Anda di halaman 1dari 25

GAMBARAN TINGKAT KECEMASAN PASIEN GAGAL

GINJAL KRONIKSAAT MENJALANI HEMODIALISASI DI


RSUD BAHTERAMAS TAHUN 2021

PROPOSAL PENELITIAN

Diajukan Sebagai Tugas Metodologi Penelitian

Oleh :

TANTI TRIMULYA

P00320020042

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA

POLITEKNIK KESEHATAN KENDARI

JURUSAN KEPERAWATAN

2021
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL

DAFTAR ISI

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan Penelitian
D. Manfaat Penelitian
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
A. Konsep Gagal Ginjal Kronik
B. Konsep Hemodialisasi
C. Konsep Kecemasan

BAB III KERANGKA KONSEP

A. Dasar Pemikiran
B. Kerangka Konsep/Kerja
C. Variabel Penelitian
D. Definisi Operasional dan Kriteria Objektif

BAB IV METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian
B. Tempat dan Waktu Penelitian
C. Populasi, Sampel dan Teknik Sampling
D. Jenis dan Cara Pengumpulan Data
E. Instrumen Penelitian
F. Teknik Pengolahan dan Analisa Data
G. Teknik Penyajian Data
H. Etika Penelitian
I. Keterbatasan Peneliti

DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN :
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Gagal ginjal kronik adalah kegagalan fungsi ginjal untuk mempertahankan

metabolisme serta keseimbangan cairan dan elektrolit akibat destruksi struktur ginjal

progesif dengan menifestasi penumpukan sisa metabolik (toksik uremik) di dalam

darah gagal ginjal kronik atau penyakit renal tahap akhir merupakan gangguan fungsi

renal yang progresif dan ireversibel dimana kemampuan tubuh gagal untuk

mempertahankan metabolisme dan keseimbangan cairan dan elektrolit menyebabkan

uremia (retensi urea dan sampah nitrogen lain dalam darah). Gagal ginjal kronik

merupakan suatu keadaan klinis yang di tandai dengan penurunan fungsi ginjal yang

irreversible pada suatu derajat yang memerlukan terapi pengganti ginjal.

Penyakit gagal ginjal kronik sangat mempengaruhi seluruh aspek kehidupan,

pasien akan mengalami gangguan psikologis dan sosial ekonomi dan para penderita

gagal ginjal kronik yang menjalani terapi hemodialisasi secara rutin,rata –rata sudah

memahami bahwa penyakit ginjal yang dideritanya bersifat irreversibel (ginjalnya

tidak akan berfungsi seperti dulu lagi).

Hemodialisasi adalah salah satu terapi pengganti ginjal terapi yang berfungsi

memgeluarkan cairan yang berlebihan didalam tubuh, dan merupakan suatu proses
yang digunakan pada pasien dalam keadaan sakit akut dan memerlukan terapi dilisiss

jangka pendek (beberapa hari hingga beberapa minggu ) atau pasien dengan penyakit

gagal ginjal kronik yang membutuhkan terapi jangka panjang atau terapi permanen.

Bagi penderita penyakit ginjal kronik hemodialisasi akan mencegah kematian.

Namun demikian ,hemodialisasi tidak menyembuhkan atau memulihkan penyakit

gagal ginjal dan tidak mampu mengimbangi hilangnya aktifitas metabolic atau

endokrin yang dilaksanakan ginjal dan dampak dari gagal ginjal serta terapinya

terhadap kualitas hidup pasien (Smeltzer & Bare. 2002).

Hemodialisasi merupakan terapi yang di lakukan 2-3 kali seminggu sekurang

– kurangnya selama 3 bulan dengan lama waktu 4-5 jam, yang bertujuan untuk

mengeluarkan sisa-sisa metabolisme protein dan mengoreksi gangguan keseimbangan

cairan dan elektrolit. Pada pasien yang menjalani hemodialisasi tidak dapat di

hindari,dimanakomplikasi tersebut dapat menimbulkan ketidak nyamanan di

antaranya meningkatkan stress kecemasan dan berdampak buruk pada domain

kualitas hidup pasien termasuk didalamnya dinamika keluarga (Fredman, 2010).

