Makalah ini disusun guna memenuhi tugas Mata Kuliah Keperawatan Medikal Bedah 1
Disusun Oleh :
Jl. Limo Raya No. 1, Limo, Sawangan, Limo, Kota Depok, Jawa Barat 16514
Puji dan Syukur kami ucapkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena berkat rahmat-
Nya kami dapat menyelesaikan makalah kami tentang “Gagal Ginjal Kronik” tepat pada
waktunya. Terima kasih kepada Ns. Santi Herlina, M.Kep, Sp.Kep.MB selaku dosen pengampu
mata kuliah keperawatan medial bedah 1 yang telah membimbing dan membantu pembuatan
makalah ini.
Dalam makalah ini kami mendiskusikan materi pelajaran mengenai Gagal Ginjal Kronik
dalam keperawatan medial bedah. Makalah ini penyusun akui masih banyak kekurangan
karena pengalaman yang penyusun miliki sangat kurang. Semoga makalah ini dapat
bermanfaat bagi pembaca maupun bagi kami, saran serta kritik yang bersifat membangun demi
penyempurnaan makalah ini kami harapkan.
Penyusun
i
DAFTAR ISI
DAFTAR ISI....................................................................................................................... ii
A. Simpulan ................................................................................................................ 28
B. Saran ....................................................................................................................... 28
ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Gagal Ginjal Kronik merupakan kondisi medis yang harus ditangani dengan
tepat dan berkelanjutan. Sudah banyak klien yang mengidap GGK di Indonesia dari
berbagai usia dengan faktor risiko penyakit ginjal seperti hipertensi, diabetes melitus
dan obesitas. Tidak menjaga pola makan sedini mungkin dapat memicu timbulnya
gejala GGK di kemudian hari ditambah keadaan perkembangan kehidupan yang banyak
kepraktisan/keinstanan membuat gaya hidup seseorang tidak sehat dan memicu resiko
mengalami gagal ginjal lebih besar.
B. Rumusan Masalah
1. Apa Pengertian/ Klasifikasi/Prevalensi GGK?
2. Bagaimana Etiologi GGK?
3. Bagaimana Patofisologi GGK?
4. Bagaimana Tanda & Gejala GGK?
5. Bagaimana Komplikasi GGK?
6. Bagaimana Penatalaksanaan Penunjang GGK?
7. Bagaimana Penatalaksanaan Medis GGK?
8. Bagaimana Askep pada pasien GGK?
9. Bagaimana Perhitungan Nilai Gfr/Lfg?
10. Bagaimana Proses Terjadinya Ude (Piting Udem + Asites) Pada GGK?
11. Bagaimana Proses Terjadinya Anemia pada GGK?
12. Bagaimana Patofisiologi keseluruhan pada GGK?
C. Tujuan
1. Tujuan Umum
Agar pembaca mampu memahami bagaimana perjalanan penyakit GGK dan
mengetahui tanda gejala dari penyakit GGK sebelum terlambat dan menjadi
komplikasi.
1
2. Tujuan Khusus
Agar menambah pengetahuan mahasiswa mengenai penyakit GGK dengan
mengetahui berbagai tanda gejala serta perjalanan dan pemeriksaan dari GGK agar
tidak terjadi komplikasi pada klien suatu saat nanti.
2
BAB II
PEMBAHASAN
Penyakit ginjal kronis adalah penurunan progresif fungsi ginjal dalam beberapa
bulan atau tahun. (depkes.2017)
Penyakit Ginjal Kronik (PGK) adalah suatu gangguan pada ginjal ditandai dengan
abnormalitas struktur ataupun fungsi ginjal yang berlangsung lebih dari 3
bulan.(jurnal fk unand.2018)
Gagal ginjal kronik (GGK) adalah kegagalan fungsi ginjal dalam mempertahankan
metabolisme serta keseimbangan cairan dan elektrolit akibat destruksi struktur
ginjal yang progresif dengan manifestasi penumpukan sisa metabolit (toksik
uremik) didalam darah yang terjadi selama bertahun-tahun (Muttaqin dan Sari
2011).
