TAHUN 2023
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa berkat limpahan rahmat
serta karunia-Nya kepada kami sehingga kami berhasil menyelesaikan makalah ini dengan baik
dan tepat pada waktunya. Dalam makalah ini membahas mengenai “Penyakit Gagal Ginjal
Kronis”.
Makalah ini berisikan informasi tentang penyakit gagal ginjal kronis. Diharapkan
makalah ini dapat memberikan informasi kepada kita semua mengenai penyakit gagal ginjal
kronis. Kami menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna, oleh karena itu kritik dan
saran dari semua pihak yang bersifat membangun selalu kami harapkan demi kesempurnaan
makalah ini.
Akhir kata, kami sampaikan terima kasih kepada semua pihak yang telah berperan serta
dalam penyusunan makalah ini dari awal sampai akhir.
Penyusun
2
DAFTAR ISI
COVER DEPAN....................................................................................................... i
KATA PENGANTAR.............................................................................................. ii
BAB I PENDAHULUAN.........................................................................................
2.1. Definisi..........................................................................................................
2.2. Etiologi..........................................................................................................
2.3. Klasifikasi.....................................................................................................
2.4. Tanda dan Gejala..........................................................................................
2.5. Komplikasi....................................................................................................
2.6. Patofisiologi .................................................................................................
2.7. Penatalaksanaan............................................................................................
2.8. Pemeriksaan Penunjang................................................................................
BAB IV PENUTUP..................................................................................................
3
DAFTAR PUSTAKA...............................................................................................
4
BAB I
PENDAHULUAN
5
Konsekuensi pembatasan cairan yang dijalani klien gagal ginjal kronik adalah timbul
keluhan rasa haus dan mulut kering (xerostomia). Perawat akan melakukan tindakan
keperawatan yang telah terbukti efektif untuk menurunkan rasa haus
Kegagalan fungsi ginjal dapat menimbulkan komplikasi gangguan kesehatan
lainnya, salah satunya kondisi overload cairan yang merupakan faktor pemicu terjadinya
gangguan kardiosvaskular, hipertensi bahkan kematian yang terjadi pada klien gagal
ginjal kronik (Angelantonio, dkk 2010 & Caturvedy, 2014). Komplikasi GGK
sehubungan dengan overlood dapat dicegah melalui pembatasan intake cairan yang
efektif dan efisien (Meiliana R, 2013). Pembatasan jumlah cairan pada klien GGK
bergantung kepada beberapa hal, antara lain pengetahuan klien terhadap jumlah cairan
yang boleh diminum. Upaya untuk menciptakan pembatasan cairan pada klien GGK
diantaranya dapat dilakukan melalui pemantauan intake output cairan per hari,
sehubungan dengan intake cairan klien GGK bergantung pada jumlah urine dalam 24
jam (Pasticci, 2012)
Dalam makalah ini penulis akan membahas tentang asuhan keperawatan pada
pasien dengan penyakit gagal ginjal kronis untuk memudahkan kita sebagai perawat
dalam merawat pasien dengan penyakit gagal ginjal kronis dengan penanganan tepat dan
asuhan keperawatan yang komperehensif
1.2. RUMUSAN MASALAH
Adapun beberapa masalah yang akan dirumuskan dalam memecahkan masalah antara
lain:
