riset Kesehatan Dasar. Riset Kesehatan Dasar.


Lawson, J. H., Niklason, L. E., & Roy-Chaudhury, P. (2020). Challenges and novel
therapies for vascular access in haemodialysis. Nature Reviews. Nephrology,
16(10), 586–602. https://doi.org/10.1038/s41581-020-0333-2

Lin, C.-C., & Hwang, S.-J. (2020). Patient-Centered Self-Management in Patients with
Chronic Kidney Disease: Challenges and Implications. International Journal of
Environmental Research and Public Health, 17(24), 9443.
https://doi.org/10.3390/ijerph17249443

Luyckx, V. A., Tonelli, M., & Stanifer, J. W. (2018). The global burden of kidney
disease and the sustainable development goals. Bulletin of the World Health
Organization, 96(6). https://doi.org/10.2471/BLT.17.206441

Mailani, F., & Andriani, R. F. (2017). Hubungan Dukungan Keluarga dengan


Kepatuhan Keluarga dengan Kepatuhan Diet pada Pasien Gagal Ginjal Kronik
yang Menjalani Hemodialisis. Jurnal Endurance, 2(3), 416.
https://doi.org/10.22216/jen.v2i3.2379
58

Martínez, N., Connelly, C. D., Pérez, A., & Calero, P. (2021). Self-care: A concept
analysis. International Journal of Nursing Sciences, 8(4).
https://doi.org/10.1016/j.ijnss.2021.08.007

Peipert, J. D., Bentler, P. M., Klicko, K., & Hays, R. D. (2018). Psychometric
Properties of the Kidney Disease Quality of Life 36-Item Short-Form Survey
(KDQOL-36) in the United States. American Journal of Kidney Diseases, 71(4).
https://doi.org/10.1053/j.ajkd.2017.07.020

Prastiwi, D., Martyastuti, N. E., Isrofah, I., & Alisyahbana, B. (2022). Self-care
management education increase quality of life of patient with chronic kidney
disease undergoing hemodilysis. Media Keperawatan Indonesia, 5(1).
https://doi.org/10.26714/mki.5.1.2022.28-32

Priyanti, D. (2016). Perbedaan Kualitas Hidup Pasien Gagal Ginjal yang Bekerja dan
Tidak Bekerja yang menjalani Hemodialisis di Yayasan Ginjal Diatrans
Indonesia. INQUIRY: Jurnal Ilmiah Psikologi, 7(1).
https://doi.org/10.51353/inquiry.v7i1.82

Rahayu, C. E. (2019). Pengaruh Kepatuhan Diet Pada Pasien Gagal Ginjal Kronis di
Unit Hemodialisa Rumah Sakit Sumber Waras. Jurnal Ilmiah Kesehatan, 11(1),
12–19. https://doi.org/10.37012/jik.v11i1.63

Relawati, A., WidhiyaPangesti, A., Febriyanti, S., & Tiari, S. (2018). Edukasi
Komprehensif dalam Meningkatkan Kepatuhan Diet Pasien Hemodialisis.
Indonesian Journal of Nursing Practice, 2(1). https://doi.org/10.18196/ijnp.2176

Riegel, B., Jaarsma, T., Lee, C. S., & Strömberg, A. (2019). Integrating symptoms into
the middle-range theory of self-care of chronic illness. In Advances in Nursing
Science (Vol. 42, Issue 3). https://doi.org/10.1097/ANS.0000000000000237

Rustandi, H., Tranado, H., & Pransasti, T. (2018). Faktor-Faktor yang Mempengaruhi
Kualitas Hidup Pasien Chronic Kidney Disease (CKD) yang Menjalani
Hemodialisa. Jurnal Keperawatan Silampari, 1(2).
https://doi.org/https://doi.org/10.31539/jks.v1i2.8

Segal, M., & Qaja, E. (2022). Types of Arteriovenous Fistulas. Wyckoff Heights
Medical Center.

Smeltzer & Bare. (2013). Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Brunner Suddarth
Edisi 8. Jakarta: EGC. EGC.

Supriyadi, R., Rakhima, F., Gondodiputro, R. S., & Darmawan, G. (2019). Validity
and Reliability of the Indonesian Version of Kidney Disease Quality of Life
(KDQOL-36) Questionnaire in Hemodialysis Patients at Hasan Sadikin Hospital,
Bandung, Indonesia. Acta Medica Indonesiana, 51(4).
59

Suwanti, S., Wakhid, A., & Taufikurrahman, T. (2019). Gambaran Kualitas Hidup
Pasien Gagal Ginjal Kronis yang Menjalani Hemodialisa. Jurnal Keperawatan
Jiwa, 5(2). https://doi.org/10.26714/jkj.5.2.2017.107-114

Theofilou, P. (2013). Quality of life: Definition and measurement. Europe’s Journal of


Psychology, 9(1). https://doi.org/10.5964/ejop.v9i1.337
Vera, L. S. (2022). Hubungan Self Care Dengan Kualitas Hidup Penderita Penyakit
Ginjal Kronik Yang Menjalani Hemodialisis Di RSUD Dr. Moewardi.
Universitas Muhammadiyah Surakarta.