2) Klasifikasi GGK
3
Berdasarkan albumin didalam urin (albuminuia), penyakit ginjal kronis dibagi
menjadi :
3) Prevalensi
Data mengenai penyakit ginjal didapatkan dari hasil Riset Kesehatan Dasar
(Riskesdas), Indonesian Renal Registry (IRR), dan sumber data lain.
4
Riskesdas 2013 mengumpulkan data responden yang didiagnosis dokter menderita
penyakit gagal ginjal kronis, juga beberapa faktor risiko penyakit ginjal yaitu
hipertensi, diabetes melitus dan obesitas.
B. Etiologi GGK
Etiologi
1. Faktor patogenesis (perkembangan penyakit)
Dan patofisiologis (proses respon tubuh terhadap fisiologis terkena
penyakit)
2. Faktor endogen (genetik) dari difisiensi fungsi insulin sehingga
hiperglikemi lalu darah disaring ginjal dan kerja ginjal menjadi berat begitu
juga dengan kerja neufron yang bertambah sehingga terjadi kematian pada
neufron pembentuk jaringan yang luka mengakibatkan aliran darah ginjal
5
menurun sehingga terjadi destruktif struktur ginjal progresif sehingga gagal
mempertahankan metabolisme serta cairan dan elektrolit dan timbul lah
Gagal Ginjal Kronik
3. Faktor eksogen (lingkungan, makanan dan infeksi)
Dari penderita diabetes militus biasanya mengonsumsi obat rutin serta dari
pola makan yang tidak terjaga sehingga memakan makanan yang
mengandung kalsium dan fosfat dan terjadi peningkatan fosfat dan kalsium
lalu di ekskresikan di ginjal dan menjadi batu ginjal dan mengakibatkan
obstruksi traktus urinarius jadi urine terhambat dan penurunan fungsi ginjal
dan mengakibatkan Gagal Ginjal Kronik
Faktor risiko :
o Peningkatan risiko
1. bertambah umur
2. penurunan masa ginjal
3. BB lahir rendah
4. riwayat keluarga
5. edukasi
6. ekonomi
7. inflamasi sistemik
o Keadaan yang secara langsung dapat menyebabkan gagal ginjal
1. diabetes militus
2. hipertensi
3. penyakit auto imun
4. toksisitas obat
C. Patofisologi GGK
Pada awalnya tergantung pada penyakit yang mendasarinya, tapi dalam
perkembangan selanjutnya proses yang terjadi kurang lebih sama. Ginjal mempunyai
kemampuan untuk beradaptasi,pengurangan massa ginjal mengakibatkan hipertrofi
struktural dan fungsional nefron yang masih tersisa (surviving nephrons) sebagai upaya
kompensasi, yang di perantarai oleh molekul vasoaktif seperti sitokin dan growth
factors. Hal ini mengakibatkan terjadinya hiperfiltrasi, yang diikuti peningkatan
6
tekanan kapiler dan aliran darah glomerulus. Proses adaptasi ini berlangsung singkat,
kemudian terjadi proses maladaptasi berupa sklerosis nefron yang masih tersisa. Proses
ini akhirnya diikuti dengan penurunan fungsi nefron yang progresif walaupun penyakit
dasarnya sudah tidak aktif lagi. Adanya peningkatan aktivitas aksis reninangiotensin-
aldosteron intrarenal, ikut memberikan kontribusi terhadap terjadinya hiperfiltrasi,
sklerosis dan progresifitas tersebut. Aktivasi jangka panjang aksis renin-angiotensin-
aldosteron, sebagian diperantarai oleh growth factor seperti transforming growth factor
β (TGF-β) Beberapa hal yang juga dianggap berperan terhadap terjadinya progresifitas
Penyakit ginjal kronik adalah albuminuria, hipertensi, hiperglikemi, dislipidemia.