1. Apa yang dimaksud dengan penyakit gagal ginjal kronis?
2. Apa etiologi yang ditimbulkan dari penyakit gagal ginjal kronis?
3. Apa saja klasifikasi dari penyakit gagal ginjal kronis?
4. Apa tanda dan gejala dari penyakit gagal ginjal kronis?
5. Apa saja komplikasi yang disebabkan penyakit gagal ginjal kronis?
6. Bagaimana patofisiologi dari penyakit gagal ginjal kronis?
7. Bagaimana penatalaksanaan dari penyakit gagal ginjal kronis?
8. Apa saja pemeriksaan penunjang penyakit gagal ginjal kronis?
9. Bagaimana asuhan keperawatan penyakit gagal ginjal kronis?
1.3. TUJUAN
6
1. Dapat mengetahui apa yang dimaksud dengan penyakit gagal ginjal kronis
2. Dapat mengetahui apa etiologi yang ditimbulkan dari penyakit gagal ginjal kronis
3. Dapat mengetahui apa saja klasifikasi dari penyakit gagal ginjal kronis
4. Dapat mengetahui apa tanda dan gejala dari penyakit gagal ginjal kronis
5. Dapat mengetahui apa saja komplikasi yang disebabkan penyakit gagal ginjal kronis
6. Dapat mengetahui bagaimana patofisiologi dari penyakit gagal ginjal kronis
7. Dapat mengetahui bagaimana penatalaksanaan dari penyakit gagal ginjal kronis
8. Dapat mengetahui apa saja pemeriksaan penunjang penyakit gagal ginjal kronis
9. Dapat mengetahui bagaimana asuhan keperawatan
10. Keperawatan penyakit gagal ginjal kronis
7
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. DEFINISI
Chronic Kidney Disease (CKD) / gagal ginjal kronik adalah kegagalan fungsi
akibat destruksi struktur ginjal yang progresif dengan manifestasi penumpukan sisa
Chronic Kidney Disease (CKD) / gagal ginjal kronik adalah kerusakan ginjal
progresif yang berakibat total dan ditandai dengan uremia (urea dan limbah nitrogen
lainnya yang beredar dalam darah) serta komplikasinya jika tidak dilakukan dialisis
Menurut Black dan Hawk (2005), gagal ginjal kronik adalah penurunan fungsi
ginjal secara progresif dimana masa ginjal yang masih ada tidak mampu lagi untuk
2.2. ETIOLOGI
Menurut Sylvia Anderson (2006) klasifikasi penyebab gagal ginjal kronik adalah sebagai
berikut :
Pielonefritis kronik adalah infeksi pada ginjal itu sendiri, dapat terjadi akibat infeksi
berulang, dan biasanya dijumpai pada penderita batu. Gejala–gejala umum seperti
8
mirip dengan pielonefritis akut, tetapi juga menimbulkan hipertensi dan gagal ginjal
(Elizabeth, 2000).
akut glomerulus terjadi akibat peradangan komplek antigen dan antibodi di kapiler –
Glomerulonefritis kronik adalah peradangan yang lama dari sel – sel glomerulus.
Kelainan ini dapat terjadi akibat glomerulonefritis akut yang tidak membaik atau
timbul secara spontan. Glomerulonefritis kronik sering timbul beberapa tahun setelah
cidera dan peradangan glomerulus sub klinis yang disertai oleh hematuria (darah
dalam urin) dan proteinuria ( protein dalam urin ) ringan, yang sering menjadi
penyebab adalah diabetes mellitus dan hipertensi kronik. Hasil akhir dari peradangan
berubah ginjal yang berkaitan dengan skerosis pada arteriol ginjal dan arteri kecil.
9
Stenosis arteri renalis (RAS) adalah penyempitan dari satu atau kedua pembuluh
darah (arteri ginjal) yang membawa darah ke ginjal. Ginjal membantu untuk
RAS dapat menjadi lebih buruk dari waktu ke waktu. Sering menyebabkan tekanan
sistemik (LES) adalah penyakit radang atau inflamasi multisistem yang penyebabnya
5. Gangguan congenital dan herediter : Penyakit ginjal polikistik, asidosis tubulus ginjal
2.3. KLASIFIKASI
Klasifikasi GGK menurut Mc Clellan, (2006) didasarkan pada nilai laju filtrasi
glomelurus. Tabel 2.1 klasifikasi GGK
Stage Description GFR
(ml/menit/1.73m2)
1 Kidney damage with normal or increase of ≥90
GFR
2 Kidney damage with mild decrease of 60 – 89
GFR
3 Moderate decrease of GFR 30 – 59
4 Savere decrease of GFR 15 – 29
5 Kidney failure < 15 (or dialysis)
10
Manifestasi klinis menurut Suyono (2001) dan Brunner & Suddarth, (2013) adalah
sebagai berikut :
a) Gangguan kardiovaskuler
Hipertensi, pitting edema (kaki, tangan, dan sakrum), edema periorbital, gesekan
hiperkelemia, hiperlipidemia.
