Anda di halaman 1dari 21

LAPORAN PENDAHULUAN

POST NATAL CARE

OLEH
WIDYA PUSPA MOLOU, S.KEP

MENGETAHUI

PERSEPTOR KLINIK I PERSEPTOR KLINIK II

……………………………………………. ………………………………………….

PERSEPTOR AKADEMIK

NS. SITTI FATIMAH M. ARSAD, M.KEP


BAB I

KONSEP MEDIS

1.1 Definisi Depresi Post Partum

Depresi post partum merupakan suatu masalah serius yang dapat dialami wanita
setelah melahirkan. Selain menimbulkan akibat-akibat yang merugikan (adverse effects)
yang langsung dirasakan oleh wanita yang mengalaminya (Alfiben, 2015).

Depresi post partum merupaka salah satu gangguan psikologis yang sering dialami
oleh sebagian ibu nifas. Gangguan ini ditandai dengan perasaan sedih, menangis, cemas,
takut, merasa kesepian, curiga, penurunan nafsu makan, gangguan tidur, susah
berkonsentrasi, perasaan tidak berharga, kehilangan harapan, kurangnya minat terhadap
bayi, dan perasaan tidak mampumenjadi ibu, bahkan pada beberapa kasus adanya
halusinasi sehingga ada upaya ibu mencederai bayi, diri sendiri atau orang lain.
Biasanya, gejala tersebut muncul setelah minggu ke-2 post partum dan sebagian
penelitian melaporkan bahwa depresi ini bahkan dapat berlanjut sampai 2 tahun atau
sepanjang kehidupan wanita tersebut. (Reeder, Martin & Griffin, 2014; Migl, 2009;
Pillitteri, 2010).

Depresi postpartum (DPP) adalah suatu depresi yang ditemukan pada perempuan
setelah melahirkan, yang terjadi dalam kurun waktu 4 minggu, beberapa bulan bahkan
beberapa tahun bila tidak diatasi dengan baik. Pendapat lain menyebutkan bahwa PDP
dapat terjadi mulai 6 minggu sampai 1 tahun. (Corey.E and Thapa.S, 2017).

1.2 Etiologi

Penyebab depresi postpartum belum di ketahui secara pasti namun Faktor resiko
yang menyebabkan depresi post partum diantaranya, yaitu:

