Anda di halaman 1dari 52

MAKALAH

KEJANG DEMAM

OLEH :
SITI KOMARIYAH
NIM : 1570316029
NO PESERTA : 93922773330687
KATA PENGANTAR

Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha Panyayang, penulis
panjatkan puja dan puji syukur atas kehadirat-Nya, yang telah melimpahkan rahmat, hidayah-
Nya , sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah tentang “KEJANG DEMAM”.
Dalam menyelesaikan penyusunan tugas ini tentunya banyak mendapatkan masukan
dari berbagai pihak baik kritik, saran dan motivasi. Penulis menyadari sepenuhnya bahwa
masih ada kekurangan baik dari keterbatasan pengetahun, segi susunan kalimat maupun tata
bahasanya. Oleh karena itu dengan tangan terbuka penulis menerima segala saran dan kritik
yang bersifat konstruktif untuk dikemudian hari.
Akhir kata penulis berharap semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi penulis
khususnya dan bagi pembaca.

Pasuruan, 19 Februari 2022

Penulis
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Kejang demam merupakankelainan neurologis yang paling sering terjadi pada anak, 1

dari 25 anak akan mengalami satu kali kejang demam. Hal ini dikarenakan, anak yang masih

berusia dibawah 5 tahun sangat rentan terhadap berbagai penyakit disebabkan sistem

kekebalan tubuh belum terbangun secara sempurna (Harjaningrum, 2011). Serangan kejang

demam pada anak yang satu dengan yang lain tidaklah sama, tergantung nilai ambang

kejang masing-masing. Oleh karena itu, setiap serangan kejang harus mendapat penanganan

yang cepat dan tepat, apalagi kejang yang berlangsung lama dan berulang.Sebab,

keterlambatan dan kesalahan prosedur bisa mengakibatkan gejala sisa pada anak, bahkan

bisa menyebabkan kematian (Fida&Maya, 2012).

Kejang yang berlangsung lama biasanya disertai apneu (henti nafas) yang dapat

mengakibatkan terjadinya hipoksia (berkurangnya kadar oksigen jaringan) sehingga

meninggikan permeabilitas kapiler dan timbul edema otak yang mengakibatkan kerusakan

sel neuron otak. Apabila anak sering kejang, akan semakin banyak sel otak yang rusak dan

mempunyai risiko menyebabkan keterlambatan perkembangan, retardasi mental,

kelumpuhan dan juga 2-10% dapat berkembang menjadi epilepsi (Mohammadi, 2010).

WHO memperkirakan pada tahun 2005 terdapat lebih dari 21,65 juta penderita kejang

demam dan lebih dari 216 ribu diantaranya meninggal. Selain itu di Kuwait dari 400 anak

berusia 1 bulan-13 tahun dengan riwayat kejang, yang mengalami kejang demam sekitar

77% (WHO, 2005). Insiden terjadinya kejang demam diperkirakan mencapai 4-5% dari
jumlah penduduk di Amerika Serikat, Amerika Selatan, dan Eropa Barat.Namun di Asia

angka kejadian kejang demam lebih tinggi, seperti di Jepang dilaporkan antara 6-9%

kejadian kejang demam, 5-10% di India, dan 14% di Guam (Hernal, 2010).

B. Tujuan

1. Untuk Mengetahui definisi Kejang demam

2. Untuk Mengetahui etiologi Kejang demam

3. Untuk Mengetahui Klasifikasi Kejang demam

4. Untuk Mengetahui patofisiologi Kejang demam

5. Untuk Mengetahui manisfestasi klinik Kejang demam

6. Untuk Mengetahui pemeriksaan penunjang Kejang demam

7. Untuk Mengetahui penatalksanaan Kejang demam


BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

A. Pengertian

Kejang demam merupakan kejang yang terjadi pada suhu badan tinggi (suhu

tubuh diatas 38⁰C) karena terjadi kelainan ektrakranial. Kejang demam atau febrile

convulsion adalah bangkitan kejang yang terjadi pada kenaikkan suhu tubuh yang

disebabkan oleh proses ekstrakranium (Lestari, 2016). Kejang demam adalah perubahan

aktivitas motorik yang bersifat paroksimal dan dalam waktu tertentu akibat dari adanya

aktifitas listrik abnormal di otak yang terjadi karena kenaikan suhu tubuh (Widagno,

2012). Jadi, dapat disumpulkan bahwa kejang demam adalah gangguan yang terjadi

akibat peningkatan suhu tubuh pada anak yang mengakibatkan kejang yang disebabkan

oleh proses ektrakranial

B. Etiologi

Hingga saat ini penyebab kejang demam belum diketahui secara pasti, namun

kejang demam yang disebabkan oleh hipertermia yang muncul secara cepat yang

berkaitan dengan infeksi virus atau bakteri. Pada umumnya berlangsung secara singkat,

dan mungkin terdapat predisposisi familiar. (Kusuma, 2015). Menurut (Lestari, 2016)

kejang demam dapat disebabkan infeksi saluran pernapasan atas, otitis media,

pneumonia, dan infeksi saluran kemih, sedangkan menurut (Ridha , 2014) mengatakan

bahwa faktor resiko terjadinya kejang demam diantaranya :


a. Faktor-faktor prenatal

b. Malformasi otak congenital

c. Faktor genetika

d. Demam

e. Gangguan metabolisme

f. Trauma

g. Neoplasma

h. Gangguan Sirkulasi

C. Klasifikasi

Widagno (2012), mengatakan berdasarkan epidemiologi, kejang demam dibagi 3 jenis,

yaitu :

1. Kejang demam sederhana (simple febrile convulsion), biasanya terjadi pada anak

umur 6 bulan sampai 5 tahun, yang disertai kenaikan suhu tubuh yang mencapai ≥

39⁰C. Kejang bersifat umum, umumnya berlangsung beberapa detik/menit dan

jarang sampai 15 menit. Pada akhir kejang diakhiri dengan suatu keadaan singkat

seperti mengantuk (drowsiness), dan bangkitan kejang terjadi hanya sekali dalam 24

jam, anak tidak mempunyai kelainan neurologik pada pemeriksaan fisik dan riwayat

perkembangan normal, demam bukan disebabkan karena meningitis atau penyakit

lain dari otak.

2. Kejang demam kompleks (complex or complicated febrile convulsion) biasanya

kejang terjadi selama ≥ 15 menit atau kejang berulang dalam 24 jam dan terdapat

kejang fokal atau temuan fokal dalam masa pasca bangkitan. Umur pasien, status

neurologik dan sifat demam adalah sama dengan kejang demam sederhana.
3. Kejang demam simtomatik (symptomatic febrile seizure) biasanya sifat dan umur

demam adalah sama pada kejang demam sederhana dan sebelumnya anak

mempunyai kelainan neurologi atau penyakit akut. Faktor resiko untuk timbulnya

epilepsi merupakan gambaran kompleks waktu bangkitan. Kejang bermula pada

umur < 12 bulan dengan kejang kompleks terutama bila kesadaran pasca iktal

meragukan maka pemeriksaan CSS sangat diperlukan untuk memastikan

kemungkinan adanya meningitis.

Sedangkan menurut prosesnya kejang demam dibagi menjadi 2 yaitu:

a. Intrakranial

1) trauma (perdarahan): perdarahan subarachnoid, subdural atau ventrikuler.

