Anda di halaman 1dari 18

MAKALAH KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH II

“GAGAL GINJAL KRONIS”

Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah keperawatan medikal
bedah Dosen Pengampu : Syahrir Ramadhan M.Kep

Disusun Oleh :
Cahaya Virda Islamiah: P0712042011
Nur Fajriati: P07120420031

KEMENTRIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA

POLITEKNIK KESEHATAN MATARAM

JURUSAN KEPERAWATAN

PRODI SARJANA TERAPAN PROGRAM PROFESI NERS

TAHUN 2022
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadiran Tuhan Yang Massa Esa yang telah memberikan rahmat dan
hidayahnya kepada kami, sehingga kami dapat menyusun makalah ini Keperawatan Jiwa
ini. Kami juga berterima kasih kepada dosen yang membimbing kami. Makalah ini di
susun untuk memenuhi tugas keperawatan jiwa dan menjelaskan tentang “DEFISIT
KEPERAWATAN DIRI” kepada pembaca. Kami menyadari bahwa masih banyak
kesalahan dan kekurangan dalam makalah ini. Kami meminta maaf dan mengharapkan
keritik dan saran yang membangun dati pembaca agar makalah ini bertambah baik dan
semiga makalh ini bermanfaat bagi kita semua.

Mataram, 2 April 2022

Penyusun

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR .............................................................................................ii

DAFTAR ISI ...........................................................................................................iii

BAB I PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG.......................................................................................1

B. RUMUSAN MASALAH .................................................................................2

C. TUJUAN PENYUSUNAN..............................................................................2

BAB II PEMBAHASAN

A. KONSEP DASAR PENYAKIT .......................................................................4

B. KONSEP DASAR ASUHAN KEPERAWATAN ..........................................10

C. DIAGNOSA KEPERAWATAN .....................................................................11

D. RENCANA TINDAKAN ................................................................................11

E. IMPLEMENTASI.............................................................................................14

F. EVALUASI ......................................................................................................14

BAB III PENUTUP

A. KESIMPULAN ..............................................................................................14

B. SARAN ...........................................................................................................14

iii
BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Gagal ginjal kronik merupakan proses kerusakan ginjal dalam rentang waktu
lebih dari tiga bulan. Pada pasien gagal ginjal kronik akan merasakan keletihan, sakit
kepala serta mengeluarkan keringat dingin akibat dari tekanan darah yang menurun.
Keletihan pada pasien gagal ginjal kronik yaitu masalah keperawatan yang ditandai
dengan adanya kadar oksigen rendah karena anemia. Penelitian ini bertujuan untuk
menganalisis jurnal keperawatan pada pasien gagal ginjal kronik dengan masalah
keperawatan keletihan. Metode dalam penelitian ini adalah metode studi literatur dengan
menggunakan data sekunder hasil penelitian terdahulu. Tujuan dari pemberian
manajemen energi (misalnya latihan relaksasi) yaitu untuk menurunkan tingkat keletihan
pada pasien gagal ginjal kronik. Dari ketiga jurnal keperawatan diperoleh adanya
pengaruh pada tindakan latihan pernapasan atau breathing exercise terhadap pasien
gagal ginjal kronik dengan masalah keperawatan keletihan. Pemberian latihan
pernapasan atau breathing exercise dapat mengatasi masalah keletihan pada pasien
gagal ginjal kronik. Sehingga dapat menghasilkan keluaran klinis yang baik bagi pasien
gagal ginjal kronik dengan masalah keperawatan keletihan (Studi Literatur 91, 1689–1699
(2020).)

Penyakit gagal ginjal termasuk salah satu penyakit ginjal yang paling berbahaya. Penyakit
ginjal tidak menular, namun menyebabkan kematian. Penyakit gagal ginjal dibedakan
menjadi dua, yaitu gagal ginjal akut (GGA) dan gagal ginjal kronik (GGK) (Muhammad,
2012). Penyakit GGK pada stadium akhir disebut dengan End Stage Renal Disease
(ESDR).

Penyakit GGK merupakan masalah kesehatan masyarakat global dengan prevalensi dan
insidensi gagal ginjal yang meningkat, prognosis yang buruk dan biaya yang tinggi
(Word Kidney Day n.d., diakses 7 September 2018). Perawatan penyakit ginjal di
Indonesia merupakan ranking kedua pembiayaan terbesar dari BPJS kesehatan setelah
penyakit jantung (Infodatin, 2017).