Bau ammonia ketika bernapas, pengecapan rasa logam, ulseria dan perdarahan
mulut, anoreksia, mual muntah, cegukan, konstipasi, atau diare, perdarahan pada
saluran cerna.
c) Gangguan Paru-paru
Rokhi basah kasar (krekels), sputum yang kental dan lengket, penurunan reflek
uremik.
Gangguan seksual: libido fertilitas dan ereksi menurun, gangguan menstruasi dan
e) Gangguan Muskuloskeletal
Resiles leg syndrom (pegal pada kakinya sehingga selalu digerakkan), burning feet
syndrom (rasa kesemutan dan terbakar, terutama ditelapak kaki), tremor, miopati
f) Gangguan Integumen
Warna kulit keabu-abuan, kulit kering gampang terkelupas, pruritis berat, ekimosis,
11
g) Gangguan cairan elektrolit dan keseimbangan asam dan basa. Biasanya retensi
garam dan air tetapi dapat juga terjadi kehilangan natrium dan dehidrasi, asidosis,
h) Gangguan Neurologik
i) System Hematologi
berkurangnya masa hidup eritrosit dalam suasana uremia toksik, dapat juga terjadi
2.5. KOMPLIKASI
Komplikasi penyakit gagal ginjal kronik menurut O’Callaghan (2006) yaitu:
1. Komplikasi Hematologis
Anemia pada penyakit ginjal kronik disebabkan oleh produksi eritropoietin yang
tidak adekuat oleh ginjal dan diobati dengan pemberian eritropoietin subkutan atau
intravena. Hal ini hanya bekerja bila kadar besi, folat, dan vitamin B12 adekuat dan
pasien dalam keadaan baik. Sangat jarang terjadi, antibodi dapat terbentuk melawan
Penyakit vascular merupakan penyebab utama kematian pada gagal ginjal kronik.
Pada pasien yang tidak menyandang diabetes, hipertensi mungkin merupakan faktor
12
risiko yang paling penting. Sebagaian besar hipertensi pada penyakit ginjal kronik
disebabkan hipervolemia akibat retensi natrium dan air. Keadaan ini biasanya tidak
cukup parah untuk bisa menimbulkan edema, namun mungkin terdapat ritme jantung
tripel. Hipertensi seperti itu biasanya memberikan respons terhadap restriksi natrium
dan pengendalian volume tubuh melalui dialysis. Jika fungsi ginjal memadai,
3. Dehidrasi
Hilangnya fungsi ginjal biasanya menyebabkan retensi natrium dan air akibat
namun kehilangan fungsi tubulus, sehingga mengekskresi urin yang sangat encer,
4. Kulit
Gatal merupakan keluhan keluhan kulit yang paling sering terjadi. Keluhan ini sering
timbul pada hiperparatiroidime sekunder atau tersier serta dapat disebabkab oleh
deposit kalsium fosfat apda jaringan. Gatal dapat dikurangi dengan mengontrol kadar
fosfat dan dengan krim yang mencegah kulit kering. Bekuan uremik merupakan
presipitat kristal ureum pada kulit dan timbul hanya pada uremia berat. Pigmentasi
5. Gastrointestinal
Walaupun kadar gastrin meningkat, ulkus peptikum tidak lebih sering terjadi pada
pasien gagal ginjal kronik dibandingkan populasi normal. Namun gejala mual,
muntah, anoreksia, dan dada terbakar sering terjadi. Insidensi esofagitis serta
13
pankreatitis juga lebih tinggi. Gangguan pengecap dapat berkaitan dengan bau napas
6. Endokrin
Pada pria, gagal ginjal kronik dapat menyebabkan kehilangan libido, impotensi, dan
penurunan jumlah serta motilitas sperma. Pada wanita, sering terjadi kehilangan
kesadaran, dan bahkan koma, sering kali dengan tanda iritasi neurologis (mencakup
klonus pergelangan kaki, hiperefleksia, plantar ekstensor, dan yang paling berat
kejang). Aktifitas Na+/K+ ATPase terganggu pada uremia dan terjadi perubahan
abnormal. Gangguan tidur seringterjadi. Kaki yang tidak biasa diam (restless leg)
atau kram otot dapat juga terjadi dan kadang merespons terhadap pemberian kuinin
sulfat. Gangguan psikiatrik seperti depresi dan ansietas sering terjadi dan terdapat
8. Imunologis
14
Fungsi imunologis terganggu pada gagal ginjal kronik dan infeksi sering terjadi.