Kecemasan adalah kekhawatiran yang tidak jelas dan menyebar yang

berkaitan dengan prasaan tidak pasti dan tidak berdaya (Sunart, 2004:144). Tingkat

kecemasan pasien yang menjalani hemodialisasi menurut PROF.DR.R.D.KANDOU

MANADO dari hasil penelitian memperlihatkan 40 responden berdasarkan umur 40-

60 tahun yaitu 15 orang (35%), jenis kelamin sama antara laki-laki dan perempuan

yaitu 20 orang (50%),tingkat pendidikan saarjana 17 0rang (42,5%), pekerjaan PNS


14 orang (35%), lamanya menjalani hemodialisasi >6 bulan dan >6 bulan , masing-

masing 20 0rang (50%).

Di Indonesia diperkirakan jumlah pasien gagal ginjal kronik meningkat dari

19.612 hingga 100.000 antara tahun 2014 sampai 2019 . Berdasarkan data pada

masing-masing provinsi di indonesia yaitu berada di sulawesi tenggara 0,2 %. Data

terbaru di RSUD BAHTERAMAS pada tahun 2019 untuk 8 bulan yaitu Januari

sampai Agustus menunjukkan pertambahan pasien sebanyak 122 orang jumlah pasien

gagal ginjal kronik pada tahun 2016 sampai 2019 sebanyak 1473 orang.

B. Rumusan masalah

1. Berdasarkan latar belakang di atas maka permusan masalah dalam penelitian

ini adalah ‘’ Bagaimanakah gambaran tingkat kecemasan pasien gagal ginjal

kronik saat menjalani hemodialisasi di RSUD Bahteramas tahun 2021’’

C. Tujuan Penelitian

1. Tujuan umum

Untuk Mengetahui gambaran tingkat kecemasan pasien gagal ginjal kronik saat

menjalani hemodialisasi di Rsud Bahteramas tahun 2021.

2. Tujuan khusus

a. Diketahui karakteristik pasien gagal ginjal kronik yang menjalani

hemodialisasi meliputi jenis kelamin, usia, pekerjaan , pendidikan, dan

lama hemodialisasi.
b. Diketahui gambaran tingkat kecemasan pasien gagal ginjal kronik yang

menjalani hemodialisasi di RSUD Bahteramas tahun 2021

D. Manfaat Penelitian

1. Manfaat Teoritis

Hasil penelitian ini diharapkan untuk pengembangan ilmu pengetahuan

dan acuan pengembangan penelitian dalam praktek keperawatan

khususnya mengenai kecemasan pasien yang menjalani hemodialisasi.

2. Manfaat Praktis

a. Bagi RSUD Bahteramas

Diharapkan hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai acuan dan

merencanakan perawatan agar meminimalkan tingkat kecemasan pasien

dengan memberikan promosi kesehatan tentang hemodialisasi dan hal

yang berkaitan dengan penyakit pasien agar pasien paham tentang

manfaat terapi.

b. Bagi Responden

Diharapkan dapat memberikan informasi kepada pasien bahwa kondisi

psikologis seperti kecemasan kemungkinan dapat memperburuk kondisi

fisik.Dengan informasi yang diberikan, diharapkan pasien tidak bersikap

pesimis terhadap kondisinya.

c. Bagi Poltekkes Kemenkes Kendari


Sebagai referensi dan tambahan informasi serta studi kepustakaan

tentang gambaran tingkat kecemasan pada pasien yang menjalani

hemodialisasi

d. Bagi Peneliti selanjutnya

Dengan adanya penelitian ini di jadikan sebagai sumber informasi dan

data tambahan dalam penelitian keperawatan dan untuk dikembangkan

bagi peneliti selanjutnya dalam ruang lingkup yang sama.


BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

1. Konsep Gagal Ginjal Kronik

a. Definisi Gagal Ginjal Kronik

Gagal ginjal kronik adalah kegagalan fungsi untuk mempertahankan

metabolisme serta keseimbangan cairan dan elektrolit akibat destruksi struktur ginjal

progesif dengan menifestasi penumpukan sisa metabolik (toksis uremik ) di dalam

darah (Mutaqqin & Sari, 2011). Ginjal memiliki fungsi sebagai pengatur

keseimbangan kandungan kimia dalam darah.Gagal ginjal merupakan kondisi dimana

ginjal kehilangan kemampuan untuk menyaring sisa-sisa makanan dan air dalam

tubuh. Apabila kondisi ini terjadi, kadar cairan berbahaya dan racun akan terkumpul

di dalam tubuh. Gagal ginjal kronik merupakan kondisi di mana penurunan fungsi

ginjal secara tetap dan ukuran ginjal yang menyusut. Penyakit ginjal tahap akhir

(PGTA) atau gagal ginjal kronik (GGK) adalah penyakit yang sulit disembuhkan dan

bersifat tidak dapat pulih kembali (Setyaningsih, 2011) Perkembangan gagal ginjal

yang bersifat progresif, lambat, dan biasanya berlangsung satu tahun merupakan ciri

dari gagal ginjal kronik. Ginjal kehilangan kemampuan mempertahankan komposisi

dan volume cairan tubuh. Penyebab gagal ginjal antara lain usia, jenis kelamin,

riwayat penyakit seperti diabetes, hipertensi, maupun penyakit gangguan metabolik

lain yang dapat menyebabkan penurunan fungsi ginjal. Selain itu kebiasaan merokok
dan penggunaan minuman suplemen energi juga dapat menjadi penyebab terjadinya

gagal ginjal (Pranandari & Supadmi, 2015).Gagal ginjal kronik merupakan

menurunnya fungsi ginjal yang terjadi dalam waktu lebih dari 3 bualan. Penyakit

gagal ginjal kronik juga dapat terjadi apabila nilai GFR kurang dari

60ml/menit/1,73m2, yang berlangsung selama lebih dari 3 bulan. Hal tersebut dapat

berlangsung dengan atau tanpa kerusakan ginjal.Tahapan gagal ginjal kronik

didasarkan pada faal ginjal yang masih tersisa, yang dapat diukur dengan klirens

kreatin. Pada penyakit ginjal kronik stadium V (lima) dengan tes kreatinin

menunjukan kurang dari 15ml/menit/1,73m2 dianjurkan untuk menjalani terapi

pengganti agar dapat bertahan hidup dengan kualitas baik. Salah satu terapi pengganti

yang dilakukan adalah hemodialisis (NA, Panggabean, Lengkong VM, & Chistine,

2012).

b. Anatomi Ginjal
diunduh darihttps://okclas.blogspot.com/2014/09/apa-saja-fungsi-ginjal-sebagai-alat-

ekskresi-utama-pada-manusia.html)

Ginjal merupakan organ yang berfungsi menyaring darah dan

menyinngkirkan sisa metabolisme tubuh. Selain itu, ginjal juga memainkan peranan

penting dalam mengekskresikan obat dari tubuh, oleh karena itu ginjal merupakan

organ yang rentan terhadap kerusakan akibat obat dan radikal bebas. Ginjal

merupakan organ yang berbentuk seperti kacang merah, pada manusia ginjal

berukuran sebesar kepalan tangan, yaitu beukuran panjang 10 sampai 12 cm, lebar 5-

6cm , dan tebal 3 – 4 cm dengan berat sekitar 140 gram. Ginjal terdapat 1 pasang

yang terletak di bagian dorsal dinding tubuh sebelah kiri dan kanan tulang belakang

pada potongan melintang ginjal,terlihat bagian-bagian yang berbeda, bagian tersebut

dari luar ke dalam adalah korteks, medula, dan pelvis.

c. Fisiologi Ginjal

Ginjal adalah organ yang mempunyai pembuluh darah yang sangat banyak,

yang memiliki fungsi untuk menyaring atau membersihkan darah. Aliran darah ke

ginjal adalah 1,2 liter / menit atau 1.700 liter / hari, darah tersebut di saring menjadi

cairan filtrate sebanyak 120 mL / menit ke tubulus .