WHO. (2020). WHO | WHOQOL: Measuring Quality of Life. In Health statistics and
information systems (WHO).

Widiana, I. G. R. K. Y. A. N. P. S. I. K. S. N. (2020). Terapi Dialisis : Buku Pegangan


Untuk Dokter dan Perawat Dialisis (Widiana & Komang, Ed.; 2nd ed.). Udayana
University Press.

Wijayanti, A. (2021). Faktor Fisiologis dan Kelelahan Pada Pasien Chronic Kidney
Disease (CKD) Yang Menjalani Hemodialisa : Literature Review. Jurnal
Kesehatan.
Lampiran 1. JADWAL KEGIATAN PENELITIAN

PENGARUH SELF-CARE MANAGEMENT EDUCATION TERHADAP KUALITAS HIDUP PASIEN CHRONIC KIDNEY DISEASE
YANG MENJALANI HEMODIALISA DI RUMAH SAKIT SOEWONDO KENDAL
BULAN III BULAN IV BULAN V BULAN VI
No. Kegiatan
I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV

1 Pengajuan judul penelitian

2 Studi Pendahuluan

3 Penyusunan Bab I

4 Penyusunan Bab II

5 Penyusunan Bab III

6 Ujian Proposal Penelitian

7 Penelitian

8 Pengolahan data lapangan

9 Ujian Seminar hasil penelitian

60
61

Lampiran 2. Surat Permohonan Responden

SURAT PERMOHONAN RESPONDEN

Kepada Yth.
Calon Responden Penelitian

Dengan hormat,
Saya yang bertanda tangan dibawah ini adalah Mahasiswa Program Studi S1
Keperawatan Universitas Widya Husada.
Nama : Ratna Herawati
NIM : 1907047
Akan mengadakan penelitian dengan judul “Pengaruh Self-Care Management Education
Terhadap Kualitas Hidup Pasien Chronic Kidney Disease yang Menjalani Hemodialisa di
Rumah Sakit Soewondo Kendal”. Penelitian ini tidak menimbulkan akibat yang merugikan
responden. Kerahasiaan semua informasi akan dijaga dan hanya digunakan untuk
kepentingan penelitian dalam usaha mengembangakan ilmu pengetahuan khususnya
kesehatan. Demikian surat ini kami ajukan, atas kesediaannya, penulis mengucapkan
terimakasih.

Hormat Saya

( Ratna Herawati )
62

Lampiran 3. Lembar Persetujuan Sebagai Responden

LEMBAR PERSETUJUAN SEBAGAI RESPONDEN

Judul Penelitian : Pengaruh Self-Care Management Education Terhadap Kualitas Hidup


Pasien Chronic Kidney Disease yang Menjalani Hemodialisa di
Rumah Sakit Soewondo Kendal
Peneliti : Ratna Herawati

Peneliti menjelaskan tentang alur penelitian yang akan dilakukan kepada calon
responden, dan meminta kesediannya untuk dijadikan responden.
Menyatakan bersedia untuk menjadikan responden penelitian yang dilakukan oleh
mahasiswa Program Studi Keperawatan Universitas Widya Husada Semarang yang sedang
melakukan penelitian dengan judul ”Pengaruh Self-Care Management Education Terhadap
Kualitas Hidup Pasien Chronic Kidney Disease yang Menjalani Hemodialisa di Rumah Sakit
Soewondo Kendal”
Saya memahami bahwa dalam penelitian ini tidak ada unsur yang merugikan, untuk
itu saya setuju dan bersedia menjadi responden dengan menandatangani persetujuan ini.

Semarang, Juni 2023


Responden,

( )
63

Lampiran 4. Kuesioner KDQOLTM-36

LEMBAR KUESIONER KUALITAS HIDUP


Pengaruh Self-Care Management Education Terhadap Kualitas Hidup Pasien Chronic
Kidney Disease yang Menjalani Hemodialisa di Rumah Sakit Soewondo Kendal

Tanggal: ........................................

Petunjuk Pengisian Kuesioner


1. Sampaikan Pertanyaan Dengan Baik.
2. Isilah Jawaban Yang Paling Cocok Dan Sesuai dengan yang dirasakan Oleh Responden
3. Beri tanda silang (x) atau bulatkan jawaban yang sesuai dengan keadaan Responden
4. Jawaban Dari Responden Akan Dijaga Kerahasiaannya Dan Hanya Akan Digunakan
Untuk Penelitian Ini.