1. Perubahan kadar hormonal yakni estrogen, progesterone, prolaktin, dan estriol.


(dimana Hormon estrogen dan progesteron memiliki efek supresi aktifitas enzim
monoamine oxidase yaitu suatu enzim yang bekerja menginaktifasi baik nor
adrenalin maupun serotonin yang berperan dalam suasana hati dan kejadian depresi.
Estradiol dan estriol merupakan bentuk aktif dari estrogen yang dibentuk oleh
plasenta. Estradiol berfungsi menguatkan fungsi neurotransmitter melalui
peningkatan sintesis dan mengurangi pemecahan serotonin sehingga secara teoritis
penurunan kadar estradiol akibat persalinan berperan dalam menyebabkan depresi
pasca persalinan).
2. Faktor Demografi berupa umur wanita yang bersangkutan terkait dengan kesiapan
mental untuk menjadi seorang ibu. Papalia, dkk (2016) menyebutkan bahwa para
wanita pada saat ini mulai memiliki anak pada usia lebih tua dibandingkan para
wanita lima belas atau dua puluh tahun yang lalu, saat ini seringkali masa dewas
awal dihabiskan untuk pendidikan dan karier.
3. Faktor pengalaman, seringkali kasus depresi postpartum lebih banyak dialami oleh
wanita primipara (kehamilan dan kelahiran pertama).
4. Faktor selama persalinan, yakni banyak tidaknya intervensi medis yang diterima,
semakin banyak trauma fisik yang dialami peluang terjadinya trauma psikis dan
depresi pun semakin besar.
5. Faktor dukungan sosial dari suami dan keluarga sebelum, saat, dan pasca-salin akan
membantu meminimalisasi beban seorang ibu. (Kruckman, 2016)
1.3 Manifestasi Klinis
Tanda dan gejala postpartum depression atau postnatal depression bisa terjadi pada
awal kehamilan, beberapa minggu sesudah melahirkan, atau hingga setahun sesudah
bayi lahir. Ketika mengalami post partum depression, sesorang akan mengalami gejala-
gejala berikut:
1. Merasa cepat lelah atau tidak bertenaga.
2. Mudah tersinggung dan marah.
3. Menangis terus-menerus
4. Merasa gelisah tanpa alasan yang jelas.
5. Mengalami perubahan suasanan hati yang drastis
6. Kehilangan nafsu makan atau justru makan lebih banyak dari biasanya.
7. Tidak dapat tidur (insomnia) atau tidur terlalu lama
8. Sulit berpikiran jernih, berkonsentrasi, atau mengambil keputusan.
9. Tidak ingin bersosialisasi dengan teman dan keluarga.
10. Kehilangan minat terhadap kegiatan yang biasa disukainya.
11. Putus asa
12. Berpikir untuk melukai dirinya sendiri atau bayinya.
13. Munculnya pikiran tentang kematian dan ingin bunuh diri. (NHS Choice UK,
2016).
1.4 Patofisiologi
Depresi post partum sering terjadi pada ibu yang baru pertama kali memiliki anak.
Namun, tidak menutup kemungkinan terjadi pada anak selanjutnya. Penyebab dari post
partum sendiri tidak ada penyebab tunggal. Namun permasalahan fisik memiliki peran
dalam defresi post partum yakni factor biologis ataupun fisik setelah persalinan
perubahan hormone yang sangat besar dalam tubuh perempuan (terutama hormon
esterogen dan progesterone). Hormone tubuh lain yakni hormone menyusui/ proglatin
meningkat yang dapat memodulasi eksabilitas otak. Selanjutnya factor social muncul
dari dukungan keluarga yang kurang baik itu orang tua,suami maupun teman yang tidak
membantu membangkitkan rasa percaya diri pada seseorang yang yang baru saja
menerima amanah sebagai orang tua maka, dengan tidak adanya dukungan social
seseorang merasa bersalah pada diri sendiri dan lingkungannya yang dapat memicu
seseorang mengalami ketidaksanggupan dalam peran menjadi orang tua dan yang
terakhir yaitu factor psikologis muncul karena adanya penerimaan yang kurang dari
orang- orang terdekat sehingga memicu ibu tersebut menjadi cemas bahkan tidak
percaya diri dengan kemampuannya merawat bayi yang mungkin dikatakan baru
dilahirkan. Perasaan seperti ini yang berkepanjangan dapat menyebabkan ibu jatuh
dalam keadaan depresi (Kruckman, 2016).
1.5 Komplikasi
Adapun beberapa komplikasi depresi setelah melahirkan yaitu ibu dapat bunuh diri
atau membunuh bayinya. Upaya bunuh diri merupakan pertanda jelas dari kelelahan
mentalseseorang biasanya karena tekanan hidup dan depresi. Perilaku bunuh diri sering
dipicu oleh kehilangan harga diri dan hamil diluar nikah. Ibu sering tidak merespon
positif terhadap bayinya seperti pada saat bayinya menangis, tatapan mata atau gerakan
tubuh. Akibatnya ibu tidak mampu merawat bayinya secara optimal termasuk malas
menyusui, sehingga akan mempengaruhi kesehatan, pertumbuhan dan perkembangan
sang bayi. Selain depresi postpartum berdampak pada bayi, dapat juga berdampak
terhadap suami yaitu reganggangnya perkawinan. Depresi setelah melahirkan yang
dialami seorang ibu merupakan hal yang bersifat individual, maka penatalaksanaanya
meliputi pemberian dukungan dan penyuluhan mengenai perasaan yang dirasakan.
(Rukiyah Yeyeh Ai, 2014)
1.6 Penatalaksanaan
Strategi pengobatan non farmakologis berguna untuk wanita dengan gejala depresi
ringan sampai sedang. Psikoterapi individu atau kelompok yang meliputi kognitif-
perilaku dan terapi interpersonal terbukti sangat efektif. Salah satunya adalah cognitive
behavior therapy (CBT) atau terapi perilaku kognitif yang merupakan salah satubentuk
konseling untuk membantu klien agar menjadi lebih sehat, memperoleh pengalaman
yang memuaskan, dan dapat memenuhi gaya hidup tertentu. Konseling perilaku kognitif
terfokus pada kegiatan mengelola dan memonitor pola pikir klien sehingga mengurangi
pikiran negative dan mengubah isi pikiran agar diperoleh emosi yang lebih positif yang
dilakukan dengan memberikan latihan relaksasi dan edukasi. Teknik relaksasi yang
dilakukan untuk menurunkan kecemasan klien yang mengalami depresi postpartum.
Penanganan psikologis dalam bentuk edukasi pada ibu postpartum dapat meredukasi
depresi postpartum dan meningkatkan respons positif. Penangganan psikologis dalam
bentuk terapi kognitif dan perilaku pada ibu bersalin dapat mereduksi terjadinya depresi
postpartum yang dilakukan penyedia pelayanan kesehatan termasuk dokter, perawat,
dan bidan untuk mencari penyelesaian depresi postpartum. Proses penyesuaian menjadi
seorang ibu, sangat rentan terhadap gangguan emosi terutama selama kehamilan,
persalina dan postpartum. Sistem dukungan yang kuat dan konsisten merupsksn faktor
utama keberhasilan melakukan penyesuaian bagi ibu. Dukungan yang paling efektif di
dapat dari suami. (Imandintya dan Miraswati, 2014)
Pathway

