KEJANG DEMAM
OLEH :
SITI KOMARIYAH
NIM : 1570316029
NO PESERTA : 93922773330687
KATA PENGANTAR
Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha Panyayang, penulis
panjatkan puja dan puji syukur atas kehadirat-Nya, yang telah melimpahkan rahmat, hidayah-
Nya , sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah tentang “KEJANG DEMAM”.
Dalam menyelesaikan penyusunan tugas ini tentunya banyak mendapatkan masukan
dari berbagai pihak baik kritik, saran dan motivasi. Penulis menyadari sepenuhnya bahwa
masih ada kekurangan baik dari keterbatasan pengetahun, segi susunan kalimat maupun tata
bahasanya. Oleh karena itu dengan tangan terbuka penulis menerima segala saran dan kritik
yang bersifat konstruktif untuk dikemudian hari.
Akhir kata penulis berharap semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi penulis
khususnya dan bagi pembaca.
Penulis
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Kejang demam merupakankelainan neurologis yang paling sering terjadi pada anak, 1
dari 25 anak akan mengalami satu kali kejang demam. Hal ini dikarenakan, anak yang masih
berusia dibawah 5 tahun sangat rentan terhadap berbagai penyakit disebabkan sistem
kekebalan tubuh belum terbangun secara sempurna (Harjaningrum, 2011). Serangan kejang
demam pada anak yang satu dengan yang lain tidaklah sama, tergantung nilai ambang
kejang masing-masing. Oleh karena itu, setiap serangan kejang harus mendapat penanganan
yang cepat dan tepat, apalagi kejang yang berlangsung lama dan berulang.Sebab,
keterlambatan dan kesalahan prosedur bisa mengakibatkan gejala sisa pada anak, bahkan
Kejang yang berlangsung lama biasanya disertai apneu (henti nafas) yang dapat
meninggikan permeabilitas kapiler dan timbul edema otak yang mengakibatkan kerusakan
sel neuron otak. Apabila anak sering kejang, akan semakin banyak sel otak yang rusak dan
kelumpuhan dan juga 2-10% dapat berkembang menjadi epilepsi (Mohammadi, 2010).
WHO memperkirakan pada tahun 2005 terdapat lebih dari 21,65 juta penderita kejang
demam dan lebih dari 216 ribu diantaranya meninggal. Selain itu di Kuwait dari 400 anak
berusia 1 bulan-13 tahun dengan riwayat kejang, yang mengalami kejang demam sekitar
77% (WHO, 2005). Insiden terjadinya kejang demam diperkirakan mencapai 4-5% dari
jumlah penduduk di Amerika Serikat, Amerika Selatan, dan Eropa Barat.Namun di Asia
angka kejadian kejang demam lebih tinggi, seperti di Jepang dilaporkan antara 6-9%
kejadian kejang demam, 5-10% di India, dan 14% di Guam (Hernal, 2010).
B. Tujuan
TINJAUAN PUSTAKA
A. Pengertian
Kejang demam merupakan kejang yang terjadi pada suhu badan tinggi (suhu
tubuh diatas 38⁰C) karena terjadi kelainan ektrakranial. Kejang demam atau febrile
convulsion adalah bangkitan kejang yang terjadi pada kenaikkan suhu tubuh yang
disebabkan oleh proses ekstrakranium (Lestari, 2016). Kejang demam adalah perubahan
aktivitas motorik yang bersifat paroksimal dan dalam waktu tertentu akibat dari adanya
aktifitas listrik abnormal di otak yang terjadi karena kenaikan suhu tubuh (Widagno,
2012). Jadi, dapat disumpulkan bahwa kejang demam adalah gangguan yang terjadi
akibat peningkatan suhu tubuh pada anak yang mengakibatkan kejang yang disebabkan
B. Etiologi
Hingga saat ini penyebab kejang demam belum diketahui secara pasti, namun
kejang demam yang disebabkan oleh hipertermia yang muncul secara cepat yang
berkaitan dengan infeksi virus atau bakteri. Pada umumnya berlangsung secara singkat,
dan mungkin terdapat predisposisi familiar. (Kusuma, 2015). Menurut (Lestari, 2016)
kejang demam dapat disebabkan infeksi saluran pernapasan atas, otitis media,
pneumonia, dan infeksi saluran kemih, sedangkan menurut (Ridha , 2014) mengatakan
c. Faktor genetika
d. Demam
e. Gangguan metabolisme
f. Trauma
g. Neoplasma
h. Gangguan Sirkulasi
C. Klasifikasi
yaitu :
1. Kejang demam sederhana (simple febrile convulsion), biasanya terjadi pada anak
umur 6 bulan sampai 5 tahun, yang disertai kenaikan suhu tubuh yang mencapai ≥
jarang sampai 15 menit. Pada akhir kejang diakhiri dengan suatu keadaan singkat
seperti mengantuk (drowsiness), dan bangkitan kejang terjadi hanya sekali dalam 24
jam, anak tidak mempunyai kelainan neurologik pada pemeriksaan fisik dan riwayat
kejang terjadi selama ≥ 15 menit atau kejang berulang dalam 24 jam dan terdapat
kejang fokal atau temuan fokal dalam masa pasca bangkitan. Umur pasien, status
neurologik dan sifat demam adalah sama dengan kejang demam sederhana.