1
Menurut data dari Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) tahun 2013 prevalensi GGK
di Indonesia sekitar 0,2%. Prevalensi kelompok umur ≥ 75 tahun dengan 0,6% lebih
tinggi daripada kelompok umur yang lain. Salah satu penanganan yang tepat untuk pasien
GGK adalah terapi pengganti ginjal (Widyastuti, et al., 2014). Tindakan medis pemberian
pelayanan terapi pengganti fungsi ginjal sebagai bagian dari pengobatan pasien gagal
ginjal dalam upaya mempertahankan kualitas hidup yang optimal terdiri dari dialisis
peritoneal dan hemodialisis (HD).

Berdasarkan IRR (Indonesian Renal Registry) tahun 2014 mayoritas layanan yang
diberikan pada fasilitas pelayanan dialisis 2 adalah hemodialisis 82%, layanan CAPD
12,8%, transplantasi 2,6% dan CRRT 2,3% (Infodatin, 2017).

B. RUMUSAN MASALAH
1. Apa yang dimaksud dengan penyakit gangguan ginjal kronis?
2. Apa Epidemiologi penyakit gagal ginjal kronis?
3. Apa komplikasi gagal ginjal kronis?
4. Apa patofisiologi penyakit gagal ginjal kronis?
5. Apa etiologi gagal ginjal kronis??
6. Apa saja tanda dan gejala gagal ginjal kronis?
7. Apa saja tanda-tanda klinis gagal ginjal kronis?
8. Apa saja pemeriksaan penunjang gagal ginjal kronis?
9. Apa saja penaksiran gagal ginjal kronis?
10. Apa saja tindakan penanganan gagal ginjal kronis?

C. TUJUAN
1. Untuk mengetahui penyakit gangguan ginjal kronis
2. Untuk mengetahui Epidemiologi penyakit gagal ginjal kronis
3. Untuk mengetahui komplikasi gagal ginjal kronis
4. Untuk mengetahui patofisiologi penyakit gagal ginjal kronis
5. Untuk mengetahui etiologi gagal ginjal kronis
6. Untuk mengetahui tanda dan gejala gagal ginjal kronis

2
7. Untuk mengetahui tanda-tanda klinis gagal ginjal kronis
8. Untuk mengetahui pemeriksaan penunjang gagal ginjal kronis
9. Untuk mengetahui penaksiran gagal ginjal kronis
10. Untuk mengetahui tindakan penanganan gagal ginjal kronis

3
BAB II
PEMBAHASAN

A. Konsep Dasar Penyakit

1. Pengertian

Gagal ginjal kronik adalah gangguan fungsi ginjal yang menahun dimana kemampuan
tubuh gagal untuk mempertahankan metabolisme dan keseimbangan cairan dan
elektrolit yang menyebabkan uremia atau dikenal dengan retensi urea dan sampah
nitrogen lain dalam darah. Dampak yang terjadi pada penderita Gagal ginjal kronik :
gagal jantung akibat iskemia miokardial, hipertrofi ventrikel kiri, anemia, penyakit tulang.
Desain penelitian kualitatif dengan pendekatan studi kasus. Pengumpulan data
dilakukan dengan wawancara (hasil anamnesa tentang identitas pasien, keluhan utama,
riwayat penyakit sekarang dan dahulu), observasi dan pemeriksaan fisik.

2. Epidemiologi

Jumlah gagal ginjal kronik belakangan ini terus bertambah. Hipertensi serta

diabetes ialah dua penyebab paling awam gagal ginjal kronik, kurang lebih diatas 60% asal

jumlah pasien menurut hasil uji dialisis. Jenis kelamin laki-laki dan wanita jumlahnya

hampir setara terjangkit penyakit ini, jumlah perkara tertinggi ditemukan di pasien

berusia menengah (Polaksi, 1996)

3. Komplikasi
Komplikasi yang dapat muncul menurut Corwin,2015 antara lain :
1. Pada gagal ginjal progresif, terjadi beban volume, ketidakseimbangan elektrolit, asidosis
metabolic, azotemia, dan uremia.
2. Pada gagal ginjal stadium 5 (penyakit stadium akhir), terjadi azotemia dan uremia berat.
Asidosis metabolic memburuk, yang secara mencolok merangsang kecepatan pernafasan.
3. Hipertensi, anemia, osteodistrofi, hiperkalemia, ensefalopati uremic, dan pruritus (gatal)
adalah komplikasi yang sering terjadi.

