L
DENGAN DIAGNOSA GAGAL GINJAL KRONIK DI RUANG
HEMODIALISA RSD GUNUNG JATI CIREBON
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
dan ireversibel atau tidak dapat di rubah, dimana tubuh kurang mampu
dapat menyebabkan uremia (retensi urea dan sampah nitrogen lain dalam darah).
ginjal kronik. Akibat dari uremia yaitu terjadinya mual, apatis, kelemahan dan
keletihan (Smeltzer & Barre, 2015; Lemone, Burke, & Bauldoff, 2016).
dari 813.000 di tahun 2000 dan bertambah menjadi 1,3 Juta pada tahun 2019.
Menurut Indonesian Renal Registry (IRR) (2018) jumlah pasien penyakit gagal
ginjal kronik yang harus menjalani hemodialisa di Indonesia sebanyak 66.433 dan
pasien aktif hemodialisa 132.142 (Indonesia Renal Registry, 2018). Menurut data
dari laporan provinsi Jawa Barat menjelaskan bahwa penderita gagal ginjal kronik
di Jawa Barat pada tahun 2018 mencapai 52.511 (Kemenkes RI, 2018).
Penyakit gagal ginjal kronik memiliki 5 stadium, dimana kondisi tersebut
kondisi dimana ginjal sudah hampir tidak berfungsi atau bahkan tidak berfungsi
pengganti ginjal jangka panjang. Salah satu terapi pengganti ginjal yaitu
sisa atau limbah dalam darah. Pasien yang terindikasi mengalami ketidaknormalan
Urea Nitrogen (BUN) dan kosentrasi kreatinin. Pasien yang menjalani terapi
hemodialisa biasanya dijadwalkan 2-3 kali dalam seminggu dengan durasi 3-5
jam. Terapi ini harus terus dilakukan sampai pasien mendapatkan ginjal baru
waktu perawatan selama 12-15 jam setiap minggunya. Pada pasien yang
menjalani hemodialisa dalam jangka panjang mempunyai resiko yang lebih tinggi
pada pasien hemodialisa yaitu seperti hipotensi, emboli udara, nyeri dada,
menimbulkan stress fisik pada pasien. Kelelahan atau juga bisa disebut fatigue
merupakan keluhan utama yang dirasakan pada pasien hemodialisa. Hal ini dapat
ditimbulkan oleh beberapa hal diantaranya yaitu, pasien akan merasakan
kelelahan, sakit kepala dan keluar keringat dingin akibat tekanan darah yang
menurun. Selain itu juga kadar oksigen rendah karena anemia yang akan
pasien mengalami kelemahan otot. Faktor demografi, meliputi gaya hidup yang
mencangkup kebiasaan yang kurang baik dan kurangnya latihan fisik sehingga
kronik yang menjalani hemodialisa. Oleh karena itu kami tertarik untuk
melakukan asuhan keperawatan pada pasien gagal ginjal kronik yang menjalan
B. Rumusan Masalah
dan ireversibel atau tidak dapat diubah, dimana tubuh kurang mampu
ginjal kronik sendiri memiliki tingkatan, dimana tingkatan yang paling berat itu
ada pada stadium 5, pada kondisi ini ginjal hampir tidak berfungsi, oleh karena itu
membutuhkan terapi ginjal yaitu hemodialisa. Proses terapi hemodialisa
gambaran kejadian asuhan keperawatan pada pasien gagal ginjal kronik yang
penelitian ini adalah “bagaimana asuhan keperawatan pada pasien gagal ginjal
C. Tujuan
1. Tujuan Umum
keperawatan pada pasien gagal ginjal kronik yang menjalani hemodialisa di RSD
Tujuan Khusus
ginjal kronik yang menjalani hemodialisa di RSD Gunung Jati Kota Cirebon.
e. Melakukan implementasi asuhan keperawatan klien dengan gagal
ginjal kronik yang menjalani hemodialisa di RSD Gunung Jati Kota Cirebon.
D. Manfaat
pasien gagal ginjal kronik yang menjalani hemodialisa, serta dapat memberikan
masukan bagi perawat/rumah sakit untuk mengkaji atau mengenali tanda dan
kronik yang menjalani hemodialisa. hal ini diharapkan dapat memicu institusi
lebih lanjut tentang kejadian komplikasi lain pada pasien gagal ginjal kronik yang
menjalani hemodialisa.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
toxic uremic, hal ini menyebabkan ginjal tidak dapat memenuhi kebutuhan seperti
Gagal ginjal kronik atau juga bisa disebut penyakit renal tahap akhir
cairan dan elektrolit yang menyebabkan uremia (retensi urea dan sampah nitrogen
lain dalam darah) yaitu adanya urea atau produk buangan nitrogen lain dalam
jumlah berlebih yang ada dalam darah. Penurunan fungsi ginjal progresif
mengarah pada penyakit tahap akhir juga kematian (Smeltzer & Barre, 2015).
dalam beberapa bulan atau tahun. Penyakit gagal ginjal kronis didefinisikan
sebagai kerusakan ginjal atau penurunan Glomerular Filtration Rate (GFR) kurang
dari 2 60ml/min1,73 selama minimal 3 bulan (Infodatin Pusat Data dan Informasi
ginjal kronik itu yang sering adalah diabetes melitus dan hipertensi selain itu, ada
beberapa penyebab lainya dari gagal ginjal kronis yaitu penyakit glomerular
kemih, penyakit kolagen dan obat-obatan nefrotoksik (Prabowo & Pranata, 2014)
kehilangan bertahap fungsi ginjal. Oleh karena GFR total menurun dan klirens
sejumlah besar urine encer dapat keluar, yang membuat klien rentan terhadap
Oleh karena gagal ginjal berkembang dan jumlah nefron yang berfungsi
menurun, GFR total menurun lebih jauh. Dengan demikian tubuh menjadi tidak
mampu membebaskan diri dari kelebihan air, garam, dan produksi sisa lainya
melalui ginjal. Ketika GFR kurang dari 10 sampai 20 ml/menit, efek toksin
uremia pada tubuh menjadi bukti. Jika penyakit tidak diobati dengan dialisis
transplantasi, hasil ESRD adalah uremia dan kematian (Lemone, Burke, &
Bauldoff, 2016).