3. Kejang demam simtomatik (symptomatic febrile seizure) biasanya sifat dan umur
demam adalah sama pada kejang demam sederhana dan sebelumnya anak
mempunyai kelainan neurologi atau penyakit akut. Faktor resiko untuk timbulnya
umur < 12 bulan dengan kejang kompleks terutama bila kesadaran pasca iktal
a. Intrakranial
b. Ekstrakranial
sebelumnya.
Menurut (Dewanto, 2009) gejala klinis yang paling sering dijumpai pada
E. Patofisiologi
Sumber energi otak adalah glukosa yang melalui proses oksidasi dipecah menjadi
CO2 dan air. Sel dikelilingi oleh membran yang terdiri dari permukaan dalam yaitu lipoid
dan permukaan luar yaitu ionik. Dalam keadaan normal membran sel neuron dapat dilalui
dengan mudah ion kalium (K+) dan sangat sulit dilalui oleh ion Natriun (Na+) dan
elektrolit lainnya, kecuali ion klorida (CI-). Akibatnya konsentrasi ion K+ dalam sel
neuron tinggi dan konsentrasi Na+ rendah, sedang diluar sel neuron terdapat keadaan
sebaliknya. Karena perbedaan jenis dan konsentrasi ion di dalam dan luar sel, maka
terdapat perbedaan potensial membran yang disebut potensial membran dari neuron.
Untuk menjaga keseimbangan potensial membran diperlukan energi dan bantuan enzim
Na-K ATP-ase yang terdapat pada permukaan sel. Keseimbangan potensial membran ini
2. Rangsangan yang datang mendadak misalnya mekanisme, kimiawi atau aliran listrik
dari sekitarnya
metabolisme basal 10-15 % dan kebutuhan oksigen akan meningkat 20%. Pada anak 3
tahun sirkulasi otak mencapai 65 % dari seluruh tubuh dibandingkan dengan orang
dewasa hanya 15%. Oleh karena itu kenaikkan suhu tubuh dapat mengubah
keseimbangan dari membran sel neuron dan dalam waktu yang singkat terjadi difusi
dari ion kalium maupun ion natrium akibat terjadinya lepas muatan listrik. Lepas
muatan listrik ini demikian besarnya sehingga dapat meluas keseluruh sel maupun ke
membran sel disekitarnya dengan bantuan “neurotransmitter” dan terjadi kejang. Tiap
anak mempunyai ambang kejang yang berbeda dan tergantung tinggi rendahnya
ambang kejang seseorang anak akan menderita kejang pada kenaikan suhu tertentu.
Kejang demam yang berlangsung singkat pada umumnya tidak berbahaya dan
tidak meninggalkan gejala sisa. Tetapi kejang demam yang berlangsung lama (lebih
dari 15 menit) biasanya disertai apnea, meningkatkanya kebutuhan oksigen dan energi
untuk kontraksi otot skeletal yang akhirnya terjadi hipoksemia, hiperkapnia, asidosis
laktat disebabkan oleh metabolisme anerobik, hipotensi artenal disertai denyut jantung
yang tidak teratur dan suhu tubuh meningkat yang disebabkan makin meningkatnya
diatas adalah faktor penyebab hingga terjadinya kerusakan neuron otak selama
F. Phatway
G. Pemeriksaan Penunjang
glukosa darah dapat dilakukan walaupun kadang tidak menunjukkan kelainan yang
berarti.
2. Indikasi lumbal fungsi pada kejang demam adalah untuk menegakkan atau
a. Bayi < 12 bulan harus dilakukan lumbal fungsi karena gejala meningitis sering
tidak jelas.
