Anda di halaman 1dari 32

HUBUNGAN KEPATUHAN DIET DENGAN KUALITAS

HIDUP PASIEN GAGAL GINJAL KRONIK YANG


MENJALANI HEMODIALISA DI CIPUTRA HOPITAL CITRA
GARDEN CITY

PROPOSAL

MEITA NINDYA
21232006

PROGRAM STUDI KEPERAWATAN


SEKOAH TINGGI ILMU KESEHATAN TARUMANAGARA
JAKARTA
2021
FORMAT PENGAJUAN JUDUL TUGAS AKHIR

Yang bertanda tangan di bawah ini :


Nama Mahasiswa : Meita Nindya
NIM : 21232006
Semester : Gasal 2021/2022
Prodi : Keperawatan

Rencana Judul:
1. Hubungan Kepatuhan Diet dengan Kualitas Hidup Pasien Gagal Ginjal
Kronik yang Menjalani Hemodialisa di Ciputra Hospital Citra Garden

Nama Pembimbing :
a. Pembimbing I : Ns. Roza Indrayeni, S. Kep, M. Kep, Sp.Kep.An
b. Pembimbing II : Ns. Septa Meriana Lumbantoruan, S. Kep., M.S

Jakarta,
Mahasiswa yang bersangkutan,

Meita Nindya
NIM : 21232006
PERNYATAAN ORISINALITAS

Yang bertanda tangan dibaawah ini:


NAMA : Meita Nindya
TEMPAT TANGGAL LAHIR : Jakarta, 25 Mei 1990
NIM : 21232006
ANGKATAN : 2021
JUDUL SKRIPSI : Hubungan kepatuhan diet dengan kualitas
hidup pasien gagal ginjal kronik yang
menjalani hemodialisa di Ciputra Hopital
Citra Garden City

Dengan ini menyatakan bahwa Proposal Penelitan ini adalah hasil karya
saya sendiri, dan semua sumber pustaka yang saya gunakan baik yang dikutip
maupun dirujuk telah saya nyatakan dengan benar. Setiap sumber pustaka telah
tercantum dengan jelas dalam daftar kepustakaan yang saya lampirkan, dan saya
tidak melakukan kegiatan plagiarisme dalam hal penyusunan Proposal Penelitian
saya ini. Proposal Penelitian ini merupakan hasil karya saya sendiri yang bisa saya
pertanggungjawabkan kepada semua pihak.
Apabila suatu saat nanti saya terbukti melakukan plagiarisme, saya
bersedia menerima sanksi yang telah ditetapkan. Demikian pernyataan ini saya
buat dengan sebenar-benarnya.

Jakarta,

Materai 10000

(Meita Nindya)
DAFTAR ISI
Halaman 1
Sampul 2
Halaman Judul 3
Halaman Persetujuan 4
Halaman Pernyataan 5
Orisinalitas 6
Daftar Isi 1
Daftar Tabel 2
Daftar Gambar 3
Daftar Lampiran 4
BAB I PENDAHULUAN 5
1.1 Latar Belakang 6
1.2 Rumusan Masalah6
1.3 Pertanyaan Penelitian 6
1.4 Tujuan Penelitian 6
1.4.1 Tujuan Umum 6
1.4.2 Tujuan Khusus 6
1.5 Hipotesis 6
1.6 Manfaat Penelitian 6
1.6.1 Manfaat Teoritis6
1.6.2 Manfaat Praktik 6
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 5
2.1 Konsep Gagal Ginjal Kronik 6
2.1.1 Definisi Gagal Ginjal Kronik 6
2.1.2 Fungsi Ginjal 6
2.1.3 Etiologi Gagal Ginjal Kronik 6
2.1.4 Faktor Resiko Gagal Ginjal Kronik 6
2.1.5 Patofisiologi Gagal Ginjal Kronik 6
2.1.6 Tanda dan Gejala Gagal Ginjal Kronik 6
2.1.7 Diagnosis Gagal Ginjal Kronik 6
2.1.8 Pencegahan Gagal Ginjal Kronik 6
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG


Perkembangan penyakit tidak menular (PTM) telah menjadi
penyebab utama kematian secara global (Yanti et al., 2018). Salah satu
faktor pemicu penyakit tidak menular seperti hipertensi dan diabetes
mellitus karena mengkonsumsi makanan siap saji ataupun makanan instan.
Kedua penyakit tersebut penyebab utama kerusakan ginjal yang berlanjut
pada tahap gagal ginjal kronik (Angraini & Putri, 2016). Menurut World
Health Organization (WHO) 2019 gagal ginjal di dunia penyebab
kematian urutan ke-10 yaitu sekitar 1,3 juta jiwa. Berdasarkan data United
State Renal Data System (USRDS) tahun 2013 menunjukkan penderita
gagal ginjal ginjal kronik dengan prevalensi rata- rata sebesar 1.901 per 1
juta penduduk di Amerika Serikat (Adrian, 2015).
Penyakit gagal ginjal kronik merupakan penyakit gangguan fungsi
ginjal yang disebabkan adanya kerusakan laju penyaringan (filtrasi) dan
terjadi dalam jangka waktu yang panjang dan permanen (Naryati &
Nugrahandari, 2021). Kondisi ini menyebabkan ginjal gagal untuk
mempertahankan metabolisme serta keseimbangan cairan dan elektrolit
sehingga diperlukan terapi pengganti ginjal (Fery Lusviana Widiany,
2017).
Penatalaksanaan terapi pengganti ginjal dapat dilakukan dengan 2
terapi yaitu konservatif dan transplantasi ginjal. Terapi konservatif
dilakukan dengan tujuan menghambat perkembangan kerusakan pada
fungsi ginjal, menjaga keseimbangan tubuh pasien (Naryati &
Nugrahandari, 2021). Terapi konservatif atau dialisis adalah salah satu
tindakan yang harus diimplementasikan segera setelah pasien didiagnosis
gagal ginjal kronis, jika tidak akan terjadi komplikasi yang dapat
menyebabkan kematian. Hemodialisis adalah pengobatan yang paling
sering digunakan, merupakan pengobatan seumur hidup atau berlanjut
sampai pasien mendapatkan transplantasi ginjal (Gesualdo, et al, 2017).
Hemodialisis adalah teknik pembersihan darah ekstrakorporeal yang
digunakan untuk menghilangkan produk sisa metabolisme yang
terakumulasi pada pasien dengan penyakit ginjal stadium akhir. Zat
terlarut dan cairan dibersihkan melalui membrane semipermeable dengan
pemisahan massa yang berbeda melalui mekanisme difusi, konveksi dan
adsorpsi (Ronco & Clark, 2018).
Pada tahun 2013, sebanyak 499.800 penduduk Indonesia menderita
Penyakit Gagal Ginjal (Riskesdas, 2013). Angka kejadian gagal ginjal
kronis di Indonesia yaitu sebesar 0,38 % dari jumlah penduduk Indonesia
sebesar 252.124.458 jiwa maka terdapat 713.783 jiwa yang menderita
gagal ginjal kronis di Indonesia (Riskesdas, 2018). Dari data yang didapat
dari unit hemodialisa Ciputra Hospital Citra Garden City pada tahun 2020
tindakan hemodialisis sebanyak 13427 dengan total jumlah pasien yang
melakukan tindakan hemodialisis sebanyak 1387. Pada tahun 2021
tindakan hemodialisis di unit hemodialisis sebanyak 17.269 dengan total
jumlah pasien yang melakukan tindakan hemodialisi sebanyak 1615. Dari
data tersebut terjadi peningkatan jumlah tindakan hemodialisis 28,6% di
unit hemodialisis Ciputra Hospital Citra Garden City. Kemudian untuk
total pasien yang melakukan tindakan hemodialisis di Ciputra Hospital
Citra Garden City juga mengalami peningkatan sebanyal 16,4% dari tahun
2020.
Tindakan hemodialisis salah satu cara untuk mengeluarkan limbah
dari dalam tubuh pasien dimana fungsi ekskresi pada ginjal sudah
mengalami penurunan yang berarti. Namun demikian tindakan
hemodialisis harus disertai kepatuhan diet pasien, pola makan/ diet pada
pasien gagal ginjal merupakan anjuran yang harus dipatuhi oleh setiap
penderita gagal ginjal selain terapi hemodialisis (Khabibi & Hartanti,
2016). Prinsip diet nutrisi pada pasien yang menjalani hemodialisis dengan
kadar diet yang diberikan harus disesuaikan dengan kebutuhan pasien serta
secara berkala diperlukan penyesuaian mengingat perjalanan penyakit
yang progresif (PERNEFRI, 2014). Penatalaksanaan GGK dapat
dilakukan dengan berbagai cara diantaranya pengaturan diet, masukan
kalori suplemen dan vitamin, pembatasan asupan cairan, obat- obatan,
terapi penggantian ginjal seperti transplantasi ginjal, hemodialisis (HD),
dan CAPD.
Kondisi pasien yang menjalani terapi hemodialisis akan memicu
berbagai masalah seperti masalah fisik, psikologis, gaya hidup, dan
perubahan sosial yang akan berdampak pada kualitas hidup pasien
(Nayana, S. A. et al., 2017). Gaya hidup atau perilaku yang tidak sehat
seperti kebiasaan mengkonsumsi makanan cepat saji, kesibukan yang
membuat stress, duduk seharian di kantor, sering minum kopi dan jarang
minum air putih, merupakan pemicu terjadinya penyakit ginjal (Aroem,
H., 2015). Dengan pengetahuan yang dimiliki oleh seorang pasien gagal
ginjal kronik akan mempengaruhi sikap dan perilaku hidup sehat dalam
melaksanakan terapi hemodialisis dan terapi diet dengan benar
(Notoatmodjo, S., 2012). Adapun faktor-faktor yang mempengaruhi
kualitas hidup antara lain usia, pendidikan, jenis kelamin, pekerjaan, dan
status gizi (Yuwono, 2010)
Penelitian Ismail, dkk menunjukkan bahwa ada hubungan antara
pendidikan, pengetahuan dan motivasi dengan kepatuhan diet pada pasien
GGK (Ismail., Hasanudin., Bahar, B., 2012). Secara umum kepatuhan
dimaknai sebagai bentuk perilaku individu yang taat aturan, perintah dan
disiplin dalam mengambil suatu pengobatan, contohnya: minum obat,
mematuhi diet atau melakukan perubahan gaya hidup sesuai anjuran terapi
dan kesehatan. Tingkat kepatuhan dapat dimulai dari tidak mengindahkan
setiap aspek anjuran hingga mematuhi rencana (Suwanti, S.,
Taufikurrahman, T., Rosyidi, M.I., dan Wakhid, A., 2017). Kepatuhan
pasien yang rendah menjadi masalah besar di institusi pelayanan kesehatan
yang diakibatkan oleh komponen pengobatan medis dan kondisi sosial
ekonomi pasien gagal ginjal kronik. Kepatuhan pasien gagal ginjal kronik
dalam melakukan program ini bertujuan untuk memperbaiki status gizi
supaya kualitas hidup dan pengobatan dapat tercapai secara maksimal.
Berdasarkan data tersebut peneliti ingin meneliti mengenai “Hubungan
Kepatuhan Diet dengan kualitas hidup pasien gagal ginjal kronik yang
menjalani Hemodialisa” di Ciputra Hospital Citra Garden City.
1.2 RUMUSAN MASALAH
Penyakit gagal ginjal kronik merupakan penyakit gangguan fungsi
ginjal yang disebabkan adanya kerusakan laju penyaringan (filtrasi) dan
terjadi dalam jangka waktu yang panjang dan permanen sehingga
diperlukan terapi pengganti ginjal. Penatalaksanaan terapi pengganti ginjal
dapat dilakukan dengan 2 terapi yaitu konservatif dan transplantasi ginjal.
Terapi konservatif atau dialisis dilakukan dengan tujuan menghambat
perkembangan kerusakan pada fungsi ginjal, menjaga keseimbangan tubuh
pasien. Hemodialisis adalah teknik pembersihan darah ekstrakorporeal
yang digunakan untuk menghilangkan produk sisa metabolisme yang
terakumulasi pada pasien dengan penyakit ginjal stadium akhir. Zat
terlarut dan cairan dibersihkan melalui membrane semipermeable dengan
pemisahan massa yang berbeda melalui mekanisme difusi, konveksi dan
adsorpsi.
Kondisi pasien yang menjalani terapi hemodialisis akan memicu
berbagai masalah seperti masalah fisik, psikologis, gaya hidup, dan
perubahan sosial yang akan berdampak pada kualitas hidup pasien.
Dengan pengetahuan yang dimiliki oleh seorang pasien gagal ginjal kronik
akan mempengaruhi sikap dan perilaku hidup sehat dalam melaksanakan
terapi hemodialisis dan terapi diet dengan benar. Adapun faktor-faktor
yang mempengaruhi kualitas hidup antara lain usia, pendidikan, jenis
kelamin, pekerjaan, dan status gizi. Kepatuhan pasien gagal ginjal kronik
dalam melakukan terapi hemodialisa bertujuan untuk memperbaiki status
gizi supaya kualitas hidup dan pengobatan dapat tercapai secara maksimal.