Uremia menekan fungsi sebagaian besar sel imun dan dialisis dapat mengaktivasi
9. Lipid
katabolisme trigliserida. Kadar lipid lebih tinggi pada pasien yang menjalani dialisis
peritoneal.
Perikarditis dapat terjadi dan lebih besar kemungkinan terjadinya jika kadar ureum
atau fosfat tinggi atau terdapat hiperparatiroidisme sekunder yang berat. Kelebihan
cairan dan hipertensi dapat menyebabkan hipertrofi ventrikel kiri atau kardiomiopati
dilatasi. Fistula dialisis arteriovena yang besara dapat menggunakan proporsi curah
jantung dalam jumlah besar sehingga mengurangi curah jantung yang dapat
2.6. PATOFISIOLOGI
zat-zat sisa masih bervariasi dan bergantung pada bagian ginjal yang sakit. Sampai
fungsi ginjal turun kurang dari 25% normal, manifestasi klinis gagal ginjal kronik
mungkin minimal karena nefron-nefron sisa yang sehat mengambil alih fungsi nefron
yang rusak. Nefron yang tersisa meningkat kecepatan filtrasi, reabsorpsi, dan sekresinya
15
serta mengalami hipertrofi. Seiring dengan makin banyaknya nefron yang mati, maka
nefron yang tersisa menghadapi tugas yang semkain berat, sehingga nefron-nefron
tersebut ikut rusak dan akhirnya mati. Sebagaian dari siklus kematian ini tampaknya
berkaitan dengan tuntutan pada nefron-nefron yang ada untuk meningkatkan reabsorpsi
jaringan parut dan aliran darah ginjal mungkin berkurang (Elizabeth, 2001).
Meskipun penyakit ginjal terus berlanjut, namun jumlah zat terlarut yang harus
jumlah nefron yang bertugas melakukan fungsi tersebut sudah menurun secara
progresif. Dua adaptasi penting dilakukan oleh ginjal sebagai respon terhadap ancaman
ketidakseimbangan cairan dan elektrolit. Sisa nefron yang ada mengalami hipertrofi
dalam usahanya untuk melaksanakan seluruh beban kerja ginjal. Terjadi peningkatan
kecepatan filtrasi, beban zat terlarut dan reabsorpsi tubulus dalam setiap nefron
meskipun GFR untuk seluruh massa nefron yang terdapat dalam ginjal turun di bawah
keseimbangan cairan dan elektrolit tubuh hingga tingkat fungsi ginjal yang sangat
rendah. Namun akhirnya, kalau sekitar 75% massa nefron sudah hancur, maka
kecepatan filtrasi dan beban zat terlarut bagi setiap nefron demikian tinggi sehingga
peningkatan reabsorpsi oleh tubulus tidak dapat lagi dipertahankan. Fleksibilitas baik
pada proses ekskresi maupun proses konservasi zat terlarut dan air menjadi berkurang.