4
4. Penurunan pembentukan eritropoietin dapat menyebabkan sindrom anemia kardiorenal,
suatu trias anemia yang lama, penyakit kardiovaskular, dan penyakit ginjal yang akhirnya
menyebabkan peningkatan morbiditas dan mortalitas.
5. Dapat terjadi gagal jantung kongestif
6. Tanpa pengobatan terjadi koma dan kematian

4. Patofisiologi

Patogenesis gagal ginjal kronik yaitu semakin buruk serta rusaknya nefron – nefron yang
disertai berkurangnya fungsi ginjal, waktu kerusakan ginjal berlanjut serta jumlah nefron
berkurang, maka kecepatan filtrasi serta beban solute bagi nefron demikian tinggi hingga
keseimbangan glomerolus tubulus (keseimbangan antar peningkatan filtrasi dan
peningkatan reabsorpsi oleh tubulus) tidak bisa dipertahankan lagi. Fleksibilitas baik di
proses konversi solute dan air menjadi kurang.

Kerusakan ginjal tadi bisa ditimbulkan sang diabetes melitus yaitu di diabetes melitus
terjadi peningkatan konsentrasi gula darah sebagai akibatnya ginjal tak dapat menyerap
semua dan Jika keadaan ini terus berlanjut, maka akan berkurangannya fungsi nefron dan
terjadi kerusakan di nefron tadi. sehingga glukosa ada di urin serta mengakibatkan
glukosuria dan bisa mempertinggi pengeluaran cairan serta elektrolit. Ini menyebabkan
pada pasien akan terjadi poliuri, polidipsi (poly minum), dan turgor kulit menurun.

Selain itu kerusakan ginjal pula dapat ditimbulkan oleh glomerulonefritis kronis
(peradangan di glomerulus) yaitu antibodi (IgG) dapat dideteksi di kapiler glomerular
serta terjadi reaksi antigen-antibodi sehingga terbentuk agregat molekul, agregat molekul
tersebut diedarkan ke semua tubuh serta ada beberapa yg terperangkap pada glomerulus
mengakibatkan respon inflamasi, Jika insiden ini berulang akan mengakibatkan
berukuran ginjal berkurang seperlima berasal berukuran normal, respon inflamasi pula
menyebabkan korteks mengecil menjadi lapisan yang tebalnya 1mm-2mm. Ini
menyebabkan berkas jaringan parut Mengganggu residu korteks serta bagian atas ginjal
menjadi kasar serta ireguler sehingga glomeruli dan tubulus menjadi jaringan parut dan
terjadi kerusakan glomerulus yg parah sebagai akibatnya respon ginjal yang sinkron

5
terhadap masukan cairan dan elektrolit tak terjadi dan terjadi retensi cairan serta natrium
yang akan mengakibatkan oedem. Kerusakan glomerulus yang parah juga menyebabkan
uremia serta anemia.

Nefropati toksik pula menyebabkan kerusakan pada ginjal yang diakibatkan sebab
penurunan fungsi filtrasi dan mengakibatkan kerusakan nefron sehingga bisa juga
mengakibatkan kerusakan glomerulus yang parah. Penyebab kerusakan ginjal yang lain
yaitu nefropati obstruktif (batu saluran kemih), infeksi saluran kemih dan gangguan pada
jaringan penyambung.