Ginjal memiliki fungsi vital dalam regulasi cairan, detoksifikasi, serta

produksi hormon.Tiga proses utama akan terjadi di nefron dalam pembentukan urin,

yaitu filtrasi, reabsorpsi dan sekresi. Pembentukan urin dimulai dengan filtrasi

sejumlah besar cairan yang hampir bebas protein dari kapiler glomerulus ke kapsula
bowman. Kebanyakan zat dalam plasma kecuali protein, difiltrasi secara bebas

sehingga konsentrasinya pada filtrat glomerulus dalam kapsula bowman hampir sama

dengan plasma. Awalnya zat akan difiltrasi secara bebas oleh kapiler glomerulus

tetapi tidak difiltrasi kemudian direabsorpsi parsial, reabsorpsi lengkap dan kemudian

akan dieksresi (Sherwood., 2011). Menurut Sherwood (2011), ginjal memiliki fungsi

yaitu :

1. Mempertahankan keseimbangan H2O dalam tubuh.

2. Memelihara volume plasma yang sesuai sehingga sangat berperan dalam

pengaturan jangka panjang tekanan darah arteri.

3. Membantu memelihara keseimbangan asam basa pada tubuh

4. Mengeksresikan produk-produk sisa metabolism tubuh.

5. Mengeksresikan senyawa asing seperti obat-obatan .

d. Klarifikasi Gagal Ginjal Kronik

Menurut Penefri (2015), pada individu dengan penyakit ginjal kronik

,klafikasi stadium ditentukan oleh nilai laju filtrasi glomelurus (LFG) yaitu stadium

yang lebih tinggi menunjukkan nilai laju filtrasi glomelurus yang lebih rendah.

Menurut The Kidney Diases Outcomes Quality Insiative (KDOQI) dalam Wijaya &

Putri (2013), batasan dan stadium penyakit ginjal kronik (PGK) dibagi atas 5 (lima)

stadium, yaitu:
Tabel 2.1.Stadium CKD

Stadium Deskripsi GFR


(mL/menit/1.73 m²)
Fungsi ginjal normal, tetapi
temuan urin, abnormalitas
1
struktur atau cirri genetik ≥ 90 mL/ menit
menunjukkan adanya penyakit
ginjal
Penurunan ringan fungsi ginjal,
dan temuan lain (seperti pada
2
stadium 1) menunjukkan 60-89 mL/ menit
adanya penyakit ginjal

3
Penurunan sedang penyakit
30-59 mL/ menit
ginjal

4 Penurunan fungsi ginjal berat


15-29 mL/ menit

5 ≤ 15 mL/ menit atau dalam dialisis


Gagal ginjal

Rumus GFR (Glomerulus Filtration Rate) ini untuk menentukan tingkatan

kegagalan suatu gagal ginjal kronik sesuai pada tahapan tabel di atas:

CCT (Creatinin Clearance Test) = (140 Umur) x BB (kg) x 72


Kreatinin serum
GFR untuk wanita : 0,85 x CCT

e. Manifestasi klinik Gagal Ginjal Kronik


Awalnya Gagal Ginjal biasanya tanpa gejala, atau hanya menunjukkan keluhan-

keluhan yang tidak khas seperti sakit kepala, lelah, letargi, nafsu makan menurun,

muntah, gangguan pertumbuhan. Pada pemeriksaan fisik dapat dijumpai anak yang

tampak pucat, lemah.manifestasi klinik pada pasien Gagal Ginjal di antaranya yaitu :

1. Kegagalan tubuh dalam mempertahankan keseimbangan cairan dan

elektrolit

2. Menumpuknya toksin uremia yang merupakan metabolit toksik.

3. Gangguan fungsi hormon yaitu berkurangnya eritropoietin dan vitamin D3

(1,25 dihidroksi vitamin D3).