b. Bayi antara 12 bulan-1 tahun dianjurkan untuk melakukan lumbal fungsi kecuali
3. Pemeriksaan EEG dapat dilakukan pada kejang demam yang tidak khas.
4. Pemeriksaan foto kepala, CT-scan/ MRI tidak dianjurkan pada pasien anak tanpa
scan / MRI direkomendasikan untuk kasus kejang demam fokal untuk mencari lesi
H. Penatalaksanaan
Dalam penanggulangan kejang demam ada beberapa faktor yang perlu dikerjakan
yaitu:
1. Penatalaksanaan Medis
a. Memberantas kejang secepat mungkin Bila pasien datang dalam keadaan status
konvulsivus (kejang), obat pilihan utama yang diberikan adalah diazepam yang
diberikan secara intravena. Dosis yang diberikan pada pasien kejang disesuaikan dengan
berat badan, kurang dari 10 kg 0,5-0,75 mg/kgBB dengan minimal dalam spuit 7,5 mg
dan untuk BB diatas 20 kg 0,5 mg/KgBB. Biasanya dosis rata-rata yang dipakai 0,3
mg /kgBB/kali dengan maksimum 5 mg pada anak berumur kurang dari 5 tahun, dan 10
mg pada anak yang lebih besar. Setelah disuntikan pertama secara intravena ditunggu
15 menit, bila masih kejang diulangi suntikan kedua dengan dosis yang sama juga
melalui intravena. Setelah 15 menit pemberian suntikan kedua masih kejang, diberikan
suntikan ketiga denagn dosis yang sama juga akan tetapi pemberiannya secara
intramuskular, diharapkan kejang akan berhenti. Bila belum juga berhenti dapat
Pemberian diazepan melalui intravena pada anak yang kejang seringkali menyulitkan,
cara pemberian yang mudah dan efektif adalah melalui rektum. Dosis yang diberikan
sesuai dengan berat badan ialah berat badan dengan kurang dari 10 kg dosis yang
diberikan sebesar 5 mg, berat lebih dari 10 kg diberikan 10 mg. Obat pilihan pertama
untuk menanggulangi kejang atau status konvulsivus yang dipilih oleh para ahli adalah
b. Pengobatan penunjang
penunjang yaitu semua pakaian ketat dibuka, posisi kepala sebaiknya miring
untuk mencegah aspirasi isi lambung, usahakan agar jalan napas bebas untuk
darah, pernapasan dan fungsi jantung diawasi secara ketat. Untuk cairan
diazepam sangat singkat yaitu berkisar antara 45-60 menit sesudah disuntikan,
oleh karena itu harus diberikan obat antiepileptik dengan daya kerja lebih lama.
dibagi atas dua bagian, yaitu pengobatan profilaksis intermiten dan pengobatan
demam biasanya adalah infeksi respiratorius bagian atas dan otitis media akut.
Secara akademis pasien kejang demam yang datang untuk pertama kali
2. Penatalaksanaan keperawatan
1) Airway
mengganggu pernapasan
2) Breathing
3) Circulation
dengan pasien tetanus yang jika kejang tetap sadar) Jika dengan
tindakan ini kejang tidak segera berhenti, hubungi dokter apakah perlu
diazepam rektal. Jika kejang tidak berhenti tunggu 15 menit dapat diulang
(Ngastiyah,2012)
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Kejang pada anak dapat mengganggu kehidupan keluarga dan kehidupan sosial
orang tua khususnya ibu, karena ibu dibuat stress dan rasa cemas yang luar
biasa.Bahkan, ada yang mengira anaknya bisa meninggal karena kejang. Beberapa ibu
panik ketika anak mereka demam dan melakukan kesalahan dalam mengatasi demam
hubungan demam dan kejang itu sendiri merupakan hal yang penting untuk
B. Saran
Sebenarnya banyak hal yang bisa dilakukan ibu dalam mengatasi demam pada
anak sebelum terjadi kejang dan selanjutnya membawa ke rumah sakit. Mengukur suhu
dan memberi obat penurun panas, kompres air hangat (yang suhunya kurang lebihsama
dengan suhu badan anak) dan memberikan cairan yang cukup dapat menurunkan suhu
tubuh anak.Ibu harus menyadari bahwa demam merupakan salah satu faktor penyebab
terjadinya kejang, dikarenakan adanya peningkatan suhu tubuh yang cepat (Raftery,
2008).
DAFTAR PUSTAKA
ASUHAN KEPERAWATAN
KEJANG DEMAM
OLEH :
SITI KOMARIYAH
NIM : 1570316029
NO PESERTA : 93922773330687
FORMAT PENGKAJIAN KEPERAWATAN ANAK
I. Biodata
a. Identitas Klien b. Identitas orang tua
1. Inisial nama An. R 1. Inisial ayah Tn. D
Sulawesi,11-07-2021 43 tahun
2. Tempat tanggal Usia