Terdapat variabilitas interindividual untuk terjadinya sklerosis dan fibrosis glomerulus
maupun tubuleintersitial Pada stadium paling dini penyakit ginjal kronik, gejala klinis
yang serius belum muncul, terjadi kehilangan daya cadang ginjal (renal reserve), pada
keadaan dimana basal LGF masih normal atau malah meningkat. Kemudian secara
perlahan tapi pasti akan terjadi penurunan fungsi nefron yang progresif,yang ditandai
dengan peningkatan kadar urea dan kreatinin serum. Sampai pada LFG sebesar 60%,
pasien masih belum merasakan keluhan, tapi sudah terjadi peningkatan kadar urea dan
kreatinin serum. Sampai pada LFG sebesar 30%, mulai terjadi keluhan pada penderita
antara lain penderita merasakan letih dan tidak bertenaga, susah berkonsentrasi, nafsu
makan menurun dan penurunan berat badan, susah tidur, kram otot pada malam hari,
bengkak pada kaki dan pergelangan kaki pada malam hari, kulit gatal dan kering, sering
kencing terutama pada malam hari. Pada LFG di bawah 30% pasien memperlihatkan
gejala dan tanda uremia yang nyata seperti, anemia, peningkatan tekanan darah,
gangguan metabolisme fosfor dan kalsium, pruritus, mual, muntah dan lain sebagainya.
Selain itu pasien juga mudah terkena infeksi seperti infeksi saluran kemih, infeksi
saluran cerna, maupun infeksi saluran nafas. Sampai pada LFG di bawah 15% akan
terjadi gejala dan komplikasi yang lebih serius, dan pasien sudah memerlukan terapi
pengganti ginjal (renal replacement therapy) antara lain dialisis atau transplantasi
ginjal. Pada keadaan ini pasien dikatakan sampai pada stadium gagal ginjal.
Gagal Ginjal Kronik atau penyakit ginjal tahap akhir (ESRD/PGTA) adalah
penyimpangan progresif, fungsi ginjal, yang tidak dapat pulih dimana kemampuan
7
tubuh untuk mempertahankan keseimbangan metabolik, dan cairan dan elektrolit
mengalami kegagalan, yang mengakibatkan uremia.kondisi ini mungkin disebabkan
oleh glomerounefritis kronis; pielonefritis; hipertensi tak terkontrol; lesi herediter
seperti pada penyakit polikistik; kelainan vaskular; obstruksi saluran perkemihan;
penyakit ginjal sekunder akibat penyakit sistemik (diabetes); infeksi; obat-obatan; atau
preparat toksik. Preparat lingkungan dan okupasi yang telah menunjukan mempunyai
dampak dalam gagal ginjal kronis termasuk, timah, kadmium, merkuri, dan kromium.
Pada akhirnya dialisis atau transplantasi ginjal diperlukan untuk menyelamatkan
pasien.
Pasien akan menunjukkan beberapa tanda dan gejala; keparahan kondisi bergantung
pada tingkat kerusakan ginjal, kondisi lain yang mendasari dan usia pasien.
Tanda dan Gejala Penyakit Gagal Ginjal Kronik Yang timbul Non sekresi antara lain:
lemas, tidak ada tenaga, tidak nafsu makan, mual, muntah, bengkak, kencing berkurang,
gatal, sesak nafas, dan pucat.
8
E. Komplikasi GGK
Penderita yang sudah memasuki gagal ginjal kronis wajib berhati-hati terhadap
komplikasi yang dapat memperparah kondisi kesehatan, lho. Dilansir dari berbagai
sumber ilmiah, berikut adalah 5 komplikasi yang mungkin terjadi pada penderita gagal
ginjal kronis!
Kalium sendiri memang penting bagi tubuh yaitu untuk memperlancar fungsi
otot, syaraf dan jantung. Namun, dalam jumlah yang berlebih dapat mengakibatkan
terganggungnya fungsi jantung dan dapat menyebabkan jantung berhenti berdetak,
bahkan hingga kematian.