Tabel 2.1
Stadum Penyakit Gagal Ginjal Kronis
GFR
Stadium Penjelasan
(ml/mnt/1,73m2)
stadium paling awal, renal reverse atau kehilangan daya cadang ginjal mulai
terjadi. Laju Filtrasi Glomerulus (LFG) masih dalam keadaan normal dan
ditandai dengan peningkatan urea dan kreatinin serum. Saat LFG sebesar 60%
masih belum merasakan keluhan apapun, hanya peningkatan kadar urea dan
kreatinin serum.
nokturia, badan terasa lemah, mual, pengurangan nafsu makan dan menurunya
berat badan mulai terasa. Ketika LFG mencapai <30% dapat terlihat tanda dan
gejala uremia nyata, seperti anemia, peningkatan tekanan darah, mual dan lainya,
dan saat LFG berada pada presentase 15% terjadi gejala dan komplikasi serius
Menurut Siregar, (2020) Masalah yang disebabkan oleh penumpukan sisa hasil
metabolisme yang tidak dapat dikeluarkan tubuh dan produksi hormon yang tidak
area jaringan
d. Komplikasi neurologis dan psikiatrik disebabkan oleh penumpukan
berikut:
Pemeriksaan urin terdiri dari analisa kimia untuk mendeteksi protein, kreatinin,
gula dan juga keton.untuk melihat bentuk dan struktur ginjal dan mengidentifikasi
sistem perkemihan.
g. Pemindaian ultrasound
h. Biokimiawi, pemeriksaan utama dari analisa fungsi ginjal yaitu
ureum dan kreatinin plasma, pemeriksaan kadar elektrolit juga perlu dilakukan
kinerja ginjal.
pada ginjal, atau ada maupun tidak adanya perdarahan aktif akibat inflamasi pada
ginjal. Pada klien yang mengalami gagal ginjal biasanya akan menunjukan adanya
obstuksi pada ginjal. Selain itu, ukuran dari ginjal juga akan terlihat
(2014) yaitu:
menyajikan makanan yang menarik sesuai dengan anjuran diet yang diberikan.
kejang/kram pada lengan dan area abdomen, hiperkalemia dapat di atasi dengan
dilakukan dialisis.
hipokalsemia.
e. Berikan cairan 500-600 ml atau lebih dan hitung pengeluaran urin
obstruksi.
Pemeriksaan fisik
a. Pernapasan : nafas pendek, dispnea, batuk
b. Makan dan minum : peningkatan berat badan cepat (odema), penurun berat
badan (malnutrisi), anoreksia, mual, muntah, perubahan turgor kulit.
c. Eleminasi : penurunan frekuensi urine, oliguria, anuria
d. Aktifitas dan istirahat : kelelahan, kelemahan otot,penurunan rentang
gerak, kehilangan tonus, malaisie
e. Sirkulasi : riwayat hipertensi nyeri dada, odema jaringan umum (kaki
tangan)
f. Integritas ego : factor stress, perasaan tak berdaya, tak ada kekuatan,
perubahan kepribadian takut.
g. Neurosensori : sakit kepala,penglihatan kabur, keram otot/kejang,
kehilangan memori, penurunan kesadaran
h. Seksualitas : penurunan libido, amenoria, infertilitas
i. Penyuluhan dan pembelajaran : riwayat dalam keluarga, penyakit
polikistik, nefrtis herideter, penggunaan antibiotik,terpejam toksik
j. Keamanan : kulit gatal, pruritis, demam
B. AnalisaData
1. Fase Pre Dialisa
No Data Etiologi Problem
Diagnosa keperawatan
1. Hipervolemia b.d Kelebihan cairan d.d BB naik
DO :
1. Tidak mampu
mempertahankan
aktivitas rutin
2. Tampak lesu
Diagnosa keperawatan:
1. Termoregulasi tidak efektif b.d proses penyakit d.d tampak
menggigil dan berkeringat dingin
2. Keletihan b.d Kondisi fisiologis d.d lemah dan lesu
DO:
Diagnosa keperawatan:
1. Pola nafas tidak efektif b. hambatan upaya nafas d.d
menggunakan alat bantu napas
2. Nausea b.d efek agen farmakologis d.d mual, pucat, lemas
3.