2) infeksi : bakteri, virus, parasit misalnya meningitis

3) kongenital: disgenesis, kelainan serebri

b. Ekstrakranial

1) Gangguan metabolik: hipoglikemia, hipokalsemia, hipomagnesia, gangguan

elektrolit (Na dan K) misalnyan pada pasien dengan riwayat diare

sebelumnya.

2) Toksis: intoksikasi, anastesi lokal, sindroma putus obat.

3) Kongenital: gangguan metabolisme asam basa atau ketergantungan dan kekurangan

piridoksin ( Kusuma, 2015)


D. Manifeatasi Klinis

Menurut (Dewanto, 2009) gejala klinis yang paling sering dijumpai pada

kejang demam diantaranya:

1. Suhu tubuh mencapai >38⁰C

2. Anak sering hilang kesadaran saat kejang

Awal (< 15 menit) Lanjut (15-30 Berkepanjangan ( >


menit) 1 jam)
Meningkatnya Menurunnya Hipotensidisertai
kecepatan tekanan darah berkurangnya aliran drah
serebrum sehingga terjadi
hipotensi serebrum
Meningkatkan Menurunny gula Gangguan sawar
tekanan darah a darah darah otak yang
menyebabkan
edema serebrum
Meningkatkan Distritmia
kadar glukosa
Meningkatkan Edema non
suhu paru
pusat tubuh jantung
Meningkatka Sek
n darah putih
Sumber : Sylvia A. Price

E. Patofisiologi

Sumber energi otak adalah glukosa yang melalui proses oksidasi dipecah menjadi

CO2 dan air. Sel dikelilingi oleh membran yang terdiri dari permukaan dalam yaitu lipoid

dan permukaan luar yaitu ionik. Dalam keadaan normal membran sel neuron dapat dilalui

dengan mudah ion kalium (K+) dan sangat sulit dilalui oleh ion Natriun (Na+) dan

elektrolit lainnya, kecuali ion klorida (CI-). Akibatnya konsentrasi ion K+ dalam sel
neuron tinggi dan konsentrasi Na+ rendah, sedang diluar sel neuron terdapat keadaan

sebaliknya. Karena perbedaan jenis dan konsentrasi ion di dalam dan luar sel, maka

terdapat perbedaan potensial membran yang disebut potensial membran dari neuron.

Untuk menjaga keseimbangan potensial membran diperlukan energi dan bantuan enzim

Na-K ATP-ase yang terdapat pada permukaan sel. Keseimbangan potensial membran ini

dapat diubah oleh :

1. Perubahan konsentrasi ion diruang ekstraselular

2. Rangsangan yang datang mendadak misalnya mekanisme, kimiawi atau aliran listrik

dari sekitarnya

3. Perubahan patofisiologi dari membran sendiri karena penyakit atau keturunan

Pada keadaan demam kenaikkan suhu 1⁰C akan mengakibatkan kenaikkan

metabolisme basal 10-15 % dan kebutuhan oksigen akan meningkat 20%. Pada anak 3

tahun sirkulasi otak mencapai 65 % dari seluruh tubuh dibandingkan dengan orang

dewasa hanya 15%. Oleh karena itu kenaikkan suhu tubuh dapat mengubah

keseimbangan dari membran sel neuron dan dalam waktu yang singkat terjadi difusi

dari ion kalium maupun ion natrium akibat terjadinya lepas muatan listrik. Lepas

muatan listrik ini demikian besarnya sehingga dapat meluas keseluruh sel maupun ke

membran sel disekitarnya dengan bantuan “neurotransmitter” dan terjadi kejang. Tiap

anak mempunyai ambang kejang yang berbeda dan tergantung tinggi rendahnya

ambang kejang seseorang anak akan menderita kejang pada kenaikan suhu tertentu.

Kejang demam yang berlangsung singkat pada umumnya tidak berbahaya dan

tidak meninggalkan gejala sisa. Tetapi kejang demam yang berlangsung lama (lebih

dari 15 menit) biasanya disertai apnea, meningkatkanya kebutuhan oksigen dan energi
untuk kontraksi otot skeletal yang akhirnya terjadi hipoksemia, hiperkapnia, asidosis

laktat disebabkan oleh metabolisme anerobik, hipotensi artenal disertai denyut jantung

yang tidak teratur dan suhu tubuh meningkat yang disebabkan makin meningkatnya

aktifitas otot dan mengakibatkan metabolisme otak meningkat. Rangkaian kejadian

diatas adalah faktor penyebab hingga terjadinya kerusakan neuron otak selama

berlangsungnya kejang (Lestari, 2016 dan Ngastiyah, 2016)

F. Phatway
G. Pemeriksaan Penunjang

1. Pemeriksaan laboratorium berupa pemeriksaan darah tepi lengkap, elektrolit, dan

glukosa darah dapat dilakukan walaupun kadang tidak menunjukkan kelainan yang

berarti.

2. Indikasi lumbal fungsi pada kejang demam adalah untuk menegakkan atau

menyingkirkan kemungkinan meningitis. Indikasi lumbal fungsi pada pasien dengan

kejang demam meliputi :

a. Bayi < 12 bulan harus dilakukan lumbal fungsi karena gejala meningitis sering

tidak jelas.

b. Bayi antara 12 bulan-1 tahun dianjurkan untuk melakukan lumbal fungsi kecuali

pasti bukan meningitis

3. Pemeriksaan EEG dapat dilakukan pada kejang demam yang tidak khas.

4. Pemeriksaan foto kepala, CT-scan/ MRI tidak dianjurkan pada pasien anak tanpa

kelainan nuerologist karena hampir semuanya menunjukkan gambaran normal. CT-

scan / MRI direkomendasikan untuk kasus kejang demam fokal untuk mencari lesi

organil di otak.(Nurarif, 2015)

H. Penatalaksanaan

Dalam penanggulangan kejang demam ada beberapa faktor yang perlu dikerjakan

yaitu:

1. Penatalaksanaan Medis

a. Memberantas kejang secepat mungkin Bila pasien datang dalam keadaan status

konvulsivus (kejang), obat pilihan utama yang diberikan adalah diazepam yang
diberikan secara intravena. Dosis yang diberikan pada pasien kejang disesuaikan dengan

berat badan, kurang dari 10 kg 0,5-0,75 mg/kgBB dengan minimal dalam spuit 7,5 mg

dan untuk BB diatas 20 kg 0,5 mg/KgBB. Biasanya dosis rata-rata yang dipakai 0,3

mg /kgBB/kali dengan maksimum 5 mg pada anak berumur kurang dari 5 tahun, dan 10

mg pada anak yang lebih besar. Setelah disuntikan pertama secara intravena ditunggu

15 menit, bila masih kejang diulangi suntikan kedua dengan dosis yang sama juga

melalui intravena. Setelah 15 menit pemberian suntikan kedua masih kejang, diberikan

suntikan ketiga denagn dosis yang sama juga akan tetapi pemberiannya secara

intramuskular, diharapkan kejang akan berhenti. Bila belum juga berhenti dapat

diberikan fenobarbital atau paraldehid 4 % secara intravena. Efek samping dari

pemberian diazepan adalah mengantuk, hipotensi, penekanan pusat pernapasan.