................tahun Sarjana Hukum
lahir/ usia Laki-laki Pendidikan Islam
Islam PNS
3. Jenis kelamian Agama Gratitunon-Kec Grati
4. Agama Gratitunon -Kec Grati Pekerjaan Kab.Pasuruan
Kab. Pasuruan Ny. L
5. Pendidikan
1860989 Alamat 34 tahun
6. Alamat 12-2-2022 Sarjana Hukum
12-2-2022 Islam
2. Inisial Ibu
PNS
7. No. Register
Kejang Demam Sederhana Usia Gratitunon-Kec Grati
8. Tanggal MRS Kab Pasuruan
Pendidikan
9. Tanggal
Agama
pengkajian
Pekerjaan
10.Diagnosa
Alamat
medis saat
pengkajian
Ket :
B. Cairan
Kondisi Sebelum Sakit Saat Sakit
1. Jenis minuman
Susu formula Susu dan per infus
2. Frekuensi minum
800 cc/ hari 800 cc/ hari
3. Kebutuhan cairan - -
- -
4. Cara pemenuhan
C. Eliminasi (BAB&BAK)
Kondisi Sebelum Sakit Saat Sakit
1. Tempat pembuangan
2. Frekuensi (waktu) Pempers Pempers
Bangun tidur 1x/ hari 2x
3. Konsistensi Lunak Lunak
4. Kesulitan - -
- -
5. Obat pencahar
D. Istirahat tidur
Kondisi Sebelum Sakit Saat Sakit
1. Jam tidur
- Siang
3 – 4 jam / hari 2 jam / hari
- Malam
20.00 – 06.00 21.00 – 03.00 kadang tertidur
kembali
2. Pola tidur Baik -
Minum susu -
3. Kebiasaan sebelum tidur
- -
4. Kesulitan tidur
E. Olah Raga
Kondisi Sebelum Sakit Saat Sakit
1. Program olah raga
2. Jenis dan frekuensi - -
- -
3. Kondisi setelah olah
- -
raga
F. Personal Hygiene
Kondisi Sebelum Sakit Saat Sakit
1. Mandi
- Cara
- Frekuensi
- Alat mandi Di seka Di seka
2x 1x
2. Cuci rambut Bak air, handuk Wash lap, air hangat
- Frekuensi
3x -
- Cara Di bilas dengan sampo -
3. Gunting kuku
- -
- Frekuensi - -
- Cara
- -
4. Gosok gigi - -
- Frekuensi
- Cara
G. Aktifitas/Mobilitas Fisik
Kondisi Sebelum Sakit Saat Sakit
1. Kegiatan sehari-hari
Tidak ada batasan dalam -
beraktifitas
2. Pengaturan jadwal harian
- -
3. Penggunaan alat Bantu aktifitas - -
- -
4. Kesulitan pergerakan tubuh
H. Rekreasi
Kondisi Sebelum Sakit Saat Sakit
1. Perasaan saat sekolah
2. Waktu luang - -
- -
3. Perasaan setelah rekreasi - -
4. Waktu senggang klg - -
- -
5. Kegiatan hari libur
X. Pemeriksaan Fisik
1. Keadaan umum : Cukup
2. Kesadaran : Composmentis
3. Tanda – tanda vital :
a. Tekanan darah : - mmHg
b. Denyut nadi :124 x / menit
c. Suhu : 39 o C
d. Pernapasan : 30 x/ menit
4. Berat Badan : 8 kg
5. Tinggi Badan : 77 cm
6. Kepala
Inspeksi
Keadaan rambut & Hygiene kepala : bersih
a. Warna rambut : hitam
b. Penyebaran :-
c. Mudah rontok :-
d. Kebersihan rambut : bersih
Palpasi
Benjolan : ada / tidak ada : tidak ada
Nyeri tekan : ada / tidak ada : tidak ada
Tekstur rambut : kasar/halus : halus
7. Muka
Inspeksi
a. Simetris / tidak : simetris
b. Bentuk wajah : bulat
c. Gerakan abnormal : -
d. Ekspresi wajah :-
Palpasi
Nyeri tekan / tidak : tidak ada nyeri tekan
Data lain :-
8. Mata
Inspeksi
a. Pelpebra : Edema / tidak ada edema
Radang / tidak ada radang
b. Sclera : Icterus / tidak
c. Conjungtiva : Radang / tidak ada radang
Anemis / tidak
d. Pupil : - Isokor / anisokor
- Myosis / midriasis
- Refleks pupil terhadap cahaya : -
e. Posisi mata :
Simetris / tidak : simetris
f. Gerakan bola mata : normal
g. Penutupan kelopak mata : normal
h. Keadaan bulu mata : normal
i. Keadaan visus : normal
j. Penglihatan : - Kabur / tidak kabur
- Diplopia / tidak
Palpasi
Tekanan bola mata : tidak ada benjolan / nyeri tekan
Data lain :-
9. Hidung & Sinus
Inspeksi
a. Posisi hidung : simetris
b. Bentuk hidung : mancung
c. Keadaan septum : baik
d. Secret / cairan : terdapat secret
Data lain :-
10. Telinga
Inspeksi
a. Posisi telinga : simetris
b. Ukuran / bentuk telinga : simetris
c. Aurikel : normal
d. Lubang telinga : Bersih, tidak ada serumen, tidak ada nanah
e. Pemakaian alat bantu :-
Nyeri tekan / tidak
Pemeriksaan uji pendengaran
a. Rinne :
b. Weber :
c. Swabach :
Pemeriksaan vestibuler : .........................................................................................................
Data lain : .........................................................................................................