f. Patofisiologi Gagal Ginjal

Patofisiologi gagal ginjal kronik berupa kerusakan ginjal yang

direpresentasikan oleh penurunan laju filtrasi glomerulus yang berujung pada

berbagai komlikasi.Ginjal normal memiliki 1 juta nefron (unit satuan ginjal) yang

berpengaruh terhadap laju filtrasi glomelurus . Ginjal memiliki kemampuan untuk

menjaga laju filtrasi glomerulus dengan meningkatkan kerja nefron yang masih sehat

ketika ada nefron yang rusak. Laju aliran darah ke ginjal berkisar 400 mg / 100 gram

jaringan permenit , laju ini lebih banyak di bandingkan dengan aliran ke jaringan lain

seperti jantung, hati dan otak. Filtrasi glomerulus bergantung pada tekanan intra dan

transglomelurus sensitif terhadap gangguan hemodinamik .

g. Penatalaksanaan Gagal Ginjal


Penatalaksanaan gagal ginjal kronis adalah untuk menangani penyebab primer

gangguan ginjal, menghilangkan atau meminimalkan kondisi-kondisi komorbid,

mencegah atau memperlambat penurunan fungsi ginjal, menangani gangguan

metabolik yang terkait dengan penyakit ginjal kronik mencegah dan menangani

penyakit kardiovaskular, dan mengoptimalkan pertumbuhan dan perkembangan.

2. Konsep Hemodialisasi

a. Definisi Hemodialisasi

Hemodialisasi adalah proses pertukaran zat terlarut dan produk sisa tubuh. Zat

sisa yang menumpuk pada pasien PKG ditarik denganmekansime difusi pasif

membrane semipermeabel.Perpindahan produk sisa metabolik berlangsung mengikuti

penurunan gradient konsentrasi dari sirkulasi ke dalam dialisat.Dengan metode

tersebut di harapkan pengeluaran albumin yang terjadi pada pasien PKG dapat di

turunkan, gejala uremia, berukurang, sehingga gambaran klinis pasien juga dapat

membaik. Hemodialisasi dapat mempengaruhi gambaran klinis penderita PKG,

berupa gejala mual muntah, anoreksia, anemia, pruritus, pigmentsi, kelainan

psikis,insomania,hipertensi,maupun gejala lainnya.

Hemodialisasi merupakan tindakan pengobatan yang di lakukan pada pasien

GGK supaya mampu bertahan hidup.Namun demikian, tindakan tersebut mempunyai

efek samping pada kondisi fisik serta psikologis penderita GGK (Kemenkes, 2018).

Hemodialisasi merupakan pengobatan (replacement treatment) pada penderita gagal

ginjal kronik stadium terminal jadi fungsi ginjal di gantikan oleh alat yang disebut

dyalizer (artificial kidney), pada dialyzer ini terjadi proses pemindahan zat-zat terlarut
dalam darah kedalam cairan dialisa atau sebaliknya .hemodialisasi adalah suatu

proses dimana komposisi solute darah diubah oleh larutan lain melalui membran semi

permiabel, hemodialisasi terbukti sangat bermanfaat dan meningkatkan kualitas hidup

pasien (Brunner & Suddarth, 2005; Wijaya, 2013).

Pada umumnya hemodialisasi di lakukan pada pasien GGK 1 atau 2 kali

seminggu dan sekurang-kurangnya berlangsung selama 3 bulan serta

berkelanjutan.Beberapa dampak dan resiko hemodialisasi harus dihadapi oleh pasien

GGK mengingat tindakan ini merupakan salah satu tindakan yang juga bermanfaaat

dalam mempertahankan kelangsungan hidup hidupnya (Brunner & Suddarth, 2015).

b. Tujuan Hemodialisasi

Tujuan hemodialisasi pada pasien gagal ginjal kronik adalah (Wijaya dan

Putri, 2013):

1. Membuang sisa metabolisme protein seperti : urea, kreatinin, dan asam

urat.