1.3 PERTANYAAN PENELITIAN


Apakah terdapat hubungan kepatuhan diet dengan kualitas hidup
pasien gagal ginjal kronik yang menjalani terapi hemodialisis?

1.4 TUJUAN PENELITIAN


1.3.1 Tujuan Umum
Untuk mengetahui hubungan antara kepatuhan diet pasien dengan
kualitas hidup pasien gagal ginjal kronik yang menjalani
hmodialisa.
1.4.2 Tujuan Khusus
a. Mengidentifikasi diet pasien PGK yang menjalani hemodialisa
b. Mengidentifikasi hubungan kepatuhan diet dengan kualitas
hidup pasien gagal ginjal kronik yang menjalani hemodialisa.

1.5 HIPOTESIS PENELITIAN


Ha : Terdapat hubungan kepatuhan diet dengan kualitas hidup pasien
PGK yang menjalani hemodialisa
Ho : Tidak ada hubungan kepatuhan diet dengan kualitas hidup pasien
PGK yang menjalani hemodialisa

1.6 MANFAAT PENELITIAN


1.6.1 Manfaat Teoritis
Penelitian ini dapat memberikan wawasan dan data terbaru
bagi peneliti atau mahasiswa lain dalam melakukan penelitian lain
yang sejenis untuk meningkatkan kualitas hidup pada pasien ggk
yang menjalani hemodialisa.
1.6.2 Manfaat Praktis
a. Bagi Peneliti
Hasil penelitian ini bisa menambah pegetahuan dan
wawasan sebagai dasar untuk penelitian-penelitian yang akan
datang dan menambah referensi tentang apa saja yang dapat
berpengaruh dengan kualitas hidup pada pasien ggk.
b. Bagi Pasien
Dengan adanya penelitian ini diharapkan masyarakat
dapat mengetahui pentingnya patuh diet terhadap kualitas
hidup pasiengagal ginjal kronik yng menjalani hemodialisa
serta masyarakat dapat mengaplikasikan didalam kehidupan
mereka sehari-hari dan dapat berbagi informasi tersebut
kepada orang-orang sekitar mereka.
c. Bagi RS
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan
informasi tambahan serta saran untuk Ciputra Hospital Citra
Garden City untuk memfasilitasi tenaga kesehatan
mengembangkan pelayanan hemodialisa agar kualitas hidup
pasien lebih baik.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Konsep Gagal Ginjal Kronik ( GGK )


2.1.1 Definisi Gagal ginjal kronik
Gagal ginjal kronik merupakan suatu kondisi dimana
organ ginjal sudah tidak mampu mengangkut sampah sisa
metabolik tubuh berupa bahan yang biasanya dieliminasi melalui
urin dan menumpuk dalam cairan tubuh akibat gangguan eksresi
renal dan menyebabkan gangguan fungsi endokrin dan metabolik,
cairan, elektrolit, serta asam basa ( Abdul, 2015). Gagal ginjal
merupakan gangguan fungsi ginjal yang progresif dan tidak dapat
pulih kembali dimana tubuh tidak mampu memelihara metabolisme
dan gagal memelihara keseimbangan cairan dan elektrolit yang
berakibat dari peningkatan ureum (Desfrimadona, 2016).
Sedangkan menurut Black (2014) Gagal Ginjal Kronik
(GGK) merupakan gangguan fungsi ginjal yang tidak dapat pulih
kembali, dan tubuh tidak bisa memelihara metabolisme dan tidak
bisa memelihbara keseimbangan cairan eletrolit diakibatkan karen
dapat meningkatkan ureum. Pasien gagal ginjal kronik tidak bisa
disembuhkan memerlukan pengobatan berupa, transplantasi ginjal,
dialysis peritoneal, hemodialisis dan rawat jalan dalam waktu yang
lama.
2.1.2 Fungsi Ginjal
Ginjal merupakan organ dalam tubuh fungsinya sebagai
eksresi ginjal berbentuk kacang yang terletak dibelakang abdomen
di sebelah kiri dan kanan ( Kemenkes, 2017). Fungsi ginjal dibagi
2 yaitu:
a. Fungsi ekskresi
1. Ekskresi sisa metabolisme protein, ureum, kalium, fosfat,
sulfat, anorganik yaitu sisa metabolisme.
2. Regulasi volume cairan tubuh
Jika tubuh kelebihan cairan dapat di rangsangklan melalui
arteri karotis lalu ke osmoreseptor di hipotalamus diterukan
ke kelenjar hipofisis posterior
3. Menjaga keseimbangan asam basa
Jika sel berfungsi normal, perlu dipertahankan pH plasma
7,35 untuk darah vena dan Ph 7,45 untuk darah arteri.
b. Fungsi endokrin
1. Partisipasi dalam eritopioesis
Yang menghasilkan enzim disebut factor eritropoietin
yang mengaktifkan eritropoietin.
2. Pengaturan tekanan darah
Tonus vaskuler yaitu yang dapat mengatur tekanan darah.
Yang dilakukakn oleh sistem renin-angiotensin aldosteron
yang dikeluarkan dari nefron.
3. Keseimbangan kalsium dan fosfor
Peran ginjal untuk mengatur proses metabolisme. Metabolik
yang aktif yaitu 1,25-dihidrovitamin D3.