5. Etiologi
a. Infeksi misalnya pielonefritis kronik (Infeksi saluran kemih), glomerulonefritis (penyakit
peradangan). Pielonefritis adalah proses infeksi peradangan yang biasanya mulai di renal
pelvis, saluran ginjal yang menghubungkan ke saluran kencing (ureter) dan parencyma
ginjal atau jaringan ginjal. Glomerulonefritis disebabkan oleh salah satu dari banyak
penyakit yang merusak baik glomerulus maupun tubulus. Pada tahap penyakit berikutnya
keseluruhan kemampuan penyaringan ginjal sangat berkurang.
b. Penyakit vaskuler hipertensif misalnya nefrosklerosis benigna, nefrosklerosis maligna,
stenosis arteria renalis. Disebabkan karena terjadinya kerusakan vaskulararisasi di ginjal
oleh adanya peningkatan tekanan darah akut dan kronik.
c. Gangguan jaringan ikat misalnya lupus eritematosus sistemik, poliarteritis nodosa,
sklerosis sistemik progresif. Disebabkan oleh kompleks imun dalam sirkulasi yang ada
dalam membran basalis glomerulus dan menimbulkan kerusakan (Price, 2006). Penyakit
peradangan kronik dimana sistem imun dalam tubu menyerang jaringan sehat, sehingga
menimbulkan gejala diberbagai organ.
d. Gangguan kongenital dan herediter misalnya penyakit ginjal polikistik, asidosis tubulus
ginjal. Penyakit ginjal polikistik ditandai dengan kista multiple, bilateral, dan berekspansi
yang lambat laun akan mengganggu dalam menghancurkan parenkim ginjal normal
akibat penekanan, semakin lama ginjal tidak mampu mempertahankan fungsi ginjal
sehingga ginjal akan menjadi rusak.
e. Penyakit metabolik misalnya DM (Diabetes Mellitus), gout, hiperparatiroidisme,
amiloidosis. Penyebab terjadinya ini dimana kondisi genetik yang ditandai dengan adanya

6
kelainan dalam proses metabolisme dalam tubuhakibat defisiensi hormon dan enzim.
Proses metabolisme ialah proses memecahkan karbohidrat protein, dan lemak dalam
makanan untuk menghasilkan energi.
f. Nefropati toksik misalnya penyalahgunaan analgesik, nefropati timbal. Penyebab
penyakit yang dapat dicagah bersifat refersibel, sehingga penggunaan berbagai prosedur
diagnostik.
g. Nefropati obstruktif misalnya saluran kemih bagian atas : kalkuli neoplasma, fibrosis
netroperitoneal. Saluran kemih bagian bawah : hipertropi prostat, striktur uretra, anomali
kongenital pada leher kandung kemih dan uretra.
h. Batu saluran kencing yang menyebabkan hidrolityasis. Hal ini merupakan penyebab
gagal ginjal dimana benda padat yang dibentuk oleh presipitasi berbagai zat terlarut
dalam urin pada saluran kemih.
6. Tanda dan Gejala
Tanda dan Gejala dari penyakit ginjal kronik menurut Smeltzer & Bare tahun 2015 yaitu :
1. Kardiovaskuler : hipertensi, pitting edema (kaki, tangan, sakrum), edema periorbital,
friction rub pericardial, pembesaran vena leher.
2. Integumen : warna kulit abu-abu mengkilat, kulit kering (bersisik), pruritus, ekimosis,
kuku tipis dan rapuh, rambut tipis dan kasar.
3. Pulmoner : krekels, sputum kental dan liat, napas dangkal, pernapasan kussmaul.
4. Gastrointestinal : napas berbau ammonia, ulserasi dan perdarahan pada mulut, anoreksia
(mual muntah), konstipasi dan diare, perdarahan dari saluran GI.
5. Neurologi : kelemahan dan keletihan, konfusi, disorientasi, kejang, kelemahan pada
tungkai, rasa panas pada telapak kaki.
6. Muskuloskeletal : kram otot, kekuatan otot hilang, fraktur tulang, foot drop.
7. Reproduktif : amenore, dan atrofi testikuler.
Tanda dan gejala penyakit ginjal kronik menurut Mary Baradero (2008) yaitu :
1. System hematopoletik : anemia, cepat lelah, trombositopenia, ekimosis, perdarahan.
2. Sistem kardiovaskuler : hypervolemia, hipertensi, takikardi, distrimia, gagal jantung
kongestif, pericarditis.

7
3. Sistem pernapasan : takipnea, pernapasan kussmaul, halitosis uremic atau fetor, sputum
yang lengket, batuk disertai nyeri, suhu tubuh meningkat, hilar pneumonitis, pleural
friction rub, edema paru.
4. Sistem gastrointestinal : anoreksia, mual dan muntah, perdarahan gastrointestinal, distensi
abdomen, diare dan konstipasi.
5. Sistem neurologi : perubahan tingkat kesadaran: letargi, bingung, stupor, dan koma,
kejang, tidur terganggu, asteriksis.
6. Sistem skeletal : osteodistrofi ginjal, rickets ginjal, nyeri sendi, pertumbuhan lambat pada
anak.
7. Kulit : pucat, pigmentasi, pruritus, ekimosis, lecet, uremic frosts.
8. Sistem perkemihan : haluaran urin berkurang, berat jenis urine menurun, proteinuria,
fragmen dan sel dalam urine, natrium dalam urine berkurang.
9. Sistem reproduksi : infertilitas, libido menurun, disfungsi ereksi, amenorea, lambat
pubertas.