C. Intervensi Keperawatan
1. Pase fre dialisa
No Diagnosa Tujuan Rencana Tindakan Rasional
Keperawat
an
1. Hipervolem Setelah dilakukan tindakan 1x24 Observasi Observasi
jam hipervolemia dapat teratasi 1. Periksa tanda dan 1. Untuk
gejala hipervolemia mengetahui tanda
Indikator IR ER dan gejala
Asupan cairan 2 5 hipervolemia
Output urin 2 5 2. Identifikasi penyebab 2. Untuk
Tekanan darah 2 5 hipervolemia mengetahui
Frekuensi nadi 2 5 penyebab
hipervolemia
Terapeutik Terapeutik
1. Timbang berat badan 1. Untuk
setiap hari pada waktu mengetahui berat
yang sama badan pasien
Edukasi
Edukasi 1. Agar pasien
1. Ajarkan membatasi dapat
asupan cairan menerapkan cara
untuk membatasi
asupan cairan
agar tidak
kelebihan cairan
Kolaborasi
1. Untuk terapi
pengganti ginjal
Kolaborasi pasien
1. Kolaborasi pemberian
continuous renal
replacement therapy
Terapeutik Terapeutik
1. Sesuaikan suhu 1. Agar suhu
lingkungan dengan tubuh pasien
kebutuhan pasien stabil
Edukasi Edukasi
1. Jelaskan cara 1. Agar pasien
pencegahan mengetahui
hipotermia karena cara
terpapar udara pencegahan
dingin hipotermia
Kolaborasi Kolaborasi
1. Kolaborasi 1. Untuk
pemberian meredakan
antipiretik demam
2. Keletihan Setelah dilakukan tindakan 1x24 Observasi Observasi
jam keletihan dapat teratasi 1. Monitor kelelahan fisik 1. Untuk
dan emosional mengetahui
Indikator IR ER kelelahan dan
Tenaga 2 5 emosional pasien
Lesu 2 5
Sakit kepala 2 5 Terapeutik Terapeutik
1. Sediakan lingkungan 1. Agar pasien
nyaman dan rendah nyaman
stimulus
Edukasi Edukasi
1. Anjurkan tirah baring 1. Untuk
mengurangi
keletihan pada
pasien
Kolaborasi
1. Kolaborasi dengan ahli Kolaborasi
gizi tentang cara 1. Agar asupan
meningkatkan asupan makanan pasien
makanan terpenuhi dengan
maksimal dan
pasien
mempunyai
energi lagi
Edukasi Edukasi
1. Anjurkan asupan 1. Agar asupan
cairan 2000ml/hari cairan pasien
terpenuhi
Kolaborasi
1. Kolaborasi pemberian Kolaborasi
bronkodilator 1. Untuk
mengurangi
sesak nafas pada
pasien
2. Nausea Setelah dilakukan tindakan 1x24 Observasi Observasi
jam nausea dapat teratasi 1. Identifikasi faktor 1. Untuk
penyebab mual mengetahui
Indikator IR ER faktor penyebab
Perasaan ingin 2 5 mual
muntah
Pucat 2 5 Terapeutik Terapeutik
Takikardia 2 5 1. Kurangi atau hilangkan 1. Agar pasien
keadaan penyebab mual tidak mual terus
menerus
Edukasi
1. Anjurkan istirahat dan Edukasi
tidur yang cukup 1. Agar pasien
nyaman
Kolaborasi
1. Kolaborasi pemberian Kolaborasi
antiemetic 1. Untuk mengatasi
mual
B. Konsep Hemodialisa
1. Pengertian Hemodialisa
peredaran darah manusia seperti air, natrium, kalium, hydrogen, urea, kreatinin,
asam urat, dan zat-zat lain melalui membran semi permeable sebagai pemisah
darah dan cairan dialisat pada ginjal buatan dimana terjadi proses difusi, osmosis
Hemodialisa berasal dari kata hemo = darah, dan dialisis = pemisahan atau
filtrasi. Hemodialisis adalah suatu metode terapi dialis yang digunakan untuk
mengeluarkan cairan dan produk limbah dari dalam tubuh ketika secara akut
ataupun secara progresif ginjal tidak mampu melaksanakan proses tersebut. Tetapi
pada saar toksin atau zat beracun harus segera dikeluarkan untuk mencegah
sebagian dari fungsi ekskresi ginjal. Hemodialisis dilakukan pada penderita PGK
stadium V dan pada pasien dengan AKI (Acute Kidney Injury) yang memerlukan
2. Tujuan Hemodialisa
terakumulasi dalam sirkulasi klien dan dikeluarkan ke dalam mesin dialisis. Pada
kerusakan organ-organ vital lainnya akibat akumulasi zat toksik dalam sirkulasi,
ginjal secara permanen. Klien GGK biasanya harus menjalani terapi dialiss
sepanjang hidupnya (biasanya tiga kali seminggu selama paling sedikit 3 atau 4
jam perkali terapi) atau sampai mendapat ginjal baru melalui transplantasi ginjal
3. Indikasi hemodialisa
a. Kegawatan ginjal
mmol/l )
5) Asidosis berat ( pH <7,1 atau bikarbonat <12 meq/l)
7) Ensefalopati uremikum
8) Neuropati/miopati uremikum
9) Perikarditis uremikum
11) Hipertermia
membran dialysis.
mesin hemodialisis. Menurut K/DOQI dialisis dimulai jika GFR <15 ml/mnt.