2. Mengembalikan kelebihan cairan mempengaruhi tekanan banding antara

darah dan bagian cair.

3. Mempertahankan atau mengembalikan sistem buffer tubuh.

4. Mempertahankan atau mengembalikan kadar elektrolit tubuh.

5. Mempertahankan kelangsungan hidup penyakit gagal ginjal kronis.

c. Penatalaksanaan Hemodialisasi
Penatalaksanaan pasien gagal ginjal kronis yang menjalani hemodialisasi

(Rendy & Margareth, 2012).

1. Intervensi diet diperlukan dengan pengaturan yang cermat terhadap

masukan protein, masukan cairan untuk menyumbangkan kelebihan

cairan, masukan natrium dan perbatasan kalium.

2. Pastikan masukan kalori dan suplemen vitamin yang adekuat.

3. Batasan protein, masukan yang di perbolehkan harus tinggi kandungan

bilogisnya : produk yang berasal dari susu, telur, dan daging.

4. Cairan yang diperbolehkan adalah 500ml atau lebih dari keluaran urine

24 jam.

5. Suplai kalori dengan karbohidrat dan lemak untuk mencegah polisutan

otot.

6. Berikan suplemen vitamin.

7. Amati terhadap tanda dini abnormalitas neurologis (mis : sakit kepala

8. Pantau tekanan darah

9. Amati hipertensi dengan control volume intrasvaskuler dan obat anti

hipertensif.

10. Transplantasi ginjal.

d. Prinsip hemodilisasi

Menurut Wijaya dan Putri (2013) prinsip hemodialisa adalah :

1) Difusi
Dihubungkan dengan pergeseran partikel-partikel dari daerah konsentrasi

tinggi ke konsentrasi rendah oleh tenaga yang ditimbulkan oleh perbedaan

konsentrasi zat-zat terlarut dikedua sisi membran dialysis, difusi menyebabkan

pergeseran urea, kreatinin dan asam urat dari darah klien ke larutan dialisat

2) Osmosa

Mengangkut pergeseran cairan lewat membran semi permiabel dari daerah

yang kadar partikel-partikel rendah ke daerah yang kadar partikel lebih tinggi.

3) Ultrafiltrasi

Terdiri dari pergeseran cairan lewat membran semi permeabel dampak dari

bertambahnya tekanan yang dideviasikan secara buatan.

e. Indikasi Hemodialisa

Menurut Wijaya dkk (2013) indikasi hemodialisa adalah sebagai berikut:

1) Pasien yang memerlukan hemodialisa adalah pasien GGK dan GGA

untuk sementara sampai fungsi ginjalnya pulih (laju filtrasi glomerulus < 5ml).

2) Pasien-pasien tersebut dinyatakan memerlukan hemodialisa apabila

terdapat indikasi:

- Hiperkalemia (K+ darah > 6 mEq/l)

- Asidosis

- kegagalan terapi konservatif

- Kadar ureum/kreatinin tinggi dalam darah (Ureu >200mg/dl,

Kreatinin serum >65 mEq/L)


- Kelebihan cairan.

- Mual dan muntah hebat.

3) Intoksikasi obat dan zat kimia

4) Ketidakseimbangan cairan dan elektrolit berat

5) Sindrom hepatorenal dengan kriteria :

a) K+ pH darah < 7,10 → asidosis

b) Oliguria/anuria > 5 hari

c) GFR < 5 ml/I pada GGK

d) Ureum darah > 200 mg/dl

f. Kontra Indikasi Hemodialisa

Menurut Wijaya, dkk (2013) menyebutkan kontra indikasi pasien yang

hemodialisa adalah sebagai berikut:

1) Hipertensi berat (TD > 200/100 mmHg).

2) Hipotensi (TD < 100 mmHg).

3) Adanya perdarahan hebat.