11. Mulut
Inspeksi
a. Gigi
- Keadaan gigi : baik
- Karang gigi / karies : tidak ada karang gigi, terdap karies gigi
- Pemakaian gigi palsu : tidak ada pemakaian gigi palsu
b. Gusi
Merah / radang / tidak : tidak ada radang, gusi merah muda
c. Lidah
Kotor / tidak : bersih
d. Bibir
- Cianosis / pucat / tidak : lembab
- Basah / kering / pecah : kering
- Mulut berbau / tidak : mulut bersih
- Kemampuan bicara : sepatah 1, 2 kata dengan kata mama
Data lain :-
12. Tenggorokan
a. Warna mukosa : merah muda
b. Nyeri tekan : tidak ada nyeri tekan
c. Nyeri menelan : tidak ada nyeri menelan
13. Leher
Inspeksi
Kelenjar thyroid : tidak ada pembesaran kelenjar thyroid
Palpasi
a. Kelenjar thyroid : tidak teraba
b. Kaku kuduk / tidak : tidak ada kaku kuduk
c. Kelenjar limfe : tidak ada pembesaran kelenjar limfe
Data lain :-
Auskultasi
a. BJ I :-
b. BJ II :-
c. BJ III :-
d. Bunyi jantung tambahan :-
Data lain :-
16. Abdomen
Inspeksi
a. Membuncit :-
b. Ada luka / tidak :-
Palpasi
a. Hepar :-
b. Lien :-
c. Nyeri tekan :-
Auskultasi
Peristaltik :-
Perkusi
a. Tympani :-
b. Redup :-
Data lain :-
17. Genitalia dan Anus : tidak ada iritasi pada anus dan sectum
18. Ekstremitas
Ekstremitas atas
a. Motorik
- Pergerakan kanan / kiri : pergerakan kanan/ kiri baik
- Pergerakan abnormal :-
- Kekuatan otot kanan / kiri : kekuatan otot baik
- Tonus otot kanan / kiri : baik
- Koordinasi gerak : pergerakan tidak terbatas
b. Refleks
- Biceps kanan / kiri : normal
- Triceps kanan / kiri : normal
c. Sensori
- Nyeri : tidak ada
- Rangsang suhu :-
- Rasa raba :-
Ekstremitas bawah
a. Motorik
- Gaya berjalan : masih perlu dibantu
- Kekuatan kanan / kiri : baik
- Tonus otot kanan / kiri : tonus otot baik
b. Refleks
- KPR kanan / kiri : normal
- APR kanan / kiri : normal
- Babinsky kanan / kiri : normal
c. Sensori
- Nyeri : tidak ada nyeri
- Rangsang suhu :-
- Rasa raba :-
Data lain :-
19. Status Neurologi.
Saraf – saraf cranial
a. Nervus I (Olfactorius) : penghidu :-
b. Nervus II (Opticus) : Penglihatan : baik
c. Nervus III, IV, VI (Oculomotorius, Trochlearis, Abducens)
- Konstriksi pupil :-
- Gerakan kelopak mata : baik
- Pergerakan bola mata : baik, mengikuti arah
- Pergerakan mata ke bawah & dalam : baik
d. Nervus V (Trigeminus)
- Sensibilitas / sensori : .................................................................................
- Refleks dagu : .................................................................................
- Refleks cornea : .................................................................................
e. Nervus VII (Facialis)
- Gerakan mimik : .................................................................................
- Pengecapan 2 / 3 lidah bagian depan : .................................................................................
f. Nervus VIII (Acusticus)
Fungsi pendengaran : .................................................................................
g. Nervus IX dan X (Glosopharingeus dan Vagus)
- Refleks menelan : baik
- Refleks muntah : baik
- Pengecapan 1/3 lidah bagian belakang :
- Suara : .................................................................................
h. Nervus XI (Assesorius)
- Memalingkan kepala ke kiri dan ke kanan : baik
- Mengangkat bahu : baik
i. Nervus XII (Hypoglossus)
- Deviasi lidah : .................................................................................
Tanda – tanda perangsangan selaput otak
a. Kaku kuduk : tidak ada kaku kuduk
b. Kernig Sign :
c. Refleks Brudzinski : .................................................................................
d. Refleks Lasegu :
Data lain : .................................................................................
XI. Pemeriksaan Tingkat Perkembangan (0 – 6 Tahun )
Dengan menggunakan DDST
1. Motorik kasar : anak dapat miring mulai usia 3 bulan, tengkurap usia 4 bulan, merangkak
usia 6-7 bulan, anak dapat duduk usia 7 bulan dan berdiri mulai usia 7 bulan
2. Motorik halus :anak dapat menggenggam mulai usia 2 bulan, dapat memindahkan benda
mulai usia 5 bulan.
3. Bahasa : anak dapat mengoceh mulai usia 2 bulan, dapat berbicara 2 suku kata mulai usia 8
bulan.
4. Personal social : anak dapat tersenyum mulai usia 2 bulan, dapat mengenal orang tua mulai
usia 3 bulan.
XII. Test Diagnostik
= Laboratorium
WBC : 8, 07 Gula darah sewaktu : 127
RBC : 5, 23
HGB : 11, 1
= Foto Rotgen, CT Scan, MRI, USG, EEG, ECG : -
ANALISA DATA
Nama Pasien : An. R No.Reg:1860089
Usia : 8bln
DATA ETIOLOGI MASALAH
S : Ibu pasien mengatakan An. Infeksi bakteri, virus, dan parasit Hipertermi
R panas sejak…..