Pada kondisi normal saat paru-paru mengembang maka akan terisi oleh oksigen,
namun karena terjadi penumpukan cairan maka cairanlah yang akan terisi kedalam
paru-paru. Hal ini menyebabkan penderita akan kesulitan dalam bernafas bahkan
bisa merasakan nyeri ketika bernafas.
9
3. Tingginya Kadar Asam Dalam Tubuh (Asidosis)
Pada pasien gagal ginjal kronis akan mengalami gangguan pada proses eksresi
(pengeluaran senyawa yang tidak digunakan lagi oleh tubuh) sehingga menyebabkan
amonia tidak dapat dikeluarkan dan akhirnya menumpuk di dalam tubuh. Hal ini
menyebabkan amonia dapat masuk ke dalam aliran darah sistemik dan terbawa
sampai ke otak. Amonia akan menyebabkan kerusakan pada otak dan mengganggu
kinerja otak. Tubuh akan mengalami perubahan kesadaran, terganggunya aktivitas
hingga paling parah dapat menyebabkan kejang-kejang.
5. Anemia
Anemia terjadi pada pasien gagal ginjal kronis yang dipicu oleh kerusakan
ginjal. Ginjal sebagai organ yang memproduksi eritropoietin yang berfungsi untuk
pembentukan sel darah merah. Terganggunya proses pembentukan sel darah merah
10
menyebabkan penurunan produksi sel darah merah yang menyebabkan terjadinya
anemia. Selain terganggunga produksi sel darah merah, faktor lain yang
menyebabkan anemia yaitu kekurangan zat besi, vitamin, dan masa hidup eritrosit
yang mengalami hemolisis akibat perdarahan.
1. Laboratorium
a. Pemeriksaan penurunan fungsi ginjal
Ureum kreatinin.
Ureum adalah hasil akhir metabolisme protein. Berasal dari asam amino yang
telah dipindah amonianya di dalam hati dan mencapai ginjal, dan diekskresikan
rata-rata 30 gram sehari. Kadar ureum darah yang normal adalah 20 mg – 40 mg
setiap 100 ccm darah, tetapi hal ini tergantung dari jumlah normal protein yang
di makan dan fungsi hati dalam pembentukan ureum.
11
Siapa pun di atas usia 40: tingkatnya harus turun 6,5 mL / menit untuk setiap
tambahan 10 tahun usia terjadi penurunan fungsi ginjal sehingga kadar kreatinin
serum lebih dari 2 kali nilai normal, minimal lamanya 3 bulan.
2. Diagnostik
a. Etiologi CKD dan terminal
Foto polos abdomen.
Tujuan adalah untuk meliht batu radioopaq (90% batu saluran kemih radioopaq)
USG.
Nefrotogram.
Pielografi retrograde.
Pielografi antegrade.
12
Mictuating Cysto Urography (MCU).
b. Diagnosis pemburuk fungsi ginjal
RetRogram
USG
- Ureum atau blood urea nitrogen (BUN), yaitu tes untuk menentukan kadar
urea nitrogen dalam darah yang merupakan zat sisa dari metabolisme protein dan
seharusnya dibuang melalui ginjal, normalnya BUN adalah 10-20 mg/100ml
- Kreatinin darah, yaitu tes untuk menentukan kadar kreatinin dalam darah.
Kreatinin merupakan zat sisa hasil pemecahan otot yang akan dibuang melalui ginjal.
Kadar kreatinin yang tinggi dalam darah dapat menjadi tanda adanya gangguan pada
ginjal.
- Pemeriksaan USG dapat mendeteksi dan memberikan gambaran jelas
mengenai masalah pada saluran kemih, yang dimulai dari ginjal sampai kandung
kemih. Penyakit atau kondisi medis yang bisa dideteksi
termasuk hidronefrosis (pembesaran ginjal), tumor ginjal, penebalan dinding saluran
kemih, hingga testis yang tidak turun pada anak dan testis yang terpuntir (torsio
testis). Pemeriksaan USG Ginjal dapat dilakukan :
Pasien tidur telentang dapat juga miring ke arah kiri untuk scan ginjal kanan dan
miring ke arah kanan untuk scan ginjal kiri (lihat Gambar 1)
Oleskan gelly USG pada probe convex.