2.1.3 Etiologi GGK


Stadium dini penyakit gagal ginjal kronik dengan gejala daya
tahan ginjal (renal reserve). Penurunan fungsi nefron secara
progresif akan terjadi dengan tanda-tandanya peningkatan kjadar
urea dan kreatini serum. Pasien akan mengalami keluhan nokturia,
badan lemah dan tidak nafsu makan maka LPG berada dibawah
30%. Jika LPG dibawah 15% maka akan terjadi tanda gejalanya
akan terjadi komplikasi. Jika pasien sudah sampai stadium ini maka
dikatakan pasien sudah stadium gagal ginjal (Suwitra, 2014).
Penyebab dari terjadinya penyakit gagal gijal kronik diantaranya
diabetes militus (DM) sebanyak 32%, hipertensi sebanyak 28% dan
45%-nya akibat glomerulonefritis (Mary.dkk, 2014).
A. Diabetes Melitus
Menurut Misnadiarly(2012), penyakit diabetes melitus
merupakan penyakit metabolik yang kronik. Penyakit ini bisa
mengenai semua organ tubuh sehingga sering disebut the great
iminator. Terjadinya gagal ginjal akibat diabetes karena adanya
pelebaran glomerulus yang menyebabkan kebocoran protein ke
urine sehingga memicu penurunan fungsi ginjal (Corwin,
2014).
B. Hipertensi
Hipertensi terjadi karena tekanan sistole dimana
ketinggiannya tergantung umur individu, hipertensi dapat
dibagi ada hipertensi ringan (95-104), sedang (105-114), dan
berat (>115). Dan hipertensi juga dibagi menjadi 2 yaitu primer
dan esensial. (Susilo, 2016).
C. Glomerulonefritis
Kelainan ini dapat di bedakan menjadi 2 yaitu primer dan
sekunder, primer adalah keadaan yang berada pada sendiri dan
sekunder adalah bisa dari sistemik contohnya diabetel melitus,
mielomamultipel atau amiloidosis (Tambayong, 2010 ).

2.1.4 Faktor resiko Gagal Ginjal Kronik


Penyakit ginjal merupakan kelainan yang bisa diakibatkan
dari faktor seperti infeksi, tumor dan kelainan bawaan, penyakit
metabolik atau degeneratif..
Penyakit gagal ginjal kronik bisa erjadi kelainan pada
darah atau urin yang berlangsung pada lebiih dari 3 bulan atau juga
bisa ditemui dari tanda gejala seperti elektrolit abnormal, hasil MRI
abnormal, riwayat transplantasi ginjal, dan penurunan LFG : <60
ML/menit/173. Faktor resiko dari gagal ginjal kronik dapat dibagi
menjadi 2 yaitu dengan dimodifikasi (dapat diubah) dan yang tidak
dimodifikasi (tidak dapat diubah) ( Kemenkes, 2017 ).

2.1.5 Patofisiologi Gagal Ginjal Kronik


Patofisiologi gagal ginjal kronik dapat diawali dari
etiologi tetapi dalam prose perkembanagan yang terjasi akan sama
( Suwitra, 2010). Gagal ginjal kronik yang mempunyai filtreasi
glomerulus dengan 20% sampai 25% dan penyakit ginjal bisa
sampai stadium terminal yang filtrasi glomerulus nya kurang dari
20% (Kowalak, 2012).

2.1.6 Tanda dan Gejala Gagal ginjal kronik


Menurut kemenkes (2017) Tanda dan gejala yang timbul
karena penyakit ginjal biasanya sangat umum (juga tampak pada
penyakit lain) yaitu tanda gejalanya hipertensi, perubahan jumlah
kencing dalam perhari, lemah dan sulit tidur, sakit kepala, tidak
bisa konsentrasi, gatal, sesak, mual dan muntah.

2.1.7 Diagnosis gagal ginjal kronis


Menurut Kemenkes (2017) pengobatan penyakit gagal
ginjal kronik dapat dicegah dengan dimulai dari dini dengan
pengobatan hipertensi dan diabetesmelitus. Pemeriksaan fungsi
ginjal juga dapat dilakuakan dengan memodifikasi dengan
penetalaksanaan yang efektif, mengetahui penurunan fungsi ginjal
dengan pemeriksaan urin dan darah seperti pemeriksaan LFG,
pemeriksaan albumin atrau protein.

2.1.8 Pencegahan Gagal ginjal kronik


Upaya untuk mencegah gagal ginjal kronik sebaiknya
dilakukan pada pasien gagal ginjal kronik di stadium dini. Beberapa
upaya yang bisa dilakukan adalah pengobatan hipertensi, karena
semakin rendah tekanan darah maka semakin kecil resiko kerusakan
fungsi ginjal. Selain itu ada pengendalian aktivitas fisik dan
pengendalian berat badan. Upaya pencegahan ini terbukti memiliki
manfaat yang tinggi dalam mencegah penyakit penyakit ginjal
maupun kardiovaskular( Roesly, 2017).
Adapun menurut Kemenkes (2017) pencegahan primer
yaitu dengan terapi obat-pbatan, cangkok ginjal, cucidarah (dialisis)
dan modifikasi gaya hidup.