DEPRESI POST PARTUM

Faktor Biologis Faktor Sosial Faktor psikologis

Estrogen dan Dukungan social Penerimaan yg


progesterone yang kurang kurang

Hormon menyusui
Merasa bersalah
(proglatin) Gangguan
pada diri atau
psikologis
lingkungan

Memodulasi
ekstabilitas otak Ketidaksanggupan DX.Koping tidak
dlm perubahan efektif
peran menjadi orng
Aktivasi sub unit tua
reseptor diotak

DX.Penampilan
Beberapa hormone Peran Tidak
lain diotak terlepas Efektif
(kortisol)

kecemasan

Menarik diri dan Ketidakmampuan


Stress emosional sedih merawat bayi

Stimulasi saraf
simpatis Nafsu makan DX.Harga diri
menurun rendah
situasional

DX.Defisit Nutrisi
BAB II

KONSEP KEPERAWATAN

3.1 Pengkajian

ASUHAN KEBIDANAN PADA IBU NIFAS

P….A…. USIA …… POSTPARTUM NORMAL / DENGAN PENYULIT …...


JAM/HARI …...

DI ……………………………….

NO. REGISTER : tidak terkaji


TGL, JAM MASUK : tidak terkaji

DI RAWAT DI RUANG : tidak terkaji

I. Pengumpulan data
A. Identitas/biodata

Nama Ibu : Tidak terkaji Nama ayah : Tidak terkaji


Umur : Tidak terkaji Umur : Tidak terkaji
Suku/Bangsa : Tidak terkaji Suku/Bangsa : Tidak terkaji
Agama : Tidak terkaji Agama : Tidak terkaji
Pendidikan : Tidak terkaji Pendidikan : Tidak terkaji
Pekerjaan : Tidak terkaji Pekerjaan : Tidak terkaji
Alamat : Tidak terkaji Alamat : Tidak terkaji
No telp : Tidak terkaji No telp : Tidak terkaji