Reaksi inflamasi
O : Suhu : 39 ºc
Kulit terasa hangat Proses demam
Bayi tampak menangis rewel
RR : 30 x/menit Hipertermi
N : 124 x/menit
Bibir tampak kering
Bayi tampak berkeringat
Bayi tampak dikompres
DAFTAR DIAGNOSA KEPERAWATAN
BERDASARKAN PRIORITAS
TANGGAL TANGGAL
NO DIAGNOSA KEPERAWATAN
DITEMUKAN TERATASI
1 Hipertermi b/d proses inflamasi d/d kulit teraba 12.02.2022 12.02.2022
hangat, bibir tampak kering, s : 39 ºc
Nursing Care Plan (NCP)
Nama Pasien : An. R No.Reg: 18600998
Usia : 8 bulan
Diagnosa keperawatan Tujuan dan kriteria hasil NIC
Hipertermi b/d proses inflamasi a. Tujuan 1. Monitor tanda-tanda vital
Setelah dilakukan asuhan 2. Longgarkan atau lepaskan
keperawatan selama 3x24 pakaian
jam pasien dapat
3. Berikan metode
mempertahankan suhu
tubuh stabil dengan KH. pendinginan external
b. Kriteria hasil misalnya, kompres pada
Semua indikator outcome daerah leher, ketiak,
menunjukan skor 5
abdomen, selangkangan.
Nursing Outcome
Classification (NOC): 4. Monitor suhu tubuh pasien
1. Termoregulasi . 5. Kolaborasi dengan tim
2. .....................
3. ....................... medis dalam pemberian
terapi analgesic dan
antipiretik.
CatatanKeperawatan:
Nama Pasien : An.R No.Reg:1860098
Usia : 8 bln
Hari/Tgl No Dx
TindakanKeperawatandanRespon Ttd
Jam Kep
12/02/2022 1 1. Mengobservasi keadaan umum pasien.
14.45 K/U cukup
Kesadaran composmentis
GCS 4,5,6
15.00 1 2. Memberikan obat sanmol 4x100 mg melalui cairan infuse
15.35 1 3. Melonggarkan pakaian pasien dan mengopres pada daerah
lipatan tubuh
16.00 1 4. Monitor TTV
S : 38,8 ºC
N : 112 x/menit
16.15 1 5. Mengkaji tanda dan gejala adanya peningkatan suhu tubuh
dan penyebab
16.40 1 6. Menganjurkan kepada ibu pasien supaya anak memakai
pakaian yang tipis dan menyerap keringat
18.00 1
7. Monitor intake dan output
BAB 1x lunak, warna kuning, BAK 200 cc
18.48 1 8. Berkolaborasi dengan tim medis dalam pemberian obat
Sanmol 4x100 mg
Nf. D5 ¼ NS 900 cc/24 jam
19.18 1 9. Mengkaji tanda dan gejala adanya peningkatan suhu tubuh
dan penyebab.
R∕ suhu : 38 ºC
10. Menganjurkan kepada ibu pasien supaya An. R memakai
19.58 1 pakaian tipis dan menyerap kejang.
R : pasien tidak rewel
11. Memonitor suhu tubuh pasien.
19.58 1
S : 37, 8ºC
12. Memonitor intake dan output
20.20 1 R : BAB 1x lunak warna kuning
BAK ± 200 cc
13. Mengkolaborasikan dengan tim medis dalam pemberian
21.00 1 obat yang tepat.
R : pasien mendapat terapi
- Sanmol 4 x 100 mg
- Infus D5 1∕4 Ns 900 cc∕ 24 jam
14. Mengobservasi keadaan umum pasien, memantau suhu
tubuh.
12∕02∕2022 1 - Suhu : 36, 8ºC
14.00 - Nadi : 112x ∕ menit
- Pasien terpasang infus D5 1∕4 Ns 900 cc di kaki kanan
- Bayi tampak tenang
15. Mengobservasi keadaan umum pasien
- k∕ u cukup
- bayi tampak nyaman, tenang
15.45 1 - Suhu : 36ºC
- Nadi : 105 x∕ menit
- Tidak ada sianosis
- terpasang infus D5 1∕4 Ns 900 cc ∕ 24 jam
16. memberikan obat sesuai indikasi dari dokter
R : pasien mendapat terapi sanmol 4 x 100 mg
17. mengganti cairan infus
16.35 1 18. memonitor tanda-tanda vital
19. mengkaji kembali tanda dan gejala adanya peningkatan
suhu tubuh. S : 36, 7ºC
17.00 1 20. memberikan edukasi kepada orang tua mengenai
18.00 1
tindakan-tindakan untuk mencegah kondisi sakit yang
12∕02∕2022 1
berhubungan dengan panas.
10.00 1 R : orang tua memahami
21. pasien pulang
13.15 1
CatatanPerkmbangan (Progress Note) :
Nama Pasien : An. R No.Reg:18600998
Usia : 8 bulan
Diagnosa Keperawatan : Hipertermi
NOC :
Tanggalobservasidanhasil
No Indikator 12-02-2022 12-02-2022 12-02-2022
1 2 3 4 S 1 2 3 4 S 1 2 3 4 S 1 2 3 4 S
1 Penurunan suhu tubuh 1 + + 4 + + + + 5
2 Hipertermi 1 + + + 4 + + + + 5
3 Perubahan warna kulit + + + + 5 + + + + 5 + + + + 5
Keterangan :
- = Tidaksesuai yang diharapkan
+ = Sesuai yang diharapkan
S = Skoring
KeteranganSkoring:
1= -
2 = 1+
3 = 2+
4 = 3+
5 = 4+
Evaluasi:
Nama Pasien :An. R No.Reg:18600998
Usia : 8 bulan
Hari/Tanggal No Dx Evaluasi Tanda
Jam Kep Tangan
12-02-2022 1 S: ibu pasien mengatakan An.R sudah tidak panas.