Untuk scan ginjal kanan, letakan probe di subcosta bagian samping kanan. lalu
pasien tarik nafas, tahan nafas. lalu ambil gambar. nafas normal kembali
Untuk scan ginjal kiri, tempatkan probe interkosta pada midsagital line kiri.
Lakukan sweeping untuk mengevaluasi keseluruhan ginjal.
13
Gambar 1. Posisi Probe pada pemeriksaan ginjal kanan dan kiri
Keterangan gambar 2 :
Dari hasil skening di atas, kita dapat melihat penampakan ginjal dalam pencitraan
USG. ginjal terlihat seperti biji kacang. echostrukturnya hipoechoic (lebih gelap) jika
dibandingkan dengan hati. Panjang Ginjal normal adalah 8-11 cm dimana ginjal kiri
lebih besar dibanding ginjal kanan.
14
Gambar 4. Kista pada ginjal. Terlihat jelas masa unechoic (hitam/tanda panah) pada
ujung ginjal
Gambar 6. Masa Ginjal. Terlihat struktur tambahan pada ujung dan tengah2 dari ginjal
(tanda panah). Perlu evaluasi apakah tumor itu ganas atau jinak. Biasanya akan
menggunakan pemeriksaan USG Color Doppler
15
- Pemeriksaan Uretrografi adalah pemeriksaan radiologi untuk uretra dengan
menggunakan media kontras positif yang diinjeksikan ke uretra proksimal secara
retrograde, dengan tujuan untuk melihat anatomi, fungsi dan kelainan pada uretra.
1) Terapi Nonfarmakologis
1. Pengaturan asupan protein
a. Pasien nondialisis 0,6-0,75 g/kg BB ideal /hari sesuai dengan CCT dan
toleransi pasien
b. Pasien hemodialisis 1-1,2 g/kg BB ideal /hari Pasien peritoneal dialisis 1,3
g/kg BB/hari
c. Pasien peritoneal dialysis 1,3 g/kg BB/hari
2. Pengaturan asupan kalori: 35 Kal/kg BB ideal /hari
3. Pengaturan asupan lemak: 30-40% dari kalori total dan mengandung jumlah
yang sama antara asam lemak bebas jenuh dan tidak jenuh
4. Pengaturan asupan karbohidrat: 50-60% dari kalori total
5. Pengaturan asupan garam dan mineral
a. Garam (NaC): 2-3 g/hari
b. Kalium: 40-70mEq/kg BB/hari
c. Fosfor: 5-10 mg/kg BB/hari
d. Pasien HD 17 mg/hari Kalsium: 1400-1600 mg/hari
e. Besi: 10-18 mg/hari
16
f. Magnesium: 200-300 mg/hari
6. Asam folat pasien hemodialisa: 5 mg
7. Air: jumlah urine 24 jam + 500 ml (insensible water loss)
Pada CAPD air disesuaikan dengan jumlah dialisat yang keluar. Kenaikan berat badan
di antara waktu HD <5% BB kering
2) Terapi Farmakologis
1. Kontrol tekanan darah
a. Penghambat ACE atau antagonis reseptor Angiotensin II -> evaluasi
kreatinin dan kalium serum. Bila kreatinin >35% atau timbul hiperkalemi,
hentikan terapi ini
b. Penghambat kalsium
c. Diuretik
2. Pada pasien diabetes mellitus, gula darah dikontrol. Hindari memakai
metforminin dan obat-obatan sulfonylurea dengan masa kerja yang panjang.