B. Data Subjektif
Tanggal / Jam Pengkajian :tidak terkaji

1. Alasan Masuk : Tidak terkaji


2. Keluhan : Tidak terkaji
3. Riwayat kehamilan, persalinan dan nifas P: A: tidak terkaji

no Umur Persalinan Keadaan bayi Masa Komplika


si
Anak Jenis Usia Penolo Tempat BB Pb JK laktas / penyulit
persa persalina ng i
linan n
Tidak Tida Tidak Tidak Tidak Tida Tida Tida Tidak Tidak
terkaji k terkaji terkaji terkaji k k k terkaj terkaji
terka terk terkaj terkaj i
ji aji i i
4. Riwayat kontrasepsi

no Jenis Lama pakai keluhan Berhenti/ganti cara


kontrasepsi Tahun Alasan
Tidak terkaji Tidak terkaji Tidak terkaji Tidak Tidak terkaji
terkaji

5. Riwayat persalinan terakhir


 Tanggal / jam persalinan : tidak terkaji
 Jenis persalinan : tidak terkaji
 Penolong : tidak terkaji
 Lama persalinan
Kala I :tidak terkaji
Kala II :tidak terkaji
Kala III :tidak terkaji
Kala IV : tidak terkaji
 Komplikasi / penyulit persalinan : tidak terkaji
6. Riwayat kesehatan
a. Penyakit sistemik yang pernah/sedang diderita : tidak terkaji
b. Penyakit yang pernah/sedang disertai keluarga : tidak terkaji
7. Riwayat post partum sekarang
a. Pola nutrisi
Makan : tidak terkaji
Minum : tidak terkaji
b. Pola eliminasi
BAK : tidak terkaji
BAB : tidak terkaji
Keluhan : tidak terkaji
c. Personal Hygiene
Mandi & Gosok Gigi : tidak terkaji
Ganti pakain : tidak terkaji
Ganti pembalut :tidak terkaji
d. Istirahat
Tidur : tidak terkaji
Keluhan : tidak terkaji
e. Aktivitas : tidak terkaji
f. Hubungan seksual : tidak terkaji
g. Data psikososial
Respon ibu terhadap kehadiran bayi :tidak terkaji
Respon keluarga terhadap kehadiran bayi :tidak terkaji
Pengalaman menyusui :tidak terkaji
C. Data Objektif
Pemeriksaan Umum
1. Keadaan umum : Tidak terkaji
2. Tingkat kesadaran : Tidak terkaji
3. Keadaan emosional : Tidak terkaji
4. Tanda-tanda vital
TD : Tidak terkaji
N : Tidak terkaji
R : Tidak terkaji
SB : Tidak terkaji
5. Pemeriksaan Laboratorium
a. Wajah : tidak terkaji
b. Mata : tidak terkaji
c. Mulut : tidak terkaji
d. Payudara
Putting susu : tidak terkaji
Bentuk : tidak terkaji
Pembengkakan : tidak terkaji
Pengeluaran ASI : tidak terkaji
e. Abdomen
Tinggi fundus uteri : tidak terkaji
Kontraksi uterus : tidak terkaji
Kandung kemih : tidak terkaji
Pengeluaran lochia : tidak terkaji
f. Vulva
Warna lochia : tidak terkaji
Bau : tidak terkaji
Jumlah : tidak terkaji
g. Perineum (utuh/rupture)
Luka jahitan perineum : tidak terkaji
h. Ekstremitas
Edema : tidak terkaji
Nyeri / kemerahan : tidak terkaji
6. Pemeriksaan laboratorium
II. INTERPRETASI DATA
Hari / tanggal : tidak terkaji pukul : tidak terkaji
a. Diagnosa : tidak terkaji
Dasar S : tidak terkaji
Dasar O : tidak terkaji
b. Masalah : tidak terkaji
c. Kebutuhan : tidak terkaji
III. DIAGNOSA POTENSIAL : tidak terkaji
IV. TINDAKAN SEGERA (Mandiri, kolaborasi, rujukan)
V. PERENCANAAN
Hari / tanggal : tidak terkaji pukul : tidak terkaji
VI. PELAKSANAAN
Hari / tanggal : tidak terkaji pukul : tidak terkaji
VII. EVALUASI
Hari / tanggal : tidak terkaji pukul : tidak terkaji