14.00
O:
K/U cukup
S : 36 ºC
124 x/menit
An. R tampak tenang
NOC: Termoregulasi
Indikator Score
Penurunan suhu tubuh 5
Hipertermi 5
Perubahan warna kulit 5
OLEH :
SITI KOMARIYAH
NIM : 1570316029
NO PESERTA : 93922773330687
LAPORAN PENGABDIAN MASYARAKAT
Nama Peserta Siti Komariyah
Saran
Berdasarkan pelaksanaan kegiatan pengabdian kepada masyarakat disarankan untuk
memeriksakan kesehatan secara rutin terutama jika terdapat tanda gejala yang berhubungan
dengan kejang demam. Bagi petugas kesehatan diharapkan dapat memberi informasi terkait
dengan mengontrol faktor risiko yang telah dimiliki masyarakat.
LAMPIRAN
SATUAN ACARA PENYULUHAN
KEJANG DEMAM
Topik : Kejang Demam
Sasaran : Keluarga pasien
Tempat : Ruang Tulip 3 RSUD GRATI KABUPATEN PASURUAN
Hari : Sabtu, 12 Februari 2022
Waktu : 25 menit
5. MEDIA
1. Leaflet
2. Flip chart
6. KEGIATAN PENYULUHAN
No Waktu Kegiatan Penyuluhan Kegiatan peserta
1. 5 menit Pembukaan :
Mengucapkan salam pembuka Menjawab salam
Memperkenalkan diri Mendengarkan
Menjelaskan maksud dan tujuan dilakukan Mendengarkan
penyuluhan
Menanyakan kepada peerta sejauh mana Menjawab pertanyaan
pemahaman tentang materi yang akan penyuluh
disampaikan
2. 10 menit Pelaksanaan :
Menjelaskan pengertianKejang Demam Memperhatikan
Menjelaskan penyebabKejang Demam Memperhatikan
Menjelaskan perjalanan penyakit Kejang Memperhatikan
Demam
Menjelaskan tanda dan gejala Kejang Demam Memperhatikan
Menyebutkan Menjelaskan macam-macam Memperhatikan
Kejang Demam
Menjelaskan penatalaksanaan Kejang Demam Memperhatikan
Menjelaskan pemeriksaan diagnostik Kejang Memperhatikan
Demam
3. 10 menit Penutup :
Menggali pengetahuan peserta tentang materi Menjelaskan tentang materi
yang telah disampaikan. Kejang Demam yang telah
disampaikan.
Menyimpulkan hasil kegiatan penyuluhan Mendengarkan
Mengucapkan salam penutup Menjawab salam
7. KRITERIA EVALUASI
1. Evaluasi Struktur
Kesiapan materi
Kesiapan SAP
Kesiapan media : Leaflet
Peserta hadir di tempat penyuluhan
Penyelenggaraan dilaksanakan di Ruang IGD
2. Evaluasi Proses
Fase dimulai sesuai dengan waktu yang direncanakan
Peserta antusias terhadap materi penyuluhan
Peserta mengajukan pertanyaan dan menjawab pertanyaan secara benar
Suasana penyuluhan tertib
Tidak ada peserta yang meninggalkan tempat penyuluhan
MATERI PENYULUHAN
B. Penyebab Kejang Demam
Bangkitan kejang pada bayi dan anak disebabkan oleh kenaikan suhu badan yang tinggi
dan cepat, yang disebabkan oleh infeksi diluar susunan syaraf pusat misalnya : tonsilitis ostitis
media akut, bronchitis, dll
Kejang dapat disebabkan oleh berbagai kondisi patologis, termasuk tumor otak, trauma,
bekuan darah pada otak, meningitis, ensefalitis, gangguan elektrolit, dan gejala putus alkohol
dan obat gangguan metabolik, uremia, overhidrasi, toksik subcutan dan anoksia serebral.
Sebagian kejang merupakan idiopati (tidak diketahui etiologinya).
a. Intrakranial
Asfiksia : Ensefolopati hipoksik – iskemik
Trauma (perdarahan) : perdarahan subaraknoid, subdural, atau intra ventricular
Infeksi : Bakteri, virus, parasit
Kelainan bawaan : disgenesis korteks serebri, sindrom zelluarge, Sindrom Smith –
Lemli – Opitz.
b. Ekstra cranial
Gangguan metabolik : Hipoglikemia, hipokalsemia, hipomognesemia, gangguan
elektrolit (Na dan K)
Toksik : Intoksikasi anestesi lokal, sindrom putus obat.