Keadaan pasien yang mempunyai GFR <15ml/menit tidak selalu sama, sehingga
dialisis dianggap baru perlu dimulai jika dijumpai salah satu dari hal tersebut di
Seperti pada ginjal, ada tiga prinsip yang mendasari kerja hemodialisis,
jumlah zat dan air yang berpindah. Pada saat dialisis, pasien, dialiser dan
berbagai komplikasi yang dapat terjadi, misalnya: emboli udara, ultrafiltrasi yang
kontaminasi, dan komplikasi terbentuknya pirau atau fistula (Mutaqin & Sari,
2011)
6. Komplikasi
fungsi ginjal. Tindakan ini rutin dilakukan pada penderita penyakit ginjal kronik
(PGK) stadium V atau gagal ginjal kronik (GGK). Walaupun tindakan HD saat ini
mengalami perkembangan yang cukup pesat, namun masih banyak penderita yang
mengalami masalah medis saat menjalani HD. Komplikasi yang sering terjadi
pada penderita yang menjalani HD adalah gangguan hemodinamik. Tekanan
reguler. Namun sekitar 5-15% dari pasien HD tekanan darahnya justru meningkat.
berlangsung. Komplikasi yang sering terjadi adalah: hipotensi, kram otot, mual
muntah, sakit kepala, sakit dada, sakit punggung, gatal, demam, dan menggigil
(Daurgirdas et al., 2007; Bieber dan Himmelfarb, 2013). Komplikasi yang cukup
saat HD atau HID. Komplikasi yang jarang terjadi adalah sindrom disekuilibrium,
hemodialisis kronik. Komplikasi kronik yang sering terjadi dapat dilihat pada
a. Penyakit jantung
b. Malnutrisi
d. Anemia
e. Renal osteodystrophy
f. Neurophaty
g. Disfungsi reproduksi
i. Gangguan perdarahan
j. Infeksi
k. Amiloidosis
7. Diagnosa Keperawatan
urine
e. Risiko tinggi infeksi b.d adanya pintu masuk kuman respons sekunder
pertama kali
a. Pengkajian Anamnesis
praprosedur
kali divonis untuk cuci darah dapat memepengaruhi pelaksanaan. Peran perawat
sangat penting untuk membantu pasien dalam mencari mekanisme koping yang
positif. Prosedu kecemasan merupakan hal yang paling sering dialami pasien yang
penjelasan yang ringkas dan mudah dimengerti agar bisa menurunkan kecemasan
pasien.
4) Kaji pengetahuan pasien tentang prosedur hemodialysis
pengetahuannya.
informed consent
memastikan agar kadar obat ini dalam darah dan jaringan dapat dipertahankan
tanpa menimbulkan akumulasi toksis. Beberapa obat akan dikeluarkan dari darah
pada saat dialisis, oleh karena itu penyesuaian dosis oleh dokter mungkin
diperlukan. Obat-obat yang terikat dengan protein tidak akan dikeluarkan selama
dialisis. Pengeluaran metabolit obat yang lain bergantung pada berat dan ukuran
molekulnya. Apabila seorang pasien menjalani dialisis, semua jenis obat dan
merupakan bagian dari susunan terapi dialisis meruapakan salah satu contih
berbeda. Pasien harus mengetahui kapan minum obat dan kapan menundanya.
Sebagai contoh, jika obat antihipertensi diminum pada pagi hari yang sama
b. Pemeriksaan fisik
tekanan darah biasanya diatas rentang normal. Kondisi ini harus diukur pada saat
dwi lumen atau multi lumen dimasukkan ke dalam vena subklavia. Meskipun
metode akses vaskular ini memiliki risiko misalnya dapat menyebabkan cedera
aliran darah yang tidak adekuar. Namun metode tersebut biasanya dapat
membaik, atau terdapat cara akses lain. Oleh karena mayoritas pasien
hemodialisis jangka panjang yang harus dirawat dirumah sakit merupakan pasien
dengan kegagalan akses sirkulasi yang permanen, maka salah satu prioritas dalam
tersebut.
menyambung pembuluh arteri dengan vena secara dihubungkan antar sisi atau
digunakan. Waktu ini diperlukan untuk memberikan kesempatan agar fistula pulih
dn segmen vena fistula berdilatasi dengan baik sehingga dapat menerima jarum
pembuluh darah agar cukup aliran darah yang akan mengalir melalui dialiser.
Segmen arteri fistula digunakan untuk aliran darah arteri dan segmen vena
digunakan untuk memasukan kembali reinfus darah yang sudah didialisis. Untuk
menampung aliran darah ini, segmen arteri vena fistula tersebut harus lebih besar
guna meningkatkan ukuran pembuluh darah yaitu dengan meremas remas bola
karet untuk melatih fistula yang dibuar dilengan bawah sehingga pembuluh darah
yang sudah lebar dapat menerima jarum berukuran besar yang digunakand alam
proses hemodialisis.
c) Shunt/ Tandur
dialisis, sebuah tandur dapat dibuat dengan cara menjahit sepotong pembuluh
arteri atau vena dari sapi, materia; gore tex (heterografi) atau tandur vena safena
dari pasien sendiri. Biasanya tandur tersebut dibuat bila pembuluh darah pasien
tidak cocok untuk dijadikan fistula. Tandur biasanya dipasang pada lengan bawah,
lengan atas atau paha bagian atas. Pasien dengan sistem vaskular yang terganggu
c. Pengkajian penunjang
elektrolit.