Pemberian diazepan melalui intravena pada anak yang kejang seringkali menyulitkan,

cara pemberian yang mudah dan efektif adalah melalui rektum. Dosis yang diberikan

sesuai dengan berat badan ialah berat badan dengan kurang dari 10 kg dosis yang

diberikan sebesar 5 mg, berat lebih dari 10 kg diberikan 10 mg. Obat pilihan pertama

untuk menanggulangi kejang atau status konvulsivus yang dipilih oleh para ahli adalah

difenilhidantion karena tidak mengganggu kesadaran dan tidak menekan pusat

pernapasan, tetapi dapat mengganggu frekuensi irama jantung.

b. Pengobatan penunjang

Sebelum memberantas kejang tidak boleh dilupakan pengobatan

penunjang yaitu semua pakaian ketat dibuka, posisi kepala sebaiknya miring

untuk mencegah aspirasi isi lambung, usahakan agar jalan napas bebas untuk

menjamin kebutuhan oksigen. Fungsi vital seperti kesadaran, suhu, tekanan

darah, pernapasan dan fungsi jantung diawasi secara ketat. Untuk cairan

intravena sebaiknya diberikan dengan dipantau untuk kelainan metabolik dan


elektrolit. Obat untuk hibernasi adalah klorpromazi 2-. Untuk mencegah edema

otak diberikan kortikorsteroid dengan dosis 20-30 mg/kgBB/hari dibagi dalam 3

dosis atau sebaiknya glukokortikoid misalnya dexametason 0,5-1 ampul setiap 6

jam sampai keadaan membaik.

c. Memberikan pengobatan rumat

Setelah kejang diatasi harus disusul pengobatan rumat. Daya kerja

diazepam sangat singkat yaitu berkisar antara 45-60 menit sesudah disuntikan,

oleh karena itu harus diberikan obat antiepileptik dengan daya kerja lebih lama.

Lanjutan pengobatan rumat tergantung daripada keadaan pasien. Pengobatan ini

dibagi atas dua bagian, yaitu pengobatan profilaksis intermiten dan pengobatan

profilaksis jangka panjang.

d. Mencari dan mengobati penyebab

Penyebab kejang demam sederhana maupun epilepsi yang diprovokasi oleh

demam biasanya adalah infeksi respiratorius bagian atas dan otitis media akut.

Pemberian antibiotik yang adekuat perlu untuk mengobati penyakit tersebut.

Secara akademis pasien kejang demam yang datang untuk pertama kali

sebaliknya dilakukan pungsi lumbal untuk menyingkirkan kemungkinan adanya

faktor infeksi didalam otak misalnya meningitis.

2. Penatalaksanaan keperawatan

a. Pengobatan fase akut

1) Airway

a) Baringkan pasien ditempat yang rata, kepala dimiringkan dan pasangkan


sudip lidah yang telah dibungkus kasa atau bila ada guedel lebih baik.

b) Singkirkan benda-benda yang ada disekitar pasien, lepaskan pakaian yang

mengganggu pernapasan

c) berikan O2 boleh sampai 4 L/ mnt.

2) Breathing

Isap lendir sampai bersih

3) Circulation

a) Bila suhu tinggi lakukan kompres hangat secara intensif.

b) Setelah pasien bangun dan sadar berikan minum hangat ( berbeda

dengan pasien tetanus yang jika kejang tetap sadar) Jika dengan

tindakan ini kejang tidak segera berhenti, hubungi dokter apakah perlu

pemberian obat penenang.

b. Pencegahan kejang berulang

a) Segera berikan diazepam intravena, dosis rata-rata 0,3mg/kgBB atau

diazepam rektal. Jika kejang tidak berhenti tunggu 15 menit dapat diulang

dengan dengan dosis dan cara yang sama.

b) Bila diazepan tidak tersedia, langung dipakai fenobarbital dengan dosis

awal dan selanjutnya diteruskan dengan pengobatan rumat.

(Ngastiyah,2012)
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Kejang pada anak dapat mengganggu kehidupan keluarga dan kehidupan sosial

orang tua khususnya ibu, karena ibu dibuat stress dan rasa cemas yang luar

biasa.Bahkan, ada yang mengira anaknya bisa meninggal karena kejang. Beberapa ibu

panik ketika anak mereka demam dan melakukan kesalahan dalam mengatasi demam

dan komplikasinya.Kesalahan yang dilakukan ibu salah satunya disebabkan karena

kurang pengetahuan dalam menangani. Memberikan informasi kepada ibu tentang

hubungan demam dan kejang itu sendiri merupakan hal yang penting untuk

menghilangkan stress dan cemas mereka (Hazaveh, 2011).

B. Saran

Sebenarnya banyak hal yang bisa dilakukan ibu dalam mengatasi demam pada

anak sebelum terjadi kejang dan selanjutnya membawa ke rumah sakit. Mengukur suhu

dan memberi obat penurun panas, kompres air hangat (yang suhunya kurang lebihsama

dengan suhu badan anak) dan memberikan cairan yang cukup dapat menurunkan suhu

tubuh anak.Ibu harus menyadari bahwa demam merupakan salah satu faktor penyebab

terjadinya kejang, dikarenakan adanya peningkatan suhu tubuh yang cepat (Raftery,

2008).
DAFTAR PUSTAKA
ASUHAN KEPERAWATAN
KEJANG DEMAM

OLEH :
SITI KOMARIYAH
NIM : 1570316029
NO PESERTA : 93922773330687
FORMAT PENGKAJIAN KEPERAWATAN ANAK

I. Biodata
a. Identitas Klien b. Identitas orang tua
1. Inisial nama An. R 1. Inisial ayah Tn. D
Sulawesi,11-07-2021 43 tahun
2. Tempat tanggal  Usia
................tahun Sarjana Hukum
lahir/ usia Laki-laki  Pendidikan Islam
Islam PNS
3. Jenis kelamian  Agama Gratitunon-Kec Grati
4. Agama Gratitunon -Kec Grati  Pekerjaan Kab.Pasuruan
Kab. Pasuruan Ny. L
5. Pendidikan
1860989  Alamat 34 tahun
6. Alamat 12-2-2022 Sarjana Hukum
12-2-2022 Islam
2. Inisial Ibu
PNS
7. No. Register
Kejang Demam Sederhana  Usia Gratitunon-Kec Grati
8. Tanggal MRS Kab Pasuruan
 Pendidikan
9. Tanggal
 Agama
pengkajian
 Pekerjaan
10.Diagnosa
 Alamat
medis saat
pengkajian

c. Identitas Saudara Kandung


No NAMA USIA HUBUNGAN STATUS KESEHATAN
1. M. Reza 8 tahun Kakak kandung Baik
2. Ahmad Fadlan Farid 4 tahun Anak no.2 (kandung) Baik
3. 3 Rizqi 8 bulan Adik kandung Baik

II. Riwayat Kesehatan


A. Riwayat Kesehatan Sekarang :
Keluhan Utama : Panas 390 C
Riwayat Keluhan Utama :
Ibu pasien mengatakan pasien kejang 1x selama ± 5 menit, tangan dan kaki kaku, mata melirik ke
atas disertai demam dengan suhu 390 C, panas (+) sejak 1 hari sebelum di bawa ke RSUD, mual
dan muntah (+), batuk pilek (+).