Sedikit perubahan pada makanan dapat mengubah keseimbangan yang rawan tersebut,
karena makin rendah GFR (yang berarti maikn sedikit nefron yang ada) semakin besar
16
perubahan kecepatan ekskresi per nefron. Hilangnya kemampuan memekatkan atau
mengencerkan urine menyebabkan berat jenis urine tetap pada nilai 1,010 atau 285
mOsm (yaitu sama dengan plasma) dan merupakan penyebab gejala poliuria dan
2.7. PENATALAKSANAAN
Penatalaksanaan gagal ginjal kronik menurut Muttaqin (2014), sebagai berikut :
a) Penatalaksanaan medis
(6) Dialisis dapat dilakukan untuk mencegah komplikasi gagal ginjal yang serius
(2) Elektrolit yang perlu diperhatikan yaitu natrium dan kalium dapat diberikan
(3) Terapkan program diet untuk menjamin asupan nutrisi yang memadai dan sesuai
c) Penatalaksanaan Farmakologis
17
(1) Hiperfosfatemi dan hipokalesmia ditangani dengan obat yang dapat mengikat
fosfat dalam saluran cerna (mis : kalsium karbonat, kalsium asetat, sevelemer
hipertensi.
(3) Gagal jantung dan edema pulmonal ditangani dengan pembatasan cairan, diet
dialisis.
(4) Asidosis metabolik dibatasi, jika perlu dengan suplemen natrium bikarbonat
atau dialisis.
(5) Pasien diobservasi untuk melihat tanda awal kelainan neurologik (mis; kedutan,
(1) Volume : biasanya kurang dari 400 / 24 jam ataun tidak ada (anuria)
18
(2) Warna : secara abnormal urin keruh kemungkinan disebabkan oleh pus, bakteri,
lemak, fosfat atau urat sedimen kotor, kecoklatan menunjukkan adanya darah,
(3) Berat jenis : kurang dari 1,010 menunjukkan kerusakan ginjal berat
(4) Natrium : lebih besar dari 40 mEq/L karena ginjal tidak mampu mengabsorbsi
natrium
(5) Protein : derajat tinggi proteinuria (3-4+) Secara kuat menunjukkan kerusakan
b) Darah
d. Kalsium : menurun
e. Kalium : meningkat
c) Pielografi intravena
19
d) Sistouretrogram berkemih
e) Biopsi ginjal
Mungkin dilakukan secara endoskopi untuk menemukan sel jaringan untuk
diagnosis histologi.
f) Endoskopi ginjal nefroskopi
Dilakukan untuk menentukan pelvis ginjal: keluar batu, hematuria dan pengangkatan
tumor efektif.
g) EKG (Elektro Kardiography)
Mungkin abnormal menunjukkan ketidakseimbangan elektrolit dan asam baja,
aritmia, hipertrofi ventrikel dan tanda tanda perikarditis.
20
DAFTAR PUSTAKA
Anggraini, et, al., 2016. Pemantauan Intake Output Cairan Pada Pasien Gagal Ginjal Kronik
Dapat Mencegah Overlood Cairan. Jurnal Keperawatan Indonesia Volume 19 No.3
November Hal 152-160
Meiliana, R. 2013. Hubungan Kepatuhan Terhadapa Terjadinya Overlood Pada Pasien Gagal
Ginjal Kronik Post Hemodialisa Di Rumah Sakit Fatmawati (Skripsi, Tidak
Dipublikasikan) Program Studi Sarjana FIK UI, Depok – Jawa Barat, Indonesia.
Brunner & Suddarth, 2013. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah. Edisi 12 Vol 2. Jakarta:
EGC
Dharma, 2015. Buku Ajar Penyakit Ginjal. Yogyakarta ,
Somantri, Irman. 2009. Asuhan Keperawatan Pada Klien Dengan Gangguan Sistem
Perkemihan. Edisi 2. Jakarta : Salemba Medika
Suwitra, K. 2006. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Edisi IV, Jilid I. Jakarta: Pusat Penerbitan
Departemen Ilmu Penyakit Dalam FKUI.
21