7. tanda-tanda kilinis

Malaise, pucat, simpel lecet, rapuh, pengecap kering, kelebihan cairan, diare yang

ditimbulkan antibiotik, nokturia, poliuria, seringkali merasa haus, proteinuria, seringkali

mengantuk dan penyakit ginjal lainnya.

6. pemeriksaan fisik

inspeksi : pucat, lemah, indolen, tejadi oedem

Palpasi : turgor kulit menurun, rasa sakit di pinggang

Perkusi : kelebihan cairan di ginjal

Auskultasi : bising usus

8
8. pemeriksaan penunjang

a. investigasi laboratorium

Laboratorium darah :

Elektrolit (Na, K, Ca, phospat), hematologi (Hb, trombosit, leukosit), protein,

antibody (kehilangan protein serta immunoglobulin)

Laboratorium urin :

warna, Ph, berat jenis, kekeruhan, volume, glukosa, protein

b. pemeriksaan USG

Menilai besar serta bentuk ginjal, tebal korteks ginjal

c. investigasi radiologi

pemeriksaan rontgen dada

9. penaksiran

a. Volume, umumnya kurang dari 400 ml/24 jam (oliguria) atau tidak terdapat urine

b. rona, secara abnormal urine keruh mungkin disebabkan sang bakteri, lemak,

partikel koloid, fosfat atau urat

c. Klirens kreatinin mungkin menurun

d. Natrium, lebih besar dari 40 meq/L sebab ginjal tidak mampu mereabsorbsi

natrium

e. Sel darah merah, menurun di defesien eritropoetin seperti azotemia (uremia

9
disertai mual serta muntah)

f. X-ray, memberikan ukuran ginjal, ureter, kandung kemih dan adanya obstruksi

10. Tindakan penanganan

a. Konsumsi cairan, protein, serta fosfat

b. Obat-obatan : diuretik buat penigkatan diuretik

c. Dialisis

d. Transplantasi ginjal

B. Konsep Dasar Asuhan Keperawatan

1. Pengkajian

a. Data subjektif :

- ciri-ciri pasien

- riwayat penyakit

- alasan dirawat

- keluhan pasien :

seringkali merasa cemas, lemah, letih serta indolen, gelisah, gangguan tidur, kulit gatal

b. Data objektif :

terdapat oedem sebab kelebihan cairan, turgor kulit menurun, penurunan fungsi

ginjal, oliguri sampai anuria

10
B. Diagnosa keperawatan

a) Gangguan rasa nyaman bekerjasama menggunakan pengeluaran serta masukan cairan


yang berlebih
b) Gangguan integritas kulit berhubungan menggunakan uremia ditandai dengan gatal-gatal
c) Gangguan pola nafas bekerjasama dengan hiperventilasi
d) Intoleransi aktifitas berhubungan menggunakan kurang darah
C. INTERVENSI KEPERAWATAN

N DX KEP TUJUAN INTERVENSI RASIONAL

1Gangguan rasa Setelah dilakukan 1. Kaji keluhan 1. nyeri hampir


nyeri, selalu ada pada
nyaman tindakan
perhatikan beberapa derajat
bekerjasama keperawatan lokasi dan beratnya
intensitasnya keterlibatan
menggunakan selama.....
2. Berikan jaringan
pengeluaran serta diharapkan tindakan 2. meningkatkan
kenyamanan relaksasi,
masukan cairan Gangguan
dasar ex: menurunkan
yang berlebih rasa nayama pijatan pada tegangan otot
area yang dan kelelahan
bekerjasama
sakit. umum.
menggunkan 3. Pantau TTV 3. metode IV sering
pengeluaran 4. Berikan digunakan pada
serta analgetik awal untuk
masukana sesuai indikasi memaksimalkan
cairan yang efek obat
berlebihan di
4. menghilangkan rasa
atasi nyeri
2 Gangguan Setelah 1.Observasi 1. menentukan garis
kulit setia
integritas dilakukan dasar dimana
turgor
kulit tindakan sirkulasi perubahan pada
dan sensori
berhubungan keperawatan status dapat
serta
menggunaka selama..... perubahan dibandingkan dan
lainnya
n uremia diharapkan
yang melakukan