Keluhan Pada Saat Pengkajian :


Pada saat dilakukan pengkajian tanggal 18-05-2017 ibu pasien mengatakan pasien panas dengan
suhu 390 C.
B. Riwayat Kesehatan Lalu (khusus untuk anak usia 0 – 5 tahun)
1. Prenatal care
a. Ibu memeriksakan kehamilannya setiap minggu di Dokter kandungan
Keluhan selama hamil yang dirasakan oleh ibu, tapi oleh dokter dianjurkan untuk
Selama hamil ibu tidak mengalami masalah, dokter memberikan suplemen tambah darah
dan vitamin.
b. Riwayat terkena radiasi : -
c. Riwayat berat badan selama hamil : 58 kg
e. Riwayat Imunisasi TT : -
f. Golongan darah ibu : A Golongan darah ayah : B
2. Natal
a, Tempat melahirkan : Rumah sakit
b. Jenis persalinan : SC (sectio caesar)
c. Penolong persalinan : Dokter
e. Komplikasi yang dialami oleh ibu pada saat melahirkan dan setelah melahirkan :
-
3. Post natal
a. Kondisi bayi : Baik APGAR : 2-2-2-2-2
b. Anak pada saat lahir tidak mengalami : kecacatan
(Untuk semua Usia)
 Klien pernah mengalami penyakit : - pada umur : -
diberikan obat oleh : -
 Riwayat kecelakaan : -
 Riwayat mengkonsumsi obat-obatan berbahaya tanpa anjuran dokter dan
menggunakan zat/subtansi kimia yang berbahaya : -
 Perkembangan anak dibanding saudara-saudaranya : baik
C. Riwayat Kesehatan Keluarga
¤ Genogram

Ket :

III. Riwayat Immunisasi (imunisasi lengkap)


NO Jenis immunisasi Waktu pemberian Frekuensi Reaksi setelah pemberian Frekuensi
1. BCG Usia 2 minggu 1 kali menangis -
2. DPT (I,II,III) 2, 3, 4 bulan 3 kali menangis -
3. Polio (I,II,III,IV) 2, 3, 4 bulan 4 kali menangis -
4. Campak - - - -
5. Hepatitis - - - -

IV. Riwayat Tumbuh Kembang


A. Pertumbuhan Fisik
1. Berat badan : 3400 kg
2. Tinggi badan :52 cm.
3. Waktu tumbuh gigi 5 bulan gigi tanggal : - Jumlah gigi : 5 buah.
B. Perkembangan Tiap tahap
Usia anak saat
1. Berguling :3 bulan
2. Duduk :7 bulan
3. Merangkak : 5 bulan
4. Berdiri :7 bulan
5. Berjalan :- tahun
6. Senyum kepada orang lain pertama kali : 2 bulan
7. Bicara pertama kali : 8 bulan dengan menyebutkan : mama
8. Berpakaian tanpa bantuan : -
V. Riwayat Nutrisi
A. Pemberian ASI
Asi 4 bulan dan melakukan ke susu formula
B. Pemberian susu formula
1. Alasan pemberian : Asinya sudah tidak keluar
2. Jumlah pemberian : 800 cc/ hari
3. Cara pemberian : botol susu
Pola perubahan nutrisi tiap tahap usia sampai nutrisi saat ini
Lama
Usia Jenis Nutrisi
Pemberian
0 - 4 bulan Asi 4 bulan
5 – 8 bulan Susu formula 4 bulan

VI. Riwayat Psikososial


 Anak tinggal bersama : Orang tua di : Rumah
 Lingkungan berada di : Perumahan
 Rumah dekat dengan : jalan, tempat bermain : - kamar
klien : Satu kamar dengan orang tua
 Rumah ada tangga : ya
 Hubungan antar anggota keluarga : hubungan anak dengan keluarga baik
 Pengasuh anak : di asuh oleh orang tua
VII. Riwayat Spiritual
 Support sistem dalam keluarga : orang tua selalu memberikan dukungan dan support untuk anak-
anaknya.
 Kegiatan keagamaan : orang tua selalu mengajarkan bagaimana cara mengaji dan beribadah untuk
anak-anaknya.
VIII. Reaksi Hospitalisasi
A. Pengalaman keluarga tentang sakit dan rawat inap
o Ibu membawa anaknya ke RS karena : demam
o Apakah dokter menceritakan tentang kondisi anak : ya
o Perasaan orang tua saat ini : khawatir, cemas
o Orang tua selalu berkunjung ke RS : ya
o Yang akan tinggal dengan anak : kedua orang tua
B. Pemahaman anak tentang sakit dan rawat inap
Sebelumnya anak belum pernah di rawat di RS / mengalami tindakan operasi.

IX. Aktivitas sehari-hari


A. Nutrisi
Kondisi Sebelum Sakit Saat Sakit
1. Selera makan 3x/ hari susu dan bubur tim 2x kadang tidak mau

B. Cairan
Kondisi Sebelum Sakit Saat Sakit
1. Jenis minuman
Susu formula Susu dan per infus
2. Frekuensi minum
800 cc/ hari 800 cc/ hari
3. Kebutuhan cairan - -
- -
4. Cara pemenuhan

C. Eliminasi (BAB&BAK)
Kondisi Sebelum Sakit Saat Sakit
1. Tempat pembuangan
2. Frekuensi (waktu) Pempers Pempers
Bangun tidur 1x/ hari 2x
3. Konsistensi Lunak Lunak
4. Kesulitan - -
- -
5. Obat pencahar
D. Istirahat tidur
Kondisi Sebelum Sakit Saat Sakit
1. Jam tidur
- Siang
3 – 4 jam / hari 2 jam / hari
- Malam
20.00 – 06.00 21.00 – 03.00 kadang tertidur
kembali
2. Pola tidur Baik -
Minum susu -
3. Kebiasaan sebelum tidur
- -
4. Kesulitan tidur

E. Olah Raga
Kondisi Sebelum Sakit Saat Sakit
1. Program olah raga
2. Jenis dan frekuensi - -
- -
3. Kondisi setelah olah
- -
raga

F. Personal Hygiene
Kondisi Sebelum Sakit Saat Sakit
1. Mandi
- Cara
- Frekuensi
- Alat mandi Di seka Di seka
2x 1x
2. Cuci rambut Bak air, handuk Wash lap, air hangat
- Frekuensi
3x -
- Cara Di bilas dengan sampo -
3. Gunting kuku
- -
- Frekuensi - -
- Cara
- -
4. Gosok gigi - -
- Frekuensi
- Cara
G. Aktifitas/Mobilitas Fisik
Kondisi Sebelum Sakit Saat Sakit
1. Kegiatan sehari-hari
Tidak ada batasan dalam -
beraktifitas
2. Pengaturan jadwal harian
- -
3. Penggunaan alat Bantu aktifitas - -
- -
4. Kesulitan pergerakan tubuh

H. Rekreasi
Kondisi Sebelum Sakit Saat Sakit
1. Perasaan saat sekolah
2. Waktu luang - -
- -
3. Perasaan setelah rekreasi - -
4. Waktu senggang klg - -
- -
5. Kegiatan hari libur