serum hati
9. Perawatan Hemodialisa
1) Persiapan mesin
2) Langkah-langkah
c) Hubungkan uung putih VBL dengan GB ujung biru, ujung biru VBL
diatas
khusus
h) Tutup semua klem yang ada pada slang ABL, VBL, 9untuk hubungan
k) Udara yang ada dalam GB harus hilang sampai bebas udara degan
p) Ganti kolf NaCl dengan baru yang telah diberi heparin 500 U dan
TINJAUAN KASUS
A. IdentitasPasien
1. Nama : Ny.L
2. Umur : 62 Tahun
3. Nomor RM : 867446
4. Suku Bangsa : Indonesia
5. Agama : Kristen
6. Pekerjaan :IRT
7. Alamat :Kepilang Raya
8. Status Perkawinan :Menikah
9. Tanggal Masuk : Rabu, 06 Desember 2023
10.Diagnosa medis :CKD on HD
11.Sumber Info :Pasien
2. Dialisis
a. Dialisis ke 33 kali
b. Dializer:
1) Baru: √
2) Re – Use........kali
c. Jenis dialisat: Bikarbonat
3. PemeriksaanFisik
Kenaikn BB
interdialisis 2.7 kg
IDWG = BB pre HD1 – BB post HD1 x 100 %
BB pre HD1
= 44.20 – 41.50 x 100%
44.20
= 2.7 x 100%
44.20
= 6.1 %
F. AnalisaData
1. Fase Pre Dialisa
No Data Etiologi Problem
Diagnosakeperawatan
2. Hipervolemia berhubungan dengan Kelebihan cairan ditandai
dengan BB sebelum HD 44,2 kg, BB setelah HD sebelumnya
41,50 kg, penambahan BB yaitu 2.7 kg, IDWG 6.1 %
Diagnosa keperawatan:
3. Termoregulasi tidak efektif berhubungan dengan proses penyakit
ditandai dengan pasien tampak menggigil dan berkeringat
dingin, suhu 38c
4. Keletihan berhubungan dengan kondisi fisiologis ditandai
dengan pasien tampak lemah dan lesu
G. Intervensi Keperawatan
1. Pase fre dialisa
No Diagnosa Tujuan Rencana Tindakan Rasional
Keperawata
n
1. Hipervolemi Setelah dilakukan tindakan Observasi Observasi
a 1x24 jam hipervolemia dapat 3. Periksa tanda dan 3. Untuk
teratasi gejala hipervolemia mengetahui tanda
dan gejala
Indikator IR ER hipervolemia
Berat badan 2 5 4. Identifikasi penyebab 4. Untuk
Haluaran urin 2 5 hipervolemia mengetahui
Tekanan darah 2 5 penyebab
Frekuensi nadi 2 5 hipervolemia
Terapeutik Terapeutik
2. Timbang berat badan 2. Untuk
setiap hari pada waktu mengetahui berat
yang sama badan pasien
Edukasi
Edukasi 2. Agar pasien
2. Ajarkan membatasi dapat
asupan cairan menerapkan cara
untuk membatasi
asupan cairan
agar tidak
kelebihan cairan
Kolaborasi
2. Untuk terapi
pengganti ginjal
Kolaborasi pasien
2. Kolaborasi pemberian
continuous renal
replacement therapy
Terapeutik Terapeutik
2. Sesuaikan suhu 2. Agar suhu
lingkungan dengan tubuh pasien
kebutuhan pasien stabil
Edukasi Edukasi
2. Jelaskan cara 2. Agar pasien
pencegahan mengetahui
hipotermia karena cara
terpapar udara pencegahan
dingin hipotermia
Kolaborasi Kolaborasi
2. Kolaborasi 2. Untuk
pemberian meredakan
antipiretik demam
2. Keletihan Setelah dilakukan tindakan 1x24 Observasi Observasi
jam keletihan dapat teratasi 2. Monitor kelelahan fisik 2. Untuk
dan emosional mengetahui
Indikator IR ER kelelahan dan
Tenaga 2 5 emosional pasien
Lesu 2 5
Lelah 2 5 Terapeutik Terapeutik
Sakit kepala 2 5 2. Sediakan lingkungan 2. Agar pasien
nyaman dan rendah nyaman
stimulus
Edukasi Edukasi
2. Anjurkan tirah baring 2. Untuk
mengurangi
keletihan pada
pasien
Kolaborasi
2. Kolaborasi dengan ahli Kolaborasi
gizi tentang cara 2. Agar asupan
meningkatkan asupan makanan pasien
makanan terpenuhi dengan
maksimal dan
pasien
mempunyai
energi lagi
2. Mengidentifikas
penyebab hipervolemia
R/S:
a. Pasien mengatakan sering
merasa haus dan banyak
minum
R/O:
a. Intake input 850 cc/hari,
intake output 400 cc/hari
R/O:
a. BB sebelum HD 44,2 kg,
BB sesudah HD 41,50 kg.
Diagnosa: Termoregulasi tidak efektif dan keletihan
Hari/Tanggal Jam Implementasi Evaluasi Paraf
3. Berkolaborasi peberian
PCT
R/S: -
R/O:
a. 37,4oc
3. Menganjurkan tirah
baring
R/S:
a. Pasien mengatakan
nyaman pada saat
bebaring
R/O:
a. Pasien tampak nyaman
PEMBAHASAN
dengan diagnosa medis gagal ginjal kronik di ruang hemodialisa RSD Gunung
Jati Cirebon, maka dalam bab ini penulis akan membahas kesenjangan teori dan
sebagai berikut:
A. Analisi Pengkajian
keperawatan klien, baik fisik, mental, sosial dan lingkungan. Pengkajian yang
Pada kasus ini diagnosa medis Ny. L yaitu Gagal ginjal kronik atau dapat
disingkat GGK. Gagal ginjal kronik adalah penurunan progresif fungsi ginjal
dalam beberapa bulan atau tahun. Penyakit gagal ginjal kronis didefinisikan
sebagai kerusakan ginjal atau penurunan Glomerular Filtration Rate (GFR) kurang
dari 2 60ml/min1,73 selama minimal 3 bulan (Infodatin Pusat Data dan Informasi
Kementrian Kesehatan RI, 2017). Gagal ginjal kronik sering kali menjadi
Penyebab dari gagal ginjal kronik adalah diabetes melitus dan hipertensi selain
itu, ada beberapa penyebab lainya dari gagal ginjal kronis yaitu penyakit
kehilangan bertahap fungsi ginjal. Oleh karena GFR total menurun dan klirens
dan jumlah nefron yang berfungsi menurun, GFR total menurun lebih jauh.