2.2 Konsep Diet Nutrisi GGK


2.2.1 Penatalaksanaan diet
Menurut Umami C (2016), pada pemberian diet ginjal
terutama pada gagal ginjal kronik harus sesuai berat ringannya
penyakit, dengan gangguan fungsi ginjalya, keadaan status gizi
pasien, serta jenis terapi yang diberikan pada pasien.
Jika perilaku diet dijalankan dan dipertahankan dengan
benar akan membuat penderita hidup normal dan produktif serta
bisa menunda menjalani terapi dialysa untuk jangka waktu yang
lama. Nutrisi yang harus dibutuhkan untuk penderita gagal ginjal
kronik berbeda dengan orang biasa. Hal ini terjadi karena ada
beberapa factor khusus yang harus diperhatikan, diantaranya adalah
factor katabolisme yang tinggi, toksin uremia yang berlebihan, ada
gangguan ekskresi toksin dan cairan berlebih akibat kerusakan
filtrasi ginjal. Sehingga pada pasien tahap akhir gagal ginjal
membutuhkan terapi nutrisi khusus dari beberapa aspek kesehatan.
Pengaturan nutrisi pasien gagal ginjal kronik diutamakan pada
asupan cairan, garam, dan asupan protein. Selain itu asupan
vitamin, mineral, dan kadar kalium dalam tubuh juga penting
diperhatikan (Hakim, 2014).

2.2.2 Tujuan diet Gagal ginjal kronik


Tujuan dari terapi diet ini adalah untuk mengurangi beban
kerja ginjal untuk mengendalikan keseimbangan cairan dalam
mengeluarkan produk limbah. Diet ini harus memperhatikan
kandungan protein, natrium, dan kalium dari makanan. Beberapa
unsur gizi tersebut harus dibatasi asupannya jika ekskresi
terganggu dan ditambahkan bila terjadi kehilangan yang tidak
normal melalui urine (Beck, 2011):
a). Mempertahankan status gizi yang optimal
b) Mencegah gejala sindrom uremik
c) Menjaga cairan dan elektrolit tubuh agar tetap seimbang
d) Mengurangi progresif dengan memperlambat penurunan laju
filtrasi.

2.3.3 Syarat Diet GGK


a. Asupan Energi
Untuk mencegah terjadinya katabolisme dalam jaringan
tubuh, asupan energi yang cukup sangat diperlukan. Kebutuhan
asupan energi yang diperlukan kurang lebih sekitar 35kal/kg
BB/hari.asupan eneri protein harus dari golongan makanan non
protein. untuk mencegah suatu gangguan protein yang
merupakan sumber dari energi. Dengna bahan – bahan seperti
gula,mandarine dan sirup (Umami C, 2016).
b. Protein
Asupan proteinpad penyakit gagal ginjal kronink sangat
rendah dengan 0,6-0,75 gr/kg BB/hari atau sekitar 50% yang
memiliki nilai biologis tinggi, memiliki asam amino esensial
yang lebih lengkap seperti dari protein hewani dan telur, daging
ayam, susu dan ikan kerang pada pasien yang sendan terapi
hemodialisa, memberikan protein yang tinggi sekitar 1-12 gr/kg
BB ideal/hari . (Umami C, 2016).
c. Natrium
Pemberian natrium untuk pasien gagal ginjal kronik
yaitu 40-120 mEq/hari fungsinya untuk mengontrol hipertensi
dan edema. Pembatasan natrium tujuannya untuk mengatasi
rasa haus sehingga dapat mencegah oedema. Setiap 1 gram
yaitu deng ½ liter urin pada pasien yang sedang terapi
hemodialisa. Adapun makanan yang dianjurkan harus
ditambahkan seperti soda kue, pengawet buah dan sayuran
(Umami C, 2016).
d. Kalium
Bahan makanan kalium harus sangat dibatasi oleh
penderita pasien gagal ginjal kronik karena untuk mencegah
terjadinya ekskresi potasium karena bisa mengakibatkan
hiperkalemia. Asupan kalium yangdiberikan pada penderita
gagal ginjal kronik yaitu 1560- 2730mg/hari. (Umami C,
2016)
a. Karbohidrat : umbi-umbian
b. Protein nabati : kacang tanah, kacang hijau dan kacang
kedelai
c. Sayuran : tomat, rebung, daun singkong, daun papaya
d. buah seperti : alpukat, pisang, mangga, tomat
e. Kalsium dan fosfor
Pemberian asupan kalium dan fosfor sangat perlu
mendapat perhatian dan pengontrolan untuk keadaan yang
mengalami hipokalsium serta untuk mencegah
pengklasifikasian dari tulang dan juga jarigan tubuh. Asupan
phosphor yang diberikan adalah 400-900 mg/hari dan untuk
asupan kalsium yang diberikan adalah 1000-1400 mg/hari.
Untuk pasien yang mendapatkan terapi hemodialisa perlu
diberikan asupan kalsium yang lebih tinggi yaitu 1000
mg/hari dan bila perlu dibantu dengan pemberian suplemen
kalsium dan harus ada pembatasan untuk pemberian asupan
phosphor yaitu <17mg/kg BB ideal/ hari(Umami C, 2016).
f. Cairan
Makanan atau minuman yang mengandung cairan harus
disesuaikan dengan air yang dikeluarkan dengan ditambah 500
cc. Salah satu untuk mencegah kelebihan cairan yaitu
1,2ml/hari (Umami C, 2016).

2.3.4 Makanan yang dianjurkan dan tidak dianjurkan


Pemilihan bahan makanan pada penderita gagal ginjal
kronik harus diperhatikan baik dari zat gizi macro maupun zat
gizi micro. Data bahan-bahan makanan yang dianjurkan dan
dibatasi bisa dilihat pada table dibawah ini (Almatsier S, 2017)
Bahan makanan Dianjurkan Dibatasi
Karbohidrat Nasi, bihun, jagung,
kentang, mie,
tepung - tepungan,
singkong, ubi, selai,
madu, permen
protein Telur, daging, ikan, tahu, tempe, susu
kedelai, dll
lemak Minyak kelapa Kelapa, minyak
sawit, margarin, kelapa, santan ,
mentega rendah mentega biasa,
garam, minyak margarin, lemak
kedelai. hewan.
vitamin dan Semua sayuran dan Sayuran yang
mineral buah, kecuali pasien tinggi kalium
dengan pada pasien
hyperkalemia dengan
dianjurkan hiperkalemia
mengonsumsi yang
kandungan
kaliumnya rendah:
wortel, tomat,
selada, sawi, daun
prey, kembang kol,
kol, kacang kapro,
ketimun, papaya,
semangka, melon.