X. Pemeriksaan Fisik
1. Keadaan umum : Cukup
2. Kesadaran : Composmentis
3. Tanda – tanda vital :
a. Tekanan darah : - mmHg
b. Denyut nadi :124 x / menit
c. Suhu : 39 o C
d. Pernapasan : 30 x/ menit
4. Berat Badan : 8 kg
5. Tinggi Badan : 77 cm
6. Kepala
Inspeksi
Keadaan rambut & Hygiene kepala : bersih
a. Warna rambut : hitam
b. Penyebaran :-
c. Mudah rontok :-
d. Kebersihan rambut : bersih
Palpasi
Benjolan : ada / tidak ada : tidak ada
Nyeri tekan : ada / tidak ada : tidak ada
Tekstur rambut : kasar/halus : halus
7. Muka
Inspeksi
a. Simetris / tidak : simetris
b. Bentuk wajah : bulat
c. Gerakan abnormal : -
d. Ekspresi wajah :-
Palpasi
Nyeri tekan / tidak : tidak ada nyeri tekan
Data lain :-
8. Mata
Inspeksi
a. Pelpebra : Edema / tidak ada edema
Radang / tidak ada radang
b. Sclera : Icterus / tidak
c. Conjungtiva : Radang / tidak ada radang
Anemis / tidak
d. Pupil : - Isokor / anisokor
- Myosis / midriasis
- Refleks pupil terhadap cahaya : -
e. Posisi mata :
Simetris / tidak : simetris
f. Gerakan bola mata : normal
g. Penutupan kelopak mata : normal
h. Keadaan bulu mata : normal
i. Keadaan visus : normal
j. Penglihatan : - Kabur / tidak kabur
- Diplopia / tidak
Palpasi
Tekanan bola mata : tidak ada benjolan / nyeri tekan
Data lain :-
9. Hidung & Sinus
Inspeksi
a. Posisi hidung : simetris
b. Bentuk hidung : mancung
c. Keadaan septum : baik
d. Secret / cairan : terdapat secret
Data lain :-
10. Telinga
Inspeksi
a. Posisi telinga : simetris
b. Ukuran / bentuk telinga : simetris
c. Aurikel : normal
d. Lubang telinga : Bersih, tidak ada serumen, tidak ada nanah
e. Pemakaian alat bantu :-
Nyeri tekan / tidak
Pemeriksaan uji pendengaran
a. Rinne :
b. Weber :
c. Swabach :
Pemeriksaan vestibuler : .........................................................................................................
Data lain : .........................................................................................................

11. Mulut
Inspeksi
a. Gigi
- Keadaan gigi : baik
- Karang gigi / karies : tidak ada karang gigi, terdap karies gigi
- Pemakaian gigi palsu : tidak ada pemakaian gigi palsu
b. Gusi
Merah / radang / tidak : tidak ada radang, gusi merah muda
c. Lidah
Kotor / tidak : bersih
d. Bibir
- Cianosis / pucat / tidak : lembab
- Basah / kering / pecah : kering
- Mulut berbau / tidak : mulut bersih
- Kemampuan bicara : sepatah 1, 2 kata dengan kata mama
Data lain :-
12. Tenggorokan
a. Warna mukosa : merah muda
b. Nyeri tekan : tidak ada nyeri tekan
c. Nyeri menelan : tidak ada nyeri menelan
13. Leher
Inspeksi
Kelenjar thyroid : tidak ada pembesaran kelenjar thyroid
Palpasi
a. Kelenjar thyroid : tidak teraba
b. Kaku kuduk / tidak : tidak ada kaku kuduk
c. Kelenjar limfe : tidak ada pembesaran kelenjar limfe
Data lain :-

14. Thorax dan pernapasan


a. Bentuk dada : simetris
b. Irama pernafasan : teratur, RR : 30x/ menit
c. Pengembangan di waktu bernapas : simetris
d. Tipe pernapasan : reguler
Data lain :-
Palpasi
a. Vokal fremitus :-
b. Massa / nyeri :-
Auskultasi
a. Suara nafas : Vesikuler
b. Suara tambahan : tidak ada suara tambahan
Perkusi
Redup / pekak / hypersonor / tympani
Data lain :-
15. Jantung
Palpasi
Ictus cordis : tidak teraba
Perkusi
Pembesaran jantung :-

Auskultasi
a. BJ I :-
b. BJ II :-
c. BJ III :-
d. Bunyi jantung tambahan :-
Data lain :-
16. Abdomen
Inspeksi
a. Membuncit :-
b. Ada luka / tidak :-
Palpasi
a. Hepar :-
b. Lien :-
c. Nyeri tekan :-
Auskultasi
Peristaltik :-
Perkusi
a. Tympani :-
b. Redup :-
Data lain :-

17. Genitalia dan Anus : tidak ada iritasi pada anus dan sectum
18. Ekstremitas
Ekstremitas atas
a. Motorik
- Pergerakan kanan / kiri : pergerakan kanan/ kiri baik
- Pergerakan abnormal :-
- Kekuatan otot kanan / kiri : kekuatan otot baik
- Tonus otot kanan / kiri : baik
- Koordinasi gerak : pergerakan tidak terbatas
b. Refleks
- Biceps kanan / kiri : normal
- Triceps kanan / kiri : normal
c. Sensori
- Nyeri : tidak ada
- Rangsang suhu :-
- Rasa raba :-

Ekstremitas bawah
a. Motorik
- Gaya berjalan : masih perlu dibantu
- Kekuatan kanan / kiri : baik
- Tonus otot kanan / kiri : tonus otot baik
b. Refleks
- KPR kanan / kiri : normal
- APR kanan / kiri : normal
- Babinsky kanan / kiri : normal
c. Sensori
- Nyeri : tidak ada nyeri
- Rangsang suhu :-
- Rasa raba :-
Data lain :-
19. Status Neurologi.
Saraf – saraf cranial
a. Nervus I (Olfactorius) : penghidu :-
b. Nervus II (Opticus) : Penglihatan : baik
c. Nervus III, IV, VI (Oculomotorius, Trochlearis, Abducens)
- Konstriksi pupil :-
- Gerakan kelopak mata : baik
- Pergerakan bola mata : baik, mengikuti arah
- Pergerakan mata ke bawah & dalam : baik
d. Nervus V (Trigeminus)
- Sensibilitas / sensori : .................................................................................
- Refleks dagu : .................................................................................
- Refleks cornea : .................................................................................
e. Nervus VII (Facialis)
- Gerakan mimik : .................................................................................
- Pengecapan 2 / 3 lidah bagian depan : .................................................................................
f. Nervus VIII (Acusticus)
Fungsi pendengaran : .................................................................................
g. Nervus IX dan X (Glosopharingeus dan Vagus)
- Refleks menelan : baik
- Refleks muntah : baik
- Pengecapan 1/3 lidah bagian belakang :
- Suara : .................................................................................
h. Nervus XI (Assesorius)
- Memalingkan kepala ke kiri dan ke kanan : baik
- Mengangkat bahu : baik
i. Nervus XII (Hypoglossus)
- Deviasi lidah : .................................................................................
Tanda – tanda perangsangan selaput otak
a. Kaku kuduk : tidak ada kaku kuduk
b. Kernig Sign :
c. Refleks Brudzinski : .................................................................................
d. Refleks Lasegu :
Data lain : .................................................................................
XI. Pemeriksaan Tingkat Perkembangan (0 – 6 Tahun )
Dengan menggunakan DDST
1. Motorik kasar : anak dapat miring mulai usia 3 bulan, tengkurap usia 4 bulan, merangkak
usia 6-7 bulan, anak dapat duduk usia 7 bulan dan berdiri mulai usia 7 bulan
2. Motorik halus :anak dapat menggenggam mulai usia 2 bulan, dapat memindahkan benda
mulai usia 5 bulan.
3. Bahasa : anak dapat mengoceh mulai usia 2 bulan, dapat berbicara 2 suku kata mulai usia 8
bulan.
4. Personal social : anak dapat tersenyum mulai usia 2 bulan, dapat mengenal orang tua mulai
usia 3 bulan.
XII. Test Diagnostik
= Laboratorium
WBC : 8, 07 Gula darah sewaktu : 127
RBC : 5, 23
HGB : 11, 1
= Foto Rotgen, CT Scan, MRI, USG, EEG, ECG : -