Identitas Responden
1. Nomor responden :
2. Nama (Initial) :
3. Umur :
4. Jenis kelamin :
5. Pekerjaan :
64

1. Bagaimana anda mengatakan kondisi kesehatan anda saat ini ?


a. Sangat baik sekali
b. Sangat baik
c. Baik
d. Cukup baik
e. Buruk

Hal-hal berikut adalah tentang aktivitas yang mungkin anda lakukan saat hari biasa. Apakah

kesehatan anda sekarang membatasi anda dalam kegiatan ini? Jika demikian, seberapa

banyak?
Sangat Sedikit Tidak
membatasi membatasi membatasi
2. Aktifitas sedang seperti
memindahkan meja,
mendorong penyedot debu,
bowling, atau bermain golf
3. Menaiki beberapa anak tangga

Selama 4 minggu terakhir, apakah Anda mengalami salah satu dari masalah berikut

dengan pekerjaan Anda atau aktivitas harian reguler lainnya sebagai akibat dari

kesehatan fisik?
Ya Tidak
4. Mencapai kurang dari yang anda inginkan

5. Terbatas dalam jenis pekerjaan atau kegiatan lainnya

Selama 4 minggu terakhir, pernahkah Anda mengalami salah satu masalah berikut dengan

pekerjaan Anda atau aktivitas sehari-hari lainnya sebagai akibat dari masalah emosional

(seperti merasa tertekan atau cemas)?


Ya Tidak
6. Dicapai kurang dari yang anda inginkan

7. Tidak melakukan pekerjaan atau aktivitas lain dengan hati-hati


seperti biasanya

8. Selama 4 minggu terahir, seberapa besar nyeri menganggu pekerjaan normal anda
(Termasuk pekerjaan di luar rumah dan pekerjaan rumah tangga) ?
65

a. Tidak sama sekali


b. Sedikit
c. Sedang
d. Cukup mengganggu
e. Sangat mengganggu

Pertanyaan-pertanyaan ini tentang bagaimana perasaan Anda dan bagaimana keadaan Anda

selama 4 minggu terakhir. Untuk setiap pertanyaan, berikan satu jawaban yang paling dekat

dengan perasaan Anda. Berapa banyak waktu selama 4 minggu terakhir


Selalu Hampir Cukup Kadang- Jarang Tidak
selalu sering kadang pernah
9. Apakah anda merasa
tenang dan damai ?
10. Apakah anda memilik
banyak tenaga ?
11. Apakah anda merasa
putus asa dan sedih ?

12. Selama 4 minggu terahir, seberapa sering masalah Kesehatan fisik atau emosional anda
mengganggu aktivitas social anda (Seperti mengunjungi teman, kerabat, keluarga, dan
lain-lain) ?
a. Selalu
b. Hampir selalu
c. Kadang-kadang
d. Jarang
e. Tidak pernah

Menurut anda, sejauh mana kebenaran pernyataan berikut menggambarkan keadaan kesehatan
anda.

No Benar Sebagian Tidak Sebagian Salah


sekali besar benar Tahu besar salah sekali
13. Penyakit ginjal saya terlalu
mengganggu hidup saya
14. Terlalu banyak waktu yang
saya habiskan untuk
menangani penyakit ginjal
saya
15. Saya merasa frustasi
menghadapi penyakit ginjal
saya
16. Saya merasa seperti beban
bagi keluarga saya
66

Selama 4 minggu terakhir, sejauh mana Anda merasa terganggu oleh hal-hal berikut ini?
Tidak Sedikit Cukup Sangat Sangat
menggangu mengganggu mengganggu menggang mengganggu
u sekali
17. Nyeri otot ?

18. Nyeri dada ?

19. Keram ?

20. Kulit gatal?

21. Kulit kering?

22. Sesak napas?

23. Pingsan atau


pusing?
24. Kurang
nafsu
makan?
25. Pucat ?

26. Mati rasa di


tangan atau
kaki?
27. Mual atau
sakit perut ?
28. (Khusus
a pasien
hemodialisa)
ada masalah
dengan akses
hemodialisa
?
28. (Khusus
b pasien
dialysis
peritoneal)
Masalah
dengan akses
kateter
anda ?
67

Berapa banyak penyakit ginjal mengganggu Anda di masing-masing bidang berikut?


Tidak Sedikit Cukup Sangat Sangat
menggangu mengganggu mengganggu menggang mengganggu
u sekali
29. Pembatasan
cairan ?

30. Pembatasan
makanan ?

31. Kemampuan
anda untuk
bekerja
disekitar rumah
?
32. Kemampuan
anda untuk
bepergian ?
33. Bergantung
pada dokter dan
staf medis
lainnya ?
34. Stresa tau
kekhawatiran
yang
disebabkan
oleh penyakit
ginjal ?
35. Kehidupan seks
anda ?

36. Penampilan
pribadi anda ?

Anda mungkin juga menyukai