2.4 Konsep Kepatuhan

2.4.1 Pengertian kepatuhan


Kepatuhan merupakan perilaku seseorang dalam
memetuhi atau mengikuti peraturan minum obat, mematuhi diet,
mengontrol kesehatan, dan harus perubahan gaya hidup sesuai
anjuran yang diberikan oleh tenaga kesehatan (Kozier, 2010).
Kepatuhan merupakan suatu tingkatan pasien dalam
melaksanakan cara pengobatan dan pemeriksaan kesehatan yang
disarankan oleh dokter. Dikatakan lebih lanjut bila tingkat
kepatuhan pada seluruh populasi medis yang kronis mencapai
sekitar 20% hingga 60% (Sarafino, 2011 )
Berdasarkan penjelasan diatas dapat disimpulkan bahwa
kepatuhan merupakan sejauh mana perilaku seseorang dalam
mengikuti dan melaksanakan sesuai peraturan atau anjuran yang
diberikan oleh petugas kesehatan untuk menunjang kesehatan
2.4.2 Faktor –faktor yang mempengaruhi kepatuhan
Faktor – faktori yang mempengaruhi kepatuhan menurut
Smert dalam penelitian (Yunita, 2019) adalah :
1. Faktor komunikasi
Dari proses komunikasi pada pasien dengan petugas
kesehatan dapat mempengaruhi tingkat ketidaktaatan. Seperti
kurang informasi pengawasan yang kurang tidak puas serta
hungan em,osional dengan petugas kesehatan.
2. Pengetahuan
Ketaatan dalam memberikan informasi sangat jelas dan
penting dalam memberikan informasi tentang kepatuhan
pasien GGK dalam diet nutrisi.

3. Faktor kesehatan
Fasilitas kesehatan merupakan hal yang utama dan
sangat penting dalam memeberikan suatu informasi
terhadap penderita gagal ginjal kronis dan diharapkan
penderita mampu menerima informasi dari tenaga kesehatan
yaitu tenaga kesehatan dan penyuluhan kesehatan.
2.4.3 Macam – macam kepatuhan
Mennurut Fauzi, 2018 kepathan penderitan dapat
dibedakan menjadi :
1. Kepatuhan penuh ( total compliace )
Pada penderita mengikuti kegiatan yang diadakan oleh
pemerintah.
2. Penderita yang sama sekali tidak patuh (non compliance)
Penderita yang tidak mengikuti perintah yang dibuat oleh tenaga
kesehatan, penderita tidak melakukan diet nutrisi secara teratur.

2.5 Kepatuhan Pasien Gagal Ginjal Kronis Dalam Diet Nutrisi


Penyakit ginjal merupakan isu kesehatan dengan pembiayaan yang
tinggi di dunia. Penyakit gangguian pada ginjal merupakan sahsatu tanda
dan gejala nya merupakan dengan ditemukannya ada urium dalam darah.
Uremia merupakan ketidakmampuan tubuh dalam menjaga keseimbangan
cairan serta elektrolit sehingga adanbya gangguan pada fungdi ginjal
(Smeltzer, et al, 2010; Kemenkes, 2018).
Nutrisi adalah jenis makanan yang berfungsi untuk
mempertahankan keberlangsungan hidup ( asmadi, 2018). Fungsi umum
dari pemenuhan nutrisi adalah sebagai sumber energi, memelihara jaringan
tubuh, mengganti sel tubuh yang rusak, dan mempertahankan vitalitas
tubuh. Kebutuhan nutrisi untuk pasien GGK meliputi kebutuhan protein,
kebutuhan kalium , kebutuhan natrium, dan kebutuhan karbohidrat. Salah
satu Penatalaksanaan gagal ginjal kronik bisa dengan berbagi cara salah
satunya dengan pengaturan diet, pembatasan asupan cairan, obat-obatan,
terapi penggantian ginjal tranflantasi ginjal dan hemodialisa (Mutakin &
Kumala Sari, 2015). Diet yang bersifat membatasi akan merubah gaya
hidupnya yang dirasakan pasien yaitu gangguan serta yang tidak disukai
bagi banyak penderita gagal ginjal kronis. Jika pembatasan ini tidak
dipatuhi, komplikasi yang dapat kematian seperti hiperkalemia dan edema
paru dapat terjadi.
Faktor- faktor yang yang dapat menjadi penyebab terjadinya
ketidakpatuhan dalam melaksanakan pengaturan diet, antara lain : usia,
jenis kelamin, dan dukungan keluarga. Pada pasien gagal ginjal kronis
akan mengalami malnutrisi asupan protein yang tidak adekuat seperti
rendahnya kadar albumin dalam darah, gangguan gastrointestinal seperti
mual, muntah dan menurunnya nafsu makan, oleh karena itu kepatuhan
sangat diperlukan untuk mengatasi malnutrisi pada pasien tersebut.. Hal
ini di dukung penelitian Cicielia Ernawati Rahayu ( 2019) dengan Metode
penelitian deskriptif analitik dengan ujisatatisik Chi Square Hasil
penelitian didapatkan 72,5% responden tidak patuh dalam diet nutrisi
terutama pada pasien yang hemodialisa lebih dari 6 bulan.
Penelitian lain juga dilakukan oleh Bambang susatyo
(2016) dengan menggunakan metode penelitian yang dilakukan bersifat
deskriptif dan jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian kualitatif
eksploratif, dengan hasil menunjukkan bahwa penderita gagal ginjal
kronik yang kepatuhan dietnya berada pada tidak patuh paling banyak
menjalani hemodilisa 1 – 12 bulan sebanyak 2 0rang (25 %) dan penderita
gagal ginjal dengan kategori patuh paling banyak menjalani hemodialisa >
12 bulan sebanyak 6 orang (75 %).
Selain dengan penelitian Sumigar Geledis (2015 )
berdasarkan hasil penelitian dari 52 responden terdapat 44 orang (84,6%)
responden yang patuh dalam diet nutrisi dan 8 orang (15,4%) responden
yang tidak patuh dalam diet nutrisi. Tingkat kepatuhan yang ditunjukan
oleh penderita GGK untuk memenuhi diet nutrisi yang harus di jalani.
2.6 Kerangka Teori
Gagal Ginjal Kronis
Menurut Umami C
(2016), pada pemberian Kepatuhan
diet ginjal terutama
pada gagal ginjal kronik Diet Nutrisi
harus sesuai dengan
berat ringan nya
penyakit, gangguan
fungsi ginjal nya, Kepatuhan merupakan perilaku
keadaan status gizi seseorang dalam memetuhi atau
pasien, serta jenis terapi mengikuti peraturan minum obat,
yang diberikan pada mematuhi diet, mengontrol
pasien. kesehatan, dan harus perubahan
gaya hidup sesuai anjuran yang
diberikan oleh tenaga kesehatan
(Kozier, 2010)