XIII. Terapi saat ini (ditulis dengan rinci)


Infus D5 ¼ , NS 900 cc/ 24 jam
Injeksi ceftriaxon 2 x 350 mg
Injeksi sanmol 4 x 100 mg
Injeksi diasepam 2, 5 mg
Injeksi dexsametason 3 x 1, 5 mg
P.O puyer bapil 3 x 1

ANALISA DATA
Nama Pasien : An. R No.Reg:1860089
Usia : 8bln
DATA ETIOLOGI MASALAH
S : Ibu pasien mengatakan An. Infeksi bakteri, virus, dan parasit Hipertermi
R panas sejak…..
Reaksi inflamasi
O : Suhu : 39 ºc
Kulit terasa hangat Proses demam
Bayi tampak menangis rewel
RR : 30 x/menit Hipertermi
N : 124 x/menit
Bibir tampak kering
Bayi tampak berkeringat
Bayi tampak dikompres
DAFTAR DIAGNOSA KEPERAWATAN
BERDASARKAN PRIORITAS

TANGGAL TANGGAL
NO DIAGNOSA KEPERAWATAN
DITEMUKAN TERATASI
1 Hipertermi b/d proses inflamasi d/d kulit teraba 12.02.2022 12.02.2022
hangat, bibir tampak kering, s : 39 ºc
Nursing Care Plan (NCP)
Nama Pasien : An. R No.Reg: 18600998
Usia : 8 bulan
Diagnosa keperawatan Tujuan dan kriteria hasil NIC
Hipertermi b/d proses inflamasi a. Tujuan 1. Monitor tanda-tanda vital
Setelah dilakukan asuhan 2. Longgarkan atau lepaskan
keperawatan selama 3x24 pakaian
jam pasien dapat
3. Berikan metode
mempertahankan suhu
tubuh stabil dengan KH. pendinginan external
b. Kriteria hasil misalnya, kompres pada
Semua indikator outcome daerah leher, ketiak,
menunjukan skor 5
abdomen, selangkangan.
Nursing Outcome
Classification (NOC): 4. Monitor suhu tubuh pasien
1. Termoregulasi . 5. Kolaborasi dengan tim
2. .....................
3. ....................... medis dalam pemberian
terapi analgesic dan
antipiretik.
CatatanKeperawatan:
Nama Pasien : An.R No.Reg:1860098
Usia : 8 bln
Hari/Tgl No Dx
TindakanKeperawatandanRespon Ttd
Jam Kep
12/02/2022 1 1. Mengobservasi keadaan umum pasien.
14.45  K/U cukup
 Kesadaran composmentis
 GCS 4,5,6
15.00 1 2. Memberikan obat sanmol 4x100 mg melalui cairan infuse
15.35 1 3. Melonggarkan pakaian pasien dan mengopres pada daerah
lipatan tubuh
16.00 1 4. Monitor TTV
 S : 38,8 ºC
 N : 112 x/menit
16.15 1 5. Mengkaji tanda dan gejala adanya peningkatan suhu tubuh
dan penyebab
16.40 1 6. Menganjurkan kepada ibu pasien supaya anak memakai
pakaian yang tipis dan menyerap keringat
18.00 1
7. Monitor intake dan output
BAB 1x lunak, warna kuning, BAK 200 cc
18.48 1 8. Berkolaborasi dengan tim medis dalam pemberian obat
Sanmol 4x100 mg
Nf. D5 ¼ NS 900 cc/24 jam
19.18 1 9. Mengkaji tanda dan gejala adanya peningkatan suhu tubuh
dan penyebab.
R∕ suhu : 38 ºC
10. Menganjurkan kepada ibu pasien supaya An. R memakai
19.58 1 pakaian tipis dan menyerap kejang.
R : pasien tidak rewel
11. Memonitor suhu tubuh pasien.
19.58 1
S : 37, 8ºC
12. Memonitor intake dan output
20.20 1 R : BAB 1x lunak warna kuning
BAK ± 200 cc
13. Mengkolaborasikan dengan tim medis dalam pemberian
21.00 1 obat yang tepat.
R : pasien mendapat terapi
- Sanmol 4 x 100 mg
- Infus D5 1∕4 Ns 900 cc∕ 24 jam
14. Mengobservasi keadaan umum pasien, memantau suhu
tubuh.
12∕02∕2022 1 - Suhu : 36, 8ºC
14.00 - Nadi : 112x ∕ menit
- Pasien terpasang infus D5 1∕4 Ns 900 cc di kaki kanan
- Bayi tampak tenang
15. Mengobservasi keadaan umum pasien
- k∕ u cukup
- bayi tampak nyaman, tenang
15.45 1 - Suhu : 36ºC
- Nadi : 105 x∕ menit
- Tidak ada sianosis
- terpasang infus D5 1∕4 Ns 900 cc ∕ 24 jam
16. memberikan obat sesuai indikasi dari dokter
R : pasien mendapat terapi sanmol 4 x 100 mg
17. mengganti cairan infus
16.35 1 18. memonitor tanda-tanda vital
19. mengkaji kembali tanda dan gejala adanya peningkatan
suhu tubuh. S : 36, 7ºC
17.00 1 20. memberikan edukasi kepada orang tua mengenai
18.00 1
tindakan-tindakan untuk mencegah kondisi sakit yang
12∕02∕2022 1
berhubungan dengan panas.
10.00 1 R : orang tua memahami
21. pasien pulang

13.15 1
CatatanPerkmbangan (Progress Note) :
Nama Pasien : An. R No.Reg:18600998
Usia : 8 bulan
Diagnosa Keperawatan : Hipertermi
NOC :
Tanggalobservasidanhasil
No Indikator 12-02-2022 12-02-2022 12-02-2022
1 2 3 4 S 1 2 3 4 S 1 2 3 4 S 1 2 3 4 S
1 Penurunan suhu tubuh 1 + + 4 + + + + 5
2 Hipertermi 1 + + + 4 + + + + 5
3 Perubahan warna kulit + + + + 5 + + + + 5 + + + + 5

Keterangan :
- = Tidaksesuai yang diharapkan
+ = Sesuai yang diharapkan
S = Skoring
KeteranganSkoring:
1= -
2 = 1+
3 = 2+
4 = 3+
5 = 4+
Evaluasi:
Nama Pasien :An. R No.Reg:18600998
Usia : 8 bulan
Hari/Tanggal No Dx Evaluasi Tanda
Jam Kep Tangan
12-02-2022 1 S: ibu pasien mengatakan An.R sudah tidak panas.
14.00

O:
 K/U cukup
 S : 36 ºC
 124 x/menit
 An. R tampak tenang

NOC: Termoregulasi
Indikator Score
Penurunan suhu tubuh 5
Hipertermi 5
Perubahan warna kulit 5

A: Masalahsesuaidengan NOC termoregulasi teratasi


P: Intervensi dihentikan :
1. NIC : Termoregulasi dihentikan
2. NIC :
(coret yang tidakperlu)
LAPORAN PENGABDIAN
MASYARAKAT

OLEH :
SITI KOMARIYAH
NIM : 1570316029
NO PESERTA : 93922773330687
LAPORAN PENGABDIAN MASYARAKAT
Nama Peserta Siti Komariyah

Unit Kerja Ruang IGD


Tempat dan Tanggal Ruang Rawat Jalan dan 12 Februari 2022
Sasaran Keluarga pasien
Jumlah 22 Orang
Waktu 25 Menit
Topik Kejang Demam
Tujuan Keluarga memahami tentang
Kejang Demam
Materi Sesuai tujuan dan pokok pembahasan
Lampiran
Kesimpulan
Peserta pengabdian kepada masyarakat telah dilakukan dengan edukasi kejang demam
kepada keluarga dengan demikian peserta yang akan diberikan edukasi sesuai dengan masalah.