4) Demam Tinggi

g. Komplikasi Hemodialisasi

Komplikasi yang dapat diakibatkan oleh pelaksanaan terapi hemodialisa

(Hirmawaty, 2014) adalah:

1) Hipotensi dapat terjadi selama dialisis ketika cairan

dikeluarkan.
2) Emboli udara merupakan komplikasi yang jarang tetapi dapat saja

terjadi jika udara memasuki sistem vaskuler pasien.

3) Nyeri dada dapat terjadi karena pCO2 menurun bersamaan dengan

terjadinya sirkulasi darah diluar tubuh.

4) Pruritus dapat terjadi selama terapi dialisis selama produk akhir

metabolisme meninggalkan kulit.

5) Gangguan keseimbangan dialisis terjadi karena perpindahan cairan

serebral dan muncul sebagai serangan kejang. Komplikasi ini kemungkinan

terjadi lebih besar jika terdapat gejala uremia yang berat.

6) Kram otot yang nyeri terjadi ketika cairan dan elektrolit dan cepat

meninggalkan ruang ekstrasel.

7) Mual dan muntah merupakan hal yang sering terjadi.

3. Konsep Kecemasan

a. Definisi Kecemasan

Kecemasan adalah perasaan yang tidak nyaman atau kekhawatiran yang samar

dengan respon otonom (sumber tidal diketahui oleh indivvidu) sehingga individu

akan meningkatkan kewaspadaan untuk mengantisipasi (NANDA, 2015).

Menurut Syamsu Yusuf (2009:43) mengemukakan kecemasan merupakan

ketidakberdayaan ,rasa tidal aman,kesulitan dan tekanan hidup sehari-hari .

sedangkan, menurut Kartini Kartono (1989:120) bahwa kecemasan adalah bentuk

ketidakberanian di tambah dengan kerisauan. Definisi mengenai kecemasan


dipaparkan juga oleh Jeffrey S.Nevid, ddk (2005:163) “Kecemasan adalah suatu

keadaan emosional yang mempunyai ciri keterangsangan fisiologis, perasaan tegang

yang tidal menyenangkan ,dan perasaan aprehensif bahwa sesuatu yang buruk akan

terjadi.

b. Penyebab Kecemasan

Menurut Andaners (Stuart, 2013) terdapat tiga faktor penyebab terjadinya

kecemasan, yaitu:

1. Faktor biologis/fisiologis, berupa ancaman Faktor biologis/fisiologis,

berupa ancaman yang mengancam akankebutuhan sehari-hari seperti

kekurangan makanan, minuman, perlindungan dan keamanan. Otak

mengandung reseptor khusus untuk benzodiazepine, obat-obatan yang

meningkatkan neuroregulator inhibisi asam gamaaminobutirat (GABA),

yang berperan penting dalam mekanisme terjadinya kecemasan. selain itu

riwayat keluarga mengalami kecemasan memiliki efek sebagai faktor

predisposisi kecemasan.

2. Faktor psikososial, yaitu ancaman terhadap konsep diri, kehilangan

benda/orang berharga dan perubahan status social/ ekonomi.

3. Faktor perkembangan, yaitu ancaman yang menghadapi sesuai usia

perkembangan, yaitu pada masa bayi, masa remaja dan masa dewasa.

c. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Respon Kecemasan


Menurut Hawari Dadang (2017), faktor-faktor yang mempengaruhi

kecemasan individu antara lain :

1) Jenis Kelamin

Gangguan panik merupakan suatu gangguan cemas yang ditandai oleh

kecemasan yang spontan dan episodik.Gangguan ini lebih sering dialami oleh wanita

daripada pria.

2) Lingkungan

Seseorang yang berada di lingkungan asing ternyata lebih mudah mengalami

kecemasan dibanding bila dia berada di lingkungan yang biasa dia tempati.

3) Pengalaman

Pengalaman masa lalu individu dalam menghadapi kecemasan dapat

mempengaruhi individu ketika menghadapi stressor yang sama karena individu

memiliki kemampuan beradaptasi atau mekanisme koping yang lebih baik, sehingga

tingkat kecemasan pun akan berbeda dan dapat menunjukkan tingkat kecemasan yang

lebih ringan.