Keterangan :

:Tidak diteliti

: yang di teliti

Gambar 1 : kerangka teori (Menurut Umami C 2016) dan ( Kozier, 2010)


BAB III
METODE PENELITIAN

A. Kerangka Konsep Penelitian

Penatalaksanaan gagal ginjal


kronis meliputi : Minum obat-
obatan Gagal ginjal kronik
Terapi penggantian ginjal seperti
transplantasi ginjal dan
hemodialisa

Tingkat kepatuhan:
Kepatuhan diet yaitu tepat jadwal, Patuh
tepat jumlah dan tepat jenis Tidak patuh

Faktor predisposisi yang


mempengaruhi : Dampak ketidakpatuhan :
Usia - Komplikasi (aritmia,
hipokalemia, hiperkalemia, Kualitas
Jenis kelamin ensefalopati uremik, hidup
Pekerjaan hipertensi,uremia, anemia)
- Kematian
Pendidikan
Pengetahuan
Sikap

Kepercayaan (dukungan keluarga) Keterangan:


--- : tidak diteliti
____ : diteliti
: alur
B. Desain Penelitian
Jenis Penelitian yang digunakan adalah non eksperimen dengan
metode kuantitatif, desain menggunakan deskriptif corelational yaitu
digunakan untuk menjelaskan hubungan antara dua variabel yaitu
variabel bebas dan variabel terikat (Notoatmodjo, 2012). Penelitian ini
menggunakan pendekatan cross sectional yaitu melakukan pengukuran
variabel dependen dan independen dalam satu kali atau pada waktu
yang bersamaan (Sulistyaningsih, 2011).
C. Populasi dan Sampel Penelitian
a. Populasi
Populasi adalah subjek penelitian yang memenuhi kriteria
yang telah ditetapkan oleh peneliti (Nursalam, 2013). Populasi yang
digunakan dalam penelitian ini adalah pasien yang menderita
penyakit gagal ginja kronik dengan hemodialisa yang terdaftar di
catatan medis dan menjalani terapi hemodialisa di Ciputra Hospital
Citra Garden City pada bulan….
b. Sampel dan Sampling
Teknik pengambilan sampel harus bersifat representatif atau
dapat mewakili populasi yang ada dan dalam pengambilan sampel
harus cukup banyak (Notoatmojo, 2010). Sampel adalah wakil dari
sebuah populasi yang akan diteliti (Arikunto, 2010). Teknik
sampling ditentukan dalampengambilan sampel dengan sendirinya
akan bergantung dari sifat-sifat populasi dan tujuan penelitian
(Notoatmodjo, 2012). Teknik sampling yang digunakan oleh peneliti
adalah accidental sampling yaitu pengambilan sampel secara
aksidental dengan mengambil kaus atau responden yang kebetulan
ada atau bersedia di suatu tempat sesuai dengan konteks penelitian
(Notoatmodjo, 2010)..
Dalam pengambilan sampel ada dua kriteria yang di tetapkan oleh
peneliti yaitu kriteri inklusi dan kriteria ekslusi:
a. Kriteria inklusi
1. Bersedia menjadi responden
2. Pasien penderita gagal ginjal kronik dengan terapi hemodialisa
3. Pasien dalam keadaan sadar dan kooperatif
b. Kriteria ekslusi
1. Pasien yang mengundurkan diri menjadi responden
2. Penentuan besarnya sampel apabila subjek kurang dari 100 maka
subjek diambil semua sedangkan subjeknya lebih dari 100 maka
diambil antara 10- 15 atau 20-25% dari total populasi (Arikunto,
2010).
Rumus yang digunakan untuk pengambilan sampel adalah :
n = 20% x N
Keterangan :
N= Besar populasi
n= Besar sampel

D. Lokasi dan Waktu Penelitian


a. Lokasi Penelitian
Penelitian ini dilakukan di Ruang Hemodialisa Ciputra Hospital Citra
Garden City Jakarta.
b. Waktu Penelitian
Penelitian dilakukan pada bulan mei 2022

E. Variabel Penelitian
a. Variabel Independen
Variabel independen merupakan variabel yang mempengaruhi
atau nilainya menentukan variabel lain (Nursalam, 2016). Variabel
independen dalam penelitian ini adalah faktor-faktor yang
mempengaruhi kepatuhan yaitu pengetahuan, sikap, dukungan
keluarga dan dukungan petugas kesehatan.
b. Variabel Dependen
Variabel dependen adalah variabel yang dipengaruhi nilainya
ditentukan oleh variabel lain (Nursalam, 2016). Variabel dalam
penelitian ini adalah kepatuhan diet pasien gagal ginjal kronik.