Saran
Berdasarkan pelaksanaan kegiatan pengabdian kepada masyarakat disarankan untuk
memeriksakan kesehatan secara rutin terutama jika terdapat tanda gejala yang berhubungan
dengan kejang demam. Bagi petugas kesehatan diharapkan dapat memberi informasi terkait
dengan mengontrol faktor risiko yang telah dimiliki masyarakat.
LAMPIRAN
SATUAN ACARA PENYULUHAN
KEJANG DEMAM

Topik               : Kejang Demam
Sasaran            : Keluarga pasien
Tempat            : Ruang Tulip 3 RSUD GRATI KABUPATEN PASURUAN
Hari                 : Sabtu, 12 Februari 2022
Waktu             : 25 menit

1. TUJUAN INSTRUKSIONAL UMUM


Setelah diberikan penyuluhan diharapkan keluarga pasien dapat mengerti dan
memahami tentang Kejang Demam yang terjadi pada anak.

2. TUJUAN INSTRUKSIONAL KHUSUS


Setelah diberikan penyuluhan mengenai Kejang Demam, keluarga pasien dapat :
1. Menjelaskan pengertian Kejang Demam
2. Menjelaskan macam-macam Kejang Demam
3. Menjelaskan penyebab Kejang Demam
4. Menjelaskan tanda dan gejala Kejang Demam
5. Menjelaskan komplikasi Kejang Demam
6. Menjelaskan penatalaksanaan Kejang Demam
3. MATERI
1.    Pengertian Kejang Demam
2.    Penyebab Kejang Demam
3.    Perjalanan penyakit Kejang Demam
5.    Tanda dan gejala Kejang Demam
6.    Macam-macam Kejang Demam
7.    Penatalaksanaan Kejang Demam
8.    Pemeriksaan diagnostik Kejang Demam
4. METODE
Ceramah dan Diskusi

5. MEDIA
1. Leaflet
2. Flip chart

6. KEGIATAN PENYULUHAN
No Waktu Kegiatan Penyuluhan Kegiatan peserta
1. 5 menit Pembukaan :
 Mengucapkan salam pembuka  Menjawab salam
 Memperkenalkan diri  Mendengarkan
 Menjelaskan maksud dan tujuan dilakukan  Mendengarkan
penyuluhan
 Menanyakan kepada peerta sejauh mana  Menjawab pertanyaan
pemahaman tentang materi yang akan penyuluh
disampaikan
2. 10 menit Pelaksanaan :
 Menjelaskan pengertianKejang Demam  Memperhatikan
 Menjelaskan penyebabKejang Demam  Memperhatikan
 Menjelaskan perjalanan penyakit Kejang  Memperhatikan
Demam
 Menjelaskan tanda dan gejala Kejang Demam  Memperhatikan
 Menyebutkan Menjelaskan macam-macam  Memperhatikan
Kejang Demam
 Menjelaskan penatalaksanaan Kejang Demam  Memperhatikan
 Menjelaskan pemeriksaan diagnostik Kejang  Memperhatikan
Demam
3. 10 menit Penutup :
 Menggali pengetahuan peserta tentang materi  Menjelaskan tentang materi
yang telah disampaikan. Kejang Demam yang telah
disampaikan.
 Menyimpulkan hasil kegiatan penyuluhan  Mendengarkan
 Mengucapkan salam penutup  Menjawab salam

7. KRITERIA EVALUASI
1. Evaluasi Struktur
 Kesiapan materi
 Kesiapan SAP
 Kesiapan media : Leaflet
 Peserta hadir di tempat penyuluhan
 Penyelenggaraan dilaksanakan di Ruang IGD
2. Evaluasi Proses
 Fase dimulai sesuai dengan waktu yang direncanakan
 Peserta antusias terhadap materi penyuluhan
 Peserta mengajukan pertanyaan dan menjawab pertanyaan secara benar
 Suasana penyuluhan tertib
 Tidak ada peserta yang meninggalkan tempat penyuluhan
MATERI PENYULUHAN

A. Pengertian Kejang Demam


Kejang demam atau febrile convulsion ialah bangkitan kejang yang terjadi pada kenaikan
suhu tubuh (suhu rektal di atas 38oC) yang disebabkan oleh proses ekstrakranium (Ngastiyah,
1997:229).
Kejang demam adalah suatu kejadian pada bayi atau anak yang biasanya terjadi antara
umur 3 bulan sampai 5 tahun berhubungan dengan demam tetapi tidak pernah terbukti
adanya infeksi intra kranial atau penyebab tertentu. (Consesnsus Statement On Febrile
Siezures, 1980 )