Kelainan yang diturunkan : gangguan metabolisme asam amino, ketergantungan dan
kekurangan produksi kernikterus.
c. Idiopatik
Kejang neonatus fanciliel benigna, kejang hari ke-5 (the fifth day fits)
C. Perjalanan penyakit Kejang Demam
Sumber energi otak adalah glukosa yang melalui proses oksidasi dipecah menjadi CO 2 dan
air. Sel dikelilingi oleh membran yang terdiri dari permukaan dalam yaitu lipoid dan
permukaan luar yaitu ionik. Dalam keadaan normal membran sel neuron dapat dilalui dengan
mudah oleh ion kalium (K+) dan sangat sulit dilalui oleh ion natrium (Na+) dan elektrolit
lainnya, kecuali ion klorida (Cl-). Akibatnya konsentrasi ion K+ dalam sel neuron tinggi dan
konsentrasi Na+ rendah, sedang di luar sel neuron terdapat keadaan sebalikya. Karena
perbedaan jenis dan konsentrasi ion di dalam dan di luar sel, maka terdapat perbedaan
potensial membran yang disebut potensial membran dari neuron. Untuk menjaga
keseimbangan potensial membran diperlukan energi dan bantuan enzim Na-K ATP-ase yang
terdapat pada permukaan sel.
Keseimbangan potensial membran ini dapat diubah oleh :
a. Perubahan konsentrasi ion di ruang ekstraselular\
b. Rangsangan yang datang mendadak misalnya mekanisme, kimiawi atau aliran listrik dari
sekitarnya
c. Perubahan patofisiologi dari membran sendiri karena penyakit atau keturunan
Pada keadaan demam kenaikan suhu 1oC akan mengakibatkan kenaikan metabolisme basal
10-15 % dan kebutuhan oksigen akan meningkat 20%. Pada anak 3 tahun sirkulasi otak
mencapai 65 % dari seluruh tubuh dibandingkan dengan orang dewasa yang hanya 15 %.
Oleh karena itu kenaikan suhu tubuh dapat mengubah keseimbangan dari membran sel neuron
dan dalam waktu yang singkat terjadi difusi dari ion kalium maupun ion natrium akibat
terjadinya lepas muatan listrik. Lepas muatan listrik ini demikian besarnya sehingga dapat
meluas ke seluruh sel maupun ke membran sel sekitarnya dengan bantuan “neurotransmitter”
dan terjadi kejang. Kejang demam yang berlangsung lama (lebih dari 15 menit) biasanya
disertai apnea, meningkatnya kebutuhan oksigen dan energi untuk kontraksi otot skelet yang
akhirnya terjadi hipoksemia, hiperkapnia, asidosis laktat disebabkan oleh metabolisme
anerobik, hipotensi artenal disertai denyut jantung yang tidak teratur dan suhu tubuh
meningkat yang disebabkan makin meningkatnya aktifitas otot dan mengakibatkan
metabolisme otak meningkat.
D. Tanda dan Gejala Kejang Demam
Serangan kejang biasanya terjadi 24 jam pertama sewaktu demam, berlangsung singkat
dengan sifat bangkitan kejang dapat berbentuk tonik-klonik, tonik, klonik, fokal atau akinetik.
Umumnya kejang berhenti sendiri. Begitu kejang berhenti anak tidak memberi reaksi apapun
sejenak tapi setelah beberapa detik atau menit anak akan sadar tanpa ada kelainan saraf.
F. Pengobatan
Pengobatan
a. Pemberian cairan IV dengan cairan yang mengandung glukosa
b. Bila kejang sangat lama, sehingga terdapat kemungkinan terjadinya
d. edema otak. Diberikan kortikosteroid sepeti kortison 20-30 mg/Kg BB atau glukokortikoid
seperti deksametason ½ – ampul setiap 6 jam sampai keadaan membaik.
e. Berikan diazepam secara IV / Rectal untuk menghentikan kejang
f. Pemberian Fenobarbital secara IV
g. Untuk menghentikan status kovulsivus diberikan difenilhidantion secara IV
Penatalaksanaan Keperawatan
a. Pertahanan suhu tubuh stabil
b. Menjelaskan cara perawatan anak demam
c. Melakukan dan mengajarkan pada keluarga cara kompres panas serta menjelaskan tujuan
d. Beri terapi anti konvulsan jika diindikasikan. Terapi konvulsan dapat diindikasikan pada
anak-anak yang memenuhi kriteria tertentu antara lain : kejang fokal atau kejang lama,
abnormalitas neurology, kejang tanpa demam, derajat pertama, usia dibawah 1 tahun dan
kejang multiple kurang dari 24 jam.
G. Pemeriksaan Penunjang
a. MRI (Magnetic Resenance Imaging ) Menentukan adanya perubahan / patologis SSP
b. Rontgen Tengkorak, Tidak banyak mebantu untuk mendiagnosa aktivitas kejang kecuali
untuk mengetahui adanya fraktur
c. Pemeriksaan Metabolk (Pemeriksaan Laboratorium ) Meliputi :
Glukosa darah
Kalsium fungsi ginjal dan hepar
Pemeriksaan adanya infeksi : test widal, lumbal fungsi\
Kecepatan sedimentasi, hitung platelet
Pemeriksaan serologi imunologi
d. EEG Sangat bermanfaat untuk menentukan diagnosa kejang dan menentukan lesi serta
fungsi neurology (Ngastiyah, 1995).
DAFTAR PUSTAKA