3.2 Diagnosa

1. Koping Tidak Efektif


2. Defisit Nutrisi
3. Harga Diri Rendah Situasional
4. Penampilan Peran Tidak Efektif
1.3. Intervensi

NO SDKI SLKI SIKI

1. Koping Tidak Efektif (D.0096) Status koping l.09086 Promosi Koping (I.09312)

Kategori : Psikologis Definisi :

Sub Kategori : Integritas Ego Meningkatkan upaya kognitif dan perilaku untuk menilai
dan merspons stressor dan/atau kemampuan
Definisi : menggunakan sumber-sumber yang ada.
Ketidakmampuan menilai dan merespons stressor Observasi
dan/atau ketidakmampuan menggunakan sumber-
sumber yang ada untuk mengatasi masalah. 1. Identifikasi kegiatan jangka pendek dan panjang sesuai
tujuan
Penyebab : 2. Identiffikasi kemampuan yang dimiliki
3. Identifikasi sumber daya yang tersedia untuk memenuhi
1. Ketidakpercayaan terhadap kemampuan diri
tujuan
mengatasi masalah
4. Identifikasi pemahaman proses penyakit
2. Ketidakadekuatan sistem pendukung
5. Identifikasi dampak situasi terhadap peran dan hubungan
3. Ketidakadekuatan strategi koping
6. Identifikasi metode penyelesaian masalah
4. Ketidakteraturan atau kekacauan lingkungan
7. Identifikasi kebutuhan dan keinginan terhadap dukungan
5. Ketidakcukupan persiapan untuk menghadapi
sosial
stressor
Terapeutik
6. Disfungsi sistem keluarga
7. Krisis situasional 1. Diskusikan perubahan peran yang dialami
8. Krisis maturasional 2. Gunakan pendekatan yang tenang dan meyakinkan
9. Kerentanan personalitas 3. Diskusikan alasan mengkritik diri sendiri
10. Ketidakpastian 4. Diskusikan untuk mengklarifikasi kesalahpahaman dan
Gejala dan Tanda Mayor mengevaluasi perilaku sendiri
5. Diskusikan konsekuensi tidak menggunakan rasa
Subjektif
bersalah dan rasa malu
1. Mengungkapkan tidak mampu mengatasi masalah 6. Diskusikan resiko yang menimbulkan bahaya pada diri
Objektif sendiri
7. Fasilitasi dalam memperoleh informasi yang dibutuhkan
1. Tidak mampu memenuhi peran yang diharapkan 8. Berikan pilihan realistis mengenai aspek-aspek tertentu
(sesuai usia) dalam perawatan
2. Menggunakan mekanisme koping yang tidak 9. Motivasi untuk menentukan harapan yang realistis
sesuai 10. Tinjau kembali kemampuan dalam mengambil
Gejala dan Tanda Minor keputusan
11. Hindari mengambil keputusan saat pasien berada di
Subjektif
bawah tekanan
1. Tidak mampu memenuhi kebutuhan dasar 12. Motivasi terlibat dalam kegiatan sosial
2. Kekhawatiran kronis 13. Motivasi mengidentifikasi sistem pendukung yang
Objektif tersedia
14. Dampingi saat berduka (mis. Penyakit kronik,
Penyalahgunaan zat kecacatan)
15. Perkenalkan dengan orang atau kelompok yang berhasil
1. Memanipulasi orang lain untuk memenuhi mengalami pengalaman sama
keinginannya sendiri 16. Dukung penggunaan mekanisme pertahanan yang tepat
2. Perilaku tidak asertif 17. Kurangi rangsangan lingkungan yang mengancam
3. Partisipasi sosial kurang Edukasi
Kondisi Klinis Terkait
1. Anjurkan menjalin hubungan yang memiliki kepentingan
1. Kondisi perawatan kritis dan tujuan sama
2. Attention Deficit/Hyperactivity Disororder 2. Anjurkan penggunaan sumber spritual, jika perlu
(ADHD) 3. Anjurkan mengungkapkan perasaan dan persepsi
3. Gangguan perilaku 4. Anjurkan keluarga terlibat
4. Oppositional Defiant Disorder 5. Anjurkan membuat tujuan yang lebih spesifik
5. Gangguan kecemasan perpisahan 6. Ajarkan cara memcahkan masalah secara konstruktif
6. Delirium 7. Latih penggunaan teknik relaksasi
7. Demensia 8. Latih keterampilan sosial, sesuai kebutuhan
8. Gangguan amnestik 9. Latih mengembangkan penilaian objektif
9. Intoksikasi zat
10. Putus zat
2. Defisit nutrisi (D.0019) Status Nutrisi (L.03030) 1. Manajemen Nutrisi
Kategori : Fisiologis
Subkategori : Nutrisi dan cairan Observasi :
Definisi
1. Identifikasi status nutrisi
Asupan nutrisi tidak cukup untuk memenuhi kebutuhan
2. Identifikasi kebutuhan kalori dan jenis nutrient
metabolisme
3. Monitor asupan makanan
Penyebab :
4. Monitor berat badan
1. Kurangnya asupan makanan
5. Monitor hasil pemeriksaan laboratorium
2. Ketidakmampuan menelan makanan
Terapeutik :
3. Ketidakmampuan mencerna makanan
4. Ketidakmampuan mengabsorpsi nutrient 6. Fasilitasi melakukan pedoman diet (mis. piramida
5. Peningkatan kebutuhan metabolism makanan
6. Faktor ekonomi ( mis. Financial tidak
mencukupi) Edukasi :
7. Faktor psikologis (mis. Stress, keengganan
untuk makan) 7. Anjurkan diet yang diprogramkan