4) Pendidikan

Tingkat pendidikan yang rendah akan menyebabkan orang tersebut mudah

mengalami kecemasan. Tingkat pendidikan seseorang atau individu akan berpengaruh

terhadap kemampuan berpikir, semakin tinggi tingkat pendidikan akan semakin

mudah berfikir rasional dan menangkap informasi baru termasuk dalam menguraikan

masalah yang baru.

5) Umur
Seseorang yang mempunyai umur lebih muda ternyata lebih mudah

mengalami gangguan akibat kecemasan dari pada seseorang yang lebih tua, tetapi ada

juga yang berpendapat sebaliknya.

d. Patofisiologi Kecemasan

Sistem syaraf pusat menerima suatu persepsi ancaman.Persepsi ini timbul akibat

adanya rangsangan dari luar dan dalam yang berupa pengalaman masa lalu dan faktor

genetik. Kemudian rangsangan dipersepsi oleh panca indra, diteruskan dan direspon

oleh sistem syaraf pusat melibatkan jalur cortex cerebri – limbic system – reticular

activating system – hypothalamus yang memberikan impuls kepada kelenjar hipofise

untuk mensekresi mediator hormonal terhadap target organ yaitu kelenjar adrenal

yang kemudian memicu saraf otonom melalui mediator hormonal yang lain (Owen,

2016).

e. Jenis-Jenis Kecemasan

Kecemasan merupakan suatu perubahan suasana hati, perubahan di dalam

dirinya sendiri yang timbul dari dalam tanpa adanya rangsangan dari luar. Ada tiga

jenis kecemasan menurut Hawari Dadang (2017) yaitu :

1) Kecemasan Rasional, merupakan suatu ketakutan akibat adanya objek yang

memang mengancam, misalnya ketika menunggu hasil ujian. Ketakutan ini dianggap

sebagai suatu unsur pokok normal dari mekanisme pertahanan dasariah kita.

2) Kecemasan Irasional, yang berarti bahwa mereka mengalami emosi ini di

bawah keadaan-keadaan spesifik yang biasanya tidak dipandang mengancam.


3) Kecemasan Fundamental, Kecemasan fundamental merupakan suatu

pertanyaan tentang siapa dirinya, untuk apa hidupnya dan akan kemanakah kelak

hidupnya berlanjut. Kecemasan ini disebut sebagai kecemasan eksistensial yang

mempunyai peran fundamental bagi kehidupan manusia.

f. Rentang Respon Kecemasan

Menurut Sundeen dan Stuart (2013), respon rentang kecemasan yaitu respon

tentang sehat-sakit yang dapat dipakai untuk menggambarkan respon tentang sehat-

sakityang dapat dipakai untuk menggambarkan respon adaptif-maladaptif pada

kecemasan yang dapat digunakan sebagai berikut:


DAFTAR PUSTAKA

Marsia Resmita dan Elis Anggeria.2019. Hubungan Dukungan Keluarga Dengan

Kecemasan Pasien Gagal Ginjal Kronik Di Ruang Hemodialisa Rumah Sakit

Royal Prima Medan.Jurnal Keperawatan Priority. Vol. 2, No. 1

RSUD Bahteramas.2016, 2017, 2018, 2019.

Sahmad, Herlina Ode Unga, dkk.2019. Hubungan Dukungan Keluarga Dengan

Kepatuhan Pasien Gagal Ginjal Kronik Dalam Menjalani Terapi Hemodialisa

Di Sulawesi Tenggara.Jurnal Keperawatan. Vol 02/ No. 03.

Wiwin Wiarsih dan Rita Melianna.2019. Hubungan Kepatuhan Pembatasan Cairan

Terhadap Terjadinya Overload Pada Pasien Gagal Ginjal Kronik Post

Hemodialisa Di Rumah Sakit Umum Pusat Fatmawati.Jurnal Ilmiah

Keperawatan Ortopedi. Vol. 3, No. 1.

Anda mungkin juga menyukai