Dengan demikian tubuh menjadi tidak mampu membebaskan diri dari kelebihan
air, garam, dan produksi sisa lainya melalui ginjal. Ketika GFR kurang dari 10
sampai 20 ml/menit, efek toksin uremia pada tubuh menjadi bukti. Jika penyakit
tidak diobati dengan dialisis transplantasi, hasil ESRD adalah uremia dan
stadium paling awal yaitu saat Laju Filtrasi Glomerulus (LFG) masih dalam
keadaan normal dan meningkat atau sebesar 60% pasien masih belum merasakan
keluhan apapun, hanya peningkatan kadar urea dan kreatinin serum. Sedangkan
jika laju filtrasi glomerulus sebesar 30% maka keluhan yang muncul seperti
nokturia, badan terasa lemah, mual, pengurangan nafsu makan dan menurunya
berat badan mulai terasa dan ketika LFG mencapai <30% dapat terlihat tanda dan
gejala uremia nyata, seperti anemia, peningkatan tekanan darah, mual dan lainya,
dan saat LFG berada pada presentase 15% terjadi gejala dan komplikasi serius
Pada tanggal 6 Desember 2023 pukul 07.00 WIB, pasien diantar oleh
suami untuk melakukan hemodialisa yang sudah dijadwalkan setiap hari rabu dan
sabtu, pada saat dirumah pasien mengatakan merasakan pusing, vertigo, pundak
sakit, sesak nafas jika pasien melakukan aktivitas yang berlebihan, nyeri dirasakan
hilang timbul, nyeri pada saat aktivitas, nyeri tidak menyebar, skala nyeri 4 dari
(0-10). Pasien memiliki riwayat penyakit hipertensi dan juga sebelum didiagnosa
GGK pola kehidupan yang kurang sehat, pasien sering mengkonsumsi makanan
yang tidak sehat seperti frozen foot, makanan yang banyak mengandung lemak,
minum minuman berasa dan bersoda dan banyak lain sebagainya. Pasien juga
belum bisa mengontrol rasa hausnya sehingga masih belum bisa menyesuaikan
hasil pengkajian pre dialisa diperoleh data subjektif pasien mengatakan merasa
lemah dan lemas, pasien mengatakan sering merasa haus dan banyak minum.
sebelumnya 41.50 kg, Penambahan BB yaitu 2.7 kg , IDWG 6.1 %, Intake 850
cc/hari, output 400 cc/hari, BAK sedikit. TD= 104/50 mmHg ;RR=
merasa dingin, pasien mengatakan badannya lemas. Sedangkan data objektif yaitu
pasien tampak menggigil, pasien tampak berkeringat dingin, pasien tampak pucat,
suhu 38C, pasien tampak lesu, pasien tampak tidur terus menerus, pasien tampak
lemah.
sesak nafas, merasakan mual dan ingin muntah. Sedangkan data objektif yang
didapat yaitu pola napas tidak teratur, pasien menggunakan nasal kanul, pasien
tampak sesak nafas, pasien tampak pucat, pasien tampak lemas TD 130/70 mmhg,
Berdasarkan data yang ada secara spesifik tidak ada kesenjangan atara
kasus pasien Ny.L dengan teori yang telah dikemukakan oleh beberapa referensi
atau respon individu, keluarga, atau komunitas pada masalah kesehatan, pada
merupakan bagian vital dalam menentukan asuhan keperawatan yang sesuai yang
membantu klien mencapai kesehatan yang optimal (SDKI, 2017). Pada asuhan
keperawatan kasus Ny. L diagnosa keperawatan yang muncul dibagi menjadi tiga
diagnosa keperawatan yaitu pre dialisa, intra dialisa dan post dialisa. Diagnosa
Pada kasus Ny. L diagnosa utama dan prioritas yang harus segera ditangani
oleh gagal ginjal kronik. Gejala dan tanda mayor pada hipervolemia yaitu terjadi
edema perifer, berat badan meningkat dalam waktu singkat, JVP dan CVP
hb/ht turun, oliguria, intake lebih banyak dari output, kongesti paru.
Pada diagnosa actual, tanda dan gejala mayor maupun minor dapat ditemukan dan
yang signifikan antara kasus Ny. L dengan teori yang ditemukan oleh beberapa
yaitu 2.7 kg, IDWG 6.1 %, Intake 850 cc/hari, output 400 cc/hari, BAK sedikit.
ditandai dengan pasien tampak menggigil dan berkeringat dingin, suhu 38c.