Gejala dan Tanda Mayor : Kolaborasi :

DS : 8. Kolaborasi dengan ahli gizi untuk menentukan jumlah


kalori dan jenis nutrient yang dibutuhkan, jika perlu
(Tidak tersedia)

DO :

1. Berat badan menurun minimal 10% di bawah


rentang ideal

Gejala dan Tanda Minor :

DS :
1. Cepat kenyang setelah makan

2. Kram/Nyeri abdomen

3. Nafsu makan menurun

DO :

1. Bising usus hiperaktif

2. Otot penguyanh lemah

3. Otot menelan lemah

4. Membran mukosa pucat

5. Sariawan

7. Serum albumin turun

8. Rambut rontok berlebihan

9. Diare

3. Harga Diri rendah situasional (D.0087) Harga Diri (L.09069) Manajemen perilaku (I.12463)

Kategori : Psikologis Definisi

Subkategori : Integritas Ego Mengidentifikasi dan mengelola perilaku negative

Definisi Tindakan

Evaluasi atau perasaan negative terhadap diri sendiri Observasi


atau kemampuan klien sebagai respon terhadap situasi
saat ini. 1. identifikasi harapan untuk mengendalikan perilaku
Terapeutik
Penyebab 1. diskusikan tanggung
1. perubahan pada citra tubuh jawab terhadap perilaku
2. perubahan peran social 2. jadwalkan perilaku terstruktur
3. Ketidak adekuatan pemahaman 3. ciptakan dan pertahankan lingkungan dan kegiatan
perawatan konsisten setiap dinas
4. perilaku tidak konstisten dengan nilai
4.tingkatkan aktifitas fisik sesuai kemampuan
5. kegagalan hidup berulang
5. Batasi jumlah pengunjung
6. riwayat kehilangan
6. bicara dengan nada rendah dan tenang
7. riwayat penolakan
7. lakukan kegiatan pengalihan terhadap sumber agitasi
8. transisi perkembangan
8. cegah perilaku pasif dan agresif
Gejala dan Tanda mayor
9. Beri penguatan positif terhadap keberhasilan
Subjektif mengendalikan perilaku
1. menilai diri negative (mis. Tidak berguna, tidak 10. lakukan pengekangan fisik sesuai indikasi
tertolong)
11. hindari bersikap menyudutkan dan menghentikan
2. merasa malu/bersalah pembicaraan
3. melebih-lebihkan penilaian negatif tentang diri 12. hindari bersikap menyudutkan dan menghentikan
sendiri pembicaraan
4. menolak penilaian positif tentang diri sendiri 13. hindari sikap mengancam dan berdebat
Objektif 14. hindari berdebat atau menawar batas peilaku yang telah
1. berbicara pelan dan lirih di tetapkan