Target HbA1C untuk DM tipe I, 0,2 di atas nilai normal tertinggi. Untuk
diabetes melitus tipe II adalah 6%
3. Koreksi anemia dengan target Hb 10-12 g/dl
4. Kontrol hiperfosfatemi: kalsium karbonat atau kalsium asetat
5. Kontrol osteodistrol renal: kalsitriol
6. Koreksi asidosis metabolik dengan target HCO, 20-22 mEq/l
7. Koreksi hiperkalemia
8. Kontrol dislipidemia dengan target LDL <100 mg/dl dianjurkan golongan
statin
9. Terapi ginjal pengganti
Cangkok Ginjal
Penatalaksanaan transplantasi ginjal atau cangkok ginjal sebenarnya adalah
suatu terapi definitive yang paling tepat dan ideal untuk penatalaksanaan suatu
keadaan gagal ginjal yang sangat berat. Prinsip dari penatalaksanaan terapi cangkok
ginjal ini adalah pencangkokkan ginjal sehat ke dalam tubuh pasien. Ginjal sehat
tersebut bisa didapatkan dari donor manusia yang sehat dan masih hidup, atau bisa
juga dari donor yang baru saja meninggal. Permasalahan yang paling sering dihadapi
dalam cangkok ginjal adalah adanya penolakan dari tubuh pasien sebagai resipien
17
terhadap tubuh pasien sebagai resipien terhadap ginjal baru yang dicangkokkan
kedalam tubuhnya. Oleh karna itu, dalam penatalaksanaannya harus dipilih ginjal
yang paling cocok sehingga memberikan reaksi penolakan yang paling minimal.
Resiko lain dalam pelaksanaan terapi ini adalah berkaitan dengan resiko dan efekk
samping pada pelaksanaan operasi.
18
b. Riwayat Kesehatan Dahulu
Klien memiliki riwayat penyakit DM sejak 9 tahun lalu.
b. Analisa Data
1. Klien mengatakan sesak jika bernafas 1. Klien terlihat sesak ketika bernafas
4. BB:78 kg
c. Diagnosa Keperawatan
Klien mengatakan
mengalami
19
pembengkakan pada
tubuh nya
Do:
Do:
Pasien mengatakan
buang air kecil nya
sedikit
Do:
20
No. Masalah / Diagnosa Tgl. ditemukan Tgl. Teratasi
1. Kelebihan Volume Cairan b.d
Gangguan Mekanisme Regulasi
ditandai dengan :
- Gangguan Pola Napas
- Edema
2. Risiko Rusaknya Integritas Kulit
b.d Gangguan Volume Cairan
ditandai dengan :
- Gangguan Turgor Kulit
3. Retensi Urine b.d Sumbatan
Saluran Perkemihan ditandai
dengan :
- Berkemih Sedikit
e. Intervensi
21
Risiko Rusaknya tindakan yang
Integritas Kulit dapat di
lakukan dalam
teratasi dengan mengkaji
kriteria hasil sebagai edema pada
pasien
berikut :
GFR dapat digunakan sebagai indikator untuk menilai derajat fungsi ginjal dan
gangguan yang terjadi pada ginjal.
Terdapat berbagai macam teknik untuk menghitung laju GFR seseorang, yang
paling mudah adalah dengan menggunakan kalkukator GFR yang telah tersedia dan
dapat diakses secara online. Namun, untuk menghitung GFR, diperlukan nilai kadar
kreatinin darah yang bisa didapatkan dengan pemeriksaan laboratorium darah.
22
Sehingga penurunan fungsi ginjal dapat diketahui ketika pemeriksaan ditingkat pratama
dilakukan, dan tidak menunggu keputusan dokter spesialis.
Cara perhitungan diatas relatif lebih mudah, namun ada juga beberapa cara lain untuk
menghitung laju GFR.