tidak efektif. Menurut PPNI (2017) Termoregulasi tidak efektif adalah kegagalan
untuk mempertahankan suhu tubuh dalam rentang normal. Banyak faktor yang
ketidakadekuatan suplai lemak subkutan, berat badan ekstrem, dan efek agen
farmakologis. Gejala dan tanda mayor yaitu kulit dingin/hangat, menggigil, dan
suhu tubuh fluktuatif. Sedangkan gejala dan tanda minor yaitu piloereksi,
pengisian kapiler >3 detik, tekanan darah meningkat, pucat, frekuensi napas
Pada Ny. L tanda dan gejala yang muncul adalah pasien mengatakan
pasien tampak pucat, dan suhu tubuh 38C. berdasarkan data yang ada secara
spesifik tidak ada kesenjangan dan adanya kesamaan antara kasus Ny.L dengan
PPNI, (2017) Keletihan adalah penurunan kapasitas kerja fisik dan mental yang
keletihan yaitu gangguan suhu, gaya hidup monoton, kondisi fisiologis, perawatan
atau pengobatan jangka panjang, peristiwa hidup negatif, stress yang berlebih dan
depresi. Gejala dan tanda mayor keletihan yaitu merasa energi tidak pulih
walaupun telah tidur, merasa kurang tenaga, mengeluh lelah, tidak mampu
mempertahankan aktifitas rutin, tampak lesu. Sedangkan gejala dan tanda minor
keletihan yaitu merasa bersalah akibat tidak mampu menjalankan tanggung jawab,
Pada Ny. L tanda dan gejala yang muncul adalah pasien mengatakan
badannya lemas, pasien tampak lesu, pasien tampak tidur terus menerus dan
pasien tampak lemah. Berdasarkan data yang ada secara spesifik tidak ada
kesenjangan dan adanya kesamaan antara kasus Ny.L dengan teori yang
efektif. Menurut PPNI (2017) pola napas tidak efektif adalah inspirasi dan/ atau
mengakibatkan terjadinya pola napas tidak efektif yaitu depresi pusat pernapasan,
diagfragma, cedera pada medulla spinalis, efek agen farmakologis dan kecemasan.
Gejala dan tanda mayor pola napas tidak efektif adalah dyspnea, penggunaan otot
bantu pernapasan, fase ekspirasi memanjang dan pola napas abnormal. Sedangkan
gejala dan tanda minor yaitu ortopnea, pernapasan pursed lip, pernapasan cuping
Pada Ny. L tanda dan gejala yang muncul adalah pasien mengatakan sesak
nafas, pola napas tidak teratur, pasien menggunakan nasal kanul, pasien tampak
sesak nafas, pasien tampak pucat, pasien tampak lemas TD 130/70 mmhg, S:
37,8C, N: 108x/menit, RR: 26x/menit. Berdasarkan data yang ada secara spesifik
tidak ada kesenjangan dan adanya kesamaan antara kasus Ny.L dengan teori yang
PPNI (2017) Nausea adalah perasaan tidak nyaman pada bagian belakang
perjalanan, kehamilan, aroma tidak sedap, rasa makanan/ minuman yang tidak
farmakologis dan efek agen toksin. Gejala dan tanda mayor nausea yaitu
mengeluh mual, merasa ingin muntah dan tidak berminat makan. Sedangkan
gejala dan tanda minor yaitu merasa asam dimulut, sensasi panas/dingin, sering
Pada Ny. L tanda dan gejala yang muncul adalah pasien mengatakan
merasakan mual dan ingin muntah, pasien tampak pucat dan pasien tampak lemas.
Berdasarkan data yang ada secara spesifik tidak ada kesenjangan dan adanya
kesamaan antara kasus Ny.L dengan teori yang dikemukaan oleh beberapa
referensi.
C. Analisis Intevensi
perawat yang didasarkan pada pengetahuan dan penilaian klinis untuk mencapai
peningkatan, pencegahan, dan pemulihan klien individu, keluarga dan komunitas
(PPNI, 2018). Pada kasus ini penulis memberikan tindakan sebagai berikut:
menurunkan tingkat edema dan dehidrasi serta dapat memperbaiki kadar tekanan
darah, denyut nadi, tekanan arteri, membran mukosa, mata cekung, turgor kulit
secara ketat dan monitor efek samping diuretik. Teraupetik: timbang berat badan
setiap hari pada waktu yang sama, batasi asupan cairan dan garam dan tinggikan
kepala tempat tidur 30-40. Edukasi anjurkan melaporkan jika halusan urine <0,5
ml/kg/jam dalam 6 jam, anjurkan melapor jika BB bertambah >1 kg dalam 1 hari,
ajarkan cara mengukur dan mencatat asupan dan halusan cairan dan ajarkan cara
saat dilakukan pengkajian pada saat itu, perawat mengharapkan apa yang
diinginkan dan dilakukan sesuai dengan tujuan perawat dan memberikan hasil
sesuai dengan rencana tindakan dan pada saat itu dengan tindakan memeriksa
tanda dan gejala hipervolemia yang bertujuan untuk mengetahui tanda dan gejala
timbang berat badan setiap hari pada waktu yang sama bertujuan untuk memantau
fungsi ginjal dalam membuang zat hasil metabolism dan zat toksik yang tidak
dibutuhkan tubuh.
melihat kondisi pasien, secara spesifik tidak ada kesenjangan dan adanya
kesamaan antara kasus Ny.L dengan teori tindakan keperawatan yang dikemukaan
ditandai dengan pasien tampak menggigil dan berkeringat dingin, suhu 38c
Diagnosa yang kedua yaitu termoregulasi tidak efektif. Menurut PPNI
suhu sampai stabil, monitor suhu tubuh setiap 2 jam, monitor tekanan darah,
frekuensi napas dan nadi, monitor warna kulit dan suhu kulit, monitor dan catat
tanda dan gejala hipotermia atau hipertermia. Teraupetik: pasang alat pemantau
suhu kontinu, tingkatkan asupan cairan dan nutrisi yang adekuat, gunakan selimut
hangat dan penghangat ruangan untuk menaikkan suhu tubuh dan sesuaikan suhu
Suhu tubuh membaik, Suhu kulit membaik dan Tekanan darah membaik.