2. menolak berinteraksi dengan orang lain Edukasi

3. berjalan menunduk 1. informasikan keluarga bahwa keluarga sebagai dasar


pembentukan kognitif.
4. Postur tubuh menunduk

Gejala dan Tanda Minor

Subjektif

1. sulit berkonsetrasi

Objektif

1. kontak mata kurang

2. lesu dan tidak bergairah

3. Pasif

4. Tidak mampu membuat keputusan

Kondisi klinis terkait

1. cedera traumatis

2. pembedaan

3. kehamilan

4. Kondisi baru terdiagnosis (mis. Diabetes mellitus)

5. Stroke
6. Penyalahgunaan Zat

7. Demensia

8. Pengalaman tidak menyenangkan

4. Penampilan peran tidak efektif (D.0125) Penampilan Peran Dukungan penampilan peran (L.13478)
(L.13119)
Kategori : Relasional

Subkategori : Interaksi Sosial Definisi

Definisi Memfasilitasi pasien dan keluarga untuk memperbaiki


hubungan dengan mengklarifikasi an memenuhi perilaku
Pola perilaku yang berubah atau tidak sesuai dengan peran tertentu
harapan, norma, dan lingkungan
Tindakan

Observasi
Penyebab
1. Identifikasi berbagai peran dan periode transisi sesuai
1. Harapan peran tidak realistis tingkat perkembangan
2. Hambatan Fisik 2. Identifikasi peran yang ada dalam keluarga
3. Harga Diri rendah 3. Identifikasi adanya peran
4. Perubahan Citra tubuh yang tidak terpenuhi
5. Ketidakadekuatan system pendukung (sipport Terapeutik
system)
1. Fasilitas adaptasi peran keluarga terhadap perubahan
6. Stres peran yang tidak diinginkan
7. Perubahan Peran 2. Fasilitas bermain peran dalam mengantisipasi reaksi
8. Faktor Ekonomi orang lain terhadap perilaku

3. Fasilitas diskusi perubahan peran anak terhadap bayi baru


lahir, jika perlu
Gejala dan Tanda mayor
4. Fasilitasi diskusi tentang peran orang tua, jika perlu
Subjektif
5. Fasilitasi diskusi tentang adaptasi peran saat anak
1. merasa bingung menjalankan peran meninggalkan rumah, jika perlu
2. merasa harapan tidak terpenuhi 6. Fasilitasi diskusi harapan dengan keluarga dalam peran
timbale balik
3. Merasa tidak puas dalam menjalankan peran
Edukasi
Objektif
1. Diskusikan perilaku yang di butuhkan untuk
1.Konflik peran
pengembangan peran
2. Adaptasi tidak adekuat
2. Diskusikan perubahan peran yang diperlukan akibat
3. Strategi Koping tidak efektif penyakit atau ketidakmampuan

Gejala dan Tanda Minor 3. Diskusikan perubahan peran dalam menerima


ketergantungan orang tua
Subjektif
4. Diskusikan strategi positif untuk mengelola perubahan
1. Merasa cemas peran
Objektif 5. Ajarkan perilaku baru yang di butuhkan oleh pasien/orang
tua untuk memenuhi peran
1. Depresi
Kolaborasi
2. Dukungan social kurang
1. Rujuk dalam kelompok
3. Kurang bertanggung jawab menjalankan peran
Kondisi klinis Terkait