F. Definisi Operasional

Tabel 2. Definisi Operasional

No Variabel Definisi Alat Hasil Ukur Skala


Operasion uku
al r
1 Kepatuh Tingkat ketaatan Kuesioner 1. Tidak patuh Nominal
an diet dan kedisiplinan 2. Patuh
gagal pasien dalam
ginjal melaksanakan
diet gagal ginjal
pada satu bulan
terakhir.
2 Pengetahua Segala Kuesioner 1. Rendah Ordinal
n kemampuan 2. sedang
pasien gagal 3. tinggi
ginjal kronik
dalam
memahami diet
yang tepat.
3 Sikap Respon pasien Kuesioner 1. Buruk Nominal
dalam 2. Baik
menyikapi
pelaksanaan
program diet.
4 Usia Lama hidup Kuesioner 1. 21 – 30 tahun Ordinal
responden dari 2. 31 – 40 tahun
terdiagnosa gagal 3. 41 – 50 tahun
ginjal kronik
sampai saat 4. 51 – 60 tahun
penelitian. 5. 61 – 70 tahun
5 Jenis Karakteristik Kuesioner 1. Wanita Nominal
Kelamin biologis yang 2. Pria
dilihat dari
penampilan

6 Pekerjaan Kegiatan utama Kuesioner 1. Bekerja


yang dilakukan 2. Tidak bekerja Nominal
responden dan
mendapat
penghasilan atas
kegiatan tersebut
serta masih
dilakukan pada saat
di wawancarai.

G. Instrumen Penelitian
Pada penelitian ini instrumen penelitian menggunakan kuesioner.
Kuesioner digunakan karena dapat memberikan kemudahan dalam
mendapatkan data yang objektif dari responden. Kuesioner penelitian
ini terdiri dari 6 bagian yaitu kuesioner data demografi, kuesioner
kepatuhan diet gagal ginjal kronik, kuesioner pengetahuan, dan
kuesioner sikap.
Kuesioner ini dibuat oleh peneliti untuk mengetahui karakteristik
yang meliputi kode responden, jenis kelamin, usia, sikap, usia, status
pekerjaan. Jenis kuesioner ini adalah jawaban singkat dan pilihan.
a. Kuesioner Kepatuhan Diet PGK
Kuesioner ini dibuat untuk mengetahui tingkat kepatuhan
diet terhadap pasien gagal ginjal kronik. Jumlah pertanyaan 8 item
menggunakan skala likert yang dimodifikasi dari Anggita (2015)..
b. Kuesioner Pengetahuan
Kuesioner ini digunakan untuk mengetahui faktor
pengetahuan terhadap pelaksanaan diet pasien gagal ginjal kronik.
Jumlah pertanyaan 5 item menggunakan skala gutman yang
dimodifikasi dari Hananto (2005) dengan jawaban benar dan salah.
Kuesioner pengetahuan berisi pertanyaan mendukung

c. Kuesioner ini digunakan untuk mengetahui faktor sikap terhadap


pelaksanaan diet pasien gagal ginjal kronik. Jumlah pertanyaan 7
item menggunakan skala likert yang diadopsi dari Hananto (2005)
dengan jawaban iya dan tidak.

H. Analisa Data
a. Analisis Univariat
Analisa univariat dilakukan untuk melihat gambaran
distribusi frekuensi dan presentasi masing-masing variabel yang
diteliti (Notoatmojo, 2010). Variabel tersebut meliputi
pengetahuan, sikap, Analisis univariat dalam penelitian ini
menggunakan uji analisis deskriptif.
b. Analisis Bivariat
Analisa data yang digunakan dalam penelitian ini adalah
analisa bivariat. Analisa bivariat digunakan untuk mengetahui
tingkat signifikansi pada hubungan antara variabel independen dan
dependen. Analisis yang digunakan pada penelitian ini adalah uji
Chi-Square karena variabel independen berupa kategorik
(Dahlan,2012).

I. Etika Penelitian
Uji kelayakan penelitian ini dilakukan di Ruang Hemodialisa Ciputra
Hospital Citra Garden City dengan memenuhi aspek sebagai berikut :
a. Informed Consent (Lembar Persetujuan )
Bentuk lembar persetujuan yang diberikan kepada responden
yang memiliki kriteria inklusi sebelum penelitian dilaksanakan.
Informed consent harus disertai dengan judul dan manfaat penelitian
supaya responden mengetahui maksud dan dampak penelitiannya.
Dalam melakukan penelitian peneliti tidak boleh memaksa dan harus
menghormati hak-hak responden.
b. Confidentiality ( Kerahasiaan )
Peneliti harus menjamin kerahasiaan responden. Semua data
informasi responden dikumpulkan dan dijamin kerahasiaannya,
hanya kelompok tertentu yang akan dilaporkan dalam hasil
penelitian.
Daftar Pustaka

Angraini, F., & Putri, A. F. (2016). Pemantauan Intake Output Cairan pada Pasien
Gagal Ginjal Kronik dapat Mencegah Overload Cairan. Jurnal Keperawatan
Indonesia, 19(3), 152–160. https://doi.org/10.7454/jki.v19i3.475
Fery Lusviana Widiany. (2017). Faktor-faktor yang mempengaruhi kepatuhan diet
pasien hemodialisis. Jurnal Gizi Klinik Indonesia, 14(2), 72–79.
Khabibi, M. L., & Hartanti, R. D. (2016). Nurse Study Program School of Allied
Health Science of Muhammadiyah Pekajangan Pekalongan August, 2016.
Naryati, N., & Nugrahandari, M. E. (2021). Faktor-Faktor Yang Berhubungan
Dengan Kepatuhan Diet Pada Pasien Gagal Ginjal Kronik Melalui Terapi
Hemodialisis. Jurnal Ilmiah Keperawatan (Scientific Journal of Nursing),
7(2), 256–265. https://doi.org/10.33023/jikep.v7i2.799
Yanti, I. H., Maria, I. L., & Jafar, N. (2018). Analisis Ketahanan Hidup Pasien
Gagal Ginjal Kronik yang Menjalani Hemodialisis di Rumah Sakit Kota
Makassar. Jurnal Forum Kesehatan, VIII(1). http://e-journal.poltekkes-
palangkaraya.ac.id/jfk/article/view/40

Anda mungkin juga menyukai