Nilai laju GFR dapat menentukan derajat gagal ginjal yang diderita
seseorang. Gagal ginjal dibagi dua yaitu akut dan kronik. Gagal ginjal akut terjadi
secara tiba tiba yang seringkali disebabkan dan dipicu oleh beberapa faktor misalnya
kelainan dasar penyakit yang diderita, dehidrasi, dll. Sedangkan gagal ginjal kronik
merupakan penurunan fungsi dan struktur ginjal yang terjadi secara perlahan (minimal
3 bulan). National Kidney Foundation telah membagi beberapa jenis gagal ginjal
berdasarkan nilai GFR nya, yaitu :
Normal
Stage 1 : terindikasi adanya kerusakan ginjal dengan nilai GFR normal (> 90)
Stage 2 : penurunan fungsi ginjal dengan GFR 60 - 89
Stage 3 : penurunan fungsi ginjal dengan GFR 30 - 59. Penurunan tingkat lanjut
ini seringkali ditemui gejala anemia dan gangguan pada tulang akibat kerusakan
ginjal
Stage 4 : penurunan derajat berat dengan GFR 15 - 29. Upaya pengobatan untuk
mengurangi resiko komplikasi dan pencegahan ke arah kegagalan ginjal
Stage 5 (kegagalan ginjal) : ginjal telah tak mampu lagi menjalankan fungsinya
dengan nilai GFR dibawah 15. Penanganan yang sesuai adalah transplantasi
ginjal atau hemodialisis rutin.
Pada orang dewasa, nilai LFG normal berada di atas 90, meski seiring penambahan
usia, nilai tesebut dapat berkurang walaupun tanpa penyakit ginjal. Nilai rata-rata LFG
berdasarkan usia adalah:
23
Usia 40-49, nilai LFG rata-rata 99
Usia 50-59, nilai LFG rata-rata 85
Usia di atas 70 tahun, nilai LFG rata-rata 75
Contoh Soal
1. Seorang wanita, 30 tahun, berat badan 60kg, dengan keluhan sesak dan muntah.
Tekanan darah 160/100mmHg, frekwensi nafas 28 kali/menit. Edema kedua
kaki, didapatkan rales pada kedua basal paru. Pemeriksaan darah: kadar
hemoglobin 7,3 g/dl, MCV dan MCHC normal, ureum 421 mg/dl, kreatinin 32
mg/dl. Pemeriksaan ultrasonografi didapatkan ukuran kedua ginjal mengecil,
densitas cortex meningkat, batas medula cortex kabur.
Jawaban:
( 72 x 32mg/dl )
= 5.610
2.304
= 2,4 (Stage 5. Gagal ginjal, GFR <15)
2. Tn. X berusia 50 tahun, berat badannya 60kg, hasil pemeriksaan kreatinin darah
3 mg/dl, maka berapa perhitungan fungsi ginjalnya?
Jawaban :
= {(140-50) x 60kg}
( 72 x 3mg/dl )
= 5.400
216
= 25 (Stage 4. Penurunan derajat berat dengan GFR 15 - 29
24
J. Proses Terjadinya Ude (Piting Udem + Asites)
Dalam bahasa Inggris pembengkakan adalah Edema yang berasal dari bahasa
yunani yaitu dropsyatau semacam penyakit yang merupakan akumulasi abnormal
cairan di bawah kulit atau dalam satu atau lebih rongga tubuh. Oedema (bengkak)
adalah pembengkakan karena penumpukan cairan pada exstremitas maupun pada organ
dalam tubuh.
Edema adalah gelembung cairan dari beberapa organ atau jaringan yang
merupakan terkumpulnya kelebihan cairan limfe, tanpa peningkatan umlah sel dalam
mempengaruhi jaringan. Edema bisa terkumpul pada beberapa lokasi pada tubuh, tetapi
biasanya terdapat pada kaki dan pergelangan kaki (Aethur C. Guyton)
Edema adalah peningkatan cairan intertisil dalam beberapa organ. Umumnya
jumlah cairan interstisil, yaitu keseimb angan homeostatis. Peningkatan sekresi
cairan ke dalam interstisium atau kerusakan pemebersihan cairan ini juga dapat
menyebabkan edema (Ida Bagus Gede Manuaba).
a) Retensi natrium dan air
Retensi natrium terjadi bila eksresi natrium dalam kemih lebih kecil dari pada
yang masuk (intake). Karena konsentrasi natrium meninggi maka akan terjadi
hipertoni. Hipertoni menyebabkan air ditahan, sehingga jumlah cairan ekstraseluler
dan ekstravaskuler (cairan interstitium) bertambah. Akibatnya terjadi edema.