1. Penyakit keganasan organ reproduksi

2. kondisi kronis

3. Pembedahan mayor

4. Penyalahgunaan Zat

5. Cedera medulla spinalis

6. sindrom keletihan kronis

7. Depresi mayor
DAFTAR PUSTAKA

Alfiben. (2015). Efektifitas Peningkatan Dukungan Suami dalam Menurunkan


Terjadinya Depresi Postpartum. Majalah Obstetrik Ginekologi Indonesia.
Bussel, J.C., Spitz, B. & Demyttenaere, K. (2015). Depressive symptomatology in
pregnant and postpartum women. An exploratory study of the role of maternal
antenatal orientations. Arch Womens Ment Health.
Chen, C. (2013). Effect of support group in postnatal distress woman. Journal of
Psychomostic Research.
Corey.E and Thapa.S, (2017) Postpartum Depression: An Overview of Treathment and
Prevention : World Health Organization Department of Reproductive Health
and Research,Geneva, 2017.
Fitelson, E., Kim, S., Baker, A.S., & Leight, K. (2016). Treatment of postpartum
depression: Clinical, psychological and pharmacological options. International
Journal of Women’s Health, 3, 1-14.

Gondo, H.K. (2012). Skrining Edinburgh postnatal depression scale (EPDS) pada
postpartum blues. Bagian Obstetri dan Ginekologi Fakultas Kedokteran
Universitas Wijaya Kusuma Surabaya.

Imandintya, Miraswati. Perbandingan kejadian postpartum blues pada ibu postpartum


dengan persalinan normal dan section caesura. 2014.

Kruckman. 2016. Maternity Nursing: Family, Newborn, and Women’s Health Care
Education (18th ed.). Philadelphia: Lippincott.

Loveland-Cook, C.A., Flick, L.H., Homan,S.M., Campbell, C., McSweeney, M., &
Gallagher, M.E (2016). Posttraumatic stress disorder in pregnancy: Prevalence,
risk factors, and treatment.Obstes Gynecol, 103 (4), 710-717.

Marshal, F, 2015. Mengatasi Depresi Pasca Melahirkan. Jakarta: Penerbit Arcan.

NHS Choice UK (2016). Postnatal Depression.


Oktavia, L; Basri,. S. 2017. Hubungan antara Dukungan Sosial Yang Diterima Secara
Nyata Dengan Ada/Tidaknya Gangguan Depresi Pasca Persalinan Pada Ibu
Dewasa Muda. Jurnal Psikologi Sosial Vol.8 No.1 (15-21).

Papalia, dkk. 2016. Human Development (Psikologi Perkembangan, bagian I s/d IV).
Jakarta: Prenada Media Group.

Perarlstein, T., Howard, M., Salisbury, A. & Zlotnick, C. (2014). Post Partum
depression. Journal Obstet Gynecol Neonatal Nurs.

Reeder, Martin & Koniak-Griffin. Keperawatan Maternitas: Kesehatan Wanita, Bayi, &
keluarga. Jakarta: EGC, 2015.

Rukiyah, Yeyeh Ai. Asuhan kebidanan 4 (patologi) bagian 2. Jakarta: TIM, 2014.

Tezel, A., Gozum, S. (2016). Comparizon of effects nursing care to problem solving
training on levels of depressive symptoms in post partum women. J Obstet
Gynecol Neonatal Nurs.

Thompson, K.S & Fox, J.E. (2013). Postpartum depression: a comprehensive approach
to evaluation and treatment. Ment Health Fam Med.

Tim Pokja SDKI DPP PPNI. 2017. Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia :
Definisi dan Indikator Diagnostik. Jakarta : DPP PPNI
Tim Pokja SIKI DPP PPNI. 2017. Standar Intervensi Keperawatan Indonesia : Definisi
dan Tindakan Keperawatan. Jakarta : DPP PPNI
Tim Pokja SLKI DPP PPNI. 2019. Standar Luaran Keperawatan Indonesia : Definisi
dan Kriteria Hasil Keperawatan. Jakarta : DPP PPNI

Anda mungkin juga menyukai