11
ditandai Gangguan terjadi. intervensi yang
2.Gunakan
dengan integritas tepat
pakaian tipis
gatal-gatal kulit dan alat 2. menurunkan
tenun yang iritasi garis
berhubungan
lembut . jahitan dan
menggunaka 3.Jaga tekanan dari
kebersihan baju,
n uremia
alat tenun. membiarkan
ditandai 4.Kolaborasi insisi terbuka
dengan terhadap udara
dengan gatal-
tim medis meningkat
gatal dapat p hari proses
catat penyembuhan
diatasi
dan menurunkan
resiko infeksi.
3. untuk
mencegah
infeksi.
untuk mencegah
infeksi lebih lanjut
3 Gangguan pola Setelah 1. Monitor pola 1. Untuk mengetahui
nafas dilakukan nafas intensitas
bekerjasama tindakan (frekuensi, pemasukan atau
dengan keperawatan kedalama dan pengeluaran udara
hiperventilas selama..... usaha napas) dari dalam keluar
i diharapkan 2. Monitor tubuh atau dai
Gangguan bumyi napas luar kedalam
pola nafas tambahan tubuh
bekerjasama (gurgling dan 2. Untuk mengetahui
dengan wheezing) apakah ada suara
hiperventilasi 3. Lakukan tambahan
hiperoksigena wheezing atau
si sebelum gurgling
penghisapan 3. Untuk mengatasi
endrotrakeal jalan napas yang
4. Anjurkan tersumbat

12
asupan cairan 4. Untuk mencegah
terjadinya
dehidrasi
4 Intoleransi Setelah 1. dentifikasi 1. Untuk mengetahui
aktifitas dilakukan gangguan sejauuh mana
berhubungan tindakan fungsi tubuh kemampuan
menggunaka keperawata yang individu dalam
n kurang n selama..... mengakibatka melakukan
darah diharapkan n kelelahan aktivitas
Gangguan 2. Monitor pola 2. Untuk
Intoleransi jam tidur dan mendapatkan jam
aktifitas jumlah jam tidur dalam bataas
berhubunga tidur normal
n 3. Monitor lokasi 3. Untuk mengetahui
menggunak dan ketidak letak
an kurang nyamanan ketidaknyamanan
darah selama individu dalam
melakukan melakukan
aktifitas aktivitas
4. Berikan 4. Untuk
aktifitas mengurangi
distraksi yang tingkat kelelahan
menenangka pada pasien
5. Ajarkan
strategi koping
ubtuk
mengurangi
kelelahan

13
D. MPLEMENTASI KEPERAWATAN
Implementasi keperawatan adalah pelaksanaan rencana keperawatan oleh perawat ke
pasien. Implementasi keperawatan adalah pengelolaan dan perwujudan dari rencana
keperawatan yang telah disusun pada tahap perencanaan .

E. EVALUASI
Evaluasi keperawatan adalah kegiatan yang terus menerus dilakukan untuk menentukan
apakah rencana keperawatan efektif dan bagaimana rencana keperawatan dilanjutkan,
merevisi rencana atau menghentikan rencana keperawatan.

Adapun hasil yang diharapkan :


 Melaporkan nyeri berkurang
 Menunjukkan ekspresi wajah/postur tubuh rileks
 Pola nafas kembali efektif
 Berkurangnya kelelahan dalam beraktivitas

BAB III

PENUTUP

A. KESIMPULAN

Gagal ginjal kronik adalah gangguan fungsi ginjal yang menahun dimana kemampuan
tubuh gagal untuk mempertahankan metabolisme dan keseimbangan cairan dan
elektrolit yang menyebabkan uremia atau dikenal dengan retensi urea dan sampah
nitrogen lain dalam darah.

B. SARAN

Semoga mahasiswa keperawatan dan pembaca lainnya yang bekerja di bidang kesehatan
dengan membaca makalah ini dapat menambah wawasan serta dapat diterapkan dengan
melakukan tindakan keperawatan.

14
DAFTAR PUSTAKA

Visit for more SEO tools:

https://seomagnifier.com/

Copyrights 2022 SEO Magnifier. All Rights Reserved

Indo American Journal of Pharmaceutical Sciences (2019)

Studi Literatur 91, 1689–1699 (2020).

(Infodatin, 2017).

(Polaksi, 1996)

SIKI

SDKI

15

Anda mungkin juga menyukai