Retensi natrium dan air dapat diakibatkan oleh factor hormonal (penigkatan
aldosteron pada cirrhosis hepatis dan sindrom nefrotik dan pada penderita yang
mendapat pengobatan dengan ACTH, testosteron, progesteron atau estrogen).
25
K. Proses Terjadinya Anemia pada GGK
Ginjal yang sehat menghasilkan hormon yang disebut EPO. EPO meminta sumsum
tulang untuk membuat sel darah merah, yang kemudian membawa oksigen ke seluruh
tubuh. Ketika ginjal sakit atau rusak, mereka tidak membuat cukup EPO. Akibatnya,
sumsum tulang membuat sel-sel darah merah lebih sedikit, dan menyebabkan anemia.
26
L. Patofisiologi keseluruhan pada GGK
27
BAB III
PENUTUP
A. Simpulan
Penyakit Ginjal Kronik (PGK) adalah suatu gangguan pada ginjal ditandai dengan
abnormalitas struktur ataupun fungsi ginjal yang berlangsung lebih dari 3 bulan.(jurnal fk
unand.2018). Hasil Riskesdas 2013, populasi umur ≥ 15 tahun yang terdiagnosis gagal ginjal
kronis sebesar 0,2%. Angka ini lebih rendah dibandingkan prevalensi PGK di negara-negara
lain, juga hasil penelitian Perhimpunan Nefrologi Indonesia (Pernefri) tahun 2006, yang
mendapatkan prevalensi PGK sebesar 12,5%. Hal ini karena Riskesdas 2013 hanya
menangkap data orang yang terdiagnosis PGK sedangkan sebagian besar PGK di Indonesia
baru terdiagnosis pada tahap lanjut dan akhir. Etiologi GGK terdapat beberapa faktor
diantaranya faktor patogenesis, faktor endogen dan faktor eksogen dengan beberapa tanjak
gejala seperti lemas, tidak ada tenaga, tidak nafsu makan, mual, muntah, bengkak, kencing
berkurang, gatal, sesak nafas, dan pucat dengan komplikasi yang lebih lanjut yaitu
menimbulkan hiperkalemia, edema, asidosis, gangguan pada otak (ensefalopati) dan
anemia.
B. Saran
Terima kasih untuk para pembaca yang telah membaca makalah ini. Kami menyadari
bahwa masih banyak kekurangan dalam penyusunan makalah ini. Maka dari itu kami
sebagai penyusun sangat mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari seluruh
pihak demi perbaikan makalah ini selanjutnya. Semoga makalah ini bisa menambah
pengetahuan dan bermanfaat bagi mahasiswa khususnya dan bagi para pembaca lain pada
umumnya.
28
DAFTAR PUSTAKA
Brunner & Suddarth. 1996. Keperawatan Medikal Bedah. Jakarta: Buku Kedokteran EGC
Edema patofisiologi & penanganan. Ian effendi, Restu pasaribu (ed). BAIPD. Jilid I. Edisi
IV. Jakarta : FKUI.
Gloria M. Bulechek dkk. Nursing Interventions Classification (NIC) Edisi Bahasa
Indonesia:Singapore:Elesevier.
Herman, Andreas. 2016. Cara menyembuhkan Batu & Gagal Ginjal Secara Alami. Jakarta:
Dt Awan.
http://www.depkes.go.id/download.php?file=download/pusdatin/infodatin/infodatin%20ginja
l%202017.pdf
http://www.p2ptm.kemkes.go.id/kegiatan-p2ptm/subdit-penyakit-jantung-dan-pembuluh-
darah/diagnosis-klasifikasi-pencegahan-terapi-penyakit-ginjal-kronis
National Kidney Foundation (2017). About Chronic Kidney Disease. Perhimpunan Nefrologi
Indonesia (2016). 9th Report of Indonesia Renal Registry.
29