saat dilakukan pengkajian pada saat itu, perawat mengharapkan apa yang
diinginkan dan dilakukan sesuai dengan tujuan perawat dan memberikan hasil
sesuai dengan rencana tindakan dan pada saat itu dengan tindakan monitor
tekanan darah, frekuensi pernafasan dan nadi yang bertujuan untuk memantau
kondisi pasien agar tidak memburuk, monitor dan catat tanda dan gejala
sesuaikan suhu lingkungan dengan kebutuhan pasien dengan harapan suhu pasien
kembali normal, selanjutnya jelaskan cara pencegahan hipotermia karena terpapar
udara dingin untuk menjegah perubahan suhu tubuh yang ekstrim, selanjutnya
tubuh pasien.
melihat kondisi pasien, secara spesifik tidak ada kesenjangan dan adanya
kesamaan antara kasus Ny.L dengan teori tindakan keperawatan yang dikemukaan
monitor pola tidur dan jam tidur, dan monitor lokasi dan ketidaknyamanan selama
stimulus, lakukan latihan rentang gerak pasif atau aktif, berikan aktifitas distraksi
yang menenangkan dan fasilitasi duduk disisi tempat tidur. Edukasi: anjurkan
tirah baring, melakukan aktifitas secara bertahap, menghubungi perawat jika tanda
dan gejala kelelahan tidak berkurang dan ajarkan strategi koping untuk
mengurangi kelelahan. Kolaborasi: dengan ahli gizi tentang cara meningkatkan
asupan makanan.
masalah tingkat keletihan Ny.L teratasi dengan kriteria hasil: Tenaga meningkat,
saat dilakukan pengkajian pada saat itu, perawat mengharapkan apa yang
diinginkan dan dilakukan sesuai dengan tujuan perawat dan memberikan hasil
sesuai dengan rencana tindakan dan pada saat itu dengan tindakan monitor
kelelahan fisik pada pasien, selanjutnya sediakan lingkungan nyaman dan rendah
tirah baring bertujuan untuk mengembalikan energi yang hilang pada pasien,
melihat kondisi pasien, secara spesifik tidak ada kesenjangan dan adanya
kesamaan antara kasus Ny.L dengan teori tindakan keperawatan yang dikemukaan
Diagnosa yang keempat yaitu pola napas tidak efektif. Menurut PPNI
(2018) tujuan diberikannya tindakan keperawatan pola napas tidak efektif adalah
dispnea, penggunaan otot bantu napas, pemanjangan ekspirasi menjadi menurun,
diagnosa keperawatan pola napas tidak efektif yaitu Observasi: monitor pola
kepatenan jalan napas dengan head-tilt dan chin-lift, posisiskan semi fowler atau
lendir kurang dari 15 detik, berikan oksigen. Edukasi: ajnurkan cairan 2000
masalah pola napas Ny.L teratasi dengan kriteria hasil: Dispnea menurun,
napas membaik.
saat dilakukan pengkajian pada saat itu, perawat mengharapkan apa yang
diinginkan dan dilakukan sesuai dengan tujuan perawat dan memberikan hasil
sesuai dengan rencana tindakan dan pada saat itu dengan tindakan monitor pola
monitor bunyi nafas tambahan untuk mengembalikan pola napas pasien menjadi
tetap teratur dan memudahkan pasien menjaga pola napas tetap normal,
melihat kondisi pasien, secara spesifik tidak ada kesenjangan dan adanya
kesamaan antara kasus Ny.L dengan teori tindakan keperawatan yang dikemukaan
muntah, perasaan asam dimulut, sensasi panas, dingin, frekuensi menelan dan
disforesis menurun. Serta keadaan pucat, takikardia dan dilatasi pupil membaik.
dukungan fisik saat muntah, berikan cairan yang mengandung karbonasi minimal
masalah tingkat nausea Ny. L teratasi dengan kriteria hasil: Perasaan ingin muntah
saat dilakukan pengkajian pada saat itu, perawat mengharapkan apa yang
diinginkan dan dilakukan sesuai dengan tujuan perawat dan memberikan hasil
sesuai dengan rencana tindakan dan pada saat itu dengan tindakan identifikasi
faktor penyebab mual yang bertujuan untuk mengurangi rasa mual pasien,
selanjutnya kurangi atau hilangkan keadaan penyebab mual yang bertujuan untuk
mencegah rasa mual bertambah, selanjunya anjurkan istirahat dan tidur yang
melihat kondisi pasien, secara spesifik tidak ada kesenjangan dan adanya
kesamaan antara kasus Ny.L dengan teori tindakan keperawatan yang dikemukaan
A. Kesimpulan
toxic uremic, hal ini menyebabkan ginjal tidak dapat memenuhi kebutuhan seperti
Penyebab dari gagal ginjal kronik itu yang sering adalah diabetes melitus
dan hipertensi selain itu, ada beberapa penyebab lainya dari gagal ginjal kronis
tekanan darah dan berikan tata laksana dialisis atau transplantasi ginjal.
B. Saran
GGK yaitu dengan mengajarkan pasien tentang tanda dan gejala hypervolemia,
setiap hari pada waktu yang sama, mengajarkan membatasi asupan cairan.
DAFTAR PUSTAKA
Infodatin Pusat Data dan Informasi kementrian Kesehatan RI. (2017). situasi
penyakit ginjal kronis.
Lemone, P., Burke, K, M., & Bauldoff, G. (2016). Buku ajar keperawatan
medikal bedah (edisi 5). Jakarta: Buku Kedokteran EGC.
Prabowo, E., & Pranata, A, E. (2014). Buku Ajar Asuhan Keperawatan Sistem
Perkemihan (1st ed.). Yogyakarta: Nuha Medika.
World Health Organization (WHO). (2019). The World Health Organization dari
https://www.who.int/news-room/fact-sheets/detail/the-top-10-causes-of-
death.