B. Penyebab Kejang Demam
Bangkitan kejang pada bayi dan anak disebabkan oleh kenaikan suhu badan yang tinggi
dan cepat, yang disebabkan oleh infeksi diluar susunan syaraf pusat misalnya : tonsilitis ostitis
media akut, bronchitis, dll
Kejang dapat disebabkan oleh berbagai kondisi patologis, termasuk tumor otak, trauma,
bekuan darah pada otak, meningitis, ensefalitis, gangguan elektrolit, dan gejala putus alkohol
dan obat gangguan metabolik, uremia, overhidrasi, toksik subcutan dan anoksia serebral.
Sebagian kejang merupakan idiopati (tidak diketahui etiologinya).
a. Intrakranial
 Asfiksia : Ensefolopati hipoksik – iskemik
 Trauma (perdarahan) : perdarahan subaraknoid, subdural, atau intra ventricular
 Infeksi : Bakteri, virus, parasit
 Kelainan bawaan : disgenesis korteks serebri, sindrom zelluarge, Sindrom Smith –
Lemli – Opitz.
b. Ekstra cranial
 Gangguan metabolik : Hipoglikemia, hipokalsemia, hipomognesemia, gangguan
elektrolit (Na dan K)
 Toksik : Intoksikasi anestesi lokal, sindrom putus obat.
 Kelainan yang diturunkan : gangguan metabolisme asam amino, ketergantungan dan
kekurangan produksi kernikterus.
c. Idiopatik
 Kejang neonatus fanciliel benigna, kejang hari ke-5 (the fifth day fits)
C. Perjalanan penyakit Kejang Demam
Sumber energi otak adalah glukosa yang melalui proses oksidasi dipecah menjadi CO 2 dan
air. Sel dikelilingi oleh membran yang terdiri dari permukaan dalam yaitu lipoid dan
permukaan luar yaitu ionik. Dalam keadaan normal membran sel neuron dapat dilalui dengan
mudah oleh ion kalium (K+) dan sangat sulit dilalui oleh ion natrium (Na+) dan elektrolit
lainnya, kecuali ion klorida (Cl-). Akibatnya konsentrasi ion K+ dalam sel neuron tinggi dan
konsentrasi Na+ rendah, sedang di luar sel neuron terdapat keadaan sebalikya. Karena
perbedaan jenis dan konsentrasi ion di dalam dan di luar sel, maka terdapat perbedaan
potensial membran yang disebut potensial membran dari neuron. Untuk menjaga
keseimbangan potensial membran diperlukan energi dan bantuan enzim Na-K ATP-ase yang
terdapat pada permukaan sel.
Keseimbangan potensial membran ini dapat diubah oleh :
a. Perubahan konsentrasi ion di ruang ekstraselular\
b. Rangsangan yang datang mendadak misalnya mekanisme, kimiawi atau aliran listrik dari
sekitarnya
c. Perubahan patofisiologi dari membran sendiri karena penyakit atau keturunan
Pada keadaan demam kenaikan suhu 1oC akan mengakibatkan kenaikan metabolisme basal
10-15 % dan kebutuhan oksigen akan meningkat 20%. Pada anak 3 tahun sirkulasi otak
mencapai 65 % dari seluruh tubuh dibandingkan dengan orang dewasa yang hanya 15 %.
Oleh karena itu kenaikan suhu tubuh dapat mengubah keseimbangan dari membran sel neuron
dan dalam waktu yang singkat terjadi difusi dari ion kalium maupun ion natrium akibat
terjadinya lepas muatan listrik. Lepas muatan listrik ini demikian besarnya sehingga dapat
meluas ke seluruh sel maupun ke membran sel sekitarnya dengan bantuan “neurotransmitter”
dan terjadi kejang. Kejang demam yang berlangsung lama (lebih dari 15 menit) biasanya
disertai apnea, meningkatnya kebutuhan oksigen dan energi untuk kontraksi otot skelet yang
akhirnya terjadi hipoksemia, hiperkapnia, asidosis laktat disebabkan oleh metabolisme
anerobik, hipotensi artenal disertai denyut jantung yang tidak teratur dan suhu tubuh
meningkat yang disebabkan makin meningkatnya aktifitas otot dan mengakibatkan
metabolisme otak meningkat.
D. Tanda dan Gejala Kejang Demam
Serangan kejang biasanya terjadi 24 jam pertama sewaktu demam, berlangsung singkat
dengan sifat bangkitan kejang dapat berbentuk tonik-klonik, tonik, klonik, fokal atau akinetik.
Umumnya kejang berhenti sendiri. Begitu kejang berhenti anak tidak memberi reaksi apapun
sejenak tapi setelah beberapa detik atau menit anak akan sadar tanpa ada kelainan saraf.

E. Macam - macam kejang


a. Kejang Tonik
Kejang ini biasanya terdapat pada bayi baru lahir dengan berat badan rendah dengan
masa kehamilan kurang dari 34 minggu dan bayi dengan komplikasi prenatal berat.
b. Kejang Klonik
Kejang Klonik dapat berbentuk fokal, unilateral, bilateral dengan pemulaan fokal dan
multifokal yang berpindah-pindah. Bentuk klinis kejang klonik fokal berlangsung 1 – 3
detik, terlokalisasi dengan baik, tidak disertai gangguan kesadaran dan biasanya tidak
diikuti oleh fase tonik. Bentuk kejang ini dapat disebabkan oleh kontusio cerebri akibat
trauma fokal pada bayi besar dan cukup bulan atau oleh ensepalopati metabolic.
c. Kejang Mioklonik
Gambaran klinis yang terlihat adalah gerakan ekstensi dan fleksi lengan atau keempat
anggota gerak yang berulang dan terjadinya cepat. Gerakan tersebut menyerupai reflek
moro. Kejang ini merupakan pertanda kerusakan susunan saraf pusat yang luas dan hebat.
Gambaran EEG pada kejang mioklonik pada bayi tidak spesifik.

F. Pengobatan
Pengobatan
a. Pemberian cairan IV dengan cairan yang mengandung glukosa
b. Bila kejang sangat lama, sehingga terdapat kemungkinan terjadinya
d. edema otak. Diberikan kortikosteroid sepeti kortison 20-30 mg/Kg BB atau glukokortikoid
seperti deksametason ½ – ampul setiap 6 jam sampai keadaan membaik.
e. Berikan diazepam secara IV / Rectal untuk menghentikan kejang
f. Pemberian Fenobarbital secara IV
g. Untuk menghentikan status kovulsivus diberikan difenilhidantion secara IV
Penatalaksanaan Keperawatan
a. Pertahanan suhu tubuh stabil
b. Menjelaskan cara perawatan anak demam
c. Melakukan dan mengajarkan pada keluarga cara kompres panas serta menjelaskan tujuan
d. Beri terapi anti konvulsan jika diindikasikan. Terapi konvulsan dapat diindikasikan pada
anak-anak yang memenuhi kriteria  tertentu antara lain : kejang fokal atau kejang lama,
abnormalitas neurology, kejang tanpa demam, derajat pertama, usia dibawah 1 tahun dan
kejang multiple kurang dari 24 jam.

G. Pemeriksaan Penunjang    
a. MRI (Magnetic Resenance Imaging ) Menentukan adanya perubahan / patologis SSP
b. Rontgen Tengkorak, Tidak banyak mebantu untuk mendiagnosa aktivitas kejang kecuali
untuk mengetahui adanya  fraktur
c. Pemeriksaan Metabolk (Pemeriksaan Laboratorium ) Meliputi :
 Glukosa darah
 Kalsium fungsi ginjal dan hepar
 Pemeriksaan adanya infeksi : test widal, lumbal fungsi\
 Kecepatan sedimentasi, hitung platelet
 Pemeriksaan serologi imunologi
d. EEG Sangat bermanfaat untuk menentukan diagnosa kejang dan menentukan lesi serta
fungsi neurology (Ngastiyah, 1995).
DAFTAR PUSTAKA

Lumbantobing SM, 1989, Penatalaksanaan Mutakhir Kejang Pada Anak, Gaya Baru, Jakarta.


Matondang, Corry S, 2000, Diagnosis Fisis Pada Anak, Edisi ke 2, PT. Sagung Seto: Jakarta.
Ngastiyah, 1997, Perawatan Anak Sakit, EGC, Jakarta.
Rendle John, 1994, Ikhtisar Penyakit Anak, Edisi ke 6, Binapura Aksara, Jakarta.
Santosa NI, 1989, Perawatan I (Dasar-Dasar Keperawatan), Depkes RI, Jakarta.
Santosa NI, 1993, Asuhan Kesehatan Dalam Konteks Keluarga, Depkes RI, Jakarta.
Suharso Darto, 1994, Pedoman Diagnosis dan Terapi, F.K. Universitas Airlangga, Surabaya.
Sumijati M.E, dkk, 2000, Asuhan Keperawatan Pada Kasus Penyakit Yang Lazim Terjadi
Pada Anak, PERKANI : Surabaya.
Wahidiyat Iskandar, 1985, Ilmu Kesehatan Anak, Edisi 2, Info Medika,  Jakarta.

Anda mungkin juga menyukai